Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
HIJAUNYA
LERENG PEGUNUNGAN
Jilid 117
Cetakan Pertama
PENERBIT:
MURIA
YOGYAKARTA
Kolaborasi 2 Website :
dengan
Pelangi Di Singosari
/
Pembuat Ebook :
Sumber Buku Karya SH MINTARDJA
Scan DJVU : Ismoyo, Arema
Converter & Editor Ebook :
--???0dw0???Naskah ini untuk keperluan kalangan sendiri,
penggemar karya S.H. Mintardja dimana saja berada y ang
berkumpul di Web Pelangi Singosari dan Tiraikasih
Jilid 117
KIAI Puput m emandang anak muda itu dengan tajamnya.
Dengan nada dalam ia berkata "Tentu saja
Mahisa Murti mengangguk-angguk. Katanya "Kiai Puput.
Jika demikian, baiklah aku tidak melakukannya. Aku sendiri
Murti.
Karena itu, maka dengan nada rendah ia berkata "Anak
muda. Kenapa kau tidak membunuh aku saja?
"Kenapa?" bertanya Mahisa Murti.
"Kau runtuhkan martabatku jauh lebih rendah dari y ang
pernah kau lakukan. Ketika kau m engalahkan muridku, aku
sudah merasa terhina. Ketika kemudian ternyata bahwa
ilmumu akan mampu mengalahkan aku, maka aku merasa
semakin tidak berharga. Tetapi bahwa kau tidak
membunuhku, telah membuat martabatku benar-benar lebih
rendah daripada debu. Aku datang dengan dendama yang
membara. Kemudian kau anak y ang baru kemarin sore, telah
mampu meredam kemarahanmu. Kenapa kau tidak
memperlakukan terhadapku apa yang tidak ingin
diperlakukan orang terhadapmu?
"Bukankah orang lain juga mempunyai perasaan
sebagaimana aku sendiri, " jawab Mahisa Murti "t etapi baiklah.
Kita tidak usah membicarakannya lagi. Kita lupakan apa yang
telah terjadi. Tetapi bukan berarti bahwa apa yang terjadi
sama sekali tidak berkesan dihati kita masing -masing. Yang
kita lupakan adalah dendam diantara kita. Namun untuk
selanjutnya kita tidak akan terjerat lagi oleh dendam itu."
"Mahisa Murti" berkata Kiai Puput "nampaknya dunia
memang sudah terbalik. Aku yang sudah kenyang makan
garam harus mendengarkan nasehatmu, seorang anak muda
padepokan itu
memberitahukan tentang
datangnya kelompokkelompok
pengungsi dari
Kabuyutan diseberang
hutan.
Mereka menyeberangi
hutan itu dalam kelompokkelompok
menuju ke
Kabuyutan Talang Alun. Di
Kabuyutan diseberang hutan itu telah terjadi k eributan yang
agaknya sangat m encemaskan, sehingga banyak orang yang
terpaksa mengungsi.
"Aku belum dapat bertemu langsung dengan para
pengungsi itu " berkata Putut Manyar kemudian.
"Pergilah ke padukuhan bersama anak-anak muda itu.
Temuilah satu dua orang pengungsi untuk mendapatkan
keterangan, kenapa mereka harus mengungsi."
Putut Manyar bersama seorang cantrik segera melakukan
tugas itu. Bersama dua orang anak muda dari padukuhan
sebelah, y ang kebetulan juga didatangi oleh sekelompok
pengungsi, berusaha untuk dapat bertemu dengan mereka.
Dari pertemuan itu Putut Manyar segera mengetahui,
bahwa para pengungsi itu berada dalam ketakutan.
Sebuah keluarga yang mengungsi dirumah pamannya y ang
untuk bersiap.
Ketika Putut Lembana kemudian memasuki halaman
rumah itu, maka iapun mencoba memandang berkeliling
dengan penglihatannya yang tajam. Ketika ia melihat daun
pohon bunga soka y ang rimbun serta beberapa batang perdu
yang lain bergerak, maka Putut Lembana yakin bahwa ada
orang dihalaman itu.
Tetapi Putut Lembana tidak segera m engambil tindakan.
Bahkan ia benar-benar mencari jambu air yang memang
terdapat satu dua tergolek ditanah dibawah pohon yang
buahnya bergayutan banyak sekali itu.
Setelah memungut satu-dua buah, maka Putut itupun
segera bergerak keluar.
Diluar ia berbisik kepada anak m uda y ang menyertainya
"Panggil kawan-kawanmu. Hati-hati. Kepung halaman rumah
ini. Beritahu gardu yang lain tanpa membuny ikan kentongan. "
Demikian anak itu melangkah pergi dengan hati-hati, maka
Putut Lembanapun berkata "Jambu ini m emang luar biasa.
Manis dan segar sekali."
"Sisa kelelawar memang manis." jawab salah seorang
kawannya y ang mengerti isy arat Putut Lembana.
Sementara kawannya menjawab "Jambu itu manis bukan
karena sisa kelelawar. Karena jambu itu sudah masak dan
rasanya manis, maka kelelawar telah mencurinya. Tetapi
sayang, jambu itu terjatuh ditanah. "
Murti.
Kiai Wijang mengangguk sambil menjawab "Ya. Sifatnya
memang demikian. Tetapi kita masih perlu mengetahui,
kenapa ia telah mencampuri hubungan antara dua orang
saudara sepupu yang sejak semula nampak baik dan rukun
sehingga akhirnya justru telah terjadi benturan antara
keduanya. Kitapun harus mencurigai, kenapa orang-orang
Sendang Apit harus m engungsi dan sama sekali tidak mampu
bertahan."
"Apakah menurut dugaan Kiai Padepokan Renapati itu
langsung ikut melibatkan diri dalam benturan itu ? bertanya
Mahisa Murti.
"Aku tidak mengkesampingkan kemungkinan itu ngger.
Mengingat sifat mPu Renapati" jawab Kiai Wijang.
Mahisa Murti menarik nafas dalam-dalam. Padepokan mPu
Renapati itu semakin menarik perhatiannya. Namun Mahisa
Murti sadar, bahwa ia harus berhati-hati untuk berbuat
sesuatu agar Padepokan Bajra Seta tidak terlibat langsung
langsung dalam persoalan y ang mungkin akan menjadi
semakin berbelit itu.
Sementara itu, Kiai Wijang berkata selanjutnya "Persoalan
yang terjadi itu m emang menarik untuk m endapat perhatian
khusus. Karena itu, maka jika angger tidak berkeberatan,
apakah aku diijinkan untuk tinggal di Padepokan Bajra Seta
selama masih belum ada titik -tit ik terang mengenai per soalan
orang.
Ketika Mahisa Murti bertanya dimana Ki Buyut Sendang
Apit saat itu berada, maka salah seorang pengawal itu ju stru
ganti bertanya "Untuk apa kalian mengetahuinya?
"Ki Sanak" berkata Kiai Wijang "kami hanya ingin
mendapat gambaran tentang peristiwa yang t erjadi di
Kabuyutan Sendang Apit."
"Jika Ki Sanak mengetahuinya, apakah ada gunanya?
bertanya salah seorang pengawal itu.
"Kami memang tidak menjanjikan bahwa kami akan
berguna bagi kalian" jawab Mahisa Murti "kami hanya tertarik
mendengar peri stiwa y ang telah mengguncangkan ketenangan
hidup orang banyak itu."
"Sekarang kalian sudah mengetahui bahwa anak ini ada
disini. Sebenarnya aku sudah minta kepada Ki Bekel agar tidak
setiap orang diberitahu, dimana anak ini tinggal. " berkata
salah seorang dari kedua pengawalnya itu.
Tetapi Ki Bekellah y ang menjawab "Ki Sanak. Bagiku
angger Mahisa Murti dan Kiai Wijang tidak terhitung setiap
orang. Mereka bagi kami adalah orang-orang y ang dekat dan
bahkan aku dapat mengatakan bahwa mereka adalah
pelindung kami. Bukan saja padukuhan ini, tetapi juga seluruh
Kabuyutan ini. Angger Mahisa Murti pulalah y ang baru
kemarin meny elamatkan padukuhan ini dari tangan
sekelompok penjahat yang berniat m erampok para pengungsi
Kabuyutannya."
Demikianlah, maka Mahisa Murti dan Kiai Wijangpun telah
meninggalkan padukuhan Logandeng kembali ke Padepokan
Bajra Seta. Sambil m elangkah memasuki gerbang padepokan,
Mahisa Murti berkata "Jika kita tidak berhasil mendapat
keterangan tentang Kabuyutan itu disini Kiai, maka kita
lanjutkan saja rencana kita untuk melihat langsung keadaan
kedua Kabuyutan itu."
Kiai Wijang mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Kita
memang sebaiknya melihat sendiri keadaan Kabuyutan itu.
Meskipun demikian, maka keduanya masih akan menunggu
satu dua hari. Mungkin ada keterangan-keterangan baru yang
dapat m emberikan petunjuk arah bagi langkah-langkah yang
dapat diambil oleh Padepokan Bajra Seta.
Namun dikeesokan harinya, seorang utusan Ki Bekel
memberitahukan, bahwa anak Ki Buyut dari Sendang Apit
telah meninggalkan padukuhan Logandeng. Anak itu telah
dibawa oleh para pengawalnya menemui Ki Buyut Talang Alun
dan atas persetujuan Ki Buyut Talang Alun, anak itu kini
berada di rumah Ki Buyut.
"Terima kasih atas pemberitahuan ini" berkata Mahisa
Murti "pada suatu saat kami akan menghadap Ki Buyut Talang
Alun."
Namun dengan demikian, Mahisa Murti dan Kiai Wijang
telah mengambil kesimpulan, bahwa anak Ki Buyut itu benarbenar