Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PERUBAHAN KELEMBAGAAN
PADA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Oleh
Adhila Ayu Puruhita
0301514021
periode
kabinet
pemerintahan
pimpinan
Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Kabinet Kerja) kementerian ini
dirombak
dengan
memisahkan
dan
memasukkan Direktorat
Jenderal
Ristek
mempunyai
tugas
B. ANALISIS SWOT
b.
peluang
Strategi W-O (WeaknessesOpportunities) yaitu strategi yang bertujuan
memperbaiki atau meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan
c.
peluang eksternal.
Strategi S-T (Strengths-Threats) yaitu strategi yang menggunakan
kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi
d.
C. PEMBAHASAN
Pembahasan yang kami lakukan didasarkan pada pengertian bahwa
faktor internal dan faktor eksternal analisis SWOT dengan permasalahan yang
akan didiagnosis pada suatu organisasi mengenai:
a. Permasalahan apa yang khusus harus diutamakan?
b. Apa yang menjadi penyebab munculnya masalah dalam paling utama
mendapat penyelesaian?
c. Aspek apa yang harus diubah untuk memecahkan permasalahan?
d. Kekuatan apa yang dapat mendukung dan menghalangi jika upaya tersebut
dilakukan?
e. Apakah tujuan utama penyelesaian masalah tersebut dan bagaimana
mengukur hasilnya?
Penggunaan acuan analisis Strenghts, Weakness, Oppotunities, dan Threats
dalam pembahasan pemisahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menjadi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dengan Kementerian
Pendidikan Tinggi yang menjadi melebur bersama Kementerian Riset,
Teknologi, dan Perguruan Tinggi.
1. Strenghts
Pemisahan dua lembaga ini memiliki beberapa kekuatan dan
optimistis dari beberapa tokoh yang mendukung kebijakan baru dari Kabinet
Kerja Joko Widodo Jusuf Kalla ini. Seperti yang dikatakan oleh Ketua
Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Edy Suandi
Hamid
mengapresiasi
langkah
Presiden
Joko
Widodo
memisahkan
2. Weakness
Mengenai
pemisahan
lembaga
Kementerian
Pendidikan
dan
kementerian saja, sistem pendidikan sering bias dan sering keluar dari sistem,
apalagi ditangani dua kementerian yang berbeda.
Pada sisi lain, pemisahan urusan pendidikan tinggi berpotensi
melanggar UU Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 14 UU No 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas menyatakan, jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Itu
menegaskan bahwa pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi merupakan satu kesatuan sistem yang tidak bisa dipisah-pisahkan.
Karena itu, kementerian yang menanganinya pun harus satu kementerian
yang terintegrasi untuk menghindari miskoordinasi yang bisa merusak satu
sistem pendidikan nasional tersebut.
Sementara itu, Darmaningtyas mengkhawairkan dengan pemisahan ini
mengakibatkan proses pendidikan di perguruan tinggi akan lebih pragmatis
karena tidak berbudaya lagi, karena budaya lepas dari perguruan tinggi. Oleh
karena itu, Darmaningtyas menilai semua pihak tidak bisa terlalu berharap
dengan pemisahan Dikdasmen dan Dikti ini.