Você está na página 1de 50

"Analisa Kebutuhan Alat Berat"

"Analisa Kebutuhan Alat Berat"


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sampah akan terus bertambah seiring dengan banyaknya aktivitas
manusia. Dalam kondisi ini diperlukan ketersediaan lahan untuk tempat
pemrosesan akhir (TPA) sampah yang memadai untuk menampung volume
sampah yang dihasilkan setiap hari.
Belakangan ini tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah di kampung Adi
adi Desa Botteng Kecamatan Simboro Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat
sudah di rencanakan oleh penulis lainya. Dimana dalam penulisan tersebut
hanya membahas mengenai Perencanaan Tempat pemrosesan akhir (TPA)
dengan metode Sanitary Landfill (St. Aisyah Rahman. ST dan Isna Kalmit. ST)
dan Perencanaan Sistem Pengolahan Air Lindih Pada Tempat pemrosesan
Akhir (TPA) sampah di kampung Adi adi Desa Botteng Kecamatan Simboro
Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat. (Nurfadhila. ST dan Aspiah Sarfan. ST).
Selain itu juga kebutuhan alat berat dalam perencanan tersebut sangat
berperan penting dalam merencanakan tempat pemrosesan akhir (TPA)
sampah. Dalam bidang teknik sipil, alat alat berat digunakan untuk
membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur
bangunan.

Saat ini, alat berat merupakan faktor penting di dalam merencanakan


tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah. Tujuan penggunaan alat berat
tersebut untuk memudahkan manusia dalam mengejarkan pekerjaan sehingga
hasil yang diharapkan dapat tercepai dengan lebih mudah pada waktu yang
relatif lebih singkat.
Pemilihan alat berat yang akan dipakai merupakan salah satu faktor
penting dalam keberhasilan suatu proyek. Alat berat yang dipilih haruslah
tepat baik jenis, ukuran maupun jumlahnya. Ketepatan dalam pemilihan alat
berat akan memperlancar jalannya pekerjaan. Kesalahan dalam pemelihan alat
berat dapat mengakibatkan proyek menjadi tidak lancer. Dengan demikian
keterlambatan penyelesaian proyek dapat terjadi. Hal ini pada akhirnya dapat
menyebabkan biaya proyek membengkak. Produktivitas yang kecil dan
tenggang waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan alat lain yang lebih sesuai
merupakan hal yang menyebabkan biaya yang lebih besar.
Berpijak pada permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk menulisnya
dan membahasnya melalui penulisan tugas akhir dengan judul:
Analisa Kebutuhan Peralatan Berat Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah Kabupaten Mamuju

1.2. Maksud Dan Tujuan Penulisan

(TPA)

1.2.1 Maksud Penulisan


Adapun maksud penulisan adalah bagaimana merencanakan Kebutuhan
Alat Berat pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di Kabupaten
Mamuju.
1.2.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan in iadalah:
Untuk

mengetahui

jumlah

kebutuhan

alat

berat

pada

Tempat

Pemrosesan Akhir ( TPA ) sampah di kabupaten Mamuju.


1.3. Batasan Masalah
Mengingat

banyak

hal

yang

berhubungan

dengan

masalah

pengoperasian TPA sampah, maka dalam penulisan ini perlu dibatasi ruang
lingkup pembahasan yang akan dibahas yaitu Merencanakan jumlah
kebutuhan alat berat berdasarkan tahun perencanaan selama 10 tahun.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan berdasarkan pada :
a.

Data-data sekunder yang meliputi beberapa instansi terkait diantaranya


Kantor Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA )
Kabupaten Mamuju, Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Mamuju.

b.

Pemahaman literature dengan cara membaca dan mengutip beberapa sumber


yang berhubungan dengan penulisan ini maupun materi bahan kuliah.

c.

Data-data primer yaitu diperoleh melalui survey lapangan sebagai bahan


perbandingan dengan data sekunder.

d.

Menentukan lokasi (TPA) sampah yang akan direncanakan.

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika uraian yang diterapkan dalam penulisan ini, terdiri dari 3
Bab sebagai berikut :
AB I

Bab ini terdiri dari pendahuluan berupa latar belakang masalah, Maksud dan
Tujuan penulisan, Batasan masalah, Metode penulisan dan Sistematika
penulisan.

AB II :

Bab yang mengulas tentang Metodologi penulisan meliputi : Gambaran umum,


lokasi TPA, letak Geografis, luas wilayah, keadaan Hidrologi dan data
penduduk.

AB III :

Bab yang berisi tentang Tinjauan Pustaka daerah perencanaan.

AB IV :

Merupakan bab perencanaan kebutuhan alat berat di lokasi penelitian.

AB V :

Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang di kemukakan oleh


penulis berdasarkan maksud dan tujuan penulisan tugas akhir.

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI DAN DATA-DATA DAERAH STUDI

2.1.

Gambaran Umum

Mamuju lebih dikenal sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Barat. Dimulai


dari letaknya yang sangat strategis, wilayahnya yang luas hingga kekayaan
alamnya yang melimpah. Daerah ini memiliki wilayah yang membentang dari
perbatasan Kecamatan Tapalang sampai dengan Kecamatan Karossa dengan
panjang sekitar 204 Km. Kabupaten yang beribukotakan di Kecamatan Mamuju
mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
1.

Utara

Kabupaten Mamuju Utara

2.

Timur

Kabupaten Luwu Utara

Selatan :

Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa, dan Kabupaten Tana Toraja


4.

2.2.

Barat

Letak Geografis

Selat Makassar.

Secara geografis Provinsi ini terletak pada 0 o 12 - 3o 38 LS dan 118o 43


15 - 119o 54 3 BT (data BPS, geographical condition and climate, hal 3) . Kabupaten Mamuju terletak
pada Provinsi Sulawesi Barat pada posisi 10 38 110 20 54 552 Lintang
Selatan; dan 110 54 47 130 5 35 Bujur Timur dari Jakarta; (00 0 0 Jakarta =
1600 48 28 Bujur Timur Green Wich).
2.3.

Luas Wilayah
Kabupaten Mamuju dengan luas wilayah 8014,06 km, secara
administrasi pemerintahan terbagi atas 16 Kecamatan, terdiri dari 143 Desa, 10
Kelurahan, dan 2 UPT. Kecamatan Kalumpang adalah kecamatan terluas
dengan luas 1.731,99 km2 atau 21,81 persen dari seluruh wilayah Kabupaten
Mamuju. Kecamatan Balabalakang luas wilayahnya 21,86 km 2 atau 0,28 persen
merupakan kecamatan terkecil di Kabupaten Mamuju. Kota Mamuju sebagai
ibu kota dari Kabupaten Mamju terletak di Propinsi Sulawesi Barat yang
mempunyai jumlah penduduk 486.580 jiwa (Data BPS, 2003 hal 4).
Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Mamuju dilintasi oleh
sungai. Kecamatan yang paling banyak dilintasi sungai adalah Kecamatan
Bonehau dengan 12 sungai yang melintasinya. Kabupaten Mamuju memiliki
wilayah yang berbukit-bukit. Sedangkan untuk gunung, di Kabupaten Mamuju
hanya terdapat di dua kecamatan yaitu Kecamatan Kalumpang dan Kecamatan
Budong Budong.
Diantara 16 kecamatan di Kabupaten Mamuju, ibukota kecamatan
yang letaknya terjauh dari ibukota kabupaten adalah ibukota Kecamatan
Balabalakang yaitu sejauh 202 km sementara ibukota kecamatan yang terdekat

dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan Simboro yang berjarak 6 km dari


Mamuju.
Tabel 2.1
Luas Wilayah, Persentase dan Banyaknya Desa/Kelurahan/UPT Menurut
Kecamatan di Kabupaten Mamuju Tahun 2010

No

Kecamatan
District

Desa/Kelurahan/UP
T
Village/Ward/TRU

(1)

(2)

(3)

Luas
(Km2)
Area
(Km2)
(4)

Tapalang

283,31

3,57

Tapalang Barat

131,72

1,66

Mamuju

206,64

2,60

111,94

1,41

Simboro

Persentase
(%)
Percentage
(%)
(5)

Balabalakang

21,86

0,28

Kalukku

13

470,26

5,92

Papalang

197,60

2,49

Sampaga

119,40

1,50

Tommo

14

827,35

10,42

1 731,99

21,81

10

13
Kalumpang

Lanjutan Tabel 2.1

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

11

Bonehau

962,12

12,11

12

BudongBudong

11

222,39

2,80

13

Pangale

111,70

1,41

14

Topoyo

15

869,89

10,95

15

Karossa

13

1138,30

14,33

16

Tobadak

536,29

6,75

155

7 942,76

100,00

Jumlah

(Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamuju)

2.4.

Iklim

Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, kabupaten mamuju


hanya dikenal dengan 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin bertiup dari Australia
dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim
kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin
yang banyak mengandung uap air berhembus dari Asia dan Samudera Pasifik.
Pada tahun 2009 curah hujan di kabupaten Mamuju tertinggi terjadi
pada bulan April sebesar 12.917 mm3 dengan hari hujan sebanyak 18 hari.
Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada Bulan September sebesar 2.518
mm3 dengan jumlah hari hujan adalah 3 hari.
Pada tahun 2010 curah hujan di Kabupaten Mamuju tertinggi terjadi
pada bulan September sebesar 17.570 mm 3 dengan hari hujan sebanyak 11
hari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Januari sebesar
2.781 mm3 dengan jumlah hari hujan adalah 6 hari.

Grafik 2.1
CURAH HUJAN PER BULAN DI KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2009

(Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamuju)


Grafik 2.2
CURAH HUJAN PER BULAN DI KABUPATEN MAMUJU TAHUN 20010

(Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamuju)


2.5.

Penduduk
Penduduk merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pola
kehidupan kota, baik yang menyangkut penggunaan lahan, kegiatan ekonomi,
kehidupan sosial maupun fasilitas-fasilitas pelayanan ekonomi. Begitu pula
halnya dengan banyaknya sampah yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh
jumlah penduduk.
Untuk Dinas Tata Ruang, permukiman dan kebersihan kota Mamuju
melayani 16 kecamatan. Permukiman dan kebersihan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2.2
Jumlah penduduk 16 kecamatan di Kota Mamuju
No

Jumlah Penduduk
2008
2009

Nama
Kecamatan

2006

2007

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

14736

15210

Tapalang
Tapalang

6992

3
4
5

Barat
Mamuju
Simboro
Balabakang

37851
19484
-

2010

2011

(6)

(7)

(8)

15653

16143

18083

18965

7213

7424

7656

9129

9611

20454
40246
-

41418
21050
-

42714
19715
1995

55105
23200
2347

66673
27684
-

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kalukku
Papalang
Sampaga
Tommo
Kalumpang
Bonehau
Budong-

39849
200491
3143
16881
12789
8756

42566
20507
13689
17506
13153
8997

43805
21105
14088
18016
13636
9257

45179
21765
14528
18583
13960
9550

49250
21395
13986
19407
10800
8622

56782
22433
14608
21192
10864
9271

19600

20257

20847

21499

22823

23991

Budong
Pangale
Topoyo

12742
21757

13063
22838

13444
23503

13867
24239

11418
25767
22004

13470
28231

Karossak

19594

20376

20969

21628

Tobadak
Jumlah

19803

20753
29682

21358
30557

454468

22032

22996
2
3637
51501

315053

25089
371860

(Sumber: Kantor BAPPEDA kota Mamuju)


2.6.

Persampahan
Proyeksi timbulan sampah untuk 10 tahun rencana dapat dilihat pada
tabel 2.3. dibawah ini :

Tabel 2.3. Hasil Perhitungan Produksi Timbulan sampah Untuk 10 Tahun


rencana (2012 - 2021)

No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tahun
Rencana
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021

Jumlah

Timbulan Sampah

Penduduk (Jiwa )

(m3/Hari)

379678
387661
395811
404133
412629
421304
430162
439206
448440
457868

169,500
173,064
176,702
180,417
184,210
188,083
192,038
196,075
200,197
204,406

Sumber :Hasil Perhitungan(st. Aisyah Rahman. St dan Isna Kalmit. St)


Perencanaan : Limpasan pemadatan oleh alat berat : 3 - 5 gilasan, dan
kepadatan sampah di TPA : 40 - 60 %. (Pengelolaan Sampah Metode Sanitary
Landfill. Perencanaan 50 % Tahun 2012
1. Volume Sampah Terangkut
: 127,125 m3/hari
2. Volume Sampah yang di padatkan : 127,125 x 50 %
= 63,563 m3/hari
= 23200 m3/tahun
Jadi volume sampah pemadatan di TPA 63,563 m 3/hari dan untuk
pemadatan pertahun adalah 23200 m 3/tahun. Untuk perhitungan tahun berikut
dapat dilihat pada tabel 2.4. di bawah ini :
Tabel 2.4. Proyeksi Sampah pemadatan di TPA Tahun 2012 2021

No
.
1
2

Volume Sampah

Volume Sampah

Tahun

Terangkut

Pemadatan

2012
2013

(m3/hari)
127,125
129,798

m3/hari
63,563
64,899

m3/Tahun
23200,313
23688,083

3
4
5
6
7
8
9
10

2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021

132,527
135,313
138,158
141,062
144,028
147,056
150,148
153,305

66,263
67,656
69,079
70,531
72,014
73,528
75,074
76,652

24186,109
24694,605
25213,792
25743,895
26285,143
26837,770
27402,016
27978,125

Sumber :Hasil Perhitungan(st. Aisyah Rahman. St dan Isna Kalmit. St)


Untuk luas TPA sampah yang di butuhkan pada tahun 2012 adalah 0,3850
Ha.
Untuk perhitungan tahun selanjutnya dapat dilihat pada tabel 2.5. Dibawah
ini :

Tabel 2.5. Kebutuhan Luas TPA Tahun 2012 2021


Tahu

Vol. Sampah

Umur

Ketinggian

Kebutuha

n
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021

Pemadatan
(m3/Thn)
23200
23688
24186
24695
25214
25744
26285
26838
27402
27978
Total

Pakai TPA

Sampah

n Lahan

(Tahun)

(m)

(Ha)

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
-

0,385
0,395
0,405
0,412
0,420
0,430
0,440
0,450
0,460
0,470
4,267

Sumber :Hasil Perhitungan(st. Aisyah Rahman. St dan Isna Kalmit. St)

Untuk luasan sel perharinya pada tahun 2012 adalah 17,00 m 2/hari.
Untuk Perhitungan Zona, Blok dan Sel untuk tahun selanjutnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

0,385
0,395
0,405
0,412
0,420
0,430
0,440
0,450
0,460
0,470

Tabel 2.6. Luasan Zona dan Blok Tahun 2012 2021


Tahun
Kebutuhan Lahan TPA (Ha)
Luas Zona (m2/Tahun)
Luas Blok (Bulan)
Luas Sel (m2/hari)

2012
3850
351
21,188
2013
3950
323
21,633
2014
4050
331
22,088
2015
4120
337
22,552
2016

4200
343
23,026
2017
4300
351
23,510
2018
4400
360
24,005
2019
4500
368
24,509
2020
4600
376
25,025
2021
4700
384
25,551

Sumber :Hasil Perhitungan(st. Aisyah Rahman. St dan Isna Kalmit. St)

2.7.
a.

Lokasi TPA
Lokasi TPA yang ada sekarang terdapat pada kampung adi-adi

Desa

Botteng Kecamatan Simboro.


b.

Luas TPA adalah 10 ha.

c. Jalan penghubung 500 m.


d.

Metode penimbunan yang digunakan sekarang adalah metode open dumping.

Lokasi TPA
Botteng

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Tata Ruang Kabupaten Mamuju)


Gambar 2.1. Peta Kabupaten Mamuju
Lokasi TPA

ADI-ADI

(Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamuju)


Gambar 2.2. Peta Kecamatan Simboro

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengertian Alat Berat


Yang dimaksud dengan alat konstruksi atau juga sering disebut dengan
alat berat adalah alat yang sengaja diciptakan atau didesain untuk dapat
melaksanakan salah satu fungsi atau kegiatan yang sifatnya memuat,
memindah, menggali, dan seterusnya dengan cara yang mudah, cepat, hemat,
dan aman.
Kadang kadang satu jenis alat juga dapat berfungsi lebih dari satu
kegiatan, seperti misalnya sebuah excavator disamping berfungsi sebagai alat

penggali, juga dapat difungsikan sebagai alat muat, atau bahkan sebagai alat
angkut untuk jarak tertentu.
Desain alat sendiri selalu dikembangkan kemampuannya, dan bahkan
dalam pengembangan teknologi alat berat, terkadang diciptakan alat baru
yang semula belum ada, dalam upaya manusia untuk dapat melakukan
kegiatan konstruksi dengan lebih mudah, lebih cepat, lebih hemat, dan lebih
aman. Dengan demikian pelaksanaan proyek konstruksi dapat dilaksanakan
lebih efektif dan lebih efisien.
Pengembangan jumlah alat konstruksi yang dimiliki oleh perusahaan
konstruksi (kontraktor) umumnya di peroleh dari investasi awal dan investasi
baru dengan sumber dana dari hasil kegiatan kegiatan perusahaan tersebut
dimasa dahulu.
Jumlah alat berangsur angsur bertambah untuk melaksanakan
pekerjaan yang diperoleh dan akhirnya mencapai suatu jumlah paket alat yang
cukup banyak yang perlu dikelola dengan baik secara terpisah.
Peranan alat konstruksi dalam pelaksanaan pekerjaan tidak dapat
diabaikan terutama proyek proyek yang padat alat. Bahkan keberhasilan
suatu proyek bias sangat tergantung dari peranan alat.
Secara teori, biaya penyusutan alat dihitung berdasarkan atas umur
ekonomi alat, yang biasanya ditetapkan selama 5 (lima) tahun untuk alat alat
berat yang bergerak. Tetapi menurut kenyataan yang ada, umur ekonomi alat
biasanya lebih besar dari umur alat secara teori. Oleh karena ittu, bila
pengelolahan alat berlangsung dengan baik, biasanya umur alat akan menjadi

lebih lama dibanding pengelolaan alat yang kurang baik. Dengan demikian
kualitas pengelolaan alat (manajemen alat) sangat penting perannya dalam
meningkatkan daya saing suatu perusahaan.
Untuk dapat mengelola alat dengan baik, maka memang diperlukan
suatu divisi khusus (bila jumlah alat yang dimiliki cukup besar). Hanya saja
kelemahan kelemahan yang timbul seperti yang diuraikan di atas, harus
dapat diatur dengan sebaik baiknya.

3.2.

Pengklasifikasian Alat Berat


Alat berat yang digunakan di tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah

sangat berhubungan dengan pola pengelolaan sampah yang diterapkan di


suatu wilayah. Review terhadap spesifikasi alat berat pada pemrosesan akhir
(TPA) sampah dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis alat berat, spesifikasi
termasuk efektivitas pemanfaatannya serta umur pakai masing-masing alat.
Kebutuhan alat berat untuk sebuah TPA akan bervariasi sesuai dengan
perhitungan desain dari sarana landfill, alat berat yang digunakan untuk
operasi pengurugan sampah hendaknya selalu siap untuk dioperasikan setiap
hari. Katalog dan tata-cara pemeliharaan harus tersedia di lapangan dan
diketahui secara baik oleh petugas yang diberi tugas. Alat-Alat berat yang
harus tersedia di TPA antara lain :

Bulldozer (120 300 HP) sangat efisien dalam operasi perataan dan
pemadatan tetapi kurang dalam kemampuan penggalian. Gunakan blade

sesuai spesifikasi pabrik guna memenuhi kebutuhan kapasitas aktivitas,


Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi kurang dalam
perataan sampah. Gunakan spesifikasi yang disyaratkan dengan bucket 0,5 1,5 m3,
Loader sangat efisien dalam pemindahan baik tanah maupun sampah tetapi
kurang dalam kemampuan pemadatan.
Landfill Compactor (816F seri 2) yang berfungsi untuk meratakan dan
memadatkan permukaan tanah dan gumpalan sampah. Permukaan tanah yang
telah dipadatkan dengan tamping roller akan menjadi lebih licin dan rata jika
dipadatkan lagi dengan alat ini. Kedalaman efektif lapisan yang dipadatkan
dengan alat ini sekitar 10 cm sampai 20 cm.
Smooth wheel roller yang berfungsi untuk memadatkan timbunan sampah.
Alat pemadat ini memiliki spesifikasi 8 14 ton. Berat alat tanpa pemberat
adalan 8 ton, pemberat maksimal adalah 6 ton Pemadatan dilakukan mulai dari
jalur tepi yang rendah kearah jalur yang lebih tinggi, untuk menghindari
pergeseran tanah
Penggunaan dan pemeliharaan alat-alat berat harus sesuai dengan
spesifikasi teknis dan rekomendasi pabrik. Karena alat-alat berat tersebut
pada dasarnya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan teknik sipil, maka
penggunaan pada sampah akan mengakibatkan terjadinya korosi yang
berlebihan atau bantalan/sepatu wheel atau bulldozer macet karena terselip
potongan jenis sampah tertentu yang diurug. Untuk mengurangi resiko
tersebut, beberapa halyang perlu diperhatikan antara lain adalah :

Kedisiplinan pemanfaatan jalur track (traficability) pada lahan dan bidang kerja
TPA yang telah disiapkan, jalan operasional dan tanah penutup
Instruksi yang jelas dan training bagi operator untuk menggunakan dan
memelihara alat - alat berat.
3.3. Kegiatan Operasional Alat Berat
Berbagai

kegiatan

operasional

penimbunan

sampah

di

lahan

penimbunan terdiri dari beberapa kegiatan dibawah ini sesuai dengan


kebutuhan peralatannya :
1.

Penghamparan, kegiatan operasi penimbunan sampah diawali dengan


kegiatan penghamparan sampah yang bertujuan untuk memindahkan sampah
menuju ke dalam lokasi kerja penimbunan yang terdiri sub pekerjaan
pengambilan dan sub penyebaran sampah (feeding dan spreading-in). Jenis

2.

kegiatan ini dilakukan oleh alat berat bulldozer.


Perataan/Penataan, perataan atau penataan sampah yang sudah berada

3.

dilokasi penimbunan dilakukan oleh alat berat bulldozer.


Pemadatan, alat yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan sampah yaitu

Bulldozer dengan cara sebagai berikut :


Lapisan timbunan sampah dipadatkan dengan cara digiling sebanyak 5-7 kali
sehingga didapatkan kepadatan optimum 600-650 kg/m3.
Operasi kerja bulldozer harus diatur dengan baik agar tidak mengganggu lalu
4.

lintas operasi pengangkutan.


Penutupan lapisan sampah,

penutupan lapisan sampah dilakukan setiap

akhir operasi pada sel harian yaitu sebagai berikut :


Pada akhir penimbunan sampah harus dilakukan penutupan timbunan
tersebut dengan tanah urugan yang sudah disiapkan sebelumnya.
Tanah penutup disiapkan dan diambil dari bukit sebagai quarry (sumber
material) dari lokasi TPA. Pengangkutan tanah penutup dilakukan dengan
menggunakan Dump truck.

Penggalian dan penumpukan tanah penutup menggunakan excavator.


Setelah lapisan tanah penutup dihamparkan kemudian langsung dipadatkan
kembali dengan Roller 2 3 sehingga diperoleh kepadatan dan ketebalan.

3.4.

Faktor - Faktor yang mempengaruhi Alat Berat


Pemilihan alat berat dilakukan pada tahap perencanaan, dimana jenis,

jumlah dan kapasitas alat merupakan faktor faktor penentu. Tidak setiap alat
berat dapat dipakai untuk setiap proyek. Oleh karena itu pemilihan alat berat
yang tepat sangatlah diperlukan. Oleh karena itu pemilihan alat berat yang
tepat sangatlah diperlukan. Apabila terjadi kesalajan dalam pemilihan alat
berat maka akan terjadi keterlambatan di dalam pelaksanaan, biaya proyek
yang membengkak, dan hasil yang tidak sesuai dengan rencana.
Dalam pemilhan alat berat, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan.
Sehingga kesalahan dalam pemilihan alat dapat dihindari. Faktor faktor
tersebut antara lain :
1.
Fungsi yang harus dilaksanakan. Alat berat dikelompokan berdasarkan
fungsinya, seperti untuk menggali, mengangkut, meratakan permukaan dan
lain lain,
2.
Kapasitas peralatan. Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau
berat material yang harus diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih
harus sesuai dengan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang
3.

telah ditentukan,
Cara operasi. Alat berat dapt dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun

4.

vertical) dan jarak gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan, dan lain lain
Pembatasan dari metode yang dipakai. Pembatasan yang mempengaruhi
pemilihan

alat

berat

antara

lain

peraturan

lulu

lintas,

biaya,

dan

pembongkaran. Selain itu metode konstruksi yang dipakai dapat membuat


pemilihan alat dapat berubah,
5.
Ekonomi. Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan
6.

pemeliharaan merupakan faktor penting di dalam pemilihan alat berat,


Jenis Proyek. Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat
berat. Proyek proyek tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan,

7.

jembatan, irigasi, pembukaan hutan, dam dan lain lain,


Lokasi Proyek. Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan alat berat. Sebagai contoh lokasi proyek di
dataran tinggi memerlukan alat berat yang berbeda dengan lokasi proyek di

8.

dataran rendah,
Jenis dan daya dukung tanah. Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material
yang dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang akan dipakai. Tanah

dapat dalam kondisi padat, lepas, keras, atau lembek,


9.
Kondisi lapangan. Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik
merupakan faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat berat.
3.5. Pengoperasian dan Pemeliharaan Alat Berat
Pengoperasian dan pemeliharaan alat tidak dapat dipisahkan, karena
waktu prosesnya dapat bersamaan. Artinya alat yang sedang di operasikan
harus

selalu

dilakukan

pemeliharaan,

sehingga

perlu

diatur

waktu

pemgoperasian dan waktu pemeliharaan.


Pengoperasian dan pemeliharaan alat adalah meliputi semua kegiatan
dalam rangka mendayagunakan alat agar dapat menghasilkan pengembalian
investasi (owner ship cost) yang memadai.

Dalam kegiatan yang melibatkan banyak jenis dan jumlah alat,


pengoperasian dan pemeliharaannya perlu di atur sebaik baiknya agar
seluruh alat dapat mencapai produktifitas yang kita inginkan.
Jadi intinya ada dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain yaitu :
a.

Utilitas, yaitu alat selalu di upayakan agar tetap dapat beroperasi sehingga

b.

mengurangi idle time,


Produktifitas, yaitu kuantitas yang hasilkan oleh alat per satuan waktu cukup
tinggi sehingga dapat menekan realisai harga satuan pekerjaan.
Dengan mengelola dua hal tersebut diatas dapat dipastikan
bahwa alat akan dapat menghasilkan pengembalian investasi yang cukup
memadai, sesuai dengan tujuan dari investasi itu sendiri.

1.

Pengoperasian Alat
Dalam rangka mencapai dua hal tersebut diatas, maka penggunaan alat
perlu memperhatikan hal hal sebagai berikut :

a.

Cara pelaksanaan harus sesuai dengan metode yang telah di tetapkan,


kecuali bila ada pemikiran baru untuk peningkatan efisiensi di lapangan,

meliputi posisi alat, urutan kerja dan cara kerjanya,


b. Setiap alat harus dioperasikan secara benar sesuai petunjuk operating
c.

manual dari alat yang bersangkutan,


Operator yang mengoperasikan alat harus mampu atau cakap (sebaiknya
bersertifikat), melalui suatu seleksi yang ketat. Sebaiknya setiap alat,
operatornya tetap, jangan terlalu, jangan terlalu sering melakukan pergantian
operator tanpa alasan yang cukup,

d.

Dipikirkan hambatan dari cuaca dan hambatan lain untuk dapat menekan idle

time sekecil mungkin,


e.
Hindari penggunaan alat yang mungkin dapat mengganggu kepada
f.
g.
2.

lingkungan sekitarnya,
Perlu dibuat jadwal

kerja

dari

masing

masing

alat

dengan

mempertimbangkan saling keterkaitannya,


Melakukan pemeliharaan rutin sesuai aturan.
Kelayakan Alat
Sebelum alat dioperasikan, harus dapat diyakinkan bahwa alat yang akan
digunakan

memang

sudah

layak

untuk

di

operasikan.

Ditinjau

dari

keselamatan kerja, maka semua alat, terutama alat angkut, harus dinyatakan
kelayakan pakainya. Hal ini sering di abaikan, sehingga alat yang sebenarnya
tidak layak untuk di operasikan, tetapi digunakan jaga tanpa suatu
pengawasan yang ketat, sehingga sering menimbulkan kecelakaan kerja. Di
dalam Safety management semua alat berat yang akan digunakan harus ada
surat keterangan tentang kelayakan paka dari setiap alat yang digunakan. Di
dalam kegiatan Safety control, alat yang tidak memiliki surat keterangan layak
pakai, tidak diperbolehkan untuk digunakan.
Yang sering menjadi pertanyaan adalah siapa atau badan apa yang
mempunyai hak untuk mengelurkan surat keterangan kelayakan pakai dari
suatu alat. Di dalam praktik sering kita temui alat angkut/ angkat yang
sebenarnya sudah tidak layak digunakan, tetapi karena berbagai alasan lolos
juga untuk digunakan, sekalipun sudah sering terjadi kecelakaan.
Biasanya alat alat yang memiliki ukuran seperti timbangan berat, maka
ukuran tersebut dalam periode tertentu harus dikalibrasi ulang, untuk
meyakinkan apakah angka angka yang ditunjukan pada ukuran yang tertera,
masih benar atau tidak. Apabila dalam proses kalibrasi ternyata angka yang di
tunjukkan tidak sesuai dengan ukuran yang sebenarnya, maka dalam kalibrasi
tersebut harus dapat memberikan faktor tertentu. Sebagai misal ukuran berat

yang ada dalam alat menunjukan berat 10 kg, ternyata yang benar adalah 8 kg,
maka dalam hal ini semua pembacaan dalam ukuran alat tersebut harus
dikalikan dengan faktor sebesar : 8/10 atau 0,80. Surat keterangan tentang
kalibrasi biasanya memberi batasan waktu berlakunya. Oleh karena itu,
langkah pertama yang harus di lakukan adalah memeriksa apakah surat
keterangan kalibrasinya masih berlaku atau sudah kadaluwarsa. Dalam hal ini,
alat yang kalibrasinya sudah kadaluwarsa, maka alat tersebut tidak boleh
digunakan sebelum ditera ulang untuk memperoleh faktor koreksi yang baru.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan alaat berat, memliki
a.

persyaratan sebagai berikut :


Surat keterangan tentang kelayakan pakai dari alat (alat dinyatakan masih

b.

layak pakai),
Surat keterangan kalibrasi yang masih berlaku, untuk ukuran ukuran yang

c.

ada pada alat,


Sertifikat ketrampilan bagi operator yang menjalankan alat, yang masih
berlaku. Dan mungkin saja penetapan lembaga sertifikasi tertentu, yang di
anggap lebih dipercaya oleh pengguna jasa, berdasarkan atas pengalaman
yang ada.
3.6.

PRODUKTIFITAS ALAT BERAT


Setelah faktor-faktor yang berpengaruh pada kapasitas produksi alat

diketahui,

maka

selebihnya

kita

akan

membahas

tentang

bagaimana

menghitung berapa besar produksi peralatan yang digunakan.

Maka dari itu kita perlu membuat perhitungan produksi peralatan secara
teoritis dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Produksi didasarkan pada pelaksanaan volu-me yang dikerjakan per siklus
waktu dan jumlah siklus dalam satu jam. Secara teoritis produksi perelatan
berdasarkan rumus :

...........................

( 3.1 )

dimana :
Q
q

produksi per jam dari alat (m/jam,cu.yd/jam).

produksi dalam satu siklus kemampuan alat untuk memindahkan

tanah lepas.
N

jumlah siklis dalam satu jam.

effisiensi kerja.

Cm

waktu siklus dalam menit.

Tabel 3.1. Faktor Konversi untuk Volume Tanah


Kondisi
Jenis Tanah

tanah
semula

Pasir

Tanah liat
berpasir/tanah biasa

Tanah liat
Tanah campur kerikil

(A)
(B)
(C)
(A)
(B)
(C)
(A)
(B)
(C)
(A)
(B)

Kondisi tanah yang akan dikerjakan


Asli
1,00
0,90
1,05
1,00
0,80
1,11
1,00
0,70
1,11
1,00
0,85

Lepas
1,11
1,00
1,17
1,25
1,00
1,39
1,25
1,00
1,59
1,18
1,00

Padat
0,95
0,86
1,00
0,90
0,72
1,00
0,90
0,63
1,00
1,08
0,91

Kerikil

Kerikil Kasar

Pecahan cedas atau


batuan lunak
Pecahan gtanik atau
batuan keras
Pecahan batu
batuan hasil
peledakan

(C)
(A)
(B)
(C)
(A)
(B)
(C)
(A)
(B)
(C)
(A)
(B)
(C)
(A)
(B)
(C)
(A)
(B)
(C)

0,93
1,00
0,88
0,97
1,00
0,70
0,77
1,00
0,61
0,82
1,00
0,59
0,76
1,00
0,57
0,71
1,00
0,56
0,77

1,09
1,13
1,00
1,10
1,42
1,00
1,10
1,65
1,00
1,35
1,70
1,00
1,30
1,75
1,00
1,24
1,80
1,00
1,38

( sumber ; Rohmanhadi, 1984 )


3.6.1.
a.

Produktivitas Bulldozer
Rumus umum produktivitas bulldozer adalah sebagai berikut :
Produktivitas = Pmt x f
Dimana

b.

:
Pmt

: Produksi maximum teoritis

: Faktor koreksi

Produksi maksimum teoritis


Pmt

= Kb x T

Dimana

1,00
1,03
0,91
1,00
1,29
0,91
1,00
1,22
0,74
1,00
1,31
0,77
1,00
1,40
0,80
1,00
1,30
0,72
1,00

c.

d.

Kb

: Kapasitas blade dari bulldozer

: Jumlah trip per jam

Trip per jam


T = 60 / Ct
Dimana
:
Ct
: Cycle time yang dihitung dalam menit
Cycle time
Ct = J / F + J / R + z
Dimana
:
J
: Jarak tempuh kerja (m)
F
: Kecepatan gerak maju alat (m/menit)
R
: Kecepatan gerak mundur alat (m/menit)
z
: waktu yang diperlukan untuk pindah transmisi
(dalam menit)
Cycle time, juga dapat diperoleh dari pengamatan langsung, yaitu waktu
(menit) yang diperlukan dari posisi awal samapai kembali kepada posisi awal
lagi untuk suatu kegiatan yang berulang.

3.6.2.

Produktivitas Excavator
Prod

= f x Kb x 60 / Ct m3 / jam

Perhitungan produktivitas excavator di pengaruhi oleh hal hal sbb :


Untuk menghitung kapasitas produksi ekskavator hidrolis adalah sebagai
-

berikut :
Kondisi kekerasan tanah
Ukuran bucket
Cycle time
Untuk cycle time, ditentukan oleh kecepatan dari 4 (empat) gerakan
dasar yaitu :

Excavating time
Swing time dengan muatan

Dumping time
Swing time, tanpa muatan (kosong)
Sedangkan cycle time itu sendiri, nilainya di pengaruhi oleh :
Metode kerja (sudut swing di upayakan sekecil mungkin)
Ketrampilan dan motivasi dari operator
Kondisi tanah
Kondisi alat
Cycle time tersebut dapat dihitung secara teoritis, tetapi lebih realisitk
diperoleh dari pengamatan langsung pada waktu kerja, hal ini disebabkan oleh
ketidak pastian dari faktor yang mempengaruhinya.

Rumus Produktivitas Excavator adalah sbb :

Dimana

:
Kp
F
Kbu
Ct

: kapasitas produksi
: faktor koreksi dari bucket
: Kapasitas Bucket
: cycle time dalam detik

1.

Kapasitas produksi Ekskavator Hidrolis


......................................(3.2)
dimana
:
Q =
produksi per jam (m/jam).
q
=
produksi per siklus (m).
Cm = waktu siklus (detik).
E
2.

effisiensi kerja.

xK
Produksi per siklus ( q )
.....................................................( 3.3 )

dimana :
q1

kapasitas menunjang menurut SAE ( di dalam spesifikasi )


K

faktor bucket, lihat tabel 3.8

3.

Waktu siklus ( Cm )
.........(3.4 )
Waktu menggali biasanya tergantung pada kedalaman galian dan kondisi
galian.
4.

5.

7.

Perapian Tebing
A = (lebar bucket 0,3 m) x panjang perapian x x E .....(3.5)
Dimana :
A = produksi per jam (m2/jam).
Cm = waktu siklus (detik).
E = effisiensi kerja.
Wakti siklus (Cm)
Waktu siklus
=
waktu perapian + waktu travel ...... (3.6)
Waktu perapian
= ..................
(3.7)
6.
Effisiensi kerja
Effisiensi kerja berkisar 0,2 0,4.
Pemadatan
A = (lebar bucket 0,3 m) x panjang bucket x x E ......
(3.8)
Dimana :
A = produksi per jam (m2/jam).
Cm = waktu siklus (detik).

8.

E = effisiensi kerja.
Waktu siklus (Cm)
Waktu siklus = w. pemedatan x jum. pemedatan + w. travel....(3.9)
Waktu pemedatan
=
4 7 detik.
Jumlah pemedatan
=
2 3.
Waktu travel
=
8 12 detik.
Untuk menghitung pruduksi per jam kombinasi pekerjaan perapian dan
pemedatan, maka waktu travel tidak ditambahkan pada waktu siklus. Produksi
trimming (m2/jam)
=
9. Effisiensi kerja.
Effisensi kerja berkisat antara 0,2 0,4
Tabel 3.2. Faktor Perapian
Panjang Tebing (m)

Kecepatan Perapian (m/det)

-0,5

0,2

-0,5 - 1

0,1

12

0,08

2-4

0,05

4 - lebih

0,02

( sumber : Rohmanhadi, 1984 )

Tabel 3.3. Faktor Bucket Ekskavator

ng tidak mebutuhkan gaya gali dan dapat dimuat menunjang dalam bucket.

pi dapat dimuat hapir menunjang.

g, pasir yang telah memadat dan sebagainya, atau menggali dan memuat gravel langsung dari bukit-gravel-asli.

erpasir, tanah kloidal liat, tanah liat, dengan kadar air tinggi, yang telah di stockpileoleh ekskavator lain. Sulit untuk

sil ledakan, batu bundar, pasir campur batu-batu bundar, tanah berpasir, tanah campur tanah liat, tanah liat yang

( sumber : Rohmanhadi, 1984 )

Tabel 3.4. Faktor Koreksi Kondisi Kerja

Kondisi tata laksana


Kondisi
Pekerjaan
Baik Sekali

Baik

Sedang

Buruk

Baik Sekali

0,84

0,81

0,75

0,70

Baik

0,78

0,75

0,71

0,65

Sedang

0,72

0,69

0,65

0,60

Buruk

0,63

0,61

0,57

0,52

( sumber : Rohmanhadi, 1982


(
Tabel 3.5. Waktu Putar

Sudut putar

Waktu putar (detik)

45 - 90 derajat

4 -7

90 - 180 derajat

5-8

( sumber : Rohmanhadi, 1984 )


Tabel 3.6. Waktu untuk Menggali

Kondisi galian (detik)

Dalam Galian
(m)

Mudah

Biasa

Agak sukar

sukar

02

15

26

04

11

17

28

4 lebih

13

19

30

( sumber : Rohmanhadi, 1984 )

3.6.3. Analisa Produksi Loader


Produktivitas Alat Secara umum, produktivitas suatu alat berat dihitung
dengan menggunakan rumus 1: Q = q x 60 x E Cm
dimana :
Q = produksi per-jam (m3/jam)
q = produksi persiklus (m3)
E = effisiensi kerja
Cm = waktu siklus (menit) Waktu siklus akan tergantung kepada metode
pemuatan yang dilakukan oleh loader, untuk
1. Pemuatan melintang : Cm = D/F + D/R + Z
2. Pemuatan bentuk V : Cm = [(D/F) x 2] + [(D/R) x 2] + Z
3. Muat Angkut : Cm = [(D/F) x 2] + Z

3.6.3.1

dimana :
Cm = waktu siklus (menit)
D = jarak gusur (meter)
F = kecepatan maju (meter/menit)
R = kecepatan mundur (meter/menit)
Z = waktu tetap (menit)
CARA KERJA LOADER
Loader bekerja dengan gerakan dasar pada bucket dan cara membawa
muatan untuk dimuatkan ke alat angkut atau alat yang lain. Gerakan bucket
yang penting ialah menurunkan bucket diatas permukaan tanah, mendorong
ke

depan

(memuat /menggusur),

mengangkat bucket,

membawa dan

membuang muatan. Apabila material harus dimuatkan ke alat angkut, misalnya


truk, ada beberapa cara pemuatan ialah :
a. V loading, ialah cara pemuatan dengan lintasan seperti bentuk huruf V,
b.
L loading, truk di belakang Loader, kemudian lintasan seperti membuat garis
tegak lurus,
c. cross loading, cara pemuatan dengan truk juga ikut aktif,
d.
overhead loading, dengan Loader khusus, bucket dapat digerakkan melintasi
di atas kabin opeator.
3.6.4. Produktifitas Landfill Kompaktor
Ada 2 macam cara dalam menyatakan produksi kompaktor : dengan volume
tanah yang dipadatkan atau dengan luas tanah yang dipadatkan.
1. Produksi dalam volume tanah yang dipadatkan

Di dalam menghitung produktivitas dalam volume tanah yang dipadatkan


menggunakan rumus :
....................................... (3.10)
Dimana :
Q

V
W
=

produksi per jam (m3/jam)


(volume tanah yang dipadatkan)
= kecepatan operasi (km/jam)
= lebar pemadatan efektif tiap pass (m)
jumlah pemadatan (jumlah pass oleh kompaktor), untuk suatu
=

kepedatan tertentu yang diperoleh dari percobaan lapangan atau percobaan


E

laboratorium
=
effisiensi kerja dari pas-pas yang dilalui.
a. Kecepatan operasi (V)

Tabel 3.7. Faktor Kecepatan


Mesin gilas (roda besi)
Mesin gilas (roda ban)
Mesin gilas getar

sekitar 2,0 km/jam


sekitar 2,5 km/jam
sekitar 1,5 km/jam.

Kompaktor tanah
Temper

4 10 km/jam.
sekitar 1,0 kim/jam.

(sumber : Rohmanhadi, 1984 )


b.

Lebar pemadatan efektif (W)


Tabel 3.8. Faktor Kecepatan
Tipe Peralatan
Tipe gilas macadam
Mesin gilas tandem
Kompaktor tanah
Mesin gilas roda ban

W
Lebar roda-gerak = 0,2 m.
Lebar roda-gerak = 0,2 m.
(lebar roda gerak x 2) = 0,2 m.
Jarak antara bagian paling luar

dari bab-ban paling luar = 0,3 m.


Mesin gilas-getar yang Lebar roller = 0,2 m.
besar
Mesin gilas-getar yang Lebar roller = 0,1 m.
kecil
Bulldozer

(Lebar trackdhoe x 2) = 0,3 m.

( sumber : Rohmanhadi, 1984 )

a) Tebal pemedatan untuk satu lapis.


Tebal pemedatan dapat diperoleh dari spesifikasi pemedatan, gambar rencana,
atau dari hasil tes.
b) Jumlah pas untuk pemedatan (N).
Tabel 3.9. Faktor Kecepatan
Mesin gilas roda ban

35

Mesin gilas rida besi

48

Mesin gilas-getar

48

Kompaktor tanah

4 10

(sumber : Rohmanhadi, 1984 )

c) Effisiensi kerja (E) Lihat tabel 3.5


Effisiensi kerja dapat ditentukan sesuai keadaan/kondisi seperti tersebut di
a.

bawah ini :
Jika pekerjaan relatif mudah dengan kondisi tanah yang mudah dipadatkan, E

= 0,4 0,6.
b.
Jika pemadatan dilakdanakan untuk lapisan sub-dasar (subbase) atau
pemadatan yang sulit, dan kondisi tanah yang kurang baik, E = 0,4 0,6.
2.

Produksi (dalam satuan luas) tanah yang dipadatkan.


......................................
Dimana :
QA

(3.11)

luas per jam tanah yang dipadatkan m2/jam

3.6.5 Produktifitas smooth wheel Roller

Produksi pemadatan dinyatakan dengan compacted cubicyard(meter)/ jam,


(ccy/jam) atau (ccm/jam). perhitiungan pemadatan dapat menggunakan
rumus :
Satuan Inggris

Cm3/

Satuan Metrik

Dimana
W

= Lebar pemadatan dalam satu lintasan ( feet atau meter ).

L
S

= Tebal lapisan (inch atau mm ).

= Kecepatan rata-rata ( mph atau km/jam ).

= ketetapan konvensi satuan inggris ke satuan metric : 16,3


C
P

= 16,3

= jumlah pass yang diperlukan untuk suatu kepadatan

BAB IV
PERENCANAAN KEBUTUHAN ALAT BERAT

4.1.

EXCAVATOR
Bagian-bagian utama dari Excavator antara lain :
Bagian atas yang dapat berputar (Revolving unit)
Bagian bawah untuk berpindah tempat (Travelling unit)

Bagian-bagian tambahan (attachment) yang dapat diganti sesuai dengan


jenis pekerjaan yang akan dikerjakan.
Bagian-bagian tambahan yang penting diketahui adalah:

Crane,

Shovel, Back Hoe, Dragline, dan Clam shell. Bagian bawah Excavator ada
yang menggunakan roda rantai (Crawler truck) ada yang dipasang di atas
truck (mounted truck).
Unit Operasional Excavator

Operasional kerja menggunakan sistem hidrolik


Pergerakan arm bucket dan perputaran body kabin (swing) dapat dikontrol

melalui dua tuas utama yang ada di kanan-kiri sheat operator dalam kabin
Travelling dikontrol oleh dua tuas yang dilengkapi dengan dua pedal

didepan sheat operator


Penyetelan operasi mesin ( RPM) dapat melalui display panel di depan sheat
operator
Spesifikasi Excavator Komatsu tipe PC 200

Model Engine : komatsu SAA6D107E-1


Horse power : 110 Kw 148 HP (net)
Rated RPM : 2000 rpm
Main pump : untuk Boom, arm, bucket, swing dan travel
Max oil flow : 439 Lt/ menit
Steering control : dua lever ( tuas ) yang dilengkapi pedal
Max travel speed : 5.5 Km/ jam
Kapasitas Bucket : 0,5 1,2 M3

Pelumasan dan bahan bakar

Tanki solar : 400 lt (full tanki)


Oli mesin : 23 lt
Final drive : 3.3 lt tiap sisi

4.2.

Swing drive : 6.6 lt


Oli hidrolik : 135 lt
Greasing : Under carriage, swing, arm, bucket

Bulldozer
Pada dasarnya merupakan traktor sebagai penggerak

utama , yang

ditambahkan dengan dozer tambahan (blade, ripper dll ). Bulldozer adalah


salah satu jenis dozer yang bergerak ke depan, sedangkan jenis lainnya
adalah angle dozer yang bergerak serong 250.
Memiliki gigi track shoe yang lebih panjang dibanding excavator untuk
memperkuat cengkraman ke tanah. Bisa memanfaatkan bebannya sendiri
untuk mendorong (menyeret) sesuatu yang sangat berat. Alat utama berupa
blade dan ripper.
Spesifiakasi Bulldozer Komatsu D65
Model enggine

komatsu SAA6D114E-3

Jumlah Silinder

6 Cyl

Tenaga

Net 153 KW 205 HP

Rated RPM

1950 RPM

Undercarriage
4.3.

Jumlah Track Roller : 8 Un tiap sisi


Jumlah Shoe : 45 Un tiap sisi
Lebar shoe : 915 mm
Ground contact area : 60115 cm 2
Ground pressure area : 29.8 Kpa atau 4.32 Psi
Loader

Pada dasarnya Loader sangat efisien dalam pemindahan baik tanah maupun
sampah tetapi kurang dalam kemampuan pemadatan.
Spesifiakasi Loader komatsu WA100 - 3 Avance
ENGINE

: KOMATSU 6D95L

POWER

: 62.5kW / 85PS -- 2400RPM

( 6CYLINDER)

4.4.

TIRE SIZE

: 16.9-24

OPERATING WEIGHT

: 6735KG

LENGTH

: 5875 mm

WIDTH

: 2340 mm

HEIGHT

: 3075 mm

CAB

: ROPS/FOPS

Landfill compactor
Landfill Compactor (816F seri 2) yang berfungsi untuk meratakan dan
memadatkan permukaan tanah dan gumpalan sampah. Permukaan tanah yang
telah dipadatkan dengan tamping roller akan menjadi lebih licin dan rata jika
dipadatkan lagi dengan alat ini. Kedalaman efektif lapisan yang dipadatkan
dengan alat ini sekitar 10 cm sampai 20 cm.
spesifiakasi Landfill compactor Cat 816F seri 2
Model enggine

Cat C9 ACERT3

Tenaga

Net Power ISO 3046-2

Rated RPM

2015 RPM

OPERATING WEIGHT

52364 lb

Length With Blade on Ground :

7854 mm

Height to Top of Cab

3801 mm

Wheelbase

3350 mm

Ground Clearance

456 mm

Max Speed

4.5.

10.6 km/h

Smooth wheel roller


Pada pekerjaan pemedatan tanah tipe mesin yang dugunakan berupa
mesin gilas-getar dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Mesin
=
Lebar pemadatan efektif, tabel 3.19 (W)
Kecepatan operasi, tabel 3.18 (V)
Jumlah pas pemadatan, tabel 3.20 (P)

komatsu BW 211 D-40


= 0,8 m
= 1,5 km/jam
=4

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.

Kesimpulan
Dari hasil perhitungan produktifitas alat berat pada pekerjaan TPA
sampah dengan metode sanitary landfill di Kampung Adi-Adi Desa Botteng

Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat dapat disimpulkan


bahwa :
1.
a.

Kebutuhan alat berat untuk lahan penimbunan sampah dengan metode


Sanitary Landfill seluas 4,32 Ha selama 10 tahun terdiri dari :
Buldozer (Komatsu D65 )
= 2 Buah

b.

Excavator (Komatsu tipe PC 200)

= 2 Buah

c.

Loader (komatsu WA100 - 3 Avance)

= 2 Buah

d.

Landfill Compactor (Cat 816F seri 2)

= 1 Buah

e.

5.2.

Smooth wheel Roller (komatsu BW 211 D-40)

= 2 Buah

Saran saran
Adapun saran saran yang penulis dapat berikan adalah
diantaranya :
1.

Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi untuk skala besar sebaiknya


digunakan alat-alat berat, hal ini dikarenakan untuk memudahkan manusia

2.

dalam mengerjakan pekerjaannya.


Perlu dilakukan pemilihan alat-alat berat baik dari segi jenis, ukuran, maupun
jumlah, sehingga dalam pelaksanaan suatu proyek dapat berjalan dengan

lancar.
3.
Sebaiknya pemilihan lahan untuk pembangunan TPA jauh dari pemukiman
penduduk.

Você também pode gostar