Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DISUSUN OLEH
TK IC
NAMA :AHMAD JAYADI
AKADEMI PERAWAT KESEHATAN SAKRA
PEROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN AJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil alamin, segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT Azza
Wjalla, sang Khaliq yang maha perkasa, yang telah melimpahkan segala rahmatnya
kepada kita sehingga kita tetap exis dalam menjalankan seluruh tugas kita sebagai
1
seorang hamba-Nya dan sebagai seorang Khalifah-Nya dimuka bumi ini. Shalawat
dan salam selalu terucapkan kepada Baginda Rasul SAW, yang revolusioner pertama
yang telah membebaskan umat dari tirani kebodohan menuju singgasana kebebasana
dan kemerdekaan.
Terima kasih kami sampaikan kepada bapak Drs.h.moh.Thahir.MPd telah banyak
memberikan bimbingan dan motivasi kepada kami sehingga makalah ini mampu kami
selesaikan tepat pada waktunya..
Sebagai seorang manusia yang selalu identik dengan sifat khilaf dan nisyan, kami
sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna kepada kami khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Wallahulmuafiqu walhadi ila sabilirrosyad
Wassalamualaikum
Penyusun
AHMAD JAYADI
DAFTAR ISI
Halaman judul..
Kata pengantar..
Daftar isi.
2
BAB I : Pendahuluan
A. Latar belakang.
BAB II : Pembahasan ..
A.
B.
C.
D.
E.
F.
BAB II : Penutup
A. Kesimpulan
B. Daftar pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Pada dasarnya sistematika
dan pengelompokkan ajaran Islam secara garis besar adalah aqidah, syariah dan akhlak.
Ajaran Islam dituliskan di dalam Alquran dan hadis. Pokok Ajaran Islam sebagaimana
yang telah diketahui bahwa ajaran Islam ini adalah ajaran yang paling sempurna, karena
3
memang semuanya ada dalam Islam. Meskipun begitu luasnya petunjuk Islam, pada
dasarnya pokok ajarannya hanyalah kembali pada tiga hal yaitu tauhid, taat dan
baroah/berlepas diri. Inilah inti ajaran para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah
kepada umat manusiaPemaknaan konsep ajaran Islam dilakukan dengan tiga pokok
yaitu : berserah diri kepada Allah dengan merealisasikan tauhid, tunduk dan patuh kepada
Allah dengan sepenuh ketaatan, memusuhi dan membenci syirik dan pelakunya. Untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, Islam harus dihayati dan diamalkan
secara kaffah (utuh), tidak sepotong-potong atau sebagian. Islam mempunyai karakter
sebagai agama yang penuh kemudahan yang termanifestasi secara total dalam setiap
syariatnya.
BAB II
PEMBAHASAN
sebagian yang merupakan pengikut agama-agama Kristen dan Yahudi. Mekkah adalah
tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu, karena di sana terdapat berhala-berhala
agama mereka, telaga Zamzam, dan yang terpenting adalah Ka'bah. Masyarakat ini
disebut pula Jahiliyah atau dalam artian lain bodoh. Bodoh disini bukan dalam
intelegensianya namun dalam pemikiran moral. Warga Quraisy terkenal dengan
masyarakat yang suka berpuisi. Mereka menjadikan puisi sebagai salah satu hiburan
disaat berkumpul di tempat-tempat ramai.
b) Masa awal
Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama diturunkan
kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira',
Arab Saudi.
Muhammad dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571
masehi). Ia dilahirkan di tengah-tengah suku Quraish pada zaman jahiliyah, dalam
kehidupan suku-suku padang pasir yang suka berperang dan menyembah berhala.
Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim, sebab ayahnya Abdullah wafat ketika ia
masih berada di dalam kandungan. Pada saat usianya masih 6 tahun, ibunya Aminah
meninggal dunia. Sepeninggalan ibunya, Muhammad dibesarkan oleh kakeknya Abdul
Muthalib dan dilanjutkan oleh pamannya yaitu Abu Talib. Muhammad kemudian
menikah dengan seorang janda bernama Siti Khadijah dan menjalani kehidupan secara
sederhana.
c) As-Sabiqun al-Awwalun
Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang disampaikan
Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai mengajarkan ajaran Islam
secara tertutup kepada para sahabatnya. Setelah tiga tahun menyebarkan Islam secara
sembunyi-sembunyi, ia akhirnya menyampaikan ajaran Islam secara terbuka kepada
seluruh penduduk Mekkah, yang mana sebagian menerima dan sebagian lainnya
menentangnya.
Pada tahun 622 Masehi, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke Madinah. Peristiwa
ini disebut Hijrah, peristiwa itu menjadi dasar acuan permulaan perhitungan kalender
Islam. Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-orang anshar (kaum muslimin
dari Madinah) dan muhajirin (kaum muslimin dari Mekkah), sehingga umat Islam
semakin menguat. Dalam setiap peperangan yang dilakukan melawan orang-orang kafir,
umat Islam selalu mendapatkan kemenangan. Dalam fase awal ini, tak terhindarkan
terjadinya perang antara Mekkah dan Madinah.
Keunggulan diplomasi nabi Muhammad pada saat perjanjian Hudaibiyah, menyebabkan
umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan. Banyak penduduk Mekkah yang
sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam, sehingga ketika
penaklukan kota Mekkah oleh umat Islam tidak terjadi pertumpahan darah. Ketika
Muhammad wafat, hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk agama Islam.
d) Khalifah Rasyidin
Khalifah Rasyidin atau Khulafaur Rasyidin memilki arti pemimpin yang diberi petunjuk,
diawali dengan kepemimpinan Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh kepemimpinan Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib. Pada masa ini umat Islam mencapai
kestabilan politik dan ekonomi. Abu Bakar memperkuat dasar-dasar kenegaraan umat
Islam dan mengatasi pemberontakan beberapa suku-suku Arab yang terjadi setelah
meninggalnya Muhammad. Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib
berhasil memimpin balatentara dan kaum Muslimin pada umumnya untuk
mendakwahkan Islam, terutama ke Syam, Mesir, dan Irak. Dengan takluknya negerinegeri tersebut, banyak harta rampasan perang dan wilayah kekuasaan yang dapat diraih
oleh umat Islam.
e) Masa kekhalifahan selanjutnya
Setelah periode Khalifah Rasyidin, kepemimpinan umat Islam berganti dari tangan ke
tangan dengan pemimpinnya yang juga disebut "khalifah", atau kadang-kadang disebut
"amirul mukminin", "sultan", dan sebagainya. Pada periode ini khalifah tidak lagi
ditentukan berdasarkan orang yang terbaik di kalangan umat Islam, melainkan secara
turun-temurun dalam satu dinasti (bahasa Arab: bani) sehingga banyak yang
menyamakannya dengan kerajaan; misalnya kekhalifahan Bani Umayyah, Bani
Saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 miliar umat Muslim yang
tersebar di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut sekitar 18% hidup di negara-negara Arab,
20% di Afrika, 20% di Asia Tenggara, 30% di Asia Selatan yakni Pakistan, India dan
Bangladesh. Populasi Muslim terbesar dalam satu negara dapat dijumpai di Indonesia.
Populasi Muslim juga dapat ditemukan dalam jumlah yang signifikan di Republik Rakyat
Cina, Amerika Serikat, Eropa, Asia Tengah, dan Rusia.
Pertumbuhan Muslim sendiri diyakini mencapai 2,9% per tahun, sementara pertumbuhan
penduduk dunia hanya mencapai 2,3%. Besaran ini menjadikan Islam sebagai agama
dengan pertumbuhan pemeluk yang tergolong cepat di dunia. [1]. Beberapa pendapat
menghubungkan pertumbuhan ini dengan tingginya angka kelahiran di banyak negara
Islam (enam dari sepuluh negara di dunia dengan angka kelahiran tertinggi di dunia
adalah negara dengan mayoritas Muslim [2]. Namun belum lama ini, sebuah studi
demografi telah menyatakan bahwa angka kelahiran negara Muslim menurun hingga ke
tingkat negara Barat. [3]
g) Hari Besar dalam islam
Idhul Fitri
Hari Jumat
B. PENGERTIAN ISLAM
a) Menurut bahasa
Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata
Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki
beberapa pengertian, diantaranya adalah:
8
ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi
segala larangan-Nya. Menunjukkan makna penyerahan ini,
Allah berfirman dalam al-Quran: (QS. 4 : 125)
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama
Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh
jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: (QS. 6 : 162)
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam.
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di
bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan
mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3 : 83) :
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.
Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita
kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya Allah dengan
demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang (baca; mutmainah).
3. Berasal dari kata istaslamamustaslimun ( - ): penyerahan total kepada
Allah.
Dalam Al-Quran Allah berfirman (QS. 37 : 26)
Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena sebagai
seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa
10
dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau
bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak
gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan,
kesedihan dan lain sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi
kehidupan yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi,
pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena
Allah dan menggunakan manhaj Allah.
Dalam Al-Quran Allah berfirman (QS. 2 : 208)
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
nyata bagimu.
Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah
dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala yang
dilarang-Nya.
4. Berasal dari kata saliim ( )yang berarti bersih dan suci.
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Quran (QS. 26 : 89):
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 37: 84)
(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang mampu
menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat
mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Karena pada
hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan
utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia.
Allah berfirman: (QS. 5 : 6)
11
Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syariat Islam) itu hendak
menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu dan
menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
) yang berarti selamat dan sejahtera.
5. Berasal dari salam (
Allah berfirman dalam Al-Quran: (QS. 19 : 47)
Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta
ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku."
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat
manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan
dan juga keselamatan pada setiap insan.
b) Menurut istilah
Adapun dari segi istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam
adalah ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi
dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai
hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus,
menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.
Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh ayat-ayat
Al-Quran. Diantara poin-poinnya adalah:
1. Islam sebagai wahyu ilahi ()
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS. 53 : 3-4 :
*
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)."
2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) ()
Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. 3 : 84)
12
Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami
dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa
yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak
membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami
menyerahkan diri."
3. Sebagai pedoman hidup ()
Allah berfirman (QS. 45 : 20):
"Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini."
4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW (
)
Allah berfirman (QS. 5 : 49-50)
*
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah
kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa
yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan
menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan
sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum
Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada
(hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?
5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus. (
)
Allah berfirman (QS. 6 : 153)
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia;
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-
13
beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu bertakwa.
)
6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.(
Allah berfirman (QS. 16 : 97)
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
A. Karakteristik Agama Islam
Memahami karakteristik Islam sangat penting bagi setiap muslim, karena akan dapat
menghasilkan pemahaman Islam yang komprehen- sif. Beberapa karakteristik agama Islam, yakni
antara lain :
1. Rabbaniyah (Bersumber langsung dari Allah s.w.t) Islam merupakan manhaj Rabbani (konsep
Allah s.w.t), baik dari aspek akidah, ibadah, akhlak, syariat, dan peraturannya semua
bersumber dari Allah s.w.t
2. Insaniyah Alamiyah (humanisme yang bersifat universal) Islam merupakan petunjuk bagi
seluruh manusia, bukan hanya untuk suatu kaum atau golongan. Hukum Islam bersifat
universal, dan dapat diberlakukandi setiap bangsa dan negara.
3. Syamil Mutakamil (Integral menyeluruh dan sempurna) Islam membicarakan seluruh sisi
kehidupan manusia, mulai dari yang masalah kecil sampai dengan masalah yang besar.
4. Al-Basathah (elastis, fleksibel, mudah) Islam adalah agama fitrah bagi manusia, oleh karena
itu manusia niscaya akan mampu melaksanakan segala perintah-Nya tanpa ada kesulitan,
tetapi umumnya yang menjadikan sulit adalah manusia itu sendiri.
5. Al-Adalah (keadilan) Islam datang untuk mewujudkan keadilan yang sebenar-benarnya,
untuk mewujudkan persaudaraan dan persamaan di tengah-tengah kehidupan manusia, serta
memelihara darah (jiwa), kehormatan, harta, dan akal manusia.
14
6. Keseimbangan (equilibrium, balans, moderat) Dalam ajaran Islam, terkandung ajaran yang
senantiasa menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum, antara
kebutuhan material dan spiritua serta antara dunia dan akhirat.
7. Perpaduan antara Keteguhan Prinsip dan Fleksibilitas Ciri khas agama Islam yang dimaksud
adalah perpaduan antara hal-hal yang bersifat prinsip (tidak berubah oleh apapun) dan
menerima perubahan sepanjang tidak menyimpang dari batas syariat.
8. Graduasi (berangsur-angsur/bertahap) Hukum atau ajaran-ajaran yang diberikan Allah kepada
manusia diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan fitrah manusia. Jadi tidak secara
sekaligus atau radikal.
9. Argumentatif Filosofis Ajaran Islam bersifat argumentatif, tidak bersifat doktriner. Dengan
demikian Al-Quran dalam menjelaskan setiap persoalan senantiasa diiringi dengan bukti-bukti
atau keterangan-keterangan yang argumentatif dan dapat diterima dengan akal pikiran yang
sehat (rasional religius).
B. Fungsi, Tujuan dan Cita-Cita Islam
Terlaksananya tujuan hidup manusia merupakan perwujudan diberlakukan nya fungsi-fungsi
Islam dalam kehidupan manusida dan masyarakat yang beriman dan bertakwa. Oleh karena itu
untuk memahami fungsi-fungsi atau kedudukan Islam dalam kehidupan, berikut ini penjelasannya
1. Islam Sebagai Agama Allah Fungsi Islam sebagai agama Allah dinyatakan dalam predikatnya
yaitu dienul haq (agama yang benar), dimana kehadiran dan kebenaran agama Islam nyata
sepanjang zaman. Islam juga dinyatakan sebagai dinul khalis yang berarti kesucian dan
kemurnian serta keaslian Islam terjaga sepanjang masa.
2. Islam sebagai Panggilan Allah. Allah memanggil orang yang beriman dan bertakwa kepada
Islam dengan mengutus Rasul-Nya membawa Islam agar supaya disampaikan dan diajarkan
kepada manusia . Oleh karena itu para rasul dan para pengikut nya yang setia hanya mengajak
manusia kepada Islam.
3. Islam sebagai Rumah yang Dibangun oleh Allah.Allah menjadikan Islam sebagai rumah
yang disediakan bagi hamba-Nya yang beriman dan bertakwa agar mereka hidup sebagai
keluarga muslim. Dengan demikian Islam merupakan wadah yang mempersatukan orang
yang beriman dan bertakwa dalam melaksanakan dan menegakkan agama Allah dalam
kehidupan manusia dan masyarakat.
15
4. Islam Sebagai Jalan yang Lurus Orang yang beriman dan bertakwa yang memenuhi panggilan
Allah kepada Islam, tetap dalam Islam melaksanakan ajaran Islam, karena mereka tahu dan
mengerti bahwa Islam itu agama Allah. Merekalah yang sedang berjalan pada jalan Allah
yaitu sirathal Mustaqim(jalan yang lurus).
5. Islam Sebagai Tali Allah Sebagai tali Allah, Islam merupakan pengikat yang mempersa- tukan
orang yang beriman dan bertakwa dalam melaksanakan dan menegakkan agama Allah.
6. Islam Sebagai Sibgah Allah. Sibgah atau celupan yaitu zat pewarna yang memberikan warna
bagi sesuatu yang dicelupkan. Dengan Islam, Allah bermaksud memberkan warna atau corak
kepadapa manusia. Untuk mendapatkan corak atau warna tersebut adalah dengan jihad,
mengerahkan segala kemampuan nya dalam melaksanakan agama Allah. Muslim yang
tersibghah adalah Allah tetapkan sebagai saksi atas manusia dan yang sadar akan identitasnya
serta tahu akan harga dirinya sebagai hamba Allah yang beriman dan bertakwa.
7. Islam Sebagai Bendera Allah. Islam sebagai bendera Allah di bumi. Bendera tersebut mesti
dikibarkan setinggi tingginya, sehingga tampak berkibar menjulang tinggi di angkasa. Untuk
mengibarkan atau menampakkan Islam, Allah mengutus Rasul-Nya dengan Alquran dan
Islam, sehingga dengan demikian kekafiran dan kemusrikan akan dapat diatasi.
C. Klasifikasi Agama dan Agama Islam
Menurut sumber ajaran suatu agama, agama-agama dapat dibagi menjadi (1) Agama wahyu
(revealed religion) atau agama langit dan (2) Agama budaya (cultural religion /natural religion)
yang disebut juga agama bumi atau agama alam. Agama wahyu mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya. Pada waktu agama wahyu disampaikan
malaikat (Jibril) kepada manusia pilihan yang disebut utusan atau Rasul-Nya, pada waktu
itulah agama wahyu lahir.
2. Agama tersebut disampaikan kepada manusia melalui Utusan atau Rasul Allah.
3. Memiliki kitab suci yang berisi himpunan wahyu yang diturunkan oleh Allah.
4. Ajaran agama wahyu mutlak benar karena berasal dari Allah yang Maha Benar, Maha
Mengetahui segala-galanya.
16
5. Sistem hubungan manusia dengan Allah dalam Agama wahyu, ditentu kan sendiri oleh Allah
dengan penjelasan lebih lanjut oleh Rasul-Nya.
6. Konsep ketuhanan agama wahyu adalah monoteisme murni sebagai- mana yang disebutkan
dalam ajaran agama langit itu.
7. Dasar-dasar agama wahyu bersifat mutlak, berlaku bagi seluruh umat manusia.
8. Sistem nilai agama wahyu ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaras- kan dengan ukuran
dan hakikat kemanusiaan.
9. Agama wahyu menyebut sesuatu tentang alam yang kemudian dibuktikan kebenarannya oleh
ilmu pengetahuan(sains) modern.
10. Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan peringatan kepada
manusia dalam pembentukan insan kamil, yakni manusia yang sempurna, manusia baik yang
bersih dari noda dan dosa.
Sebagai contoh agama yang masuk ke dalam kelompok agama wahyu adalah : Islam, Yahudi dan
Nasrani. Sedangkan kelompok agama budaya contohnya adalah Kong Hu Cu, Budha dan Hindhu.
Islam sebagai agama wahyu, tentunya jika kesepuluh tolok ukur di atas diterapkan kepada agama
Islam, hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Agama Islam dilahirkan pada tanggal 17 Ramadhan tahun Gajah, bertepatan dengan tanggal 6
Agustus 610 M.
2. Disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai utusan Allah.
3. Meimiliki kitab suci Alquran yang memuat asli semua wahyu yang diterima oleh RasulNyaselama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah dan kemudian di Madinah.
4. Ajaran Islam mutlak benar karena berasal dari Allah yang Maha Benar dan Maha Mengetahui
segala sesuatu.
5. Sistem hubungan manusia dengan Allah disebutkan dalam Alquran, dijelaskan dan
dicontohkan pelaksanaannya oleh Rasul-Nya.
6. Konsep Ketuhanan Islam adalah tauhid, monoteisme murni, ke Esaan Allah, esa dalam Zat,
esa dalam sifat , esa dalam perbutan dan seterusnya.
17
7. Dasar-dasar agama Islam bersifat fundamental dan mutlak, berlaku untuk seluruh umat
manusia di manpun dia berada.
8. Nilai-nilai terutama nilai-nilai etika (akhlak) dan estetika (keindahan) yang ditentukan oleh
Agama Islam sesuai dengan fitrah manusia dan kemanu siaan.
9. Soal-soal alam (semesta) yang disebutkan dalam Agama Islam yang dahulu diterima dengan
keyakinan saja, kini telah banyak dibuktikan kebenarannya oleh sains modern.
10. Bila petunjuk, pedoman dan tuntunan serta peringatan agama Islam dilaksanakan dengan baik
dan benar akan terbentuk insan kamil, manusia sempurna.
ruang lingkup ajaran Islam dalam kajian kritis dan analisis, sehingga dapat menjadikan
sebuah kontribusi pemikiran. Ruang lingkuang ajaran Islam itu di antaranya: Aqidah,
ibadah, akhlak dan muamalah duniawiyah.
a. Aqidah
Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu yang berarti
(menghimpun atau mempertemukan dua buah ujung atau sudut/ mengikat).[1] Secara
istilah aqidah berarti keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang dan menjadi
landasan segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan dan pegangan hidupnya. Istilah ini
identik dengan iman yang berarti kepercayaan atau keyakinan.[2]
Sekiranya disinergiskan antara makna lughawi dan istilah dari kata aqidah di atas dapat
digambarkan bahwa aqidah adalah suatu bentuk keterikatan atau keterkaitan antara
seorang hamba dengan Tuhannya, sehingga kondisi ini selalu mempengaruhi hamba
dalam seluruh perilaku, aktivitas dan pekerjaan yang ia lakukan. Dengan kata lain
keterikatan tersebut akan mempengaruhi dan mengontrol dan mengarahkan semua tindaktanduknya kepada nilai-nilai ketuhanan.
Masalah-masalah aqidah selalu dikaitkan dengan keyakinan terhadap Allah, Rasul dan
hal-hal yang ghaib yang lebih dikenal dengan istilah rukun iman. Di samping itu juga
18
menyangkut dengan masalah eskatologi, yaitu masalah akhirat dan kehidupan setelah
berbangkit kelak. Keterkaitan dengan keyakinan dan keimanan, maka muncul arkanul
iman, yakni, iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari akhirat, qadha dan qadar.[3]
Di dunia Islam, permasalahan aqidah telah terbawa pada berbagai pemahaman, sehingga
menimbulkan kelompok-kelompok di mana masing-masing kelompok memiliki metode
dan keyakinan masing-masing dalam pemahamannya. Di antara kelompok-kelompok
tersebut adalah Muktazilah, Asyariyah, Mathuridiyah, Khawarij dan Murjiah.
Menurut Harun Nasution[4], timbulnya berbagai kelompok dalam masalah aqidah atau
teologi berawal ketika terjadinya peristiwa arbitrase (tahkim) ketika menyelesaikan
sengketa antara kelompok Muawiyah dan Ali ibn Abi Thalib. Kaum Khawarij
memandang bahwa hal tersebut bertentangan dengan QS al-Maidah/ 5: 44 yang berbunyi;
Siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang diturunkan Allah adalah kafir (QS
al-Maidah/ 5: 44).
Peristiwa tersebut membuat kelompok Khawarij tidak senang, sehingga mereka
mendirikan kelompok tersendiri serta memandang bahwa Muawiyah dan Ali ibn Abi
Thalib adalah Kafir, sebab mereka telah melenceng dari ketentuan yang telah digariskan
al-Quran. Dengan berdirinya kelompok ini, juga memicu berdirinya kelompok-kelompok
lain dalam masalah teologi, sehingga masing-masing memiliki pemahaman yang berbeda
dengan yang lainnya.
Namun demikian, perbedaan tersebut tidaklah sampai menafikan Allah, dengan kata lain
perbedaan pemahaman tersebut tidak sampai menjurus untuk lari dari tauhid atau
berpaling pada thgh t.
Di antara sumber perbedaan pemahaman antara masing-masing golongan tersebut antara
lain adalah masalah kebebasan manusia dan kehendak mutlak Tuhan. Ada kelompok yang
menganggap bahwa kekuasan Tuhan adalah maha mutlak, sehingga manusia tidaklah
memiliki pilihan lain dalam berbuat dan berkehendak. Kelompok ini diwakili oleh
kelompok Asyariyah. Ada pula kelompok bahwa Tuhan memang maha kuasa, tetapi
Tuhan menciptakan sunnah-Nya dalam mengatur kebebasan manusia, sehingga manusia
memiliki alternatif dan pilihan dalam berkehendak dan berbuat sesuai dengan sunnah
yang telah ditetapkan. Dengan kata lain manusia bebas dalam berbuat dan berkehendak.
Kelompok ini diwakili oleh kelompok Muktazilah. Ada pula kelompok yang mengambil
sikap pertengahan antara kedua kelompok tersebut, namun mereka tetap meyakini bahwa
19
Allah maha kuasa terhadap seluruh tindak-tanduk dan kehendak manusia. Kelompok ini
diwakili oleh Mathuridiyah.
Itulah sekilas tentang permasalahan aqidah serta pemikiran masing-masing kelompoknya,
di mana semua itu beranjak dari pemahaman mereka terhadap kekuasaan Allah dan
kebebasan manusia.
b. Ibadah
Ibadah berasal dari kata yang berarti hamba. Kemudian dari kata ini muncul kata
yang berarti ( memperlihatkan/ mendemonstrasikan ketundukan dan
kehinaan).[5] Secara istilah ibadah berarti usaha menghubungkan dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang disembah.[6]
Ulama fiqh mendefenisikan ibadah sebagai ketaatan yang disertai dengan ketundukan dan
kerendahan diri kepada Allah SWT. Redaksi lain menyebutkan bahwa ibadah adalah
semua yang dilakukan atau dipersembahkan untuk memperoleh keredhaan Allah dan
mengharapkan imbalan pahala-Nya di akhirat kelak.
Ibn Taimiyah menjelaskan bahwa ibadah berawal dari suatu hubungan dan keterkaitan
yang erat antara hati dengan yang disembah. Kemudian hubungan dan keterkaitan
tersebut meningkat menjadi kerinduan karena tercurahnya perasaan hati kepada-Nya.
Kemudian rasa rindu itu pun meningkat menjadi kecintaan yang kemudian meningkat
pula menjadi keasyikan. Sehingga akhirnya membuat cinta yang amat mendalam yang
membuat orang yang mencitai bersedia melakukan apa saja demi yang dicintai. Oleh
karena itu, betapapun seseorang menundukkan diri kepada sesama manusia, ketundukan
demikian tidak dapat disebut sebagai ibadah sekalipun antara anak dan bapaknya.
Dari segi manfaatnya ibadah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu; pertama, ibadah
perorangan (fardhiyah/mahdhah), yakni ibadah yang menyangkut diri pelakunya sendiri
serta tidak ada hubungannya dengan orang lain seperti shalat dan puasa. Kedua, ibadah
kemasyarakatan (ijtimiyah/ghaira mahdhah), yakni ibadah yang memiliki keterkaitan
dengan orang lain, terutama dari segi sasarannya seperti sedekah, zakat dan sebagainya.
Berkaitan dengan ini, Dalam Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah dijelaskan bahwa
ibadah ialah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dengan mentaati segala
perintah-Nya, menjauhi segala larangan-larangan-Nya dan mengamalkan segala yang
diizinkannya. Ibadah ada yang umum dan ada yang khusus. Ibadah umum ialah segala
amalan yang dizinkan Allah sedangkan ibadah khusus ialah apa yang telah ditetapkan
Allah akan perinciannya, tingkat dan cara-caranya yang tertentu.[7]
20
Menurut Nazaruddin Razak, dalam konteks ibadah yang dikerjakan, terdapat lima pokok
ibadah, yakni: shalat, zakat, puasa dan naik haji serta disusul dengan thaharah, di mana
thaharah merupakan kewajiban yang menyertai shalat, zakat, puasa dan naik haji.[8]
Yusuf al-Qaradhawiy menjelaskan lima persyaratan agar suatu perbuatan dapat bernilai
ibadah, yaitu:
1)
2)
3)
hati dan percaya diri bahwa perbuatan yang dilakukan akan membawa kepada kebaikan.
4)
Harus memperhatikan garis-garis atau aturan-aturan Allah SWT, tidak ada unsur
menghalangi kewajiban-kewajiban agama seperti berjual beli yang membuat diri lalai
mengerjakan shalat dan sebagainya.[9]
c. Akhlak
Akhlaq merupakan bentuk jamak dari ( al-khuluq) yang berarti
( kekuatan jiwa dan perangai yang dapat diperoleh melalui pengasahan mata
bathin).[10] Dari pengertian lughawi ini, terlihat bahwa akhlaq dapat diperoleh dengan
melatih mata bathin dan ruh seseorang terhadap hal yang baik-baik. Dengan demikian
dari pengertian lughawi ini tersirat bahwa pemahaman akhlaq lebih menjurus pada
perbuatan-perbuatan terpuji. Konsekuensinya adalah bahwa perbuatan jahat dan
melenceng adalah perbuatan yang tidak berakhlaq (bukan akhlq al-madzmmah).
Secara istilah akhlaq berarti tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak
dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan.[11] Sedangkan Nazaruddin Razak,
mengungkapkan akhlak dengan makna akhlak islam, yakni suatu sikap mental dan laku
perbuatan yang luhur, mempunyai hubungan dengan Zat Yang Maha Kuasa dan juga
merupakan produk dari keyakinan atas kekuasaan dan keeasaan Tuhan, yaitu produk dari
jiwa tauhid.[12]
Dari pengertian ini terlihat sinergisitas antara makna akhlaq dengan al-khalq yang berarti
penciptaan di mana kedua kata ini berasal dari akar kata yang sama. Dengan demikian
pengertian ini menggambarkan bahwa akhlaq adalah hasil kreasi manusia yang sudah
dibiasakan dan bukan datang dengan spontan begitu saja, sebab ini ada kaitannya dengan
al-khalq yang berarti mencipta. Maka akhlaq adalah sifat, karakter dan perilaku manusia
yang sudah dibiasakan.
21
Al-Quran memberi kebebasan kepada manusia untuk bertingkah laku baik atau berbuat
buruk sesuai dengan kehendaknya. Atas dasar kehendak dan pilihannya itulah manusia
akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat atas segala tingkah lakunya. Di samping
itu, akhlaq seorang muslim harus merujuk kepada al-Quran dan sunnah sebagai
pegangan dan pedoman dalam hidup dan kehidupan.
Secara garis besar menurut Endang Saifuddin Anshari, akhlak terdiri atas; pertama,
akhlak manusia terhadap khalik, kedua, akhlak manusia terhadap sesama makhluk, yakni
akhlak manusia terhadap sesama manusia dan akhlak manusia terhadap alam lainnya.[13]
Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlaq manusia terhadap Allah SWT bertitik tolak
dari pengakuan dan kesadarannya bahwa tidak ada Tuhan Selain Allah yang memiliki
sifat terpuji dan sempurna. Dari pengakuan dan kesadaran itu akan lahir tingkah laku dan
sikap sebagai berikut:
1) Mensucikan Allah dan senantiasa memujinya.
2) Bertawakkal atau berserah diri kepada Allah setelah berbuat dan berusaha terlebih
dahulu.
3) Berbaik sangka kepada Allah, bahwa yang datang dari Allah kepada makhluk-Nya
hanyalah kebaikan.
Adapun akhlaq kepada sesama manusia dapat dibedakan kepada beberapa hal, yaitu:
1) Akhlaq kepada orang tua, yaitu dengan senantiasa memelihara keredhaannya, berbakti
kepada keduanya dan memelihara etika pergaulan dengan keduanya.
2) Akhlaq terhadap kaum kerabat, yaitu dengan menjaga hubungan shilaturrahim serta
berbuat kebaikan kepada sesama seperti mencintai dan merasakan suka duka bersama
mereka.
3) Akhlaq kepada tetangga, yaitu dengan menjaga diri untuk tidak menyakiti hatinya,
senantiasa berbuat baik (ihsn) dan lain-lain sebagainya.[14]
d.Muamalah
Secara etimologi muamalah semakna dengan yang berarti saling berbuat. Kata ini
menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan orang lain atau
beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Secara terminologi kata ini
lebih dikenal dengan istilah fiqh muamalah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan
tindak-tanduk manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan. Misalnya dalam persoalan
jual beli, utang-piutang, kerjasama dagang, persyarikatan, kerjasama dalam penggarapan
tanah, sewa menyewa dan lain-lain sebagainya.[15]
22
Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa tidak boleh ada sesuatupun dari tindaktanduk manusia yang lari dari prinsip-prisip ketuhanan, termasuk dalam masalah
muamalah atau yang lebih dikenal dengan tindak-tanduk manusia dalam berinteraksi
dengan sesamanya untuk memenuhi kehidupannya masing-masing. Walau semua itu
diatur hanya secara global, namun Allah telah memberikan konsep dan prinsip-prinsip
umum bagi manusia dalam berhubungan dengan sesamanya. Dengan demikian, maka
seluruh aktivitas dan tindak-tanduk manusia harus sesuai, menjurus dan sinergis dengan
apa yang telah ditetapkan di dalam nash, baik dari nash al-Quran maupun dari hadits.
Di samping itu, juga terdapat beberapa keistimewaan ajaran muamalah yang bersumber
dari al-Quran dan sunnah, antara lain yaitu:
1) Prinsip dasar dalam persoalan muamalah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan
umat manusia, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai situasi dan
kondisi yang mengitari manusia itu sendiri. Dari prinsip pertama ini terlihat perbedaan
muamalah dengan persoalan aqidah, akhlaq dan ibadah. Dalam persoalan aqidah, syariat
Islam bersifat menentukan dan menetapkan secara tegas hal-hal yang menyangkut
masalah aqidah tersebut dan tidak diberikan kebebasan bagi manusia untuk melakukan
suatu kreasi. Dalam bidang akhlaq juga demikian, yaitu dengan menetapkan sifat-sifat
terpuji yang harus diikuti oleh umat Islam serta sifat-sifat tercela yang harus dihindari.
Selanjutnya di bidang ibadah dan bahkan prinsip dasarnya adalah tidak boleh dilakukan
atau dilaksanakan oleh setiap muslim jika tidak ada dalil yang memerintahkan untuk
dilaksanakan.
2)Bahwa berbagai jenis muamalah, hukum dasarnya adalah boleh sampai ditemukan dalil
yang melarangnya. Ini artinya, selama tidak ada dalil yang melarang suatu kreasi jenis
muamalah, maka muamalah itu dibolehkan. Namun demikian, walau pada prinsipnya
muamalah dibolehkan selama tidak ada dalil yang melarangnya, tetapi semua itu tidak
boleh lepas dari sikap pengabdian kepada Allah SWT, di mana terdapat kaidah-kaidah
umum yang mengatur dan mengontrolnya, antara lain yaitu; Tidak boleh terlepas dari
nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan; Berdasarkan pertimbangan
kemaslahatan pribadi dan masyarakat; Menegakkan prinsip kesamaan hak dan kewajiban
sesame manusia; Seluruh perbuatan kotor adalah haram dan seluruh tindakan yang baik
adalah halal, dan lain-lain.[16]
Secara umum muamalah mencakup antara lain yaitu; hal-hal yang berkaitan dengan hakhak dan hal lain yang terkait dengannya; Hal-hal yang berkaitan dengan harta seperti
hibah, sedekah dan sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan perdagangan seperti jual
23
beli, khiyr, ihtikr, syirkah, mudhrabah dan sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan
pemberian amanah kepada orang lain seperti hiwlah, ijrah, ariyah, al-rahn dan
sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan lahan pertanian seperti muzraah, musqah,
dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A.kesimpulan
Islam di ajarkan untuk dapat membawa manusia ke jalan yang benar dan yang di ridhoi oleh
Allah SWT. Agar mereka dapat hidup dengan damai dan sentausa. Islam meliputi banyak
aspek yang akan dituju yang akan dilaksanakan oleh umat manusia yang menjalankannya, dan
arti dari agama ini sangat bearrti dan berguna bagi manusia karena tidak hanya pada arti
melainkan islam mempunyai tujuan, sumber, ruang lingkup dan karakteristik tersendiri yang
telah di bahas pada sub bab sebelumnya. Semua aspek tersebut memiliki makna yang sangat
luas jika dipahami dengan sungguh sungguh dan benar. Karena islam bertujuan untuk
membimbing manusia ke jalan yang benar maka islam menurunkan Al-quran dan Al-hadist,
dengan berpedoman pada Al-quran dan Al-hadist manusia pasti akan menemukan jalan untuk
mengatasi masalah hidupnya dan menuntun ke jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT.
24
DAFTAR PUSTAKA
Hawwa, Said. Al-Islam. (Terj. Oleh Abu Ridha dan AR Shaleh Tamhid) Cet. I
2000. Jakarta : Al-Itisham Cahaya Umat.
Zaidan, Abdul Karim. Ushul al-Dawah. Cet. V 1996/ 1417 H. Beirut Libanon :
Muassasatur Risalah.
CD. ROM. Al-Quran 6.50 & Al-Hadits. Syirkah Sakhr li Baramij al-Hasib (1991
1997).
CD. ROM. Mausuah Ulama al-Islam; Dr. Yusuf al-Qardhawi ; al-Fiqh wa Ushulih.
Al-Markaz al-Handasi lil Abhas al-Tatbiqiyah.
CD. ROM. Mausuah al-Hadits al-Syarif 2.00 (Al-Ishdar al-Tsani). Syirkah alBaramij al-Islamiyah al-Dauliyah.
25
26