Você está na página 1de 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama
untuk menyelesaikan makalah ini. dimana makalah ini merupakan salah satu dari
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia . Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun.Mudah-mudahan dengan adanya karya tulis ini
sedikit banyaknya dapat membawa manfaat kepada kita semua, dan juga dapat
menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

Surabaya, 31 Desember 2012

Penulis

Daftar Isi

Halaman
KATA
PENGANTAR....1
DAFTAR
ISI........2
BABI
PENDAHULUAN...3
A. Latar
Belakang....3
B. Rumusan
Masalah... .........4
C. Tujuan
Penulisan.......4
D. Manfaat
Penulisan........4
BABII
LANDASAN
TEORI.....................5
BAB III
PEMBAHASAN..................................................................................................7
PENUTUP..........................................................................................................17
DAFTAR
PUSTAKA....18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam beberapa jurnal di Amerika
dan Inggris tersebut, diungkapkan bahaya telepon genggam memang terbukti
berbahaya untuk otak, terutama anak-anak.
Sebanyak 13 negara telah mendapatkan laporan studi tersebut. Studi yang
dipelopori dan didanai oleh Telecom itu sudah berjalan selama bertahun-tahun
sejak dimulainya tahun 1999. Tujuannya adalah untuk membuktikan adakah
pengaruhnya antara ponsel dan tumor otak.
Dalam laporan Powerwatch and the Radiation Research Trust di Inggris
dan EMR Policy Institute di Amerika itu, para peneliti mengatakan bahwa
gelombang radiasi yang terpancar dari ponsel memang jadi faktor pemicu tumor
otak, terutama anak-anak dan orang dewasa yang rentan terkena penyakit.
Penelitian tentang pengaruh radiasi ponsel terhadap kesehatan manusia
adalah studi terlama dan terbesar yang pernah saya jalani yang melibatkan 4
miliar partisipan,ujar lylod morgan, pimpinan studi yang juga
anggota Bioelectromagnetics Society, seperti dikutip dari Huffington Post, Rabu
02 September 2009.
Lamanya studi itu dikarenakan tumor tidak tumbuh dalam waktu singkat,
butuh waktu bertahun-tahun hingga seseorang terbukti memiliki tumor.
Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa telepon genggam memang
faktor penyebab tumor otak. Masyarakat dan publik harus tahu hal ini. Bahkan
tidak hanya tumor otak, kanker mata, kelenjar ludah, kanker testis dan leukimia
pun menjadi ancaman selanjutnya dari ponsel, ujar Morgan.
Para ilmuwan dari berbagai universitas dan institusi kesehatan yang
berkumpul dalam seminar Cellphones and Brain Tumors: 15 Reasons for
Concern pun akhirnya setuju bahwa ponsel memang terbukti memicu tumor otak
dan sebaiknya seseorang mengurangi intensitas yang berhubungan dengan ponsel,
tidak berlama-lama menelepon dan menjauhkannya ketika sedang tidur.
Namun saat ini, di zaman serba teknologi dan cepat ini, ponsel sudah menjadi
barang wajib yang harus dimiliki setiap orang, bahkan anak-anak sekalipun

1.2. RUMUSAN MASALAH


3

1. Apa yang menyebabkan ponsel bisa memicu tumor otak?


2. Bagaimana cara mengurangi tingkat radiasi dalam ponsel supaya tidak
memicu tumor otak?
1.3. TUJUAN PENULISAN
1. Mendiskripsikan penyebab ponsel bisa memicu tumor otak.
2. Mendiskripsikan cara mengurangi tingkat radiasi dalam ponsel supaya
tidak memicu tumor otak.
1.4. MANFAAT
1. Bagi Penulis, penilitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan.
2. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat memberi kesadaran akan bahayanya
radiasi ponsel.
3. Bagi Mahasiswa, penelitian ini dapat digunakan untuk memenuhi tugas
dari dosen Bahasa Indonesia.

BAB II
4

LANDASAN TEORI
Meski dilihat dari angka kejadiannya, jumlah penderita kanker otak masih
rendah, yakni hanya enam per 100.000 dari pasien tumor/kanker per tahun, namun
tetap saja penyakit tersebut menjadi momok bagi sebagian besar orang.
Pasalnya, walaupun misalnya tumor yang menyerang adalah jenis tumor jinak,
bila menyerang otak tingkat bahaya yang ditimbulkan itu umumnya lebih besar
daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain.
Tumbuhnya sel-sel tubuh yang tidak normal ini memang menakutkan.
Penyebab pasti dari kanker ini belum diketahui secara tepat, tapi berbagai faktor
telah diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Faktor risiko
pencetus tumor otak ini bisa karena riwayat keluarga, radiasi, zat kimia, pola
makan, obat-obatan tertentu dan rokok.
Penyakit ini bisa muncul tanpa gejala yang bermakna, namun sering pula
ditandai dengan gejala-gejala seperti pusing kepala, muntah, gangguan
penglihatan, kesadaran, pendengaran, berjalan dan saraf. Sayangnya, sejauh ini
belum ada pengobatan yang pasti, namun seiring dengan kemajuan teknologi
kedokteran dan farmasi berbagai upaya dilakukan semaksimal mungkin untuk
mengusir penyakit tersebut.
Terapi obat-obatan telah digunakan dalam pengobatan beberapa jenis
kanker. Selain itu, kasus-kasus lain mungkin ditangani dengan operasi,
radioterapi, maupun kemoterapi. Tindakan operasi termasuk yang sering
dilakukan, khususnya pada penderita tumor otak.
Riset terhadap pengobatan kanker pun terus berlangsung. Ikan hiu yang diketahui
telah menjelajah lautan sekitar 400 juta tahun lalu diketahui morfologinya tidak
pernah berubah. Konon, di tubuh ikan ini, sel kanker tidak bisa tumbuh, karena
seluruh tulangnya adalah tulang rawan. Benarkah demikian?
Dalam catatan buku tradisional Cina mengenai khasiat makanan
pengobatan, makan sirip ikan hiu dipercaya dapat mencegah penuaan kulit dan
gelatin yang terkandung di dalam sirip ikan hiu dipercaya pula dapat
meningkatkan vitalitas. Yang pasti, katanya sirip ikan hiu ini memang lezat.
Peneliti dari Indonesia yang juga Kepala Pusat Studi Satwa Primata
Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor, Drh Dondin Sajuthi Ph D mengakui
esktrak tulang rawan ikan hiu dapat menghambat pertumbuhan pembuluh darah
baru.

Selain ikan hiu, tulang rawan sapi juga disebut-sebut mampu menghambat
pertumbuhan pembuluh darah baru. Tentang hasilnya, Dr Greg Harper dari
Council for Scientific and Indutrial Research Organization telah membuktikannya.
Pengobatan ala barat pun semakin mendapatkan titik cerah dengan mulai
ditemukannya obat-obatan yang diduga dapat membawa manfaat dalam
pengobatan kanker otak. Berbagai penelitian memang masih harus dilakukan
untuk menemukan obat yang mempunyai efektivitas tinggi. Tapi kita boleh
berharap bahwa harapan akan semakin terbuka bagi pengobatan kanker otak.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam
otak. Yang terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna
adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas,
sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi
menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar
(metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
B.

Epidemiologi
Dimana tumor otak primer tersebut kira-kira 41% adalah glioma, 17%
meningioma, 13% adenoma hipofisis dan 12% neurilemoma. Pada orang dewasa
60% terletak supratentorial sedang pada anak 70% terletak infratentorial. Pada
anak yang paling sering ditemukan adalah tumor serebellum yaitu
meduloblastoma dan astrositoma, sedangkan pada dewasa adalah glioblastoma
multiforme.
C.

Klasifikasi
Klasifikasi Samuels (1986) berdasarkan atas lokasi tumor, yaitu :
1. Tumor supratentorial
a) Hemisfer otak :
Glioma : glioblastoma multiforme, astrositoma, oligodendroglioma,
meningioma, tumor metastasis
b) Tumor struktur median : adenoma hipofisis, tumor glandula
pinealis, kraniofaringioma
2. Tumor infratentorial
Dewasa :
a) Schwannoma akustikus (neurilemmoma, neurinoma akustik)
b) Tumor metastasis
c) Meningioma
d) Hemangioblastoma (Von Hippel Lindau)
Anak-anak :
a) Astrositoma serebelaris
b) Medulloblastoma
7

c) Ependimoma
d) Glioma batang otak.3
D. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggotaanggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial
yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
E. Patofisiologi
Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua
faktor: gangguan fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan
fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau
8

invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Perubahan
suplai darah akibat tekanan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan
otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan
neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke
jaringan otak. Peningkatan ICP disebabkan oleh : bertambahnya massadalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahah sirkulasi cairan
serebrospinal.Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karena
tumor akan mendesak ruang yang relatif tetap pada ruangan tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanisme
belum begitu dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema akibat kerusakan sawar
darah otak, semua menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan ICP.
Obstruksi sirkulasi CSF dari ventrikel lateralis ke ruang subarachnoid
menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan ICP akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif
sehingga tidak berguna bila tekanan intracranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume CSF,
kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan
yang tidak diobati mengakibatkan terjadinya herniasi unkus atau serebelum.
Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeres ke inferior
melalui incisura tentorial olehmassa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesencephalon menyebakan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga.
Kompresi medulla oblongata dan henti napas terjadi dengan cepat. Perubahan
fisiologi lain yang terjadi akibat peningkatan ICP yang cepat adalah bradikardi
progesif, hipertensi sistemik, dan gagal napas.5
F. Gambaran klinik
Gejala klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
1. Gejala Klinik Umum
Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau akibat
infiltrasi difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala,
perubahan status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan
muntah. Tumor maligna (ganas) menyebabkan gejala yang lebih progresif
9

daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada lobus temporal depan dan frontal
dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa
menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya memberikan gejalagejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan
oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian memberikan
gejala umum.
Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian
berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat
juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan
aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita.
Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama
pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput
dan leher.
Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood
dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan
tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak
ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti
astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor
di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.
Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan
teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya
tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema
papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan
lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak
menetap.
Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek darimassa tumor
tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada
pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual
menambah kecurigaan adanya massa intrakranial.
2. Gejala Klinik Lokal
10

Manifestasi lokal terjadi pada tumor yeng menyebabkan destruksi parenkim,


infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor
(contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya
dapat menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.
Tumor Kortikal
Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti
paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma frontal
khusus berkaitan dengan kejang. Tanda lokal tumor frontal antara lain disartri,
kelumpuhan kontralateral, dan afasia jika hemisfer dominant dipengaruhi.
Anosmia unilateral menunjukkan adanya tumor bulbus olfaktorius.
Tumor Lobus Temporalis
Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal
kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian,
disfungsi memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan
menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang
merupakan gejala utama tumor lobus parietal. Adapun gejala yang lain
diantaranya disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, hemianopsia/
quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple motor atau kejang
sensoris.
Tumor Lobus Oksipital
Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang
kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi
kontralateral episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri.
Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal
Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel
atau aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat
meningkatkan tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah
frontal dan verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga
menyebabkan gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea, galaktorea dan
gangguan pengecapan dan pengaturan suhu.
Tumor Batang Otak
Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang,
nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat
menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala umum.
Tumor Serebellar

11

Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang
sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin
menonjol.

3. Gejala Lokal yang Menyesatkan (False Localizing Features)


Gejala lokal yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi
tumor yang sebenarnya. Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial,
pergeseran dari struktur-struktur intrakranial atau iskemi. Kelumpuhan nervus VI
berkembang ketika terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan
kompresi saraf. Tumor lobus frontal yang difus atau tumor pada korpus kallosum
menyebabkan ataksia (frontal ataksia). 2
G.

Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor
otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun
pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Dari
anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang
mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada
tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik
neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit
lapangan pandang.
Pemeriksaan Penunjang
CT scan dan MRI memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi
prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif
atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik
dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses
ataupun proses lainnya.

Foto polos dada dan pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan
gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
Pemeriksaan cairan serebrospinal juga dapat dilakukan untuk melihat adanya
sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan
terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis
12

histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang


tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).2
Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau
jinak).
Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh
melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.
Jika terdapat peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan
pungsi lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan
herniasi.
Pada herniasi, tekanan yang meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan
otak ke bawah melalui lubang sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak
bagian bawah (batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh
batang otak (pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami
gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan
kematian.4
H.

Terapi

Jika memungkinkan, maka tumor diangkat melalui pembedahan. Pembedahan


kadang menyebabkan kerusakan otak yang bisa menimbulkan kelumpuhan
parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan intelektual. Tetapi pembedahan
harus dilakukan jika pertumbuhannya mengancam struktur otak yang penting.
Meskipun pengangkatan tumor tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi bisa
mengurangi ukuran tumor, meringankan gejala dan membantu menentukan jenis
tumor
serta
pengobatan
lainnya.
Beberapa tumor jinak harus diangkat melalui pembedahan karena mereka terus
tumbuh di dalam rongga sempit dan bisa menyebabkan kerusakan yang lebih
parah.
Meningioma, schwannoma dan ependimoma biasanya diangkat melalui
pembedahan. Setelah pembedahan kadang dilakukan terapi penyinaran untuk
menghancurkan sel-sel tumor yangt ersisa. Tumor ganas diobati dengan
pembedahan, terapi penyinaran dan kemoterapi. Terapi penyinaran dimulai setelah
sebanyak mungkin bagian tumor diangkat melalui pembedahan. Terapi penyinaran
tidak dapat menyembuhkan tumor, tetapi membantu memperkecil ukuran tumor
sehingga
tumor
dapat
dikendalikan.
Kemoterapi digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker otak.
Kanker otak primer maupun kanker otak metastatik memberikan respon yang
13

baik.
Jika terjadi peningkatan tekanan di dalam otak, diberikan suntikan mannitol
dan kortikosteroid untuk mengurangi tekanan dan mencegah herniasi.
Pengobatan kanker metastatik tergantung kepada sumber kankernya.
Sering dilakukan terapi penyinaran. Jika penyebarannya hanya satu area, maka
bisa dilakukanpembedahan.
Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara
lain kondisi umum penderita, tersedianya alat yang lengkap, pengertian penderita
dan keluarganya, luasnya metastasis. adapun terapi yang dilakukan, meliputi
terapi steroid, pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,
namun tidak berefek langsung terhadap tumor.
Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak.
Tujuannya adalah untuk mengangkat sebanyak tumornya dan meminimalisir
sebisamungkin.
Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan
dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli
bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji
khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus
sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan tersebut dengan
potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup
sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang
ditempatkan di bawah Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi
pembedahan tumor otak adalah sakit kepala atau rasa tidak nyaman selama
beberapaharipertamasetelahoperasi.
Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah menumpuknya
cairan cerebrospinal di otak yang mengakibatkan pembengkakan otak (edema).
Biasanya pasien diberikan steroid untuk meringankan pembengkakan.
Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati
denganantibiotic).
Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak bisa menjadi
masalah serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau
berbicara. Pasien juga mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang.
Sebagian besar masalah ini berkurang dengan berlalunya waktu.
14

Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk


menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI
digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi
tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan
tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau
akselerator linier dengan foton, \Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah
memperkecil kemungkinan komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu
pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang
dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat
terjadi
setelah
radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak
(brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya.
Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar
5000-6000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi
hiperfraksi ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu
memperbaiki kerusakan subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis
tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi
intensif.
Kemoterapi
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi
tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada
tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang
meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen
radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.
I.
Prognosis
Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup
setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan
oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun
setelahpengobatan.
Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5
tahun.
Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:
- penderita yang berusia dibawah 45 tahun
- penderita astrositoma anaplastik
15

- penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat


melalui pembedahan.
Berdasarkan data di Negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga
penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka
ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan
hidup 10 tahaun (10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi tumor otak di
Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif
yang dilakukan pada beberapa rumah sakit di Jakarta. 2
Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan
hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan
oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun
setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan
hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan
pada:
penderita yang berusia dibawah 45 tahun
- penderita astrositoma anaplastik
- penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah
diangkat melalui pembedahan.

16

BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam
otak. Yang terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna
adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas,
sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi
menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar
(metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasimutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki
mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang
menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah
terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan
pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan
sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya
dapat memicu terjadinya kanker.
Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.Pemilihan jenis
terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain kondisi umum
penderita, tersedianya alat yang lengkap, pengertian penderita dan keluarganya,
luasnya metastasis. adapun terapi yang dilakukan, meliputi terapi steroid,
pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Informasi tentang Tumor Otak dalam http://www.medicastore.com


2.
Syaiful
Saanin,
dr,
Tumor
Intrakranial
dalamhttp://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Pendahuluan.html
3. Facts About Brain Tumors at http://www.braintumor.org
4. Pinzon, Rizaldi dkk. 2003. Karakteristik Klinis dan Radiologis Tumor Otak.
5.Ashadi. 2009. Gejala, Diagnosis dan Terapi Tumor Otak. Sindereng.
(Sindereng. Blogspot.com)
6.______. 2009. Tumor Otak. Referat. (referat.blogspot.com, 30 September 2009)
7.______. 2009. Tumor Otak. Medicastore. (www.medicastore.com, 30 September
2009)
8.Price, Sylvia Anderson. 2006. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
EGC, Jakarta.

18

MAKALAH BAHASA INDONESIA


RADIASI PONSEL MEMICU TUMOR
OTAK

Disusun oleh:

Nama :
Kelas :
NRP :

AMAN ABDURROHIM
TP 1 B
6812040038

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

19

Você também pode gostar