Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi
catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan,
serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan
yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam
rangka palayanan kesehatan.
Bentuk Rekam Medis dalam berupa manual yaitu tertulis lengkap dan jelas dan dalam bentuk elektronik
sesuai ketentuan.
Rekam medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Catatancatatan tersebut sangat penting untuk pelayanan bagi pasien karena dengan data yang lengkap dapat
memberikan informasi dalam menentukan keputusan baik pengobatan, penanganan, tindakan medis dan
lainnya. Dokter atau dokter gigi diwajibkan membuat rekam medis sesuai aturan yang berlaku.
Apa isi Rekam Medis?
Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 data-data yang harus dimasukkan dalam Medical
Record dibedakan untuk pasien yang diperiksa di unit rawat jalan dan rawat inap dan gawat darurat. Setiap
pelayanan baik di rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat dapat membuat rekam medis dengan data-data
sebagai berikut:
1. Pasien Rawat Jalan
Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam medical record sekurang-kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).
d. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
i. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik dan
j. Persetujuan tindakan bila perlu.
2. Pasien Rawat Inap
Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical record sekurang-kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit.
d. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila perlu
i. Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan
ksehatan.
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.
m. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik
Nama :
Jenis Kelamin :
Tempat Tanggal lahir :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Golongan Darah :
Status pernikahan :
Nama orang tua :
Pekerjaan Orang tua :
Nama suami/istri :
Data-data rekam medis diatas dapat ditambahkan dan dilengkapi sesuai kebutuhan yang ada dalam
palayanan kesehatan.
Info tentang Rekam Medis selanjutnnya dapat dibaca sebagai tambahan :
Definisi Rekam Medis menurut Konsil Kedokteran
Isi Rekam Medis menurut Konsil Kedokteran
Manfaat Rekam Medis menurut Konsil Kedokteran
Penyelenggaraan Rekam Medis menurut Konsil Kedokteran
Kepemilikan Rekam Medis menurut Konsil Kedokteran
Definisi tenaga kesehatan menurut Konsil Kedokteran
Informasi mengenai kesehatan
MAKALAH
Penyelenggaraan Rekam Medik Di Rumah Sakit
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Rekam Medik
OLEH
Hiqman Nadzibillah
(01.11.000.331)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi rahmat
dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, sebagaimana yang
disyaratkan oleh dosen mata kuliah Manajemen Rekam Medik.
1.
3.
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Namun,
berkat arahan dari semua pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Pada
kesempatan ini kamimenyampaikan ucapan terima kasih kepada :
Bapak Eman Sulaeman, SKM selaku Dosen mata kuliah Manajemen Rekam Medik
2.
Teman-teman yang telah membantu dalam terselesaikannya makalah ini.
Orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan baik itu berbentuk moral atau moril.
Kami sangat bersyukur telah dapat menyelesaikan makalah ini. Kami tidak lupa . Mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan nama manupun gelar. Besar harapan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rumah sakit adalah suatu organisasi melalui tenaga medis professional yang terorganisasi
serta sarang kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosa serta pengobatan penyakit yang diberikan oleh
pasien (American Hospital Association: 1974). Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit
mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk
mahasiswa kedokteran perawat di berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan
(Wolper dan pena 1987).
Rumah Sakit mempunyai fungsi dan tujuan sarana pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap,
pelayanan gawat darurat, pelayanan rujukan yang mencakup pelayanan rekam medis dan
penunjang medis serta dimanfaatkan untuk pendidikan, pelatihan, dan penelitian bagi para tenaga
kesehatan.
Rekam medis merupakan bukti tertulis mengenai proses pelayanan yang diberikan
kepada pasien oleh Dokter dan tenaga kesehatan lainnya, yang mana dengan adanya bukti
tertulis tersebut maka rekam medis yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan, dengan tujuan
sebagai penunjang tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan rekam
medis.
Permasalahan dan kendala utama dalam pelaksanaan rekam medis adalah Dokter tidak
sepenuhnya menyadari sepenuhnya manfaat dan kegunaan rekam medis, baik pada sarana
pelayanan kesehatan maupun pada praktik perorangan, akibatnya rekam medis dibuat secara
tidak lengkap, tidak jelas dan tidak waktu. Saat ini telah ada pedoman rekam medis yang
diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI.
Pada hakekatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan dan fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya
merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia masih mengandalkan sistem informasi manajemen
rumah sakit yang berbasis pada aplikasi untuk menunjang kegiatan transaksi administratif.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari rekam medis?
2.
Bagaimana prosedur dan penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit?
1.3
Tujuan
Untuk mengetahui perlunya pembuatan rekam medis bagi kepentingan Dokter, pasien,
pelayanan kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
REKAM MEDIS
1.
Pengertian Rekam Medis
Pengertian Rekam Medis dalam berbagai kepustakaan dituliskan dalam berbagai
pengertian, seperti dibawab ini:
Menurut Edna K Huffman: Rekam Medis adalab berkas yang menyatakan siapa, apa, mengapa,
dimana, kapan dan bagaimana pelayanan yang diperoleb seorang pasien selama dirawat atau
menjalani pengobatan.
Menurut Permenkes No. 749a/Menkes!Per/XII/1989: Rekam Medis adalah berkas yang beiisi catatan
dan dokumen mengenai identitas pasien, basil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lainnya yang diterima pasien pada sarana kesebatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.
Menurut Gemala Hatta: Rekam Medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan
riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis
oleb para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien.
Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas,
anamnesa, penentuan fisik , laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang
diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang
mendapatkan pelayanan gawat darurat.
Rekam medis mempunyai pengertian, yang sangat luas tidak hanya sekedar kegiatan
pencatatan. Akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam
medis. Sedangkan kegiatan pencatatan sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan dari pada
penyelenggaraan rekam medis.
Yang bertanggung jawab atas pemilikan dan pemanfaatan Rekam Medis adalah Direktur
Rumah Sakit, pihak Direktur bertanggung jawab atas hilang, rusak, atau pemalsuaannya,
termasuk penggunaannya oleh badan atau orang yang tidak berhak. Isi rekam medis dimiliki oleh
pasien yang wajib dijaga kerahasiaanya, terutama oleh petugas kesehatan yang bertugas di
ruangan selama pasien dirawat, tidak seorangpun diperbolehkan mengutip sebagian atau seluruh
Rekam Medik sebuah Rumah Sakit untuk kepentingan pihak-pihak lain atau perorangan, kecuali
yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Protap RM, 1999: 57)
Berkas rekam medik sebuah rumah sakit tidak boleh dikirimkan ke tempat keperawatan lain
jika seandainya pasien dirujuk untuk mendapatkan perawatan lanjutan di institusi atau rumah
sakit lain, yang dikirimkan cukup resume (kesimpulan) saja. Kelalaian dalam pengelolaan dan
pemanfaatan rekam medis dapat dikenankan saksi oleh Dirjen Yanmed atau Direktur Rumah
Sakit yang bersangkutan. (Buku Pedoman Catatan Medik seri 7 revisinya dibuat berdasarkan
Permenkes No. 749 a / Menkes / Per / XII / 1998).
2.2
Data Medik
Data medik dihasilkan sebagai kewajiban pihak pelaksana pelayanan medis,
paramedik dan ahli kesehatan yang lain (paramedis keperawatan dan para non keperawatan).
Mereka akan mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan pengobatan pasien dengan
menggunakan alat perekam tertentu, baik secara manual dengan komputer. Jenis rekamnya
disebut dengan rekam medik (Permenkes, 1992: 28)
Petunjuk teknis rekam medik rumah sakit sudah tersusun tahun 1992 dan diedarkan ke
seluruh organisasi Rumah Sakit di Indonesia. Ada dua jenis rekam medik rumah sakit
(Permenkes, 1992: 28). Yaitu :
1.
Rekam medis untuk pasien rawat jalan termasuk pasien gawat darurat
Berisi identitas pasien, hasil anemnesis (keluhan utama, riwayat sekarang, riwayat
penyakit yang pernah diderita, riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkin diturungkan atau
yang ditularkan diantara keluarga), hasil pemeriksaan, (fisik laboratorium, pemeriksaan kasus
lainnya), diagnostik karja, dan pengobatan atau tindakan, pencatatan data ini harus diisi
selambat-lambatnya 1 x 24 jam setelah pasien diperiksa.
2.
Data Umum
Data umum dihasilkan oleh kelompok kegiatan non medik yang akan mendukung
kegiatan kelompok data medik di poliklinik. Beberapa contoh kegiatan Poliklinik adalah
ditegakkan dokter(dokter yang dimaksud adalah dokter utama yang merawat pasien dan
bertanggung jawab terhadap masa perawatan pasien) sesudah sesudah pasien pulang perawatan.
Diagnosis dicantumkan serta ditandatangi dokter tersebut pada lembar Ringkasan Riwayat
Pulang (Resume) atau dengan tanda tangan secara on-line.
3.
Pengguna rekam medis sekunder lainnya
Kantor pasien, pengacara, periset atau investigator klinis, wartawan kesehatan, pengambil
kebijakan. Lazimnya pihak penanggung lainnya (akreditor) perlu menganalisis tagihan
perawatan yang diajukan oleh kantor tempat pasien bekerja. Akreditor membutuhkan informasi
kondisi sakit pasien dari rekam medis untuk klaim (misalnya asuransi tenaga kerja) terutama bila
terjadi penyakit akibat suatu kondisi buruk atau efek sampingan.
2.4
kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pengajaran
dibidang profesi si pemakai.
7. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber
ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan
laporan rumah sakit.
Dengan melihat beberapa aspek tersebut diatas, rekam medis mempunyai kegunaan yang
sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan (Dirjen Yankes, 1993: 12) :
Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian
didalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien.
Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan / perawatan yang harus diberikan kepada
seorang pasien.
Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan
selama pasien berkunjung / dirawat di rumah sakit.
Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan
yang diberikan kepada pasien.
Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun Dokter dan tenaga kesehatan
dan lainnya.
Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan.
Sebagai dasar ingatan penghitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien.
Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan
2.5
a.
c.
atau melayani permintaan fotokopi untuk itu. Namun secara umum, pihak provider akan
melayani kebutuhan hak pasien ini. Jadi, pasien berhak melihat, mengakses, atau meminta
fotokopi / salinan dari berkas rekam medis mereka. Tentu saja hal ini akan berkaitan dengan
konsekuensi adanya biaya penggantian fotokopi dan pengelolaannya.
3.
Hak untuk tidak mencantumkan identitas (anonym). Hak ini berlaku apabila pasien
tersebut membayar sendiri biaya pelayanan kesehatannya (tidak melalui penjaminan atau
asuransi). Dalam hal ini pasien berhak untuk menutup / menjaga informasi dirinya selama
pelayanan kesehatan (termasuk juga rencana kesehatannya). Beberapa informasi hanya boleh
dibuka untuk kepada dokter atau pihak tertentu saja dengan pernyataan tertulis dan spesifik dari
pasien yang bersangkutan.
4.
Hak untuk mendapatkan riwayat kehidupan medis yang baru. Beberapa pasien akan
merasa terperangkap dalam diagnosis medis tertentu atau catatan tertentu dalam rekam medis
mereka, misalnya saja pasien kesehatan mental. Pasien memiliki hak untuk memulai kehidupan
medis yang baru dengan mulai membuat rekam medis yang baru.
2.8
b.
Sanksi Hukum
Dalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa setiap dokter atau
dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis dapat dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah).
Selain tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis
juga dapat dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan dokter gigi tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan (ingkar janji/wanprestasi) dalam hubungan dokter dengan pasien.
d.
2.9
KESIMPULAN
Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas,
anamnesa, penentuan fisik laboratorium diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang
diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang
mendapatkan pelayanan gawat darurat. Ada dua kelompok data rekam medik rumah sakit di
sebuah rumah sakit yaitu kelompok data medik dan kelompok data umum yaitu data Medik dan
data Umum. (Permenkes, 1992: 28)
Tujuan rekam medik adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka
upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem
pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tidak mungkin tertib administrasi rumah sakit
akan berhasil sebagaimana yang diharapkan.
Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran menegaskan bahwa dokter dan dokter gigi
wajib membuat rekam medis dalam menjalankan praktik kedokteran.
Rekam medis dapat melindungi minat hukum (legal interest) pasien, rumah sakit, dan dokter
serta staff rumah sakit bila ketiga belah pihak melengkapi kewajibannya masing-masing terhadap
berkas rekam medis.
Dr. Yendi
BAB I
PENDAHULUAN
mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek
bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa
rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM.
Sebuah sistem informasi rumah sakit idealnya mencakup integrasi fungsi-fungsi klinikal (medis),
keuangan, serta manajemen yang nantinya merupakan subsistem dari sebuah sistem informasi rumah
sakit. Subsistem ini merupakan unsur dari sistem informasi rumah sakit yang tugasnya menyiapkan
informasi berdasarkan fungsi-fungsi yang ada untuk menyederhanakan pelayanan pada suatu rumah
sakit.
Rekam medis merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rumah sakit. Rekam medis
juga adalah salah satu subsistem dari sistem informasi rumah sakit. Peranan rekam medis sangat
penting dan melekat erat dengan kegiatan pelayanan kedokteran maupun pelayanan kesehatan. Sistem
pencatatan rekam medis bisa secara manual ataupun elektronik (digital). Dalam melakukan kegiatan dan
pengelolaan rekam medis terdapat beberapa aspek hukum yang harus diperhatikan, baik itu rekam medis
dilakukan secara manual apalagi dilakukan secara elektronik, agar terjamin kepastian dan perlindungan
hukum bagi semua komponen yang terlibat dalam pelayanan kedokteran ataupun pelayanan kesehatan
di rumah sakit.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: Bagaimana analisis sistem informasi rumah sakit (SIRS) elektronik ditinjau dari segi rekam
medis?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar
Organisasi rumah sakit merupakan suatu sistem pelayanan yang memiliki multi fungsi professional
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan. Antara lain
karena fungsionalisasi dan spesialisasi yang banyak ragamnya, selain itu rumah sakit merupakan
organisasi pelayanan politik yang sangat komplek dan unik. Rumah sakit adalah organisasi yang bersifat
padat karya, padat modal, padat ilmu dan padat teknologi serta padat permasalahan.
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum membutuhkan keberadaan suatu sistem
informasi yang akurat dan andal, serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para
pasien serta lingkungan yang terkait lainnya. Dengan lingkup pelayanan yang begitu luas, tentunya
banyak sekali permasalahan kompleks yang terjadi dalam proses pelayanan di rumah sakit. Banyaknya
variabel di rumah sakit turut menentukan kecepatan arus informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dan
lingkungan rumah sakit.
Salah satu cara dalam mewujudkan kepuasaan pelanggan adalah menjaga mutu pelayanan
secara terus menerus yang dapat dipantau dan didasarkan pada catatan rekam medis disuatu rumah
sakit yaitu dengan cara dalam menjaga kerapihan, keakuratan, dan ketertiban administrasi suatu rumah
sakit.
Pengelolaan data di rumah sakit merupakan salah satu komponen yang penting dalam
mewujudkan suatu sistem informasi di rumah sakit. Pengelolaan data secara manual, mempunyai banyak
kelemahan, selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratannya juga kurang dapat diterima, karena
kemungkinan kesalahan sangat besar. Dengan dukungan teknologi informasi yang ada sekarang ini,
pekerjaan pengelolaan data dengan cara manual dapat digantikan dengan suatu sistem informasi dengan
menggunakan komputer. Selain lebih cepat dan mudah, pengelolaan data juga menjadi lebih akurat.
Dalam sistem informasi diperlukan klasifikasi alur informasi karena keanekaragaman kebutuhan
akan suatu informasi oleh pengguna informasi. Kriteria suatu sistem informasi yaitu fleksibel, efektif, dan
efisien.
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan
data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian
informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit. Sebuah sistem informasi rumah sakit idealnya
mencakup integrasi fungsi-fungsi klinikal (medis), keuangan, serta manajemen yang nantinya merupakan
subsistem dari sebuah sistem informasi rumah sakit. Subsistem ini merupakan unsur dari sistem
informasi rumah sakit yang tugasnya menyiapkan informasi berdasarkan fungsi-fungsi yang ada untuk
menyederhanakan pelayanan pada suatu rumah sakit.
informasi, yaitu (1) Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi, (2) Sistem informasi
organisasi adalah suatu sistem yang dinamis, (3) Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti
siklus hidup sistem, (4) Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat intregritas sistem
informasi itu sendiri, (5) Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi
yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut, (6) Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus
menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik), (7) Informasi telah menjadi
aset organisasi dan (8) Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang mudah
dipahami.
Pada dasarnya rancang bangun/desain SIRS, secara global (rancangan global) adalah identik
antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya dan yang membedakannya adalah dalam rancangan
rinci. Secara global SIRS dibagi menjadi 6 subsistem, yaitu:
1. Subsistem Layanan Kesehatan, yang dijabarkan lagi menjadi 3 modul, yaitu:
(a) Modul Rawat Jalan,
(b) Modul Rawat Inap dan
(c) Modul Penunjang Medis
Menilai kelayakan proyek, yang meliputi biaya dan manfaat yang didapat
Perlu diingat: bahwa tujuan pengembangan sistem ini adalah menekan sekecil mungkin dampak dari
masalah, jadi tidak semua masalah mesti teratasi.
2. Analisis Kebutuhan
Pada tahap ini diusahakan banyak melibatkan pengguna (user), untuk mengantisipasi dampak
yang muncul pada tahap selanjutnya.
Kegiatan yang dilakukan:
Analisis kebutuhan sistem, biasanya menggunakan alat bantu data flow diagram, flowcart
atau Structured analysis & design technique.
Rekomendasi dan Dokumentasi, dengan disertai penjadwalan , biaya yang dikeluarkan dan manfaat
yang diperoleh.
Sumber informasi dapat diperoleh dari pedoman kerja yang sudah ada, kuesioner, wawancara
ataupun observasi lapangan.
3. Perancangan sistem
Proses ini merupakan tahap yang cukup rumit. Perancang sistem maupun programmer dituntut
untuk kerja ekstra dan hati-hati. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini:
Spesifikasi penyimpanan: Penetapan cara akses dalam pengorganisasian data volume penyimpanan
dan media penyimpanan yang sesuai.
Spesifikasi tenaga: Diperlukan deskripsi kerja yang jelas, kualifikasi tenaga yang sesuai dan
pelatihan/training.
Dalam pengembangan program aplikasi juga diperlukan beberapa tahapan dimulai dari kebutuhan
sistem, kebutuhan program, penulisan kode, koreksi kesalahan, pengujian program sampai fase
pemeliharaan. Perlu dipertimbangkan juga pada tahap ini adalah pengendalian keamanan data dengan
maksud untuk mengurangi resiko penyalahgunaan data dan pengrusakan.
4. Akuisisi Sistem
Yang perlu diperhatikan dalam menilai perawatan hardware dan software meliputi fungsi sistem,
kemudahan dipelajari/digunakan, kecepatan, kapasitas, biaya, dukungan pasca jual dan dokumentasi.
Jika diperlukan dapat dilakukan pengujian dengan data kegiatan operasional di lapangan untuk
mengetahui kinerja ( Benchmark Test ).
Beberapa cara konversi sistem lama ke sistem baru sebelum implementasi suatu sistem adalah:
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik no 78 tahun 1991 tentang Penyelenggaraan
Rekam Medik.Surat keputusan ini menjelaskan rincian penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit.
9.
Surat Edaran Direktorat Jenderal Pelayanan Medik no HK.00.06.1.5.01160 tentang petunjuk teknis
pengadaan formulis rekam medis dasar dan pemusnahan arsip rekam medis.
Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Tanpa
didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tertib administrasi tidak akan
tercapai seperti yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu factor yang
menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan.
Rekam medis berguna bagi berbagai pihak untuk bermacam kepentingan, antara lain:
1.
2.
3.
Social users
Public health agencies: survey epidemologi
Medisal and social researches: menyelidiki pola penyakit, pengaruh penyakit terhadap berbagai aspek
kehidupan.
Rehabilitation and social welfare program: penentuan jenis program rehabilitasi melalui pengkajian data.
Employers: administrasi rencana asuransi, menentukan jenis pekerjaan, analisa pekerjaan dengan
kesehatan.
Insurance company: menentukan risiko dan liabilitas calon klien.
Government agencies: menyusun rencana kebutuhan sekolah, fasilitas kesehatan.
Institusi pendidikan: menilai kecocokan memasuki program pendidikan, menyusun program perawatan
kesehatan siswa dan pegawai.
Judicial process: bukti di pengadilan dalam pennyelesaian kasus, bukti untuk menentukan kelainan
mental.
Accrediting, licensing, and certifying agencies: bukti pemenuhan criteria untuk memperoleh professional
licencing, kompetisi bagi praktisi, menentukan kesesuaian criteria bagi rumah sakit bagi program
pendidikan, standar akreditasi institusi.
Media: melaporkan perkembangan riset kedokteran, bahaya kesehatan, penyakit yang mengancam
kesehatan masyarakat serta kejadian yang patut mendapat perhatian.
Menurut Surat Keputusan Dirjen Yanmed No. 78 tahun 1991 tentang penyelenggaraan rekam
medis manfaat penyelengaraan rekam medis antara lain:
Alat komunikasi
Ketidaksiapan pengetahuan sumber daya manusia yang mengerti masalah kedokteran sekaligus
masalah teknologi komputer dalam rangka penyelenggaraan rekam medis elektronik dan standar
terminologi klinik
Kurang memahami aplikasi komputer, masalah privacy, confidential, dan keamanan data
Egoisme profesi
Faktor-faktor pendukung adopsi rekam medis elektronik adalah:
Kebutuhan keputusan klinis bagi pemetaan epidemologi dan pola penyakit masyarakat
Rekam medis elektronik atau digital pada dasarnya merupakan perubahan bentuk atau wujud dari
berkas kertas menjadi elektronik atau digital dengan pengertian apa yang biasanya kegiatan pencatatan
pasien diatas kertas sekarang semuanya sudah terekam dalam sistem komputer.
Rekam Medis Elektronik (RME) merupakan adopsi dari perkembangan teknologi informasi dalam
pelayanan kesehatan, ini merupakan suatu inovasi. Nama lain RME : Electronic Medisal Record (EMR).
Electronic Health Record (HER). Komputerized Patient Record (CPR).
Jenis data yang dapat disimpan dalam rekam medis elektronik adalah:
Gambar dalam bentuk grafik komputer, hasil scanning, foto rontgen digital
1.
2.
3.
4.
5.
Penyimpanan lebih ringkas, data dapat ditampilkan dengan epat sesuai kebutuhan
1.
2.
3.
a.
Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, harus langsung dimasukan ke dalam file
pasien di komputer karena jika ditunda-tunda kemungkinan malah akan terlupakan, Karena tidak seperti
manual yang masih bisa diberi toleransi 1x24 jam.
b.
Semua pencatatan yang dibuat oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya harus diberi kode identitas,
hal ini sebagai pengganti paraf atau tandatangan yang biasanya dilakukan jika menggunakan sistem
rekam medis manual.
c.
Setiap menghapus atau mengganti keterangan harus dilakukan dengan menggunakan PIN yang
berkepentingan dan harus sepengetahuan kepala bagian rekam medis, karena ditakutkan akan terjadinya
rekayasa.
d.
Untuk penggunaan formulir-formulir rekam medis secara digital diwakili oleh masing-masing jenis
kegiatan pasien yaitu kedalam kelompok pasien rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat. Masingmasing sudah diatur sesuai dengan kebutuhannya, sama seperti formulir manual hanya saja bentuknya
dalam komputer.
4.
Konsil Asosiasi Dokter sedunia di bidang etik dan hukum menerbitkan ketentuan di bidang ini pada
tahun 1994, beberapa petunjuk yang penting adalah :
1.
Informasi medis hanya dimasukan ke dalam komputer oleh personil yang berwenang.
2.
Data pasien harus dijaga dengan ketat. Setiap personil tertentu hanya bisa mengakses data tertentu
yang sesuai dengan menggunakan security level tertentu.
3.
Tidak ada informasi yang dapat dibuka tanpa ijin pasien. Distribusi informasi medis harus dibatasi
hanya kepada orang-orang yang berwenang saja. Orang-orang tersebut juga tidak diperkenankan
memindah tangankan informasi tersebut kepada orang lain.
4.
Data yang melampaui batas waktu penyimpanan dapat dihapus setelah memberitahukan kepada
dokter dan pasiennya ( atau ahli warisnya )
5.
Terminal yang online hanya dapat digunakan oleh orang yang berwenang.
Rekam medis elektronik harus menerapkan sistem yang mengurangi kemungkinan kebocoran
informasi ini. Setiap pemakai harus memiliki PIN dan password atau menggunakan sidik jari atau pola iris
mata sebagai pengenal identitasnya. Data medis juga dapat dipilah-pilah dalam arti petugas yang
diberikan wewenang hanya dapat mengakses rekam medis sampai batas tertentu. Misalnya petugas
registrasi diberikan kewenangan hanya dalam cakupan pendaftaran saja, petugas billing hanya dapat
membuka informasi dan memasukan data keuangan saja tanpa diberikan kewenangan lain dan dokter
yang memeriksa mempunyai akses hanya untuk memasukan data medis pasien dan jika dokter tidak
mengisi sendiri data medis terebut, ia harus tetap memastikan bahwa pengisian rekam medis yang
dilakukan oleh petugas khusus tersebut telah benar.
Dapat disimpulkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengamanan rekam medis
elektronik yaitu:
Ketentuan tata cara perubahan data medis jika terjadi kesalahan memasukkan data
Password bagi operator (password yang berbeda bagi otentifikasi yang berbeda)
1.
Piranti keras yang dapat diakses oleh pasien ( diruang pemeriksaan pasien ) harus senantiasa terkunci.
2.
Layar komputer yang bisa dilihat pasien tidak boleh berisi informasi medis tentang pasien lain.
3.
Pengiriman data pasien melalui e-mail harus mendapat persetujuan manajemen rumah sakit.
4.
Pengiriman data kesehatan pasien melalui internet harus dilakukan dalam bentuk informasi yang
bersandi.
Pengaksesan rekam medis harus dibuat sedemikan rupa sehingga orang yang tidak berwenang
tidak dapat mengubah atau menghilangkan data medis, misalnya data jenis ready only yang dapat
diaksesnya. Bahkan orang yang berwenang mengubah atau menambah atau menghilangkan sebagian
data, harus dapat terdeteksi perubahannya dan siapa dan kapan perubahan tersebut dilakukan.
Sistem juga harus dapat mendeteksi siapa dan kapan ada orang yang mengakses sesuatu data
tertentu. Disisi lain, sistem harus bisa memberikan peluang pemanfaatan data medis untuk kepentingan
auditing dan penelitian. Dalam hal ini perlu diingat bahwa data yang mengandung identitas tidak boleh
diakses untuk kepentingan penelitian.
Privacy or confidentiality
Terutama mengenai tindakan untuk menjaga informasi dari pihak-pihak yang tidak memiliki hak untuk
mengakses informasi tersebut. Berkaitan juga dengan kerahasiaan rekam medis elektronik seperti yang
telah dibahas sebelumnya.
Integrity
Berkaitan dengan perubahan informasi. Salah satu usaha menjaga integrity adalah dengan
menggunakan digital signature.
Authentication
Berhubungan dengan akses terhadap informasi.
Availability
Berkaitan dengan aspek yang menekankan pada tersedianya informasi ketika dihubungkan oleh pihak
yang terkait.
Access Control
Berkaitan dengan aspek yang menekankan pada cara pengaturan akses terhadap informasi
Non Repudiation
Berkaitan dengan aspek yang erat kaitannya dengan suatu transaksi atau perubahan informasi. Aspek ini
mencegah agar seseorang tidak dapat menyangkal telah melakukan transaksi atau perubahan terhadap
suatu transaksi. Teknologi yang digunakan adalah digital signature, certificates, dan kriptografi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum membutuhkan keberadaan suatu Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang akurat dan andal, serta cukup memadai untuk meningkatkan
pelayanannya kepada para pasien serta lingkungan yang terkait lainnya.
2. Rekam medis adalah satu bagian dari kegiatan dalam rumah sakit yang merupakan suatu subsistem dari
Sistem Informasi rumah sakit
3. Rekam medis elektronik merupakan salah satu bentuk kegiatan rekam medis yang terbentuk karena
perkembangan teknologi komputer untuk tujuan efisiensi, efektif dan dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan dan penyelenggaraan kegiatan rumah sakit.
4. Terdapat bermacam hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan atau rancang bangun suatu rekam
medis elektronik yang merupakan bagian dari sistem informasi rumah sakit salah satunya analisa sumber
daya manusia yang ada di rumah sakit, serta faktor lainnya yang ikut berperan dalam mempengaruhi
pembentukan sistem informasi rumah sakit khususnya rekam medis elektronik.
5. Aspek hukum rekam medis meliputi landasan hukum kegiatan rekam medis elektronik, kerahasiaan
rekam medis elektronik, pelaksanaan proses kegiatan rekam medis dengan memperhatikan aspek
hukum yang terkait,serta rekam medis elektronik sebagai alat bukti.
3.2 Saran
1. Agar setiap rumah sakit menerapkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang akurat dan andal, serta
cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para pasien serta lingkungan yang terkait
lainnya.
2. Agar dalam membuat atau merancang suatu sistem informasi rumah sakit khususnya subsistem rekam
medis elektronik memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut, seperti analisis
sumber daya manusia yang ada di rumah sakit, serta komponen lain yang ikut terlibat.
3. Agar dalam pelaksanaan kegiatan rekam medis elektronik memperhatikan aspek hukum rekam medis
elekronik seperti kerahasiaan rekam medis elektronik, serta kegunaan rekam medis elektronik sebagai
alat bukti sehingga dilakukan usaha-usaha untuk memelihara dan menjaga rekam medis elektronik, baik
secara sistem maupun fisik komputerisasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Sabarguna BS. System informasi manajemen rumah sakit. Konsorsium rumah sakit islam. cetakan ke-2,
Yogyakarta, 2004.
Depkes RI. Pedoman pengelolaan rekam medis rumah sakit RI. Revisi ke-1, Jakarta, 1997.
Siarif TJ. Diktat kuliah rekam medis elektronik pada program studi magister hokum kesehatan UNIKA
Soegijapranata Semarang. Bandung, 2010.
Echols JM, Shadily H. Kamus Inggris-Indonesia. Cetakan ke-20. Gramedia, Jakarta, 2003.
Yonathan H. Perbedaan rekam medis manual dan rekam medis elektronik. [Tesis]. Bandung: UNIKA
Soegijapranata Semarang, 2007.
Karjono. Kontroversi aspek hokum rekam medis. Suara Badar, 2005.
Dahlan S. Hukum kesehatan rambu-rambu bagi profesi dokter. Edisi ke-3. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang, 2005.