Você está na página 1de 2

BAB 1

PENDAHULUAN
Presbikusis adalah gangguan pendengaran yang berhubungan dengan
penambahan usia (Kim, 2000). Presbikusis juga dikenal dengan age-related
hearing loss (ARHL) yaitu gejala kompleks yang terdiri atas peningkatan ambang
pendengaran seperti halnya perubahan dalam proses mendengar (Khullar, 2011).
Hilangnya pendengaran alami yang mengiringi pertambahan usia ini disebabkan
oleh degeneratif telinga bagian dalam (Pata, 2004). Presbikusis juga melibatkan
nervus koklearis yang menyebabkan tuli sensorineural (Sousa, 2009). Tuli
sensorineural pada pasien yang lebih tua akibat dari atrofi sel rambut organ Corti,
degenerasi serabut saraf di ganglion dan nukleus koklearis, lemahnya suplai darah
ligamentum spiral dan stria vaskularis, atrofi ligamentum spiral dan ruptur duktus
koklearis (Zagolski, 2006). Gangguan pendengaran ini bersifat progresif lambat
dan simetris bilateral, dengan onset selama dekade 3 atau 4 (Pata, 2004;
Muyassaroh, 2012).
Presbikusis terbanyak pada usia 70-80 tahun. Sekitar 30-35 % pada populasi
dengan usia 65-75 tahun dan 40-50 % pada usia lebih dari 75 tahun. Prevalensi
pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada perempuan. National Institute on
Aging memberikan informasi bahwa sepertiga penduduk Amerika usia 65-74
tahun dan separuh penduduk berusia 85 tahun ke atas menderita presbikusis.
Prevalensi tersebut meningkat pada tahun 2030 menjadi 70 juta orang. Di
Indonesia jumlah penduduk usia lebih dari 60 tahun pada tahun 2005 diperkirakan
mencapai 19,9 juta atau 8,48 % dan tahun 2025 diperkirakan penderita presbikusis
akan meningkat menjadi 4 kali lipat dan dapat merupakan jumlah tertinggi di
dunia (Soesilorini, 2012).
Presbikusis

merupakan

salah

satu

masalah

kesehatan

yang

terpenting dalam masyarakat. Hampir 40% penderita usia 65 tahun ke

atas mengalami kurang pendengaran. Akibat kurang pendengaran


tersebut penderita mengalami gangguan masalah sosial, seperti
frustrasi,

depresi,

cemas,

paranoid,

merasa

kesepian,

dan

meningkatnya angka kecelakaan (Soesilorini, 2012). Oleh karena itu untuk

sangat diperlukan mengetahui tentang presbikusis mulai definisi sampai


pengobatannya.

Você também pode gostar