Você está na página 1de 25

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS

A. Pengertian
Kanker Cerviks yaitu keganasan pada leher

rahim yang

merupakan

keganasan pada bagian terendah rahim yang menonjol ke liang sanggama /


vagina ( Depkes RI, 2006) . Kanker Cerviks merupakan pertumbuhan dari
Human Papilloma Virus (Kline, 2007). Kanker serviks adalah penyakit akibat
tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan
jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya.
(FKUI, 1990; FKKP, 1997). Kanker serviks adalah penyakit kanker yang
terjadi pada daerah leher rahim, yaitu daerah pada organ reproduksi wanita
yang merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara rahim (uterus)
dengan liang senggama wanita (vagina) (Wijaya, 2010).
B. Etiologi
Menurut Wijaya (2010), ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
peluang seorang wanita untuk terkena kanker serviks. Faktor-faktor
tersebut adalah :
a. Infeksi Virus Human Papilloma (HVP)
Faktor resiko dari infeksi HPV adalah factor yang terpenting dalam
timbulnya penyakit kanker serviks ini. Human Papilloma Virus adalah
sekelompok lebih dari 100 virus yang berhubungan yang dapat
menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit, ditularkan melalui kontak
kulit seperti vaginal, anal, atau oral seks. Virus ini berasal dari familia
Papovaridaedan genus Papilloma virus. Hubungan seks yang tidak
aman terutama pada usia muda atau melakukan hubungan seks dengan
banyak pasangan, memungkinkan terjadinya infeksi HPV. Organ
reproduksi wanita pada usia remaja (12-20 tahun) sedang aktif
berkembang. Bila terjadi rangsangan oleh penis/sperma dapat memicu
perubahan sifat sel menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat
berhubungan seksual dan kemudian terjadi infeksi virus HPV.
b. Pasangan Seksual yang Berganti-ganti
Dari berbagai penelitian yang dilakukan timbulnya penyakit kanker
serviks berkaitan erat dengan perilaku seksual seperti mitra seks yang
1

berganti-ganti. Resiko kanker serviks lebih dari 10 kali bila


berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks.
c. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks
Wanita yang melakukan hubungan seks pertama sekali pada umur
dibawah 17 tahun hampir selalu 3x ;lebih mungkin terkena kanker
serviks di usia tuanya. Semakin muda seorang wanita melakukan
hubungan seks maka semakin besar resiko terkena kanker serviks. Hal
ini disebabkan karena alat reproduksi wanita pada usia ini belum
matang dan sangat sensitif.
d. Merokok
Tembakau atau rokok mengandung bahan-bahan karsinogenik baik
yang dikunyah atau dihisap sebagai rokok atau sigaret. Penelitian
menunjukkan lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin
dan zat-zat lainnya terdapat di dalam rokok. Produk sampingan rokok
seringkali ditemukan pada mukosa serviks dari wanita perokok.
e. Jumlah Anak
Wanita yang sering melahirkan mempunyai resiko 3-5 x lebih besar
terkena kanker leher rahim. Terjadinya trauma pada bagian leher rahim
yang tipis dapat merupakan penyebab timbulnya suatu peradangan dan
selanjutnya berubah menjadi kanker. Menurut berapa pakar, jumlah
kelahiran yang lebih dari 3 akan meningkatkan resiko wanita terkena
kanker serviks.
f. Kontrasepsi
Pil KB yang dipakai dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan
resiko terkena kanker serviks.Dari beberapa penelitian menemukan
bahwa resiko kanker serviks meningkat berkaitan dengan semakin lama
wanita tersebut menggunakan pil KB, dan cenderung akan menurun
pada

saat

pil

tersebut

dihentikan.

Beberapa

penelitian

juga

menunjukkan bahwa pemakaian pil KB akan menyebabkan wanita lebih


sensitif terhadap HPV sehingga makin meningkatkan resiko terkena
kanker serviks.
g. Riwyat Keluarga
2

Sama seperti jenis kanker lainnya, maka pada kanker leher rahim juga
akan meningkatkan resiko lebih besar terkena pada wanita yang
mempunyai keluarga (ibu atau kakak perempuan) terkena kanker leher
rahim.
h. Kekebalan Tubuh
Seseorang yang melakukan diet ketat, diet rendah sayuran dan buahbuahan, rendahnya konsumsi vitamin A,C, dan E setiap hari dapat
menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh, sehingga oang tersebut
gampang terinfeksi oleh berbagai kuman, termasuk HPV. Penurunan
kekebalan tubuh dapat juga mempercepat pertumbuhan sel kanker dari
noninvasive menjadi invasif.
C. Patofisiologi
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks dan
endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang disatukan
oleh Sambungan Squamosa Kolumner (SSK).Proses metaplasia adalah proses
pergantian epitel kolumner dan squamosa. Epitel kolumner akan digantikan
oleh squamosa baru sehingga SSK akan berubah menjadi Sambunga
SquamosaSquamosa (SSS)/ squamosa berlapis.
Pada awalnya metaplasia berlangsung fisiologis Namun dengan adanya
mutagen dari agen yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti sperma,
virus herpes simplek tipe II, maka yang semula fisiologis berubah menjadi
displasia. Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti potensi
untuk menjadi ganas.
Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat pertumbuhan
prakanker yaitu displasia dan karsinoma insitu. Proses perubahan yang terjadi
dimulai di daerah SquamosaColumner Junction (SCJ) atau SSK dari selaput
lendir portio. Pada awal perkembangannya, ca. serviks tidak memberikan
tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan speculum, tampak sebagai portio
yang erosive (metaplasia squamosa) yang fisiologik atau patologik.
Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:
1. Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferasi
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3

3. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks
dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal Intraepitelial (CIN).
CIN ada tiga tingkatan yaitu:
1. CIN I

: Displasia ringan, terjadi di epitel basal lapisan ketiga, perubahan


sitoplasmik terjadi di atas sel epitel kedua dan ketiga.

2. CIN II

: Displasia sedang, perubahan ditemukan pada epitel yang lebih


rendah dan pertengahan, perubahan sitoplasmik terjadi di atas
sel epitel ketiga.

3. CIN III : Displasia berat, terjadi perubahan nucleus, termasuk pada semua
lapis sel epitel, diferensiasi sel minimal dan karsinoma insitu.

D. Manifestasi Klinis
Menurut

Sukaca

(2009),

gejala

penderita

kanker

serviks

diklasifikasikan menjadi dua yaitu gejala pra kanker serviks dan gejala kanker
serviks.
Gejala pra kanker serviks ditandai dengan gejala :
a. Keluar cairan encer dari vagina(keputihan)
b. Pendarahan setelah sanggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi
pendarahan yang abnormal.
4

c. Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,


berbau dan dapat bercampur dengan darah.
d. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi pendarahan kronis
e. Timbul nyeri panggul(pelvis) atau diperut bagian bawah bila ada radang
panggul
Bila sel-sel tidak normal ini berkembang menjadi kanker
serviks, maka muncul gejala-gejala sebagai berikut :
a. Pendarahan pada vagina yang tidak normal.
Ditandai dengan pendarahan diantara periode menstruasi yang regular,
periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya,
pendarahan setelah hubungan seksual.
b. Rasa sakit saat berhubungan seksual.

c. Bila kanker telah berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejalagejala seperti penurunan berat badan, nyeri panggul, kelelehan,
berkurangnya nafsu makan, keluar tinja dari vagina, dll.
E. Klasifikasi.
menurut FIGO (Federation Internationale de Gynecologic et Obstetrigue),
1988 :
a. Tingkat Kriteria
1. Karsinoma Pra invasive

Stadium 0 : Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel.


2. Karsinoma Invasif
a. Stadium I : Proses terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uteri
tidak dinilai).
-

Stadium I a : Karsinoma serviks preklinis hanya dapat


didiagnostik secara mikroskopis, lesi tidak lebih dari 3 mm atau
secara mikroskopik kedalamannya > 3-5 mm dari epitel basal
dan memanjang tidak lebih dari 7 mm.

Stadium I b : Lesi invasif > 5, dibagi atas lesi < 4 Cm dan > 4
Cm.

b. Stadium II : Proses keganasan telah keluar dari serviks dan


menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium tetapi
tidak sampai dinding panggul.

Stadium II a : Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih


bebas dari infiltrat tumor.

Stadium II b : Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral


tetapi belum sampai dinding panggul.

b. Stadium III : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke

parametrium sampai dinding panggul.


-

Stadium III a : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina namun


tidak sampai ke dinding panggul.

Stadium III b : Penyebaran sampai dinding panggul, tidak


ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding
panggul atau proses pada tingkat I atau II tetapi sudah ada
gangguan faal ginjal/hidronefrosis.

c. Stadium IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan

melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria (dibuktikan


secara histologi) atau telah bermetastasis keluar panggul atau
ketempat yang jauh.
-

Stadium IV a : Telah bermetastasis ke organ sekitar.

Stadium IV b : Telah bermetastasis jauh.

F. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan
pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision
procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa
memiliki anak. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang
bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah
satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO).
2. Terapi penyinaran (radioterapi)

Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya

untuk

perkembangannya.

membunuh
Tujuan

sel

pengobatan

kanker

dan

menggunakan

menghambat
kemoterapi

tergantung jenis kanker dan fase saat diagnosis. Kemoterapi disebut


sebagai pengobatan adjuvant ketika kemoterapi digunakan untuk
mencegah kanker kambuh. Kemoterapi sebagai pengobatan paliatif ketika
kanker sudah menyebar luas dan dalam fase akhir, sehingga dapat
memberikan kualitas hidup yang baik. (Galle, 2000). Kemoterapi bekerja
saat sel aktif membelah, namun kerugian dari kemoterapi adalah tidak
dapat membedakan sel kanker dan sel sehat yang aktif membelah seperti
folikel rambut, sel disaluran pencernaan dan sel batang sumsum tulang.
Pengaruh yang terjadi dari kerja kemoterapi pada sel yang sehat dan aktif
membelah menyebabkan efek samping yang umum terlihat adalah
kerontokan rambut, kerusakan mukosa gastrointestinal dan mielosupresi.
Sel normal dapat pulih kembali dari trauma yang disebabkan oleh
kemoterapi, jadi efek samping ini biasanya terjadi dalam waktu singkat.
Macam-Macam kemoterapi
a. Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik
Anthrasiklin obat golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat
DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan
replikasi.
b. Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti
sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.
c. Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes
bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi
hambatan mitosis sel.

d. Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan


menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis
DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.
G. Komplikasi
1. Komplikasi yang terjadi karena radiasi
Waktu fase akut terapi radiasi pelvik, jaringan-jaringan sekitarnya
juga terlibat seperti intestines, kandung kemih, perineum dan kulit. Efek
samping gastrointestinal secara akut termasuk diare, kejang abdominal,
rasa tidak enak pada rektal dan perdarahan pada GI. Diare biasanya
dikontrol oleh loperamide atau atropin sulfate. Sistouretritis bisa terjadi
dan menyebabkan disuria, nokturia dan frekuensi. Antispasmodik bisa
mengurangi gejala ini. Pemeriksaan urin harus dilakukan untuk mencegah
infeksi saluran kemih. Bila infeksi saluran kemih didiagnosa, terapi harus
dilakukan segera. Kebersihan kulit harus dijaga dan kulit harus diberi
salep dengan pelembap bila terjadi eritema dan desquamasi. Squele jangka
panjang (1 4 tahun setelah terapi) seperti : stenosis pada rektal dan
vaginal, obstruksi usus kecil, malabsorpsi dan sistitis kronis.
2. Komplikasi akibat tindakan bedah
Komplikasi yang paling sering akibat bedah histerektomi secara
radikal adalah disfungsi urin akibat denervasi partial otot detrusor.
Komplikasi yang lain seperti vagina dipendekkan, fistula ureterovaginal,
pendarahan, infeksi, obstruksi usus, striktur dan fibrosis intestinal atau
kolon rektosigmoid, serta fistula kandung kemih dan rektovaginal.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS

A. Pengkajian
1. Data Subjektif
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
a. Data pasien : Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah
anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
b. Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan
disertai keputihan
c. Riwayat penyakit sekarang : Biasanya klien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa
nyeri intra servikal.
d. Riwayat penyakit sebelumnya :
1) Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus,
infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor.
Riwayat keluarga yang menderita kanker.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembengkakan kelenjar
limfe supraklavikuler dan pembesaran hepar.
Pada pemeriksaan spekulum didapatkan lapisan-lapisan besar selaput
lendir mudah lepas dan mudah berdarah waktu disuap spatel
Adanya warna kemerahan di sekitar ostium eksternum servikalis uteri :
1)

Inspeksi :
Perdaraha

n,
keputihan
Palpasi :

2)

nyeri
abdomen,
nyeri
punggung
bawah
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan pap smear
Dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien
yg tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada secret
yg diambil dari posio serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan
pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas
seksual sebelum itu. Setelah 3x hasil pemeriksaan pap smear setiap 3
tahun sekali sampai usia 65 tahun.
2. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama
dengan paps smear untuk wanita diatas 30 tahun. Deteksi DNA HPV
yang positif yang ditemukan kemudian dianggap sebagai HPV yg
persisten. Apabila hal ini dialami pada wanita dengan usia yg lebih tua
maka akan terjadi peningkatan resiko kanker serviks.
3. Biopsy
Biopsy dilakukan jika pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks atau jika hasil pemeriksaan pap
smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Teknik yang biasa
dilakukan adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anastesi &
teknik cone biopsy yang menggunakan anastesi. Biopsy dilakukan
untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang
diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsy akan
10

memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasive atau hanya tumor
saja.
4. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yg terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap
smear karena kolposkopi memerlukan ketrampilan & kemampuan
kolpokospi dalam mengetes darah yang abnormal.
5. Tes schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan iodium.
Pada serviks yang normal akan membentuk bayangan yang terjadi
pada sel epitel serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel
epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna
yang tidak berubah karena tidak ada glikogen.
6. Radiologi
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi
kandung kemih & rectum yg meliputi sitoskopi, pielogram intravena
(IVP), enema barium, & sigmoidoskopi. Magnetic resonance imaging
(MRI) atau CT scan abdomen/pelvis digunakan untuk menilai
penyebaran local tumor &/atau terkenanya nodus limpa regional.
7. Pelvic limphangiografi dapat menunjukkan adanya gangguan pada

saluran pelvic atau peroartik limfe

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre operasi :
a. Nyeri akut b/d agens cidera biologis
b. Risiko kekurangan volume cairan
c. Defisiansi pengetahuan b/d kurang pajanan informasi
2. Post Operasi
a. Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

b/d

ketidakmampuan mencerna makanan


b. Risiko Infeksi
11

c. Ansietas b.d perubahan status kesehatan


d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, tirah baring
e. Gangguan citra tubuh b.d tahapan perkembangan penyakit dan terapi
penyakit (post kemoterapi)

C. Perencanaan Keperawatan
No.

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Nyeri akut b/d agens NOC

NIC

cidera biologis

Pain management

Pain control

Intervensi

Kriteria Hasil:

- Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
- Mampu
mengontrol
komprehensif termasuk
nyeri
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
- Melaporkan
bahwa
kualitas, dan faktor
nyeri berkurang dengan
presipitasi
menggunakan
manajemen nyeri
- Observasi
reaksi
nonverbal
dari
- Mampu
mengenali
ketidaknyamanan
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda - Gunakan
teknik
nyeri)
komunikasi terapeutik
untuk
mengetahui
- Menyatakan
rasa
pengalaman nyeri pasien
nyaman setelah nyeri
berkurang

- Kontrol lingkungan yang


dapat
mempengaruhi
nyeri
seperti
suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan
- Pilih

dan

lakukan
12

penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi, dan inter
personal)
- Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dam tindakan nyeri tidak
berhasil
Analgesic administration
- Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas
dan
derajat
nyeri
sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesic yang
diperlukan
atau
kombinasi dari analgesic
ketika pemberian lebih

13

dari satu
- Tentukan
pilihan
analgesic tergantung tipe
dan beratnya nyeri
- Tentukan
analgesic
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian
secara IV, Im untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
- Monitor
vital
sign
sebelum dan sesudah
pemberian
analgesic
pertama kali
- Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
- Evaluasi
analgesic,
gejala

Resiko
kekurangan NOC
volume cairan
- Fluid balance

efektivitas
tanda dan

NIC
Fluid management

- Hydration

- Timbang
popok/pembalut
jika
- Nutritional status: food
diperlukan
and fluid intake
- Pertahankan
catatan
Kriteria Hasil:
intake dan output yang
akurat
- Mempertahankan urine
output sesuai dengan - Monitor status hidrasi
usia dan BB, BJ urine
14

normal, HT normal
- Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam
batas normal

(kelembaban membrane
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik)
jika diperlukan

- Monitor vital sign


- Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi,
elastisitas - Monitor
masukan
turgor baik, membrane
makanan/cairan
dan
mukosa lembab, tidak
hitung intake kalori
ada rasa haus yag
harian
berlebihan
- Kolaborasikan
pemberian cairan IV
- Monitor status nutrisi
- Berikan cairan IV
- Dorong masukan oral
- Berikan
penggantian
nesogatrik sesuai output
- Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
- Tawarkan snack
buah, buah segar)
- Kolaborasi
dokter
- Atur
transfusi

(jus

dengan
kemungkinan

- Persiapan untuk transfusi


Hypovolemia
management
- Monitor status cairan
termasuk intake dan

15

output cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan
hematocrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien
terhadap
penambahan
cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk
menambah intake oral
- Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
- Monitor adanya tanda
gagal ginjal
3.

Resiko infeksi

NOC

NIC

- Imunne Status

Infection Control

- Knowledge: Infection - Bersihkan dlingkungan


control
setelah dipakai pasien
lain
- Risk control
- Pertahankan
teknik
Kriteria Hasil:
isolasi
- Klien bebas dari tanda - Batasi pengunjung bila
dan gejala infeksi
perlu
- Mendeskripsikan
- Instruksikan
pada
proses
penularan
pengunjung
untuk
penyakit, faktor yang
mencuci tangan saat
mempengaruhi
berkunjung dan setelah
16

penularan
pelaksanaannya

serta

berkunjung
meninggalkan pasien

- Menunjukkan
- Gunakan
sabun
kemampuan
untuk
antimikroba untuk cuci
mencegah timbulnya
tangan
infeksi
- Cuci
tangan
setiap
- Jumlah leukosit dalam
sebelum dan sesudah
batas normal
tindakan keperawatan
- Menunjukkan perilaku - Gunakan baju, sarung
hidup sehat
tangan
sebagai
alat
pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptic
selama
pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petinjuk umum
- Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan
infeksi
kandung kencing
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotic
bila perlu
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sitemik dan lokal
- Monitor
perhitungan
granulosit, WBC
- Monitor
kerentanan
terhadap infeksi

17

- Batasi pengunjung
- Inspeksi
kulit
dan
membrane
mukosa
terhadap
kemerahan,
panas, drainase
- Ajarkan pasien
keluarga
tanda
gejala infeksi
- Laporkan
infeksi

dan
dan

kecurigaan

- Laporkan kultur positif


4

Ansietas
perubahan
kesehatan

b.d NOC
status - Anxiety self-control
- Anxiety level
- Coping

NIC
Anxiety Reduction
- Lakukan
pendekatan
yang menenangkan

- Nyatakan dengan jelas


harapan
terhadap
perilaku pasien
- Klien
mampu
mengidentifikasi
dan - Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan gejala
dan apa yang dirasakan
cemas
selama prosedur
Kriteria Hasil:

- Mengidentifikasi,
- Pahami perspektif pasien
mengungkapkan
dan
terhadap situasi stres
menujukkan
teknik
untuk
mengontrol - Temani pasien untuk
cemas
memberikan keamanan
dan mengurangi takut
- Vital sign dalam batas
normal
- Dorong keluarga untuk
menemani pasien
- Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh, - Lakukan back/neck rub
dan tingkat aktivitas
- Dengarkan
dengan
menunjukkan
18

berkurangnya
kecemasan

penuh perhatian
- Identifikasi
kecemasan

tingkat

- Bantu pasien mengenal


situasi
yang
menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan, dan
persepsi
- Instruksikan
melakukan
relaksasi

pasien
teknik

- Berikan obat untuk


mengurangi kecemasan
5.

Intoleransi aktivitas NOC


b.d kelemahan umum,
- Energy conservation
tirah baring
- Activity tolerance

Kriteria Hasil

aktivitas
disertai
tekanan

dalam

- Bantu
klien
untk
mengidentifikasi
peningkatan
aktivitas yang mampu
dilakukan
darah, nadi

dan RR
- Mampu
aktivitas
sehari-hari
mandiri

Activity Therapy
- Kolaborasikan dengan
Tenaga
Rehabilitasi
Medik
dalam
merencanakan program
terapi yang tepat

- Self Care : ADLs

- Berpartisipasi

NIC

fisik tanpa

- Bantu untuk memilih


aktivitas konsisten yang
sesuai
dengan
aktivitas
kemampuan
fisik,
secara
psikologi, dan sosial

melakukan

19

- TTV normal

- Bantu
untuk
mengidentifikasi
dan
mendapatkan
sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
- Bantu
untuk
mendapatkan
alat
bantuan aktivitas seperti
kursi roda
- Bantu
klien
utnuk
membuat jadwal latihan
di waktu luang

6.

Gangguan citra tubuh


b.d
tahapan
perkembangan
penyakit dan terapi
penyakit
(post
kemoterapi)

- Bantu pasien
mengembangkan
motivasi
diri
penguatan

untuk

- Monitor
emosi,
spiritual

fisik,
dan

respon
sosial

NOC

NIC

- Body Image

Body
enhancement

- Self esteem
Kriteria Hasil:
- Body image positif
- Mampu
mengidentifikasi
kekuatan personal

dan

image

- Kaji secara verbal dan


non verbal
- Monitor
frekuensi
mengkritik klien

- Jelaskan
tentang
pengobatan, perawatan,
kemajuan dan prognosis
- Mendiskripsikan secara
penyakit
factual
perubahan
fungsi tubuh
- Dorong
klien
- Mempertahankan

mengungkapkan
20

interaksi sosial

perasaannya
- Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil

7.

Ketidakseimbangan
NOC
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d - Nutritional status: food
and fluid intake
mual,
muntah
sekunder
terhadap - Nutritional
status:
penyakit
dan
nutrient intake
pengobatan (kemo)
- Weight control
Kriteria Hasil:

NIC
Nutrition management
- Kaji
adanya
makanan

alergi

- Kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien

- Adanya
peningkatan - Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai
meningkatkan intake Fe,
dengan tujuan
ptotein, dan vitamin C
- Berat
sesuai
badan
-

badan
dengan

ideal - Berikan substansi gula


tinggi
- Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung
Mampu
tinggi
serat
untuk
mengidentifikasi
mencegah konstipasi
kebutuhan nutrisi
- Monitor jumlah nutrisi
Tidak ada tanda-tanda
dan kandungan kalori
malnutrisi
- Berikan
informasi
Menunjukkan
tentang
kebutuhan
peningkatan
fungsi
nutrisi
pengecapan
dari
menelan
- Beri makanan yang
terpilih
(sudah
Tidak terjadi penurunan
dikonsultasikan dengan
berat
badan
yang
ahli gizi)
berarti
- Kaji kemampuan pasien
untuk
mendapatkan
21

nutrisi yang dibutuhkan


Nutrition monitoring
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor
adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor
lingkungan
selama makan
- Jadwalkan pengobatan
dan
tindakan
tidak
selama jam makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor
muntah

mual

dan

- Monitor kadar albumin,


total protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor
kemerahan,
kekeringan
konjungtiva

pucat,
dan
jaringan

- Monitor
kalori
intake nutrisi

dan

- Catat adanya edema,


hiperemik,
hipertonik
papilla lidah dan cavitas
oral
22

8.

Defisiansi
pengetahuan

NOC
- Knowledge:
process

NIC
disease Teaching:
process

disease

- Knowledge:
behavior

health - Berikan
penilaian
tentang
tingkat
pengetahuan
pasien
Kriteria Hasil:
tentang proses penyakit
yang spesifik
- Pasien dan keluarga
menyatakan
- Jelaskan
patofisiologi
pemahaman
tentang
dari
penyakit
dan
penyakit,
kondisi,
bagaimana
hal
ini
prognosis, dan program
berhubungan
dengan
pengobatan
anatomi dan fisiologi
dengan cara yang tepat
- Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan - Gambarkan
proses
prosedur
yang
penyakit dengan cara
dijelaskan secara benar
yang tepat
- Pasien dan keluarga - Gambarakan tanda dan
mampu
menjelaskan
gejala
yang
biasa
kembali
apa
yang
muncul pada penyakit
dijelaskan perawat/tim
dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya
- Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi
dengan cara yang tepat
- Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
- Instruksikan
pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan dengan cara
yang tepat

23

D. Pelaksanaan Keperawatan
Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnose yang
ditemukan pada klien.

E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat

dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap
perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan
peran.
8. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian
terapi

24

Daftar Pustaka
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC :
Jakarta
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung. (2000). Obstetri
Fisiology. Bandung : Elemen.
Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih
bahasa : Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2.
Jakarta : EGC.
G.W Garland and Joan M.E, 1999, Quickly Obstetric and ginekology of
Nurses, English University Press, London
Haen Forer. (1999). Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.
Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Jakarta
Lynda Jual Carpenito, 2001, Buku Saku Diagnosa keperawatan edisi
8,EGC,Jakarta
Manuaba. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta : EGC.
Muchtar Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi:
2. Jakarta : EGC.

25

Você também pode gostar

  • Pathway Pneumonia Neonatal
    Pathway Pneumonia Neonatal
    Documento1 página
    Pathway Pneumonia Neonatal
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • LP Sepsis - Fix
    LP Sepsis - Fix
    Documento27 páginas
    LP Sepsis - Fix
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Imunisasi Anak
    Imunisasi Anak
    Documento22 páginas
    Imunisasi Anak
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
    ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
    Documento18 páginas
    ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • GABUNGGG
    GABUNGGG
    Documento74 páginas
    GABUNGGG
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pathway Fix Cks
    Pathway Fix Cks
    Documento1 página
    Pathway Fix Cks
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento14 páginas
    Bab Ii
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • LP Stroke
    LP Stroke
    Documento26 páginas
    LP Stroke
    dwi pratiwi
    100% (1)
  • Revisi Latar Belakang Anemia
    Revisi Latar Belakang Anemia
    Documento5 páginas
    Revisi Latar Belakang Anemia
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • BAB I Tiwik
    BAB I Tiwik
    Documento6 páginas
    BAB I Tiwik
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • GEJALA DAN PENANGANAN ASAM URAT
    GEJALA DAN PENANGANAN ASAM URAT
    Documento2 páginas
    GEJALA DAN PENANGANAN ASAM URAT
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Print Askep CF Colles
    Print Askep CF Colles
    Documento19 páginas
    Print Askep CF Colles
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Diagnosa Anemia
    Diagnosa Anemia
    Documento8 páginas
    Diagnosa Anemia
    Putu Rita
    Ainda não há avaliações
  • Fraktur Tulang Laporan Pendahuluan
    Fraktur Tulang Laporan Pendahuluan
    Documento35 páginas
    Fraktur Tulang Laporan Pendahuluan
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • LP
    LP
    Documento30 páginas
    LP
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Revisi LP BBL
    Revisi LP BBL
    Documento30 páginas
    Revisi LP BBL
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • T
    T
    Documento11 páginas
    T
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • LP Lanjutan
    LP Lanjutan
    Documento24 páginas
    LP Lanjutan
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Bab I, II, II, IV
    Bab I, II, II, IV
    Documento19 páginas
    Bab I, II, II, IV
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Servik Fis
    Servik Fis
    Documento20 páginas
    Servik Fis
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pathway Fix
    Pathway Fix
    Documento2 páginas
    Pathway Fix
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • CA Serviks
    CA Serviks
    Documento25 páginas
    CA Serviks
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Etiologi
    Etiologi
    Documento2 páginas
    Etiologi
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Askep Kanker Nasofaring
    Askep Kanker Nasofaring
    Documento9 páginas
    Askep Kanker Nasofaring
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pohon Masalah
    Pohon Masalah
    Documento1 página
    Pohon Masalah
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Bab I, Ii, Iii
    Bab I, Ii, Iii
    Documento22 páginas
    Bab I, Ii, Iii
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pathway Fix
    Pathway Fix
    Documento2 páginas
    Pathway Fix
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Otot jantung lurik bekerja otonom
    Otot jantung lurik bekerja otonom
    Documento2 páginas
    Otot jantung lurik bekerja otonom
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Aspek Legal
    Aspek Legal
    Documento16 páginas
    Aspek Legal
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Gawat Darurat
    Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Gawat Darurat
    Documento3 páginas
    Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Gawat Darurat
    dwi pratiwi
    Ainda não há avaliações