Você está na página 1de 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Reproduksi hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan
seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya
hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin.
Setelah mengalami dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan
proses reproduksi dapat berlangsung baik ternak jantan maupun betina. Sistem reproduksi
pada betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima
telur-telur yang diovulasikan oleh ovarium dan membawa telur-telur ke tempat implantasi
yaitu uterus, tetapi juga menerima sperma dan membawanya ke tempat fertilisasi yaitu
oviduk.
Pada mamalia, ovarium dan bagian duktus dari sistem reproduksi berhubungan
satu dengan yang lain dan melekat pada dinding tubuh dengan sebuah seri dari ligamenligamen. Ovarium menerima suplai darah dan suplai saraf melalui hilus yang juga
melekat pada uterus. Oviduk berada di dalam lipatan mesosalpink, sedangkan
mesosalpink melekat pada ligamen ovarium. Ligamen ini melanjutkan diri ke ligamen
inguinal, yang homolog dengan gubernakulum testis. Bagian ligamen ini membentuk
ligamen bulat pada uterus yang kemudian melebarkan diri dari uterus ke daerah inguinal.
Alat-alat reproduksi betina terletak di dalam cavum pelvis (rongga pinggul).
Cavum pelvis dibentuk oleh tulang-tulang sacrum, vertebra coccygea kesatu sampai
ketiga dan oleh dua os coxae. Os coxae dibentuk oleh ilium, ischium dan pubis. Secara
anatomi alat reproduksi betina dapat dibagi menjadi : ovarium, oviduct, uterus, cervix,

vagina dan vulva.


1.2.
Tujuan
Mahasiswa mampu mengidentifikasi, mengetahui dan menentukan bentuk dan
susunan organ kelamin betina pada beberapa jenis hewan.
1.3.
Manfaat
Setelah praktikum dilakukan, diharapkan mahasiswa/i dapat mengidentifikasi,
mengetahui dan menjelaskan bentuk dan susunan organ kelamin betina pada sapi atau
kambing baik secara makroskopis maupun mikroskopis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tulang Dan Ligamen Pelvis
Stuktur bertulang pelvis tediri dari sacrum, vertebrae coccygea kesatu sampai ketiga,
dan dua os coxae. Masing-masing os coxae dibentuk oleh os illium, ischium, dan pubis
(Toelihere, 2006).
Sacrum terdiri dari lima vertebrae yang berdifusi menjadi satu. Ia agak berbentuk
segitiga dengan pangkalnya bersendi ke kranial dengan vertebrae lumbl terakhir dan ke
kaudal dengan vertebrae coccygea pertama. Permukaan ventralnya licin dan konkaf.
Permukaan dorsal memperlihatkan spinus sacalis. Sayap sacum bersendi atau bersatu dengan
ilium di lateral. Pada hewan tua, sacrum dapat berdifusi dengan vertebrae coccygea petama
(Toelihere, 2006).
Illium berbentuk segitiga yang tak teratur. Bagian illium yang lebar, datar dan dorsal
disebut sayap. Bagian tengah sayap ilium disebut tuber sacalis. Bagian luar sayap ilium
disebut tuber coxae atau tulang pinggul. Di sebelah dorsal sayap ilium berbentuk konkaf
untuk pertautan urat daging gluteal dan urat daging belakang. Di sebelah ventral sayap ilium
berbentuk konveks. Bagian ventral yang sempit disebut badan ilium dan menyerupai tulang
panjang pada tubuh. Tuang ini bersatu di sebelah ventral dengan ischium dan pubis pda
acetabulum. Permukaan pelvis atau permukaan medialnya licin dan berlegok untuk
pembuluh-pembuluh darah dan syaraf obturatorium (Toelihere, 2006).
Ischium membentuk bagian kaudal dari dasar pelvis. Permukaan dorsaslnya licin dan
agak konkaf.batal kaudal ischium terbentuk ke dalam dan ke depan untuk bersatu dengan
ischium di sebelahnya dan membentuk archus ischiadicus. Bagian caudolateral tulang-tulang
ini disebut tuber ischii.atas cranial ischium membentuk tepi kaudal foramen obturatorium. Di
sebelah dorsal ischium di bebani spinus ischiadicus, di sebelah kranial dan kaudalnya
masing-masing terdapat legokan ischiadicus besar dan kecil. Kedua legokan tersebut menjadi
foramina sewaktu ligamen sacroischiadicus menyempurnakan batas-batasnya (Toelihere,
2006).

Pubis merupakan tulang terkecil dari tiga tulang coxae dan membentuk bagian cranial
lantai pelvis. Permukaan dorsal pubis licin dan konkaf pada hewana betina, sedangkan pada
hewan jantan ia berbentuk konveks. Kadang-kadang pada sapi betina muda terdapat suatu
penonjolan tajam ke arah saluaran pelvis pada bagian cranial symphisis pubis. Penonjolan ini
dapat menyebabkan hambatan bahkan perlukaan pada saluran kelahiran selama kelahiran
yang sulit. Batas kraniomedial pubis meruapakn tempat pertautan untuk tendo pre pubis.
Batas kaudalnya membentuk batas kranial foramen obturatorium (Toelihere, 2006).
Acetabulum dibentuk oleh persatuan ilium, ischium, dan pubis. Ketiga tulang ini
membentuk suatu legokan sebagai tempat sebagai tumpuan kepala tulang femur (Toelihere,
2006).
Ligamen-ligamen pelvis yang mempertahankan hubungan antara pelvis dengan tulang
punggung ada tiga buah, tunggal atau berpasangan, yaitu:
a. Ligament sacroiliaca dorsalis dan lateralis, yang bertaut pada sayap medial ilium dan
bagian lateral sacrum dan puncak spinus sacralis. Pertautan ini sangat kuat, kaku, dan
dipertahankan serta didukung oleh ligamentum sacroischiadicum dan tendo prepubis.
b. Ligamentum sacroischiadichum, adalah suatu lembar ligament kuadrilateral yang luas
yang menyempurnakan dinding lateral rongga pelvis. Ligament ini terbentang dari
batas lateral sacrum dan penonjolan tranversal dua bertebrae coccygea pertama ke
spinus ischiadicus dan tuber ischii. Ia merupakan tempat bertaut urat daging gluteus
dan vulva.
c. Tendo prepubis, adalah tempat bertaut m. recti abdominis dan urat daging lainnya,
kecuali m. transverses abdominis. Ia bertaut erat pada tepi cranial tulang-tulang pubis.
Tendo ini penting untuk memfikser persendian sacroiliaca dan mempertahankan
tulang-tulang pelvis pada posisinya yang benar (Toelihere, 2006).
Rongga pelvis agak berbentuk kerucut dengan dasar atau inlet di cranial. Inlet atau
pintu dalam pelvis berbentuk oval dengan jarak sacropubis sebagai diameter terbesar. Ukuran
inlet pelvis berbeda-beda menurut bangsa, umur, dan besar hewan. Rata-rata diameter pubis
bertulang pada sapi betina adalah 1,90 sampai 24,1 cm untuk diameter sacropubis dan 14,6
sampai 19,0 untuk diameter bisiliaca (Toelihere, 2006).
Pelvis hewan jantan agak berbeda dari pelvis hewan betina. Diameter inlet dan rongga
pelvis pada hewan jantan lebih kecil dan arcus ischiadicus umumnya lebih sempit. Foramen
obturatorium lebih kecil pada hewan

jantan. Lantai cranial pelvis pada hewan jantan


3

cenderung lebih konveks, sedangkan pada hewan betina umumnya konkaf. Tulang-tulang
pelvis jantan lebih tebal dan lebih berat. Pelvis hewan jantan yang di kebiri sejak kecil
menyerupai pelvis hewan betina (Toelihere, 2006).

2.2 Organ

Kelamin Betina

A. Ovarium
Ovarium pada sapi berbentuk bulat telur. Ukurannya relatif kecil dibanding dengan
besar tubuhnya. Ukurannya adalah panjang 2 sampai 3 cm, lebar 1 sampai 2 cm, tebal 1
sampai 2 cm, dan beratnya berkisar antara 15 sampai 19 gram. Ovarium digantung oleh alat
penggantung mesovarium dan ligamentum utero ovarika. Ovarium tertinggal di dalam cavum
abdominalis. Ovarium mempunyai dua fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel
telur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon kelamin betina
estrogen dan progesterone.
Ovarium merupakan alat reproduksi betina yang berfungsi ovum (sel telur) dan
menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Ovarium terletak di rongga perut, tidak
turun seperti halnya testes dan berfungsi untuk menghasilkan sel telur dan hormon, yaitu
estrogen, progesteron, dan inhibin. Ovarium mempunyai dua fungsi, sebagai organ eksokrin
yang menghasilkan sel telur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan
hormon kelamin betina estrogen dan progesteron. Ovarium digantung oleh mesovarium
dengan panjang 2 cm. Ovarium digantung oleh alat penggantung mesovarium dan
ligamentum utero ovarika.
Ukuran ovarium sapi adalah panjang 2 sampai 3 cm, lebar 1 sampai 2 cm, tebal 1
sampai 2 cm, dan beratnya berkisar antara 15 sampai 19 gram.

Gambar 2. Ovarium dan Folikel pada Berbagai Tahap Perkembangan


Ovum yang diovulasikan akan mengalami kematangan dengan tahapan folikel
primer, folikel sekunder, folikel tersier, dan folikel de Graaf. Ovulasi terjadi karena pecahnya
folikel sehingga ovum keluar. Bekas ovum yang keluar berwarna merah disebut corpus
haemorrhagicum yang akan berkembang menjadi corpus luteum. Segera setelah ovulasi,
rongga folikel berisi cairan limfa dan darah, membentuk struktur yang disebut corpus
haemorrhagicum kemudian sel-sel granulosa berganda secara cepat membentuk corpus
luteum. Ovum yang telah diovulasikan akan ditangkap oleh ostium abdominale pada oviduct
dan diarahkan oleh fimbria masuk ke ampulla isthmic junction dan menunggu spermatozoa
untuk pembuahan.
B. Oviduct
Oviduct merupakan bagian yang berperan penting dalam peristiwa kopulasi saat
proses reproduksi. Oviduct terdapat sepasang (kiri dan kanan) dan merupakan saluran kecil
berkelok-kelok membentang dari depan ovarium berlanjut ke tanduk uterus. Oviduct sendiri
terdiri dari tiga bagian yaitu infundibulum, ampula, dan isthmus. Pada masing-masing bagian
memiliki keunikan tersendiri, seperti misalnya bagian infundibulum, bagian ujung
infundibulum terdapat jumbai-jumbai yang disebut fimbria. Bagian isthmus dengan ampula
dibatasi oleh suatu ampulari ismic junction yang berperan dalam pembuahan, sedangkan
batas antara isthmus dengan uterus adalah uteri tubal junction

Gambar 3. Oviduct
Bagian ujung infudibulum membentuk suatu fimbria. Infudibulum ini nampaknya
berperan aktif dalam ovulasi, paling tidak dalam melingkupi sebagian atau keseluruhan ovari
dan mengarahkan ovum menuju kebukaan abdominal dari tuba uterin. Panjang tuba uterin
(oviduct) berkisar 25 cm.
Ampula bagian cauda merupakan tempat terjadinya pembuahan. Dalam ampula
aktivitas silia merupakan kekuatan utama untuk menggerakkan ovum kearah isthmus, tetapi
pada beberapa spesies kontraksi otot juga berperan. Meskipun spermatozoa berkembang
dalam saluran reproduksi jantan, kemampuan membuahi pada hewan piaraan hanya dapat
dicapai setelah kapasitasi dalam tuba uterine. Pembuahan yaitu persatuan antara sel telur dan
sperma, terjadi disepertiga bagian atas dari oviduct.
Tuba falopii (Oviduct) dibagi menjadi: infundibulum tubae yang mempunyai pintu ke
rongga abdominal disebut osteum tubae abdominale. Ampula tubae adalah tempat terjadi
pembuahan. Isthmus mempunyai rongga sempit dan berkelok-kelok serta sangat panjang.
Extremitas uterinae dengan osteum tubae uterinae yang bermuara pada kornua uteri. Pada
osteum ini terdapat benjolan-benjolan atau papilla yang disebut papilla uterinae, khususnya
pada kuda dan anjing memiliki jumlah yang besar.
oviduct yang berada dekat dengan ovarium adalah infundibulum yang ujungnya
berjumbai disebut fimbria. Infudibulum terletak didekat Ovarium yang berfungsi menangkap
folikel yang telah masak (ovum). Pergantungan oviduct disebut mesosalving.
Fungsi oviduct antara lain pertemuan ovum dengan spermatozoa atau tempat
terjadinya fertilisasi di bagian ampula. Pembuahan yaitu persatuan antara sel telur dan
7

sperma, terjadi disepertiga bagian atas dari oviduct. Transport ovum yang telah dibuahi
(zygot) menuju ke uterus, dalam ampula aktivitas silia merupakan kekuatan utama untuk
menggerakkan ovum kearah isthmus, tetapi pada beberapa spesies kontraksi otot juga sangat
berperan.
C. Uterus
Uterus merupakan bagian saluran alat kelamin betina yang berbentuk buluh, berurat
daging licin, untuk menerima ova yang telah dibuahi atau embrio dari tuba falopii. Uterus
merupakan tempat implantasi konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi embrio).
Fungsi uterus adalah sebagai jalannya sperma pada saat kopulasi dan motilitas (pergerakan)
sperma ke tuba falopii dibantu dengan kerja yang sifatnya kontraktil. Uterus juga berperan
besar dalam mendorong fetus serta membrannya pada saat kelahiran.
Panjang corpus uteri berkisar antara 2 sampai 4 cm, sedangkan panjang cornua uteri
berkisar 35 sampai 40 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapis yaitu 1) endometrium, 2)
tunica muscularis atau miometrium, 3) tunica serosa atau perimetrium. Pada ruminansia,
terdapat endometrim dengan penebalan terbatas, disebut karankula. Karankula ini banyak
mengandung fibroblast dan vasikularisasinya ekstensif. Karankula adalah tonjolan-tonjolan
yang menyerupai bentuk cendawan dari permukaan dalam uterus ruminansia yang merupakan
tempat perlekatan membran fetus.
Miometrium merupakan lapisan di bawah endometrium, terdiri dari urat daging licin
melingkar (sirkuler) kuat disebelah dalam dan yang memanjang (longitudinal) disebelah luar.
Antara endometrium dan miometrium ada lapisan vascular, yang banyak ditemukan pembuluh
darah kapiler. Lapisan perimetrium atau lapisan serosa adalah lapisan terluar dari dinding
uterus.
Uterus pada sapi,babi dan domba perbedaannya terletak pada ukurannya. Ukuran
uterus pada babi lebih panjang dibandingkan dengan sapi dan domba, sehingga babi dapat
beranak lebih banyak dalam sekali melahirkan. Sapi dan domba memiliki tipe uterus
bipartitus. dangkal tubuh rahim pada sapi dan domba tampak lebih besar daripada sebenarnya
bisa karena bagian-bagian ekor dari tanduk terikat bersama oleh ligamentum intercounal.
Pada ruminansia, tanduk uterus secara khusus berkembang dengan baik karena ini adalah di
mana janin berada. Bentuk serviks pada sapi dan domba yaitu berbentuk spiral. Pada sapi,
spiral ini berbentuk seperti cincin dan terdiri dari empat buah. Sedangkan pada Babi
bentuknya seperti pembuka botol (setengah spiral).

Uterus pada sapi yang tidak bunting memiliki diameter 5 sampai 6 cm. Ukuran dan
panjang bagian-bagian uterus tergantung dari umur dan jenis bangsa hewan tersebut
sedangkan ,panjang corpus uteri yaitu berkisar antara 2 sampai 4 cm dan panjang cornu uteri
berkisar 35 sampai 40 cm
Uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri dari korpus (badan), serviks (leher), dan
dua tanduk atau kornua. Proporsi relatif dari tiap-tiap bagian itu bervariasi tergantung spesies,
seperti juga halnya bentuk maupun susunan tanduk-tanduk tersebut. Korpus (badan) uterus
ukurannya paling besar daripada kuda, lebih kecil pada domba dan sapi, dan pada babi serta
anjing, kecil saja. Secara superficial, badan uterus sapi tampak relatif lebih besar
dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya, karena bagian kaudal dari tanduk tergabung
dengan ligamen interkornual.
Seperti halnya kebanyakan organ internal yang menyerupai tabung, dinding uterin
terdiri dari suatu lapis membrane mukosa, suatu lapis otot intermediate, dan suatu lapis serosa
bagian luar, yaitu perimetrium (peritoneum).
Uterus berfungsi sebagai tempat implantasi embrio dan tempat tubuh serta
berkembangnya embrio. Uterus merupakan tempat implantasi konseptus (zigot yang telah
berkembang menjadi embrio). Selain itu uterus juga berfungsi sebagai saluran yang dilewati
spermatozoa menuju oviduct, dan berperan dalam proses kelahiran.
Apabila daerah cauda uteri disayat dan dilihat bagian dalamnya terdapat tonjolan
tempat implantasi mebrio yang disebut karankula. karankula adalah tonjolan-tonjolan yang
menyerupai bentuk cendawan dari permukaan dalam uterus ruminansia yang merupakan
tempat perlekatan membran fetus. Batas antara uterus dan oviduct disebut utero tuba
junction.
Berbagai jenis tipe uterus dan terdapat pada hewan
1. Duplex
Duplex Terdiri dari dua Duplex, tidak memiliki Corpus-uterus, dan Cornua uerus
terpisah sempurna. Tipe Uterus ini dimiliki oleh tikus, mencit, kelinci, marmut dan hewan
kecil lainnya.
2. Bicornuate
Terdiri dari satu Corpus-uterus yang kecil, dua Corpus-uterus yang panjang berkelokkelok, dan satu Cervix. Tipe Uterus ini dimiliki oleh babi dan hewan Insectivora.

3. Simplex
Simplex terdiri dari satu Cervix, satu Corpus-uterus yang berukuran besar dan jelas
tanpa Corpus-uterus. Tipe Uterus ini dimiliki oleh hewan Primata.
5. Bipartite
Bipartite Terdiri dari satu Cervix dan satu Corpus-uterus yang jelas. Kecuali kuda,
terdapat Septum antara Cornua kanan dan Cornua kiri. Tipe Uterus ini dimiliki oleh domba,
sapi, kerbau, kucing, anjing dan kuda.

Gambar . Tipe-tipe Uterus


D. Serviks
Serviks merupakan suatu struktur yang mempunyai sfingter (sphincter) yang
memisahkan rongga uterin dengan rongga vagina. Fungsi pokok serviks adalah untuk
menutup uterus guna melindungi masuknya invasi bakteri maupun masuknya bahan-bahan
asing. Sfingter itu tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahiran
Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika
kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tetutup dengan sempurna guna melindungi
fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga
fetus dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran.
Tabel 1. Ukuran Servix pada Berbagai Jenis Ternak

10

Serviks pada sapi panjangnya antara 8 sampai 10 cm mempunyai diameter antara 3


sampai 4 cm. Pada bagian depan terdapat mulut sebelah dalam (orificium uteri internum)
bagian belakangnya terdapat mulut sebelah luar (orificium uteri eksterna) atau sering disebut
juga disebut sebagai mulut vagina (orificium vaginae).
Serviks adalah urat daging sphincter yang terletak diantara corpus uteri dan vagina.
Fungsi serviks yaitu menutup lumen uterus sehingga tidak memberi kemungkinan untuk
masuknya jasad renik (mikroorganisme) ke dalam uterus, dan untuk menyeleksi spermatozoa.
serviks merupakan suatu struktur yang mempunyai sfingter (sphincter) yang memisahkan
rongga uterin dengan rongga vagina. Fungsi pokok serviks adalah untuk menutup uterus guna
melindungi masukknya invasi bakteri maupun masuknya bahan-bahan asing. serviks pada
sapi panjangnya antara 5 sampai 10 cm mempunyai diameter antara 2 sampai 6,5 cm.
Lumen serviks selalu tertutup kecuali waktu birahi (estrus) dan melahirkan.
menyatakan bahwa sfingter itu tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahiran.
Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika kemudian
terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tetutup dengan sempurna guna melindungi fetus.
Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus
dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran perbedaan yang sering ditemukan antara
sapi dara dengan sapi beranak adalah pada bagian serviks, ukurannya menjadi lebih besar
daripada sapi yang telah beberapa kali melahirkan.
struktur serviks berbeda secara rinci antara mamalia pertanian, dinding ditandai
dengan berbagai keunggulan. Pada ruminansia ini adalah dalam bentuk pegunungan
melintang atau spiral saling dikenal sebagai cincin melingkar, yang berkembang untuk
berbagai degress pada spesies yang berbeda. Mereka terutama menonjol dalam sapi (4 cincin)
dan domba, di mana mereka masuk ke dalam setiap dekat otherto serviks aman. Pada babi
Betina, cincin ini berada di pengaturan pembuka botol yang disesuaikan dengan memutar
spiral ujung penis babi hutan itu. Ovarium pada sapi, domba dan babi berbeda darri segi
bentuknya. Bentuk ovarium sapi dan domba berbentuk seperti kacang almond, sedangkan
pada babi seperti anggur. ovarium, tidak seperti testis, tetap dalam rongga perut. Ini
performans kedua eksokrin dan sebuah fungsi endokrin. Bentuk dan ukuran ovarium spesies
withnthe kedua dan tahap siklus estrus. Pada sapi dan domba ovarium ini berbentuk almond.
Pada babi ovarium menyerupai sekelompok anggur, folikel nyata menonjol dan corpora lutea.

11

E. Vagina
Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak di dalam pelvis di antara uterus
(arah kranial) dan vulva (kaudal). Vagina juga berperan sebagai selaput yang menerima penis
dari hewan jantan pada saat kopulasi. Vagina merupakan buluh berotot yang menjulur dari
serviks sampai vestibulum.
Tabel 2. Ukuran Vagina pada Berbagai Jenis Ternak

F. Vulva
Vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar termasuk clitoris dan vestibulum.
Bagian ini memiliki syaraf perasa, yang memegang peranan penting pada waktu kopulasi.
Kira-kira 7-10 cm masuk ke dalam dari lubang luar dan pada lantai dinding ventral

vestibulum terdapat celah sepanjang 2 cm. Celah ini merupakan pintu masuk kedalam
kantung buntu seburetrha (devertikulum suburethralis) dan juga merupakan sebagai orificium
urethralis. Saluran urethra masuk ke dalam vestibulum sedikit di depan saluran buntu
suburethra tadai pada dinding depan dan dapat merupakan sebagian dari saluran buntu tadi.
Saluran buntu sendiri panjangnya 3 4 cm. saluran urethra berjalan ke depan, tepat di bawah
vagina, ke kantung air seni.
G. Klitoris
Alat reproduksi bagian luar terdapat banyak ujung syaraf perasa. Syaraf perasa
memegang peranan penting pada waktu kopulasi. Klitoris terdiri dari korpora kavernosa
klitoridis yang bersifat erektil, glans klitoridis yang rudimenter dan praeputium klitoridis..
Antara labia di bagian ventral tepat di sebelah dalam lubang ureter terdapat klitoris.
Klitoris merupakan lubang kecil setelah vulva., Klitoris berhomolog dengan gland penis pada
hewan jantan, berlokasi pada sisi ventral, sekitar 1 cm di dalam labia. Clitoris mengandung
erectile tissue sehingga dapat berereksi, juga dapat mengandung ujung syaraf perasa, syaraf
ini memegang peranan penting pada waktu kopulasi. Klitoris bereaksi pada hewan yang
sedang estrus, tetapi hal ini tidak cukup untuk dijadikan sebagai pendeteksi estrus pada
kebanyakan spesies.

12

Tabel 3. Organ reproduksi ternak betina


No

Nama organ

Bentuk

Warna

Panjang

Diamet

(cm)

er (cm)

reproduksi ternak
betina
1

Ovarium kiri

Bulat corong

Agak

6,5

10

18

15

15

kuning
2

Ovarium kanan

Bulat corong

Agak
kuning

Ovidat kiri

melngkung

Putih
pucat

Ovidat kanan

Melngkung

Putih
pucat

Cornua uterus

Cervix

Bulat

Putih

melengkung

pucat

Bulat panjang Putih


pucat

Vagina

Bulat panjang Putih


pucat

Vulva

Bulat panjang Putih


pucat

Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Alauddin Makassar
2014.

13

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Anatomi Organ Reproduksi Betina
Organ reproduksi betina terdiri dari ovarium, oviduct, uterus, servix, vagina,
vestibulum dan vulva. Ovarium berbentuk menyerupai biji almond dan terletak dekat ginjal.
Ovarium terdiri dari 2 bagian yaitu korteks dan medula ovari. Korteks ovari mengandung
folikel primodial, korpus luteum dan albican. Berbagai fase pertumbuhan folikel
menuju folikel de graaf juga terjadi pada korteks ovari. Sedangkan medulla ovari
mengandung pembuluh darah limfe dan syaraf.
Oviduct merupakan organ tubulo muskuler, dengan panjang sekitar 12 cm dan
diameternya antara 3 sampai 8 mm. Oviduct terbagi menjadi 4 bagian yaitu Pars Interstitialis
yang terletak diantara otot rahim mulai dari ostium internum tubae, Pars Istmika tubae yaitu
bagian tuba yang berada diluar uterus dan merupakan bagian yang paling sempit, Pars
ampularis tubae yaitu bagian yang paling luas dan membentuk huruf "S", dan Pars infudibulo
tubae yaitu bagian akhir tubae yang memiliki umbai yang disebut fimbriae tubae.
Uterus merupakan tabung tempat perkembangan fetus menjadi embrio. Uterus terdiri
dari cornua, corpus dan servix uteri. Cornua uteri adalah bagain uterus proksimal di atas
muara tuba uterina yang mirip dengan kubah , di bagian ini tuba Falloppii masuk ke uterus.
Cornua uteri ini biasanya diperlukan untuk mengetahui usia/ lamanya kehamilan. Korpus
uteri adalah bagian uterus yang utama dan terbesar. Korpus uteri menyempit di bagian
inferior dekat ostium internum dan berlanjut sebagai serviks. Serviks uteri yaitu bagian
menonjol ke dalam vagina melalui dinding anteriornya,dan bermuara ke dalamnya berupa
ostium eksternum. Serviks uteri terdiri dari Pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan
porsiodan Pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina.
Serviks merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang
5-10 cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan
dengan vagina yang berdinding tipis. Fungsi utama menutup lumen uterus sehingga tidak
memberi kemunghkinan untuk masuknya jazad mikroskopik maupun makroskopik.
Vagina terletak horisontal di ruang pelvis, dimulai dari cervix uteri sampai vulva.
Berbentuk tubulus sepanjang 15-20cm, dengan diameter 10-12 cm apabila diregang. Di
bagian cranial dari vagina terdapat fornix vaginae yang merupakan kantong yang dibentuk
oleh portio vaginalis uteri. Di bagian caudal vagina berhubungan dengan vulva. Vagina sapi
lebih panjang daripada kuda, juga dindingnya lebih tebal. Panjangnya 20-35 cm. Di dinding
14

ventral, diantara tunika muscularis dan selaput lendir terdapat 2 buah saluran Gartner yang
bermuara di posterior orificium urethrae externum.
Vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar termasuk clitoris dan vestibulum.
Bagian ini memiliki syaraf perasa, yang memegang peranan penting pada waktu kopulasi.
Kira-kira 7-10 cm masuk ke dalam dari lubang luar dan pada lantai dinding ventral
vestibulum terdapat celah sepanjang 2 cm. Celah ini merupakan pintu masuk kedalam
kantung buntu seburetrha (devertikulum suburethralis) dan juga merupakan sebagai orificium
urethralis.
3.2 Perubahan-perubahan Organ Reproduksi Saat Bunting
Pada vulva dan Vagina , Vulva semakin edernatous dan lebih vaskuler. Mukosa vagina
pucat dan likat kering selama kebuntingan dan menjadi edematous dan lembek pada akhir
kebuntingan. Pada servik, Os ekterna servik tertutup rapat-rapat. Kripta endoservikal
bertambah jumlahnya dan menghasilkan mukus yang sangat kental dan menyumbat saluran
servik (sehingga disebut sumbat, servik) selama kebuntingan dan mencair segera sebelum
partus. Pada uterus, Uterus membesar secara progresif sesuai usia kebuntingan. Ada 3 fase
adaptasi uterus selama kebuntingan yaitu;
1. Proliferasi endometrium akibat pengaruh progesteron
2. Pertumbuhan uterus
3. Peregangan uterus
Pada ovaria, Adanya korpus luteum kebuntingan (verum) sehingga sikius estrus terhenti.
Pada ligamentum pelvis dan symphisis pubis Terjadi releksasi sejak awal kebuntingan dan
meningkat secara progresif menjelang partus.
3.3 Cacat Anatomi Saluran Reproduksi
A. Cacat Kongenital
Gangguan karena cacat kongenital atau bawaan lahir dapat terjadi pada ovarium
(indung telur) dan pada saluran reproduksinya. Gangguan pada ovarium meliputi: Hipoplasia
ovaria (indung telur mengecil) dan Agenesis ovaria (indung telur tidak terbentuk). Hipoplasia
ovaria merupakan suatu keadaan indung telur tidak berkembang karena keturunan. Hal ini
15

dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral. Apabila terjadi pada salah satu indung telur
maka sapi akan menunjukan gejala anestrus (tidak pernah birahi) dan apabila terjadi pada
kedua indung telur maka sapi akan steril (majir). Secara perrektal indung telur akan teraba
kecil, pipih dengan permukaan berkerut. Agenesis merupakan suatu keadaan sapi tidak
mempunyai indung telur karena keturunan. Dapat terjadi secara unilateral (salah satu indung
telur) ataupun bilateral (kedua indung telur).
Cacat turunan juga dapat terjadi pada saluran alat reproduksi, di antaranya Freemartin
(abnormalitas kembar jantan dan betina) dan atresia vulva (pengecilan vulva). Kelahiran
kembar pedet jantan dan betina pada umumnya (lebih dari 92%) mengalami abnormalitas
yang disebut dengan freemartin. Abnormalitas ini terjadi pada fase organo- genesis
(pembentukan organ dari embrio di dalam kandungan), ke- mungkinan hal ini disebabkan
oleh adanya migrasi hormon jantan melalui anastomosis vascular (hubungan pembuluh
darah) ke pedet betina dan karena adanya intersexuality (kelainan kromosom. Organ betina
sapi freemartin tidak berkembang (ovaria hipoplastik) dan ditemukan juga organ jantan
(glandula vesikularis). Sapi betina nampak kejantanan seperti tumbuh rambut kasar di sekitar
vulva, pinggul ramping dengan hymen persisten. Sedangkan Atresia Vulva merupakan suatu
kondisi pada sapi induk dengan vulva kecil dan ini membawa resiko pada kelahiran sehingga
sangat memungki n ter jadi distokia (kesulitan melahirkan). Penanganannya dengan
pemilihan sapi induk dengan skor kondisi tubuh (SK) yang baik (tidak terlalu kurus atau
gemuk serta manajemen pakan yang baik
B. Cacat perolehan
Cacat perolehan dapat terjadi pada indung telur maupun pada alat reproduksinya.
Cacat perolehan yang terjadi pada indun telur, dianta- ranya: Ovarian Hemomhagie
(perdarahan pada indung telur dan Oophoritis (radang pada indung telur. Perdarahan indung
telur biasa- nya terjadi karena efek sekunder dari manipulasi trau tik pada indung telur.
Bekuan darah yang terjadi dapat menimbul adhesi (perke-katan antara indung telut dan bursa
ovaria (Ovaro Bursal Adhesions OBA). OBA dapat terjadi secara unilateral dan bilateraL
Gejalanya sapi mengalami kawin berulang. Sedangkan oophoritis me rupakan keradangan
pada indung telur yang disebabkan oleh manipu- lasi yang traumatik pengaruh infeksi dari
tempat yang lain misalnya infeksi pada oviduk (saluran telur) atau infeksi uterus (rahim).
Gejala yang terjadi adalah sapi anestrus. Cacat perolehan pada saluran reproduksi,
diantaranya: Salphingitis, trauma akibat kelahiran dan tumor. Salphingitis merupakan radang
16

pada oviduk. Peradangan ini biasanya merupakan proses ikutan dari peradangan pada uterus
dan indung telur. Cacat perolehan ini dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral.
Sedangkan ma akibat kelahiran dapat terjadi pada kejadian distokia dengan penanganan yang
tidak benar (ditarik paksa), menimbulkan trauma/ pada saluran kelahiran dan dapat berakibat
sapi menjadi steri/ majir. Tumor ovarium yang umum terjadi adalah tumor sel granulosa.
Pada tahap awal sel - sel tumor mense-kresikan estrogen sehingga timbul brahi terus
menerus (nympomania) namun akhirnya menjadi anestrus Penanganan cacat perolehan
disesuaikan dengan penyebab primernya. Jika penyebab primernya adalah infeksi maka
ditangani dengan pemberian antibiotika. Perlu hindari trauma fisik penanganan reproduksi
yang tidak tepat

17

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Organ reproduksi betina terdiri dari ovarium, oviduct, uterus, servix, vagina,
vestibulum dan vulva. Ovarium berbentuk menyerupai biji almond dan terletak dekat ginjal.
Ovarium terdiri dari 2 bagian yaitu korteks dan medula ovari. Oviduct merupakan organ
tubulo muskuler. Uterus merupakan tabung tempat perkembangan fetus menjadi embrio.
Uterus terdiri dari cornua, corpus dan servix uteri. Serviks merupakan bagian dari alat
reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10 cm dari tempat sambungan dengan
uterus ke arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina yang berdinding tipis. Vagina
terletak horisontal di ruang pelvis, dimulai dari cervix uteri sampai vulva. Vulva merupakan
alat kelamin betina bagian luar termasuk clitoris dan vestibulum. Perubahan-perubahan Organ
Reproduksi Saat Bunting seperti Pada vulva dan Vagina , Vulva semakin edernatous dan lebih
vaskuler. Mukosa vagina pucat dan likat kering selama kebuntingan dan menjadi edematous
dan lembek pada akhir kebuntingan dll. Cacat anatomi saluran reproduksi disebabkan oleh
cacat turunan/kongenital dan cacat dapatan.
4.2. Saran
Semoga kedepannya lebih banyak makalah yang memuat mengenai anatomi
kebibanan sehingga ilmu menjadi berkembang.

18

DAFTAR PUSTAKA
Affandhy, Lukman. Pratiwi ,S Wulan Cahya. Ratnawati, Dian. 2007. Penanganan Gangguan
Reproduksi Pada Sapi Potong. Pasuruan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. 3-6
Batan, IW.2006. Sapi bali dan penyakitnya. Denpasar. Fakultas kedokteran hewan udayana.
Suwiti, NK dkk.2012. Sapi Bali Sumberdaya genetik asli indonesia. Denpasar. Udayana
University Press, 23-27.
Toelihere MR. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak.Bandung. Penerbit angkasa bandung.
133-165.
Toelihere MR. 2006. Ilmu Kebidanan Ternak Sapi dan Kerbau. Jakarta.Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press). Halaman 3-7.

19

Você também pode gostar

  • 1 PengumumanPemanggilanCPNS2017
    1 PengumumanPemanggilanCPNS2017
    Documento2 páginas
    1 PengumumanPemanggilanCPNS2017
    Arif Rahman
    Ainda não há avaliações
  • Cover Rontgen
    Cover Rontgen
    Documento3 páginas
    Cover Rontgen
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • PNS201
    PNS201
    Documento75 páginas
    PNS201
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • 1 PengumumanPemanggilanCPNS2017
    1 PengumumanPemanggilanCPNS2017
    Documento2 páginas
    1 PengumumanPemanggilanCPNS2017
    Arif Rahman
    Ainda não há avaliações
  • Ilmu Bedah
    Ilmu Bedah
    Documento5 páginas
    Ilmu Bedah
    Amir
    Ainda não há avaliações
  • Cover Karantina 1A
    Cover Karantina 1A
    Documento3 páginas
    Cover Karantina 1A
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • VIRULENSI DAN KETAHANAN
    VIRULENSI DAN KETAHANAN
    Documento16 páginas
    VIRULENSI DAN KETAHANAN
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Koasistensi Bedah Tumor Mamae Anjing
    Laporan Koasistensi Bedah Tumor Mamae Anjing
    Documento22 páginas
    Laporan Koasistensi Bedah Tumor Mamae Anjing
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Newcastle Disease Virus, Penyebab dan Pencegahannya
    Newcastle Disease Virus, Penyebab dan Pencegahannya
    Documento5 páginas
    Newcastle Disease Virus, Penyebab dan Pencegahannya
    Pt Dwikarsa Servikatama
    0% (1)
  • PROLAPSUS UTERI - Odt
    PROLAPSUS UTERI - Odt
    Documento1 página
    PROLAPSUS UTERI - Odt
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento3 páginas
    Cover
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • rESEP FIX
    rESEP FIX
    Documento5 páginas
    rESEP FIX
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Dosis Obat
    Dosis Obat
    Documento2 páginas
    Dosis Obat
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Lagu Bali Chord
    Lagu Bali Chord
    Documento14 páginas
    Lagu Bali Chord
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Absen Mikro
    Absen Mikro
    Documento1 página
    Absen Mikro
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Terjemahan Abstrak
    Terjemahan Abstrak
    Documento13 páginas
    Terjemahan Abstrak
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • BAB I Pendahuluan
    BAB I Pendahuluan
    Documento4 páginas
    BAB I Pendahuluan
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Krs PPDH Panji
    Krs PPDH Panji
    Documento1 página
    Krs PPDH Panji
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Aa.6.Kontrak Perkuliahan.b.khusus 2
    Aa.6.Kontrak Perkuliahan.b.khusus 2
    Documento5 páginas
    Aa.6.Kontrak Perkuliahan.b.khusus 2
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Obat Tradisional
    Obat Tradisional
    Documento20 páginas
    Obat Tradisional
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Isi
    Isi
    Documento22 páginas
    Isi
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Komoditas Tugas Ips
    Komoditas Tugas Ips
    Documento8 páginas
    Komoditas Tugas Ips
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • STANDAR RPH
    STANDAR RPH
    Documento4 páginas
    STANDAR RPH
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Mengobati Hygroma
    Mengobati Hygroma
    Documento8 páginas
    Mengobati Hygroma
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Bahan 1
    Bahan 1
    Documento5 páginas
    Bahan 1
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Bahan 2
    Bahan 2
    Documento8 páginas
    Bahan 2
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Transformasi Bakteri
    Transformasi Bakteri
    Documento3 páginas
    Transformasi Bakteri
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Zoonosis Anthrax
    Zoonosis Anthrax
    Documento10 páginas
    Zoonosis Anthrax
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações
  • Critical Care Nutrition
    Critical Care Nutrition
    Documento1 página
    Critical Care Nutrition
    Panji Nara Dharma
    Ainda não há avaliações