Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Pada saat ini banyak sekali kejadian atau kasus kehamilan pada remaja,
bahkan kasus tersebut paling banyak dialami pada saat para remaja belum menikah
atau hamil di luar nikah. Data dari CDC tahun 2012 menunjukkan sekitar 86.000
remaja usia 15-17 melahirkan pada tahun itu. Ada sekitar 1 atau lebih dari 4 remaja
melahirkan pada usia 15-17 tahun. Tentunya sebelum remaja itu menyelesaikan
sekolahnya. Sekitar 1.700 remaja usia 15-17 tahun melahirkan tiap minggunya. 1
Sedangkan menurut WHO, sekitar 16 juta wanita yang berumur 15-19 tahun
melahirkan setiap tahunnya, dan menyumbangkan 11% dari kelahiran bayi diseluruh
dunia.2
Gambar 1. Grafik angka kelahiran per 1000 wanita umur 15-19 tahun, berdasarkan ras dan tahun di Amerika
Kehamilan pada remaja akan menimbulkan masalah bagi bayi dan ibunya.
Data dari WHO menunjukkan 14% dari seluruh kejadian aborsi yang tidak aman
dilakukan oleh wanita yang berumur 15-19 tahun, atau sekitar 2,5 juta remaja telah
melakukan aborsi tidak aman setiap tahunnya. Tentunya hal ini sangat
1
muda, untuk perkawinan diizinkan pada usia 21 tahun bagi laki-laki dan perempuan
berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan yang
dilakukan pada laki-laki yang berusia kurang dari 21 tahun dan perempuan berusia
kurang 19 tahun.
II.
dewasa. Tidak ada batasan yang tegas antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa
pubertas, akan tetapi dapat dikaitkan bahwa pubertas mulai dengan awal berfungsinya
ovarium. Pubertas berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi mantap dan teratur.6
Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder dan
berakhir jika sudah ada kemampuan reproduksi. Pubertas pada wanita mulai kira-kira
8-14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun.6
Awal pubertas jelas dipengaruhi oleh bangsa, iklim, gizi, dan kebudayaan.
Pada abad ini secara umum ada pergeseran permulaan pubertas ke arah umur yang
lebih muda, yang diterangkan dengan meningkatnya kesehatan umum dan gizi.6
Kejadian yang penting dalam pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat,
timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche, dan perubahan psikis. Apa yang
primer menyebabkan mulainya pubertas belum diketahui. Yang diketahui ialah bahwa
ovarium mulai berfungsi di bawah pengaruh hormon gonadotropin dari hipofisis, dan
hormon ini dikeluarkan atas pengaruh Releasing Factor dari hipotalamus. Dalam
ovarium folikel mulai tumbuh dan walaupun folikel-folikel itu tidak sampai menjadi
matang karena sebelumnya mengalami atresia, namun folikel-folikel tersebut sudah
sanggup mengeluarkan estrogen. Pada saat yang kira-kira bersamaan korteks kelenjar
suprarenal mulai membentuk androgen, dan hormon ini memegang peranan dalam
pertumbuhan badan.6
KONDISI
MENTAL
REMAJA
DALAM
MENERIMA
SUATU
KEHAMILAN
Remaja yang paling mungkin untuk memiliki bayi adalah (1) dari keluarga
dan masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi, (2) tidak belajar dengan baik di
sekolah dan memiliki harapan yang rendah untuk pendidikannya sendiri, (3) dari
keluarga yang bermasalah, dan (4) dengan masalah perilaku dan kekerasan pada
remaja.7
Kehamilan usia dini akan menimbulkan krisis bagi wanita yang mengandung
dan keluarganya. Reaksi yang umum yang timbul seperti rasa marah, bersalah, dan
penolakan. Remaja yang hamil mungkin tidak mencari tempat pelayanan kesehatan
untuk memeriksakan kehamilannya, berakibat pada meningkatnya risiko komplikasi
kehamilan yang diterima oleh remaja tersebut. Remaja yang hamil menolak diberikan
pemahaman khusus, pelayanan kesehatan, dan edukasi sehubungan dengan nutrisi,
infeksi, dan komplikasi dari kehamilan.8 Mereka malah mencoba untuk menggunakan
rokok, alkohol, dan obat-obatan, yang dapat merusak pertumbuhan janinnya. ibu yang
masih remaja lebih cenderung untuk berhenti melanjutkan sekolah dan memilih
menjadi orang tua tunggal, dan jarang hadir dalam perkuliahan daripada mereka yang
hamil di umur yang lebih tua.7
Kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat disekitarnya, serta
kurangnya keterlibatan dalam kegiatan sekolah dan rekreasi atau kegiatan setelah
program sekolah, menyebabkan remaja kurang berinteraksi dengan keluarga, sekolah,
dan masyarakat, sehingga menggunakan obat-obatan dan alkohol, dan keterbatasan
pengetahuan tentang pendidikan kesehatan, seks dan seksualitas.7
Seringkali organisasi pelayanan sosial, lembaga keagamaan, pemerintah, dan
kelompok-kelompok budaya menggunakan kata-kata untuk menjelaskan masalah ini
dengan pesan-pesan negatif. Mengidentifikasi kehamilan remaja sebagai krisis,
epidemi, tragedi pribadi atau bencana, sehingga memposisikan kehamilan remaja
sebagai masalah sosial dengan konsekuensi serius untuk remaja, anak-anak mereka
dan masyarakat pada umumnya.9
IV.
dihadapkan pada risiko yang sangat besar pada komplikasi obstetri dibandingkan
dengan wanita lainnya. Risiko ini akan sangat besar bagi mereka yang sangat buruk
diet dan perawatan antenatalnya. Risiko kehamilan pada remaja antara lain:
IV.1 Meningkatnya Kasus Aborsi
Setiap tahun, satu juta wanita di dunia memutuskan untuk mengakhiri
kehamilannya dengan aborsi. Diperkirakan aborsi di dunia sekitar 28 per 1000
wanita. Eropa barat merupakan daerah yang paling rendah kasus aborsinya sekitar 12
aborsi per 1000 wanita berbanding terbalik dengan wanita di eropa timur sekitar 43
aborsi per 1000 wanita.10 Setiap tahun 22 juta wanita melakukan aborsi yang tidak
aman. Wanita muda lebih banyak melakukan aborsi dibandingkan dengan wanita
yang tua utamanya pada trimester kedua. Remaja sering menimbulkan komplikasi
yang berat setelah melakukan aborsi yang tidak aman karena perawatannya yang
terlambat, perawatan dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kemampuan dan tidak
menghubungi pelayanan kesehatan ketika komplikasi sudah muncul. 11 Pada tahun
2008 WHO meperkirakan sekiar 12 % kematian ibu di dunia, atau 47.000 jiwa
meninggal karena melakukan prosedur aborsi yang tidak aman.12
Ibu yang masih remaja memiliki insiden yang lebih tinggi untuk terserang
anemia. Diperkirakan insidensi anemia pada kehamilan remaja sekitar 17,1 %.
peningkatan resiko komplikasi ini dikaitkan buruknya status gizi dan rendahnya
kalori yang dikonsumsi oleh ibu muda.14
IV.3 Pregnancy Induced Hypertension (PIH)
Remaja yang hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi
dibandingkan dengan wanita hamil yang berusia lebih tua. Banyak penelitian
menunjukkan adanya peningkatan insidens terjadinya PIH dan eklampsia pada remaja
yang hamil, namun menurut WHO masalah ini bukanlah risiko khusus yang
ditimbulkan oleh ibu yang masih remaja. Bagaimana pun, hipertensi adalah
komplikasi yang paling sering dari kehamilan anak pertama dan komplikasi yang
paling sering dari ibu yang masih remaja.15
IV.4 Penyakit Menular Seksual dalam Kehamilan
Perkiraan terbaru menunjukkan bahwa 25 % dari setiap populasi yang aktif
melakukan hubungan seksual, usia 15-24 tahun hampir setengahnya merupakan
penderita baru dari penyakit menular seksual. Infeksi penyakit menular seksual lebih
banyak diderita oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena
remaja lebih cenderung melakukan hubungan seksual yang tidak direncanakan dan
tanpa kondom, menempatkan mereka pada risiko terjangkit Human Immunodefisiensi
Virus (HIV/AIDS) dan PMS lainnya. Sebanyak 53,3 % remaja mengatakan bahwa
alasan utama mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi karena sebelumnya telah
menggunakan obat-obatan terlarang dan meminum alkohol.16
Pada tahun 2007 data dari American Collage of Obstetricians and
Gynecologist, wanita yang berumur 15-19 tahun adalah kelompok yang tertinggi yang
terinfeksi dengan clamydia, dengan 3000 kasus per 100.000 perempuan pada setiap
kelompok umur. Centers for Disesase Control memperkirakan lebih dari 1 pada 10
wanita remaja yana aktif melakukan hubungan seks terjangkit clamydia, sedangkan
untuk kasus gonorrea, wanita dengan kelompok umur 15-19 dan 20-24 tahun
merupakan kelompok terbanyak terinfeksi gonorrea (647,9 kasus dan 614,5 kasus per
100.000). Sekitar 1.743 kasus baru HIV/AIDS didiagnosis pada remaja umur 13-19
tahun. Human papiloma virus (HPV) pada wanita umur 14-19 tahun diperkirakan
prevalensinya sekitar 24,5%. Sifilis pada wanita umur 15-19 tahun meningkat dari 1,5
kasus pada tahun sebelumnya menjadi 2,4 kasus per 100.000 penduduk. 16
3. Gonore
pada remaja
dibandingkan
dengan
populasi.
Tahun 1975-2007
DampakGambar
infeksi
menular
seksual
(IMS)
pada
kehamilan
bergantung pada
organisme penyebab, lamanya infeksi, dan usia kehamilan pada saat perempuan
terinfeksi. Hasil konsepsi yang tidak sehat seringkali terjadi akibat IMS, misalnya
kematian janin (abortus spontan atau lahir mati), bayi berat badan rendah (akibat
prematuritas, atau retardasi pertumbuhan janin dalam rahim), dan infeksi kongenital
atau perinatal (kebutaan, pneumonia neonatus, dan retardasi mental).17
Kematian janin, baik dalam bentuk abortus spontan maupun lahir mati, dapat
ditemukan pada 20-25% perempuan hamil yang menderita sifilis dini, 7-54%
perempuan hamil dengan herpes genitalia primer, dan pada 4-10% pada perempuan
hamil yang tidak menderita IMS. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dapat
dijumpai pada 10-25% perempuan hamil dengan vaginosis bakteri, 11-15% pada
perempuan dengan trikomoniasis, 30-35% herpes genitalia primer, 15-50% sifilis
dini, dan 2-12% pada perempuan hamil tanpa IMS. Infeksi kongenital atau perinatal
dapat ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh 40-70% perempuan hamil dengan
infeksi dengan sifilis dini, 30-50% perempuan hamil dengan herpes genitalia primer,
dan tidak ditemukan pada perempuan hamil tanpa IMS.17
IV.5 Karsinoma Serviks
Insidensi lebih tinggi ditemukan pada gadis yang koitus pertama (coitarche)
dialami pada usia muda (<16 tahun), insidensi meningkat dengan tingginya paritas,
apa lagi bila jarak persalinan terlampau dekat, aktivitas seksual yang sering bergantiganti pasangan, pada wanita yang mengalami infeksi HPV. Karsinoma serviks timbul
di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis
servikalis yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologik antara
epitel gepeng berlapis (Squamous Complex) dari porsio dengan epitel kuboid/silindris
pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis servikalis. Pada wanita muda SCJ ini
berada diluar ostium uteri eksternum, sedang pada wanita berumur >35 tahun, SCJ
berada di dalam kanalis servikalis.18
IV.6 Depresi postpartum
Penelitian dari Molloborn dkk, yang membandingkan tingkat stress antara
remaja yang telah mempunyai bayi dengan remaja lainnya, didapatkan remaja yang
telah mempunyai bayi memiliki tingkat stress yang lebih berat 2 kali dibandingkan
remaja lainnya. Lalu dengan menggunakan skor dari Early Childhood Longitudinal
Study-Birth Cohort (ECLS-B) penelitian ini membandingkan antara tingkat stress ibu
remaja yang telah postpartum 9 bulan dan ibu yang telah melahirkan anak
9
pertamanya diatas usia 20 tahun didapatkan ibu yang masih remaja mendapat skor
nilai 56 sedangkan ibu yang berusia lebih tua bernilai 38. Stress yang dialami ibu
yang telah memiliki anak ini sudah ada sejak mereka sebelum hamil.19
V.
Cacat Bawaan
Penelitian dari Ya li luo ddk, menemukan wanita yang hamil dibawah umur 25
tahun memiliki risiko tinggi memiliki bayi yang polidaktil dibandingkan dengan
wanita yang berumur diatas 25 tahun. Demikian pula pada wanita yang hamil diusia
muda memiliki risiko untuk memiliki anak dengan talipes equinovarus.21
10
VI.
pada remaja berdasarkan status sosial ekonomi, dinamika keluarga, dan lingkungan
sekitarnya sebagai faktor utama yang berkontribusi. Hasil penelitian itu menjelaskan
bahwa pada remaja perempuan dan laki-laki yang berasal dari keluarga yang lengkap
(memiliki ayah-ibu) lebih cenderung menggunakan alat kontrasepsi dan lebih sedikit
kecenderungan untuk hamil dibandingkan pada remaja yang berasal dari keluarga
dengan orang tua tunggal. Selain itu, kualitas dari hubungan suatu keluarga
mempengaruhi perilaku seksual yang berisiko yang berhubungan dengan kehamilan
pada remaja seperti pada remaja yang memiliki komunikasi yang baik dengan
keluarga dan dukungan penuh dan pengawasan dari orang tua cenderung menolak
melakukan aktivitas seksual yang lebih awal, memiliki pasangan sex yang sedikit,
dan lebih tinggi kesadarannya menggunakan kondom. Sebaliknya, gangguan
hubungan dengan orang tua dan pengaruh dari pasangan yang tidak sehat
berhubungan dengan kecenderungan remaja untuk terlibat dalam perilaku seksual
yang berisiko menyebabkan kehamilan.22
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja terdiri dari
empat kategori besar:23
Faktor lain, seperti pengaruh sosial ekonomi dan budaya, juga tampaknya
membentuk keinginan untuk menjaga kesehatan reproduksi dan perilaku, meskipun
perannya masih kurang jelas.23
11
12
13
remaja,
penggunaan
kontrasepsi
dan
kehamilan.
Studi
ini
telah
multikomponen
pencegahan
dan
pengembangan
generasi
muda.
Pencegahan primer terfokus pada edukasi seksual di sekolah. Namun, studi evaluasi
terhadap intervensi khusus, serta ulasan dan meta-analisis efek dari strategi saat ini,
menunjukkan bukti efektivitas yang berbeda.24
Pencegahan sekunder ditujukan pada remaja yang sudah aktif berhubungan
seksual, melalui penggunaan dan penyediaan kontrasepsi. Kondom adalah
kontrasepsi yang paling sering digunakan pada masa remaja tetapi remaja relatif
jarang menggunakannya sebagai pelindung. Penggunaan gabungan dari kondom
ditambah pil kontrasepsi adalah kemungkinan pilihan yang paling efektif.
Menggunakan pil kombinasi dalam cincin vagina dapat membantu untuk
meningkatkan kepatuhan. Kontrasepsi jangka panjang tidak banyak digunakan dan
dapat membantu untuk mengurangi kehamilan remaja tetapi tidak melindunginya
terhadap IMS. Kontrasepsi darurat tidak boleh digunakan sebagai alternatif
kontrasepsi regular dan tidak melindungi terhadap IMS, tetapi memiliki potensi untuk
mencegah sebagian besar kehamilan remaja yang tidak direncanakan. bagaimanapun,
kesulitan dalam mengakses kontrasepsi darurat dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan tentang metode ini, kesulitan dalam menemukannya dan biayanya.
15
Barang ini tersedia di apotek, tetapi remaja di bawah usia 16 tahun memerlukan resep
untuk mengaksesnya.24
Meningkatkan ketersediaan layannan kontrasepsi di klinik bagi perempuan
muda berhubungan dengan mengurangi tingkat kehamilan. Peranan dokter umum
adalah yang terpenting: lebih dari 70% konsultasi kontrasepsi di Inggris terjadi di
praktek umum. Di Inggris, 91% dari remaja yang hamil memiliki setidaknya satu kali
kunjungan ke dokter umum dalam tahun sebelumnya, 71,3% dari mereka khusus
datang untuk berkonsultasi tentang kontrasepsi. Tempat pelayanan juga sangat
penting. Menurut remaja, ada beberapa faktor yang menentukan apakah mereka
menggunakan jasanya atau tidak. Ini termasuk: kerahasiaan, pendekatan yang tidak
menghakimi, aksesibilitas dan apakah mereka diobati oleh dokter perempuan atau
laki-laki. Pelayanan kontrasepsi harus mudah diakses, rahasia, murah atau gratis dan
aman. Mereka juga akan mendapat manfaat dari hubungan dengan layanan terkait
seperti klinik IMS, program penghentian rokok, penyalahgunaan obat, pelayanan
sosial, dan rumah sakit bersalin.24
VII.
untuk melanjutkannya. Lebih dari 25% akan hamil lagi selama masa remaja mereka,
termasuk 18% dari mereka yang telah mengakhiri kehamilan pertamanya. Angkaangka ini menunjukkan bahwa banyak remaja hamil sebetulnya karena kecelakaan.
Walaupun demikian, terminasi sangat umum dilakukan dalam situasi seperti ini.
Remaja lebih mungkin untuk menunda terminasi, lebih mungkin untuk menggunakan
jasa praktisi yang tidak terampil dan metode berbahaya, dan ketika komplikasi
timbul, mereka lebih sering datang terlambat.24
Sementara terminasi dan adopsi adalah pilihan yang tersedia dan harus
disampaikan kepada remaja hamil, kenyataannya adalah bahwa sebagian besar remaja
memilih untuk melanjutkan kehamilan mereka dan menjaga bayi mereka. Oleh
karena itu, penting bahwa setiap upaya dilakukan untuk mendorong remaja hamil
untuk mengakses pelayanan antenatal dan perawatan yang mereka terima sesuai
dengan kebutuhan khusus pada kelompok umur ini. Tenaga kesehatan harus
menyadari kemungkinan komplikasi dan saat yang baik untuk melakukan intervensi.24
VII.3 Antenatal Care
Remaja harus didorong untuk mengikuti pelayanan antenatal sejak tahap awal
karena kedatangannya seringkali rendah. Usia kehamilan harus dikonfirmasi dengan
USG sedapat mungkin pada tahap awal, meskipun banyak remaja datang terlambat.
Ini adalah kesempatan untuk memberikan nasehat tentang gizi dan kebiasaan buruk
seperti merokok dan penggunaan alkohol. Dukungan sosial penting dan banyak
remaja dapat mengambil manfaat dari penanganan oleh tenaga kesehatan. informasi
mengenai perawatan antenatal dan persalinan harus disediakan dalam bentuk yang
dapat diakses dan mudah dipahami. Pengasuh harus peka terhadap kemungkinan
masalah yang dengan penyajian informasi secara tertulis, karena sejumlah besar
remaja memiliki kesulitan dalam membaca.24
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19
10. Lohr PA, Fjerstad M, Desilva U, Lyus R. Clinical review: Abortion. London, UK:
British Medical Journal, 2014;1
11. Renner RM, Guzman A, Brahmi D. Review article: Abortion care for adolesecent
and young women. USA: International Journal of Gynecology and Obstetricals,
2013;1
12. Zamberlin N, Romeo M, Ramos S. Latin american womens experiences with
medical abortion in setting where abortion is legally restricted. Argentina:
Reproductive Health Journal BioMed Central, 2012;2
13. Abdulmuthalib. Kelainan hematologik. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH, eds. Ilmu kebidanan. Edisi keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2010;775,777
14. Watcharaseranee N, Pinchantra P, Piyaman S. The incidence and complications of
teenage pregnancy at Chonburi Hospital. Department of Obstetric and
Gynecology, Chonburi Hospital. Chonburi: J Med Assoc Thai, 2006;121
15. Thaker RV, Panchal MV, Vyas RC, Shah SR, Parul TS, Deliwala KJ. Study of
fetomaternal outcome of teenage pregnancy at tertiary care hospital. India:
Gujarat Medical Journal, 2013;102
16. American Collage of Obstetricians and Gynecologist. Adolescent facts pregnancy,
births and STDs. Washington DC: ACOG Womens Health Care Physicians,
2009:3-5
17. Daili SF. Infeksi menular seksual pada kehamilan. Dalam: Saifuddin AB,
Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, eds. Ilmu kebidanan. Edisi keempat. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2010;923
18. Mardjikoen P. Tumor ganas alat genital. Dalam: Winknjosastro H, Saifuddin AB,
Rachimhadhi T, eds. Ilmu kandungan. Edisi kedua. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2009;381
19. Molloborn S and Morningstar E. Investigating the relationship between teenage
childbearing and psychological distress using logitudinal evidance. Colorado: J
Health Soc Behav, 2009;9
20. Hayward CE, Greenwood SL, Jones RL. Effect of maternal age and growth on
placental nutrient transport: Potensial mechanisms for teenagers predisposition to
20
small for gestational age brith. Manchester, UK: Am J Physiol Endocrinol Metab,
2011;1,6
21. Luo YL, Cheng YL, Gao XH, Tan SQ, Li JM, Wang W, Chen Q. Maternal age,
parity and isolated birth defects: A population-based case-control study in
Shenzhen, China. Department of Epidemiology Southem Medical University,
Guangzhou: Plosone, 2013:2-4
22. Lang DL, Rieckmann T, Diclemente RJ, Crosby RA, Brown LK, and Donenberg
GR. Multi-level factors associated with pregnancy among urban adolescent
women seeking psychological services. USA: Journal The New York Academy of
Medicine, 2012;213
23. Scott ME, Berger A, Caal S, Hickman S, Moore K. Preventing teen pregnancy
among latinos: Recommendation from research, evaluation, and practitioner
experience. Scarupa HJ, ed. USA: Research Brief Child Trends, 2014;3-7
24. Horgan RP, and Kenny LC. Review management of teenage pregnancy. UK:
Royal Collage of Obsterician & Gynecologist, 2007:156-8
21