Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
2
2003 Digitized by USU digital library
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,
tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada
malam hari.
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pencetus :
Allergen
Olahraga
Cuaca
Emosi
Imun
respon
menjadi
aktif
Pelepasan
mediator
humoral
Histamine
SRS-A
Serotonin
Kinin
Bronkospasme
Edema mukosa
Sekresi meningkat
inflamasi
Penghambat
kortikosteroid
5
2003 Digitized by USU digital library
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas
Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan
bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
7
2003 Digitized by USU digital library
Seksualitas
Penurunan libido
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Tak efektif bersihan jalan nafas b/d bronkospasme.
Hasil yang diharapkan: mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih dan
jelas.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Auskultasi bunyi nafas, catat
adanya bunyi nafas, ex: mengi
Kaji / pantau frekuensi
pernafasan, catat rasio inspirasi /
ekspirasi.
Catat adanya derajat dispnea,
ansietas, distress pernafasan,
penggunaan obat bantu.
Tempatkan posisi yang nyaman
pada pasien, contoh :
meninggikan kepala tempat tidur,
duduk pada sandara tempat tidur
Pertahankan polusi lingkungan
minimum, contoh: debu, asap dll
Tingkatkan masukan cairan
sampai dengan 3000 ml/ hari
sesuai toleransi jantung
memberikan air hangat.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai dengan
indikasi bronkodilator.
Beberapa derajat spasme
bronkus terjadi dengan
9
2003 Digitized by USU digital library
Diognasa 4: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.
Hasil yang diharapkan :
- mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko
infeksi.
- Perubahan ola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman.
INTERVENSI RASIONALISASI
Mandiri
Awasi suhu.
Diskusikan kebutuhan nutrisi
adekuat
Kolaborasi
Dapatkan specimen sputum
dengan batuk atau pengisapan
untuk pewarnaan
gram,kultur/sensitifitas.
Demam dapat terjadi karena
infeksi dan atau dehidrasi.
Malnutrisi dapat mempengaruhi
kesehatan umum
dan menurunkan tahanan
terhadap infeksi
untuk mengidentifikasi
10
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat
antibodi tubuh muncul ( immunoglobulin E atau IgE ) dengan adanya alergi. IgE di
muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan
pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan
gejala asthma.
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai
dengan bronkokontriksi ( 1-2 jam ); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat
berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang
ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau
bulan.
Astma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara
dingin.
Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi
karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan
perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat
ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan p02 ( hipoxia).Selama serangan
astmati, CO2 terthan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi,
dan menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan
akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea),
kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2
dalam darah (hypocapnea).
|||
Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper
|||
IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas
|||
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat
oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit
|||
Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator radang
( histamin )
|||
Peningkatan permeabilitas kapiler ( edema bronkus )
Peningkatan produksi mukus ( sumbatan sekret )
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis ( N.X )
|||
Hiperresponsif jalan napas
|||
Astma
|||
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola
nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi
sekret.
Komplikasi
Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
Bronchiolitis
Pneumonia
Emphysema.
Etiologi
Faktor ekstrinsik :reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk,
bulu-bulu binatang).
Faktor intrinsik; infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma..Kemudian dari
fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan; kimia.Polusi udara ( CO, asap rokok,
parfum ). Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi
faktor pencetus.
Manifestasi klinis
Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.
Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping hidung,
retraksi dada,dan stridor.
Batuk kering ( tidak produktif ) karena sekret kental dan lumen jalan nafas sempit.
Tachypnea, orthopnea.
Diaphoresis
Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
Fatigue.
Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.
Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.
Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit
karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.
Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.
Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.
X foto dada : atelektasis tersebar, Hyperserated
Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Foto rontgen
Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya
meningkat dalam darah dan sputum
Pemeriksaan alergi
Pulse oximetri
Analisa gas darah.
Penatalaksanaan serangan asma akut :
Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.
Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit
sampai 3 kali.
Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini ( per oral ) :
a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
Efedrin : 0,5 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan
insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan
monitor efek samping obat.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Nn. M DENGAN ASMA BRONCHIALE
DI IRDA RSDK SEMARANG
I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal 2 Agustus 2004 jam 10.45 WIB
a. Identitas Pasien
Nama : Nn. M
Umur : 16 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum Kawin
Alamat : Kalisari, Semarang
No Register : 381478
Diagnosa Medis: Asma Bronchiale
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 45 tahun
Hubungan dengan pasien: Ibu
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kalisari, Semarang
II. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
Batuk tidak produktif, sekret kental lengket sulit keluar, wheezing, suara
dasar bronkial expirasi diperpanjang, ronkhi basah area paru.
b. Breathing
Sesak napas, RR 30 x/menit, tarikan nafas dangkal dan cepat irama
teratur, inspirasi memendek, ekspirasi memanjang, tarikan otot
intercosta, nafas cuping hidung
9
c. Circulation
Tekanan darah 90/50 mmHg, nadi 112 x/menit, suhu 36,80 C, akral
dingin, gelisah, sianosis, diaforesis
III. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keluhan utama
Klien mengeluh sesak nafas terus menerus dan rasanya ampeg.
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh sesak nafas sejak tadi malan. Batuk disertai sekret kental
yang sulit keluar. Selama tiga minggu terakhir ini klien sudah tiga kali
mengalami serangan asma. Bila ada serangan klien terbiasa minum
amoxilin 500 mg dan salbutamol. Karena sesak yang dirasakan tidak
berkurang kemudian klien dibawa ke RSDK.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien mempunyai riwayat sesak nafas sejak kecil. Akhir-akhir ini serangan
sesak nafas sering kambuh dan keluarga baru mengetahui kalau klien
ANALISA DATA
12
dingin, gelisah
- SaO2 95 %
4. Ds: klien sering menanyakan
kapan sesaknya akan
berkurang
DO:
- Pasien tampak
gelisah, tegang
- Sesak nafas terus
menerus
- Nadi: 112x/menit,
RR : 30 x/menit, TD:
90/50 mmHg
Kesulitan bernafas, takut
serangan berulang
Cemas
tindakan keperawatan
selama 1 jam,
kerusakan pertukaran
gas berkurang,
dengan kriteria hasil :
- Nafas dalam
irama teratur 1624 x/mnt
- Ronkhi basah
berkurang
- GDA dalam batas
normal
- Kaji fungsi pernafasan;
auskultasi bunyi nafas, kaji
kulit setiap menit sampai 4
jam
- Berikan support ventilasi
- Berikan oksigen sesuai
program dan pantau pulse
oximetry
- Berikan posisi nyaman semi
fowler
- Monitor efek samping
pemberian pengobatan
- Periksa kadar BGA
14
3. Perubahan perfusi
jaringan b.d
hipoksia,
kurangnya suplai
oksigen ke jaringan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 jam, perfusi
jaringan meningkat,
dengan kriteria hasil :
- Tidak ada hipoksia,
iritabel
- Akral hangat
- SaO2 100 %
- Kaji tanda dan gejala hypoxia;
kegelisahan, fatigue, iritabel,
tachycardia, tachypnea
- Berikan kenyamanan fisik;
support dengan bantal dan
pengaturan posisi
- Berikan oksigen dengan
humidifikasi
- Monitor efek pemberian
nebulizer; kemudian pantau
bunyi nafas dan usaha nafas
setelah terapi
4 Cemas b.d
kesulitan bernafas,
serangan ulang
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1jam, cemas
pasien berkurang
/hilang dengan
kriteria hasil:
- Pasien tampak
lebih rileks
- Nadi 60-100
x/menit
- Pasien mengerti
dan kooperatif
untuk setiap
tindakan
keperawatan yang
dilakukan
- Kaji tingkat kecemasan pasien
- Jelaskan setiap prosedur yang
dilakukan
- Jelaskan tentang perawatan
dan pengobatan pasien
- Ajarkan tehnik relaksasi
dengan nafas dalam
- Anjurkan kelaurga untuk
menemani klien saat serangan
15
CATATAN KEPERAWATAN
TGL/JAM NO.
DP
IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
2-8-04
10.45
11.00
1 - Mengkaji frekuensi dan kedalaman
pernapasan
R : RR 30 x/menit, nafas dangkal cepat,
ekspirasi lebih panjang dari inspirasi
- Mengauskultasi bunyi nafas
R : Ada Whezing di lapang paru dan
bronkus
- Memberikan nebulezer (atrovent 1 cc,
bisolvon 1 cc, berotec 1 cc dan Nacl 0,9
% 6 cc)
R : Pasien mengatakan jalan nafasnya
menjadi lebih longgar dan sesak
berkurang, klien batuk, keluar ingus di
hidung
- Mengajarkan pasien nafas dalam dan
batuk efektif setelah diberikan nebulizer
R : sekret dapat keluar, lebih encer
Jam 12.00
S : pasien mengatakan
sesak sudah berkurang
O:
- RR 24 x/menit
- Masih ada wheezing di
sebagian paru
16
suara dasar bronkial ekspirasi
memanjang
- Memonitor efek dari pemberian
nebulizer terhadap perubahan ventilasi
perfusi
R : dyspnea berkurang
sebagian
P : lanjutkan monitor
adanya gangguan
keseimbangan asam basa
2-8-2004
11.05
11.30
3 - Mengkaji tanda dan gejala hypoxia
R : Klien gelisah, nadi 110x/mnt, takipnea,
akral dingin, diaforesis
- Memberikan posisi yang nyaman
17
11.50
mengatakan lebih nyaman
- Menganjurkan pasien tiduran dan
istirahat
R : pasien kooperatif
- Menemani pasien disaaat cemas
R : pasien merasa lebih tenang
- Memonitor TTV
R= TD 95/60 mmHg
RR= 24x/menit
S= 36,90 C
Nd= 96x/menit
menemani klien terutama
saat serangan
I. PENDAHULUAN
Pembangunan secara umum sering diartikan sebagai upaya multidimensi untuk mencapai kualitas
hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Pembangunan kesehatan di Indonesia diselenggarakan
secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Pembangunan ini semakin penting mengingat kesehatan adalah hak asasi
manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan investasi untuk pembangunan bangsa. Oleh
banyak negara, termasuk Indonesia dan Provinsi Lampung, pembangunan kesehatan dimaknakan
sebagai proses yang terus menerus dan progresif untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya (Dinkes Provinsi Lampung, 2005). Status atau derajat kesehatan masyarakat ditentukan
oleh berbagai faktor seperti, lingkungan, perilaku masyarakat dan pelayanan kesehatan. Dalam
mengatasi masalah kesehatan faktor-faktor tersebut perlu mendapat perhatian serta penanganan
sebagai satu kesatuan. Untuk menjunjung upaya kesehatan agar mencapai derajat kesehatan yang
optimal, maka upaya di bidang kesehatan lingkungan dan perorangan perlu mendapat perhatian,
salah satunya adalah penyakit pernafasan yaitu asthma (Hendarto, dkk, 2003).
Penyakit Asthma Bronchiale merupakan suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea
dan brochus terhadap rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas
dan derajat yang dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun dari berbagai alergen. Penyakit
Asthma Bronchiale dapat menyerang semua tingkat usia pada setiap lapisan masyarakat baik
dengan status ekonomi lemah maupun status ekonomi cukup, pada pasien asthma dengan sebab
apapun akan mengalami patofisiologi yang dapat mengganggu pola nafas, pertukaran gas,
keseimbangan cairan, nutrisi, aktivitas rasa nyaman dan dapat terjadi berbagai Tugas EPTM |
Asthma Bronchiale 3
komplikasi. Umumnya penyakit asthma disebabkan oleh udara dingin, debu, protein, bulu halus
binatang, kelelahan dan zat kimia serta riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
(Soeparman dkk., 1999). Penyebab penyakit pada manusia jarang bersifat sederhana. Hanya
beberapa keadaan yang disebabkan oleh penyebab tunggal, sedangkan yang lainnya bersifat
multifaktor seperti sifat-sifat keturunan (faktor umum yang dalan masalah alergi),
ketidakseimbangan gizi, faktor stress elemen emosi atau psikologi dan lain-lain. Ada bukti-bukti
yang menunjang adanya pandangan oseopatik dan kiropatik bahwa seringkali terdapat elemen
struktural dan mekanik (terutama pada kasus asthma) sebagai predisposisi suatu penyakit atau
disfungsi. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis sangat tertarik untuk lebih
jauh memahami tentang aspek klinis dan aspek epidemiologis penyakit asthma bronchiale. Tugas
EPTM | Asthma Bronchiale 4
Mansjoer, Arif (1999) mendefinisikan asthma yaitu merupakan gangguan inflamasi kronik jalan
nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus
dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas, dan gejala pernafasan (mengi dan sesak). Obstruksi
jalan nafas umumnya bersifat reversibel, namun dapat menjadi kurang reversibel bahkan relatif
nonreversibel tergantung berat dan lamanya penyakit. Dari berbagai definisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa asthma merupakan gangguan berupa penyempitan yang terjadi pada jalan
pernafasan.
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya asthma bronchiale diantaranya adalah sebagai berikut (Soeparman, dkk,
1999):
1. Faktor Ekstrinsik (alergi)
Asthma yang terjadi disebabkan karena kepekaan individu terhadap alergen biasanya protein
serbuk sari yang terhirup, bulu halus binatang, susu atau coklat (jarang)
2. Faktor Intrisik (Non alergi)
Asthma terjadi karena :
- Demam, emosi, latihan fisik
Selain ketiga diatas astma juga disebabkan karena mediator kimia yang menyebabkan asthma
bronchiale, yaitu histamin, bradikinin, subtan yang bereaksi lambat terhadap ana pilaksis (ECF
A) dan faktor-faktor lain yang menimbulkan reaksi antigen dan anti bodi Antigen bereaksi dengan
anti bodi monoglobolin E (19 E) menyebabkan terjadinya degranulasi dari masalalu (reaksi
allergen) mediator breaksi dengan reseptor sepesipik pada membran-membran otot halus, odem
mukosa dan meningkatkan sekresi bronchus Nervus nervus bersipat mengatur otot-otot
bronchus melalui sistem syaraf. Parasimptis pada astma intrisik rangsangan disebabkanoleh
faktor infeksi, latihan sehingga mengembalikan autokolin Penyebab langsung kotreksi bronkhus
yang disebabkan oleh rangsang kimia, penderita astma mempunyai respon syaraf simpatik yang
rendah, seorang penderita astma senderung meningkat zat kimianya dan menyebabkan kotreksi
otot-otot halus (Soeparman, dkk, 1999).
D. TANDA DAN GEJALA
1. Serangan sering terjadi pada malam hari.
2. Sesak napas
3. Bunyi napas wheezing (mengik)
4. Terjadi sianosis (pucat)
5. Serangan terjadi antara 30 60 menit
6. Batuk produktif (berdahak)
7. Diarhotorosis
E. GAMBARAN KLINIS
1. Gejala asthma terdiri dari tiga sekawan yakni sesak nafas, batuk dan wheezing
2. Kebanyakan kasus asthma memberikan gambaran khusus berupa serangan yang bersifast
episodik disertai gejala di atas muncul bersama-sama.
Tugas EPTM | Asthma Bronchiale 7
3. Serangan sering muncul pada malam hari tapi dapat juga muncul secara tiba-tiba setelah
terpapar oleh suatu allergen tertentu, olahraga, infeksi saluran pernafasan, ataupun karena
perubahan emosi.
4. Pada waktu serangan pasien merasakan suatu perasaan sesak, sering disertai batik yang bersifat
tidak produktif.
5. Respirasi menjadi terdengar lebih keras, wheezing dapat timbul baik pada waktu inspirasi
maupun expirasi, respirasi sering menjadi lebih cepat, dan ekspirasi menjadi lebih panjang.
6. Kalau serangan yang terjadi berat dan berlangsung lama otot-otot pernafasan biasanya menjadi
lebih aktif, batuk menjadi produktif, sputum bersifat kental dan lengket.
7. Pada keadaan esktrim, wheezing justru menghilang, batuk-batuk tidak efektif lagi untuk
mengeluarkan sputum, pasien menjadi tersenggal-tenggal.
8. Sebagian kecil kasus asthma mempunyai ciri khusus yakni serangan hanya muncul setelah
olahraga/bekerja.
9. Beratnya serangan asthma sangat bervariasi.
(Kodim Nasrin, 2003).
F. FAKTOR-FAKTOR PENCETUS PADA PENYAKIT ASTHMA
Menurut Kodim, Nasrin (2003) terdapat faktor-faktor pencetus timbulnya serangan asthma, yaitu
sebagai berikut:
1. Allergen
a. Faktor-faktor alergi mempunyai peranan yang penting pada sebagian besar penyakit asthma
pada anak.
b. Serangan asthma yang disebabkan oleh adanya stimulus zat alergi pada saluran pernafasan
biasanya ditandai dengan timbulnya gejala-gejala asthma yang berlangsung secara cepat,
obstruksi pulmo berlangsung dengan cepat dan dapat berangsur pulih dalam waktu beberapa jam.
c. Proses sensitisasi tergantung pada lamanya dan intensitas keterpaparan terhadap substansi
allergen.
Tugas EPTM | Asthma Bronchiale 8
d. Pola dari sensitivitas secara berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Pada bayi dan
balita, sensitivitas tinggi terhadap debu rumah yang dapat berupa, tungau, bulu binatang, spora
dan jamur di dalam rumah. Pada anak yang lebih besar, mereka lebih sensitif terhadap debu atau
serbuk tumbuh-tumbuhan atau jamur yang terdapat di luar rumah, serbuhk dari bunga tumbuhan
dapat bersifat musiman, sehingga pada usia tersebut mulai didapat pola musiman timbulnya
serangan asthma pada anak.
2. Infeksi
a. Serangan asthma terutama pada bayi dan balita sering dihubungkan dengan adanya infeksi
saluran pernafasan akut karena virus.
b. Pada bayi dengan bronchiolitis yang disebabkan oleh virus (respiratory sycncytal virus) terjadi
obstruksi pada bronchus dan bronchiolus.
c. Pada infeksi oleh karena influenza virus, obstruksi pada pulmo baru terlihat nyata pada anakanak yang mempunyai kepekaan pada saluran pernafasannya.
d. Secara umum sulit memisahkan antara alergi dengan infeksi respirasi bagian atas kalau
keduanya muncul bersamaan.
e. Secara invitro dapat dibuktikan bahwa infeksi dapat meningkatkan pelepasan mediator dari selsel radang.
3. Irritant
a. Keterpaparan terhadap asap, debu dan zat-zat tertentu dapat memicu serangan asthma pada
individu penderita asthma.
b. Sejumlah irritan yang bertindak sebagai pemicu serangan asthma seperti hairspray, parfum,
asap rokok, bau dari cat dinding, air dingin, udara yang kering dapat memicu serangan asthma
dengan mekanisme non immune.
c. Iritasi pada hidung dan saluran nafas lain seperti pada tenggorokan dapat memicu terjadinya
batuk-batuk dan menyebabkan timbulnya reflek kontriksi pada bronchus.
Tugas EPTM | Asthma Bronchiale 9
4. Faktor fisik
a. Serangan asthma dapat dipicu oleh perubahan-perubahan pada lingkungan si penderita
misalnya, perubahan temperatur, tekanan udara dan kelembaban udara.
b. Olahraga seperti lari, bersepeda juga dapat memicu obstruksi saluran pernafasan.
5. Faktor emosi
a. Serangan asthma dapat timbul pada saat-saat stres, sedih atau terlalu gembira.
b. Kegelisahan dapat menyebabkan hyperventilasi, dalam hal mekanisme serangan asthma dapat
terjadi karena terjadinya refleks kontriksi pada bronchus sebagai akibat udara yang mengalir
dalam saluran nafas menjadi lebih dingin, hal ini terlihat nyata pada pasien seperti ini akan
membaik bila yang bersangkutan disuruh menghisap udara yang hangat dan lembab.
c. Aspirin dapat menyebabkan timbulnya serangan asthma dengan derajat sedang sampai berat
hampir 30% orang dewasa. Pada orang dewasa aspirin dapat menyebabkan obstruksi bronchus
yang berat bahkan dapat menyebabkan reaksi anafilaksi yang berat.
d. Pada anak-anak belum diketahui reaksinya apakah sama dengan orang dewasa
e. Obat-obat non steroid anti inflamasi lain yang dapat menyebabkan timbulnya serangan asthma
tapi dalam jumlah yang kecil adalah endomethacin dan ibuprofen
f. Reaksi dari obat-obatan tersebut di atas terhadap timbulnya serangan asthma lebih dipikirkan
sebagai reaksi daripada reaksi allergi.
Tugas EPTM | Asthma Bronchiale 10
G. PENANGGULANGAN
1. Inhalasi
Tujuannya agar polanapas kembali efektif Alat yang digunakan :
a. Pengalas
b. 2 buah handuk
c. 5 cemiti / penjepit.
d. Waskom
e. Air hangat
f. Minyak angin / minyak kayu putih
2. Minum Air Hangat
a. Minum air hangat yang sudah matang sebanyak mungkin
b. Tujuannya
- mengencerkan dahak
3. Latihan Batuk Efektif
a. Casande congh
- Intruksikan pasien untuk tarik napas dalam
- Kemudian batuk dengan keras sehingga terasa tidakada udara tertinggal di paru
Menufer batuk ini untuk mengeluarkan sekret (dahak) dilakukan sampai beberapa kali
b. Huff cough
- Perintahkan pasien untuk tarik napas dalam .
- Kemudian dengan membuka mulut lakukan seri eksfresi huff
- Setelah diulang beberapakali barulah pasien melakukan batuk
c. End expratori cough
- Perintahkan pasien untuk tarik napas dalam dan exspresi secara berlahan
Tugas EPTM | Asthma Bronchiale 12
- Ketika dirasakan paru sudah kosong lakukan batuk manufer ini tidak menghasilkan skret
(dahak) tetapi dapat dilakukan untuk mengeluarkan skret (dahak)
- Setelah dilakukan beberapa kali lakukan casande congh mungkin akan lebih efektif
d. Quad assist cough
- dilakukan untuk membantu pasien dengan menurunkan kemampuan otot expiratori
- perawat membantu otot pasien dengan mendorong lepas dengan satu tangan di bawah proecsus
xiphoild ketika pasien mencoba untuk batuk
- bila memungkin kan pasien akan condong kedepan
Cara Kerja
1) Posisi pasien dalam keadaan duduk
2) Pasang pengalas diatas paha
3) Letakkan waskom yang sudah di isi air hangat diatas pahayang diberi pengalas
4) Masukan / beri minyak angin / kayu putih beberapa tetes / secukupnya
5) Kemudian pasang handuk diatas kepala hingga tertutup lalu diberi cemitisupaya tidak jatuh
6) Kemudian dihirup mellui hidung hingga napas terasa longgar
4. Melakukan Posisi Semi Fowler
a. Duduk pasien diatas tempat tidur atau diatas kursi
b. Atur kemiringan 450 (drajat)
c. Kemudian bagian punggung di beri bantal untuk mengganjal
d. Tujuan untuk membantu melonggarkan pernapasan
Tugas EPTM | Asthma Bronchiale 13
IV. PEMBAHASAN
Contoh kasus tersebut di atas merupakan salah bentuk dari faktor timbulnya asthma yang
disebabkan oleh faktor etnis, meskipun diketahui bahwa masih terdapat banyak kasus asthma
yang terjadi pada masyarakat yang disebabkan oleh atopik, orangtua perokok, infeksi saluran
respirasi bagian bawah dan faktor sosio-ekonomi. Sebagaimana diketahui bahwa asthma dapat
diobati, maka tindakan pengobatan dapat dilakukan dengan melihat kondisi-kondisi tertentu yang
ditimbulkan oleh penyakit ini. Meskipun asthma adalah suatu keadaan menahun yang
eksaserbasi. Pengobatan yang diberikan harus berkesinambungan, mampu menghilangkan
keluhan dan mencegah kekambuhan serta mampu menekan timbulnya proses peradangan
menahun pada saluran nafas. Dengan melakukan pengobatan secara eksaserbasi diharapkan dapat
menghindari faktor pencetus, bagi penderita yang alergi dan juga mampu menghindari bahan
alergen. Sedangkan bagi kelompok yang toleransinya rendah terhadap latihan jasmani, serangan
malam hari yang berulang, terutama penderita asthma ringan sampai sedang, pemberian obatobatan yang mp sifat anti radang.
Maka dalam hal ini pengobatan asthma harus didasarkan pada mekanisme patofisiologi yang
telah disebutkan di tinjauan teori ini. Dengan melihat patofisiologi yang menyebabkan serangan
asthma, diharapkan untuk ditekankan pada bagaimana timbulnya peradangan saluran pernafasan
tersebut. Apakah karena jenis mediator spesifik yang menyebabkannya? Bila demikian, maka
pengobatan ini harus mampu menekan komponen-komponen keradangan yang menyebabkan
timbulnya keluhan penderita. Jadi, yang diharapkan adalah bagaimana pengobatan tersebut dapat
mencegah timbulnya obstruksi yang tak dapat pulih kembali (irreversible airways obstructin)
dengan tujuan dapat meyakinkan bahwa Tugas EPTM | Asthma Bronchiale 16
pengobatan tersebut dapat menyembuhkan serangan ekaserbasi akut, sehingga dapat menghindari
penyempitan saluran pernafasan lebih lanjut. Secara pengobatan asthma adalah suatu tindakan
yang melibatkan banyak hal, antara lain penyuluhan (edukasi) penderita pengawasan lingkungan
dan pemakaian obat-obatan untuk mengawasi secara obyektif perjalanan penyakit tersebut. Tugas
EPTM | Asthma Bronchiale 17
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Kemungkinan masih tingginya prevalensi asthma di dunia, maupun di Indonesia.
2. Ditemukan banyak faktor yang dapat menjadi pencetus kejadian penyakit asthma bronchiale
3. Kejadian asthma yang disebabkan oleh faktor etnis dapat terjadi di mana saja dan menyerang,
siapapun.
4. Pengobatan yang diberikan harus berkesinambungan, mampu menghilangkan keluhan dan
mencegah kekambuhan serta mampu menekan timbulnya proses peradangan menahun pada
saluran nafas.
B. Saran
1. Pengobatan terhadap penyakit asthma bronchiale yang diberikan harus berkesinambungan,
dengan harapan mampu menghilangkan keluhan dan mencegah kekambuhan serta mampu
menekan timbulnya proses peradangan menahun pada saluran nafas.
2. Bagi penderita asthma diharapkan dapat terus mengikuti pengobatan yang telah diikuti dengan
mengikuti aturan-aturan yang berhubungan dengan kesembuhan.
3. Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat terus meningkatkan pendidikan kesehatan berupa
penyuluhan kepada masyarakat khususnya penderita asthma dengan harapan dapat lebih mengerti
tentang cara penanganan dan pengobatan penyakit tersebut.
Tugas EPTM | Asthma Bronchiale 18
DAFTAR PUSTAKA Arif Mansjoer, dkk, (2000). Kapita Selekta
Kedoteraan ; edisi ketiga, Media
Aesculapius: Jakarta. Dinkes Provinsi
Lampung, (2006). Profil Kesehatan
Lampung
Tahun
2006,
Dinkes
Provinsi Lampung, Lampung. Kodim,
Nasrin, (1999). Himpunan Bahan
Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular. FKM-UI. Jakarta. Soeparman,
dkk, (1999). Ilmu Penyakit Dalam.
FKUI. Jakarta.