Você está na página 1de 9

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Ciri-ciri manusia adalah selalu ingin mengetahui rahasia alam, memecahkannya dan
kemudian mencari teknologi untuk memanfaatkannya, dengan tujuan memperbaiki
kehidupan manusia. Semuanya dikembangkan dengan menggunakan akal, atau rasio, yang
merupakan salah satu keunggulan manusia dibanding makhluk hidup lainnya. Sampai
sekarangpun ciri watak manusia itu masih terus berlangsung. Satu demi satu ditemukan
teknologi baru untuk memperbaiki kehidupan manusia agar lebih nyaman, lebih
menyenangkan, dan lebih memuaskan.
Tanaman pangan dan ternak yang dipelihara selalu direkayasa agar menghasilkan produk
pangan yang lebih baik, lebih enak dan lebih banyak. Dikembangkan teknologi kawin silang,
hibrida, cangkok, dan sebagainya untuk mencapai keinginan itu. Dengan ditemukannya alatalat bantu yang lebih canggih, seperti misalnya mikroskop dan media pembiakan di
laboratorium, rekayasa itu dilakukan dalam tingkat yang lebih kecil, sehingga ditemukan
tanaman pangan tahan lama dan ternak dengan reproduksi susu yang lebih tinggi. Itulah awal
dari pengembangan rekayasa genetika, kemudian dunia menjadi gempar setelah munculnya
publikasi tentang kloning biri-biri Dolly, terutama menyangkut bagaimana pandangan
agama terhadap kloning manusia. Pada makalah ini akan dkemukakan tentang apakah
kloning itu, lalu bagaimana proses bioteknologi tersebut, dan bagaimana pandangan ulama,
atau kajian tentang hukum Islam terhadap kloning manusia tersebut.
B.

Rumusan Masalah

1.

Apa dampak yang diakibatkan kloning?

2.

Bagaimana hukum kloning dalam pandangan agama islam?

BAB II
LANDASAN TEORI

A.

Pengertian kloning

Secara harfiah, kata klon (Yunani: klon, klonos) berarti cabang atau ranting muda. Kloning
berarti proses pembuatan (produksi) dua atau lebih individu (makhluk hidup) yang identik
secara genetik. Kloning organisme sebenarnya sudah bcrlangsung selama beberapa ribu tahun
lalu dalam bidang hortikultura. Tanaman baru, misalnya, dapat diciptakan dari sebuah
ranting. Dalam dunia hortikultura (dunia perkebunan) kata klon masih digunakan hingga
abad ke-20.
Secara mendetail, dapat dibedakan 2 jenis kloning. Jenis pertama adalah pelipat gandaan
hidup sejak awal melalui pembagian sel tunggal menjadi kembar dengan bentuk identik.
Secara kodrati, mereka seperti anak kembar. Jenis kedua adalah produksi hewan dari sel
tubuh hewan lain
.
B. Tata cara pelaksanaan kloning
Setiap kloning manusia memerlukan sel somatik tetapi juga memerlukan sel telur. Sel
somatik adalah semua sel, selain sel reproduksi. Dalam setiap sel terdapat organ berupa
dinding sel, membran sel, neuklus. Dinding sel berfungsi untuk melindungi dan menguatkan
sel. Membran sel sebagai pengatur peredaran zat dari dan ke dalam sel. Neuklus adalah
pengatur segala seluruh kegiatan hidup dari sel, termasuk proses perkembangbiakan. Kloning
manusia mempunyai proses atau cara yang hampir sama dengan bayi tabung. Pertama
dilakukan pembuahan sperma dan ovum diluar rahim, setelah terjadi pembelahan (sampai
maksimal 64 pembelahan) di tanam di dalam rahim, sel intinya diambil dan diganti dengan
sel inti manusia yang akan di kloning.
Dalam tahapan kloning sel, setelah inti sel dari sel dewasa ditransfer ke dalam sel telur yang
telah dihilangkan intinya, diperlukan waktu untuk sel tersebut di diamkan yang diunggul.
Sedangkan kloning reproduksi yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dilakukannya karena
faktor ingin menghasilkan keturunan. Dilakukannya kloning ini juga ketika dihadapkan
dalam permasalahan untuk seorang pasangan yang mengalami gangguan infertilisasi.

Namun patut diingat kloning manusia memang mengandung beberapa resiko kematian dan
gangguan pasca kelahiran.
C. Al-Quran dan As-Sunnah sebagai rujukan semua hukum.
Al-Quran dan As-Sunnah adalah petunjuk yang menjadi pedoman dalam menentukan suatu
hokum. Sebagaimana yang telah diwasiatkan oleh nabi Muhammad SAW agar manusia tidak
keliru menentukan hukum, apalagi hukum-hukum pada masalah fikih kontemporer.
D. Pendapat para ahli.
Dalam melihat suatu masalah, maka perlu adanya pertimbangan dengan menelaah
pendapat- pendapat para ahli, baik pendapat para ulama, maupun pendapat para ahli biologi,
fisika dan yang lainnya, sebagai suatu acuan yang dapat dikaji pada saat menganalisis
masalah.

BAB III
Analisa Masalah

A.

Dampak Kloning

Kloning mempunyai dua dampak, yaitu manfaat dan kerugian. Adapun manfaat dari Kloning
diantaranya adalah:
1.

Kloning pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan

hewan, meningkatkan produktivitasnya.


2.

Mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia-terutama penyakit-penyakit kronis-

guna menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek samping terhadap
kesehatan manusia.
3.

Untuk memperoleh hormon pertumbuhan, insulin, interferon, vaksin, terapi gen dan

diagnosis penyakit genetik.


Selain terdapai banyak manfaat Kloning juga menimbulkan kerugian, antara lain:
1.

Kloning pada manusia akan menghilangkan nasab.

2.

Kloning pada perempuan saja tidak akan mempunyai ayah.

Menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syara. Seperti hukum pernikahan, nasab, nafkah,


waris, hubungan kemahraman, hubungan ashabah, dan lain-lain.
Adapun akibat khusus dari kloning pada manusia:
merusak peradaban manusia.
memperlakukan manusia sebagai objek.
Jika kloning dilakukan manusia seolah seperti barang mekanis yang bisa

dicetak

semaunya oleh pemilik modal. Hal ini akan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki
oleh manusia hasil kloning.
4

kloning akan menimbulkan perasaan dominasi dari suatu kelompok tertentu terhadap
kelompok lain. Kloning biasanya dilakukan pada manusia unggulan yang memiliki
keistimewaan dibidang tertentu. Tidak mungkin kloning dilakukan pada manusia awam yang
tidak memiliki keistimewaan
B. Kajian Kloning Dalam Islam
Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian). Dalam kajian
literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para ulama. Oleh karenanya,
rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan masalah kloning ini adalah menurut
beberapa pandangan ulama kontemporer.
ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari ayat berikut:
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang
tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa
yang Kami kehendaki (QS. 22/al-Hajj: 5).
Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa ayat tersebut
menampakkan paradigma al-Quran tentang penciptan manusia mencegah tindakan-tindakan
yang mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan hingga saat kematian, semuanya adalah
tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan atas tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang
melampaui batas.
Menurut syara hokum Kloning pada tumbuhan dan hewan tidak apa-apa untuk dilakukan dan
termasuk aktivitas yang mubah hukumnya. Dari hal itu memanfaatkan tanaman dan hewan
dalam proses Kloning guna mencari obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit
manusia terutama yang kronis adalah kegiatan yang dibolehkan Islam, bahkan hukumnya
sunnah (mandub), sebab berobat hukumnya sunnah. Begitu pula memproduksi berbagai obatobatan untuk kepentingan pengobatan hukumnya juga sunnah. Imam Ahmad telah
meriwayatkan hadits dari Anas RA yang telah berkata, bahwa Rasulullah SAW berkata:
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia menciptakan pula
obatnya. Maka berobatlah kalian !
Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Usamah bin Syuraik RA, yang
berkata:
Aku pernah bersama Nabi, lalu datanglah orang-orang Arab Badui. Mereka
berkata,Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat ?
5

Maka Nabi SAW menjawab :


Ya. Hai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian, sebab sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
tidaklah menciptakan penyakit kecuali menciptakan pula obat baginya
Oleh karena itu, dibolehkan memanfaatkan proses Kloning untuk memperbaiki kualitas
tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk memperbaiki kualitas hewan seperti
sapi, domba, onta, kuda, dan sebagainya. Juga dibolehkan memanfaatkan proses Kloning
untuk mempertinggi produktivitas hewan-hewan tersebut dan mengembangbiakannya,
ataupun untuk mencari obat bagi berbagai penyakit manusia, terutama penyakit-penyakit
yang kronis. Demikianlah hukum syara untuk Kloning manusia, tanaman dan hewan.
Kloning pada manusia haram menurut hukum Islam dan tidak boleh dilakukan. Dalil-dalil
keharamannya adalah sebagai berikut :
1. Anak-anak produk proses Kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak alami. Padahal
justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk manusia dan dijadikan-Nya
sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anak-anak dan keturunan. Allah SWT berfirman :
Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan,
dari air mani apabila dipancarkan. (QS. An Najm : 45-46)
Allah SWT berfirman :
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu
menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya. (QS. Al
Qiyaamah : 37-38)
2.

Anak-anak produk Kloning dari perempuan saja (tanpa adanya laki-laki), tidak akan

mempunyai ayah. Dan anak produk Kloning tersebut jika dihasilkan dari proses pemindahan
sel telur-yang telah digabungkan dengan inti sel tubuh-ke dalam rahim perempuan yang
bukan pemilik sel telur, tidak pula akan mempunyai ibu. Sebab rahim perempuan yang
menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung, tidak lebih. Ini
merupakan tindakan menyia-nyiakan manusia, sebab dalam kondisi ini tidak terdapat ibu dan
ayah. Hal ini bertentangan dengan firman Allah SWT :
Hai manusia, sesunguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan. (QS. Al Hujuraat : 13)
3.

Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan). Padahal Islam telah

mewajibkan pemeliharaan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, yang mengatakan
bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :
6

Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau (seorang
budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat laknat dari
Allah, para malaikat, dan seluruh manusia. (HR. Ibnu Majah).
Rasulullah SAW juga bersabda: Barangsiapa mengaku-ngaku (sebagai anak) kepada
orang yang bukan bapaknya, maka surga haram baginya (H.R. Muslim).
Berdasarkan dalil-dalil itulah proses Kloning manusia diharamkan menurut hukum Islam dan
tidak boleh dilaksanakan.
Namun ada juga yang berpendapat bahwa kloning adalah sesuatu yang boleh, tapi ini
pendapat yang sangat lemah dengan beberapa alasan:
1-

Didalam Al-quran banyak sekali ayat yang menyuruh kita berpikir dan menggunakan

akal, yang berarti menyuruh manusia untuk selalu menemukan penemuan-penemuan baru.
2Dalam hadist dikatakan tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina, yang berarti carilah
ilmu-ilmu selain ilmu agama.
3Allah selalu mengajari manusia tentang apa-apa yang tidak diketahui oleh manusia
(Al-Alaq)
4Apa-apa yang diciptakan manusia berarti juga ciptaan Allah, karena manusia tersebut
juga ciptaan Allah. Dan seandainya manusia kloning itu lahir dan hidup, maka ruh manusia
kloning tersebut berasal dari Allah dan tidak ada yang terjadi di alam semesta kecuali dengan
izin Allah.

BAB IV
penutup
A. Simpulan
1.
2.

Dampak yang di akibatkan kloning ada dua: manfaat dan kerugian.


Adapun mengenai hukum Kloning dari kajian diatas dapat disimpulkan bahwa

hukum Kloning dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu Kloning yang diperbolehkan, dan
Kloning yang tidak diperbolehkan.
Sedangkan Mengenai Kloning yang diperbolehkan adalah Kloning yang meninmbulkan
kemaslahatan bagi manusia antara lain yaitu Kloning pada tanaman dan hewan adalah untuk
memperbaiki kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitasnya, mencari obat
alami bagi banyak penyakit manusia-terutama penyakit-penyakit kronis.
Sedangkan Kloning yang tidak diperbolehkan adalah Kloning terhadap manusia yang dapat
menimbulkan mafsadat (dampak negatif yang tidak sedikit; antara lain : menghilangkan
nasab, menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syara.
B.Saran
Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalahini.Penulis
banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatankesempatan
berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca
pada umumnya

DAFTAR PUSTAKA

Alkaf, Halid. Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya (PB UIN: Jakarta. 2003)
hal.4.
Almundziri, Imam. Ringkasan Hadist Shahih Muslim edisi 2. PUSTAKA AMANI,
Jakarta.2003.
An-NasaI, Imam. Sunan An-Nasai. Darul Fikri. Beirut Lebanon.2000
Asy-Syaukani,Lutfi. Poltik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih Kontemporer (Pustaka
Hidayah: Bandung.1998) hal.141
Ibnu Majah. Sunan Ibnu Majah, Dar el Fikr. Beirut Lebanon.2000
Mahfudh, Sahal, Dr. Solusi Problematika Aktual Hukum Islam (LTN NU dan Diantama:
Surabaya. 2004) hal.544.
Muslim, Imam. Shahih Muslim, Darul Kutub al-Islamiyah.Beirut. 2001
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya edisi revisi 1994.cv Adi Grafika
semarang.
Forum Karya Ilmiah 2004, Kilas Balik Teoritis Fiqh Islam.

Você também pode gostar