Você está na página 1de 5

TUGAS 2 MATA KULIAH PENGANTAR ERGONOMI

ERGONOMI DI LINGKUNGAN
RADIASI PENGION
Pengampu Mata Kuliah : Prof . Drs. I B Manuaba, HonFErgS, FIPS, SP.Erg

Disusun oleh :
I Putu Adi Susanta (1590461001)

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM MAGISTER ERGONOMI FISIOLOGI KERJA
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan elemenelemen lain dalam suatu sistem, serta profesi yang mempraktekkan teori, prinsip, data, dan
metode dalam perancangan untuk mengoptimalkan sistem agar sesuai dengan kebutuhan,
kelemahan, dan keterampilan manusia.
Ergonomi berasal dari dua kata bahasa Yunani: ergon dan nomos: ergon berarti kerja,
dan nomos berarti aturan, kaidah, atau prinsip. Ergonomi adalah ilmu atau kaidah yang
mempelajari manusia sebagai komponen dari suatu sistem kerja mencakup karakteristik fisik
maupun nirfisik, keterbatasan manusia, dan kemampuannya dalam rangka merancang suatu
sistem yang efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien.
Radiasi adalah proses perpindahan energi dengan cara memancar tanpa memerlukan
medium perantara. Terdapat dua jenis radiasi yaitu radiasi non pengion dan radiasi pengion.
Radiasi non pengion adalah radiasi yang tidak menimbulkan ioniasi pada materi atau bendabenda yang dilaluinya, seperti misalnya cahaya tampak, gelombag radio, HP, TV dan
sebagainya, sedangkan radiasi pengion adalah radiasi yang menimbulkan ionisasi pada materi
atau benda-benda yang dilaluinya, contohnya Sinar-X, Sinar Gamma.
Radiasi pengion yang digunakan dalam Instalasi Radiologi di samping bermanfaat
untuk membantu menegakkan diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi
dan masyarakat umum yang berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi
ini ditentukan oleh besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung
radiasi.
Dengan adanya penerapan ergonomi dalam lingkungan radiasi pengion diharapakan dapat
meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental pekerja radiasi sehingga produktivitas pekerja tetap
terjaga bahkan meningkat melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja,
menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. Selain itu
juga diharapakan dapat meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama
kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif. Sehingga dapat menciptakan
keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja
yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi,

Upaya untuk melindungi pekerja radiasi dari ancaman buruk bahaya radiasi dapat
dilakukan dengan cara:
1. Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi tidak melebihi
batas-batas yang dianggap aman. Dinding di dalam ruang radiasi harus dilapisi
lembaran ata lempengan timah hitam setebal minimal 2 mm, dengan harapan agar

radiasi dapat terserap seluruhnya, tidak terpapar keluar ruang pemeriksaan.


Penggunaan lempeng timah pada dinding bangunan agar selalu mengikuti aturan yang
ditetapkan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (BAPETEN).
2. Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi radiasi yang tepat
dalam jumlah yang cukup. Perlangkapan proteksi radiasi seperti misalnya Apron,
Sarung tangan timbal (gloves), kaca mata anti radiasi (goggles), tabir radiasi (shield),
tanda peringatan radiasi.
3. Melengkapi setiap pekerja radiasi dengan alat monitor radiasi perorangan yang
tercatat dan dievaluasi setiap bulan. Sehingga jika diketahui atau ditemukan kejadian
potensial terhadap kebocoran atau kecelakaan radiasi dapat ditangani dengan segera.
4. Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan radiasi dan
terkalibrasi dengan baik. Pesawat radiasi yang terpelihara dan terjaga dengan baik
juga akan meningkatkan efisiensi kerja sehingga pengeluaran berlebih (cost) dapat
ditekan serendah mungkin.
5. Membuat dan melaksankan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan aman.
Selain dibuat, prosedur kerja ini juga harus disosialisasikan dan dilatihkan dengan
baik kepada seluruh pekerja agar seluruh pekerja dapat memahami dengan baik
prosedur kerja tersebut.
Selain upaya mikro terhadap interaksi pekerja dengan alat kerja, juga diupayakan
penanganan ergonomi secara makro terhadap organisasi kerja dalam medan radiasi pengion.
Organisasi kerja dalam medan radiasi dituangkan dalam organisasi kerja radiologi yang berfungsi
sebagai manajemen radiasi pengion yang baik dan tepat, prinsip-prinsip manajemen radiologi
tersebut sebagai berikut:
1. Pembagian Kerja. Dalam organisasi / perusahaan yang sudah maju, sebagai akibat dari
perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologinya yang menuntut adanya spesialisasi /
pengelompokan tenaga kerja yang teratur dan tepat. Karena spesialiasai orang-orang inilah,
maka diperlukan adanya pembagian kerja / tugas yang sesuai dengan kemampuan, keahlian,
dan bakat yang dimilikinya. Sehingga tujuan organisasi yang akan dicapai, menjadi lebih
terarah, efektif, dan efisien.
2. Kekuasaan dan tanggung jawab. Dengan adanya pembagian kerja yang baik didalam
organisasi tersebut, sudah tentu dalam pelaksanaannya mereka diberi kekuasaan (wewenang)
dan tanggung jawab sebagai kepercayaan dari pihak atasan. Pelimpahan kekuasaan dan
tanggung jawab yang dilakukannya itu, tiada lain untuk memudahkan tekknik pengawasan
agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien.

3. Disiplin. Peraturan dan disiplin yang diterapkan merupakan pedoman khusus untuk
menggerakan dan mendorong kepatuhan serta kesediaan para pegawai dalam melaksanakan
tugasnya dengan baik, tertib, dan tepat sesuai dengan tujuan yang diinginkan sehingga bisa
menghemat waktu. Disiplin harus dilaksanakan secara formal terhadap semua anggota
manajemen, tidak boleh dibeda-bedakan.
4. Kesatuan Perintah. Setiap anggota bawahan hanya mempunyai seorang atasan (pimpinan)
langsung, yakni kepada siapa ia akan memberikan laporan dan pertanggung jawabannya,
serta dari siapa ia menerima perintah, instruksi, bimbingan, dan pedoman kerja. Semua itu
perlu untuk kelancaran dalam melasanakan tugasnya, sehingga tidak membingungkan para
bawahan.
5. Kesatuan Pengarahan. Setiap unit / satuan tugas organisasi yang mempunyai fungsi dan
tujuan yang sama harus dikoordinasikan pada satu arah dan satu rencana. Dalam arti, semua
kegiatan, semua sumber dana, pemikiran, kehlian dan kemampuan (bakat) ditunjukan hanya
kepada satu arah, yaitu pencapaian tujuan dengan cara seefektif dan seefisien mungkin.
Sehingga, rencana semula yang telah dirumuskan sasarannya dapat terlaksananya dengan
sempurna.
6. Mengabdikan Kepentingan Sendiri Kepada Kepentingan Umum Manusia. Sebagai unsur
pelaksanaan rencana dalam setiap kegiatan organisasi perusahaan, mempunyai andil besar
didalamnya. Oleh karena itu, setiap anggota bawahan diusahaan agar mau diajak untuk lebih
mengutamakan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi. Hal ini perlu, disamping
untuk menciptakan suatu iklim kerja sama yang baik, juga agar setiap kegiatannya berjalan
sesuai dengan rencana bersama.
7. Penggajian Pegawai. Gaji merupakan pengaruh yang sangat besar terhadap status sosial
seseorang. Pembayaran gaji/upah pegawai harus adil, menarik, dan cukup untuk memenuhi
pegawai sendiri maupun kebutuhan keluarganya. Karena, semua itu akan memberikan
motivasi (dorongan semangat) yang tinggi kepada setiap pegawai dalam menyumbangkan
tenaga dan pikirannya terhadapa perkembangan organisasi perusahaan yang bersangkutan.
8. Pemusatan koordinasi. Agar para pegawai tidak dibingungkan oleh kesimpangsiuarang dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankannya, perlu adnya pemusataan
(Sentralisasi) kekuasaan (wewenang) dalam kelompok tunggal, dan kepemimpinannya
diserahkan kepada satu orang pemimpin, tanpa menimbulkan sifatsifat kediktatoran saat
menjalankan kepemimpinaannya.
9. Jenjang Bertingkat. Agar pembagian tugas-tugas dan kekuasaan dapat terlihat dengan jelas,
perlu disusun satuan-satuan tugas organisasi yang bertingkat-tingkat secara vertikaldan
horizontal. Sehingga terdapat rantai jenjang bertetangga tiap bagian organisasi hal ini dapat

memberikan pedoman dari masa printah / instruksi itu diterima dan kepada siapa pertanggung
jawaban harus disampaikan. Usahakan agar tingkat-tingkat jenjang organisasinya (seperti
pimpinan puncak, kepala bagian, kepala seksi) berjumlah sedikit, sehingga saluran hubungan
dari atasan sampai kebawahan tidak terlampau panjang.
10. Ketertiban. Keteraturan dan kelancaran kegiatan suatu organisasi sangat penting. Oleh karena
itu, setiap anggota pegawai yang terikat dalam kegiatan usaha pencapaian tujuan bersama
harus mau mematuhi dan mentaati segala ketentuan-ketentuan yang ada, seperti mematuhi
prinsip-prinsip pembagian kerja kesatuan arah, penggajian pegawai, disipli kerja dsb.
11. Keadilan. Unit pimpinan tidak boleh memperlakukan pegawai bawahannya dengan semenamena, tetapi harus adil dan bijaksana seperti mem-PHK (pemutusan hubungan kerja) tanpa
alasan yang kuat. Hargailah setiap prestasi pegawai yang dicapainya sebagai karya nyata.
Berilah kesempatan mengeluarka saran / ide, pendapat, kritik dan informasi yang
membangun, dalam upaya pengambilan keputusan yang lebih tepat. Tidak ada satu orang pun
yang diistimewakan, karena hal itu dapat menimbulkan pertentangan.
12. Stabilitas Kondisi Pegawai. Manusia sebagai anggota organisasi, dihadapkan kepada
keterbatasan-keterbatasan baik dari segi fisik maupun mental. Dari keterbatasan itulah, maka
dalam setiap kegitannya pegawai perlu menjaga kestabilan kondisi kerja pegawai, yakni
menjaga /memelihara hubungan yang harmonis diantara sesama anggota, menjaga kesehatan,
menjaga keselamatan kerja, dan sebagainya yang dapat menimbulkan kelancaran dan
kelangsungan proses kegiatan manajemen.
13. Prakarsa. Setiap pimpinaan hendaknya selalu mengharga saran-saran, ide / gagasan, kritik dan
informasi yang dikemukakan oleh anggota bawahan. Karena semua itu merupakan suatu
prakarsa yang dapat menciptakan cara-cara kerja (pikiran-pikiran) baru yang lebih efektif dan
efisien dalam mencapai tujuannya, sehingga organisasi lebih cepat berkembang.
14. Semangat Kesatuan. Organisasi merupakan kegiatan kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik dan lancar, maka perlu pembinaan
bimbingan, dan motivasi yang terus menerus terhadap pegawai agar mereka memiliki jiwa
kesatuan dan rasa setia para pegawai agar mereka memiliki jiwa kesatuan dan jiwa setia
kawan yang tinggi. Dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi inilah, lahir suatu tata hubungan
yang harmonis diantara sesama anggota, memiliki semangat persatuan-persatuan, senasip
sepenaggungan dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan bersama.

Você também pode gostar