Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
4Th SEMESTER
Name / NIM
: Haikal Yusup
(1313020027)
: TL 4B
Date of Report
: 19 June 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berjudul Perancangan Gardu
Distribusi 20 KV Limnologi LIPI Cibinong ini. Saya menyampaikan ucapan terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan dan menyusun karya
tulis ini, khususnya kami sampaikan kepada:
1. Bapak Silo Wardono, ST, M. Si. selaku Kepala Program Studi Teknik Listrik yang telah
menyediakan kesempatan dan bantuan fasilitas dalam menyelesaikan karya tulis ini;
2. Bapak Ir. Drs. Asrizal Tatang, ST. Selaku dosen mata kuliah Perancangan Gardu
Distribusi yang telah membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan dalam
pembuatan karya tulis ini;
3. Orang tua kami, yang telah memberikan dukungan moral dan doa dalam
menyelesaikan karya tulis ini;
4. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan karya tulis ini.
kami selaku penulis sangat menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
memperbaiki agar lebih mendekati kesempurnaan. Akhir kata, saya sampaikan terimakasih atas
perhatian yang diberikan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
4
4
9
11
2.1.1.2 Hubungan
14
2.1.1.3 Hubungan Y
16
2.1.1.4 Hubungan Y
18
19
20
23
23
26
28
30
39
47
56
57
58
58
59
ii
59
61
66
66
67
68
68
70
70
71
72
73
74
74
75
76
77
78
78
79
84
85
86
86
87
87
88
90
98
iii
99
101
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
6. DAFTAR PUSTAKA
114
115
115
116
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia yang sudah serba modern ini, peran listrik sudah sangatlah vital dalam
kehidupan manusia. Tanpa listrik satu hari saja, aktivitas kita seolah-olah lumpuh, seolaholah kita tidak bisa melakukan apa-apa. Hampir seluruh pekerjaan manusia saat ini
menggunakan tenaga listrik.
Di Indonesia, PLN diberi tanggungjawab untuk melayani dan memasok tenaga
listrik ke seluruh wilayah Indonesia. Tenaga listrik dihasilkan oleh suatu pembangkit
tenaga listrik. Namun tenaga listrik yang dihasilkan oleh suatu pembangkit tidak bisa
langsung digunakan oleh konsumen, melainkan harus ditransmisikan dan didistribusikan
terlebih dahulu melalui suatu gardu distribusi. Akan tetapi saat ini permasalahannya
Indonesia masih sangat bergantung dengan pembangkit tenaga listrik dengan sumber energi
fossil yang sudah semakin langka. Sehingga dampaknya Indonesia sudah mulai menatap
krisis energi lstrik. Banyak wilayah di Indonesia yang belum menikmati listrik secara
maksimal bahkan banyak wilayah yang sama sekali belum merasakan keberadaan listrik.
Selain permasalahan tersebut di atas, sistem kelistrikan di Indonesia juga masih
bermasalah dengan kehandalan. Terutama kehandalan pada kegiatan distribusi tenaga
listrik.PLN menggunakan gardu distribusi 20 KV untuk menyalurkan energi listrik ke
konsumen. Untuk mendistribusikan tenaga listrik dengan baik, suatu gardu distribusi
diperlukan perancangan dan penginstalasian yang sesuai dengan aturan dan standar yang
berlaku agar kegiatan pendistribusian tenaga listrik dapat berjalan dengan baik, aman, dan
handal.
Pada kali ini kami akan membuat suatu perancangan gardu distribusi 20 KV untuk
Bioteknologi LIPI Cibinong. Banyak orang yang belum tahu bagaimana suatu gardu
distribusi bekerja, banyak juga yang belum tahu apa saja yang terdapat di dalam gardu
distribusi tersebut. Dalam proses pembuatan suatu gardu disribusi diperlukan perancangan
yang baik, pemilihan komponen yang baik, dan penginstalasian yang sesuai dengan aturan
dan standar yang berlaku. Namun sebelum melakukan semua hal tersebut, perlu kita
ketahui fungsi dari gardu distribusi tersebut dan berapa besar daya yang akan digunakan.
Dalam karya ilmiah ini, kami akan memberikan ulasan lengkap tentang perancangan gardu
1
distribusi, pemilihan dan perhitungan komponen, sampai estimasi biaya dan waktu yang
dibutuhkan untuk membangun sebuah gardu distribusi yang baik, aman, dan handal.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan hasil uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan:
1. Bagaimana merancang gardu distribusi 20 KV untuk Bioteknologi LIPI Cibinong yang
baik dan sesuai dengan standar?
2. Bagaimana konstruksi gardu distribusi 20 KV untuk Bioteknologi LIPI Cibinong yang
baik dan sesuai dengan standar?
3. Bagaimana pemilihan komponen yang baik untuk suatu gardu distribusi 20 KV?
4. Bagaimana penginsatalasian komponen yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku?
5. Bagaimana mewujudkan gardu distribusi yang memiliki kehandalan yang baik?
1.3 Tujuan
Karya tulis ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mampu merancang suatu gardu
distribusi 20 KV dengan baik dan sesuai dengan standar yang berlaku.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan, daftar kepustakaan, serta lampiran katalog-katalog dan datadata lain yang digunakan dalam pernacangan gardu distribusi.
BAB II
TEORI DASAR GARDU DISTRIBUSI
2.1 Transformator Tenaga
3
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber arus bolak balik, maka pada
kumparan primer tersebut akan mengalir arus listrik I, yang akan menyebabkan timbulnya fluk
magnit Q atau gaya gerak magnit (ggm) yang berubah ubah pada teras besi B, bersamaan
dengan itu pada kumparan primer timbul gaya gerak listrik (electro motive force) induksi Ep,
yang sama besarnya dan berlawanan arah dengan tegangan yang diberikan Vp. Sebab ggl (gaya
gerak listrik) induksi ini mempunyai sifat menentang setiap perubahan arus yang
membangkitkan besarnya ggl induksi pada kumparan primer ini adalah:
(1)
Dimana:
p = besarnya ggl induksi pada kumparan primer (volt)
d = perubahan ggl didalam teras (Maxwell)
dt = perubahan waktu sesaat (detik)
Np = jumlah lilitan kumparan primer
Fluk magnet (ggm) yang menginduksikan ggl induksi p pada kumparan primer
tersebut, tercakup (dipeluk) pula pada kumparan sekunder; sehingga merupakan fluk bersama
(mutual fluk) m . Dengan demikian fluk bersama m ini menginduksikan pula ggl induksi s
pada kumparan sekunder, sehingga pada kumparan sekunder akan terdapat tegangan Vs yang
besarnya sama dan berlawana arah dengan ggl induksi s yang terbangkitkan pada kumparan
sekunder. Kalau pada kumparan primer ggl induksi tersebut dibangkitkan oleh arus listrik,
maka untuk dapat membangkitkan arus listrik 2 pada kumparan sekunder; diperlukan ggl
5
induksi s yang berubah-ubah. Maka pada kumparan primer dihubungkan arus bolak-balik.
Besarnya ggl induksi s pada kumparan sekunder ini adalah:
(2)
Dimana:
s = besarnya ggl induksi pada kumparan sekunder (volt)
s = jumlah lilitan kumparan sekunder.
Karena fluk magnet didalam teras besi B ini merupakan fluk bersama (mutual flux)
maka dari persamaan 1 dan 2 didapatkan perbandingan lilitan dengan perbandingan ggl induksi
yakni:
(3)
Dimana a merupakan nilai perbandingan transformasi (ratio transformation) pada suatu
transformator. Apabila nilai a lebih besar dari satu (a > 1) maka transformator tersebut
merupakan step down transformator.sebaliknya apabila nilai a lebih kecil dari satu (a < 1) maka
transformator ini merupakan step up transformator. Dalam keadaan fluk magnet maksimum,
sesuai dengan arus yang membangkitkannya pada kumparan; maka besarnya fluk magnet
(ggm) ini adalah
(4)
(5)
6
(6)
Pada waktu ggl besarnya maksimum maka besarnay sin t = 1maka persamaan (6) akan
beruabh menjadi:
(7)
Dari persamaan (6) dan (7) ggl induksi maksimum adalah:
(8)
Begitu pula besarnya ggl induksi sekunder (untuk penyelesaian yang sama) akan terdapat:
(9)
Dari persamaan (8) dan (9) maka jelaslah bahwa ggl induksi yang dibangkitakan oleh
arus bolak-balik akan mempunyai bentuk yang sama dengan membangkitkannya. Apabila
transformator tersebut dianggap adeal sehingga hanya terdapat kehilangan tenaga yang kecil
sekali dan bias diabaikan, maka tenaga input 1 pada tranformator akan sama dengan tenaga
output nya 0 maka didapati:
(10)
Yang dimaksud ideal disini adalah: a. Kerugian karena arus pusar (eddy Current) dan kerugian
hysterisis didalam teras besi tidak ada. b. Kerugian tahanan pada kawat tembaga tidak ada c.
Dan tidak ada kebocoran fluk pada kumparan primer maupun sekunder
Oleh karena itu seperti yang telah diterngalan dimuak bahwa ggl induksi p maupun s akan
sama besarnya dan berlawana arahnya dengan tegangan sumber Vp sehingga didapat
persamaan:
(11)
Dari persamaan (9) dan (16) diatas didapat perbandingan transformator yaitu:
(12)
Untuk transformator yang tidak ideal akan terjadi perubahan pada tegangan output,
yang akan berpengaruh pada tenaga output transformator o dimana tenaga output
transformator 0 lebih kecil daripada tenaga input i (i < o )Hal tersebut disebabakan
terjadinya kerugian-kerugian daya didalam transformator, seperti yang telah dikemukakan
diatas. Besarnya tenaga output pada kumparan sekunder adalah:
(13)
Karena transformator tidak membangkitkan tenaga listrik sendiri, dengan adanya
kerugian-kerugian didalam transformator ini tenaga output pada kumparan sekunderlebih kecil
dari pada tenaga input pada kumparan primer. Dengan adanya perubahan-perubahan pada
tenaga output ini akan memepengaruhi nilai efisiensi dari transformator tersebut yang dapat
ditentukan:
(14)
Dari persamaan (19) diatas dapat disimpulakn bahwa makin kecil kerugian daya yang
terjadi pada transformator, makin tinggi efisiensinya. Sebaliknya makin besar kerugian daya
pada transformator makin berkurang nilai efisiensinya. Untuk memperkecil kerugian-kerugian
daya pada transformator tersebut perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut:
a. Dipilih penampang kawat yang cukup besar dan mempunyai nilai konduktivitas yang cukup
besar untuk memperkecil kerugian- kerugian tahanan pada kawat.
b. Dipilih tera-teras tipis dari bahan-bahan feromaknitis yang bermtu baik dan penampangnya
yang cukub besar, untuk memeperkecil kerugian teras yang berupa kerugian arus pusar
(Eddy Current) dan kerugian hysterisis pada teras.
c. Dan perlu diperhatikn pula isolasi yang mempunyai daya tahan (non coducting) yang tinggi
untuk menghindarkan terjadinya fluk bocor.
2.1.1 Transformator Tiga Phase
Transformator yang banyak digunakan untuk jarinagn distribusi tegangan tinggi adalah
transformator tiga phase. Pada dasarnya transformator tiga phase ini terdiri dari tiga buah
transformator, satu phase dengan tiga buah teras besi yang dipasang pada satu kerangka. Dari
tiga teras besi ini ditemoatkan masing-masing sepasang kumparan yakni kumparan primer dan
kumparan sekunder. Dengan demikian seluruhnya akan terdapat tiga buah kumparan primer
dan tiga buah kumoaran sekunder. Dari ketiga kumparan primer maupun ketiga kumpatran
sekunderdapat dihubungkan secara hubungan bintang (star conection) dan dihubungkan
egitiga (delta conection) . Seperti halnya transformator satu phase maka azas kerja dari
transformator tiga phase ini pada prinsipnya sama saja. Hanya pada transformator tiga phase
arus yang dihubungkan padakumparan primer berbentuk arus bolak-balik dari tiga buah kawat
phase masing-masing sama besarnya dan bergeseran sudut sebesar 120 taip phasenya, yang
menimbulkan fluk maknit didalam teras besi juga berbeda phase 120. Karena fluk maknit
yang dibangkitkan merupakan fluk maknit bersama (mutual fluk) m, maka pada tiap-tiap
kumparan akan dibangkitkan gaya gerak listrik (electro motive force) induksi yang masingmasing berbeda 120 juga. Besarnya ggl induksi baik primer maupun sekunder sama halnya
dengan yang terjadi pada transformator satu phase, yang masing-maing besarnya adalah :
(18)
tertutup (segitiga) dengan tiga buah ujung kawat phase nya. Demikian pula untuk hubunga
ketiga kumparan sekundernya. Sehingga antara kumparan primer dan kumparan sekunder
etrdapat hubungansegitiga-segitiga ( ). Perhatikan gambar 21 dibawah ini:
Gambar 2.4 Rangkaian Transformator Tiga Fasa Hubungan - (a) dan Rangkaian Eqivalen
Transformator Tiga Fasa Hubungan - (b)
Seperti halnya dalam transformator satu phase untuk dapat membangkitkan arus listrik
pada kumparan sekunder, diperlukan ggl induksi yang berubah-ubah. Sedang untuk membuat
ggl induksi berubah-ubah pada kumparan primer dihubungkan arus bolak-bolik. Dalam
transformator 3 phase ini pada kumparan sekunder dapat dibangkitkan dari tiap-tiap lilitan
phase arus bolak-balik yang satu sama lain sama besarnaya dan masing-masing berbeda phase
120o . Pada gambar 21b diperlihatkan arus yang dihasilkan adalah dani Ia Ib dan Ic yang
besarnya adalah :
(19)
Dimana :
Ia,Ib,Ic = arus phase pada kumparan sekunder utuk phase I,II,dan
Im2
Untuk saluran (line current) tiap phase Ia, Ib, dan Ic menurut gambar 2.4 adalah:
11
(20)
Apabila persamaan (19) kita masukkan kepersaamaan (20) maka akan didapat arus saluran
yang besarnya masing-masing adalah:
(21)
Dari persamaan diatas ternyata arus saluran (line current) sama besarnya dan bergeseran
phase 1200 satu sama lain. Apabila arus phase (phase current) sephase dengan tegangan, maka
arus saluran akan bergeseran sudut 300 terhadap tegangan. Perhatikan gambar dibawah ini:
Harga efektif dari arus saluran (line current) menurut persamaan (21) adalah:
12
Untuk hubungan ini, tegangan saluran (line voltage)sama dengan tegangan phase
(phase voltage). Lihat gambar 2.2 dari persamaan (20) dan (21) dapat ditulis besarnya tegangan
saluran ini, yakni:
(22)
Dengan demikian tegangan saluran untuk tiap phase sama satu sama lain dan bergeseran phase
1200. Harga efektif dari tegangan saluran dalam hubungan - ini adalah :
(23)
Dimana:
Va-c
(24)
Oleh karena dalam transformator tiga phase hubungan ini arus saluran (line
current) dan tegangan saluran (line voltage) adalah
(25)
13
Maka tenaga yang diberikan pada transformator tiga phase untuk satu phase dalam
hubungan - adalah:
(26)
Dalam keadaan istimewa dimana factor daya cos = I atau arus phase dengan tegangan
phase dala keadaan sephase maka besarnya tenaga adalah:
(27)
Dalam keadaan istimewa dimana factor daya cos = I atau arus phase dengan tegangan
phase dala keadaan sephase maka besarnya tenaga adalah:
2.1.1.2 Hubungan
Yang dimaksud dengan hubungan adalah apabila ujung- ujung kawat lilitan
kumparan dari ketiga kumparan primer maupun dari kumparan sekunder, masing-masing
dihubungkan menjadi satu dan merupakan titikbintang yang dihubungkan dengan saluran nol
(ground). Sedangkan ketiga ujung kawat lilitan kumparan yang lain masing-masing
dihubungkan dengan kawat phase, maka terdapat 4 buah sambungan yang seperi terlihat pada
gambar 23 dibawah ini. Untuk transformator 3 buah phase dengan hubungan seperti pada
gambar 23 b, harga arus phase yang mengalir pada ketiga kumparan primer dan sekunder sama
dengan arus saluran (line current). Apabila diketahui arus phase pada tiap-tiap kumparan
seperti pada persamaan (22) maka arus saluran a adalah:
(28)
Didalam keadaan setimbang dimana kerugian pada tiap-tiap kumparan tidak ada, maka
harga efektif dari besarnya arus saluran adalah:
(29)
14
Dari rangkaian equivalent pada gambar 23 b besarnya tegangan antara kawat phase
(saluran) dan kawat netral. Besarnya tegangan phase satu sama lain sama dan berbeda phase
1200 yakni :
(30)
Gambar 2.6 Rangkaian Transformator Tiga Phase dengan Hubungan Y Y dan Rangkaian
Equivalent Transformator 3 Phase Hubungan Y - Y
Sedang besarnya tegangan saluran (line voltage) seperti pada gambar 23 b adalah:
(31)
Apabila persamaan (30) kita masukkan pada persamaan (31) maka akan didapat harga
tegangan saluran yaitu:
(32)
Harga efektif dari tegangan saluran ini apabila tegangan phase tidak mengalami
kerugian-kerugian didalam teras maka besarnya ketiga tegangan saluran ini sama besar dan
berbeda phase 1200 satu sama lain, yakni:
15
(33)
Dalam keadaan seimbang, dimana besarnya beban untuk masing-masing phase sama
dan juga sudut pergeseran phase antara arus phase dan tegangan phase juga sama, maka
besarnya tenaga yang diberikan (0 ) sesuai dengan persamaan (32) dan (33) pada transformator
tiga phase dengan hubungan - adalah:
(34)
Dari persamaan (33) dan (34) ini, apabila dalam hubungan , maupun dalam
hubungan tetap berlaku persamaan yang sama.
2.1.1.3 Hubungan Y
Hubungan Y ini merupakan hubungan campuran dimana ketiga kumparan primer
dihubungkan dengan sedang untuk ketiga kumparan sekunder dihubungakan . Perhatikan
gambar 24 dibawah ini. Dalam sistem ini, apabila ketiga kumparan primer diberi sumber arus
a b c ,, maka didalam ketiga kumparan primer mengalir arus phase ia, ib,ic yang besarnya
adalah:
16
(35)
Fluk maknit (ggm) akan menginduksikan ggl induksi ini pada kumparan sekunder, sehingga
pada ketiga kumparan sekunder akan timbul arus phase ia,ib dan ic, karena pada ketiga
kumparan sekunder ini dihubungkan maka arus phse ini sama besarnya dengan arus saluran,
yang besarnya adalah:
(36)
(37)
2.1.1.4 Hubungan Y -
Transformator tiga phase dengan hubungan primer ini adalah apabila ketiga
kumparan primer dihubungkan.lihat gambar 25 dibawah ini:
17
Komponen utama gardu distribusi baik medium voltage maupun low voltage yang
sudah terpasang/terangkai secara lengkap lazim disebut dengan Kubikel, dan didalamnya
terdapat switch gear yaitu : Pemisah Disconnecting Switch (DS) Berfungsi sebagai pemisah
18
atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemisah hanya dapat dioperasikan dalam keadaan
tidak berbeban.
Pemutus beban Load Break Switch (LBS) Berfungsi sebagai pemutus atau
penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemutus beban dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban
dan terpasang pada kabel masuk atau keluar gardu distribusi. Kubikel LBS dilengkapi dengan
sakelar pembumian yang bekerja secara interlock dengan LBS. Untuk pengoperasian jarak jauh
(remote control), Remote Terminal Unit (RTU) harus dilengkapi catu daya penggerak.
Pemutus Tenaga - Circuit Breaker (CB) Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung
arus listrik dengan cepat dalam keadaan normal maupun gangguan hubung singkat. Peralatan
Pemutus Tenaga (PMT) ini sudah dilengkapi degan rele proteksi arus lebih (Over Current
Relay) dan dapat difungsikan sebagai alat pembatas beban. Komponen utama PHB-TM
tersebut diatas sudah terakit dalam kompartemen kompak (lengkap), yang sering disebut
Kubikel Pembatas Beban Pelanggan
Dalam system LVMDP, switchgear merupakan suatu piranti yang berfungsi untuk
mengendalikan distribusi energi listrik atau untuk melindungi peralatan yang dihubungkan ke
catuan listrik. Switchgear yang digunakan pada tegangan rendah biasanya dipergunakan
sebagai switching dan proteksi peralatan listrik. Perangkat switchgear tersebut ditentukan
sesuai dengan kebutuhan, misalnya untuk keperluan isolasi, disconnecting loads, short
circuit breaker, switching motor dan pengaman beban lebih dari pengaman manusia.
Perangkat switchgear ini dapat bekerja dengan satu atau lebih fungsinya, tergantung
perancangannya/design juga dapat membentuk fungsi dari peralatan tertentu. Dalam system
LVMDP switchgear yang biasa digunakan dalam system gardu distribusinya adalah sebagai
berikut: Circuit Breaker General, Fuse, Disconnector, loadbreak Switch, Fused Switch
Disconnector, Motor Starter, Contactor, Overload Relay, Switch Disconnector dengan fuse,
Residual Current Circuit Breaker (RCMCCB), Miniatur Circuit Breaker (MMCCB),
RCMCCB dengan Over Current Trip dan RMCCB yang dioperasikan sebagai MMCCB.
2.3 Sistem Pengaman
Proteksi sistem tenaga listrik adalah system proteksi yang dilakukan kepada peralatanperalatan listrik yang terpasang pada suatu sistem tenaga misanya generator, transformator
jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal
19
itu dapat berupa antara lain : hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem
rendah, asinkron dan lain - lain.
Tujuan dipasangnya proteksi pada jaringan kelistrikan
1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan peralatan
akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi
perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikitlah pengaruh
gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat
2. Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil mungkin.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.
4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari pelbagai tipe gangguan pada suatu
lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi secara efektif.
Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut
diharapkan segera dapat mengoeprasikan circuit-circuit yang tepat untuk mengeluarkan
sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat
sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan
menentukan CB mana yang diperoperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut secara
manual. Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan
proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan
yang tidak normal tersbut dan selanjutnya mengistruksikan circuit-circuit yang tepat untuk
bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Peralatan tersebut
kita kenal dengan relay. Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang
sehubungan mempunyai dua fungsi pokok :
-
Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gayagaya mekanik dst.
Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan memutuskan
gangguan disebut sebagai sistem proteksi. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam
20
mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika arus kerja bertambah melampaui
batasaman yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak
efektif, maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan
arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan pula.
Perlu diingat bahwa pengaruh pemanasan adalah sebanding dengankwadrat dari arus :
H = 12 Rt Joules
Dimana :
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus konduktor (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
Proteksi harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi
itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus
hubung singkat breaking capacity atau Repturing Capacity.
Disamping itu proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Sekring atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus
tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan
peralatan bekerja.
3. Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama
sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
4. Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus
gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat melakukan pemisahan (discriminative) hanya pada rangkaian
yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi.
Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan
sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih lama dan mempunyai
fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus.
21
Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekring atau
circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat mencapai harga
yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan mekanik.
Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan
sistem proteksi yang efektif yaitu:
a) Selektivitas dan Diskrimanasi, efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari
kesanggupan system dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
b) Stabilitas, sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang
melindungi (gangguan luar).
c) Kecepatan Operasi, sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir,
semakin besar kerusakan peralatan.
d) Sensitivitas (kepekaan), yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat
dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai
prosentase dari arus sekunder (trafo arus).
e) Pertimbangan ekonomis, dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek
teknis, oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja
persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi.
f) Realiabilitas (keandalan), sifat ini jelas, penyebab utama dari outage rangkaian adalah
tidak bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
g) Proteksi Pendukung, proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang
sepenuhnya terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu
apabila proteksi utama tidak bekerja (fail).
Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya
tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang berdekatan
misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker tidak dilindungi. Dalam
keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan remote back up) akan memberikan
perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama.
Selain itu pentahanan peralatan juga sangat penting untuk
menghindari
22
23
1) Trafo satu kutub : trafo tegangan yang salah satu terminalnya dibumikan / ditanahkan,
dipergunakan untuk tegangan diatas 30 kV
2) Trafo dua kutub : trafo tegangan yang kedua terminalnya diisolir dari bumi / tanah, hanya
digunakan untuk tegangan dibawah 30 kV
Berdasarkan jenis tegangan, trafo tegangan dibedakan menjadi 2, yaitu :
Transformator satu fasa, bila transformator digunakan untuk memindahkan tenaga listrik
satu fasa.
Transformator tiga fasa, bila transformator digunakan untuk memindahkan tenaga listrik
tiga fasa.
Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan transformator tegangan adalah batas
% KESALAHAN RASIO
TEGANGAN (+/-)
0.5
0.5
20
40
Burden, yaitu beban sekunder dari transformator tegangan (PT), dalam hal ini sangat
terkait dengan kelas ketelitian PT-nya. Untuk instalasi pasangan dalam; lazimnya
transformator tegangan sudah terpasang pada kubikel pengukuran.
25
N1
N2
P2
P1
S1
I1
S2
I2
E1 N1
E2 N 2
Dimana
N1
,
N2
I1 I 2 sehingga N1 N 2 ,
N1 jumlah lilitan primer, dan
I1Z1
U1
I2Z2
I0
E2
I2
I2Zb = U2
26
E2 4,44 B A f N 2 Volt
Tegangan jepit rangkaian sekunder adalah
E2 I 2 Z 2 Z b Volt
Z b Z kawat Z inst Volt
frekuensi (Hz)
N2
U1
U2
Zb
Z kawat
27
U1
I1 Z1
I2 Z2
U2
IO
I1
I2
IO
Im
Gambar 2.11 Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo Arus
Trafo arus untuk proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat terjadi gangguan dimana
arus yang mengalir beberapa kali dari arus pengenalnya dan tingkat kejenuhan cukup
tinggi.
28
Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan GFR), relai beban lebih,
relai diferensial, relai daya dan relai jarak.
Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi adalah pada titik saturasinya
seperti pada kurva saturasi dibawah (Gambar 4).
V
proteksi
pengukuran
I
Gambar 2.12 Kurva kejenuhan CT untuk Pengukuran dan Proteksi
Trafo arus untuk pengukuran dirancang supaya lebih cepat jenuh dibandingkan trafo arus
proteksi sehingga konstruksinya mempunyai luas penampang inti yang lebih kecil (Gambar
2.12).
CT Pengukuran
CT Proteksi
A2
A1
Tipe Konstruksi
29
Tipe Pasangan.
30
kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat kecenderungan kesalahan dan pada arus yang besar
(beberapa kali nilai nominal) trafo arus akan mengalami saturasi.
besaran primer ke besaran sekunder adalah linier di seluruh jangkauan pengukuran, contohnya
adalah koil rogowski (coil rogowski)
Jenis trafo arus berdasarkan jenis isolasi
Berdasarkan jenis isolasinya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
o
31
pasangan dalam ruangan (indoor), misalnya trafo arus tipe cincin yang digunakan pada kubikel
penyulang 20 kV.
o
umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing
yang digunakan pada pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV dan 150 kV.
o
digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe top-core.
Jenis trafo arus berdasarkan pemasangan
Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
o
baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian elektrik internal dan bahan
keramik/porcelain untuk isolator ekternal.
32
pada trafo arus pemasangan luar ruangan, menggunakan isolator dari bahan resin.
P2
300/5 A
300/5 A
300/5 A
300/5 A
1S1
1S2 2S1
2S2 3S1
3S2 4S1
4S2
Trafo arus dengan inti banyak dirancang untuk berbagai keperluan yang mempunyai sifat
pengunaan yang berbeda dan untuk menghemat tempat.
33
Contoh:
Trafo arus 2 (dua) inti 150 300 / 5 5 A (Gambar XX).
Penandaan primer: P1-P2
Penandaan sekunder inti ke-1: 1S1-1S2 (untuk pengukuran)
Penandaan sekunder inti ke-2: 2S1-2S2 (untuk relai arus lebih)
P1
P2
300/5 A
300/5 A
1S1
1S2
2S1
2S2
34
Primer seri
P1
S1
P2
S2
P1
P2
S1
S2
Gambar 2.20
Primer Paralel
Gambar 2.21
Primer Seri
CT rasio 1600 / 1 A
CT rasio 800 / 1 A
Primer paralel
35
terkecil, umumnya trafo arus memiliki dua rasio tap, namun ada juga yang memiliki lebih
dari dua tap (lihat Gambar 13).
Contoh:
P1
S1
P2
S2
P1
S3
S1
S2
P2
S3
S4
Gambar 2.22
Gambar 2.23
CT Sekunder 2 Tap
CT Sekunder 3 Tap
36
Tipe cincin (ring / window type) dan Tipe cor-coran cast resin (mounded cast resin type)
Keterangan
Terminal utama (primary terminal)
Terminal sekunder (secondary terminal).
Kumparan sekunder (secondary winding).
CT tipe cincin dan cor-coran cast resin biasanya digunakan pada kubikel penyulang
(tegangan 20 kV dan pemasangan indoor). Jenis isolasi pada CT cincin adalah Cast Resin
37
Tipe Tangki
38
Jenis isolasi pada trafo arus tipe tangki adalah minyak. Trafo arus isolasi minyak banyak
digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya digunakan pada pasangan di luar
ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing yang digunakan pada pengukuran arus
penghantar tegangan 70 kV, 150 kV dan 500 kV
2.4.2.3 Metering atau Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dapat berupa alat ukur analog maupun digital. Alat ukur
analog berdasarkan prinsip kerjanya bisa berupa alat ukur kumparan putar, thermocouple, besi
putar, elektro dinamis, induksi, atau elektro statis. Bila menggunakan alat ukur digital, maka
hanya dengan menggunakan satu alat ukur akan dapat mencakup Voltmeter, Amperemeter,
Wattmeter, VARmeter, Cosmeter, KWhmeter, KVARhmeter. Alat ukur digital memiliki
keuntungan lain, yaitu lebih akurat, terutama pada sistem daya yang banyak terdapat harmonic
karena meningkatnya penggunaan beban elektronik. Metode pengukuran analog merespon
terhadap harga rata-rata dari bentuk gelombang input, hal ini hanya efektif bila bentuk
gelombangnya mendekati sinusoida murni. Pengukuran dengan alat ukur digital menggunakan
teknik pengukuran RMS (Root Mean Square) sebenarnya yang dapat melakukan pengukuran
dengan akurat dengan adanya harmonic sampai harmonic ke 15.
Jenis-jenis sistem pengukuran sebagai berikut :
a) Pengukuran satu fasa.
b) Pengukuran tiga fasa 3 kawat beban seimbang atau tidak seimbang.
c) Pengukuran tiga fasa 4 kawat beban seimbang atau tidak seimbang.
Contoh hubungan alat ukur analog :
39
Dengan :
40
2. Voltmeter
Voltmeter adalah alat pengukur beda potensial (tegangan) antara dua titik. Untuk
mengukur beda potensial antara dua titik pada suatu komponen, kedua terminal
voltmeter harus dihubungkan dengan kedua buah titik yang tegangannya akan diukur
sehingga terhubung secara parallel dengan komponen tersebut. Voltmeter elektrostatik
atau elektrometer adalah satu-satunya instrumen yang langsung daripada menggunakan
efek arus yang dihasilkannya. Instrument ini mempunyai satu karakteristik lain yaitu:
dia tidak memakai daya (kecuali selama periode yang singkat dari penyambungan awal
ke rangkaian) dan berarti menyatakan impedansi tak berhingga terhadap rangkaian yang
diukur. Tingkah lakunya bergantung pada reaksi antara dua benda bermuatan lisrtik.
Mekanisme elektrotastik mirip sebuah kapasitor variabel, dimana gaya yang terjadi
antara kedua pelat paralel merupakan fungsi dari beda potensial yang dihubungkan
kepadanya.
Prinsip kerja voltmeter hampir sama dengan ampermeter karena desainnya juga
terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau multiplier. Galvanometer
menggunakan prinsip hukum lorenzt dimana interaksi antara medan magnet dan kuat
arus akan menimbulkan gaya magnetic. Gaya magnetik inilah yang menggerakkan
jarum penunjuk sehingga menyimpang pada saat dilewati oleh arus yang melewati
kumparan. Makin besar kuat arus makin besar pula penyimpangannya.
41
3. Wattmeter
Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaannya dalam
satuan watt di mana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter. Dalam
pengoperasiannya harus memperhatikan petunjuk yang ada pada manual book atau
tabel yang tertera pada wattmeter. Demikian juga dalam hal pembacaannya harus
mengacu pada manual book yang ada.
Pengukuran daya listrik secara langsung adalah dengan menggunakan wattmeter,
ada beberapa jenis wattmeter, antara lain wattmeter elektrodinamik, wattmeter induksi,
wattmeter elektrostatik dan sebagainya. Yang paling banyak digunakan adalah
wattmeter elektrodinamik, karena sesuai dengan karakteristiknya.
Wattmeter Eletrodinamik atau Elektrodinamometer Wattmeter. Instrumen ini
cukup familiar dalam desain dan konstruksi elektrodinamometer tipe ammeter dan
voltmeter analog. Kedua koilnya dihubungkan dengan sirkuit yang berbeda dalam
pengukuran power. Koil yang tetap atau field coil dihubungkan secara seri dengan
rangkaian, koil bergerak dihubungkan paralel dengan tegangan dan membawa arus
yang proporsional dengan tegangan. Sebuah tahanan non-induktif dihubungkan secara
seri dengan koil bergerak supaya dapat membatasi arus menuju nilai yang kecil. Karena
koil bergerak membawa arus proposional dengan tegangan maka disebut pressure coil
atau voltage coil dari wattmeter.
elektrodinamometer
membutuhkan
sejumlah
daya
untuk
mempertahankan medan magnetnya, tetapi ini biasanya begitu kecil dibandingkan daya
beban sehingga dapat diabaikan, Jika diperlukan pembacaan daya yang tepat, kumparan
arus harus persis membawa arus beban, dan kumparan potensial harus dihubungkan
diantara terminal beban.
Dengan menghubungkan kumparan potensial ke titik A, tegangan beban terukur
dengan tepat. Tetapi arus yang melalui kumparan-kumparan medan lebih besar sebanyak
IP. Berarti wattneter membaca lebih tinggi sebesar kehilangan daya daya tambahan
didalam rangkaian potensial. Tetapi, jika rangkaian potensial dihubungkan ke titik B,
44
kumparan medan mencatat arus yang tepat, tetapi tegangan pada kumparan potensial akan
lebih besar sebanyak penurunan tegangan pada kumparan-kumparan medan. Juga
wattmeter akan mencatat lebih tinggi, tetapi dengan kehilangan sebesar I.R di dalam
kumparan medan.
Cara penyambungan yang tepat tergantung pada situasi. Umumnya, sambungan
kumparan potensial pada titik A lebih diinginkan untuk beban-beban arus tinggi, tegangan
rendah, sedang sambungan kumparan potensial pada titik B lebih diinginkan untuk bebanbeban arus rendah, dan tegangan tinggi.
Kesulitan dalam menempatkan sambungan kumparan potensi diatasi dengan
wattmeter yang terkompensasi. Kumparan arus terdiri dari dua kumparan, masing-masing
mempunyai jumlah lilitan yang sama. Salah satu kumparan menggunakan kawat besaran
yang membawa arus beban ditambah arus untuk kumparan potensial. Gulungan lain
menggunakan kawat kecil (tipis) dan hanya membawa arus ke kumparan tegangan. Tetapi
arus ini berlawanan dengan arus didalam gulungan besar, menyebabkan fluks yang
berlawanan dengan fluks utama. Berarti efek I dihilangkan dan wattmeter menunjukkan
daya yang sesuai.
45
4. Frekuensi meter
Frekwensi meter digunakan untuk mengetahui frekwensi (berulang)
gelombang sinusoidal arus bolak-balik yang merupakan jumlah siklus sinusoidal
tersebut perdetiknya (cycle/second) pada suatu sumber tegangan, Tegangan yang di
ijinkan 0 220 V. cara penyambungannya sebagai berikut :
46
5. KVAr meter
Alat yang digunakan untuk mengetahui balance atau tidak suatu beban listrik 3 phase.
Bila arus balance, maka Varmeter akan mununjuk pada angka 0, namun bila tidak
balance jarum penunjuk akan menunjukkan ke IND ( terjadi beban induktif), atau CAP
(terjadi beban capacitif).
6. Cos phi
Alat ini digunakan untuk mengetahui besarnya factor kerja (power factor) yang
merupakan beda fase antara tegangan dan arus. Cara penyambungannya seperti
pemasangan kwh 3 phasa. Cos meter banyak digunakan dan terpasang pada :
Panel pengukuran mesin pembangkit
Panel gardu hubung, gardu induk
Alat pengujian, alat penerangan, dll.
2.5 Sistem Rel
Busbar merupakan komponen penghantar listrik yang dapat memadai arus dan
tegangan listrik kaoasitas besar. Busbar yang sangat umum memang sudah lazim dipakai untuk
perakitan panel terbuat dari tembaga.Karena tembaga memiliki tingkat korosi yang sangat kecil
atau bahkan 0% korosi akan tetapi ada yang lebih baik dari tembaga yakni emas.Emas
merupakan penghantar yang paling bagus karena memiliki tingkat karat yang lebih rendah atau
sama sekali tidak memiliki tingkatan karat.
Akan tetapi apabila emas digunakan pada panel listrik dikhawatirkan dapat
menyebabkan terjadinya bencana apabila busbar yang terbuat dari emas tersebut digunakan
sebab harga emas sangatlah super spesial dan pasti orang yang memasang busbar emas akan
tergiur dengan busbar emas.Maka dari itu digunakanlah busbar tembaga karena selain memiliki
daya hantar yang bagus juga memiliki tingkat korosi yang rendah.
Busbar memiliki fungsi yang sama dengan kabel. Tetapi kapasitas hantar arus busbar
lebih besar daripada kabel. Untuk arus diatas 250 A maka disarankan untuk memakai busbar.
Pemakaian busbar ini untuk mempermudah pemasangan sambungan komponen-komponen
lainnya pada panel. Apabila arus 250 A ke atas dan menggunakan kabel maka pemasangannya
akan lebih sulit untuk sambungan ke penghantar lainnya. Hal ini dikarenakan pada busbar pada
tiap bagian penampangnya terdapat lubang-lubang yang dapat dijadikan tempat penghubung
dengan penghantar lainnya.
47
Berdasarkan standar pada PUIL. maka dalam penggimaan busbar untuk tiap fasanya diberi
warna yang berbeda:
a. merah untuk fasa R
b. kuning untuk fasa S
c. hitam untuk fasa T
d. biru untuk fasa N
Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo tenaga, dan
peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik atau daya listrik.
Ada pula yang mengartikan, Busbar dalam sistem tenaga adalah lokasi di mana jalur
transmisi, sumber generasi, dan beban distribusi bertemu. Busbar adalah bentuk besarnya
dari isi kabel (tembaga). Fungsinya tetap sama, yaitu menghantarkan listrik. Perbedaan
busbar dan kabel hanya di bagian pelindungnya atau isolator. Jika busbar telanjang,
sedangkan kabel ada bajunya. Namun, karena kabel sangat merepotkan untuk di dalam
panel, maka digunakanlah busbar. Pemakaian busbar hanya di dalam panel. Alasannya
karena busbar telanjang, dan siapapun yang memegangnya saat ada aliran listrik, dapat
menyebabkan kematian. Sedangkan untuk pemakaian di luar panel seperti outdoor, dan
tempat-tempat yang bisa dilihat manusia, digunakan busbar yang memakai baju atau
disebut kabel.
Untuk mendapatkan ukuran busbar yang sesuai ditentukan berdasarkan arus yang
mengalir pada busbar tersebut dan harus sesuai dengan standar yang berlaku pada pabrik
pembuatnya. Arus listrik nominal yang mengalir dapat dicari dengan menggunakan rumus
(C. Sankaran 133):
I nominal =
48
Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Jakarta: Badan Standarisasi Nasional,
2000, p.236
Tabel 2.1 Pembebanan Penghantar Untuk Alumunium Penampang Persegi Arus Bolak-Balik
49
Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Jakarta: Badan Standarisasi Nasional,
2000, p.235
Tabel 2.2 Pembebanan Penghantar Untuk Tembaga Penampang Persegi Arus Bolak-Balik
50
Rel Tunggal
Pemisah bagian
Pemutus bagian
2. Double Duo
Rel Ganda
Rel ganda 1 CB
Rel ganda 2 CB
3. Rel Tertutup/Loop
1. Single Busbar atau Rel Tunggal
Busbar tunggal adalah sistim Busbar yang paling sederhana. Karena hanya
memerlukan sedikit peralatan dan ruang maka dari segi ekonomis sistim ini sangat
menguntungkan. Sistim ini dipakai untuk gardu distribusi yang hanya mempunyai
sedikit saluran keluar dan tidak memerlukan pindah-hubungan sistim tenaga. Semua
perlengkapan peralatan listrik dihubungkan hanya pada satu / single busbar pada
umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk diujung atau akhir dari suatu
transmisi. Namun, jika terjadi gangguan pada ril, isolator pada sisi ril, pemutus beban
dan peralatan diantaranya, maka pelayanan aliran tenaga listrik akan terputus sama
sekali. Jika dipandang perlu mencegah pemutusan pelayanan total, maka dipasang
pemutus beban dan pemisah bagian; komposisi dari sistim tenaga harus disesuaikan
seperlunya.
51
LBS
F
PT
H
Es
Es
CT
LBS
LBS
LBS
LBS
F
PT
PLN
T1
T2
CB
LBS
CT
LBS
LBS
LBS
F
PT
PT
IN
T1
T2
2. Rel Ganda
Rel ganda adalah gardu induk yang mempunyai dua / double busbar . Sistem
ini sangat umum, hampir semua gardu distribusi menggunakan sistem ini karena sangat
efektif untuk mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan. Busbar
ganda terdiri dari dua ril, tiga ril atau empat ril; kedua jenis terkahir ini tidak lazim
dipakai. Sistim ini memerlukan lebih banyak isolator, ril, bangunan konstruksi baja dan
ruang dibandingkan dengan ril tunggal. Tapi dengan ini pemeriksaan alat dan operasi
sistim tenaga menjadi lebih mudah. Tidak bekerjanya satu ril tidak diikuti dengan tidak
bekerjanya transformator atau saluran transmisi. Di Jepang bila dipakai saluran
transmisi rangkap (double circuit), maka biasanya rangkaian pertama dihubungkan
dengan ril A dan rangkaian kedua dengan ril B, sehingga beban kedua rangkaian itu
seimbang. Dengan cara demikian maka dimungkinkan untuk membatasi pemutusan
pelayanan dan arus hubungsingkat dengan membuka pemutus beban penghubung
kedua ril itu bila gangguan terjadi pada salah satu rangkaian. Juga bila ril A dan ril B
dikerjakan terpisah maka dimungkinkan beroperasinya sistim tenaga yang berlainan.
Oleh karena itu sistim dua ril ini pada umumnya dipakai pada gardu distribusi yang
kedudukannya penting dalam sistim tenaga.
A) Rel Ganda Standard
I
II
DS
DS
CB
CB
CT
IN
T
PT
53
CB
CB
CB
CB
DS
DS
CB
CB
DS
DS
CB
IN
CB
IN
PT
T1
T2
PT
54
IN
I
CB
CB
CB
CB
II
T
I
CB
CB
CB
CB
CB
CB
II
T1
T2
55
3. Rel Tertutup
Semua rel/busbar yang ada tersambung satu sama lain dan membentuk seperti
ring/cicin. Ril gelang hanya memerlukan ruang yang kecil dan baik untuk pemutusan
sebagian dari pelayanan dan pemeriksaan pemutus beban. Sistim ini jarang dipakai di
Jepang karena mempunyai kerugian bahwa dari segi operasi sistim tenaga ia tidak
begitu leluasa seperti sistim dua-ril; lagi pula rangkaian kontrol dan pengamanannya
menjadi lebih kompleks, dan kapasitas arus dari alat-alat yang terpasang seri harus lebih
besar.
IN
CB
CB
T
CB
CB
CB
CB
CB
CB
56
Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif yang sebagai
penyeimbang sifat induktif. Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVARsampai 60 KVAR. Dari
tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt. Kapasitor Bankadalah sekumpulan beberapa kapasitor
yang disambung secara parallel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran yang
sering dipakai adalah KVAR (Kilo Volt Ampere Reaktif) meskipun didalamnya terkandung
atau tercantum besaran kapasitansi yaitu Farad atau microfarad. Kapasitor ini mempunyai sifat
listrik yang kapasitif (leading). Sehingga mempunyai sifat mengurangi atau menghilangkan
terhadap sifat induktif (leaging).
2.6.1 Penempatan Kapasitor Bankpada PHB Tegangan Rendah
CT
Busbar 20KV
LBS
DS
Fuse
CB
Incoming Feeder
Outgoing Feeder
CB
PT
ES
Grounding
Grounding
Transformator
Grounding
PHB TR
MCCB
Kapasitor
BankhubungBint
ang
Beban
57
58
Untuk menghitung besarnya nilai kapasitas kapasitor dapat digunakan dengan rumus :
C=
VQc
.
Keterangan :
C
Qc
V
listrik padam.
2.
tegangan rendah.
59
3.
teganga tinggi.
4.
fluktuasi tegangan.
5.
commond-mode noise.
6.
normal-mode noise.
7.
dan lonjakan yang disebabkan switching dan kesalahan pada system danjaringan.
UPS dapat melindungi berbagai berbagai tipe peralatan listrik yang sensitif, tentunya
dengan jenis dan kegunaan dari Ups itu sendiri. Peralatan yang dapat dilindungi seperti:
1.
2.
3.
critical instrument.
4.
system telekomunikasi.
5.
terminal point-of-sale.
6.
Kegunaan UPS
Pada dasarnya UPS merupakan sumber tenaga alternatif sementara yang menggantikan
suplai tenaga listrik utama dalam hal ini sumber listrik PLN. Namun UPS yang baik mampu
menangani permasalahan gangguan listrik yang lain seperti tegangan transien, tegangan spike,
atau distorsi harmonisa/noise. UPS sendiri merupakan sebuah sistem yang berdiri sendiri
terhadap sistem suplai tenaga listrik PLN. UPS diharapkan mampu melindungi peralatan listrik
yang kritis terhadap gangguan suplai tegangan listrik seperti komputer, jaringan komputer,
bahkan peralatan industri agar terhindar dari kerusakan yang fatal.
Penggunaan UPS tidaklah menjadi suatu keharusan, namun yang menjadi acuan
penentuan penggunaan UPS adalah terganggu tidaknya peralatan listrik ketika terjadi gangguan
suplai tenaga listrik yang terjadinya tidak dapat diprediksikan. Selain itu dasar pertimbangan
yang lain adalah berapa besar kapasitas UPS yang akan digunakan. Untuk pertimbangan yang
60
kedua ini sebagai pengguna perlatan listrik harus dapat raengetahui peralatan listrik mana saja
yang terganggu karena gangguan listrik dan jumlah daya yang dibutuhkan olch perlatan listrik
tersebut.
Pertimbangan kedua merupakan pertimbangan yang sedikit menjadi masalah bagi
orang yang awam terhadap dunia elektronika. Pemilihan kapasitas yang terlalu kecil terhadap
kebutuhan daya yang harus disuplai pada saat terjadi gangguan tenaga listrik dapat berakibat
pendeknya waktu pelayanan UPS. Tetapi pemilihan kapasitas UPS yang terlalu besar tentunya
AC
INPUT
FILTER AND
SURGE
SUPRESSOR
BATERRY
BACK UP
BI-DIRECTIONAL
CONVERTER
ISOLATION
TRANSFORMATOR
tidak efektif jika biaya juga menjadi dasar pertimbangan penggunaan UPS.
LOAD
SERIES UPS
61
perlengkapan hubungan bagi bangunannya dan dapat juga berisi transformatortransformator. Suatu gardu induk umumnya berisikan peralatan keamanan dan kontrol.
2. Gardu Induk Distribusi
Gardu distribusi ini berfungsi menyalurkan daya listrik ke pusat-pusat beban melalui
jaringan distribusi. Berdasarkan klasifikasi daya gardu distribusi ini dapat dibagi atas :
a. Gardu distribusi kecil adalah gardu dengan beban maksimal 20 MVA
b. Gardu distribusi sedang adalah gardu dengan beban maksimal 60 MVA
c. Gardu distribusi besar adalah gardu distribusi dengan beban makslimal >60 MVA
3. Gardu Transformator
Gardu transformator adalah gardu yang didalamnya berisi transformator yang saling
berhubungan (menginterkoneksi) dua atau lebih jaringan yang mempunyai tegangan
berbeda
4. Gardu Hubung ( Switch Substation )
Gardu hubung adalah gardu yang tidak berisikan transformator, tetapi hanya
mempunyai perlengkapan hubung bagi ( switchgear ) dan busbar.
Berdasarkan konstruksinya gardu listrik (substation) dapat dibagi:
1. Gardu Listrik Pasang Luar
Gardu listrik pasang luar yaitu dimana semua peralatan utama dari gardu tersebut
terletak diluar bangunan, kecuali hanya panel kontrol dan alat ukur yang berada didalam
bangunan.
2. Gardu Listrik Pasang Dalam
Pada gardu jenis ini dimana hamper semua peralatan utama dari gardu berada didalam
bangunan, sehingga bebas dari panas matahari dan hujan. Jenis ini sangat sesuai dengan
daerah yang sulit pengadaan tanah yang luas dan memerlukan pengamanan dan
perawatan yang tinggi.
3. Gardu Listrik Pasang Bawah Tanah
Sama halnya dengan gardu pasang dalam dimana pada gardu ini semua peralatan
utamanya diletakan dibangunan bawah tanah.
Khusus untuk gardu distibusi dan gardu transformator, berdasarkan konstruksi dapat dibagi
atas:
62
b.
2. Gardu Kios
Gardu kios adalah gardu distribusi yang bangunannya dipakai sebagai gardu sementara
dan dapat bersifat mobil. Gardu ini dapat dikelompokan atas :
a. Komsumen Umum
b. Konsumen Khusus
c. Konsumen Umum-khusus
3. Gardu Tiang
Pada gardu tiang ini seluruh instalasinya dipasang pada tiang distribusi. Bila
transformator yang dipasang relative kecil (ringan) dapat digunakan satu buah tiang saja.
Jenis ini biasa disebut dengan Gardu Cantol. Tapi bila transformator yang dipasang berat
dan harus menggunakan dua buah tiang maka gardu ini disebut gardu portal.
a. Gardu Portal
1. Konsumen Umum
2. Konsumen Khusus
3. Konsumen Umum Khusus
63
b. Gardu Cantol
1. Konsumen Umum
2. Konsumen Khusus
3. Konsumen Umum Khusus
Uraian
Pasang Luar
Pasang Dalam
Bawah Tanah
Saluran keluar
Atas tanah
Bawah tanah
Bawah tanah
lingkungan
dan industri
Mudah
Mudah
jalur hijau
Pencegahan
terhadap
suara
Pencegahan
terhadap kebakaran
Mudah
Pencegahan
Sukar didaerah
terhadap banjir
yang rendah
Pencegahan
terhadap debu dan
penggaraman
Daerah
diperlukan
Harga tanah
Op-Har
yang
Mudah
Mudah
Tidak perlu
Tidak perlu
Besar
Sedang
Kecil
tanah murah
harga mahal
Mudah
Agak sukar
Agak sukar
hati
64
BAB III
DESKRIPSI DAN LINGKUP PROYEK
65
3.1 Deskripsi
A. Deskripsi Umum
Bioteknologi bergerak dalam bidang Penelitian yang mempunyai bangunan
penunjang sebagai berikut :
1. Gedung Laboratorium I
2. Gedung Laboratorium II
3. Gedung Perpustakaan dan Pertemuan
4. Gedung Kantor Pusat Administrasi
5. Gedung Laboratoruim Algae dan Kolam Algae
6. Gedung Gueshouse
7. Gedung Penunjang lainnya
B. Deskripsi
1. Sebagai sumber daya utama dilayani oleh PLN tegangan menengah 20 kV.
2. Sumber PLN tersebut masuk ke panel tegangan menengah ( MVMDP )
3. Dari MVMDP di teruskan ke panel distribusi tegangan rendah ( LVMDP )
melalui dua buah trafo daya .
4. Dua buah trafo tersebut dirancang untuk bekerja sendiri-sendiri ,dimana:
a. Trafo Daya I ( T1 ) digunakan untuk melayani instalasi penerangan dan
daya pada gedung Laboratorium I , Lab Algae, Pompa air bersih dan
Hydran dan Penerangan luar ( lampu jalan dan taman )
b.
66
dan
instrumentation )
2. Perancangan instalasi transformator daya
3. Perancangan Instalasi LVMDP ( Bus-bar, Feeder, Switchgear and protection
dan
instrumentation )
4. Perancangan Sumber Daya Cadangan dan AMF panel
5. Perancangan lay out power house.
BAB IV
PERANCANGAN DAN ANALISA
67
0
a
L1, L2, L3
CT
CB
1b
1b
DS
LBS
d
e
CB
g
h
i
j
Es
Es
PT
k
l
m
n
T1
PLN
1n
1o
1p
p
q
r
s
t
u
1w
w
x
y
z
SDP-1.1
SDP-1.2
SDP-1.1
SDP-1.4
SDP-ME
SDP-H
SDP-PL1
SDP-H
SDP-K
SDP-K
SPARE
SPARE SPARE
Gr.
KW
mm
01
68
CT
9b
9b
DS
LBS
d
e
CB
g
h
i
j
H
Es
Es
PT
k
l
PLN
T2
m
n
U<
AMF
9n
9o
9p
q
r
Diesel
s
t
u
v
9w
w
x
y
z
SDP-1.7 SDP-1.6
SDP-1.5
SDP-1.5
SDP-1.3
SDP-1.6
SPARE
SPARE
SDP-PL2
Gr.
KW
mm
02
69
A. Gambar MVMDP
1. Single Line Diagram MVMDP
CT
L1, L2, L3
Es
CT
LBS
DS
LBS
CB
H
PT
PLN
CB
DS
CB
Es
T1
Es
PT
Es
T2
PLN
03
70
CB
L1
L2
L3
CT
DS
CB
A
A
KWH
METER
LBS
20 KV/
100 V
F1
Es
LBS
F1
1
2
H1
Red
4
1
H2
Yellow
H3
Green
Es
Es
2
L1 L2 L3
L1 L2 L3
SUPPLY
DARI PLN
RST 1
RSTO
T1
T2
04
71
3. PANEL MVMDP
72
B. Instalasi Transformator
KABEL TR NYY
3x2x1x240 mm2 + 1x240
KABEL TR NYY
3x2x1x240 mm2 + 1x240
RAK KABEL TR
KABEL TM N2XSY
1x2,5 mm2
x3
1x35 mm2
RAK KABEL TR
RAK KABEL TM
PHB TR
220/380 V
KUBIKEL TP
NHF
PELINDUNG
KABEL
LANTAI
LANTAI
DUDUKAN TRANSFORMATOR UNP 10
INSTALASI TRANSFORMATOR
06
73
C. Gambar LVMDP
1. Single Line Diagram LVMDP
T1
T2
U<
AMF
CT
CT
G
0,4KV LVMDP
SDP-1.1
SDP-1.1
SDP-1.2
SDP-1.4 SDP-ME
SDP-H
SDP-H
SDP-PL1
SDP-K
Diesel
0,4KV LVMDP
SDP-K
SPARE SPARE
SPARE
SDP-1.5
SDP-PL2 SPARE
SPARE
07
74
2. Panel LVMDP
75
6000
ARDE
MVMDP
6
MVMDP
3
LVMDP 2
MVMDP
5
MVMDP
2
LVMDP 1
MVMDP
1
AMF
MVMDP
4
VENT. ATAS
VENT. ATAS
VENT. BAWAH
TRAFO 2
TRAFO 1
ARDE
5000
VENT. BAWAH
09
76
3m
1650
PANEL
KONTROL
GENSET
3200
4m
Generator
10
77
F. Gambar AMF
1. Single Line Diagram AMF
2
M
3
DIESEL
COMBUSTI
ON ENGINE
8
UVR
Dari PT
Relay
M
AMF
CONTROLLE
R
PLN,T1,0.4KV
PLN,T2,0.4K
V
MCCB
200A
MCCB
800A
MCCB
800A
MCCB
200A
MCCB
400A
MCCB
200A
MCCB
200A
MCCB
400A
MCCB
400A
MCCB
160A
BATERAI
UPS UNIT
SDP k SDP H SDP 1.1
SDP 1.6
SDP 1.5
11
78
SAAT SUPPLY DARI PLN OFF, MAKA HANYA BEBAN SDP-K (UPT-KOMPUTER)
YANG DILAYANI OLEH BATTERY
79
SAAT GENSET SUDAH ON (DALAM 2 DETIK KETIKA SUPPLY DARI PLN OFF)
MAKA BEBAN PERFORMANCE LOAD AKAN DILAYANI OLEH GENSET.
KEMBALI NORMAL SAAT SUPPLY DARI PLN ON DAN BEBAN DILAYANI OLEH
PLN SECARA PENUH
80
81
82
83
3. Panel AMF
AMF
Cos
2000
2000
PUSH
80
800
800
12
84
a
b
c
d
e
AMF
CONTROLLER
f
g
h
DARI PLN
i
j
k
STATIC
SWITCH
=
~
BEBAN
KOMPUTER
BATTERY
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
KETERANGAN :
UPS TIDAK BOLEH MATI / OFF KARENA AKAN MENGAKIBATKAN KOMPUTER BERKEDIP
DAN AKAN BERPENGARUH PADA DATA
CARA KERJA :
KONDISI NORMAL (SAAT S PADA POSISI 1). BEBAN AKAN DALAYANI SECARA PENUH
OLEH PLN. UPS TETAP ON, DAN BATTERY AKAN MENGISI (CHARGING) DAN BATTERY
AKAN OTOMATIS MATI SETELAH PENUH
KONDISI BATTERY. KETIKA SUPPLY PLN MATI, MAKA BATTERY MENGAMBIL ALIH
SEMENTARA HINGGA GENSET MENYALA. BATTERY BEKERJA KETIKA AMF CONTROLLER
MENDETEKSI SUPPLY PLN MATI
KONDISI BYPASS (SAAT S PADA POSISI 2). UNTUK MELAKUKAN MAINTENANCE UPS.
BEBAN AKAN DISUPPLY OLEH PLN MELALUI STATIC SWITCH
v
w
x
y
z
Gr.
KW
mm
13
85
: 1100kVA
Tegangan nominal
: 20 kV \ 0,4 kV
Frequency
: 50 Hz.
: 5,5 %
Koneksi
Kelas isolasi
:A
Transformator Daya 2
Total daya yang terpasang
: 1100kVA
Tegangan nominal
: 20 kV \ 0,4 kV
Frequency
: 50 Hz.
: 5,5 %
Koneksi
Kelas isolasi
:A
86
Diesel Emergency
Apabila listrik dari PLN mati, maka diesel emergency ini akan melayani gedung
laboratorium 1 dan laboratorium 2 setengah dari kapasitas terpasang, sedangkan
Guesshouse dan hydran akan dilayani secara penuh. Sehingga total bebannya
menjadi :
Laboratorium 1(setengah dari kapasitas terpasang) = 230 kVA
Laboratorium 2(setengah dari kapasitas terpasang) = 230 kVA
Guesshouse
= 122 kVA
Hydran
= 106 kVA +
Total daya
In = 688 kVA
= 688 kVA
= 1045,3 A
3 x 380 V
Diesel emergency yang dipakai :
Daya
: 700 kVA
Rated Voltage
: 380 400V
Frequency
: 50 Hz
Cos
: 0,8 lagging
Insulation
: Class F
Baterei emergency
Apabila listrik dari PLN mati, maka batere emergency ini akan melayani sebuah
gedung UPT computer secara penuh, sehingga total bebannya menjadi :
Gedung UPT komputer
In = 200 kVA
= 200 kVA
= 303,87 A
3 x 380 V
Batere Emergency yang dipakai :
Daya
= 200 kVA.
Input voltage
= 380 to 415V
= 380 to 415V
= 50/60 Hz
87
Switchgear
Pada perhitungan dan pemilihan switchgear ini dilakukan dengan cara perhitungan dari
arus beban nominal maksimum pada masing-masing trafo.
Transformator 1
In primer =
1100 kVA
= 31,75 A (MV)
3 x 20 kV
In sekuder =
Zt = 5,5 % x
20 kV = 34,65 (MV)
31,75 A
Zt = 5,5 % x
1587,7A
Ihs ( Trafo ) = 20 kV
= 577,2 A (MV)
34,65
Ihs ( Trafo ) = 0,4 kV = 28776,98 A (LV)
0,0139
Transformator 2
In primer =
1100 kVA
= 31,75 A (MV)
3 x 20 kV
In sekuder =
Zt = 5,5 % x
20 kV = 34,65 (MV)
31,75 A
Zt = 5,5 % x
1587,7A
Ihs ( Trafo ) = 20 kV
= 577,2 A (MV)
34,65
Ihs ( Trafo ) = 0,4 kV = 28776,98 A (LV)
0,0139
Dari data perhitungan di atas maka pada transformator 1 dan 2, pada sisi primer
diamankan oleh :
88
89
Alat Proteksi
Kubikel LVMDP
Supply dari PLN :
Dilayani oleh transformator daya 1 :
Feeder 1. Laboratorium 1 (SDP 1.1)
In = 460 kVA
= 698,89 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 800 A
Breaking Capacity
: 35 kA
= 68,37 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 80 A
Breaking Capacity
: 15 kA
= 33,43 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 40 A
Breaking Capacity
: 8 kA
= 68,37 A
3 x 380 V
karena menggunakan motor lilit sehingga :
In = 1,5 x 68,37 A = 102,56 A
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 125 A
Breaking Capacity
: 20 kA
90
= 161,05 A
3 x 380 V
karena menggunakan motor lilit sehingga :
In = 1,5 x 161,05 A = 241,58 A
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 250 A
Breaking Capacity
: 25 kA
Feeder 6.
In = 22 kVA
= 33,43 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 40 A
Breaking Capacity
: 8 kA
= 303,87 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 315 A
Breaking Capacity
: 30 kA
Feeder 8. Spare 1
In = 70 kVA
= 106,35 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 125 A
Breaking Capacity
: 20 kA
Feeder 9. Spare 2
In = 70 kVA
= 106,35 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
91
Rated Current
: 125 A
Breaking Capacity
: 20 kA
= 91,16 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 125 A
Breaking Capacity
: 20 kA
: 2000 A
Breaking Capacity
: 70 kA
Type
: Masterpact NW 20 H1
= 698,89 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 800 A
Breaking Capacity
: 35 kA
= 577,35 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 630 A
Breaking Capacity
: 40 kA
92
= 185,36 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 200 A
Breaking Capacity
: 20 kA
= 27,35 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 32 A
Breaking Capacity
: 7 kA
= 18,23 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 20 A
Breaking Capacity
: 5 kA
Feeder 6. Spare 4
In = 58 kVA
= 88,12 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
:125 A
Breaking Capacity
: 15 kA
Feeder 7. Spare 5
In = 50 kVA
= 75,98 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 80 A
93
Breaking Capacity
: 8 kA
: 2000 A
Breaking Capacity
: 70 kA
Type
: Masterpact NW 20 H1
= 349,44 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 350 A
Breaking Capacity
: 35 kA
= 349,44 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 350 A
Breaking Capacity
: 35 kA
= 161,05 A
3 x 380 V
karena menggunakan motor lilit sehingga :
In = 1,5 x 161,05 A = 241,58 A
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 250 A
Breaking Capacity
: 25 kA
94
Guess House
In = 122 kVA
= 185,36 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 200 A
Breaking Capacity
: 20 kA
: 1250 A
Breaking Capacity
: 60 kA
Type
: Masterpact NW 20 H1
= 303,87 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current
: 315 A
Breaking Capacity
: 30kA
: 0.8VA.F.S
Rated frequency
: 50-60 Hz
Busbar
Berdasarkan arus nominal pada kedua trafo pada sisi primer (MV) maka total
arus nominal yang melewati busbar sebesar:
95
It = In (trafo 1) + In (trafo 2)
= 1100kVA + 1100 kVA
3 x 20kV
3 x 20kV
= 31,75 A + 31,75A
= 63,5 A
Rating arus busbar yang dipakai pada sisi (MV) = 73A
1100kVA
= 1587,7 A (LV)
3 x 0,4kV
maka dipilih penampang busbar yang dapat menahan arus sebesar I nominal di atas
yaitu busbar dengan rating arus sebesar: 1910 A
Busbar pada trafo 2 :
Ins =
1100 kVA
= 1587,7 A (LV)
3 x 0,4 kV
maka dipilih penampang busbar yang dapat menahan arus sebesar I nominal di atas
yaitu busbar dengan rating arus sebesar: 1910 A.
Trafo Instrumen
Panel TM dengan daya 2200 kVA biasanya terdapat peralatan-peralatan lainnyayang
saling bekerjasama dan terhubung menjadi satu.
Pemilihan CT :
Berdasarkan kelas isolasi, arus rata-rata, rated burden, kelas ketelitian, dan sambungan CT.
Data yang diperoleh :
Un = 20kV
Sa = 2200kVA
Sa
2200 kVA
63,51 A
Un x 3
20 kV x 3
In =
= 1 x 2,5VA = 2,5VA
= 1 x 4VA = 4VA
= 1 x 4VA = 4VA
96
- Kabel 2,5mm2,
50 m x 0,18VA = 9VA
Total
Penggunaannya
untuk
tegangan
= 27 VA
menengah
dan
untuk
peralatan
metering/pengukuran.
Maka CT yang dipilih adalah CT dengan ratio 100/5A, burden design B-18 dengan
output 45VA, kelas isolasi berbahan cast resin dan tingkat ketelitiannya digunakan standar
IEC yaitu 1. CT dihubung secara bintang.
Pemilihan PT
Berdasarkan tegangan nominal primer dan sekunder, kelas akurasi, dan output nominal
kumparan sekunder dan sambungan yang digunakan.
Data yang diperoleh :
Un = 20kV
Us = 110V
-
= 1 x 7VA = 7VA
= 1 x 2,5VA = 2,5VA
= 1 x 4VA = 4VA
= 1 x 4VA = 4VA
50 m x 0,18 VA = 9VA
Total
=30VA
Maka PT yang dipilih adalah PT dengan ratio 20KV/110V, burden design B-18 dengan
output 45VA, kelas isolasi berbahan cast resin dan tingkat ketelitiannya digunakan standar
IEC yaitu 1.
Alat Ukur
Pemilihan Amperemeter
I maksimum 5 A
97
Pemilihan Voltmeter
Pemilihan Hourmeter
Range 45 sampai 55 Hz
Range 0 sampai 1
Kapasitor Bank
Beban = 1822 KVA
Cos = 0,6
Beban (kW) = 1822 x 0,6 = 1093,2 kW
Qc= P (tan1-tan2)
= 1093,2 [tan(arc cos 0,6) tan(arc cos 0,95)]
= 1093,2 (tan 53,13 tan 18,1)
= 1093,2 (1,3 0,32)
= 1093,2 (0,98)
= 1071,336 kVar
98
Untuk Metering
KHA = 1,1 x 5A = 5,5A
100
B. Daftar Komponen
No
Daftar komponen
Spesifikasi
Jumlah
Ket
MVMDP
Peralatan Incoming :
1
Earthing Switch
Peralatan Matering :
4
Fuse HRC
Ampere Meter
Volt Meter
101
Peralatan Outgoing :
10
11
Earthing Switch
12
13
Fuse HRC
CB yang digunakan
14
MCCB 4 Pole
15
MCCB 4 Pole
16
MCCB 4 Pole
17
MCCB 4 Pole
18
MCCB 4 Pole
19
MCCB 4 Pole
20
MCCB 4 Pole
21
MCCB 4 Pole
102
22
22
23
MCCB 4 Pole
MCCB 4 Pole
MCCB 4 Pole
24
MCCB 4 Pole
25
ACB
Breaking Capacitiy : 25 kA
Type MCCB Compact NS 100 N
Rating Arus : 64 80 A
Breaking Capacitiy : 15 kA
Type MCCB Compact NS 100 N
Rating Arus : 25 32 A
Breaking Capacitiy : 25 kA
Type MCCB Compact NS 100 N
Rating Arus : 32 40 A
Breaking Capacitiy : 8 kA
Type MCCB Compact NS 100 N
Rating Arus : 10 20 A
Breaking Capacitiy : 5 kA
Type ME 1804 M, 3 Pole
Rating Arus : 1786 A
Breaking Capacity : 60 kA
N/H/L
2
N/H/L
1
N/H/L
2
N/H/L
1
26
Transformator
Emergency Supply
27
Generating Set
28
UPS ( Baterai )
29 AMF Controller
Komponen Lain
30
Lampu tanda
31
Ampere Meter
1
Rated Voltage :380/220v
Frequency : 50 Hz
Merah
Kuning
Hijau
System : Moving Iron
Class : 1.5
13
13
13
F&G
17
GAE
103
32
Volt Meter
33
34
Earthing Switch
35 BusBar LV
Kabel yang Digunakan
36
37
38
13
GAE
F&G
F&G
200 m
Pirelli
500 m
Pirelli
30 Roll
Pirelli
104
Pemberi tugas
Perencana adalah :
Consultant and Contractor Installation
Direksi pekerjaan
Adalah wakil pemberi tugas dalam perancangan. Sebagai direksi dalam pelaksanaan pekerjaan
adalah Drs. A Tatang selaku dosen Perancangan Listrik Semester V Politeknik Negeri Jakarta.
Pasal 2
Dokumen RKS
Kepada peserta lelang diwajibkan melakukan peninjauan lapangan atas resiko dari biaya
sendiri untuk memperoleh segala keterangan yang diperlukan mengenai keadaan lapangan
tempat pekerjaan harus dilaksanakan dan persoalan lainnya yang bersangkutan dengan
pekerjaan yang akan dilaksanakan guna pengajuan penawaran.
105
Pada saat itu peserta lelang diberi kesempatan untuk mendapatkan keterangan atau pedoman
atau dasar petunjuk guna pelaksanaan. Penjelasan akan diberikan oleh panitia lelang dan akan
diberikan oleh panitia lelang dan minimal yang hadir dalam rapat penjelasan ini diikuti oleh
tiga peserta.
Apabila dianggap perlu akan diberikan penjelasan tambahan di luar ketentuan jadwal rapat
penjelasan di atas. Mengenai waktu dan tempatnya akan ditentukan dalam rapat penjelasan.
BAB II
PENJELASAN UMUM
Proyek yang akan dilaksanakan berupa proyek Perancangan Gardu Distribusi 20 KV
Bioteknologi Cibinong yang berlokasi Cibinong..
Sumber daya utama adalah sebesar 20 KV, dilayani oleh PLN. Sumber tersebut akan masuk
ke panel tegangan menengah (MVMDP), diteruskan ke panel distribusi tegangan rendah
(LVMDP), melalui dua buah trafo daya yang dirancang untuk bekerja sendiri-sendiri , dimana
Trafo Daya I ( T1 ) digunakan ukntuk melayani instalasi tenaga ( Mesin-mesin dan kotak
kontak daya ) dan Trafo Daya II ( T2 ) digunakan untuk melayani instalasi penerangan pada
gedung-gedung dan taman. Dalam kondisi tertentu dimana :
a. Bila salah satu trafo daya mengalami gangguan , maka trafo daya yang tidak terganggu
dapat memikul sebagian beban bari trafo yang mengalami ganguan , hal ini dilakukan
secara manual
b. Dalam keadaan normal dapat dioperasikan secara paralel dengan secara manual .
Out going feeder dari trafo daya I ( T1 ) berjumlah sebanyak 6 feeder , dimana 5 feeder
dihubungkan langsung ke panel daya ( PP ) di lokasi Gedung yaitu PP1 , PP 3 , PP 4, PP 5 ,
dan PP 8., sedangkan 1 ( satu ) feeder lagi dihubungkan ke sub-panel tegangan rendah (
LVSDP - T 1 ) dan dari sini didistribusikan ke panel-panel daya dilokasi gedung yaitu untuk
PP 2, PP 6 dan PP 7. Dan out going feeder dari trafo daya II ( T2 ) berjumlah sebanyak 5 feeder
, dimana 4 feeder di instalasi langsung ke panel-panel penerangan ( LP ) di lokasi gedung yaitu
untuk LPF , LPE , LPB dan LPA. Sedangkan satu feeder lagi dihubungkan langsung ke
sub- panel distribusi tegangan rendah ( LVSDP T2 ) dan dari sini di distribusikan ke panelpanel penerangan LPI , LPK , LPJ , LPC, LPG , LPD dan LPH.
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam merancang gardu distribusi 20 KV Bioteknologi LIPI
Cibinong pada proyek tersebut adalah sebagai berikut ini.
Persyaratan perancangan
106
1. Bila listrik dari PLN mati (mengalami gangguan), dalam hal ini beban performance load
akan dilayani oleh diesel Emergency yang dioperasikan secara otomatis dalam waktu
maksimum 2-3 detik.
2. Beban performance load di atas yaitu gedung laboratorium I dan laboratorium II dengan
setengah dari kapasitas terpasang, gueshouse dan hydran dilayani secara penuh.
3. Khusus untuk gedung SDP-K, bila listrik PLN mati (padam), maka akan dilayani oleh
Battre Emergency secara penuh.
4. Pada saat dilayani oleh diesel emergency, tiba-tiba sumber PLN hidup kembali, bersamaan
dengan itu diesel mergency akan mati secara otomatis dan pelayanan beban akan dilayani
kembali ileh PLN secara penuh.
BAB III
PERATURAN TEKNIS
Pasal 1
Ruang lingkup pekerjaan
107
Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan tenaga kerja dan lainlain untuk pemasangan pengetesan, commisioning dan pemeliharaan yang sempurna untuk
seluruh instalasi seperti yang dipersyaratkan dalam buku ini dan seperti ditunjukan dalam
gambar-gambar perencanaan listrik. Dalam pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan-pekerjaan
kecil lain yang tidak mungkin disebutkan secara terperinci dalam buku ini tetapi dianggap perlu
untuk keselamatan dan kesempurnaan fungsi dan operasi sistem kontrol.
Item-item pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Panel gardu distribusi, pekerjaan ini meliputi pekerjaan perpanelan gardu distribusi dan
seluruh komponen yang ada didalam panel tersebut yang dibutuhkan untuk kesempurnaan
sistem kontrol.
Instalasi trafo daya, pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk
pendistribusian daya listrik dari sumber-submber daya listrik, panel dan pusat-pusat beban
serta peralatan-peralatan lain yang letaknya terpisah untuk supplay daya listrik sesuai
gambar perancangan.
Peralatan penunjang instalasi gardu distribusi, pekerjaan ini termasuk juntion box,
condduit, doos penyambungan, doos klem dan peralatan lain yang dibutuhkan untuk sistem
kontrol dan distribusi dayanya meskipun tidak disebutkan dan digambarkan pada gambar
perencanaan.
Penyambungan catu daya dari supply listrik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bahan konduktor
: tembaga
Isolasi
: PVC
108
Tegangan nominal
: 4 kV
Ukuran kabel
2.
3.
2.
Syarat Mekanis
Perlengkapan listrik harus terpasang kokoh pada tempatnya sehingga tidak berubah oleh
gangguan mekanis.
Perlengkapan listrik harus dipasang rapi dengan cara yang baik dan tepat.
109
Perlengkapan listrik harus dipasang dan ditempatkan secara aman dan jika perlu harus
dilindungi agar tidak menimbulkan bahaya
Pelindung perlengkapan listrik harus kuat dan terpasang secara kokoh.
Semua sambungan atau hubungan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak dapat lepas
atau kendur sendiri.
Syarat Listrik
Bagian yang dapat bergerak, tidak boleh bertegangan pada waktu sakelar dalam keadaan
terbuka atau tidak terhubung.
Tegangan nominal perlengkapan yang digunakan harus sesuai dengan tegangan nominal
rangkaian / sirkuit.
Seluruh bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik harus diamankan terhadap bahaya
sentuhan langsung.
Semua pengawatan harus dipasang sedemikian rupa sehingga bebas dari hubung singkat
(Short Circuit) dan hubung bumi.
Semua penghantar harus mempunyai KHA (Kemampuan Hantar Arus) sekurangkurangnya sama dengan arus yang akan melaluinya.
Syarat Khusus
Untuk pemutus arus harus mempunyai daya pemutus sekurang-kurangnya sama dengan
hasil perkalian tegangan nominal dan arus putus.
Bagian perlengkapan listrik yang pada waktu kerja normal mengeluarkan atau
menimbulkan bunga api, busur api atau logam leleh, harus diberi selungkup, kecuali jika
terpisah atau terisolasi dari bahan yang mudah menyala atau terbakar.
Semua pemutus daya harus mempunyai daya pemutus sekurang-kurangnya sama dengan
arus hubung singkat yang dapat terjadi ditempat pemutus daya.
Konstruksi panel kontrol
Panel harus terbuat dari plat baja, dengan rangka terbuat dari besi siku atau besi plat yang
dibentuk dan dicat dasar dengan meni tahan karat serta difinis dengan cat bakar warna abuabu. Dengan ketebalan plat baja :
Dinding
: 1,6 mm
Pintu
: 2,0 mm
110
Dalam panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan (grounding)
serta busbar pentanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel pentanahan.
Pada bagian panel bagian sisi kiri dan sisi kanan panel harus diberikan sirip udara agar
udara dapat bersikulasi dengan baik di dalam panel dibagian dalamnya diberikan pelindung
agar panel tidak mudah kotor.
Panel dilengkapi tutup bagian dalam dan pintu yang dilengkapi dengan kunci. Pada tutup
bagian dalam terdapat kunci yang berfungsi sebagai saklar, dimana pengoprasiannya hanya
dilakukan oleh maintenence rieper.
Ukuran panel didalam gambar perancangan sifatnya tidak mengikat, dapat disesuaikan
dengan ukuran komponen dan peralatan penunjang yang dipilih serta standard pabrik
pembuat.
Pada pintu bagian dalam harus digambarkan diagram sistem instalasi panel tersebut secara
lengkap dan baik serta harus di cilaminasi.
Switchgear untuk proteksi peralatan distribusi harus menggunakan proteksi yang dirancang
untuk elemenelemen distribusi.
Breaking capacity dan rating CB yang digunakan harus sebesar yang tercantum dalam
gambar perencanaan.
Untuk MCCB dan fuse 3 yang digunakan harus sebesar yang tercantum pada gambar
perencanaan.
Untuk pengaman lebur pada peralatan digunakan fuse type HRC yang besarnya seperti
yang tercantum pada gambar perencanaan.
Pasal 2
Syarat Pelaksanaan
Kontraktor pelaksana harus memiliki pas Perusahaan Listrik Negara (PLN) serta suratsurat ijin dari instansi yang sesuai dengan peraturan pemerintah daerah setempat, maupun surat
ijin lain yang diminta oleh pengawas pelaksana maupun pengawas pelaksana lapangan. Dalam
pekerjaan pelaksanaan, pihak kontraktor harus memenuhi ketentuan yang telah digariskan
dalam gambar rencana, baik dalam segi ukuran, kualitas bahan maupun kuantitasnya.
Sehubungan adanya pekerjaan ini pihak kontraktor pelaksana harus menghubungi pihak PLN
terlebih dahulu, untuk kelancaran pembangunan sampai pada hari penyerahan pekerjaan,
dengan hasil pengujian yang sangat memuaskan, dan layak untuk dipergunakan.
111
GAMBAR-GAMBAR
Gambar Perancangan
Yang dimaksud dengan gambar perancangan adalah gambar-gambar yang menyertai buku
ini, gambar-gambar penjelasan dan segala gambar-gambar beserta addendumnya.
Kontraktor harus segera mempelajari gambar-gambar perancangan dan secepatnya
melaporkan, kepada manajemen kostruksi apabila terdapat hal-hal yang dianggap harus
jelas, dalam waktu tidak kurang dari 3 (tiga) minggu setelah diadakan rapat prapelaksana.
Gambar-gambar dalam perancangan ini tidak dimaksudkan untuk mencantumkan semua
detail konstruksi detail pemasangan terutama yang berhubungan dengan peralatan yang
akan disediakan/dipasang oleh kontraktor.
Walaupun demikian, kontraktor tetap harus tetap memasang peralatan tersebut sesuai
dengan praktek pelaksanaan terbaik yang memberikan hasil yang terbaik, dalam hal ini
kontraktor diharuskan membuat shop drawing yang terinci untuk menjelaskan hal tersebut
diatas.
Dalam hal ini keraguan yang ditimbulkan oleh kesalahan penggambaran dan/
ketidaksesuaian lain kontraktor harus mengajukan pertanyaaan untuk mendapat penjelasan
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum masalah tersebut terlibat dilapangan baik
dalam arti pemasangan ataupun pemesanan barang.
Ukuran-ukuran pokok dan pembagiannya, seluruhnya telah dicantumkan pada gambar
perancangan dimana ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran-ukuran efektif.
Gambar perancangan
112
Detail-detail, seperti :
Detail panel.
Gambar-gambar lain yang diperlukan sesuai dengan pekerjaan yang sedang dikerjakan.
Gambar-gambar kerja dibuat dengan berpedoman pada gambar perancangan, spesifikasi
teknik serta disesuaikan dengan kondisi lapangan yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi
kesalahan dilapangan.
Gambar-gambar dibuat sebanyak tiga rangkap dan diserahkan kepada manajemen
konstruksi untuk diperiksa dan disahkan.
Kontraktor diwajibkan mengamati dan mengikuti tatacara pelaksanaan sesuai yang tertulis
pada peraturan-peraturan tersebut dan disesuaikan dengan bahan, unit mesin atau peralatan
yang dipasang.
Jika terjadi kesimpang siuran dalam hal standard yang harus diikuti, Kontraktor harus
melapor pada manajemen kostruksi untuk mendapat kejelasan tentang hal tersebut.
Bila manajemen konstruksi tidak dapat mengambil keputusan maka pengambilan
keputusan akan diserahkan kepada instansi atau badan yang berwenang.
113
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
25
26
27
28
29
URAIAN PEKERJAAN
UNIT
I. Pekerjaan Pemasangan Panel MVMDP
Pemasangan Panel Incoming
Pemasangan Air Load Break Switch
Buah
(ALBS)
Buah
Pemasangan Earthing Switch
Buah
Pemasangan Capasitor Voltage Indicator
Pemasangan Panel Metering
Buah
Pemasangan Current Transformator
Buah
Pemasangan Potential Transformator
Buah
Pemasangan Fuse HRC
Buah
Pemasangan Amperemeter
Buah
Pemasangan Voltmeter
Pemasangan Panel Outgoing
Buah
Pemasangan Pengaman LBS
Buah
Pemasangan Fuse
Buah
Pemasangan Earth Switch
Buah
Pemasangan Breaking Capacitive Voltage
II. Pekerjaan Pemasangan Transformator
Set
Pemasangan Transformator
Set
Pemasangan Pelindung Kabel
Buah
Pemasangan Rak Kabel TM
Buah
Pemasangan Rak Kabel TR
III. Pekerjaan Pemasangan LVMDP
Set
Pemasangan Panel LVMDP
Buah
Pemasangan MCCB
Buah
Pemasangan ACB
Buah
Pemasangan Lampu Tanda
Buah
Pemasangan Busbar Tembaga
IV. Pekerjaan Pemasangan Genset
Set
Pemasangan Generator Set
V. Pekerjaan Pemasangan UPS
Set
Pemasangan UPS
VI. Pekerjaan Pemasangan AMF Controller
Set
Pemasangan Panel AMF
Set
Pemasangan AMF Controller
Buah
Pemasangan Lampu Tanda
VOLUME
1
1
1
1
1
3
3
3
2
2
2
2
2
1
1
2
1
21
1
6
4
1
1
1
1
9
114
KESIMPULAN
Berdasarakan perancangan yang telah kami buat dapat ditarik beberapa kesimpulan:
Dalam merancang gardu distribusi harus mengetahui fungsi dan kerja gardu distribusi
tersebut, serta mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam suatu gardu
distribusi
Gardu Distribusi Bioteknologi LIPI Cibinong juga dilengkapi dengan AMF Controller
dan Back Up Supply menggunakan UPS (Battery) dan Generator Set untuk mensupply
beban yang tidak boleh mati dan memiliki tingkat kehandalan tinggi
115
Daftar Pustaka
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2002 (PUIL 2002)
Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan Gardu Hubungan Tenaga Listrik PT. PLN Persero . Buku
IV , Jakarta 2010
Ir. Wahyudi Sarimun., MT. 2012. Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Bekasi. Garamod
Kelompok Kerja Standar Kontruksi Disribusi Jaringan Tenaga Listrik dan Pusat Penelitian
Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. 2010. Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan
Gardu Hubung Tenaga Listrik. Jakarta : PT. PLN (persero)
Arwin abbasy (2014). Pemilihan Current Transformer dan Potensial Transformer Untuk
Pengukuran Arus dan Daya Aktif Tegangan Menengah Dengan Kapasitas Daya 1250KVA,
20KV/0,4KV . http://abbasy-ilmuumum.blogspot.com/
Standar Nasional Indonesia
SNI No. 04-0225-2000 : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)
Standar Konstruksi Jaringan Distribusi PT. PLN Persero Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Buku I, II, III, IV, V, VI , Jakarta 1994
Standar Konstruksi Jaringan Distribusi PT. PLN Persero Distribusi Jawa Tengah dan Jogjakarta,
2008
Standar Konstruksi Jaringan Distribusi PT PLN Persero Distribusi Jawa Timur
Standar Konstruksi Jaringan Distribusi PT. PLN Persero Distribusi Bali, FITCHNER+
CACREI, Pilot Projek PT PLN Persero Wilayah VIII, 1988
Allumunium Conductor Francais 1984.
Modul Pelatihan PDKB, Perhitungan Mekanika Terapan, PT PLN Jasa Diklat Semarang, 1992
Agenda PLN 1984, Perhitungan Listrik Terapan
Dokumen SOFRELEC CHASS.T.MAIN tahun 1975
Acuan P3B tentang Telekomunikasi Data
Haliday Resnick, Fisika Mekanika, Erlangga, Jakarta, 1997
116