Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Defenisi
Amenorrhea primer adalah keadaan tidak pernah mens/ haid wanita sampai umur
16 tahun atau keadaan dimana wanita gagal dalam pertumbuhan karakteristik seksual
sekunder sampai berumur 14 tahun.1,2,3,4 Amenorrhea sekunder adalah tidak haid selama 6
bulan dimana wanita tersebut selalu haid (punya siklus haid) atau selama 3 siklus haid
pada wanita yang oligomenorrhea. Oligomenorrhea adalah wanita dengan siklus haid
lebih dari 35 hari. Sekitar 97,5 % wanita biasanya mengalami siklus haid pada umur 16
tahun di Amerika Serikat.1
Menstruasi itu sendiri nantinya akan berhenti disaat wanita sudah berusia sekitar
40-50 tahun yang lebih dikenal dengan istilah menopause. Siklus haid/mens normalnya
terjadi setiap 21-35 hari sekali dengan lama haid berkisar 4-7 hari. Jumlah darah haid
normal berkisar 30-40 ml. Dan menurut hitungan ahli, wanita akan mengalami 500 kali
haid selama hidupnya.2
Insiden
Sebagian besar perempuan haid berumur 9-18 tahun, dengan umur rerata sekitar
12 tahun. Amenorrhea primer dapat terjadi dengan atau tanpa tanda-tanda pubertas.1,2
Berdasarkan bukti-bukti ada 4 peyebab utama terjadinya Amenorrhea primer yaitu:
kerusakan ovarium (48,5%), tanpa uterus dan vagina (15,2%), defisiensi hormon
reproduksi seperti hipogonadotropik hipogonadism (8,3%) dan keterlambatan pubertas
(6%). Kebanyakan dari wanita ini tidak dapat/ gagal hamil. Insiden Amenorrhea primer
sendiri di AS kurang dari 0,1 % dari populasi wanita.2
Etiologi 1,2,4,5
A. Kelainan anatomi yang berhubungan dengan Amenorrhea
1. Disgenesis Mullerian
Disgenesis mulleria ditandai dengan tidak adanya secara kongenital uterus dan
sepertiga atas vagina. Pada individu yang memiliki kariotip 46 XX.
2. Agenesis Vagina
Agenesis vagina ditandai dengan kegagalan vagina untuk berkembang.
3. Septum vagina Transversa
Kelainan
ini
berasal
dari
kegagalan
hasilfusi
muller
dan
sinus
3.
Suatu keadaan dimana ovarium menghasilkan jumlah hormon pria yang tinggi
(Androgen) terutama Testosteron. Peningkatan kadar androgen dapat menyebabkan
tumbuhnya bulu diwajah, jerawat, walaupun tidak semua PCOS ditemukan gejala
tersebut atau sebaliknya. Tanda-tanda maskulinisasi lain seperti suara yang berat dan
pembesaran klitoris kadang ditemukan. PCOS juga meningkatkan resistensi insulin
terutama pada wanita yang sudah obese. Lebih kurang penderita PCOS ditemukan
dengan Diabetes mellitus tipe 2. PCOS diderita pada 6% kasus.
4. Kerusakan ovarium prematur (Premature Ovarian Failure)
Menopause terjadi sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya tidak diketahui tetapi
kemungkinan berkaitan dengan radiasi, kemoterapi atau autoimun respon.
C. Gangguan pada Hipotalamus
1. Penurunan berat badan yang drastis
Seperti pada kemiskinan, diet ketat, anorexia nervosa, bulimia, olahraga yang
sangat berat dan sebab lainnya.
2. Malnutrisi
3. Obesitas yang ekstrim
4. Penyakit kronik
Seperti pada penderita diabetes mellitus, anemia, kelainan jantung bawaan,
penyakit tiroid.
5. Hypoglikemia
D. Amenorrhea pada wanita dengan kariotip 46,XY
1. Sindrom Feminisasi Testis (Androgen insensitif)
Pada sindrom ini, genital yang terbentuk dari struktur duktus Mulleri tidak ada
karena reseptor androgen tidak ada atau mengalami defek. Individu mempunyai kariotip
XY, karena ketiadaan respon terhadap testosteron tadi maka pada bagian genital eksternal
mirip wanita tetapi tidak mempunyai uterus dan vagina, dan tetap memproduksi estrogen
dan mempunyai payudara dengan amenorrhea primer.
2. Disgenesis gonand murni
Jika primitif germ celltidak berpindah pada daerah genitalia,testis tidak akan
berkembang dan unsur gonad akan ada. Ditemukannya organ genitalia interna dan
eksterna yang normal.Karena penderita tidak memproduksi esterogen sehingga
terhambatnya pembentukan payudara atau terhambat puberitas dan amenorrhea primer.
3. Anorchia
4. Kelainan enzim steroid testis
E. Gangguan endokrin
1. Hipotiroid dan hipertiroid
Penurunan berat badan yang drastic dan pengurangan proses penyimpanan lemak
berperan dalam perubahan hormonal termasuk penurunan kadar hormon tiroid
(hipotiroid) dan peningkatan hormon pemacu stress (hiperkortisol) yang berefek pada
penurunan hormon reproduksi. Beberapa ahli berpendapat perubahan tersebut terjadi
pada mekanisme protektif biologis primitif pada tubuh yang ada untuk mencegah
terjadinya hal-hal buruk yang terjadi pada saat wanita hamil. Ini juga ditemukan pada atlit
wanita dan wanita dengan gangguan pola makan. Penelitian 2001 menemukan bahwa
dengan pengulangan latihan berat akan merubah respon hormonal saat aktivitas dan
istirahat yang mungkin berkaitan dengan variasi siklus pada pembentukan hormon
reproduksi, biasanya pada LH yang memicu ovulasi.
2. Sindrom Cushing
Dimana terjadi peningkatan aktivitas adrenal.
F. Gangguan Pituitary
1. Hypogonadotropik-Hypogonadisme
Dimana FSH dan LH diproduksi sedikit sehingga mencegah perkembangan fungsi
ovarium. Terjadinya gangguan pada axis hipotalamus-pituitary (seperti pada tumor atau
peningkatan kortisol atau prolaktin). Etiloginya idiopatik, kemungkinan faktor genetik
ditemukan pada 20% dari kasus.
2. Hiperprolaktinemia
Hiperprolaktinemia pda wanita yang tidak hamil atau menyusui akan menurunkan
hormon gonadotropin dan menghambat ovulasi yang menyebabkan amenorrhea.
Hiperprolaktinemia dapat disebabkan oleh hipotiroid atau adenoma pituitary (tumor yang
mensekresi prolaktin, mengakibatkan sakit kepala, gangguan penglihatan dan sekresi
payudara). Beberapa obat termasuk kontrasepsi oral dan antipsikotik dapat menyebabkan
peningkatan hormon ini.
G. Kehamilan
Penyebab terbanyak amenorrhea primer, dimana dalam kasus ini harus
disingkirkan keadaan ini.
Gejala klinik dan pemeriksaan:1,2, 4,6
1. Pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan bimanual dan pelvis) dan riwayat
penyakit
2. Tes kehamilan
3. Analisa kromosom
Uterus
Ada
Tidak
Kariotipe:
Feminisasi testis,
mullerian agenesis, 46 XY,
Defek enzym steroid, disgenesis
gonad dan anorchia
Patent Vagina
Tidak
Ya
Imperforate hymen,
Tranverse vaginal septal,
Agenesis vagina
Payudara
Ya
Tidak
Ditata sebagai
Amenorrhea sekunder
Penatalaksanaan 1,2,4,5,6
Amenorrhea primer yang disebabkan perkembangan abnormal (tidak pada bagian sistem
reproduksi atau kelainan congenital) dapat diterapi dengan penggantian hormone,
pembedahan atau perubahan gaya hidup.
a. Hiperprolaktin dan tumor pituitary, Agonis dopamine dapat digunakan seperti
bromokriptin yang menghambat sekresi prolaktin dan cabergoline yang lebih
efektif dalam mengecilkan ukuran tumor yang menghambat sekresi prolaktin.
b. Prematur Ovarian Failure (POF), dengan terapi sulih hormon dapat digunakan
untuk mencegah osteoporosis dan mengurangi gejala menopause.
c. Dalam beberapa kasus, penyuluhan pada pasien dan keluarga diperlukan untuk
mengantisipasi dan meningkatkan kenyamanan pasien selama berada dalam
lingkungannya.
d. Jika amenorrhea dapat tidak dapat disembuhkan, kadang-kadang perlu untuk
menciptakan pseudomenstruasi dengan menggunakan obat untuk kenyamanan
penderita terutama wanita muda saat berada dalam lingkungannya.
Prognosis:1,2s,4,5,6
Jika Amenorrhea disebabkam kondisi dibawah dapat diperbaiki melalui
pengobatan, perubahan gaya hidup atau pembedahan.
1. Keterlambatan pubertas (>14-16 thn)
2. Penurunan berat badan drastis
3. Hipoglikemia
4. Obesitas ekstrim
5. Penyakit kronis
6. Malnutrisi
7. Hipogonadisme
8. Penyakit jantung bawaan
9. Hipertiroid
10. Hymenimperforate
11. Sindrom androgenital
Jika Amenorrhea disebabkan kondisi dibawah, tidak dapat dikoreksi:
1. Kelainan congenital genitalia
2. Disgenesis gonad
3. Sindrom Turner
4. Sindrom Feminisasi testis
5. Hermafrodit sejati
6. Fibrosis kistik
7. Craniopharyngioma
8. Sindrom Praderwilli
ILUSTRASI KASUS
Anamnesis :
Seorang pasien wanita umur 13 tahun masuk ke bangsal ginekologi RS.Dr. M
Djamil Padang tanggal 20 Agustus 2005 kiriman Poliklinik Kebidanan dengan Diagnosis
Hematometra + Hematotrachelos + Hematokolpos + Hematosalpingo bilateral ec suspek
Septum vagina
Keluhan utama :
Nyeri pada perut tiap bulan sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasa perutnya nyeri tiap bulan sejak 1 tahun yang lalu
Sejak 2 bulan yang lalu pasien merasa perutnya bertambah besar dan nyeri tiap
bulan.
Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan..
Suhu
Kesadaran
: sadar, koperatif
Berat badan
: 45 Kg
Tinggi badan
: 155 cm
Keadaan gizi
: sedang
Status Generalisata
Mata
Leher
Thorax
Paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi :
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
: Status Ginekologis
Genitalia
: Status Ginekologis
Anus
: Status Ginekologis
Extremitas
Status Ginekologis
9
Mammae
: Payudara (+)
Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
: Fundus uteri teraba 3 jari atas SOP, Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-),
Defense Muscular (-)
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Genitalia
Inspeksi
Rectal toucher
-
Anus tenang
Spingter baik
Ampula kosong
Mukosa licin
Laboratorium:
-
Hb
: 13,2 gr%
Luekosit : 8.400/mm3
USG 15-8-2005:
-
Kedua tuba membesar ukuran kanan 53mm x 39mm kiri 44mm x 41mm
Kesan
Sikap :
-
Rawat ZGL
Pungsi
Rencana
-
Follow Up
Tanggal 22 Agustus 2005
S/ Nyeri perut (-), Demam (-), Keluhan lain (-)
O/ KU Kes
Sdg cmc
TD
120/80
Nadi
82/1
Nafas
20/ 1
Suhu
Afb
: Status Ginekologis
Sikap :
-
Antibiotika PreOP
Rencana
-
TD
110/70
Nadi
80/1
Nafas
20/1
Suhu
Afb
11
: Status Ginekologis
TD
120/70
Nadi
84/1
Nafas
20/1
Suhu
Afb
12
Sikap :
-
Mobilisasi
TKTP
Terapi :
-
Ciprofloksaxim 2 x 500 mg
TD
110/80
Nadi
84/1
Nafas
20/1
Suhu
Afb
Mobilisasi
TKTP
Terapi :
-
Ciprofloksaxim 2 x 500 mg
Vitamin C 2 x 1
Rencana :
-
USG
Hasil USG
Tampak Massa hiperechoid mengisi vagina ukuran 97 x 57 x 70 (darah?)
Uterus antefleksi ukuran 50 x 32 x 48 mm
Cavum uteri sedikit terbuka
Kedua ovarium tidak dapat dinilai, tak tampak massa pada kedua adneksa
13
Kesan : hematokolpos
Tanggal 26 Agustus 2005
S/ PPV (+) sedikit, Nyeri luka bekas operasi (+) sudah menurun, BAK (+), BAB (-)
O/ KU Kes
Sdg cmc
TD
110/80
Nadi
84/1
Nafas
20/1
Suhu
Afb
Mobilisasi
TKTP
Terapi :
-
Ciprofloksaxim 2 x 500 mg
Vitamin C 2 x 1
TD
110/80
Nadi
80/1
Nafas
20/1
Suhu
Afb
14
Mobilisasi
TKTP
Terapi :
-
Ciprofloksaxim 2 x 500 mg
Vitamin C 2 x 1
TD
110/80
Nadi
80/1
Nafas
20/1
Suhu
Afb
Mobilisasi
TKTP
TD
120/70
Nadi
84/1
Nafas
20/1
15
Suhu
Afb
I : U/V tenang PPV (+) banyak melalui kateter intraurine darah (+)
Diagnosis: Post incisi septum vagina ai Hematometra + Hematotrachelos +
Hematokolpos + Hematosalpingo bilateral hari ke 6
Sikap :
-
Mobilisasi
TKTP
Rencana :
-
USG
16
DISKUSI
Seorang pasien wanita umur 13 tahun masuk ke bangsal ginekologi RS.Dr. M Djamil
Padang tanggal 20 Agustus 2005 kiriman Poliklinik Kebidanan dengan
Diagnosis
17
Jadi untuk penanganan septum vagina ini dilakukan incisi agar darah haid dapat
keluar tiap bulan sehingga tidak menyebabkan nyeri. CT / MRI juga berguna untuk
melihat gangguan pada daerah pelvis dan menyingkirkan adanya lesi intracranial.1,2
DAFTAR PUSTAKA
1. Thorneycroft IH,Laughlin D, Amenorrhea. In: Current, Obstetric & Gynaecologic
Diagnosis & treatment
9th
Amenorrhea.
Diakses
http//Learnpediatric.com/genitourinary/gynDischarge.htm
5. Anonymous, Amenorrhea. Diakses dari http//www.chclibrary.org/
6. Winkjosastro H, Embriologi Gangguan haid dansiklusnya, Ilmu Kandungan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,1991, 203-34
18
dari
7. Chang L, Muram D, Pediatric & Adolescent Gynecology. In: Current, Obstetric &
Gynaecologic Diagnosis & treatment
9th
19