Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LAPORAN
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR
SIBUSA
DARI SISA BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Mikrobiologi Industri
DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. SUPARTONO, M.S.
Dr. SITI HARNINA BINTARI, M.S.
OLEH :
NIGITA ARIYANI
NIM.
I.
PENDAHULUAN
2
Terdapat dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses
pengomposan. Pertama adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara
melarutkan pupuk organik yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Jenis
pupuk yang dilarutkan bisa berupa pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos atau
campuran semuanya. Pupuk organik cair semacam ini karakteristiknya tidak jauh
beda dengan pupuk organik padat, hanya saja wujudnya berupa cairan. Dalam bahasa
lebih mudah, kira-kira seperti teh yang dicelupkan ke dalam air lalu airnya dijadikan
pupuk. Pupuk cair tipe ini suspensi larutannya kurang stabil dan mudah mengendap.
Kita tidak bisa menyimpan pupuk tipe ini dalam jangka waktu lama. Setelah jadi
biasanya harus langsung digunakan. Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara
menyiramkan pupuk pada permukaan tanah di sekitar tanaman, tidak disemprotkan
ke daun.
Kedua adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang
difermentasikan dalam kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan
bakunya dari material organik yang belum terkomposkan, yaitu bahan organik basah
atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buahan
atau sayur-sayuran. Selain mudah terkomposisi, bahan ini juga kaya akan nutrisi
yang dibutuhkan tanaman. Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organik
(C/N rasio) maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama (Purwendro dan
Nurhidayat, 2006 dalam Sinaga 2009).
Unsur hara yang terkandung dalam larutan pupuk cair dari bahan-bahan
organik yang difermentasikan ini benar-benar berbentuk cair. Jadi larutannya lebih
stabil dan bila dibiarkan tidak mengendap. Oleh karena itu, sifat dan karakteristiknya
pun berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dari pupuk padat yang dilarutkan ke
dalam air.
Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
maka
dilakukanlah
percobaan
pembuatan pupuk organik cair dari campuran limbah buah-buahan dan sayuran ini.
3
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk:
1.
Mengetahui teknik dan komposisi yang tepat dari pembuatan pupuk organik cair
dengan bahan berupa campuran limbah buah-buahan dan sayuran.
2.
Mengetahui ada tidaknya mikroba dari produk pupuk organik cair yang
dihasilkan.
3.
4.
Mengetahui konsentrasi yang tepat dari pupuk organik cair untuk digunakan
pada tanaman.
1.
2.
Tidak ada efek negatif yang diakibatkan, baik bagi pengguna maupun bagi
tanaman dan hewan ternak.
3.
Hasil panen lebih sehat untuk dikonsumsi dan lebih tahan lama dalam
penyimpanan secara alami.
Sedangkan kelemahan yang umum terdapat pada pupuk organik cair, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
a.
9.
bahan-bahan yang mudah terurai seperti sisa buah-buahan dan sayuran. Untuk
membantu dan mempercepat proses fermentasi pupuk organik cair maka dalam
percobaan ini digunakan ragi tape. Ragi dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang
bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula di dalam tanah
yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik melalui fermentasi.
Ragi juga menghasilkan senyawa bioaktif seperti hormon dan enzim.
Dalam pembuatan pupuk organik cair ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalannya, yang nantinya dapat
mempercepat proses fermentasi. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat
keberhasilan dalam pembuatan pupuk organik cair diantaranya adalah:
1.
Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting bagi kehidupan bakteri, bakteri hidup
dalam kondisi suhu yang sangat beragam. Bakteri yang menguntungkan
umumnya hidup pada suhu optimum bagi pertumbuhan makhluk hidup lainnya
yakni berkisar 180C - 400C. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat
5
mengakibatkan denaturasi atau kerusakan protein dan komponen sel lainnya
pada bakteri dekomposer sehingga dapat mengakibatkan kematian. Sedangkan
suhu yang terlalu rendah dapat mengakibatkan mobilitas bakteri terhambat, dan
jika terjadi kenaikan suhu secara ekstrim bakteri akan mati.
Bakteri dekomposer populasinya sedikit atau berkurang dapat menghambat
proses dekomposisi bahan, suhu yang terlalu tinggi juga berdampak negatif
terhadap perkembangbiakan bakteri dekomposer. Pada suhu ekstrim bakteri yang
dapat berkembang cenderung bakteri yang bersifat patogenik, jadi jika suhu
terlalu tinggi besar kemungkinannya bahan terkontaminasi oleh bakteri
patogenik.
2.
Kelembaban
Bakteri dapat berkembangbiak pada kondisi kelembaban yang relatif tinggi
yakni RH mencapai 60%, kelembaban tinggi berarti lingkungan cenderung
berair, bakteri sangat menyukai pada kondisi lingkungan yang relatif berair.
3.
Intensitas Cahaya
Cahaya matahari merupakan sumber kehidupan bagi mahluk hidup termasuk
bakteri yang notabene merupakan makhluk tingkat rendah. Akan tetapi untuk
dapat berkembang biak dengan optimal media yang berisi fermentasi bahan
untuk pupuk cair sebaiknya diletakkan pada tempat yang tidak terkena sinar
matahari secara langsung. Sinar matahari secara langsung dapat meningkatkan
suhu pada media secara signifikan yang dapat merusak protein dan komponen
sel lainnya, sitoplasma bakteri bocor sehingga bakteri dapat mengalami kematian
yang
berdampak
pada
lambatnya
fermentasi
bahkan
bahan
besar
Bahan
Sumber makanan bakteri dekomposer adalah bahan organik, termasuk buah dan
sayuran.
Dekomposisi
yang
berhasil
dicirikan
dengan
bahan
yang
6
difermentasikan hancur yang menunjukan aktivitas bakteri yang tinggi. Sumber
makanan yang dimaksud adalah sayuran dan buah buahan.
5.
Komposisi media
Komposisi media yang digunakan harus seimbang dengan larutan yang
digunakan. Dalam pembuatan pupuk organik cair digunakan ragi tape, gula aren,
air cucian beras dan air bersih secukupnya. Komposisi ragi tape, gula aren, dan
air cucian beras harus sesuai dengan jumlah bahan yang akan digunakan.
Apabila komposisi bahan-bahan tersebut kurang atau lebih sedikit, maka
kemungkinan besar pupuk cair akan gagal dan bahan akan cepat membusuk.
6.
Waktu pembuatan
Pembuatan pupuk organik cair sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari atau
pagi hari dimana intensitas cahaya matahari relatif rendah dan kelembaban tidak
terlalu tinggi. Misalnya dilakukan pada siang hari diusahakan tempat pembuatan
pupuk dilakukan pada tempat yang terhalang intensitas cahaya matahari secara
langsung. Kontaminansi dengan bakteri patogenik pada awal pembuatan akan
sangat berbahaya, bakteri patogenik cenderung dapat berkembang biak dari suhu
yang relatif tinggi. Bakteri patogenik juga dapat menyebar dari penggunaan
bahan yang busuk.
Ciri-ciri dari pembuatan pupuk cair yang tidak jadi adalah dari bau yang
dihasilkan, apabila berbau busuk dan menyengat pupuk itu dinyatakan gagal, hal ini
mungkin disebabkan juga karena bahan yang digunakan sudah mengalami
pembusukan, sehingga pada saat proses fermentasi berlangsung mikroba di dalamnya
mengalami kompetisi dan pada akhirnya sama-sama mengalami kematian.
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pembuatan
pupuk organik cair yaitu kurang tertutupnya tempat pengomposan sehingga air dan
udara masih dapat masuk, tempat pengomposan terkena sinar matahari langsung
sehingga proses fermentasi menjadi terganggu, dll.
7
2.2 Kandungan Mineral yang Terdapat dalam Limbah Buah-Buahan dan
Sayuran yang Digunakan untuk Pembuatan Pupuk Organik Cair
Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair ini berupa
campuran limbah buah-buahan dan sayuran, sehingga produk yang dihasilkan diberi
nama POC LIMBUSA yang merupakan singkatan dari Pupuk Organik Cair Limbah
Buah-Buahan dan Sayuran. Limbah yang digunakan terdiri dari kulit pisang, kulit
jeruk, kulit nanas, kulit pepaya, mentimun (kulit dan daging buahnya), sawi hijau,
kacang panjang, dan kangkung. Limbah yang digunakan ini merupakan limbah yang
belum busuk namun sudah tidak digunakan lagi yang diperoleh dari pasar tradisional
Sampangan dan hasil konsumsi di rumah. Pemilihan limbah yang belum busuk ini
dengan tujuan untuk mengoptimalkan produk yang dihasilkan.
2.2.1 Limbah kulit pisang
Pisang merupakan buah yang banyak mengandung vitamin C, A, mineral, serat
dan kandungan gizi lain yang bermanfaat untuk tubuh. Orang sudah banyak
mengakui kelezatan dan kandungan gizi pada buah pisang. Namun belum
banyak yang melirik kelezatan kulit pisang. Selama ini orang hanya menikmati
buahnya saja. Kulit pisang sering membuat orang jatuh terpeleset saat
menginjaknya, sehingga dianggap sebagai sampah yang paling menyebalkan.
Padahal sebenarnya kulit pisang punya beragam manfaat, mulai dari mengobati
kutil hingga mengkilapkan sepatu.
Kulit pisang merupakan hasil samping dari pemanfaatan pisang yang dapat
dijadikan makanan ringan seperti keripik kulit pisang. Walaupun kulit pisang
merupakan hasil samping, namun kandungan gizinya tak kalah dari buahnya.
Kulit pisang mengandung serat yang cukup tinggi, vitamin C, B, kalsium,
protein, dan karbohidrat. Hasil penelitian tim Universitas Kedokteran Taichung
Chung Shan, Taiwan, memperlihatkan bahwa ekstrak kulit pisang ternyata
berpotensi mengurangi gejala depresi dan menjaga kesehatan retina mata.
Selain kaya vitamin B6, kulit pisang juga ternyata banyak mengandung
serotonin yang sangat vital untuk menyeimbangkan mood. Selain itu,
8
ditemukan pula manfaat ekstrak pisang untuk menjaga retina dari kerusakan
cahaya akibat regenerasi retina.
Selain itu, kulit pisang yang dijadikan media fermentasi mikroorganisme
Bacillus akan menghasilkan enzim xylanase. Hal tersebut dikarenakan didalam
kulit pisang mengandung substrat yang berupa xilan (silan). Untuk
menghasilkan pertumbuhan dan memberikan aktivitas yang baik maka
perbandingan C/N pada media adalah 8:1 dan penambahan molasses atau
larutan gula. Agar enzim yang dihasilkan tahan lama maka langkah yang tepat
adalah diletakan pada suhu kamar dan dalam bentuk tepung. Enzim xylanase
mempunyai banyak manfaat diantaranya adalah sebagai pengganti chlorin pada
industri kertas, deinking atau fungsi pelepasan tinta pada proses pengolahan
daur ulang kertas, pengganti lemak pada makanan, pengolahan onggok tapioka
untuk makanan ternak dan kontrol release tablet untuk industri farmasi.
Xylanase juga dapat dimanfaatkan untuk menurunkan polutan industri selain
exolite. Hasil penelitian menunjukkan bahwa xylanase lebih ampuh jika
dibandingkan dengan exolite. Namun saat ini xylanase baru dimafaatkan untuk
industri pulp dan kertas, itupun masih terbatas. Padahal pemanfaatan kulit
pisang sebagai penghasil xylanase merupakan langkah jitu dan bernilai jual
tinggi.
Disamping itu juga, selain sebagai penghasil enzim xylanase, kulit pisang juga
merupakan bahan organik yang mengandung unsur kimia seperti magnesium,
natrium, fosfor, sulfur yang dapat dimanfaatkan sebagi pupuk organik. Kulit
buah pisang mengandung 15% kalium dan 12% fosfor lebih banyak daripada
daging buah. Keberadaan kalium dan fosfor yang cukup tinggi dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk.
2.2.2 Limbah kulit jeruk
Limbah kulit jeruk mengandung kalsium, kalium, magnesium, fosfor, dan
tembaga.
Blender.
Botol penyimpanan.
Ember.
10
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kertas koran.
Pisau.
Saringan.
Sendok.
Talenan.
Toples kaca.
Cup plastik.
Suntikan untuk menyemprot POC yang sudah diencerkan pada tanaman.
Tempat untuk pengenceran POC.
3.2 Bahan
3.2.1 Bahan untuk Pembuatan POC LIMBUSA
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan POC LIMBUSA ini
dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu bahan dasar (media), bahan starter
(inokulum), dan bahan tambahan.
a.
Bahan dasar
Limbah buah-buahan :
Limbah sayuran
: 2 biji
11
c.
Bahan tambahan
Air bersih
750 mL
Gula merah
kg
Air bersih
Biji kacang hijau
Kapas
POC LIMBUSA
12
1.
2.
3.
4.
5.
6.
b.
c.
Aroma bau dan menyengat (bukan aroma busuk, umumnya seperti bau tape
bahkan bisa beraroma wangi).
tersebut.
Pupuk organik cair yang telah dibuat siap untuk digunakan.
4.3 Pengujian Ada Tidaknya Mikroba dalam Pupuk Organik Cair yang
dihasilkan Menggunakan Biji Kacang Hijau
1.
2.
3.
4.
5.
6.
4.4 Pengujian Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair yang Dihasilkan Pada
Tanaman (Menggunakan Biji Kacang Hijau)
4.4.1
13
1.
2.
3.
4.
5.
perbandingan 3:1 (air : POC LIMBUSA, dengan sendok teh sebagai takaran).
Menyemprotkan pada batang dan daun dari tanaman biji kacang hijau yang
6.
sudah tumbuh (dimulai pada hari ke-2). Perlakuan dilakukan hingga hari ke-7.
Mengamati perkembangan tanaman.
4.4.2
1.
Menyiapkan 5 wadah untuk uji coba pupuk organik cair (1 untuk media kontrol
2.
3.
4.
5.
variasi konsentrasi POC encer, yaitu 5%, 15%, 25% dan 30%
Menyemprotkan POC encer pada batang dan daun dari tanaman biji kacang hijau
yang sudah tumbuh (dimulai pada hari ke-2). Perlakuan dilakukan hingga hari
6.
ke-5.
Mengamati perkembangan tanaman.
V. HASIL PENGAMATAN
Perlakuan
Hasil Pengamatan
A. Pembuatan POC LIMBUSA
Limbah buah dan sayuran yang Campuran berwarna hijau tosca.
telah dihaluskan dan dicampur
dengan kg gula aren yang telah
diiris halus, air 750 mL, ragi tape
yang sudah dihaluskan dan air
cucian beras. Setiap penambahan
bahan
dilakukan
terhadap campuran.
Proses fermentasi
pengadukan
campuran
14
hari:
Hari ke-1 (Senin, 1/12/2014)
Hari ke-2 (Selasa, 2/12/2014) Campuran mulai berwarna kuning
hari ke-5 (Jumat, 6/12/2014)
kecoklatan.
terjadi pemisahan campuran, di mana
bagian bawah terdapat larutan POC
yang berwarna kecoklatan (+++)
dengan
bintik-intik
putih
pada
banyak
terendapkan
Hari ke-7 (Minggu, 7/12/2014)
pada
(+)
yang
bagian
bawah
halus.
berwarna
Larutan
kecoklatan
POC
(++),dan
telah
kuning
dihaluskan
kecoklatan
berwarna
(++),
serta
wangi (+).
Campuran limbah buah dan sayuran
semakin
terendapkan
banyak
(++)
yang
pada
bagian
bawah
halus.
Larutan
berwarna
kecoklatan
(++)
POC
dan
15
campuran limbah buah dan sayur
Hari ke-9 (Selasa, 9/12/2014)
yang
telah
kuning
dihaluskan
kecoklatan
berwarna
(++),
dengan
campuran.
Menghasilkan
banyak
terendapkan
Hari ke-10 (Rabu, 10/12/2014)
pada
(+++)
yang
bagian
bawah
halus.
berwarna
Larutan
kecoklatan
(+)
POC
dan
telah
dihaluskan
berwarna
banyak
terendapkan
pada
(++++)
bagian
yang
bawah
halus.
berwarna
Larutan
kecoklatan
(+)
POC
dan
telah
dihaluskan
berwarna
16
semakin
banyak
terendapkan
(+++++)
pada
bagian
yang
bawah
halus.
berwarna
Larutan
kecoklatan
(+)
POC
dan
telah
dihaluskan
berwarna
(+)
atau
kuning
berwarna
hijau
agak
kecoklatan.
Larutan yang dihasilkan berwarna
kuning kecoklatan dan agak keruh (+
+), dengan aroma yang menyengat
namun agak wangi.
Dan
setelah
penyaringan,
7
larutan
hari
pasca
berwarna
keberadaan
mikroba
17
Menanam biji kacang hijau pada Media
tanam
menjadi
berwarna
media kapas yang telah dibasahi kuning kecoklatan, karena warna dari
dengan air, kemudian menyiram biji larutan POC LIMBUSA, dan biji
kacang hijau tersebut dengan POC kacang hijau menjadi basah.
LIMBUSA (Rabu, 10/12/2014):
Hari ke-1 (Kamis, 11/12/2014)
Hari ke-2 (Jumat, 12/12/2014)
putih.
Hifa yang berwarna putih menjadi
semakin banyak.
Muncul hifa berwarna kuning dan
hitam.
Media
tanam
menjadi
C. Pengujian
pengaruh
pemberian
pertama,
tanpa
variasi
pemberian POC)
Menanam biji kacang hijau pada
media kapas yang telah dibasahi
dengan air (Rabu, 10/12/2014):
Hari ke-1 (Kamis, 11/12/2014)
18
dan daun).
Mulai muncul tunas pada biji kacang
hijau,
Menyemprotkan
yang
ditunjukkan
dengan
larutan
Hari ke-4 (Minggu, 14/12/2014) LIMBUSA pada hari ke-2, di hari ke3 nampak tanaman kacang hijau
hari ke-7 (Rabu, 17/12/2014)
tumbuh dengan subur dan cepat,
batang yang kuat dan daun yang
hijau dengan ukuran batang 7 cm.
Tanaman kacang hijau tumbuh subur,
dengan batang yang kuat dan daun
yang hijau, dengan ukuran batang
mencapai 25 cm.
1
Biji kacang
hijau
5
17 cm
20 cm
POC 5%
Eksperimen
mengembang
POC 15%
Eksperimen
dan kulit
4 cm
14 cm
18 cm
pembungkus
2 cm
13 cm
15 cm
19
POC 25%
Eksperimen
POC 30%
pada biji
kacang hijau
2 cm
12 cm
15 cm
menjadi pecah
Keterangan:
:
Media kontrol :
20
dikarenakan jika digunakan bahan yang telah busuk dalam pembuatan pupuk organik
cair, maka mikroba yang terdapat pada bahan yang busuk tersebut nantinya akan
bersaing dengan mikroba dari ragi tape yang digunakan sebagai agen dekomposer
bahan organik. Hal ini akan menyebabkan mikroba dari ragi tape dalam
pendekomposisian bahan tersebut menjadi terhambat dan dapat juga menyebabkan
mikroba dari ragi tape menjadi mati karena kalah bersaing dengan mikroba yang ada
pada bahan yang busuk.
Berhasilnya pembuatan pupuk organik cair ini juga dikarenakan diperhatikan
dan dijaganya faktor-faktor penentu keberhasilan pembuatan pupuk oleh praktikan,
faktor-faktor tersebut berupa suhu, kelembaban, intensitas cahaya, komposisi media
yang meliputi penambahan gula aren dan air cucian beras yang pertama. Penambahan
gula aren bertujuan sebagai sumber glukosa yang merupakan sumber energi bagi
mikroorganisme yang bersifat spontan (lebih mudah dimakan mereka) dalam proses
pembuatan POC yang dilakukan, serta penambahan. penambahan air cucian beras
yang pertama yang bertujuan sebagai sumber karbohidrat. Bahan-bahan tersebut
dibutuhkan bakteri/mikroorganisme sebagai sumber energi. Faktor penentu
keberhasilan pembuatan pupuk organik cair yang juga diperhatikan dan dijaga oleh
praktikan adalah waktu pembuatan baik untuk pembuatan awal pupuk, penyaringan
pupuk hasil fermentasi maupun pengujian pupuk pada tanaman kacang hijau selalu
dilaksanakan pada saat menjelang sore hari yaitu dari sekitar pukul 15.00 WIB. Dan
faktor terakhir yang diperhatikan dan dijaga adalah ukuran bahan yang digunakan
dalam pembuatan pupuk organik cair tersebut, dimana bahan yang digunakan
dihaluskan dengan menggunakan blender hal ini bertujuan untuk memudahkan dan
mempercepat proses dekomposisi selama masa fermentasi.
6.2 Pengujian Ada Tidaknya Mikroba dalam Pupuk Organik Cair yang
Dihasilkan Menggunakan Biji Kacang Hijau
Pupuk organik cair mengandung mikroorganisme yang berguna bagi tanaman.
Untuk itu diperlukan pengujian secara langsung dengan mata, yakni pengujian ada
tidaknya mikroba dengan media kacang hijau. Dipilih media kacang hijau karena
media ini murah dan mudah tumbuh pada bahan apapun.
21
Dari hasil pengamatan setelah inkubasi selama satu minggu menunjukkan
bahwa, pada pupuk organik cair LIMBUSA yang diproduksi terdapat mikroba yang
aktf. Hal ini dapat dilihat jelas dengan mata bahwa pada permukaan biji kacang hijau
terdapat benang-benang halus atau hifa yang dihasilkan oleh mikroba. Nampak
benang-benang halus tersebut berwarna putih, kuning kecoklatan dan hitam. Hal ini
sama terlihat pada permukaan tempe yang ditumbuhi jamur fermentasi Aspergillus
sp.
Menurut Wididana (1998), jenis mikroorganisme yang bersinergi satu sama
lain membentuk sebuah komuni yang disebut effective microorganisme (EM) yang
terdiri dari bakteri Rhodopseudomonas sp, bakteri Lactobacillus sp, ragi
(Saccharomyces sp), actinomycetes, jamur fermentasi (Aspergillus sp).
Mikroba-mikroba yang terdapat dalam larutan pupuk organik cair ini berguna
bagi tanah dan tanaman, antara lain menekan pertumbuhan jamur yang merugikan
seperti fusarium, meningkatkan penguraian bahan-bahan organik menjadi humus,
membentuk zat anti bakteri, serta meningkatkan jumlah sel akar dan perkembangan
akar (Higa dan Parr, 1997 dalam Kurniawan, 2011).
6.3 Pengujian Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair yang Dihasilkan Pada
Tanaman (Menggunakan Biji Kacang Hijau)
6.3.1 Uji Coba Pertama Tanpa Variasi Pemberian POC
Pemberian pupuk organik cair (POC LIMBUSA) yang telah diencerkan
dengan cara disemprotkan pada batang dan daun dari tanaman kacang hijau
dilakukan pada usia pertumbuhan 2 hari (saat mulai tumbuh tunas), dan hasilnya
dapat dilihat pada hari ke-3 pertumbuhan. Pada hari ke-3 pertumbuhan, nampak
tanaman kacang hijau tumbuh dengan subur dan cepat, batang yang kuat dan daun
yang hijau, dengan ukuran batang adalah 7 cm.
Pemberian pupuk organik cair ini dilakukan hingga hari ke-7 pertumbuhan
tanaman kacang hijau, dan diperoleh hasil berupa tanaman kacang hijau yang tumbuh
subur, dengan batang yang kuat dan daun yang hijau, dengan ukuran batang telah
mencapai sekitar 25 cm pada hari ke-7.
22
6.3.2 Uji Coba Kedua Dengan Variasi Pemberian POC
Pada uji coba yang kedua ini, dilakukan variasi terhadap POC yang
disemprotkan, yaitu POC encer dengan konsentrasi POC sebanyak 5%, 15%, 25%
dan 30%. Berdasarkan tabel hasil pengamatan uji coba kedua dan dari informasi yang
tertera pada bagian Lampiran, dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian POC
encer dengan konsentrasi 5% merupakan perlakuan yang terbaik.
Pemberian POC yang telah diencerkan tersebut dilakukan pada hari ke-2,
yaitu ketika terjadi perkecambahan yang ditunjukkan dengan tumbuhnya tunas
embrio berupa calon batang dan daun. Pemberian POC ini dilakukan dengan cara
disemprotkan ke batang dan daun dari tanaman kacang hijau dengan ukuran 1 mL
untuk setiap variasi konsentasi POC.
Pada hari-1 terlihat bahwa terjadi penyerapan air dari media tanam dengan
cepat secara imbibisi oleh biji kacang hijau. Air yang berimbibisi tersebut
menyebabkan biji kacang hijau mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya
dan juga memicu perubahan metabolik embrio sehingga biji melanjutkan
pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan yang disimpan pada
kotiledon, dan nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang sedang
tumbuh. Enzim yang berperan dalam pencernaan cadangan makanan adalah enzim
amilase, beta-amilase dan protease. Hormon giberelin berperan penting untuk
aktivasi dan mensintesis enzim-enzim tersebut.
Pada hari ke-2, baik untuk tanaman kacang hijau pada media kontrol ataupun
pada media eksperimen semuanya menunjukkan terjadinya perkecambahan dengan
munculnya tunas embrionik berupa calon batang dan daun. Adapun ukuran calon
batang tersebut adalah 0,5 cm untuk semua media tanam (kontrol dan eksperimen).
Kemudian dilakukan penyemprotan pupuk sebanyak 1 mL untuk masing-masing
konsentrasi POC encer. Pengaruh dari penyemprotan ini akan diamati pada hari
selanjutnya.
Pada hari-3, ukuran batang pada kacang hijau dalam media kontrol adalah 7
cm, pada media eksperimen untuk pemberian POC 5% batang kacang hijau
berukuran 5cm, pada media eksperimen untuk pemberian POC 15% batang kacang
hijau berukuran 4 cm, untuk pemberian POC 25% dan 30% batang kacang hijau
23
berukuran 2 cm. Selain terjadinya pertambahan ukuran pada batang kacang hijau
baik dalam media kontrol maupun media eksperimen, juga terlihat munculnya akar
serta kotiledon yang terangkat ke atas, terangkatnya kotiledon ke atas dikarenakan
hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula juga ikut terdorong ke atas.
Selanjutnya dilakukan penyemprotan POC kembali sebanyak 1 mL untuk masingmasing kacang hijau pada media eksperimen.
Pada hari ke-4 ukuran batang kacang hijau dalam media kontrol adalah 15
cm, ukuran batang pada kacang hijau dalam media eksperimen untuk pemberian
POC 5% adalah 17 cm, POC 15% adalah 14 cm, POC 25% adalah 13 cm, dan POC
30% adalah 12 cm. Daun berwarna agak kekuningan karena tanaman kacang hijau
kurang mendapat cahaya matahari akibat cuaca yang sering hujan. Kemudian
dilakukan penyemprotan POC kembali sebanyak 1 mL untuk masing-masing kacang
hijau pada media eksperimen.
Pada hari ke-5 ukuran batang kacang hijau dalam media kontrol adalah 17
cm, ukuran batang pada kacang hijau dalam media eksperimen untuk pemberian
POC 5% adalah 20 cm, POC 15% adalah 18 cm, POC 25% adalah 15 cm, dan POC
30% adalah 15 cm. Daun kacang hijau baik pada media kontrol maupun eksperimen
telah berwarna hijau karena mendapat cahaya matahari yang cukup. Dari pengamatan
terlihat bahwa daun kacang hijau pada media eksperimen dengan pemberian POC
5%, 15% dan 25% jauh lebih subur jika dibandingkan dengan daun kacang hijau
pada media kontrol. Sedangkan daun kacang hijau pada media eksperimen dengan
pemberian POC 30% tidak lebih subur jika dibandingkan dengan daun kacang hijau
pada media kontrol dan media eksperimen dengan pemberian POC 5%, 15% dan
25%
Berikut deret ukuran pertumbuhan batang kacang hijau pada hari pengamatan
terakhir, yaitu hari ke-5:
batang kacang hijau pada media eksperimen POC 5% > batang kacang hijau pada
media eksperimen POC 15% > batang kacang hijau pada media kontrol > batang
kacang hijau pada media eksperimen POC 25% = batang kacang hijau pada media
eksperimen POC 30%
24
Dan berikut deret kesuburan dari daun kacang hijau pada hari pengamatan
terakhir, yaitu hari ke-5:
daun kacang hijau pada media eksperimen POC 5% > daun kacang hijau pada media
eksperimen POC 15% > daun kacang hijau pada media eksperimen POC 25% > daun
kacang hijau pada media kontrol > daun kacang hijau pada media eksperimen POC
30%
Dari hasil uji coba pengaruh pemberian POC pada tanaman kacang hijau,
baik pada uji coba pertama maupun yang kedua secara keseluruhan menunjukkan
bahwa pupuk organik cair yang dihasilkan (POC LIMBUSA) memberikan pengaruh
positif pada pertumbuhan tanaman, yaitu dengan menyuburkan tanaman,
mempercepat pertumbuhan, serta menjadikan batang tanaman lebih kuat dan daun
tanaman yang hijau.
Adapun terdapatnya perbedaan hasil yang diperoleh dari variasi perlakuan
yang diberikan (variasi konsentrasi POC encer yang disemprotkan) menunjukkan
bahwa POC LIMBUSA encer yang baik digunakan pada tanaman adalah POC yang
diencerkan dengan konsentrasi POC maksimal 5% dari zat pelarutnya, artinya jika
ingin menggunakan POC dengan ukuran 1 L, maka pupuk organik cair yang
dilarutkan khususnya dalam hal ini adalah POC LIMBUSA harus maksimal 50 mL.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut serta dari berbagai sumber pustaka,
dapat diketahui sifat dan karakteristik dari pupuk organik cair. Jenis pupuk organik
cair lebih efektif dan efesien jika diaplikasikan pada daun, batang dan juga bunga
dibanding pada media tanam (kecuali pada metode hidroponik). Pupuk organik cair
bisa berfungsi sebagai perangsang tumbuh (dapat dilihat dari hasil percobaan yang
dilakukan). Terutama saat tanaman mulai bertunas atau saat perubahan dari fase
vegetatif ke generatif untuk merangsang pertumbuhan. Daun dan batang bisa
menyerap secara langsung pupuk yang diberikan melalui stomata atau pori-pori yang
ada pada permukaannya.
Pemberian pupuk organik cair lewat daun harus dilakukan secara hati-hati.
Dijaga agar tidak sampai sampai overdosis, karena bisa mematikan tanaman.
Pemberian pupuk daun yang berlebih juga akan mengundang hama dan penyakit
pada tanaman. Sehingga, ketepatan takaran harus benar-benar diperhatikan untuk
25
mendapatkan hasil maksimal. Dari hasil percobaan, semakin tinggi konsentrasi dari
POC LIMBUSA encer yang disemprotkan pada tanaman kacang hijau (> 5%) dapat
mempercepat
pertumbuhan
tanaman
kacang
hijau
namun
tidak
seefektif
pertumbuhan tanaman kacang hijau dengan pemberian POC LIMBUSA encer 5%.
Hal ini dikarenakan pH dari POC LIMBUSA yang dihasilkan berada pada pH asam
yaitu 5 yang diuji menggunakan kertas indikator universal, sehingga dalam
penggunaannya diharuskan untuk dilakukan pengenceran terlebih dahulu agar pH
dari POC yang digunakan berada pada pH netral. Kisaran pH POC yang optimal
adalah 6,0-8,0, derajat keasaman bahan pada permulaan pengomposan dengan cara
fermentasi pada umumnya asam sampai netral (pH 6,0-7,0). Derajat keasaman pada
awal
proses
pengomposan
akan
mengalami
penurunan
karena
sejumlah
Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan dari hasil data yang
26
1.
Limbah pasar ataupun limbah rumah tangga yang berupa sisa buah-buahan dan
sayuran dapat diolah menjadi pupuk organik cair buatan sendiri yang ramah
2.
lingkungan.
Pupuk organik cair yang berasal dari campuran limbah buah-buahan dan sayuran
memiliki sifat asam yang ditunjukkan dengan pH = 5, karakteristiknya berupa
warna larutan yang kecoklatan (kuning kecoklatan), menghasilkan bau yang
menyengat namun agak wangi, serta warna larutan yang agak keruh. Produk
3.
yang dihasilkan ini menyamai produk pupuk organik olahan dari pabrik.
Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat merangsang
merangsang pertumbuhan tunas baru, merangsang pertumbuhan sel-sel baru
pada tumbuhan serta mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun
dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan
4.
5.
pengomposan terjadi.
Penambahan gula aren bertujuan sebagai sumber glukosa yang merupakan
sumber energi bagi mikroorganisme yang bersifat spontan (lebih mudah dimakan
mereka) dalam proses pembuatan pupuk organik cair yang dilakukan. Adapun
penambahan air cucian beras yang pertama bertujuan sebagai sumber
karbohidrat. Bahan ini dibutuhkan bakteri/mikroorganisme sebagai sumber
6.
energi.
Faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam pembuatan pupuk
organik cair diantaranya adalah suhu, kelembaban, intensitas cahaya, komposisi
media, waktu pembuatan, serta ukuran bahan yang digunakan dalam pembuatan
7.
8.
9.
dapat tumbuh subur, dengan batang yang kuat dan daun yang hijau.
Perlakuan pemberian POC LIMBUSA encer dengan konsentrasi 5% merupakan
perlakuan terbaik.
27
6.2
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berkenaan dengan percobaan yang telah
dilakukan adalah:
1.
2.
3.
organik cair, serta agar pemberian pupuk merata keseluruh bagian tanaman.
Pupuk organik cair yang telah diencerkan harus disemprotkan pada bagian
tanaman muda seperti tunas, daun muda atau pucuk tanaman. Dengan
memberikan pupuk organik cair melalui penyemprotan ke bagian tanaman muda,
secara tidak langsung kita telah membuat pupuk organik cair tersebut lebih cepat
dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu juga menghindari atau meminimalkan
4.
pupuk organik cair yang hilang karena air hujan atau penguapan sinar matahari.
Pupuk organik cair yang telah diencerkan jika disemprotkan pada daun, maka
sebaiknya disemprotkan ke bagian bawah daun. Helaian daun yang menghadap
ke bawah mempunyai stomata yang sangat banyak. Unsur hara dapat masuk ke
tanaman melalui stomata-stomata ini, jika bagian tanaman yang disemprot
memiliki jumlah stomata yang banyak maka daya serap pupuk organik cair akan
5.
pengaplikasian
pupuk
ini
harus
dilakukan
secara
berkala.
28
DAFTAR PUSTAKA
Alisha. 2011. Mengenal Manfaat Jeruk, Tak Hanya Mengandung Vitamin C. Diakses
melalui http://www.peterparkerblog.com. Pada tanggal 6 Desember 2014.
Anonim. 2009. Kandungan dan Manfaat Sayuran Organik. Diakses melalui
http://kilas-kesehatan.blogspot.com/2013. Pada tanggal 6 Desember 2014.
Anonim. 2013. Percobaan Pupuk Organik Cair (POC) Sederhana. Diakses melalui
http://eghizpungblog.blogspot.com. Pada tanggal 6 Desemer 2014.
Anonim.
2014.
Cara
Membuat
Pupuk
Organik
Cair.
Diakses
melalui
Tanpa
tahun.
Rahasia
Kacang
Panjang.
Diakses
melalui
Desember 2014.
Djuarni. dkk. 2005. Cara Tepat Membuat Kompos. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Indriani, Y.H. 2005. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kurniawan, Subatra. 2011. Pemanfaatan Sampah Dapur Berupa Sisa Buah dan
Sayur
Menjadi
Pupuk
Organik.
Diakses
melalui
http://subatra-
29
Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik, Cair, dan Padat, Pembuatan dan Aplikasi.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Parwa. 2010. Seputar Pupuk Hayati. Diakses melalui http://parwawk.blogspot.com.
Pada tanggal 18 Desember 2014.
Priyanto, Didik. 2013. Kandungan Gizi dan Manfaat Ketimun Bagi Kesehatan.
Diakses melalui http://jendelauntukkita.blogspot.com. Pada tanggal 6
Desember 2014.
Pupuklopedia. 2014. Cara Penggunaan Pupuk Organik Cair yang Benar. Diakses
melalui http://pupuklopedia.blogspot.com. Pada tanggal 02 Januari 2015.
Purwendro, S dan Nurhidayat. 2009. Mengolah Sampah Untuk Pupuk dan Pestisida
Organik Sampah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Rocky.
2009.
Manfaat
Nanas.
Diakses
melalui
2012.
Berbagi
Kesehatan
Buah
Pepaya.
Diakses
melalui