Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KELOMPOK 10
Desi Astriani
31112011
31112045
Widdy Fitriani
31110054
I.
Dasar teori
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid ,yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter
(C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan
minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan
minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut.
Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang
sama polaritasnya dengan zat terlarut . Tetapi polaritas bahan dapat berubah
karena adanya proses kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutan KOH berada
dalam keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya sehingga mudah
larut serta dapat diekstraksi dengan air. Ekstraksi asam lemak yang terionisasi ini
dapat dinetralkan kembali dengan menambahkan asam sulfat encer (10 N)
sehingga kembali menjadi tidak terionisasi dan kembali mudah diekstraksi dengan
pelarut non-polar.
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol,
yang berarti triester dari gliserol . Jadi lemak dan minyak juga merupakan
senyawaan ester . Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan
gliserol . Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai
hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.
Sifat-sifat Lemak dan Minyak
Sifat-sifat fisika Lemak dan Minyak
1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil-amin
dari lecitin
2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatu
kamar
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia
dan untuk pengujian kemurnian minyak.
4. Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor oil0,
sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter,karbon
disulfida dan pelarut halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang
rantai karbon
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami ,juga terjadi
karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebaggai hasil penguraian
pada kerusakan minyak atau lemak.
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak
atau minyak dengan pelarut lemak.
8. Titik lunak dari lemak/minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan
minyak/lemak
9. Shot melting point adalah temperratur pada saat terjadi tetesan pertama
dari minyak / lemak
10. slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta
pengaruh kehadiran komponen-komponennya
Sifat-sifat kimia Minyak dan Lemak
1. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari
trigliserida,menjadi
bentuk
ester.
Reaksi
esterifikasi
dapat
2. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi
asamasam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan
kerusakan lemak dan minyak. Ini terjadi karena terdapat terdapat sejumlah
air dalam lemak dan minyak tersebut.
3. Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambhan sejumlah larutan basa kepada
trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung
gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
4. Oksidasi
dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam ditambahkan untuk
mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan
kelebihan alkali, dikeluarkan. Endapan sabun yang bercampur dengan garam,
alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan
garam berkali-kali. Selanjutnya, endapan direbus dengan air secukupnya untuk
mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan homogen
dan mengapung.
II.
Prinsip
Lemak akan terhidrolisis oleh basa menghasilkan gliserol dan sabun.
Proses pencampuran antara minyak dan alkali akan membentuk cairan mengental.
Sabun yang terbentuk dititrasi secara asidimetri.
III.
Alat
- Gelas ukur
- Pipet volume
- Ball pipet
- Erlenmeyer
IV.
Prosedur
a. Pembakuan HCl 0,1 N
Bahan
NaOH 0,1 N
Etanol 96%
HCl 0,1 N
Indikator PP
Asam okslat
Natrii carbonat
Sampel minyak fresto
lgP(o)wT5c2MEC.Ff10NOH3JL
ikasudhterjpnyb,m
o
N
b
T
q
k
u
L
p
m
l
C
H
g
n
e
d
s
a
r
t
i
0
5
y
P
.
h
1
,
O
w
b. Pembakuan NaOH 0,1 N
c. Analisis Sampel
V.
Hasil Pengamatan
a. Pembakuan HCl 0,5 N
No
1
2
3
V HCl (ml)
3,1
3,1
3,2
3,1
b. Titrasi Blanko
No
1
2
3
V NaOH (ml)
10
10
10
Rata-rata
V HCl (ml)
20,2
19,2
19
19,06
c. Titrasi Sampel
No
1
2
3
Massa sampel(g)
5 gram
5 gram
5 gram
Rata-rata
V HCl (ml)
10
10,4
10,6
10,33
0,49 N
Angka penyabunan =
=
( 19,0610,33 ) x 0,49 N x 40
5
= 34,2216
VI.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji analisis lemak/minyak dimana
NaOH
di
dalam
alkohol.
NaOH
dimaksudkan agar terjadi reaksi hidrolisis asam lemak serta memberikan suasana
basa agar di dapatkan gliserol dan sabun (cairan pengental). Penggunaan NaOH
juga untuk menentukan kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak.
Penambahan alkohol pada minyak bertujuan untuk melarutkan minyak
saat proses pemanasan serta melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar
dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang digunakan adalah untuk
melarutkan minyak, sehingga alkohol (etanol) yang digunakan konsentrasinya
berada di kisaran 95-96%, karena etanol 95 % merupakan pelarut lemak yang
baik.
Kemudian di panaskan yang dimaksudkan untuk melihat minyak telah
tersabunkan. Sebelum dipanaskan dilakukan terlebih dahulu ditambahkan
indicator phenolptalein sebanyak 3 tetes untuk pembuktian bahwa bahan tersebut
bersifat asam atau basa. Pemanasan dilakukan sampai minyak tersabunkan secara
sempurna yang ditandai dengan timbulnya sabun berwarna putih, apabila warna
merah muda nya hilang maka NaOH yang ditambahkan tidak berlebih ( kurang
banyak).
Setelah terbentuk busa kemudian dititrasi dengan HCl 0,1 N untuk
menghitung bilangan angka penyabunan, reaksi yang terjadi yakni reaksi asam
basa. Titik akhir titrasi dengan hilangnya warna merah muda. Volume HCl yang
diperlukan untuk titrasi yakni 10,33 mL dan angka penyabunan yang didapatkan
dari titrasi asidimetri yang telah dilakukan pada minyak curah yang didapat yaitu
sebesar 34,2216 sedangkan standar angka penyabunan yang ada pada literature
VII.