Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Pengertian
Kanker Cerviks yaitu keganasan pada leher
rahim yang
merupakan
saat
pil
tersebut
dihentikan.
Beberapa
penelitian
juga
Sama seperti jenis kanker lainnya, maka pada kanker leher rahim juga
akan meningkatkan resiko lebih besar terkena pada wanita yang
mempunyai keluarga (ibu atau kakak perempuan) terkena kanker leher
rahim.
h. Kekebalan Tubuh
Seseorang yang melakukan diet ketat, diet rendah sayuran dan buahbuahan, rendahnya konsumsi vitamin A,C, dan E setiap hari dapat
menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh, sehingga oang tersebut
gampang terinfeksi oleh berbagai kuman, termasuk HPV. Penurunan
kekebalan tubuh dapat juga mempercepat pertumbuhan sel kanker dari
noninvasive menjadi invasif.
C. Patofisiologi
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks dan
endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang disatukan
oleh Sambungan Squamosa Kolumner (SSK).Proses metaplasia adalah proses
pergantian epitel kolumner dan squamosa. Epitel kolumner akan digantikan
oleh squamosa baru sehingga SSK akan berubah menjadi Sambunga
SquamosaSquamosa (SSS)/ squamosa berlapis.
Pada awalnya metaplasia berlangsung fisiologis Namun dengan adanya
mutagen dari agen yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti sperma,
virus herpes simplek tipe II, maka yang semula fisiologis berubah menjadi
displasia. Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti potensi
untuk menjadi ganas.
Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat pertumbuhan
prakanker yaitu displasia dan karsinoma insitu. Proses perubahan yang terjadi
dimulai di daerah SquamosaColumner Junction (SCJ) atau SSK dari selaput
lendir portio. Pada awal perkembangannya, ca. serviks tidak memberikan
tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan speculum, tampak sebagai portio
yang erosive (metaplasia squamosa) yang fisiologik atau patologik.
Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:
1. Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferasi
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3
3. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks
dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal Intraepitelial (CIN).
CIN ada tiga tingkatan yaitu:
1. CIN I
2. CIN II
3. CIN III : Displasia berat, terjadi perubahan nucleus, termasuk pada semua
lapis sel epitel, diferensiasi sel minimal dan karsinoma insitu.
D. Manifestasi Klinis
Menurut
Sukaca
(2009),
gejala
penderita
kanker
serviks
diklasifikasikan menjadi dua yaitu gejala pra kanker serviks dan gejala kanker
serviks.
Gejala pra kanker serviks ditandai dengan gejala :
a. Keluar cairan encer dari vagina(keputihan)
b. Pendarahan setelah sanggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi
pendarahan yang abnormal.
4
c. Bila kanker telah berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejalagejala seperti penurunan berat badan, nyeri panggul, kelelehan,
berkurangnya nafsu makan, keluar tinja dari vagina, dll.
E. Klasifikasi.
menurut FIGO (Federation Internationale de Gynecologic et Obstetrigue),
1988 :
a. Tingkat Kriteria
1. Karsinoma Pra invasive
Stadium I b : Lesi invasif > 5, dibagi atas lesi < 4 Cm dan > 4
Cm.
F. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan
pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision
procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa
memiliki anak. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang
bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah
satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO).
2. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya
untuk
perkembangannya.
membunuh
Tujuan
sel
pengobatan
kanker
dan
menggunakan
menghambat
kemoterapi
A. Pengkajian
1. Data Subjektif
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
a. Data pasien : Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah
anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
b. Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan
disertai keputihan
c. Riwayat penyakit sekarang : Biasanya klien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa
nyeri intra servikal.
d. Riwayat penyakit sebelumnya :
1) Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus,
infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor.
Riwayat keluarga yang menderita kanker.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembengkakan kelenjar
limfe supraklavikuler dan pembesaran hepar.
Pada pemeriksaan spekulum didapatkan lapisan-lapisan besar selaput
lendir mudah lepas dan mudah berdarah waktu disuap spatel
Adanya warna kemerahan di sekitar ostium eksternum servikalis uteri :
1)
Inspeksi :
Perdaraha
n,
keputihan
Palpasi :
2)
nyeri
abdomen,
nyeri
punggung
bawah
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan pap smear
Dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien
yg tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada secret
yg diambil dari posio serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan
pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas
seksual sebelum itu. Setelah 3x hasil pemeriksaan pap smear setiap 3
tahun sekali sampai usia 65 tahun.
2. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama
dengan paps smear untuk wanita diatas 30 tahun. Deteksi DNA HPV
yang positif yang ditemukan kemudian dianggap sebagai HPV yg
persisten. Apabila hal ini dialami pada wanita dengan usia yg lebih tua
maka akan terjadi peningkatan resiko kanker serviks.
3. Biopsy
Biopsy dilakukan jika pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks atau jika hasil pemeriksaan pap
smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Teknik yang biasa
dilakukan adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anastesi &
teknik cone biopsy yang menggunakan anastesi. Biopsy dilakukan
untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang
diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsy akan
10
memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasive atau hanya tumor
saja.
4. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yg terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap
smear karena kolposkopi memerlukan ketrampilan & kemampuan
kolpokospi dalam mengetes darah yang abnormal.
5. Tes schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan iodium.
Pada serviks yang normal akan membentuk bayangan yang terjadi
pada sel epitel serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel
epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna
yang tidak berubah karena tidak ada glikogen.
6. Radiologi
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi
kandung kemih & rectum yg meliputi sitoskopi, pielogram intravena
(IVP), enema barium, & sigmoidoskopi. Magnetic resonance imaging
(MRI) atau CT scan abdomen/pelvis digunakan untuk menilai
penyebaran local tumor &/atau terkenanya nodus limpa regional.
7. Pelvic limphangiografi dapat menunjukkan adanya gangguan pada
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre operasi :
a. Nyeri akut b/d agens cidera biologis
b. Risiko kekurangan volume cairan
c. Defisiansi pengetahuan b/d kurang pajanan informasi
2. Post Operasi
a. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
b/d
C. Perencanaan Keperawatan
No.
Diagnosa
Keperawatan
NIC
cidera biologis
Pain management
Pain control
Intervensi
Kriteria Hasil:
- Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
- Mampu
mengontrol
komprehensif termasuk
nyeri
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
- Melaporkan
bahwa
kualitas, dan faktor
nyeri berkurang dengan
presipitasi
menggunakan
manajemen nyeri
- Observasi
reaksi
nonverbal
dari
- Mampu
mengenali
ketidaknyamanan
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda - Gunakan
teknik
nyeri)
komunikasi terapeutik
untuk
mengetahui
- Menyatakan
rasa
pengalaman nyeri pasien
nyaman setelah nyeri
berkurang
dan
lakukan
12
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi, dan inter
personal)
- Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dam tindakan nyeri tidak
berhasil
Analgesic administration
- Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas
dan
derajat
nyeri
sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesic yang
diperlukan
atau
kombinasi dari analgesic
ketika pemberian lebih
13
dari satu
- Tentukan
pilihan
analgesic tergantung tipe
dan beratnya nyeri
- Tentukan
analgesic
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian
secara IV, Im untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
- Monitor
vital
sign
sebelum dan sesudah
pemberian
analgesic
pertama kali
- Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
- Evaluasi
analgesic,
gejala
Resiko
kekurangan NOC
volume cairan
- Fluid balance
efektivitas
tanda dan
NIC
Fluid management
- Hydration
- Timbang
popok/pembalut
jika
- Nutritional status: food
diperlukan
and fluid intake
- Pertahankan
catatan
Kriteria Hasil:
intake dan output yang
akurat
- Mempertahankan urine
output sesuai dengan - Monitor status hidrasi
usia dan BB, BJ urine
14
normal, HT normal
- Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam
batas normal
(kelembaban membrane
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik)
jika diperlukan
(jus
dengan
kemungkinan
15
output cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan
hematocrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien
terhadap
penambahan
cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk
menambah intake oral
- Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
- Monitor adanya tanda
gagal ginjal
3.
Resiko infeksi
NOC
NIC
- Imunne Status
Infection Control
penularan
pelaksanaannya
serta
berkunjung
meninggalkan pasien
- Menunjukkan
- Gunakan
sabun
kemampuan
untuk
antimikroba untuk cuci
mencegah timbulnya
tangan
infeksi
- Cuci
tangan
setiap
- Jumlah leukosit dalam
sebelum dan sesudah
batas normal
tindakan keperawatan
- Menunjukkan perilaku - Gunakan baju, sarung
hidup sehat
tangan
sebagai
alat
pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptic
selama
pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petinjuk umum
- Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan
infeksi
kandung kencing
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotic
bila perlu
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sitemik dan lokal
- Monitor
perhitungan
granulosit, WBC
- Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
17
- Batasi pengunjung
- Inspeksi
kulit
dan
membrane
mukosa
terhadap
kemerahan,
panas, drainase
- Ajarkan pasien
keluarga
tanda
gejala infeksi
- Laporkan
infeksi
dan
dan
kecurigaan
Ansietas
perubahan
kesehatan
b.d NOC
status - Anxiety self-control
- Anxiety level
- Coping
NIC
Anxiety Reduction
- Lakukan
pendekatan
yang menenangkan
- Mengidentifikasi,
- Pahami perspektif pasien
mengungkapkan
dan
terhadap situasi stres
menujukkan
teknik
untuk
mengontrol - Temani pasien untuk
cemas
memberikan keamanan
dan mengurangi takut
- Vital sign dalam batas
normal
- Dorong keluarga untuk
menemani pasien
- Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh, - Lakukan back/neck rub
dan tingkat aktivitas
- Dengarkan
dengan
menunjukkan
18
berkurangnya
kecemasan
penuh perhatian
- Identifikasi
kecemasan
tingkat
pasien
teknik
Kriteria Hasil
aktivitas
disertai
tekanan
dalam
- Bantu
klien
untk
mengidentifikasi
peningkatan
aktivitas yang mampu
dilakukan
darah, nadi
dan RR
- Mampu
aktivitas
sehari-hari
mandiri
Activity Therapy
- Kolaborasikan dengan
Tenaga
Rehabilitasi
Medik
dalam
merencanakan program
terapi yang tepat
- Berpartisipasi
NIC
fisik tanpa
melakukan
19
- TTV normal
- Bantu
untuk
mengidentifikasi
dan
mendapatkan
sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
- Bantu
untuk
mendapatkan
alat
bantuan aktivitas seperti
kursi roda
- Bantu
klien
utnuk
membuat jadwal latihan
di waktu luang
6.
- Bantu pasien
mengembangkan
motivasi
diri
penguatan
untuk
- Monitor
emosi,
spiritual
fisik,
dan
respon
sosial
NOC
NIC
- Body Image
Body
enhancement
- Self esteem
Kriteria Hasil:
- Body image positif
- Mampu
mengidentifikasi
kekuatan personal
dan
image
- Jelaskan
tentang
pengobatan, perawatan,
kemajuan dan prognosis
- Mendiskripsikan secara
penyakit
factual
perubahan
fungsi tubuh
- Dorong
klien
- Mempertahankan
mengungkapkan
20
interaksi sosial
perasaannya
- Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil
7.
Ketidakseimbangan
NOC
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d - Nutritional status: food
and fluid intake
mual,
muntah
sekunder
terhadap - Nutritional
status:
penyakit
dan
nutrient intake
pengobatan (kemo)
- Weight control
Kriteria Hasil:
NIC
Nutrition management
- Kaji
adanya
makanan
alergi
- Adanya
peningkatan - Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai
meningkatkan intake Fe,
dengan tujuan
ptotein, dan vitamin C
- Berat
sesuai
badan
-
badan
dengan
mual
dan
pucat,
dan
jaringan
- Monitor
kalori
intake nutrisi
dan
8.
Defisiansi
pengetahuan
NOC
- Knowledge:
process
NIC
disease Teaching:
process
disease
- Knowledge:
behavior
health - Berikan
penilaian
tentang
tingkat
pengetahuan
pasien
Kriteria Hasil:
tentang proses penyakit
yang spesifik
- Pasien dan keluarga
menyatakan
- Jelaskan
patofisiologi
pemahaman
tentang
dari
penyakit
dan
penyakit,
kondisi,
bagaimana
hal
ini
prognosis, dan program
berhubungan
dengan
pengobatan
anatomi dan fisiologi
dengan cara yang tepat
- Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan - Gambarkan
proses
prosedur
yang
penyakit dengan cara
dijelaskan secara benar
yang tepat
- Pasien dan keluarga - Gambarakan tanda dan
mampu
menjelaskan
gejala
yang
biasa
kembali
apa
yang
muncul pada penyakit
dijelaskan perawat/tim
dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya
- Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi
dengan cara yang tepat
- Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
- Instruksikan
pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan dengan cara
yang tepat
23
D. Pelaksanaan Keperawatan
Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnose yang
ditemukan pada klien.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat
dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap
perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan
peran.
8. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian
terapi
24
Daftar Pustaka
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC :
Jakarta
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung. (2000). Obstetri
Fisiology. Bandung : Elemen.
Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih
bahasa : Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2.
Jakarta : EGC.
G.W Garland and Joan M.E, 1999, Quickly Obstetric and ginekology of
Nurses, English University Press, London
Haen Forer. (1999). Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.
Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Jakarta
Lynda Jual Carpenito, 2001, Buku Saku Diagnosa keperawatan edisi
8,EGC,Jakarta
Manuaba. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta : EGC.
Muchtar Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi:
2. Jakarta : EGC.
25