Você está na página 1de 81

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015

ISSN : 2460 - 8262

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PROGRAM STUDI


MENGGUNAKAN FUZZY INFERENCE SYSTEM DENGAN METODE
MAMDANI BERBASIS WEB
(STUDI KASUS FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SIDOARJO)
Muhammad Farizqo1, Ade Eviyanti,S.Kom2
Jurusan Teknik Informatika, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
1
muhammadfarizqo@umsida.ac.id

1,2

ABSTRAK
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo merupakan salah satu fakultas yang ada di instansi pendidikan
perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Memilih program studi di Fakultas Teknik memerlukan
pertimbangan yang matang. Memilih secara tergesa-gesa tanpa memikirkan segala faktor dapat berakibat fatal mulai dari
kesadaran yang terlambat bahwa jurusan program studi yang diambil tidak sesuai dengan kepribadian sampai
dikeluarkannya seorang mahasiswa karena dinyatakan tidak mampu mengikuti pendidikan yang diikutinya.Hal tersebut
disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya ialah kebingungan dari para calon mahasiswa Fakultas Teknik dalam
memilih program studi. Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk merancang suatu sistem pendukung keputusan berbasis
web yang dapat membantu calon mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dalam mengambil
keputusan untuk mengambil program studi yang sesuai dengan kemampuan dan minat mahasiswa tersebut. Hasil dari
penelitian ini yaitu menghasilkan aplikasi sistem pendukung keputusan pemilihan program studi menggunakan fuzzy
inference system menggunakan metode mamdani berbasis web. Uji coba dari penelitian ini dilakukan oleh 20 mahasiswa
dari 4 jurusan yang berbeda. Hasil dari uji coba penelitian ini yaitu menghasilkan data nilai kelayakan setiap program
studi bagi mahasiswa.
Kata Kunci

: SPK,Fuzzy Inference System, Mamdani, Web

1. Pendahuluan
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo merupakan salah satu fakultas yang ada di instansi pendidikan
perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo merupakan
salah satu fakultas yang mempunyai banyak mahasiswa, sekaligus mempunyai banyak peminat yang selalu meningkat
dari tahun ke tahun. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki empat program studi yaitu Teknik
Informatika, Teknik Elektro, Teknik Industri dan Teknik Mesin.
Memilih program studi di Fakultas Teknik memerlukan pertimbangan yang matang. Memilih program studi di Fakultas
Teknik bukan urusan dan persoalan yang mudah. Banyak faktor yang harus diperhatikan dan diperhitungkan serta
dipikirkan secara tepat. Memilih secara tergesa-gesa tanpa memperhitungkan segala faktor dapat berakibat fatal mulai
dari kesadaran yang terlambat bahwa jurusan program studi yang diambil tidak sesuai dengan kepribadian sampai
dikeluarkannya seorang mahasiswa karena dinyatakan tidak mampu mengikuti pendidikan yang diikutinya.
Hal tersebut sering dialami oleh mahasiswa Fakultas Teknik yang merasa bahwa program studi yang diambil tidak sesuai
dengan kepribadiannya. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya ialah kebingungan dari para calon
mahasiswa Fakultas Teknik dalam memilih program studi. Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk merancang suatu
sistem pendukung keputusan berbasis web yang dapat membantu calon mahasiswa Fakultas Teknik Universitas
Muhammdiyah Sidoarjo dalam mengambil keputusan untuk mengambil program studi yang sesuai dengan kemampuan
dan minat mahasiswa tersebut.
Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk membangun sebuah sistem pendukung keputusan salah satunya
adalahmodel mamdani.Analisa yang digunakan pada model mamdani lebih sesuai dengan naluri manusia sehingga dapat
diterima oleh pembuat keputusan. Model ini sering digunakan untuk untuk membangun sistem yang penalarannya
1

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

menyerupai intuisi atau penalaran manusia. Proses perhitungannya cukup kompleks sehingga membutuhkan waktu relatif
lama, tetapi model ini memberikan ketelitian yang tinggi.
Berdasarkan hal-hal diatas, penulis ingin menggunakan metode mamdani di dalam penelitian penulis yakni untuk
membuat saran tentang pemilihan program studi dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan calon mahasiswa
tersebut.

2. Tinjauan Pustaka
2.1. Fuzzy Inference System
Fuzzy Inference System merupakan suatu kerangka komputasi yang didasarkan pada teori himpunan fuzzy, aturan fuzzy
berbentuk IF-THEN, dan penalaran fuzzy. Fuzzy Inference System menerima input crisp. Input ini kemudian dikirim ke
basis pengetahuan yang berisi n aturan fuzzy dalam bentuk IF-THEN. Fire Strenght akan dicari pada setiap aturan.
Apabila jumlah aturan lebih dari satu, maka akan dilakukan agregasi dari semua aturan. Selanjutnya, pada hasil agregasi
akan dilakukan defuzzy untuk mendapatkan nilai crisp sebagai output sistem.[11]
Suatu sistem berbasis aturan fuzzy yang lengkap terdiri dari tiga komponen utama: Fuzzification, Inference, dan
Defuzzification. Fuzzification mengubah masukan-masukan yang nilai kebenarannya bersifat pasti kedalam bentuk fuzzy
input, yang berupa nilai linguistik yang semantiknya ditentukan berdasarkan fungsi keanggotaan tertentu. Inference
melakukan penalaran menggunakan fuzzy input dan fuzzy rules yang telah ditentukan sehingga menghasilkan fuzzy
output. Sedangkan Defuzzification mengubah fuzzy output menjadi crisp value berdasarkan fungsi keanggotaan yang
telah ditentukan.[19]
2.2 Metode Mamdani
Model ini sering digunakan untuk membangun sistem yang penalarannya menyerupai intuisi atau perasaan manusia.
Proses perhitungannya cukup kompleks sehingga membutuhkan waktu relatif lama. Tetapi model ini memberikan
ketelitian yang tinggi.[18]

3. Metodologi Penelitian
3.1 Kerangka Penelitian
Mulai
Studi Pustaka
Analisa
Perancangan
Implementasi
Pengujian
Selesai
Gambar 1. Kerangka Penelitian

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

3.1.1 Studi Pustaka


Literatur dan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada sumber dari buku dan internet. Mempelajari
literatur dan pustaka yang terkait dengan:
a. Kecerdasan Buatan
b. Sistem Pendukung Keputusan
c. Fuzzy Inference System
d. Metode Mamdani
e. Bakat dan Minat
3.1.2 Analisa
Analisa bertujuan untuk mendapatkan semua kebutuhan untuk membangun sistem pendukung keputusan. Melakukan
analisa kebutuhan sistem yang peneliti buat seperti analisa kebutuhan input, analisa kebutuhan proses dan analisa
kebutuhan output.
3.1.3 Perancangan
Perancangan sistem pendukung keputusan dilakukan setelah semua kebutuhan sistem didapatkan setelah melalui tahap
analisis. Perancangan sistem yang akan peneliti buat baik perancangan sistem, perancangan proses dan perancangan
desain.
3.1.4 Implementasi
Implementasi sistem pendukung keputusan dilakukan dengan mengacu kepada perancangan sistem. Implementasi sistem
pendukung keputusan dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP yang berbasis web dan menggunakan
database MySQL.
3.1.5 Pengujian
Melakukan pengujian berdasarkan implementasi yang dibuat. Pengujian berdasarkan efektifitas penggunaan sistem
pendukung keputusan bila dibandingkan dengan sistem manual.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian sistem pendukung keputusan ini membutuhkan data teoritis dan data lapangan, untuk mendapatkan data dan
informasi yang berhubungan dengan sistem pendukung keputusan ini diperlukan teknik pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan metode pencarian data dari buku, browsing internet atau literatur-literatur lain yang
berkaian dengan teori dasar dari sistem pendukung keputusan serta dokumen yang berkaitan dengan data yang
diperlukan untuk penelitian maupun perancangan sistem pendukung keputusan.
2. Kuisioner
Kuisioner merupakan metode pengumpulan data terkait usability sistem yang diuji. Pengambilan sampel dilakukan
menggunkan teknik Purposive Sampling. Jumlah minimal sampel adalah 5 sampel tiap jurusan.
3.3 Implementasi Perhitungan Metode Mamdani
Dalam perhitungan fuzzy inference system metode mamdani ada 3 tahap proses perhitungan, yaitu:
1.Fuzzifikasi
2.Inferensi
3.Defuzzifikasi
Berikut penjelasan secara lengkap implementasi perhitungan menggunakan metode mamdani:

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

3.3.1

Fuzzifikasi

Contoh saya akan menghitung nilai kelayakan teknik informatika untuk seorang mahasiswa yang telah melakukan tes:
1. Tes Bakat:
a) Tes Verbal = 75
b) Tes Numerik = 90
c) Tes Aritmatik = 95
d) Tes Logika = 85
e) Tes Mekanikal = 65
f) Tes Teknikal = 60
g) Tes Analitikal = 80
h) Tes Spasial = 75
2. Tes Minat
a) Tes Minat Informatika = 90
b) Tes Bakat Teknik Informatika
Misal saya tentukan bobot Tes Bakat Teknik Informatika :
a. Tes Numerik
b. Tes Aritmatik
c. Tes Logika
d. Tes Analitikal
Maka, nilai bobot Tes Bakat Teknik Informatika:
Tes Numerik + Tes Aritmatik + Tes Logika + Tes Analitikal / Jumlah Bobot Tes
Maka, perhitungan nilai tes bobot tiap-tiap program studi:
Tes Bakat Teknik Informatika = 90 + 95 + 85 + 80 / 4 = 87.5
Berdasarkan nilai Tes Minat dan Tes Bakat diatas maka diperoleh:
1. Nilai Bakat Teknik Informatika = 87.5
2. Nilai Minat Teknik Informatika = 90

Gambar 2. Fungsi Keanggotaan Bakat


Keterangan:
A = Tidak Layak
B = Sangat Tidak Berbakat
C = Tidak Berbakat
D = Cukup Berbakat
E = Berbakat
F = Sangat Berbakat
Fuzzifikasi nilai tes bakat teknik informatika:
a. Nilai Bakat 87.5 berada pada nilailinguistik Berbakat dan Sangat Berbakat
b. Semantik untuk nilai linguistik Berbakat, dimana a=80 dan b=100:
(x) = - (x - b) / (b - a)
(x) = - (87.5-100) / (100-80) = 0.625
c. Semantik untuk nilai linguistik Sangat Berbakat, dimana a=80 dan b=100:
(x) = (x - a) / (b - a)
(x) = (87.5-80) / (100-80) = 0.375

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 3. Fungsi Keanggotaan Minat


Keterangan:
A = Tidak Layak
B = Sangat Tidak Berminat
C = Tidak Berminat
D = Cukup Berminat
E = Berminat
F = Sangat Berminat
Fuzzifikasi nilai tes minat informatika:
a. Nilai Minat 90 berada pada nilai linguistik Berminat dan Sangat Berminat
b. Semantik untuk nilai linguistik Berminat, dimana a=80 dan b=100:
(x) = - (x - b) / (b - a)
(x) = - (90-100) / (100-80) = 0.5
c. Semantik untuk nilai linguistik Sangat Berminat, dimana a=80 dan b=100:
(x) = (x - a) / (b - a)
(x) = (90-80) / (100-80) = 0.5
Proses fuzzification untuk Teknik Informatika menghasilkan nilai fuzzy:
1. Bakat = Berbakat (0.625)
2. Bakat = Sangat Berbakat (0.375)
3. Minat = Berminat (0.5)
4. Minat = Sangat Berminat (0.5)
3.3.2 Inference

Gambar 4. Fungsi Keanggotaan Nilai Kelayakan


Keterangan:
A = Sangat Rendah
B = Rendah
C = Cukup Sedang
D = Sedang
E = Tinggi
F = Sangat Tinggi
Berikut merupakan tabel aturan fuzzy yang diberikan:

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Tabel 1. Rule Fuzzy

Teknik informatika dari 4 data fuzzification. Berarti hanya 4 (dari 36) aturan fuzzy yang dapat diaplikasikan, yaitu:
1. IF Bakat = Berbakat AND Minat = Berminat THEN NK = Tinggi
2. IF Bakat = Berbakat AND Minat = Sangat Berminat THEN NK = Sangat Tinggi
3. IF Bakat = Sangat Berbakat AND Minat = Berminat THEN NK = Sangat Tinggi
4. IF Bakat = Sangat Berbakat AND Minat = Sangat Berminat THEN NK = Sangat Tinggi
Untuk teknik informatika dari 4 aturan fuzzy dan 4 data fuzzification tersebut, proses inference yang terjadi adalah
sebagai berikut:
a. Clipping nilai minimum:
1. IF Bakat = Berbakat (0,625) AND Minat = Berminat (0,5) THEN NK = Tinggi (0,5)
2. IF Bakat = Berbakat (0,625) AND Minat = Sangat Berminat (0,5) THEN NK = Sangat Tinggi (0,5)
3. IF Bakat = Sangat Berbakat (0,375) AND Minat = Berminat (0,5) THEN NK = Sangat Tinggi (0,375)
4. IF Bakat = Sangat Berbakat (0,375) AND Minat = Sangat Berminat (0,5) THEN NK = Sangat Tinggi (0,375)
b. Clipping nilai maximum:
1. NK = Tinggi (0.5)
2. NK = Sangat Tinggi (0.5)
Untuk teknik informatika dari Proses inference menggunakan model mamdani menggunakan proses Clipping diperoleh
dua area abu-abu ilustrasi seperti gambar berikut:

Gambar 5. Clipping Nilai Kelayakan Tinggi

Gambar 6. Clipping Nilai Kelayakan Sangat Tinggi


6

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Untuk teknik informatika dari Proses Clipping menggunakan model mamdani menggunakan proses Defuzzifikasi
diperoleh sebuah area abu-abu ilustrasi seperti gambar berikut:

Gambar 7. Defuzzifikasi Teknik Informatika


Dengan menggunakan sekumpulan titik tersebut, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
y* = ( 75 + 80 + 85) 0,5 + ( 95 + 100) 0,5
3 (0,5) + 2 (0,5)
y* = 120 + 97.5
2,5
y* = 87
Jadi nilai kelayakan yang diperoleh untuk teknik informatika adalah 87.

4. Hasil dan Pembahasan


4.1

Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan beberapa hasil sebagai berikut:


1. Sistem pendukung keputusan yang dapat memberikan saran pemilihan program studi bagi para calon mahasiswa.
2. Sistem pendukung keputusan membantu fakultas mendapatkan calon mahasiswa yang berpotensi baik untuk
menyelesaikan studi.
3. Sistem pendukung keputusan menggunakan Fuzzy Inference System Metode Mamdani dapat menghasilkan nilai
kelayakan tiap program studi sehingga dapat memberikan saran pemilihan program studi bagi para calon
mahasiswa.
4. Sistem pendukung keputusan berbasis web yang dapat diakses dimanapun dan kapanpun.
4.2 Pembahasan
Pada bagian ini merupakan bagian implementasi dan pengujian aplikasi program, beserta hal-hal yang terjadi pada saat
proses berlangsung. Disini ada beberapa bahasa pemrograman yang digunakan dalam implementasi sistem antara lain
PHP, HTML, CSS, dan JavaScript yang semua bahasa pemrograman tersebut dapat diimplementasikan berbasis web.
Web sangat dinamis dan dapat di akses dimana saja sehingga tingkat kemudahan menggunakan web sangat tinggi.
Pengguna pun dapat dengan mudah mengakses sistem pendukung keputusan ini. Implementasi yang dilakukan
berdasarkan pada perancangan tahap sebelumnya. Sehingga sistem ini memiliki keteraturan tingkat basis data yang baik.
4.2.1 Pengujian Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Program Studi
1. Tampilan Awal Aplikasi
Halaman yang pertama kali muncul dari Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Program Studi adalah tampilan awal
dari aplikasi yang simple dan jelas yang bertujuan untuk memudahkan pengguna dalam memulai tes.

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 8. Tampilan Awal


2. Tampilan Biodata
Halaman berikutnya adalah halaman biodata pengguna, pada halaman ini pengguna dapat memasukkan identitas awal
pengguna agar dapat memulai tes pengambilan keputusan.

Gambar 9. Tampilan Biodata


3. Tampilan Tes Bakat
Tes bakat merupakan tes yang mengukur tingkat kemampuan seseorang dalam beberapa hal tertentu seperti tes bakat
verbal, numerik, logika, aritmatik, mekanikal, analitikal, spasial.

Gambar 10. Tampilan Tes Bakat


4. Tampilan Tes Minat
Tes minat digunakan untuk mengukur minat seseorang dalam menyukai dan menggemari hal-hal tertentu. Tes minat
sangat penting dalam penentuan program studi mana yang memang lebih disukai dan digemari seseorang.

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 11. Tampilan Tes Minat


5. Tampilan Hasil Tes
Pada halaman hasil ditampilkan hasil dari tes bakat dan tes minat yang dilakukan. Hasil ini merupakan nilai
yang telah diperoleh dari nilai tes bakat dan tes minat yang telah diolah dengan fuzzy inference system metode
mamdani.

Gambar 19. Tampilan Hasil Tes

5. Kesimpulan dan Saran


5.1 Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan secara menyeluruh tentang perancangan dan implementasi dari Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Program Studi Menggunakan Fuzzy Inference System Dengan Metode Mamdani Berbasis Web ini,
maka penulis mengambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Kebanyakan calon mahasiswa mengalami kebingungan dalam memilih program studi yang sesuai dengan
kemampuan dan minat dari para calon mahasiswa. Untuk membantu calon mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo dalam mengambil keputusan untuk memberi saran layak masuk program studi mana calon mahasiswa yang
bersangkutan, akhirnya penulis mendapatkan ide membuat sebuah sistem pendukung keputusan pemilihan program
studi untuk membantu para calon mahasiswa, agar kedepannya para calon mahasiswa dapat lebih terarah dalam
menentukan pilihan program studi, sehingga tercipta para mahasiswa yang dapat dengan sukses menjalani studi
sampai selesai.
2. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Program Studi ini diharapkan menjadi salah satu solusi bagi calon
mahasiswa, khususnya calon mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dalam pemilihan
program studi.

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

5.2 Saran
Adapun saran-saran yang penulis sarankan adalah sebagai berikut :
1. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Program Studi Menggunakan Fuzzy Inference System Dengan Metode
Mamdani Berbasis Web ini dapat dikembangkan dengan memperluas studi kasus yang digunakan. Diharapkan studi
kasus dapat diperluas menjadi studi kasus di seluruh Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
2. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Program Studi Menggunakan Fuzzy Inference System Dengan Metode
Mamdani Berbasis Web ini dikembangkan menggunakan platform berbasis web. Diharapkan Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Program Studi Menggunakan Fuzzy Inference System Dengan Metode Mamdani Berbasis Web
ini dapat dikembangkan platform lain seperti platform berbasis mobile.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]

[15]
[16]
[17]
[18]
[19]
[20]

Akhyanto, Arif. (2009). Kupas Tuntas Tes Potensi Akademik. Pustaka Widyatama, Yogyakarta.
Anhar. (2010). Panduan Menguasai PHP & MySQL Secara Otodidak. Mediakita, Jakarta.
Barret, Jim. (2004). Tes Karier, Bakat, dan Seleksi. Tiga Serangkai. Solo.
Barret, Jim. (2004). Test Your Self!. Tiga Serangkai. Solo.
Fatansyah. (2012). Basis Data.Informatika, Bandung.
Hakim, Lukmanul. (2008). Membongkar Trik Rahasia Para Master PHP. Lokomedia, Yogyakarta.
Jauhar, Mohammad, S.Pd. (2009). Buku Pintar Psikotes. Prestasi Pustaka, Jakarta.
Kadir, Abdul. (2002). Penuntun Praktis Belajar SQL.Andi, Yogyakarta.
Kresna, Bondhan. (2010). Cara Cerdas Pilih Jurusan Demi Profesi Impian. Jogja Great! Publisher. Yogyakarta.
Kusrini. (2007). Strategi Perancangan dan Pengelolaan Basis Data. Andi Offset, Yogyakarta.
Kusumadewi, Sri dan Sri Hartati. (2010). Neuro-Fuzzy. Graha Ilmu, Yogyakarta.
McLeod, Raymond. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Salemba Empat, Jakarta.
Nuraeni. (2012). Tes Psikologi: Tes Inteligensi dan Tes Bakat. Universitas Muhammadiyah Purwokerto Press,
Purwokerto.
Nuryanti, dkk. (2010). Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process
Berbasis Web Untuk Menentukan Jurusan (Studi Kasus Pemilihan Program Studi di Politeknik Caltex Riau).
http://yohana.komputer.pcr.ac.id/wp-content/uploads
/sites/46/2014/02/YDL_Sistem-Pendukung-KeputusanMenggunakanmetode-Analytical-Hierarchy-Process-Berbasis-Web-Untuk-Menentukan-jurusan-Studi-KasusPemilihan-Program-Studi-Di-Politeknik-Caltex-Riau_.pdf. (Diakses pada tanggal 7 Juni 2015).
Parkinson, Mark. (2004). Panduan Sukses Menghadapi Tes Psikometri. Tiga Serangkai, Solo.
Priyadi, Yudi. (2014). Kolaborasi MySQL dan ERD dalam Implementasi Database. Andi, Yogyakarta
Sutisna, Dadan. (2007). 7 Langkah Mudah Menjadi Webmaster. Mediakita, Jakarta
Suyanto. (2008). Soft Computing. Informatika. Bandung.
Suyanto. (2010). Artificial Intelligence. Informatika. Bandung.
Vinanda, Lisna Octa. (2014). Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Pemilihan Program Studi Di
FakultasTeknik Universitas Tanjungpura.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=265333&val=2313.
(Diakses pada tanggal 7 Juni 2015).

10

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

SISTEM OTOMASI PENYIRAMAN PADA TANAMAN JAHE


BERBASIS ARDUINO
Mustafi Jurokhman1, Syamsudduha Syahrorini2
1,2
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
1
mustafijurokhman@gmail.com
ABSTRAK
Selama ini, penyiraman tanaman dilakukan secara manual, bahkan terkadang tidak punya cukup waktu untuk menyiram
tanaman. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah alat untuk membantu meringankan kegiatan menyiram tanaman khususnya
pada tanaman jahe dalam bentuk system otomatis penyiraman tanaman sesuai dengan kadar kelembaman tanah dan
kelembaman suhu. Penelitian ini dilakukan dengan membuat perangkat system otomasi penyiraman pada tanaman jahe
menggunakan mikrokontroller arduino sebagai pengendali utama dan sensor suhu dan kelembaman udara DHT 11, serta
sensor soil moisture (kelembamantanah). Alat ini dilengkapi dengan Real Time Clock (RTC) 1307 sebagai pewaktu,
serta Liquid Crystal Display (LCD) sebagai penampil. System penyiraman tanaman yang telah dibuat dapat menyiram
tanaman secara otomatis. Jika suhu, kelembaman udara serta kelembaman tanah melebihi batas yang telah ditentukan
yaitu pada suhu diatas 35 derajat Celsius dengan kelembaman udara dibawah 80% dan kelembaman tanah kering
(dibawah 500 pada nilai adc), maka system dapat bekerja secara otomatis. Dengan menggunakan alat ini maka diperoleh
hasil kelembaban tanah stabil (lembab) dan membantu tumbuh kembang pada tanaman jahe.
Kata kunci: suhu, kelembaman, mikrokontroller, sensor, RTC, LCD.

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Jahe (Zingiber officinale Roscoe) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu yang dapat
mudah tumbuh di daerah tropis. Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya.
Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu : jahe merah (JM), jahe putih kecil (JPK), dan jahe putih besar (JPB). Salah satu
khasiat jahe adalah untuk meningkatkan kekebalan tubuh atau penangkal masuk angin, sehingga jahe sering dimasukkan
dalam ramuan jamu atau obat-obatan tradisional (Suparman, 2005).Menurut prof. H. Azwar Agoes, DAFK, Sp.FK(K)
(2010), daerah untuk pertumbuhan jahe adalah dari 0 1500 m diatas permukaan laut dengan curah hujan 2.500 3.000
mm pertahun, kelembaban udara 80% dan tanah lembab dengan pH 5,5-7,0 dan unsur hara tinggi. Untuk suhu udara
sendiri dibutuhkan antara 20-35C, sedangkan untuk tumbuh kembangnya diperlukan tanah yang subur, gembur dan
banyak mengandung humus. Di Indonesia pada umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200 - 600 m diatas permukaan
laut dengan rata-rata suhu harian 25-35C .
Berdasarkan permasalahan tersebut, pada penelitian ini akan dibuat sebuah alat sistem otomasi penyiraman pada
tanaman jahe berbasis arduino yaitu kit elektronik atau papan rangkaian elektronik open source yang di dalamnya
terdapat komponen mikrokontroler jenis AVR, penyiraman ini diharapkan mempermudah pekerjaan petani dalam hal
penyiraman serta bisa mengetahui tingkat suhu, kelembaban udara, dan kelembaman tanah melalui modul lcd 16 x 2
karakter.

2. Landasan Teori
2.1 Suhu dan Kelembaban.
Hubungan suhu dan kelembaban udara maupun tanah sangat berkaitan. Apabila suhu udara berubah, maka
kelembaban tanah dan udara pun turut berubah. Semakin sedikit volume air pada tanah dapat menyebabkan suhu udara
meningkat. Hal ini dikarenakan kandungan air dalam tanah dan di udara tidak dapat mempertahankan suhu dan
kelembaban. Oleh karena itu, penambahan volume air sangat erat hubungannya dengan ketersediaan air dalam tanah.
2.2 Sensor Suhu dan kelembaban udara DHT 11
DHT11 memiliki output digital yang sudah terkalibrasi. Sensor ini terdiri dari komponen pengukur kelembaban tipe
resistive dan pengukuran suhu via NTC serta terhubung dengan 8 bit uC sehingga memberikan hasil yang cukup baik,
11

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Ukuran sensor yang kecil, kebutuhan komsumsi daya yang rendah dan mampu mentransmisikan outputnya dalam jarak
20 meter.
a) Range deteksi 0C sampai dengan +50C
b) Dioperasikan pada tegangan 3,5 VDC sampai dengan 5 VDC.

Gambar 1. Sensor suhu dan kelembaban udara DHT11


2.3. Sensor Soil Moisture (Kelembaban Tanah)
Sensor soilmoisure adalah sensor kelembaban tanah yang bekerja dengan prinsip membaca jumlah kadar air dalam
tanah disekitarnya. Sensor ini mampu membaca kadar air yang memiliki 3 kondisi yaitu [SSM-13]:
1.
0 ~300 : tanah kering
2.
300 ~700 : tanahlembab
3.
700 ~950 :didalamair
Sensor ini memiliki 3 pin yang terdiri dari pinground,5v dan data. Pada Gambar 2.2 dijelaskan mengenai pin sensor
soilmoisure serta Gambar 7 mengenai sensor soilmoisture.

Gambar2.Konfigurasi pin soilmoisture dan sensor soil moisture


2.4 Mikrokontroler Arduino
Arduino adalah kit elektronik atau papan rangkaian elektronik open source yang di dalamnya terdapat komponen
utama yaitu sebuah chip mikrokontroler dengan jenis AVR dari perusahaan Atmel.Bahasa pemrograman Arduino
adalah bahasa C.

Gambar 3. Tampilan papan Arduino UNO dari atas


2.5 Modul Relay
Relay adalah saklar magnetik yang memiliki beberapa terminal. Beberapa terminal tersebut berupa terminal NO
(Normally Open)dan NC (Normally Close).

Gambar 4. Relay
2.6 Pompa Air
Sesuai namanya, pompa air listrik ini penggunaannya dicelupkan ke dalam air. Penggunaan yang umum adalah pompa
air yang dipakai dalam aquarium untuk mengalirkan air ke tempat penyaringan air sehingga air aquarium terjaga
kejernihannya untuk waktu yang lebih lama.

Gambar 5. Pompa air


12

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

2.7 Liquid Crystal Display (LCD)


LCD (Liquid Crystal Display) adalah tampilan visual elektronik yang menggunakan sifat modulasi cahaya kristal cair
(LC). Setiap pixel dari LCD biasanya terdiri dari lapisan molekul selaras antara dua transparan elektroda, dan dua
polarisasi filter, dengan sumbu transmisi yang saling tegak lurus.

Gambar 6.LCD ( Liquid Cristal Display

3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Analisa Sistem
Saat ini penyiraman tanaman jahe umumnya dilakukan secara manual atau dengan cara menyemprotkan air pada
tanaman tersebut, maka untuk memudahkan penyiraman tanaman jahe tersebut diperlukan alat atau rangkaian
penyiraman tanaman jahe secara automatis, dengan memanfaatkan sensor kendali suhu kelembaban beserta kelembaban
tanah yang sudah terdapat pada skala bidang tanaman.

Gambar 7. Blok diagram sistem kendali penyiram tanaman otomatis.


Tabel 1 Pengalamatan Pin Input
No.
1.
2.
3.

Alamat Pin
A0 / PC.0
A1 / PC.1
SDA DAN SCL (PC.4 dan PC.5)

Input
SENSOR DHT11
SENSOR SOIL MOISTURE
RTC DS1307

Tabel 2 Pengalamatan Pin Output


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Alamat Pin
PD.2
PD.3
PD.4
PD.5
PB.3
PB.4
PB.2

Output
LCD
LCD
LCD
LCD
LCD
LCD
RELAY

3.2 Perancangan Sistem


Adapun untuk perancangan sistem ini meliputi antara lain perancangan software dan perancangan hardware.
3.2.1. Perancangan Program pada mikrokontroller arduino
Pada perancangan program mikrokontroler arduino digunakan program bahasa c dan menggunakan software Arduino
ide. Berikut ini adalah gambar dari software arduino ide.

13

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 8.Software Arduino Ide

3.2.2. Flowchart program pada mikrokontroller arduino

Gambar 9.Flowchart program mikrokontroller arduino


3.2.3. Display
Display / tampilan merupakan sarana hubungan antara mikrokontroller dengan user, layaknya sebuah layar monitor
pada sebuah PC, dengan display dapat ditampilkan hasil kerja dari mikrokontroller arduino, status dari sensor, atau
aktuator atau bentuk-bentuk tampilan yang menarik seperti huruf berjalan, gambar dan sebagainya.

Gambar 10. Skematik Pemasangan Display


3.2.4.

Relay

Relay pada rangkaian digunakan sebagai saklar dari mikrokontroller arduino yang bertegangan 5 volt digunakan untuk
memutus/menyambung ke pompa air.

14

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 11 Rangkaian Relay


3.2.5.

Sensor DHT 11 ( suhu dan kelembaban udara )

Sensor DHT 11 pada rangkaian digunakan sebagai pengukur suhu dan kelembaban yang nantinya diprogram pada
mikrokontroller arduino dan ditampilkan melalui lcd 16 x2.

Gambar 12 Rangkaian Sensor DHT11


3.2.6.

Sensor Soil moisture ( kelembaban tanah )

Sensor Soil moisture pada rangkaian digunakan sebagai pengukur kelembaban tanah yang nantinya diprogram pada
mikrokontroller arduino dan ditampilkan hasil kelembabannya melalui lcd 16 x2.

Gambar 13. Rangkaian Sensor Soil moisture


3.2.7. RTC DS1307
RTC DS1307 pada rangkaian digunakan sebagai pewaktu atau timer yang nantinya diprogram pada mikrokontroller
arduino dan ditampilkan bentuk jam dan tanggal bulan tahun melalui lcd 16 x2.

Gambar 14. Rangkaian RTC DS1307


3.2.8. Rangkaian keseluruhan
Dibawah ini adalah gambar dari keseluruhan sistem yang sudah terintegrasi. Untuk input sensor DHT11, soil moisture,
RTC DS1307 dihubungkan pada Pin A0,A1 dan SDA, SCL. Sedangkan untuk output berupa tampilan Lcd dan relay
dihubungkan pada Pin D3-D5 dan B2-B4. Untuk catudaya 5V dan Gnd dihubungkan pada pin yang ada di arduino.

15

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 15. Rangkaian keseluruhan


KeteranganGambar15 :
1.
2.
3.
4.

Sumber tegangan diperoleh dari adaptor 9-12 volt dc yang nantinya digunakan untuk mensupply pada rangkaian
mikrokontroller arduino.
Input terdiri dari Sensor suhu DHT 11, Sensor kelembaman tanah (soil moisture)dan RTC DS-1307.
Arduino UNO berfungsi sebagai otak pada sistem penyiraman tanaman secara otomatis.
Output dari Arduino UNO adalah modul relay dan lcd sebagai penampil waktu serta modul relay untuk
menggerakkan pompa air.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pengujian Alat
Pengujian alat dalam bab ini meliputi 2 bagian yaitu:
1. Pengujian Hardware
2. Pengujian Software
4.1.1 Pengujian Hardware
Pada pengujian hardware ini ditunjang beberapa rangkaian serta komponen hardware diantaranya adalah :
1.

Gambar Rangkaian Schematic dan Lay out PCB


Pada rangkaian schematic ini digunakan beberapa komponen hardware serta untuk merealisasikannya maka
digunakan software Proteus Versi 8.1

2.

Gambar dan Design Mekanik


Pada pengujian konstruksi mekanik digunakan bahan dasar akrilik/mika.

4.1.2 Pengujian Software


Program yang digunakanadalahbahasa C denganArduino IDEsebagai software compilernya. Flowchart yang
menunjukan aliran kerja dari program yang dimasukkan kedalam Mikrokontroler Arduino ditunjukkan oleh Gambar 19.

Gambar 16. Gambar Diagram AlirProgram Sistem


16

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

4.2 PengujianAlat
Adapun pengujian yang dilakukan sebagai berikut:
1. Pengujian mikrokontroler arduino
2. Pengujian LCD
3. Pengujian sensor
4. Pengujian relay
5. Pengujian software
6. Pengujian keseluruhan
4.2.1 Pengujian Mikrokontroler Arduino
Mikrokontroller arduino dapat diuji dengan menggunakan program dan rangkaian sederhana. Program dan rangkaian
dibuat untuk memastikan semua pin pada mikrokontroller masih berfungsi. Program pengujian yang paling sederhana
dapat menggunakan program untuk menyalakan led.

Gambar 17.Pengujian Mikrokontroller Arduino Uno

4.2.2 Pengujian Sensor


Pada pengujian sensor, dilakukan pengujian dengan cara mengatur potensio sebagai perumpamaan pada sensor
kelembaman tanah, sedangkan pada sensor suhu dan kelembaban udara sudah menjadi satu modul. Untuk menguji
ketiga sensor tersebut maka dibuatlah led sebagai output yang dihasilkan oleh ketiga sensor . Pada saat sensor
mendeteksi suhu, kelembaban udara maupun kelembaman tanah maka output sensor akan mengeluarkan tegangan 5 volt
atau berlogika 1. Dan pada saat sensor tidak mendeteksi, maka output sensor mengeluarkan tegangan 0 volt atau
berlogika 0.

Gambar 18.Rangkaian Sensor suhu, kelembaman udara dan kelembaman tanah


4.2.3

Pengujian Relay

Relay akan diuji dengan menggunakan sumber tegangan 5 Volt untuk menyalakan pompa air dan led, jika NO
(Normally Open) maka hidup dan jika NC (Normally Close) mati, jika tidak sesuai dengan hal itu maka relay tersebut
rusak atau terjadi kesalahan pada pemrograman.

Gambar 19. Pengujian Relay Kondisi NC

17

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 20.Pengujian Relay Kondisi NO


Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3Pengujian Relay
No.

4.2.4

Keluaran

Pompa air dan Led

1.

NO (Normally Open)

Hidup

2.

NC (Normally Close)

Mati

Pengujian Software

Pengujian software dilakukan dengan cara :


1. Menulis intruksi program dengan bantuan software Arduino IDE versi 1.6,4.
2. Memasukkan hasil compiler kedalam mikrokontroller arduino dengan cara klik upload (gambar panah kesamping)
pada software arduino IDE.

Gambar 21. Hasil Compiler Program


4.2.5

Pengujian Keseluruhan

Pada pengujian alat ini ada langkahlangkah pengujian yang di lakukan yaitu sebagai berikut :
1. Menyalakan power AC dan adaptor DC.
2. Menempatkan sensor dan pompa pada tempatnya.
3. Tunggu hingga kondisi suhu, kelembaban udara dan kelembaban tanah sampai pada batasnya.
4. Jika sampai batasnya maka pompa air akan menyala selama beberapa detik.
Tabel 4 Hasil Pengamatan Penyiraman Pada Tanaman Jahe
No
1

Pengamatan
Bila
menyalakan
power
AC
dan
adaptor DC

Bila menempatkan
sensor dan pompa
pada tempatnya

Bila kondisi suhu,


kelembaban udara
dan
kelembaban
tanah sampai pada
batasnya

Respon
Lampu power
dan
LCD
2x16
menyala
Sensor
membaca
dengan baik
dan normal
Pompa
air
akan menyala
selama
beberapa
detik

18

Hasil
Menampilkan nama dan
nim selama beberapa
detik
Menampilkan pembacaan
sensor dengan baik dan
normal pada layar lcd
Relay aktif dan terhubung
dengan pompa air serta
dapat menyiram selama
beberapa detik

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 22. Start Awal

Gambar 23. Pembacaan Sensor Secara Menyeluruh

Gambar 24. Penyiraman Tanaman

4.3 Analisa Hasil Pengujian


Hasil pengujian dapat dilihat dalam gambar grafik perhari mengalami perubahan suhu, kelembaban udara maupun
kelembaban tanah pada saat siang hari yaitu antara jam 10.00 s/d 13.20 wib. Pada pengujian hari ke 1, 3, 6, 9 tidak
mengalami penyiraman dikarenakan kelembaban tanah masih stabil di nilai 500 ke atas dan artinya tanah masih lembab.
Pada pengujian 2, 4, 5, 7, 8, 10 mengalami penyiraman dikarenakan kelembaban pada tanah dibawah nilai 500 dan
artinya tanah itu kering sehingga secara otomatis dilakaukan penyiraman selama beberapa detik. Dari pengujian yang
sudah dilakukan di ruang terbuka maupun tertutup terdapat perbandingan yang begitu besar salah satunya jika dilakukan
pengujian di ruang terbuka daun menguning serta tanah mengalami kekeringan lebih cepat dibandingkan dengan
pengujian di ruang tertutup, sehingga dengan adanya perbandingan tadi pengujian dilakukan di ruangan tertutup.

5.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan proses pengujian system otomasi penyiraman selama 10 hari maka secara keseluruhan dapat
disimpulkan antaralain :
1. Pada pengujian selama 10 hari terdapat perubahan suhu dan kelembaban udara yang begitu besar mencapai 30-38
pada kondisi suhu, 50-30% pada kondisi kelembaban udara yaitu di saat siang hari pada jam 10.00 13.20.
2. Pada pengujian hari ke 1, 3, 6, 9 belum terjadi proses penyiraman dikarenakan kelembaban tanah masih tergolong
lembab atau kelembaban tanah masih bernilai diatas 500 Adc.
3. Pada pengujian hari ke 2, 4, 5, 7, 8, 10 terjadi proses penyiraman dikarenakan tanah tergolong kering atau nilai
kelembaban tanah dibawah 500 Adc.
5.2 SARAN
Dengan hasil yang dicapai maka diharapkan bisa dikembangkan dengan memperbaiki range kemampuan sensor atau
menggunakan sensor lain yang mempunyai range lebih baik dari sensor sebelumnya. Semoga penelitian ini dapat
disempurnakan sehingga mempunyai nilaiguna yang lebih.
19

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

DAFTARPUSTAKA
[1] Agoes Azwar,2010. Tanaman obat Indonesia jilid 1.Salemba Medika. Jakarta.
[2] Agung Bangun.M, 2014. Arduino For Beginners, TugasAkhir, Surya Unversity.
[3] Anonim,1998.Specification
of
AA16205
(LCD).Agena
Display
tech
Ltd.
http://www.agena.com.hk/product/products-char.htm.
[4] Budi Prakoso Sigit, 2012. Sistem Pemberian Air Otomatis Pada Tanaman Dengan Notifikasi Via Twitter
Berbasis Arduino, Tugas Akhir, Institut Teknologi Telkom.
[5] Emir Nasrullah, Agus Trisanto, Lioty Utami, 2011. Rancang Bangun Sistem Penyiraman Tanaman Secara
Otomatis Menggunakan Sensor Suhu Lm 35 Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535, Jurnal Rekayasa
danTeknologi Elektro, Volume 5, No. 3, September 2011.
[6] Harimurti Triana, 2012. Perancangan Sistem Penyiraman Air Otomatis Berbasis Mikrokontroler, TugasAkhir,
Institut Teknologi Telkom.
[7] K.Hariadi Tony, 2007, Sistem Pengendali Suhu, Kelembaban Dan Cahaya Dalam Rumah Kaca, Jurnal
IlmiahSemestaTeknika, Vol. 10, No. 1, 2007: 82 93.
[8] Kustija Jaja, 2012. Modul Sensor danTranduser, ModulKuliahUniversitasMercubuana.
[9] Stevanusdan D. Setiadi karunia, 2013. Alat Pengukur Kelembaban Tanah Berbasis Mikrokontroler Pic
16f84,Indonesian Journal of Applied Physics, Vol.3 No.1 halaman 36.
[10] http://www.data sheet catalog.com/datasheets_pdf/DS1307.pdf

20

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

IMPLEMANTASI SENSOR PIR UNTUK PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA


RUANG KELAS DI UMSIDA
Mochammad Ilyas1, Dwi Hadidjaja2, Indah Sulistiyowati3
1,2,3
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan zaman teknologi yang semakin canggih, sampai saat ini peralatan elektronik dapat
mengubah asal panduan hidup manusia untuk otomatis. Masih banyak rumah, sekolah, perguruan tinggi dan kantor masih
menggunakan pengaturan listrik secara manual dan dapat menyebabkan lupa waktu ketika pembayaran menjadi bengkak,
dan juga dapat mengakibatkan hubungan pendek (korsleting), dan lebih buruk lagi sampai terjadi kebakaran. Ruang kelas
UMSIDA di setiap kelas masih menggunakan sistem manual, kadang-kadang sering lupa untuk mematikan lampu sampai
pagi berikutnya. Karena sering lupa ketika lampu mematikan lampu lalu cepat-cepat putus. Hal ini juga dapat
mengakibatkan kerusakan peralatan seperti proyektor, AC, dan kipas angin. Dan juga akan menghasilkan kehidupan yang
berguna pendek.
Dalam penelitian ini, sistem otomatisasi listrik untuk kelas UMSIDA. Dengan menggunakan mikrokontroler sebagai
keberadaan manusia control di kelas atau lorong bangunan UMSIDA. Mikrokontrolel digunakan dalam penelitian ini
adalah ATmega16 dan Sensor PIR (Passive Infra Red). Sistem kontrol ini hasil aplikasi yang sangat baik di daerah yang
terlingkup radius sensor PIR, yang kemudian dilakukan proses dengan ATMega untuk pemutusan listrik secara otomatis
dalam waktu 3,45 menit.
Kata kunci: Mikrokontroler, Sensor, PIR

1. Pendahuluan
Listrik didalam gedung kampus UMSIDA kini masih diatur secara manual atau masih memakai stop kontak, terkadang
juga masih lupa untuk meng-offkan disiang atau pas tiada penghuni disekitarnya, ini semua menyebabkan biaya
pembayaran listrik semakin mahal dan lampu cepat rusak karena lupa mematikan listrik didalam gedung atau diruangan
(karena lampu semakin panas dan akhirnya woldfram pun putus).
Dengan menggunakan sensor otomatis PIR, maka pemborosanenergi listrik harus dicegah, karena pasokan daya listrik
PLN semakin berkurang [9]. Dengan memanfaatkan teknologi yang semakin canggih ini, Masyarakat pun melakukan
berbagai cara untuk bisa menghemat pemakain listrik. Salah satunya adalah penggunaan Wireless Sensor [10].
Penghematan dapatdilakukan dengan perbaikan kualitas daya, pemilihan lampu hemat energi, pemakaian peralatan untuk
perbaikan efisiensi maupun energi manejemen system (EMS). Kualitas daya yang baik dengan perbaikan power factor
(cos ) akan memperbaiki drop tegangan mencapai 5 sampai 30% tergantung jenis beban yang digunakan. [8].
Denganpermasalan tersebut, sensor ultrasonik bisa memberikan jalan lebih mudah untuk menjaga keamanan dan
memperingan biaya pembayaran listrik dengan cara mengontrol kehadiran manusia yang datang diarea tersebut dan
meng-On/Off kan listrik secara otomatis.
Berdasarkan hal tersebut maka dibuatlah penelitian di UMSIDA yang diberi judul Implemantasi Sensor PIR Untuk
Penghematan Energi Listrik Pada Ruang Kelas Di Umsida. Dengan sistem seperti ini dibuat untuk mendeteksi manusia
yang ada disekitarnya.Sewaktu ada manusia disekitarnya listrik akan nyala dan waktu ditinggalkan listrik akan padam
secara otomatis.
Bagaimana melakukan penghematan energi listrik jika lalai memadamkan dan cara mengaplikasikan mikrokontroler pada
penghematan energi di gedung lantai 4 UMSIDA. Dengan menggunakan sensor PIR maka dapat diaplikasikan sebagai
penghematan energi listriksecara keseluruhan pada gedung UMSIDA.
Dengan mengaplikasikansensorPIR maka dapat dilakukan penghematan energi listrik terhadap kelalaian pada waktu
memadamkan aliran listrik terutama pada gedung lantai 4 UMSIDA.

21

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

2. Metodologi Penelitian
1. PIR (Passive Infrared)
Sensor PIR (Passive Infra Red) adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi adanya pancaran sinar infra merah.
Sensor PIR bersifat pasif, artinya sensor ini tidak memancarkan sinar infra merah tetapi hanya menerima radiasi sinar
infra merah dari luar. Bentuk sensor PIR ditunjukkan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Sensor PIR [2]


Sensor PIR terdiri dari beberapa bagian dan uraiannya sebagai berikut:

1.
2.
3.
4.
5.

Lensa Fresnel
Penyaring Infra Merah
Sensor Pyroelektrik
Penguat Amplifier
Komparator
Blok diagram sensor PIR ditunjukkan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Blok Diagram Sensor PIR [2]


2. Arsitektur Mikrokontroler AVR RISC

Gambar 3. Arsitektur Mikrokontroler AVR ATmega 16 [3]


Gambar 3. Merupakan arsitektur mikrokontroler, dimanamikrokontroler AVR ATmega 16 menggunakan teknologi RISC
(Reduced Instruction Set Computer).Untuk melakukan setting instruksi dapat dilakukan dengan mengurangi lebarnya
sehingga semua mempunyai panjang 16 bit dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam single clock pengurangan
22

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

kompleksitas pada address. Mikrokontroler AVR menggunakan arsitektur Harvard dengan memisahkan memori dan
jalur Bus untuk program dan data agar meningkatkan kemampuan karena dapat mengakses program memori dan data
memori secara bersamaan. Mikrokontroler AVR dapat mengeksekusi beberapa instruksi sekali jalan (single cycle). 6 dari
32 register yang ada dapat digunakan sebagai indirect addres pointer 16 bit untuk pengalamatan data space, yang
memungkinkan penghitungan alamat yang efisien.
3. Perancangn Blok Diagram
Perancangan blok diagram untuk keberadaan objek manusia dengan menggunakan rangkaian PIR yang di
implementasikan pada ruang kelas UMSIDA ditunjukkan seperti Gambar 4.

Gambar 4. Perancangn blok diagram rangkaian sensor PIR


4. Hasil dan Pengujian
1. Pengujian Catu Daya Sistem
Pengujian rangkaian catu daya sistem bertujuan untuk mengetahui kesesuaian keluaran rangkaian catu daya. Pengujian
dilakukan dengan menghubungkan masukan rangkaian catu daya dengan sumber DC konstan. Pemeriksaan dilakukan
dengan menghubungkan masukan dan keluaran rangkaian catu daya dengan voltmeter untuk diketahui nilai tegangannya.
Diagram blok rangkaian pengujian rangkaian catu daya ditunjukkan dalam Gambar 5.dan 6.

Gambar 5. Diagram blok rangkaian pengujian rangkaian catu daya

Gambar 6. Diagram blok rangkaian pengujian rangkaian catu daya


Dari pengujiantersebut tegangan input dari transformator ke catu daya sistem berupa tegangan AC sebesar 45mV dan
tegangan output yang dihasilkan oleh catu daya sistem menghasilkan tiga output yaitu 5Vdc, 12Vdc, 24Vdc dengan
kenaikan 2.64%. Tegangan 5Vdc digunakan untuk supplyminimum sistem mikrokontroler, Tegangan 12Vdc
digunakan untuk supply Relay.
2. Pengujian Mikrokontroler
Pengujian mikrokontroler bertujuan untuk mengetahui apakah mikrokontroler dapat berfungsi dengan baik atau tidak.
Pengujian mikrokontroler ditunjukkan dalam Gambar 7. Output mikrokotroler dihubungkan dengan transistor BC547
untuk saklarrelay 12Vdc yang mewakili keluaran 8 bit. Mikrokontroler diisi dengan program berurutan dengan delay 3
detik.

23

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 7. Pengujian mikrokontroler


Tabel 1. Pengujian mikrokontroler
Pengujian Mikrokontroler
No

Bit 0

Bit 1

Dari Tabel 1. dapat dijelaskan setiap 3 detik relay akan ON secara bergantian mulai dari bit 0 sampai dengan bit 1. Dari
pengujian bahwa kondisi hardware dalam keadaan normal (tidak mengalami kerusakan).
3. Pengujian Software
Pengujian software di lakukan dengan cara:
a) Setelah pembuatan program selesai, klik compile pada LDmicro untuk memastikan program tidak ada yang error.
Bentuk proses compile ditunjukkan dalam Gambar 8.

Gambar 8. Compile Program


b) Menghubungkan Mikrokontroler dengan USB Downloader ke komputer dengan sofware PogISP.
c) Memastikan dengan read signature untuk mengetahui mikrokontroler dengan komputer benar-benar terhubung.
d) Program atau file HEX dimasukkan kedalam Microkontroler dengan menggunakan USB Downloader dengan cara
load flash.
4. Pengujian Hardware
Pengujian hardware di lakukan dengan cara menghitung waktu proses keberadaan manusia terhadap sensor PIR.
a) Pengukuran amper pada output/beban
Dalam pengukuran beban output berupa lampu dengan daya 9 Watt, 220 VAC yang ditunjukkan dalam Gambar 9.
Pengukuran amper pada output ini sebesar 0,1A. Jika pengukuran tersebut menggunakan ruhus hukum ohm maka :
24

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

9
P

0.04
220
V
Keterangan
I = Arus (Ampere)
P = Daya (wat)
V = Tegangan (Volt)

Gambar 9. Pengukuran amper beban output


b) Pengujian Jarak dan Waktu Sensor PIR
Proses penghitungan waktu sensor dilakukan untuk mengetahui durasi sensor terhadap mikrokontroler agar output
dapat diketahui waktu on-offnya. Dalam percobaan selama 40 detik, bila tidak ada pergerakan maka output akan off,
akan tetapi kalau tetap ada pergerakan maka output akan on selama pergerakan tersebut ada. Hasil Proses pengujian
ditunjukkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengujian sensor PIR
No. Jarak (m) Waktu (dtk) Keterangan
1

1 : 0394

On

1,5

1 : 0934

On

1 : 0886

On

2,5

1 : 0433

On

1 : 0901

On

3,5

1 : 1218

On

1 : 0988

On

4,5

1 : 1015

On

1 : 1355

On

10

5,5

1 : 1866

On

11

Off

12

6,5

Off

Hasil pengujian sensor PIR terhadap objek manusia ditunjukkan dalam Gambar 10. dan Gambar 11.

25

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 10. Hasil uji sensor terhadap manusia dengan jarak 5,5 meter

Gambar 11. Hasil uji sensor terhadap manusia dengan jarak 6,5 meter
5. Perhitungan pemakaian listrik
Dengan penggunaan sensor PIR pada pemakaian listrik di gedung lantai 4 Fakultas Teknik UMSIDA, maka perlu
dilakukan perhitungan biaya yang wajib dibayar oleh pihak UMSIDA ke PLN setiap bulannya. Besaran biaya listrik yang
dikenakan sangat tergantung dari jumlah pemakaian. Cara menghitung bila kebutuhan listrik di gedung lantai 4 Fakultas
Teknik UMSIDA secara keseluruhan hidup semua selama 1 (satu) hari penuh karena lupa mematikan, maka daya yang
dipakai adalah
Lampu = 22 buah x 40 w = 880 w
Proyektor = 8 buah x 300 w = 2400 w
Kipas Angin = 8 buah x 80 w = 640 w
daya total = daya lampu + daya proyektor + daya kipas angin = 3920 w
Pemakaian listrik selama jam kuliah selama 11 jam per hari yang terdiri dari:
Untuk kuliah pagi = 5 Jam
Untuk kuliah sore = 6 Jam
Maka pemakaian listrik selama perkuliahan adalah 11/24 x 100 % = 45,83%
26

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Bila menggunakan sensor PIR terhadap keberadaan manusia, maka dapat menghemat pemakaian listrik sebesar 54,17 %
dalam satu hari. Bila tidak menggunakan sensor PIR dan lupa mematikan listrik maka pemakaian listrik akan menjadi
100% per hari.
5.

Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian alat maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Dengan mengimplementasikan mikrokontroler Atmega16, maka penghematan energi dapat bekerja dengan baik pada
saat terjadi kelalaian pemadaman, walaupun waktu pengujian terdapat beberapa kesalahan, namun hal tersebut sudah
berhasil diatasi. Sehingga alat tersebut bekerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dan dapat menghemat
pemakaian listrik sebesar 54,17%.
b) Ketika sensor tidak mendapatkan input berupa gerakan maka sensor berlogika 0 sehingga output off. Dan sebaliknya
jika sensor mendapatkan inputan berupa gerakan maka sensor berlogika 1 dan memerintahkan mikrokontroler untuk
mengaktifkan output berlogika 1 atau on. Sensor bekerja selama 40 detik, apabila terus menerus ada gerakan maka
sensor akan tetap berlogika 1 sehingga lampu/output terus on.
2. Saran
a) Kepresisian alat ini akan jauh lebih baik apabila menggunakan mikrokontroller dan menerapkan dua sensor
b) Bila dikembangkan alat tersebut dapat menghemat biaya dan waktu dari sistem manual menjadi sistem otomatisasi
c) Keuntungan alat ini dapat di rasakan apabila di implementasikan pada kondisi ruangan bila tidak ada objek mahluk
hidup yang memiliki suhu panas sesuai dengan suhu tubuh manusia

Daftar Pustaka
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]

Ahmad, Rahman, 2002, Keterampilan Elektronika 1, Geneca Exact. Bandung.


Rifqy Bagus, 2008,Cara Kerja Sensor PIR. diaksespada tanggal 07 Juni 2015
Junaidi, 2012,Minimum SistemATMega16, diakses pada tanggal 13 Mei 2014
Hari Sasongko, Bagus, 2012, Pemrograman Mikrokontroler dengan Bahasa C, C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta
Hery, Andrianto, 2013, Pemrograman Mikrokontroler AVR ATMega16 menggunakan Bahasa C
(CodevisionAVR), Copyright 2013 Informatika, Bandung.
Iswanto. 2011, Belajar Mikrokontroler AT89S51 dengan Bahasa C, C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta.
Webster, John G., 1999, The Measurement, Instrumentation, And Sensors Handbook, Hal.32113. ISBN978-08493-8347-2.
Hendik Eko H S, 2010,Teknik Pengurangan Arus Inrush dan Pengurangan Harmonisa Pada Kapasitor Bank Untuk
Beban Non Linier, diakses pada tanggal 13 Mei 2014
Tri Wibowo, 2011,Sensor Kehadiran Orang Sebagai Saklar Otomatis Suatu Ruangan,diakses pada tanggal 13 Mei
2014
Anang Tjahjono, 2011,Monitoring Dan Kontrol Lampu Koridor Dan Taman Gedung A D4 PENS-ITS Untuk
Penghematan Energi Dengan Menggunakan Wireless Sensor Network (WSN), diakses pada tanggal 13 Mei 2014

27

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

DETEKSI WAJAH DENGAN PEMINDAI KINECT XBOX 360


MENGGUNAKAN MICROSOFT KINECT SDK DAN WPF C#
Indra Prasetyanto1, Cahyo Darujati2, Agustinus Bimo Gumelar3
1,2,3
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Narotama
1
indraprasetyanto@gmail.com

ABSTRAK
Seiring perkembangan teknologi, sensor pendeteksi gerakan tubuh manusia semakin canggih. Salah satu alat keluaran
Microsoft yang bernama Kinect dianggap mampu untuk mengaplikasikan teknologi tersebut. Dalam penelitian ini
menghasilkan identifikasi visual gerakan kepala secara waktu-nyata di lapangan. Kinect mengambil data wajah sang user
secara mendetail agar didapat data pergerakan wajah pengguna, kemudian diterjemahkan kedalam bahasa pemrograman
C#. Hasil penelitian ini dapat mendeteksi dan mengidentifikasi gerakan kanan, kiri, tengah dan atas beserta derajatnya.
Kata kunci : KINECT, Deteksi Wajah, WPF, C#

1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi saat ini berkembang dengan pesat, dimana teknologi tersebut dibuat agar memudahkan manusia
melakukan aktivitasnya. Oleh sebab itu banyak para ilmuwan berusaha agar menemukan inovasi maupun ide pemikiran
untuk membuat perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) yang dapat memperingan pekerjaan
manusia. Microsoft yang merupakan salah satu perusahaan innovator telah merilis alat bernama Kinect .
Awalnya Kinect ditujukan sebagai support device untuk perangkat permainan Xbox 360. Namun pada tanggal 1 Februari
2012, Microsoft merilis Kinect versi Windows[1]. Setelah sebelumnya Microsoft merilis terlebih dahulu non-comercial
Software Development Kit (SDK) untuk Kinect pada tanggal 16 Juni 2011[2].
Dengan memanfaatkan salah satu teknologi Microsoft ini, maka dimulailah penelitian yang memfokuskan kepada deteksi
wajah dengan menggunakan Kinect. Agar dapat mengetahui dan mengidentifikasi gerakan kepala baik kanan, kiri, tengah
dan atas beserta derajatnya.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Microsoft Kinect
Kinect adalah sensing input device untuk konsol game Xbox360 (diterbitkan November 2010) dan untuk Windows
(diterbitkan Februari 2012). Dengan menggunakan webcam yang dimiliki oleh kinect, user tidak perlu lagi memegang /
menggunakan game controller untuk bermain Xbox360[3]
2.2 Microsoft Visual C#
Microsoft Visual C# adalah salah satu bahasa pemrograman terkuat milik Microsoft. C# komponen terpenting didalam
arsitektur Microsoft .NET framework, dan sebagian orang sering membandingkan bahasa C tersebut didalam UNIX
development.[4]
2.3 AAM (Active Apperance Model)
Active Apperance Model (AAM) adalah sebuah algoritma untuk mengepaskan model generatif bentuk dan tampilan
objek untuk gambar input. AAM memungkinkan untuk mendapat data secara akurat, waktu-nyata dalam melacak wajah
manusia secara 2 dimensi dan diperpanjang menjadi 3 dimensi dengan membatasi secara pas linear 3D morphable
model.[5]

3. Metodologi Penelitian
Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian ini maka perlu dibuat urutan metode yang menjadi kerangka acuan dalam
pelaksanaan penelitian. Kerangka ini berisi tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dari
penelitian ini.

28

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian

3.1 Mulai
Pertama tama dengan diawali dengan berdoa, penulis mempersiapkan laptop dengan spesifikasi prosesor Intel Core I3,
memori RAM 4GB, kapasitas Harddisk 500 GB, dan VGA 2GB untuk melakukan penelitian ini.
3.2 Studi Literatur
Setelah mempersiapkan perangkat komputer yang dibutuhkan, penulis melakukan studi literatur untuk mempelajari ilmu
materi yang berkaitan dan mendukung penelitian. Ilmu yang dipelajari antara lain mengenai system dari Kinect,
mempelajari bahasa C# WPF, dan mengenal tentang program visual studio 2010.
3.3 Uji Deteksi Wajah
Dengan berbekal materi yang diperoleh sebelumnya, maka saatnya untuk mengetahui apakah perangkat Kinect ini dapat
mendeteksi wajah yang tertangkap. Dalam kinect terdapat modul titik wajah yang menggunakan metode Active
Apperance Mode (AAM) sehingga memungkinkan wajah yang tertangkap dapat diambil dan diolah datanya.
3.4 Inisiasi Titik Wajah
Hasil deteksi wajah yang berhasil ditangkap Kinect kemudian diolah agar diketahui titik - titik wajah yang akan
dideteksi. Titik tersebut antara lain terletak di dahi, sisi wajah sebelah kanan dan kiri, dagu, serta titik tengah hidung.
3.5 Pengenalan Gerakan Kepala dan Derajatnya
Setelah titik wajah sudah diinisiasikan maka pada tahap selanjutnya adalah pendefinisian kapan gerakan kepala disebut
ke kanan, ke kiri, tengah maupun ke atas.
Semua pendefinisian baik derajat dan jenis gerakan dibantu dengan pembanding antar titik yang telah diinisiasikan
sebelumnya.
Rumusan derajatnya dapat digambarkan sebagai berikut.
1
Dimana adalah besar derajat, dan adalah derajat sekarang dan derajat maksimal.
3.6 Selesai
Penelitian selesai dilakukan tanpa melupakan saran dan kritik kedepan, agar penelitian ini mengalami pengembangan.

29

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Deskripsi Umum Perangkat Lunak
Modul Hasil Gerakan berinteraksi dengan modul lain dalam pendeteksi gerakan kepala dan derajat secara real time.
Seperti blok diagram pada Gambar 4.1.
Modul Hasil Gerakan dapat menampilkan keterangan gerakan kepala beserta derajatnya. Proses memberi keterangan
hasil dibagi menjadi empat kategori Hasil Gerakan, yaitu Kanan, Kiri, Tengah, dan Atas.

Gambar 4.1. Blok Diagram Pendeteksi Gerakan Kepala dan Derajat secara waktu-nyata
Sedang untuk proses mengetahui derajat arah pergerakan kepala berdasarkan asumsi untuk total derajat gerakan kepala
kekanan kekiri 180 derajat.
4.2 Arsitektur Perangkat Lunak
Dalam penelitian ini, modul yang akan digunakan adalah modul untuk menampilkan hasil gerakan kepala dari hasil
inisiasi point wajah terhadap pemain menggunakan sensor Microsoft Kinect.
Untuk arsitektur sistem dari perangkat lunak dapat di ilustrasikan pada Gambar 4.2. Dalam modul pendeteksi gerakan
kepala dan derajat waktu-nyata ini terdapat tiga aktor, yaitu pengguna, modul pembaca gerakan secara waktu-nyata, dan
modul inisiasi point wajah. Dimana masing masing memiliki fungsionalitas yang berbeda.

Gambar 4.2. Arsitektur sistem Modul Hasil Gerakan


4.3 Implementasi Uji Deteksi Wajah
Proses mengenali wajah dengan Kinect dimulai pada saat pengguna memulai program dan wajah pengguna berhasil
dibaca. Program akan memanggil modul facetracking milik microsoft Kinect kemudian diolah, dan hasilnya ditampilkan
dengan menandai Setelah berhasil dibaca, maka wajah pengguna akan ditandai dengan kotak transparan. Seperti yang
digambarkan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Deteksi Wajah (a) Pengguna satu orang; (b) Pengguna lebih dari satu

30

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

4.4 Implementasi Inisiasi Titik Wajah


Dalam penginisiasian wajah, akan ada perubahan yang mana awal pendeteksian adalah berbentuk kotak menjadi titik
titik yang terdapat di titik tertentu wajah. Seperti pada Gambar 4.4, titik tersebut diatur agar mengunci titik tertentu wajah
untuk didapatkan data pergerakan pengguna yang kedepannya akan diproses lebih lanjut.

Gambar 4.4. Titik Wajah


4.5 Implementasi Pengenalan Gerakan Kepala dan Derajatnya
Dalam pengenalan gerakan kepala dan derajatnya ini, program mulai membandingkan data yang diperoleh dari titik
titik tertentu yang terdapat di wajah. Hasil pembandingan tadi maka akan dipilah berdasar jenis arah gerakan kepala.

Gambar 4.5. Jenis Gerakan Kepala dan Derajat,(a) Kiri 72 derajat; (b) Kanan 71 derajat; (c) Tengah ~ Atas 6 derajat; (d)
Kanan 8 derajat ~ Atas 13 derajat
Jenis arah gerakan kepala antara lain, kanan, kiri, tengah dan atas, seperti yang terdapat pada Gambar 4.5. Sedang untuk
memperoleh derajat pergerakan, maka untuk derajat gerakan kanan kekiri diasumsikan maksimal sebesar 180 derajat dan
untuk derajat arah keatas diasumsikan maksimal 90 derajat

5. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan semua tahapan, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Modul Hasil Gerak telah berhasil menampilkan jenis arah gerakan beserta derajatnya.

31

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

2.
3.
4.

Modul Hasil Gerak telah berhasil melakukan kalibrasi terhadap titik wajah pengguna, hal ini ditujukan agar
gerakan kepala yang dilakukan pengguna bisa teridentifikasi dengan modul inisiasi wajah
Modul Hasil Gerak telah berhasil melakukan fungsi utama, yaitu mencocokkan gerakan kepala serta
mengklasifikasikan menjadi 4, yaitu kanan, kiri, tengah, atas.
Modul Hasil Gerak telah berhasil melakukan integrasi dengan Modul Inisiasi poin wajah dan Modul pembaca
gerakan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Microsoft. Kinect for Windows. n.d http://www.microsft.com/en-us/kinectforwindows/ (diakses November 2014)
[2] Microsoft Research. Februari 2011. http://research.microsoft.com/en-us/news/features/kinectforwindowssdk022111.aspx (diakses November 2014)
[3] Jarett Webb, James Ashley. Beginning Kinect Programming with the Microsoft Kinect SDK. Apress, 2012.
[4] John Sharp.Microsoft Visual C# 2008 Step by Step.Microsoft Press.2008
[5] Smolyanskiy Nikolai, Huitema Christian, Liang Lin, Anderson Sean Eron.Image and Vision Computing 32.20

32

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

RANCANG BANGUN DESAIN MOTIF BATIK MENGGUNAKAN METODE


ALGORITMA GENETIKA
Sugito Muzaqi1, Cahyo Darujati2, Bimo Gumelar3
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Narotama
Sugito.muzaqi@narotama.ac.id

1,2,3

ABSTRAK

Batik adalah sebuah seni tekstil yang sangat terkenal di Indonesia. Bahkan, hampir setiap daerah di Indonesia memiliki
desain batik masing-masing. Akan tetapi, Batik yang berkualitas bagus memiliki harga yang mahal dan diproduksi dalam
jumlah yang terbatas. Sehingga, muncul sebuah ketertarikan apakah motif Batik dapat diproduksi lewat teknologi komputer.
Salah satu teknologi tersebut berusaha menjawab tantangan tersebut adalah Evolutionary Art System (EAS). Metode ini
merupakan gabungan antara Evolutionary Computation (EC) dan juga teroritis yang digunakan dalam membuat desain
sebuah Batik. Namun, EAS masih terdapat kelemahan yaitu, metode ini masih belum dapat mengatasi redundasi fitur lowlevel citra. Padalah, ketika terjadi pemetaan fenotip dan genotip yang kurang tepat dapat mengakibatkan terjadinya proses
pengenalan tidak dapat berjalan sama sekali. Oleh karena itu, pada penelitian ini pengolahan motif batik dengan metode
Genetic Algorithm (GA). GA yang sebelumnya bersifat manual sekarang dapat dibuktikan dengan menggunakan alat
teknologi diantaranya Evolutionary Art System, Evolutionary Computation, Genetic Algorthm. Ketiga komponen dipadukan
dalam bentuk gen yang dipengaruhi oleh kromosom sehingga memunculkan motif batik.

KEY WORDS: Motif Batik, Evolutionary Art System, Evolutionary Computation, Genetic Algorithm.

1. Pendahuluan
Batik tidak hanya sebuah rancangan pakaian untuk dipakai oleh manusia, akan tetapi Batik juga dipakai dalam perabotan dan
juga peralatan rumah tangga. Batik juga digunakan oleh seniman untuk menciptakan sebuah lukisan yang mampu
mempercantik ruangan dan juga kantor. Namun, sebuah rancangan tangan Batik yang berkualitas sangatlah mahal dan juga
hanya diproduksi dalam jumlah terbatas. Hal ini menjadi sumber ketertarikan untuk dapat menciptakan sebuah motif Batik
secara terkomputerisasi [1]. Salah satu metode yang memiliki tujuan yang sama adalah Evolutionary Art System (EAS). EAS
telah mendapatkan hasil yang cukup menggembirakan bagi sebagian orang. Metode tersebut menggabungkan konsep
Evolutionary Computing (EC) dan juga konsep perancangan yang mengevolusikan citra untuk menciptakan sebuah karya
seni yang baik. Pada beberapa karya nyata, EAS digunakan untuk membuat sebuah karya seni yang dapat mengakomodasi
keinginan seniman tersebut. Akan tetapi, EAS tidak mampu untuk membuat sebuah rancangan Batik karena 2
keterbatasannya. Pertama, EAS memiliki keterkaitan yang rendah pada genotipe dan fenotipe-nya. Hal ini sering kali
menghambat terciptanya sebuah motif baru. Kedua, desain yang dihasilkan EAS terbatas dan tertentu saja berdasarkan model
yang dikehendaki saja [2]. Oleh karena itu, penelitian ini mengusulkan pemecahan permasalahan tersebut dengan
menggunakan Genetic Algorithm (GA) [3]. GA terbukti mampu mengatasi keterkaitan genotip dan fenotip yang rendah.
Sehingga, dengan menggunakan GA diharapkan mampu membuat desain Batik yang lebih beragam. Permasalahan yang
dikemukakan untuk dipecahkan dalam penelitian ini adalah Bagaimana mengatasi keterkaitan genotip dan fenotip yang
rendah, Bagaimana membuat sebuah desain batik yang lebih beragam?. Penelitian ini berfokus pada Desain motif Batik yang
lebih variatif dari EAS. Luaran penelitan ini adalah citra batik dalam format BMP dengan dimensi maksimum 300 x 300
piksel. Untuk menguji kehandalan, metode EAS sebagai pembanding. Tujuan dari penelitian ini adalah menciptakan sebuah
metode Desain motif Batik dengan menggunakan Genetic Algorithm. Manfaat dari penelitian adalah dihasilkan metode
Desain motif Batik yang lebih variatif.

33

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Desain Batik
Kata Batik berasal dari bahasa Jawa yang berasal dari amba (menulis) dan titik (titik) yang berarti menuliskan titiktitik pada kain. Kata batik pada dasarnya mengarah pada dua pengertian. Pengertian pertama adalah cara pemberian warna
kain dengan memanfaatkan malam. Cara ini disebut sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah hasil yang didapat
dari teknik tersebut. Hasil tersebut termasuk pengaplikasian motif-motif khusus yang memiliki ciri khas. Secara umum, Batik
Indonesia adalah keseluruhan cara, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang berkaitan dengan batik itu sendiri.
Contoh batik yang berasal dari Surakarta ditunjukkan pada Gambar 1. Tradisi membuat batik pada awalnya merupakan
tradisi yang diturunkan secara turun menurun. Sehingga pada motif tertentu menandakan asal dari batik rumpun tertentu.
Beberapa motif batik bahkan dapat menunjukkan status sosial seseorang. Bahkan hingga kini, beberapa motif batik
tradisional hanya dapat dijumpai pada keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta (Budaya).
Teknik membuat batik adalah proses proses pekerjaan dari tahap persiapan kain sampai menjadi kain batik. Pekerjaan
persiapan meliputi segala pekerjaan pada kain mori hingga siap dibuat batik seperti nggirah/ngetel (mencuci),
nganji(menganji), ngemplong(seterika, kalendering. Sedangkan proses membuat batik meliputi pekerjaan pembuatan batik
yang sebenarnya terdiri dari pelekatan lilin batik pada kain untuk membuat motif, pewarnaan batik (celup, colet,
lukis/painting, printing), yang terakhir adalah penghilangan lilin dari kain . [4].
Motif batik dapat dibuat dengan cara secara tulis tangan dengan canting tulis (batik tulis), menggunakan cap dari tembaga
disebut batik cap, dengan jalan dibuat motif pada mesin printing (batik printing), dengan cara dibordir disebut batik bordir,
serta dibuat dengan kombinasi kombinasi cara cara yang telah disebutkan. Kain batik adalah kain yang motifnya bercorak
batik yang dibuat/digambar dengan cara pelekatan lilin (malam). Sedangkan kain bermotif batik adalah kain yang
bermotif/bercorak batik tetapi motifnya tidak digambar melalui pelekatan lilin batik, biasanya dengan mesin printing tekstil.
Teknologi pembuatan batik di Indonesia pada prinsipnya berdasarkan (Resist Dyes Technique (Teknik celup rintang) dimana
pembuatannya semula dikerjakan dengan cara ikat- celup motif yang sangat sederhana, kemudian menggunakan zat perintang
warna. Pada mulanya sebagai zat perintang digunakan bubur ketan, kemudian diketemukan zat perintang dari malam(lilin)
dan digunakan sampai sekarang.
Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan [4]. Motif batik terdiri dari dua bagian, yaitu
ornamen motif batik dan isen motif batik. Definisi batik [5] adalah suatu cara membuat desain pada kain dengan cara
menutup. bagian-bagian tertentu dari kain dengan malam. Batik pada awalnya merupakan lukisan atau gambar pada mori
yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting. Dalam perkembangan selanjutnya dipergunakan alat alat lain yang
lebih baik untuk mempercepat proses pengerjaaannya misalnya dengan cap. Membatik sendiri adalah suatu pekerjaan yang
mengutamakan ketiga tahapan proses, yaitu pemalaman, pewarnaan dan penghilangan malam. Berapa banyak pemalaman
atau berapa kali penghilangan malam akan menunjukkan betapa kompleks proses yang dilakukan, sehingga akan
menghasilkan lembaran batik yang kaya akan paduan warna. Batik merupakan salah satu bahan busana yang banyak
dikenakan orang Jawa. Seni batik berbeda dengan seni yang lain, dilihat pada kedalaman maknanya. Macam-macam corak
batik memiliki arti sendiri-sendiri dimana terdapat perbedaan batik mana yang boleh dikenakan oleh golongan
raja/bangsawan dan rakyat biasa. Penggunaan batik sangat dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat berbentuk ceremonial, ritual
dan historis kultural, serta hal-hal yang bersifat dan berunsur filosofis. Motif batik adalah kerangka gambar yang
mewujudkan batik secara keseluruhan [4]. Motif batik terdiri dari dua bagian, yaitu ornamen motif batik dan isen motif batik.
2.2. Genetic Algoritma
Algoritma ini ditemukan di Universitas Michigan, Amerika Serikat oleh John Holland (1975) melalui sebuah penelitian dan
dipopulerkan oleh salah satu muridnya, David Goldberg (1989) [6]. Dimana mendefenisikan algoritma genetik ini sebagai
metode algoritma pencarian berdasarkan pada mekanisme seleksi alam dan genetik alam. Algoritma genetik adalah algoritma
yang berusaha menerapkan pemahaman mengenai evolusi alamiah pada tugas-tugas pemecahan-masalah (problem solving).
Pendekatan yang diambil oleh algoritma ini adalah dengan menggabungkan secara acak berbagai pilihan solusi terbaik di
dalam suatu kumpulan untuk mendapatkan generasi solusi terbaik berikutnya yaitu pada suatu kondisi yang memaksimalkan
kecocokannya atau lazim disebut fitness. Generasi ini akan merepresentasikan perbaikan-perbaikan pada populasi awalnya.
Dengan melakukan proses ini secara berulang, algoritma ini diharapkan dapat mensimulasikan proses evolusioner.
Pada akhirnya, akan didapatkan solusi-solusi yang paling tepat bagi permasalahan yang dihadapi. Untuk menggunakan
algoritma genetik, solusi permasalahan direpresentasikan sebagai khromosom. Tiga aspek yang penting untuk penggunaan
algoritma genetik:
1. Defenisi fungsi fitness
2. Defenisi dan implementasi representasi genetik
3. Defenisi dan implementasi operasi genetik

34

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Jika ketiga aspek di atas telah didefinisikan, algoritma genetik akan bekerja dengan baik. Tentu saja, algoritma genetik
bukanlah solusi terbaik untuk memecahkan segala masalah. Sebagai contoh, metode tradisional telah diatur untuk untuk
mencari penyelesaian dari fungsi analitis convex yang berperilaku baik yang variabelnya sedikit. Pada kasus-kasus ini,
metode berbasis kalkulus lebih unggul dari algoritma genetik karena metode ini dengan cepat menemukan solusi minimum
ketika algoritma genetik masih menganalisa bobot dari populasi awal.
Untuk problem-problem ini pengguna harus mengakui fakta dari pengalaman ini dan memakai metode tradisional yang lebih
cepat tersebut. Akan tetapi, banyak persoalan realistis yang berada di luar golongan ini. Selain itu, untuk persoalan yang tidak
terlalu rumit, banyak cara yang lebih cepat dari algoritma genetik. Jumlah besar dari populasi solusi, yang merupakan
keunggulan dari algoritma genetik, juga harus mengakui kekurangannya dalam dalam kecepatan pada sekumpulan komputer
yang dipasang secara seri-fitness function dari tiap solusi harus dievaluasi. Namun, bila tersedia komputerkomputer yang
paralel, tiap prosesor dapat mengevaluasi fungsi yang terpisah pada saat yang bersamaan. Karena itulah, algoritma genetik
sangat cocok untuk perhitungan yang paralel. Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan nilai parameter
dengan meniru cara reproduksi genetik, pembentukan kromosom baru serta seleksi alami seperti yang terjadi pada makhluk
hidup.

3. Metode Penelitian
3.1.Desain Sistem
Dalam algoritma evolusioner representasi kromosom adalah faktor kunci. Representasi ini memiliki pengaruh besar pada
keberhasilan algoritma dan bisa berfokus pada ruang pencarian dan traversal. Pada grafik memiliki dua input, x dan koordinat
y dari piksel dalam gambar, dan tiga output, tiga jalur warna (merah, hijau dan biru) untuk piksel itu. Program diwakili oleh
kromosom yang memetakan setiap koordinat, berdasarkan nilainya, untuk warna tertentu, yang ditentukan oleh nilai-nilai
RGB. Oleh karena itu untuk mengubah fungsi dan konektivitas dari node akan mengubah nilai warna setiap pixel, dan
mengubah gambar, Genotipe disimpan sebagai array bilangan bulat dengan panjang (n * 4) +3 mana n adalah jumlah node.
Tiga bilangan bulat lalu di kromosom adalah ers keluaran titik-untuk saluran warna merah, hijau dan biru.
Simpul pertama dirujuk sebagai node2 sehingga dua input untuk x dan y koordinat dapat diindeks sebagai 0 dan 1. Karena
setiap posisi pixel memiliki persamaan yang sama mendefinisikan pemetaan warna akan ada hubungan antara piksel yang
seharusnya membuat gambar yang menarik. Jumlah node dalam kromosom adalah terkait dengan kompleksitas dari suatu
gambar. Semakin besar jumlah node, maka akan semakin banyak fungsi yang dapat digunakan dalam persamaan yang
mendefinisikan gambar. Hal ini sangat jelas yaitu untuk meningkatkan jumlah node perlu meningkatkan ruang pencarian dan
juga noise dalam ruang pencarian. Node Al- meskipun kromosom yang besar akan mampu menghasilkan gambar yang lebih
rumit dan menarik tetapi pengguna mungkin tidak ingin menghabiskan banyak waktu melihat berkembangnya kromosom.
Maka hal ini menjadi penting untuk dapat mengendalikan proses ini.
Dengan menggunakan representasi warna RGB, memiliki efek yang sama pada gambar (misalnya setiap nilai
menggambarkan kecerahan warna). Dengan HSB (hue, saturation, brightness) setiap saluran memiliki sangat berbeda
mempengaruhi pada gambar akhir. Dengan beralih sekitar pointer gambar yang sangat berbeda diciptakan. Dengan keluaran
RGB yang berbeda dapat bekerja sama untuk menghasilkan gambar yang baik, dengan kata lain keseluruhan lebih besar
daripada jumlah bagian-bagiannya. Dengan pemetaan keluaran HSB bekerja melawan satu sama lain, mereka
menggambarkan karakteristik yang sangat berbeda dari gambar, menghilangkan manfaat dari output fungsional terkait.
3.2. Pemrosesan Motif Batik dengan Menggunakan Genetic Algorithm
Memilih fungsi untuk mengatur pola sangatlah time consuming. Adalah penting bahwa ada fungsi yang cukup untuk dapat
membuat gambar yang kompleks tetapi tidak begitu banyak bahwa ada fungsi yang memiliki efek negatif pada kesesuaian
gambar. Fungsi seperti membuat gambar traversal melalui ruang pencarian yang sangat time consuming. Memilih fungsi sulit
karena untuk menentukan efek apa yang akan diberikan pada gambar. Tes awal menggunakan kromosom dengan
satu simpul atau dua node memberi indikasi pada utilitas fungsi tertentu. Banyak fungsi yang diuji dan dihilangkan dari set
terakhir menyebabkan fungsi itu baik dan tidak berpengaruh nyata atau dibuat terlalu banyak "noise" dalam ruang pencarian.
Psudocode untuk pemilihan set fungsi secara empiris :
0: input1 | input2;
1: parameter & input1;

35

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar. 3.1. Skema genotipe

Gambar 3.2. Genotipe G(i).


2: (input1 / (1.0 + input2 + parameter));
3: (input1 * input2) % 255;
4: (input1 + input2) % 255;
5: if(input1>input2) input1 - input2; else input2 - input1;
6: 255-input1;
7: abs(cos(input1)*255);
8: abs(tan(((input1%45)*)/180.0)*255));
9: abs(tan(input1)*255)%255);
10: sqrt( (input1-parameter)2 + (input2-parameter) 2); (thresholded at 255)
11: input1%(parameter+1)+(255-parameter);
12: (input1 + input2)/2;
13: if (input1>input2) 255*((input2+1)/(input1+1));else 255*((input1+1)/(input2+1));
14: abs(sqrt(input12-parameter2+ input22-parameter2)%255);
Berdasarkan pola Batik yang ada, kami mendapatkan bahwa fitur umum dari desain Batik adalah repetisi dan transformasi
geometris tertentu seperti rotasi, translasi, refleksi, dan dilatasi. Bentuk ini dapat digunakan untuk mengukur redundasi pada
pola Batik. Sehingga, beberapa contoh kecil dari bentuk non-redundan bersama dengan transformasinya dapat menjadi
sebuah genotipe. Representasi yang diambil berdasarkan fitur dan bukan piksel dari pola Batik. Elemen dasar dari fitur Batik
ini meliputi pola segitiga, titik, lingkaran, polygon, bintang, dan bunga. Setiap fitur dibangkitkan berdasarkan fitur
genotipenya dan setiap pola Batik dibuat berdasarkan fitur yang berbeda, seperti genotipe yang terdiri dari gen yang berbeda
seperti pada Gambar 3.1.
3.3. Framework EAS Perancangan Motif Batik
Secara keseluruhan, framework dari sistem yang digagas Ada 2 modul utama dari sistem ini yaitu pembangkit genotipe yang
digunakan untuk membuat pola-pola baru dan sebuah EAS dengan GA Engine untuk pembangkit evolusi. Pembangkit
genotipe mengimplementasikan gen awal ke wadah gen, hal ini menjadi dasar untuk langkah inisialisasi. Model matematis
Batik digunakan untuk menghasilkan fitur tradisional Batik dan berisi pola gen konvensional (dasar). Pengguna dapat
menambahkan gen baru kedalam wadah gen pada proses evolusi dari EAS dengan GA Engine dengan begitu proses
pembangkitan gen dapat berperan dalam proses evolusi.
3.4. Pembangkit Gen dan Populasi
Ukuran populasi sangat penting karena semua gen individu perlu ditampilkan pada layar pada saat yang sama untuk evaluasi
yang merata. Dengan populasi yang besar gambar perlu menyusut dan mungkin kehilangan detail-detail yang penting.
Dengan populasi kecil mungkin tidak ada variasi yang cukup dalam gambar dan pengguna akan perlu untuk menjaga
menghasilkan populasi baru dengan gen parent/orang tua yang sama berulang-ulang. Karena populasi acak relatif tidak
terdeskripsikan, maka program dimulai dengan populasi yang dibangun dari kromosom yang baik yang dihasilkan
sebelumnya. Ini dimuat secara acak dari 'wadah / pool' genotipe yang baik dan menyediakan pengguna dengan koleksi
menarik kromosom untuk memulai evolusi gen, seperti pada Gambar 3.2.
Pada Gambar 3.3. Gen yang sudah didefinisikan, disimpan dalam wadah gen untuk membentuk populasi awal. Metode ini
mengurangi waktu pada proses evolusi dan mengatasi beberapa keterbatasan saat pencarian. Dua metode digunakan untuk
membangkitkan gen baru. Metode pertama, model matematis digunakan untuk membangkitkan gen dengan beberapa

36

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

parameter. Metode kedua, user memasukkan gen baru kedalam wadah gen untuk disertakan dalam proses evolusi. Oleh
karena itu, gen baru bersifat sementara pada wadah gen. Hasilnya, ruang untuk membangkitkan populasi awal menjadi lebih
besar. Pembangkit gen juga membantu perancang untuk memahami apa yang diperlukan dalam sebuah desain yang baik.
Semua fitur yang baik tergambar oleh gen ini digabungkan untuk membentuk desain akhir. Gen yang dihasilkan oleh
pembangkit gen berisi elemen dasar seperti bentuk khusus yang kita temukan hamper disemua pola klasik Batik.
3.5. EAS dengan GA Engine
Metode kami digunakan untuk mengarahkan proses evolusi. Langkah utama pada proses evolusi dideskripsikan seperti pada
langkah berikut.
3.5.1. Inisialisasi
Pembangkit gen menuntun sistem kami untuk membangkitkan lebih banyak gen pada wadah gen. wadah gen adalah sebuah
repositori gen, dimana gen dikombinasikan untuk membentuk genotip awal. Ketika proses inisialisasi berjalan, gen dipilih
secara acak dari wadah gen, biasanya tidak lebih dari 3 gen yang akan digunakan dalam sebuah genotip pada sistem kami.

Gamber 3.3. Arsitektur Sistem

37

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

3.5.2. Seleksi
Tujuan kami pada tahapan ini adalah untuk mengeksplorasi jalur evolusi baru, dan untuk meningkatkan keberagaman
populasi. Ada 2 metode, yaitu migrasi dan mekanisme out-breeding. Migrasi memungkinkan user untuk melakukan
penggabungan populasi awal dengan pola yang sudah tercipta sebelumnya. Out-breeding adalah sebuah pendekatan yang
memungkinkan tercipta populasi baru ketika user tidak menemukan solusi pada proses evolusi. Iterasi yang tercipta akan
dihasilkan dari mekanisme out-breeding.

3.5.3. Operator Genetik


Pada Gambar 3.4. Operator genetic bertujuan untuk menghasilkan sekumpulan individu, menjaga keberagaman, dan
mengevolusikan individu selanjutnya agar sesuai dengan kehendak user. Ada dua model yang digunakan yaitu crossover dan
mutasi.
3.5.4. Fungsi Fitnes
User melakukan evalusi terhadap keluaran dari sistem dan memilih hasil mana yang terbaik untuk digunakan pada generasi
selanjutnya. Proses ini berlangsung sampai user mendapatkan hasil yang diinginkan.

Gambar 3.4. Pola Cross Over.

4.a.

4.b.

4.c.

38

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

4.d.

4.e.

4.f.

4.g.

4.h.

4.i.

Gambar.4(a) Original parent, (b,c,d,e,f,g,h,i) Populasi gen yang bermutasi dengan perbedaan.

5. Hasil Percobaan
Pada hasil percobaan yang ditampilkan dalam Gambar 4.a. sebagai gambar awal dan dipilih sebagai panel yang berkembang,
delapan lainnya adalah bagian dari gambar yang dihasilkan oleh metode awal. Di sini, perbedaan-perbedaan antara populasi
mutasi dan gambar 4.a ditunjukkan pada gambar 4.b,c,d,e,f,g,h,i. Dengan demikian, daftar urutan berbeda dari gambargambar ini adalah: {4c, 4d, 4e, 4f, 4g, 4h, 4i}. Ketidaksamaan filter digunakan untuk memilih 75% dari populasi mutasi.
Dalam hal ini, gambar 4.c, 4.f dan 4.i, dieliminasi oleh filter, sedangkan sisanya enam akan diterapkan ke panel outbreeding.
Kita menemukan secara empiris bahwa sebagian besar populasi yang dihasilkan oleh mekanisme ini tampak lebih rumit dan
menarik daripada yang asli. Mekanisme outbreeding telah sangat efektif dalam mencari pola inovatif melalui
mempertahankan keanekaragaman dalam menjelajahi ruang desain.
Populasi awal secara acak oleh gen yang ditampilkan pada panel berkembang. Dari set yang ditampilkan pengguna memilih
lebih dari satu gambar dengan orang tua. Proses perkawinan gen dan mutasi operasi kemudian diterapkan kepada mereka
untuk menghasilkan satu set pola keturunan. Proses ini diulang beberapa kali untuk "berkembang" sesuai gambar yang
menarik bagi pengguna. Hal ini digunakan untuk menghasilkan gambar final Batik seperti pola yang akan ditampilkan. Dua
panel eksternal, panel migrasi dan panel outbreeding, juga digunakan selama proses evolusi. Pola berkembang dapat
disimpan ke panel migrasi dan kemudian ditarik untuk proses perkawinan dengan pola berkembang lainnya.

39

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

5.a.

5.b.

5.c.

5.d.
Gambar 4.(a)(c). Parents (b) (d). Hasil Cross Over

5. Penutup
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang desain Motif Batik menggunakan Algorithm Genetice yang tadinya
bersifat manual sekarang dapat dibuktikan dengan menggunakan alat teknologi diantaranya Evolutionary Art System,
Evolutionary Computation, Genetic Algorthm. Ketiga komponen itu penulis padukan dalam bentuk gen yang dipengaruhi
oleh kromosom sehingga memunculkan motif batik. Pada penelitian selanjutnya akan ditunjukkan bagaimana cara mendesain
motif batik yang disukai dan mahal harganya sehingga menghasilkan produk yang unggul dibidangnya.

Daftar Pustaka
[1] F. Kerlogue, Batik: Design, Style & History. Thames & Hudson, 2004.
[2] R. Kicinger, T. Arciszewski, and K. De Jong, Evolutionary Computation and Structural Design: A Survey of the
State-of-the-art, Comput. Struct., vol. 83, no. 2324, pp. 19431978, Sep. 2005.
[3] J. A. Walker and J. F. Miller, Improving the Evolvability of Digital Multipliers Using Embedded Cartesian Genetic
Programming and Product Reduction, in Evolvable Systems: From Biology to Hardware, 6th International
Conference, ICES 2005, Proceedings, 2005, vol. 3637, pp. 131142.
[4] S. K. S. Susanto, Seni kerajinan batik Indonesia / oleh S. K. Sewan Susanto. Balai Penelitian Batik dan Kerajinan,
Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian [Jakarta], 1973.
[5] Hamzuri, Batik Klasik: Classical Batik. Djambatan, 1985.
[6] D. E. Goldberg, Genetic Algorithms in Search, Optimization, and Machine Learning, vol. Addison-We. 1989.

40

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

PENGARUH KELELAHAN KERJA DAN METODE PEMBELAJARAN


TERHADAP MOTIVASI KULIAH DENGAN METODE STRUCTURAL
EQUATION MODELING
1,2

Fajar Aminulloh1, Atikha Sidhi Cahyana2


Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
1
fajaraminulloh@gmail.com

ABSTRAK

Universitas X merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di Jawa Timur yang tumbuh dan berkembang cepat. Universitas
X yang merupakan Universitas yang memiliki banyak pilihan jurusan selain itu juga terdapat pilihan kelas yaitu kelas A dan
B. Sebagian mahasiswa yang bekerja terdapat pada Fakultas Teknik, lebih dari 60% mahasiswa mulai dari semester 2 8
pada Fakultas Teknik berstatus bekerja juga, sebagian mahasiswa tersebut sering terjadinya hal-hal yang negatif seperti
keterlambatan, tertidur saat kuliah, atau berada di kantin saat jam kuliah. Akan tetapi selain hal negatif ada pula hal positif,
seperti mahasiswa selalu datang tepat waktu, selalu mengerjakan tugas yang diberikan dosen dan lain sebagainya yang
menunjukkan hal yang positif.
Untuk mengetahui pengaruh kelelahan dan metode pembelajaran terhadap motivasi berprestasi mahasiswa Fakultas Teknik
Universitas X dan memberikan beberapa usulan kepada Fakultas berdasarkan hasil penelitian. Dalam meneliti hubungan
kausal seperti permasalahan di atas menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM).
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel kelelahan berpengaruh positif terhadap motivasi berprestasi dengan nilai T
> 0,5 (hasil: 0,509 > 0,5) dan variabel metode pembelajaran memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi
nilai P < 0,05 (hasil: 0,027 < 0,05) dan nilai Cr > 1,96 (hasil: 2,212 > 1,96) yang telah memenuhi.

KEY WORDS: Mahasiswa, Kelelahan, Metode Pembelajaran, Motivasi Berprestasi, Structural Equation Modeling
(SEM)

1. Pendahuluan
Universitas X merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di Jawa Timur yang tumbuh dan berkembang cepat. Universitas
X yang merupakan Universitas yang memiliki banyak pilihan jurusan selain itu juga terdapat pilihan kelas yaitu kelas A dan
B.
Sejak awal berdirinya Universitas X ini telah memberi fasilitas kepada mahasiswa yang berstatus karyawan/pekerja sebuah
perusahaan yang ingin meneruskan pendidikannya dari SMU/SMK ke perguruan tinggi untuk mendapat gelar Strata-1 (S-1)
dengan adanya kuliah pada jam 16.00 WIB sampai 21.20 WIB, sehingga para mahasiswa tersebut dapat melakukan kedua
kegiatan tersebut.
Sebagian mahasiswa yang bekerja terdapat pada Fakultas Teknik, lebih dari 60% mahasiswa mulai dari semester 2 8 pada
Fakultas Teknik berstatus bekerja juga.
Dalam pengamatan awal, dalam pelaksanaan rutinitas kuliah pada jam 16.00 WIB sampai 21.20 WIB setelah mereka bekerja
sebagian mahasiswa tersebut sering terjadinya hal-hal yang negatif seperti keterlambatan, tertidur saat kuliah, atau berada di
kantin saat jam kuliah. Akan tetapi selain hal negatif ada pula hal positif, seperti mahasiswa selalu datang tepat waktu, selalu
mengerjakan tugas yang diberikan dosen dan lain sebagainya yang menunjukkan hal yang positif.
Dalam pembelajaran kuliah yang selama ini di dapat oleh mahasiswa-mahasiswa tersebut terkadang tidak sesuai dengan
harapan meskipun telah di rancang oleh pihak fakultas dengan sebaik mungkin. Seperti halnya dengan ruangan yang
digunakan, fasilitas yang ada, dosen, maupun jadwal dan jam kuliah.
Motivasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu [1]. Motivasi mahasiswa bekerja untuk meneruskan pendidikannya di
bangku kuliah sangat beragam, ada yang ingin kuliah karena sudah cita-cita dari dulu, sampai karena tuntutan perusahaan
yang ingin karyawannya memiliki pendidikan yang tinggi. Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan apakah kelelahan kerja
dan metode pembelajaran yang dilaksanakan selama kuliah dapat mempengaruhi motivasi para mahasiswa yang bekerja.
Untuk meneliti hal tersebut penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM).

41

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik statistik untuk menguji dan mengestimasi hubungan kausal dengan
mengintegrasikan analisa faktor dan analisis jalur [2]. Tidak seperti analisis multivariate biasa (regresi berganda, analisis
faktor), SEM dapat menguji keduanya secara bersama-sama.
Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi fokus permasalahan adalah bagaimana pengaruh kelelahan dan metode
pembelajaran terhadap motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas X dengan metode SEM.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kelelahan dan metode pembelajaran terhadap motivasi
berprestasi mahasiswa Fakultas Teknik Universitas X serta memberikan beberapa usulan kepada Fakultas berdasarkan hasil
penelitian.
Penelitian ini menggunakan data yang didapat dari kuesioner yang disebarkan kepada para responden, hasil dari kuesioner di
uji validitas dan reliabilitas menggunakan software SPSS 21 setelah itu data diolah menggunakan metode structural equation
modeling (SEM) dengan bantuan software AMOS 21.

2. Isi
Uji kesesuaian pada model keseluruhan ditunjukkan pada gambar 1 yang telah di proses dengan aplikasi AMOS 21.

Gambar 1: Model SEM keseluruhan

Hasil dari uji kesesuaian model pada gambar 1 memberikan keterangan nilai Goodness of fit index (GFI) sebesar 0,886,
Comparative fit index (CFI) sebesar 0,823, dan Normo fit index (NFI) sebesar 0,721 untuk model yang dinyatakan fit harus
salah satu dari parameter memiliki nilai 0,9 jika salah satu telah memenuhi maka model dinyatakan fit atau mendekati 1 [3].
Tapi dalam model ini tidak satu pun nilai yang di atas 0,9 atau mendekati nilai 1 maka model tidak fit dan perlu untuk di
modifikasi.
Modifikasi model dilakukan dikarenakan adanya pada model yang belum fit pada penelitian yang menggunakan SEM. Pada
penelitian pengujian model keseluruhan belum fit karena tidak ada satu pun parameter yang memenuhi nilai dan modifikasi
harus dilakukan sesuai dengan saran dari aplikasi AMOS.
Memodifikasi model bertujuan untuk melihat apakah modifikasi yang dilakukan dapat menurunkan nilai Chi-Square karena
semakin kecil nilai Chi-Square menunjukkan semakin fit model tersebut dengan data yang ada [3].
Untuk memodifikasi model menggunakan rekomendasi yang di hasilkan oleh AMOS 21 terdapat pada output yang bernama
modification indice. Pada output tersebut menunjukkan variabel-variabel yang perlu untuk dimodifikasi agar model menjadi
fit.
Pada hasil modification indice yang ada menunjukkan saran modifikasi dengan menambah panah dua arah atau satu arah, tapi
dari hasil keseluruhan tidak ada yang saran antar error dalam satu variabel, semuanya menunjukkan saran error dengan
variabel yang berbeda, maka di sini peneliti mencoba untuk menghubungkan antar error dalam satu variabel dengan panah
dua arah sampai model memenuhi kriteria fit.
Hasil dari uji kesesuaian model yang telah dimodifikasi pada gambar 2 memberikan keterangan nilai Goodness of fit index
(GFI) sebesar 0,900, Comparative fit index (CFI) sebesar 0,834, dan Normo fit index (NFI) sebesar 0,847 pada untuk model

42

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

yang dinyatakan fit harus salah satu dari parameter memiliki nilai 0,9 atau mendekati 1 [3]. Hasil modifikasi telah menjadi
model yang fit karena dari parameter yang ada GFI telah memenuhi nilai standar.

Gambar 2: Model SEM modifikasi


Setelah semua model dipastikan fit maka langkah selanjutnya adalah menguji kausalitas, yakni menguji apakah antar variabel
sesuai dengan hipotesis.
Tabel 1: Hasil uji hipotesa
Hipotesa

H1

H2

Hubungan

Kelelahan mempengaruhi motivasi


berprestasi

Metode pembelajaran mempengaruhi


motivasi berprestasi

Standar Cr, P, T

Hasil output Cr, P, T

Cr > 1,96

Cr = 1,953

P < 0,05

P = 0,051

T > 0,5

T = 0,509

Cr > 1,96

Cr = 2,212

P < 0,05

P = 0,027

T > 0,5

T = 0,412

Keterangan

Memenuhi

Memenuhi

Sumber : Data primer diolah


Berdasarkan pada tabel 1 yang telah menunjukkan hasil pengaruh antar variabel dapat di simpulkan bahwa :
-Nilai output dari variabel kelelahan terhadap motivasi berprestasi telah memenuhi dari salah satu nilai standar yang berarti
bahwa kelelahan mempengaruhi motivasi berprestasi.
-Nilai output dari variabel metode pembelajaran terhadap motivasi berprestasi telah memenuhi dari salah satu nilai standar
yang berarti bahwa metode pembelajaran mempengaruhi motivasi berprestasi.
Pada hasil pengolahan menggunakan AMOS 21 yang ditunjukkan pada gambar 2 dan tabel 1, uji hipotesa dihasilkan bahwa
kesimpulan akhir adalah signifikan mengacu pada nilai T > 0,5 (hasil : 0,509 > 0,5) dari keseluruhan hasil hanya T yang
memenuhi, yang berarti bahwa kelelahan yang dirasakan oleh para mahasiswa mempengaruhi pada motivasi berprestasi
mereka saat menempuh kuliah.
Pada variabel kelelahan pembentuk terlemah terdapat pada X1.3 (pekerjaan) dengan nilai loading factor 0,452 yang
mengindikasikan bahwa pada variabel kelelahan ini indikator X1.3 (pekerjaan) hanya sedikit mempengaruhi kelelahan pada
responden dan indikator X1.2 (lingkungan) yang memiliki nilai loading factor tertinggi sebesar 0,697 menunjukkan bahwa
indikator tersebut merupakan pembentuk model kelelahan yang mengindikasikan lingkungan paling mempengaruhi
kelelahan pada responden.

43

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Pada hasil pengolahan menggunakan AMOS 21 yang ditunjukkan pada gambar 2 dan tabel 1, uji hipotesa dihasilkan bahwa
kesimpulan akhir adalah signifikan mengacu pada nilai P < 0,05 (hasil : 0,027 < 0,05) dan nilai Cr > 1,96 (hasil : 2,212 >
1,96) yang telah memenuhi, yang berarti bahwa metode pembelajaran yang diterapkan setiap kuliah pada mahasiswa
berpengaruh pada motivasi berprestasi mereka saat menempuh kuliah.
Pada variabel metode pembelajaran pembentuk terlemah terdapat pada X2.1 (penampilan fisik) dengan nilai loading factor
0,512 yang mengindikasikan bahwa pada variabel metode pembelajaran ini indikator X2.1 (penampilan fisik) hanya sedikit
mempengaruhi metode pembelajaran pada responden dan indikator X2.3 (perilaku dalam mengajar) yang memiliki nilai
loading factor tertinggi sebesar 0,821 menunjukkan bahwa indikator tersebut merupakan pembentuk model metode
pembelajaran yang mengindikasikan perilaku dalam mengajar paling mempengaruhi metode pembelajaran pada responden.
Sedangkan pada variabel endogen yakni motivasi berprestasi pembentuk terlemah terdapat pada Y1.3 (bekerja sendiri)
dengan nilai loading factor 0,225 yang mengindikasikan bahwa pada variabel motivasi berprestasi ini bekerja sendiri hanya
sedikit mempengaruhi motivasi berprestasi pada responden dan indikator Y1.2 (ulet) yang memiliki nilai loading factor
tertinggi sebesar 0,724 menunjukkan bahwa indikator tersebut merupakan pembentuk model motivasi berprestasi yang
mengindikasikan keuletan merupakan indikator paling mempengaruhi motivasi berprestasi pada responden.

3. Penutup
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisa yang di jelaskan pada bab 4, maka hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa kelelahan dan metode pembelajaran terhadap motivasi berprestasi mahasiswa Fakultas Teknik
Universitas X yang mengacu pada tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
-Nilai output dari variabel kelelahan dan metode pembelajaran terhadap motivasi berprestasi telah memenuhi dari salah satu
nilai standar yang berarti bahwa kelelahan dan metode pembelajaran mempengaruhi motivasi berprestasi.
-Usulan dari hasil penelitian, salah satunya adalah menggunakan ruang kuliah dengan tata ruang yang lebih nyaman dan
menggunakan kursi kuliah standar nasional. Serta mengusulkan untuk memberikan pengarahan atau memotivasi mahasiswa
dari setiap dosen pada saat memulai kuliah atau saat selesai kuliah.
Penelitian ini hanya menganalisa pengaruh dari kelelahan, metode pembelajaran terhadap motivasi berprestasi hanya pada
mahasiswa yang bekerja di fakultas teknik. Di penelitian selanjutnya di harapkan bisa menambah beberapa variabel lagi serta
bisa keseluruhan mahasiswa yang berkuliah agar dapat menunjang penelitian selanjutnya lebih baik lagi dari penelitian ini.

Daftar Pustaka
[1] Ngatiqoh, Siti. Sriyono, & Ngazizah, Nur, Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan Kreativitas Berpikir Terhadap Prestasi
Belajar Ipa (Fisika) Kelas Viii Smp Negeri Se-Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012, Radiasi, 1, 2012, 2427.
[2] Hartono, J. M, Konsep Dan Aplikasi Struktural Equation Modeling Berbasis Varian Dalam Penelitian Bisnis (Upp Stim
Ykpn, Yogyakarta, 2011).
[3] Santoso, Singgih, Analisis SEM Menggunakan AMOS (PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012).

44

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

IMPELEMTASI MANAJEMEN KEAMANAN SISTEM INFORMASI


DENGAN MODEL VIRTUAL PRIVATE NETWORK & PORT KNOCKING
(Studi Kasus : STIE Perbanas Surabaya)
Hariadi Yutanto1, Moch.Nurhadi2
1,2
STIE Perbanas Surabaya
1
antok@perbanas.ac.id

ABSTRAK
Virtual Private Network (VPN) merupakan sebuah teknologi komunikasi yang memungkinkan adanya koneksi dari dan
ke public network(WAN) seolah-olah menjadi private network dan bahkan bergabung dengan private network itu sendiri.
Dengan mengunakan teknologi ini, maka seseorang dapat mengakses sumber daya jaringan yang berada di dalam private
network, dan mendapatkan hak akses dan pengaturan yang sama bagaikan secara fisik berada di tempat dimana private
network itu berada. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis dan merancang suatu sistem keamanan jaringan yang
dapat dimanfaatkan untuk menghubungan antara jaringan komputer baik di kantor maupun diluar kantor. Metode
analisis dilakukan dengan observasi terhadap jaringan yang terdapat di STIE Perbanas Surabaya serta mengidentifikasi
permasalahan yang dapat dibantu dengan menggunakan teknologi jaringan. Sedangkan, metode perancangan dilakukan
dengan membuat topologi jaringan serta menentukan elemen yang dibutuhkan untuk merancang teknologi VPN dengan
model keamanan portknocking, dimana pengguna yang diijinkan dapat melakukan manipulasi rule firewall dengan
mengirimkan ketukan(knocking) atau informasi kepada firewall sebelum melakukan akses ke jaringan
lokal dengan menggunakan user authenticate VPN. Kemudian memberikan usulan konfigurasi sistem dan melakukan
test untuk mengetahui apakah sistem yang diusulkan dapat berjalan dengan baik atau tidak. Hasilnya adalah VPN dapat
digunakan untuk menghubungkan jaringan dari komputer rumah atau yang terhubung dari public network dengan sumber
daya jaringan di komputer/server STIE Perbanas Surabaya dengan mudah dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi.

KEYWORD: manajemen keamanan sistem informasi, keamanan jaringan, virtual private network (VPN), firewall,
knocking, user authenticate.
1.Pendahuluan
Teknologi informasi dan komunkasi sangat bermanfaat, berdayaguna tinggi dan mendukung semua proses bisnis
khususnya perguruan tinggi. Seiring dengan berkembangnya teknologi jaringan komputer secara luas seperti koneksi
internet, dapat menimbulkan masalah baru, yaitu keamanan jalur koneksi. Permasalahan keamanan merupakan hal yang
paling pentingagar pengguna tetap merasa aman dalam bekerja setiap kali melakukan koneksi dengan jaringan luas[10].
Koneksi internet ataupun koneksi ke jaringan luas seringkali memunculkan masalah baru terkait dengan manajemen
keamanan sistem informasi, yaitu terbukanya jalur koneksi. Hal ini yang sering dimanfaatkan oleh para hacker untuk
mencuri data melalui jaringan. Peran seorang network administrator sangat diperlukan dalam mendesain sebuah jaringan
yang aman dan sekaligus memberikan kemudahan bagi pengguna yang akan melakukan akses jaringan.Jalur komunikasi
dan pertukaran informasi dapat berjalan lancar pada saat port telah dibuka. Namun terkadang dengan terbuka port
tersebut akan membuka celah bagi orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan serangan sebagai celah port
yang terbuka. Didalam konfigurasi firewall pada umumnya akan menutup semua jalur komunikasi port yang rentan
terhadap serangan dan juga port yang tidak penting dapat ditutup. Cara tersebut merupakan sistem pengamanan yang
efektif yang dilakukan oleh seorang network administrator.
Hal ini yang melatarbelakangi mengapa perlunya manajemen keamanan sistem informasi dan juga kemudahan
akses bagi admininistrator jaringan dan para pengguna yang terpercaya untuk dapat terkoneksi dengan jaringan internal
melalui jaringan internet.Ada 2 tahapan yang dilakukan oleh pengguna untuk manajemen keamanan sistem informasi,
yaitu denganmelakukan cara knocking port untuk membuka akses port pada firewall[1] dan dilanjutkan dengan tunnel
menggunakan virtual private network (VPN) ke jaringan local [4]. Al-Bahadili (2010) dalam penelitiannya berusaha
mengembangkan dan mengevaluasi kinerja teknik port knocking,yang dapat mencegah semua jenis serangan hacker dan
sebagai persyaratan keamanan jaringan. dengan menggunakan tiga teknik, yaitu: port-knocking (PK), steganography, dan
otentifikasi dua arah (mutual authentication), yang disebut denganhybrid port-knocking (HPK). HPK digunakan untuk
otentikasi host dengan membuat layanan lokal yang terlihat dari port scanning. Kinerja teknik yang diusulkan dievaluasi
dengan mengukur rata-rata waktu otentikasi, dibandingkan dengan rata-rata waktu untuk otentikasi yang digunakan
teknik otentikasi port.
Prihanto (2013) dalam penelitiannya mengembangkan sistem keamanan port knocking di mikrotik
menggunakan komponen bahasa pemrograman Delphi untuk melakukan port knocking.Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa tools knockingyang dikembangkan dapat men-generate script firewall filter rule dalam bentuk *.rsc
yang outputnya dapat diekspor kedalam mikrotik. Hasil pengujian lain yaitu dengan toolsnmap sebagai monitoring

45

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

menunjukkan setelah knocking berhasil dilakukan maka port 22, 23 dan 80 yang awalnya close menjadi open, sedangkan
pengujian dengan ping testsetelah knocking berhasil dilakukan, maka status ping menjadi Reply yang sebelumnya
Request Time Out.Munanza (2006) dalam penelitiannya virtual private network (VPN) server yang telah dirancang
menggunakan koneksi remote pada perangkat andorid berfungsi dengan baik. Pengujian sistem VPN server untuk
koneksi remote pada perangkat android ini menjamin terjaganya koneksi antara client-sever dari masalah sniffing,
sehingga apabila terjadi sniffing maka IP yang terjadi indikasi tersebut akan terlihat jelas dan indikasi tersebut dapat
dengan mudah dikenali, dan juga menjamin data atau informasi yang ada saat koneksi antar client-server dengan adanya
IP tunelling pada sistem VPN.
STIE Perbanas Surabaya merupakan salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Surabaya yang memiliki
banyak proses dibidang IT yang melibatkan dosen, mahasiswa, pimpinan, prodi, dan karyawan. Kebutuhan untuk
melakukan koneksi antara komputer/server yang berada di kantor dengan komputer di rumah civitas merupakan hal yang
sangat diperlukan, mengingat banyaknya aktifitas yang harus dikerjakan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian
yang mampu memberi solusi atas permasalahan Bagaimana membuat manajemen keamanan sistem informasi dari
akases internetmenujukomputer/server STIE Perbanas Surabaya dengan mudah dan memiliki tingkat keamanan
tinggi.

2.ISI
2.1 Virtual Private Network (VPN)
Virtual private network (VPN) atau saluran komunikasi khusus yang efisien menggunakan jaringan internet.VPN
digunakan bagi yang membutuhkan ruang sendiri di internet (Madjid, 2006).Sebagai contoh suatu komunitas yang
memerlukan keamanan jaringan di internet dapat melakukan pertukatan informasi dalam lingkungannya sendiri.VPN
berjalan pada topologi yang membuat suatu terowongan khusus.Fungsi VPN adalah memberikan koneksi yang aman
antara user yang terhubung melalui internet dengan jaringan internal.Umumnya VPN diimplementasikan oleh
lembaga/perusahaan besar. Biasanya perusahaan semacam ini memiliki kantor cabang yang cukup jauh dari kantor pusat.
Sehingga diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasi keterbatasan LAN.VPN dapat menjadi pilihan yang cukup
tepat.Tentu saja VPN bisa diimplementasikan oleh pengguna rumah atau oleh siapa pun yang membutuhkannya. Secara
garis besar cara kerja VPN adalah sebagai berikut:
a. VPN mendukung banyak protocol jaringan seperti PPTP, L2TP, IPsec dan SOCK, dimana protocol-protocol tersebut
membantu kerja VPN untuk proses authentifikasi.
b. VPN klien dilakukan oleh user terpercaya yang telah diberi akses oleh administrator jaringan.
c. Jaringan VPN juga terenkripsi yang dapat meningkatkan keamanan.

Gambar 1.Koneksi Melalui Virtual Private Network


2.2 Firewall
Firewall adalah sebuah sistem keamanan yang dirancang untuk mencegah akses atau serangan dari dalam maupun ke luar
jaringan. Firewall dapat diimplementasikan dalam hardware dan software, atau kombinasi keduanya. Implementasi
firewall umumnya digunakan untuk mengontrol akses pengguna yang mengakses jaringan pribadi yang terhubung ke
Internet, khususnya intranet. Semua lalu lintas aktivitas yang masuk atau keluar melalui jaringan intranet melewati
firewall akan dikontrol bagi user yang tidak memenuhi kriteria keamanan tertentu secara otomatis akan terblokir [2].
Fungsi firewall sebagai pengontrol, mengawasi arus paket data yang mengalir di jaringan. Fungsi firewall mengatur,
memfilter dan ,mengontrol lalu lintas data yang diizinkan untuk mengakses jaringan private yang di lindungi, beberapa
kriteria yang dilakukan firewall antara lain :
a. Alamat IP dari komputer asal
b. Port TCP/UDP komputer asalke tujuan
c. Alamat IP dari komputer tujuan
d. Port TCP/UDP tujuan data pada komputer tujuan

46

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

e. Informasi header yang disimpan dalam paket data


Secara spesifik fungsi firewall adalah melakukan authentifikasi terhadap akases jaringan,Gambar 2 merupakan gambar
implementasi firewall

Gambar 2. Firewall
Cara kerja firewall pada umumnya dalam melindungi jaringan komputer internal, antara lain :
a. Menolak dan memblokir paket data yang datang berdasarkan sumber dan tujaun yang tidak diinginkan.
b. Menolak dan menyaring paket data yang berasal dari jaringan intenal ke internet. Contoh nya ketika ada pengguna
jaringan internel akan mengakses situs-situs porno.
c. Menolak dan menyaring paket data berdasakan konten yang tidak diinginkan. Misalnya firewall yang terintegrasi
pada suatu antivirus akan menyaring dan mencegah file yang sudah terjangkit virus yang mencoba memasuki jaringan
internal.
d. Melaporkan semua aktivitas jaringan dan kegiatan firewall.
2.3.Manajemen Keamanan Menggunakan Technologi Knocking Port
Knocking port adalah sebuah teknik atau metode membuka port secara eksternal melalui firewall dengan cara melakukan
usaha koneksi pada suatu port yang tertutup dengan urutan upaya koneksi yang telah ditentukan [3]. Dengan kata
lainportknocking adalah sebuah metode untuk membangun sebuah komunikasi host-to-host dengan perangkat komputer
yang tidak membuka port komunikasi apapun secara bebas. Knocking port diimplementasikan dengan mengkonfigurasi
Sebuah program kecil yang disebut daemon guna memonitor log firewall untuk permintaan koneksi dan menentukan
apakah klien terdaftar pada alamat IP yang disetujui dan telah melakukan urutan ketukan yang benar. Jika jawabannya
adalah ya, firewallakan membuka port yang terkait secara dinamis. Tujuan utama dari knocking port adalah mencegah
penyerang dari pemindai sistem seperti remote akses SSH dengan melakukan port scanning [5]. Jika penyerang
mengirimkan urutan ketukan yang salah, port yang dilindungi tidak akan muncul atau terbuka seperti pada Gambar3
berikut.

Gambar3.Knocking Port
2.4 Basis Data
Database adalah suatu kumpulan atau susunan data operasional lengkap dari suatu organisasi yang diorganisir atau
dikelola dan disimpan secara terintegritasi dengan menggunakan metode tertentu menggunakan komputer sehingga
mampu menyediakan informasi yang optimal yang diperlukan pemakainya. Sedangkan sistem basis data adalah suatu
sistem penyusunan dan mengelola record-record menggunakan komputer untuk menyimpan atau merekam serta
memelihara data operasional lengkap sebuah organisasi atau perusahaan sehingga mampu menyediakan informasi yang
optimal yang diperlukan pemakai untuk proses pengambilan keputusan.Menurut Marlinda (2004)pengertian Basis Data
adalah: Kumpulan file yang mempunyai kaitan antara satu file dengan file lain sehingga membentuk satu bangunan data
untuk menginformasikan suatu perusahaan instansi, dalam batasan tertentu. Kesimpulan di atas adalah basis data
merupakan suatu kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan dalam sebuah
komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.

47

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

2.5 Bahasa Pemrograman PHP


PHP merupakan salah satu bahasa scripting yang terpasang pada HTML.Sebagian besar sintaks mirip dengan bahasa C,
Java dan Perl, ditambah beberapa fungsi PHP yang spesifik.Tujuan utama bahasa ini adalah untuk memungkinkan
perancang web menulis halaman web dinamik dengan cepat.PHP ditulis dan diperkenalkan pertama kali sekitar tahun
1994 oleh Rasmus Lerdorf melalui situsnya untuk mengetahui siapa saja yang telah mengakses ringkasan onlinenya.PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server PHP merupakan
bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server. Hasilnya akan dikirimkan ke client, tempat
pemakai menggunakan browser. PHP dikenal sebagai sebuah bahasa scripting, yang menyatu dengan tag-tag HTML,
dieksekusi di server, dan digunakan untuk membuat halaman web yang dinamis seperti halnya Active Server Pages
(ASP) atau Java Server Pages (JSP). PHP merupakan sebuah software open source. Secara khusus, PHP dirancang untuk
membentuk web dinamis. Artinya, ia dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini. Pada prinsipnya,
PHP mempunyai fungsi yang sama dengan skrip-skrip seperti ASP (Active Server Page), Cold Fusion, maupun Perl.
2.6. Overview Sistem
Tahapan yang dilakukan oleh pengguna sivitas STIE Perbanas yang akan melakukan koneksi akses ke jaringan lokal
STIE Perbanas Surabaya, yaitu diawali dengan melakukan login akses melalui internet melalui browser internet explorer.
Setelah login berhasil dilanjutkan dengan melakukan login VPN client.Jika sukses maka Laptop/PC pengguna sivitas
dapat terkoneksi ke dalam jaringan lokal STIE Perbanas Surabaya.

Gambar 4. Overview Model

2.7. Tahapan Implementasi


Tahapan rancanganmodel keamanan VPN dan portknocking ini dibagi menjadi 4 tahap besar, yaitu sebagai berikut :
1. Proses setting Firewall di mikrotik.
2. Proses pembuatan knockingport client di windows.
3. Proses pembuatan VPN clientdi windows.
4. Proses pembuatan database user dan sistem aplikasi VPN &knocking berbasis web.
Keempat tahapan perancangan model keamanan digambarkan pada flowcart gambar 5. Tahap pertama adalah
proses melakukan konfigurasi pada firewall di mikrotik untuk melakukan blok akses input dari internet dan menentukan
protocol dan port yang akan digunakan sebagai kunci dari user membuka akses firewall melalui port knocking berikut
adalah konfigurasi firewall di mikrotik

48

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 5.Tahapan Perancangan Model Keamanan

Tahap kedua adalah membuat script berbasis DOS dengan menggunakan aplikasi knockingclient.Setiap user
yang akan terkoneksi ke jaringan VPN harus menjalankan script tersebut untuk membuka portfirewall di mikrotik yang
telah di setting pada tahap pertama.

Gambar 6.FirewallMikrotik

Gambar 7.KnockingPort Client


Tahap ketiga adalah pembuatan aplikasi vpn clientberbasis windows melalui Connection Manager
Administration Kit, user yang telah berhasil melakukan port knockingakan login pada aplikasi vpn client di STIE
Perbanas Surabaya.

Gambar 8.VPN Client

49

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Tahap keempat adalah melakukan desain sistem aplikasi berbasis web sebagai portal login untuk akses knocking
port client dan vpn secara bersamaan dan otomatis untuk melakukan login pada vpn clientmenggunakan bahasa
pemrograman PHP dan database mysql.
2.8 Alur ProsesKoneksi VPN

Dari penelitian yang dilakukan terhadap implementasi keamanan sistem informasi berbasis VPN dan knocking, ada
beberapa point penting yang perlu di perhatikan, diantaranya sebagai berikut :
a. Kemudahan (user friendly)
Bagi dosen dan karyawan yang akan melakukan koneksi VPN ke STIE Perbanas Surabaya dapat
melakukan akses via web di alamat https://vpn.perbanas.ac.id
Jaringan VPN dapat menjadi sarana akses sumber daya jaringan lokal yang tidak bergantung pada kondisi
lokasi akses.
b. Keamanan (Security)

50

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Data yang ditransmisikan melalui jalur koneksi VPN akan dienkripsi sehingga tranfer data lebih aman
Tingkat keamanan data untuk setiap user dosen dan karyawan yang terkoneksi terjamin dan lebih efektif,
dengan menggunakan dua kali autentifikasi.
c.

Kenyamanan (Simplify)
User tidak perlu melakukan knockingport pada firewall dan setting VPN clientdi windows, setiap user
secara otomatis ketika sukses login pada web portal dan VPN client.

3. Penutup
Kesimpulan dan saran untuk pengembangan dari penilitian ini adalah
a. Sistem aplikasi keamanan manajemen informasi berbasis web yang dibuat hanya dapat berjalan di sistem operasi
windows dan menggunakan browser internet explorer. Untuk pengembangan kedepan dapat dilakukan
pengembangan lebih luas lagi untuk semua sistem operasi selain windows dan browser internet explorer.
b. User login pada portal https://vpn.perbanas.ac.id dengan VPN Client belum terintegrasi.
c. Port knocking pada firewallmikrotik masih bersifat statis untuk semua user.

4. Daftar Pustaka
[1] Al-Bahadili, H., Hadi, A.H. 2010. Network Scurity Using Hybsrid Port Knocking.International Journal of Computer
Science and Network Security. Vol. 10 No. 8, August 2010.
http://paper.ijcsns.org/07_book/201008/20100802.pdfdiakses tanggal 7 Maret 2015
[2] Dwiyono, A. 2008. Pengenalan Firewall dan IP Tables pada Jaringan Komputer. Skripsi. Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya
[3] Estep, T.M. 2009. Port knocking and Other Uses of Recent Match.http://www.shorewall.net/PortKnocking.html ,
diakses tanggal 10 Maret 2015
[4] Harrison, J. 2003. VPN Technologies A Compariosn. Data Connetion Ltd. Enfield, UK.
ftp://193.226.5.150/pub/users/dadarlat/retele_master/mpls-vpn/MPLS_VPN/vpntechwp.pdf. diakses tanggal2 Maret
2015
[5] Haryanto, E. 2013. Meningkatkan Keamanan Port Ssh Dengan Metode Port Knocking Menggunakan Shorewall
Pada Sistem Operasi Linux. Skripsi. Amikom Yogyakarta
[6] Madjid, N. 2006. Perbandingan SSL (Secure SocketLayer) dan IPSec (Internet Protocol Security) pada VPN (Virtual
Private Network).Skripsi. Teknik Informatika. ITB . Bandung
[7] Marlinda, L. 2004. Sistem Basis Data.Yogyakarta: Andi Offset
[8] Munanza, D. 2012. Perancangan Virtual Private Network (VPN) Server Untuk Koneksi Remote Pada Perangkat
Android.http://news.palcomtech.com/wp-content/uploads/2014/09/Jurnal_Dian_Dicky_Nicco_PerancanganVirtualPrivateNetwork.pdf. diakses tanggal 10 Maret 2015
[9] Prihanto, A. 2013. Implementasi Port Knocking Di mikrotik dengan menggunakan komponen Delphi TCP
Client.Prosiding Seminar Teknik Elektro Dan Pendidikan Teknik Elektro (STE 2013). Universitas Negeri Surabaya
[10] Setiawan, D. 2006. Sistem Keamanan Komputer. Elex Media Komputindo. Jakarta

51

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

ANALISAPERBANDINGAN PENGELASAN MENGGUNAKAN ELEKTRODA


BESI COR (CIA-1) DENGAN ELEKTRODA MILD STEEL(LB-52) YANG
DICELUP OLI TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BESI COR
KELABU FC-30
Mulyadi1, Syarief Hidayatullah2
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
1
mymulyadi640@gmail.com

ABSTRAK
Besi cor kelabu merupakan salah satu material yang banyak digunakan dalam dunia konstruksi logam. Kadar karbon yang
tinggi (lebih dari 2%) menyebabkan logam ini sulit untuk dilas. Diperlukannya perlakuan khusus untuk mendapatkan hasil
lasan yang baik. Dalam teknik pengelasan seperti ini umumnya elektroda las yang digunakan tipe CIA(Cast Iron Alloys)
berbasis nickel(Ni). Akan tetapi harganya yang mahal membuat sebagian operator las di pinggir jalan berinovasi dalam
memperoleh hasil las yang baik dengan harga yang murah yaitu dengan menggunakan elektroda las LB yang dicelup
oli.Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui perbandingan hasil pengelasan antara menggunakan elektroda las CIA dan LB
yang dicelup dengan oli terhadap kekuatan tarik hasil las dan mengetahui ada tidaknya pengaruh pencelupan oli dengan
tanpa oli yang digunakan pada elektroda las LB dari hasil pengujian tarik material besi cor kelabu.Hasil penelitian
menunjukkan kekuatan tarik paling tinggi terjadi pada pengelasan menggunakan elektroda las CIA yaitu sebesar 523,1031
MPa dan LB yang dicelup dengan oli juga memiliki kekuatan tarik yang hampir sama yaitu sebesar 521,6889 MPa.
Sedangkan yang paling rendah adalah pengelasan menggunakan elektroda las LB yang tanpa dicelup oli, dimana hampir
sama dengan material dasarnya yaitu sebesar 403,8022 MPa. Hasil pengujian tarik ini menunjukkan bahwa pencelupan oli
pada elektroda las LB mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan kekuatan tarik material besi cor kelabu FC-30.
KEY WORDS
Besi cor kelabu FC-30, Elektroda las dan Kekuatan Tarik

1. Pendahuluan
Mengingat pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dalam dunia industri, karena memegang peranan utama dalam
rekayasa dan reparasi produksi logam. Maka dibutuhkan riset dan karya ilmiah yang berorientasi kepada terwujudnya
peningkatan mutu sambungan las, sehingga didapat efisiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan
penghematan energi sebaik mungkin.Dalam penelitian ini pengelasan menggunakan las busur listrik manual dimana benda
kerja adalah material besi cor kelabu. Besi cor kelabu banyak digunakan pada bagian-bagian mesin mobil seperti roda daya,
blok silinder, tromol rem dan lain-lain, maupun dalam pemasangan pipa yang membutuhkan sambungan yang kuat dalam
penyambungan tiap bagiannya.
Dalam teknik pengelasan seperti ini umumnya elektroda las yang digunakan tipe CIA(Cast Iron Alloys) berbasis nickel(Ni).
Dalam penelitian sebelumnya yaitu pengelasan SMAW besi cor kelabu FC 25 dengan menggunakan elektroda las ENiFeCI/
(CIA-2) didapat hasil berdasarkan pengamatan secara visual tidak ditemui retak las maupun lubang halus/ porosity[7].Nickel
dijadikan sebagai bagian dari bahan elektroda las cast iron karena nickel mempunyai karakteristik low solubility (sulit larut)
pada carbon. Dengan menyatunya nickel & besi dapat menghindari terjadinya crack (retak) pada daerah fusion line (garis
cair) akibat adanya perbedaan expansion temperature (perluasan temperatur) pengelasan pada material cast iron. Selain itu
logam las ini mempunyai karakteristik yang lentur dan mudah untuk dimachining[15].Akan tetapi harganya yang mahal
membuat sebagian operator las di pinggir jalan berinovasi dalam memperoleh hasil las yang baik dengan harga yang murah.
Salah satunya dengan bereksperimen menggunakan jenis elektroda lain yang umumnya digunakan untuk material mild steel
(baja ringan) seperti elektroda las tipe LB-52 AWS E7016. Hanya saja dilakukan perbedaan perlakuan dimana sebelum
proses pengelasan terjadi pencelupan oli pada elektroda las LB ini.
Berdasarkan spesifikasinya pada selaput elektroda las LB-52 memiliki kandungan kalium-hydrogen rendah. Elektroda
dengan kandungan hydrogen rendah sangat baik digunakan pada baja yang mengandung karbon kurang dari 1,5%. Tetapi
dapat juga dipakai pada pengelasan besi cor dengan hasil yang baik [5].Sedangkan oli memiliki kekentalan tertentu dimana
dalam suhu tinggi (1500C) mampu mendinginkan daerah terkena panas HAZ (Heat Affected Zone) sehingga diperoleh
sambungan material yang lebih kuat akibat adanya perubahan siklus thermal yang merubah struktur mikronya.
Untuk dapat mengetahui perbandingan hasil pengelasan dari penggunaan elektroda las tipe CIA dan LB yang dicelup oli
terhadap kekuatan sambungan las dari material besi cor kelabu maka perlu pengujian terhadap benda uji hasil pengelasan.

52

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Hal-hal di atas yang melatar belakangi penelitian untuk dapat mengetahui perbandingan antara material besi cor yang dilas
menggunakan elektroda las CIA dengan elektroda las LB yang dicelup oli terhadap kekuatan tariknya. Selain itu untuk
mengetahui adanya pengaruh pencelupan oli dengan tanpa oli yang dilakukan pada elektroda las LB dari hasil pengujian.

2. Isi
2.1 Kajian Teori
Besi cor kelabu adalah besi cor yang kandungan karbonnya bervariasi antara 2,5% - 4% sementara kandungan silikon antara
1% - 3%, berat jenis 7,25 gr/cm3, titik cair 1150 1250 oC, Mempunyai temperatur cor 1350 oC, Penyusutan yang mungkin
terjadi sebesar 0,6 1,3 % [4]. Sebagian besar grafit yang terbentuk pada besi cor jenis ini adalah serpihan (flakes), yang
sekitarnya dilingkupi matrik ferit atau perlit. Secara umum bentuk mikro struktur besi cor kelabu tidak selalu sama, hal ini
dipengaruhi oleh komposisi atau pengaruh dari perlakuan panas.Besi cor kelabu terbentuk dari paduan besi dan karbon
dengan laju pendinginan medium (dengan matrik berupa perlit) dan pendinginan lambat (dengan matrik berupa ferit).
Tabel 1. Komposisi Kimia Besi Cor Kelabu
P%

UNS

SAE grade

C%

Mn %

Si %

S%

F10004
F10005
F10006
F10007

G1800
G2500
G3000
G3500

3.4 3.7
3.2 3.5
3.1 3.4
3.0 3.3

0.5 0.8
0.6 0.9
0.6 0.9
0.6 0.9

2.8 2.3
2.4 2.2
2.3 1.9
2.2 1.8

0.15
0.12
0.10
0.08

0.15
0.15
0.15
0.15

F10008

G4000

3.0 3.3

0.7 1.0

2.1 1.8

0.07

0.15

Sumber: ASM volume 1, 2005


Tabel 2.Sifat Mekanis Besi Cor Kelabu
Uji Tarik

ASTM
A 48 class
20
25
30
35
40
50
60

MPa
152
179
214
252
293
362
431

Ksi
22
26
31
36.5
42.5
52.5
62.5

Tegangan Geser
MPa
179
220
276
334
393
503
610

Ksi
20
25
30
35
40
50
60

Uji
Kekerasan
MPa
152
179
214
252
293
362
431

Sumber: ASM volume 1, 2005


Ditinjau dari sifat mekanisnya, besi cor kelabu mempunyai kekuatan tegangan yang rendah dibanding jenis besi cor yang
lain. Hal ini karena bentuk mikro strukturnya berupa grafit yang meruncing diujungnya sehingga dapat menyebabkan
konsentrasi tegangan pada daerah tersebut. . Keberadaan grafit dengan bentuk seperti itu menyebabkan besi cor kelabu sulit
dilas, karena pada saat logam las membeku (yang diiringi dengan penyusutan, maka lazimnya akan muncul retak di kiri
kanan logam las).
Tabel 3.Karakteristik Elektroda Nikel Untuk Mengelas Besi Cor
Kelas Elektroda
E
Nikel

E
Alloy

Analisa kimia (%)


Nikel
Besi
Karbon
92,9

3,16

1,24

53,4

43,6

1,83

Diameter Elektroda mm
2,5
3,2
4
5
2,5
3,2
4
5

Kuat arus amper


AC
DC
50 70
40-70
90 110
80-100
120-140
100-130
130-160
120-150
50 90
40-80
90 120
80 - 110
120-150
100-140
130-170
120-160

Sumber: [5]
Elektroda yang dipakai untuk mengelas besi cor dibuat dari beberapa jenis logam yang berlainan, antara lain:
1. Elektroda nikel.
Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi cor, bila hasil las masih dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat
dipakai dalam segala posisi pengelasan, rigi-rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada besi cor adalah rata dan halus bila
dipakai pada pesawat las DC kutub terbalik.Karakteristik elektroda nikel untuk mengelas besi cor dengan berbagai komposisi
kimia didalam elektroda dapat dilihat pada Tabel 3. diatas:

53

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

2. Elektroda baja.
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan menghasilkan deposit las yang kuat sehingga tidak dapat
dikerjakan dengan mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi
tuang dengan elektroda baja dapat dipakai pesawat las AC atau DC kutub terbalik.
3. Elektroda perunggu.
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga panjang las dapat ditambah. Elektroda inti dari
elektroda dibuat dari perunggu fosfor dan diberi selaput yang menghasilkan busur stabil.
4. Elektroda dengan Hydrogen rendah.
Elektroda jenis ini pada dasarnya dipakai untuk baja yang mengandung karbon kurang dari 1,5%. Tetapi dapat juga dipakai
pada pengelasan besi tuang dengan hasil yang baik [5].
Berikut adalah Tabel 4. dimana menunjukkan kuat arus yang digunakan pada elektroda las hydrogen rendah:
Tabel 4.Kuat Arus Yang Digunakan Pada Kawat Las Hydrogen Rendah
Klasifikasi AWS
E7015

E7016

Diameter Elektroda
(mm)
2,6
3,25
4
5
2,6
3,25
4
5

Kuat Arus Amper


55 95
80 150
110 170
170 230
85 140
90 160
110 180
170 240

Sumber: [6]
Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari material besi cor kelabu FC-30 sebagai material uji
dalam penelitian ini. Hasil pengujian tarik pada umumnya adalah parameter kekuatan tarik (ultimate strength) maupun luluh
(yield strength). Keuletan bahan yang ditunjukkan dengan persentase perpanjangan dan kontraksi/ reduksi penampang
(reduction of area).

Gambar 1. Kurva Tegangan-Regangan


Gambar 1. merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen uji tarik dimana perbandingan tegangan () dan regangan
() selalu tetap. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurvaSS (SS curve).
Menurut hukum Hooke hubungan antara tegangan dan regangan dapat dirumuskan sebagai berikut:
..........(1)
Dimana:
E = Modulus Elastisitas (N/mm2)atau (MPa)
=Tegangan Tarik(N/mm2)atau (MPa)
= Regangan (%)
Sedangkan untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan luluh biasanya
didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen sebesar 0.2%, regangan ini disebut offset-strain
seperti pada Gambar 2. dibawah ini:

54

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 2.Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Sifat-sifat material yang diperoleh dari pengujian tarik dapat dirumuskan sebagai berikut [14] :.
...(2)
Dimana:
u = Tegangan tarik (N/mm2) atau (MPa)
Fu = Gaya tarik maksimum (N)
Ao = Luas penampang awal spesimen (mm2)
Regangan (persentase pertambahan panjang) yang diperoleh dengan membagi perpanjangan panjang ukur (L) dengan
panjang ukuran awal spesimen:

100%

100%...(3)

Dimana:
= Regangan (%)
L= Panjang akhir setelah patah (mm)
Lo= Panjang awal spesimen (mm)
Pembebanan tarik dilakukan terus-menerus dengan menambahkan beban sehingga akan mengakibatkan perubahan bentuk
pada benda berupa pertambahan panjang dan pengecilan luas permukaan dan mengakibatkan patahnya benda uji. Persentase
pengecilan yang terjadi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

100%
100%.............................................................................(4)

Dimana:
Ra = Reduksi Penampang (%)
Ao = Luas penampang awal spesimen (mm2)
A1 = Luas penampang akhir setelah patah (mm2)
Pada saat pengujian tarik sebelum patah benda akan mengalami tegangan elastis untuk mencapai titik luluh suatu benda
hingga patah. Tegangan elastis dapat dirumuskan sebagai berikut:
...(5)
Dimana:
y = Tegangan elastis (N/ mm2) atau (MPa)
Fe = Gaya batas elastis (N)
Ao = Luas penampang awal spesimen (mm2)
2.2 Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen perbandingan, yaitu suatu cara untuk
membandingkan antara dua indikator yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang terbaik.Spesimen yang digunakan dalam
penelitian adalah plat besi cor kelabu FC- 30 (grade 3000). Benda uji yang yang dibutuhkan ada 12 spesimen meliputi 3
spesimen untuk uji material dasar (base metal), 3 spesimen untuk pengelasan dengan elektroda besi cor, 3 spesimen untuk
pengelasan dengan elektroda las mild steel tanpa dicelup oli, serta 3 spesimen untuk pengelasan dengan elektroda las mild
steel yang dicelup oli yang keseluruhan spesimen diuji menggunakan pengujian tarik.

55

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian


Berikut ini komposisi kimia dan Sifat-sifat mekanik material yang diperlihatkan pada Tabel 5 dan Tabel 6, sedangkan bentuk
dan ukuran spesimen diperlihatkan pada Gambar 4.
Tabel 5. Komposisi kimia dari besi cor kelabu FC-30
Material

SAE grade

FC-30

G3000

C%
3.1 3.4

Komposisi Kimia
Mn %
Si %
0.6 0.9
2.3 1.9

Carbon Equivalent (CE)


P%
0.10

S%
0.15

Sumber: [2]
Tabel 6. Sifat Mekanis Besi Cor Kelabu FC-30
Sifat Mekanis Besi Cor Kelabu FC-30
Batas Kekerasan
200-230 HBN
30.000 psi
Kekuatan Tarik (min)
21 kgf/mm2
2000 lb
Kekuatan terhadap beban (min)
910 kg
0,17 inch
Defleksi (min)
4,3 mm

Sumber: [3]

56

3,9-4,06

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Keterangan:
R= Jari-jari
Lo=Panjang bahan uji yang dibebani
Lt= Panjang mula dari batang uji yang dibebani
W= Lebar batang uji
B=Lebar batang uji yang dibebani
T= Tebal plat
Ao= Luas Penampang
=WxT
Gambar 4. Bentuk Dan ukuran Spesimen Standar ASTM E8-1996
Proses pengelasan yang digunakan yaitu sambungan butt joint dengan kampuh V dilas dua sisi. Dimensi ukuran beserta
urutan pengelasan ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 5.Bentuk Kampuh V dan Urutan Pengelasan


Pengelasan yang dilakukan dalam pengujian ini dengan variasi dua buah elektroda las yaitu elektroda las besi cor (CIA-1
AWS E Ni-Cl) dan elektroda las mild steel (LB-52 AWS E7016) yang dicelup dengan oli (SAE 20W-50). Diameter
elektroda yang digunakan 3,2 mm dengan arus yang diabaikan karena disesuaikan dengan masing-masing spesifikasi
elektroda las untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Tabel 7. Komposisi Kimia Elektroda Las CIA-1
Nama Produk
CIA-1

C%
0,97

Si%
0,22

Mn%
0,62

P%
0,003

S%
0,002

Ni%
Seimbang

Fe%
1,84

Tabel 8. Sifat MekanisElektroda Las CIA-1


Nama Produk
CIA-1

Uji Tarik N/mm2 (kgf/ mm2)


480 (49)

Perpanjangan %
-

Sumber: Katalog Kobelco Thailand Kobe Welding Co Ltd, 2011


Sedangkan komposisi pada elektroda las mild steel LB-52 dimana menurut AWS( American Welding Society) dinyatakan
sebagai E 7016 yaitu elektroda yang memiliki selaput elektroda berupa Kalium-Hydrogen rendah. Elektroda dengan
kandungan hydrogen rendah sangat baik digunakan pada baja yang mengandung karbon kurang dari 1,5%. Tetapi dapat juga
dipakai pada pengelasan besi tuang dengan hasil yang baik [5].Sedangkan kandungan oli SAE 20W-50 memiliki kekentalan
tertentu pada suhu tinggi (1500C) berfungsi mendinginkan daerah terkena panas HAZ (Heat Affected Zone) sehingga
diperoleh sambungan material yang lebih kuat.
2.3 Analisa Data Dan Pembahasan
Dari hasil pengujian tarik didapatkan grafik tegangan dan regangan. Kemudian dari data tersebut dapat dibuat rata-rata dari
setiap perlakuan pengelasan dengan variasi penggunaan elektroda las yang dapat ditampilkan pada gambar di bawah ini:

57

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 6. Grafik Uji Tarik Rata-Rata Variasi Elektroda Las


Dengan data yang diperoleh melalui pengujian tarik, maka untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik perlu ditinjau dari
beberapa sifat-sifat tarikan lainnya terhadap material dalam menentukan elektroda las yang layak untuk digunakan. Oleh
sebab itu setiap data yang didapat kemudian dihitung dengan persamaan yang ada dan dibandingkan nilai rata-rata dari
masing-masing perbedaan perlakuan, sehingga didapatkan hasil perbandingan kekuatan tarik pada setiap variasi penggunaan
elektroda las yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 9.Perbandingan Kekuatan Tarik Pada Setiap Variasi Penggunaan Elektroda Las
No
1
2
3
4
5
6
7

Sifat Tarikannya
Teg. Tarik,u (MPa)
Regangan, (%)
Teg. Elastis, y (MPa)
Reg. Elastis, c (%)
Modulus Elastisitas, E (GPa)
Gaya Tarik Max, Fu (kN)
Reduksi Penampang, Ra (%)

Base Metal
401.3147
0.0119
80.263
0.00238
33.192
19.2631
2.4375

Variasi Elektroda Las


CIA
LB
523.1031
403.8022
0.0136
0.0252
104.6203
80.775
0.00272
0.00504
40.52
16.537
25.1089
19.3825
5.73
9.19

LB Dicelup Oli
521.6889
0.0105
104.33
0.0021
43.998
25.0411
2.1667

Jika dibuat dalam diagram batang dari masing-masing sifat tarikannya dapat ditampilkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 7. Diagram Perbandingan Tegangan Tarik Ultimate Rata-rata Variasi Elektroda Las

Gambar 8. Diagram Perbandingan Regangan () Rata-rata Variasi Elektroda Las

58

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 9. Diagram Perbandingan Tegangan Elastis (y) Rata-rata Variasi Elektroda Las

Gambar 10. Diagram Perbandingan Regangan Elastis (c) Rata-rata Variasi Elektroda Las

Gambar 11. Diagram Perbandingan Modulus Elastisitas (E) Rata-rata Variasi Elektroda Las

Gambar 12. Diagram Perbandingan Gaya Tarik Maksimum (Fu) Rata-rata Variasi Elektroda Las

59

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 13. Diagram Perbandingan Reduksi Penampang (Ra) Rata-rata Variasi Elektroda Las
Secara keseluruhan berdasarkan pengujian yang dilakukan, seluruh jenis elektroda las yang digunakan memenuhi syarat
pengelasan untuk material besi cor kelabu ditunjukan dengan hasil uji tarik berada diatas material dasarnya/ base metal ,
walaupun elektroda las CIA menunjukkan hasil yang paling baik.Pada spesimen uji yang dilas dengan elektroda las CIA
menunjukkan tegangan tarik rata-rata sebesar 523,1031 MPa. Sedangkan untuk elektroda las LB yang dicelup dengan oli
menunjukkkan hasil yang baik pula walaupun tidak sebaik elektroda las CIA. Hal ini ditunjukkan pada tegangan tarik ratarata yang hampir sama dengan elektroda las CIA yaitu sebesar 521,6889 MPa. Sedangkan yang paling rendah ditunjukkan
oleh pengelasan menggunakan elektroda las LB dimana tegangan rata-rata yang hampir sama dengan material dasarnya yaitu
sebesar 403,8022 MPa.
Regangan tertinggi ditunjukkan pada elektroda las LB yaitu sebesar 0,0252%. Sedangkan untuk regangan yang paling rendah
ditunjukkan pada spesimen uji yang dilas menggunakan elektroda las LB yang dicelup oli yaitu sebesar 0,0105%. Hal ini
disebabkan oli memiliki kekentalan tertentu pada suhu tinggi yang berfungsi sebagai pendinginan cepat daerah terkena panas
HAZ (Heat Affected Zone). Karena perubahan suhu thermal itulah menyebabkan berubahnya struktur mikro material
sehingga spesimen menjadi keras dimana ditunjukkan dengan modulus elastisitasnya yang tinggi yaitu sebesar 43,998 GPa,
akan tetapi regangan dan reduksi penampang yang rendah. Dari hasil pengujian tarik ini menunjukkan bahwa pencelupan oli
pada elektroda las LB mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan kekuatan tarik material besi cor kelabu FC-30
dan hampir sama dengan pengelasan menggunakan elektroda las CIA, walaupun berpengaruh pula terhadap regangan dan
reduksi penampang yang lebih rendah dari material dasarnya. Karena reduksi penampangnya jauh di bawah material dasarnya
menandakan bahwa keuletannya kurang baik.

3. Penutup
Berdasarkan rumusan masalah serta hasil dan analisa penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengujian tarik menunjukkan bahwa kekuatan tarik pada material dasar/ base metal adalah sebesar 401,3147
MPa. Kekuatan tarik paling tinggi terjadi pada pengelasan menggunakan elektroda las CIA yaitu sebesar 523,1031 MPa
dan elektroda las LB yang dicelup dengan oli juga memiliki kekuatan tarik yang hampir sama yaitu sebesar 521,6889
MPa. Sedangkan yang paling rendah adalah pengelasan menggunakan elektroda LB yang tanpa dicelup oli dimana hampir
sama dengan material dasarnya yaitu sebesar 403,8022 MPa.
2. Dari hasil pengujian tarik ini menunjukkan bahwa pencelupan oli pada elektroda las LB mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perubahan kekuatan tarik material besi cor kelabu FC-30 dan hampir sama dengan pengelasan menggunakan
elektroda CIA, walaupun berpengaruh pula terhadap regangan dan reduksi penampang yang lebih rendah dari material
dasarnya. Karena reduksi penampangnya jauh dibawah material dasarnya menandakan bahwa keuletannya kurang baik.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam melakukan eksperimen pengelasan pada besi cor dengan menambahkan
variasi pengujian seperti pencelupan jenis oli yang berbeda, kecepatan pengelasan, posisi pengelasan dan sudut kampuh
las.

Daftar Pustaka
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]

Achmad, Zainun, (1999), Elemen Mesin I, Bandung : P.T Refika Aditama.


ASM Handbook,Volume 1., (2005) Properties and Selection.
ASTM A 159 83, (2001), Standard Specification for Automotive Gray Iron Castings.
Callister, William D, (2006) Materials Science and Engineering, John Willey &Sons, Inc. USA.
Didikh, Suryana dan Djaedar, Sidabutar, (1978), Petunjuk Praktek Las Listrik 1, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
[6] Katalog Kobelco Thailand Kobe Welding Co Ltd, (2011)

60

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

[7] Khusnul Yaqin, Muhammad dkk, (2011), Pengaruh Preheat Dan Postheat Terhadap Lebar Haz, Strukturmikro, Dan
Distribusi Kekerasan Pada Proses Pengelasan Smaw Besi Cor Kelabu Fc 25, Jurnal Teknik Material Dan Metalurgi,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
[8] Laboratorium Politeknik Manufaktur Ceper (2011)
[9] Marwanto,Arif, (2007), Materi Pelatihan Lifeskill Remaja Remaja Putus Sekolah Desa Purwobinangun Pakem Shield
metal arc welding (SMAW), Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta.
[10] Subarmono dkk, (2007), Pengaruh Paska Pengelasan Terhadap Sifat Mekanis besi Cor Kelabu, Jurnal Mesin dan
Industri, Vol. 4 Nomor 1, ISSN 1693-704X, Hal. 89-95.
[11] Sunaryo, Heri, (2008), Teknik Pengelasan Kapal; Jilid2, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta.
[12] Surdia, Tata, dkk, (1992), Pengetahuan Bahan Teknik, Edisi Cet. Ke-8, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
[13] Widharto, Sri, (2003), Petunjuk Kerja Las, Edisi Cet. Ke-5, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
[14] Wiryosumarto, Harsono dan Okumura, Toshie, (2000), Teknologi Pengelasan Logam, Edisi Cet. Ke-8, PT Pradnya
Paramita, Jakarta.
[15] Www.cepiar.wordpress.com//apakah-besi-tuang-cast-iron-itu, diakses 23 Oktober 2011.
[16] Www.infometrik.com, diakses 22 Desember 2011.

61

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

ANALISA PENJADWALAN JOB SHOP PADA MESIN


PELUBANGAN TEMPAT ACESSORIES PINTU ALMARI
UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN DENGAN METODE
EARLIEST DUE DATE DI PT.XHT
1,2

Abdul Rofik1, Tedjo Sukmono2


Program Studi Teknik Industri,Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
1
abdulrofik980@gmail.com

ABSTRAK
Peningkatan persaingan dunia usaha mengharuskan sebuah perusahaan harus terus bisa menjamin dalam
pemenuhan terhadap order. PT. XHT adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang industri futniture
dengan sistem produksi job shop. Pada mesin pelubangan tempat Acessories ada 9 mesin dengan jumlah produk
sebanyak 8 Tipe item. Permasalahan yang terjadi pada mesin ini sering terjadi keterlambatan memenuhi order
customer dikarenakan belum ada takt time setiap kali pengorderan maupun waktu baku. Sistem penjadwalan
yang digunakan adalah random dengan tidak memperhatikan due date tiap order. Berdasarkan permasalahan
tersebut perusahaan menginginkan adanya perbaikan, tujuannya untuk meminimalisir keterlambatan dengan
menggunakan metode penjadwalan usulan earlist due date. Hal pertama yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah menghitung takt time dan waktu baku. takt time digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu kerja
setiap picis untuk pemenuhan order sedangkan waktu baku digunakan sebagai waktu standart yang dipakai oleh
mesin dan dilakukan proses itegrasi keduanya. Hasil dari analisa yang dilakukan, mendapatkan nilai takt time
dan waktu baku yang sudah terintegrasi. Selanjutnya dilakukan analisa penjadwalan random menghasilkan
makespan sebesar 6734 menit dengan waktu keterlambatan 2414 menit, dengan penjadwalan earliest due date
menghasilkan makespan sebesar 6575 menit dengan waktu keterlambatan 0 (tidak ada keterlambatan).
Kata kunci: Job Shop, Waktu Baku, Takt Time, Makespan, Earliest Due Date
ABSTRACT
Increased competition requires that a company's business should continue to guarantee the fulfillment of the
order. PT. XHT is a manufacturing company engaged in industrial futniture with job shop production system. On
the machine where Acessories existing perforations 9 machine with a number of products as much as 8 Types of
items. The problems that occur on these machines often delay fulfilling customer orders because there is no takt
time whenever ordering or standard time. Scheduling system used is random with no regard to the due date of
each order. Based on these problems the company wants an improvement, in order to minimize delays by using
the scheduling method earlist proposal due date. The first thing to do in this study is to calculate takt time and
standard time. takt time is used to determine how long it took to work every picis for order fulfillment while
standard time is used as the standard time used by the machine and do the process itegrasi both. Results of the
analysis carried out, to get the value of takt time and standard time is already integrated. Further analysis
generates random scheduling makespan of 6734 minutes with a time delay of 2414 minutes, with the earliest due
date scheduling generate makespan of 6575 minutes with a time delay of 0 (no delay).
Keywords: Job Shop , Standard Time , Takt Time , makespan , Earliest Due Date

1. PENDAHULUAN
Persaingan dunia usaha maupun industri pada dewasa ini sangat kompetitif, khususnya industri
manufaktur. Selain daya saing yang harus dipertahankan dan ditingkatkan, tapi juga permintaan terhadap produk
yang semakin tidak dapat diramalkan dengan pasti. PT. XHT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
Industry Manufacture Furniture. Produk yangdiproduksi adalah semua komponen Interior rumah dan
Appartement
Untuk memenuhi order dari pelanggan dengan variansi yang banyak PT. XHT memiliki mesin yang
bersifat universal atau bersifat umum, proses produksi pada PT. XHT termasuk dalam jenis job shop.Pernah
diungkapan bahwa jenis proses manufaktur job shop adalah pesanan mempunyai spesifikasi khusus, sehingga
sumberdaya yang dimiliki terfokus pada kemampuan yang bersifat umum [1]. Produk yang menjadi obyek ada 8
tipe item yaitu S-OB, G-OB, HIR, W-OR, H-OR, W-15,S-OL dan G-OK, dikerjakan pada mesin pelubangan
acessories berjumlah 9 mesin.

62

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Penjadwalan yang selama ini diterapkan pada mesin ini adalah pembagian jadwal secara tidak beraturan
randomdengan tidak mempertimbangkan pemrioritaskan due date, serta belum adatakt ime dan waktu baku
dalam setiap item dan work station, sehingga sering terjadi keterlambatan jatuh tempo penyelesaian produk.
Akibat yang ditimbulkan adalah kerugian waktu, tambahan jumlah tenaga kerja, over time, keterlambatan export
dan lain-lain.
Upaya yang akan dilakukan adalah menganalisa sistem penjadwalan yang ada, yang diawali dengan
menghitung takt time danwaktu baku sebagai acuan standart, menganalisa sistem penjadwalan yang berjalan
saat ini yaitu menggunakan metode random dan kemudian untuk mengoptimalkan penjadwalan, menggunakan
earliest due date (EDD).Tujuannya penelitian ini adalah untuk meminimalkan makespan dan menghilangkan
keterlambatan yang ada dengan menggunakan metode earliest due date (EDD).

2. ISI
2.1. TINJAUAN PUSTAKA
Penjadwalan
penjadwalan adalah pengalokasian sumber daya dari waktu kewaktu untuk menunjang pelaksanaan dan
penyelesaian suatu aktivitas pengerjaan[2]. Pengalokasian sumberdaya disini adalah merencanakan kebutuhan
semua sumber daya yang ada yaitu, orang, material, mesin, metode, money untuk melakukan suatu sistem
produksi. Selain itu ada beberapa pengertian penjadwalan antara lain adalah pengaturan urutan kerja
pengalokasian sumberdaya baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan[3].
Fungsi penjadwalan antara lain, (1) Mengefisienkan penggunaan sumber daya. Jika penjadwalan
produksi kurang baik maka tingkat penggunaan kapasitas mesin dan masukan akan kurang efisien. (2)
Mengefektifkan penggunaan sumber daya [2]. Penjadwalan yang baik menyebabkan penyediaan sumber daya,
termasuk kapasitas produksi yang sesuai dengan kebutuhan pengolahan. Selain itu tujuan penjadwalan juga ada
beberapa tujuan dari penjadwalan [4] antara lain:
1. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses
dapat berkurang dan produktifitas dapat meningkat.
2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam
antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas lain. Teori Baker mengatakan bahwa jika
aliran kerja suatu jadwal konstan maka antrian yang mengurangi rata-rata waktu alir akan mengurangi ratarata persediaan barang setengah jadi.
3. Mengurangi beberapa keterlambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu, untuk meminimalkan
penalty cost (biaya keterlambatan).
4. Membantu pengambilan keputusan perencanaan kapasitas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan
sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan.
Untuk menggambarkan sebuah sarana kerja secara keseluruhan bisa menggunakan Peta Kerja Proses atau
biasa disebut Operation Process Chart (OPC). Operation Process Chart (OPC) adalah peta kerja yang mencoba
menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut elemen-elemen operasi secara detail.
Pada Operation Process Chart (OPC) secara garis besar ada 2 macam yaitu: 1). Material Process Chart. 2).
Man-Process Chart [5].
Takt Time
Penggunaan takt time dalam sebuah work station bahwa takt time digunakan sebagai tolak ukur untuk
menyatakan berapa satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk pada proses[6].
Ada beberapa keuntungan dalam menggunakan takt time adalah:
a)
Membantu anda mencapai flow produksi yang terus-menerus.
b)
Mengeliminasi waste dari overproduction dengan memproduksi permintaan customer yang nyata.
c)
Mendorong pengembangan instruksi kerja standar, mempromosikan kualitas, dan efisiensi.
d)
Memudahkan Anda untuk mengatur target real-time untuk produksi yang memberikan informasi pada
operator mengenai lokasi dan waktu dari output pekerjaan mereka.
e)
Memudahkan penetapan scenario what-if untuk permintaan customer berbasis pelayanan fleksibel.
Rumus Takt Time adalah sebagai berikut.

Waktu Baku

63

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Waktu Siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi sejak bahan baku mulai diproses ditempat kerja
yang bersangkutan [7].

Waktu Normal adalah waktu dimana semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualitas baik
akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan atau tempo kerja yang normal serta tanpa interupsi
kerja[5].
Waktu Baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik [8]
Rumus Waktu Baku adalah

Istilah-istilah Pada Penjadwalan


Secara garis besar aturan prioritas mempunyai beberapa karakteristik[2] yaitu:
1. Beberapa (n) pekerjaan yang dikerjakan pada satu mesin (n-jobs on one machine)
2. Beberapa (n) pekerjaan yang dikerjakan pada dua atau lebih mesin yang digunakan (n-job on two or more
nachines)
3. Beberapa (n) pekerjaan yang dikerjakan pada (n) mesin (n-jobs on n-machines).
Dalam hal penjadwalan ada prosedur yang biasa dipakai saat melakukan proses penjadwalan yaitu
menggunakan beberapa aturan prioritas perintah pengerjaan atau sering disebut dengan Priority Dispaching
Rule. Dalam prosedur penjadwalan juga ada aturan pengurutan (Sequencing).
Ada beberapa penentuan urutan prioritas pengerjaan pemesanan[9], yaitu sebagai berikut:
1. Random (R)
Setiap pekerjaan yang akan dikerjakan diurutkan secara random (dimana setiap job mempunyai
kemungkinan yang sama untuk dipilih)
2. Most Work Remaining (MWR)
Prioritas pengerjaan diberikan pada operasi dengan sisa waktu proses terlama.
3. Least Working Remaining (LWR)
Prioritas pengerjaan diberikan pada operasi dengan sisa waktu proses terpendek.
4. Most Operation Remaining (MOR)
Prioritas pengerjaan diberikan pada operasi dengan Sucessor terbanyak.
5. Fewest Operation (FO)
Prioritas pengerjaan diberikan pada produk dengan sisa operasi paling sedikit.
6.
Shortest Processing Time (SPT)
Prioritas pengerjaan diberikan pada operasi dengan waktu proses terpendek.
7. First Come First Serves (FCFS) Prioritas pengerjaan diberikan pada operasi yang masuk distasiun ke-t
lebih dulu.
8. Earliest Duedate (EDD) Prioritas pengerjaan diberikan pada produk dengan batas waktu penyelesaian
terpendek.
Beberapa kriteria performansi atau keberhasilan dalam program Job Shop dengan menggunakan
softwareWin Qsb[10] adalah sebagai berikut:
1. C Max
: Makespan total waktu pengerjaan
2. MC
: Weighted Mean Completion Time (bobot rata-rata waktu penyelesaian) MC = (Siwi
Ci)/(Siwi).
3. WMax
: Maximum Waiting Time (Waktu Menunggu Maksimum) WMax = maxi Wi.
4. MW
: Weighted Mean Waiting Time (bobot rata-rata waktu menunggu) MW = (Siwi Wi)/(Siwi).
5. Fmax
: Maximum Flow Time (waktu aliran maximum) Fmax = maxi Fi.
6. MF
: Weight Mean Flow Time (bobot rata-rata waktu alir) MF = (Siwi Fi)/(Siwi).
7. Lmax
: Maximum Lateness (keterlambatan maksimum) Lmax = maxi Li.
8. ML
: Weight Mean Lateness (bobot rata-rata keterlambatan) ML = (Siwi Li)/(Siwi).
9. Emax
: Maximum Earliness Emax = Maxi Ei.
10. ME
: Weighted Mean Earliness ME = (Siwi Ei)/(Siwi).
11. Tmax
: Maximum Tardiness Tmax = maxi Ti.
12. MT
: Weight Mean Tardiness MT = (Siwi Ti)/(Siwi).
13. NT
: Number Of Tardy Jobs NT = {i Ci > di}.

64

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

14. WIP
: Mean Work in Process (Rata-rata kerj dalam proses) WIP = Average Of Nt Over Cmax.
15. MU
: Mean Machine Utilization (rata-rata utilitas mesin).
Metode Penjadwalan
Metode penjadwalan random mempunyai aturan sembarang. Pengejaaan produk tidak terdapat urutan
pengaturan atau bisa diambil dan dikerjakan terlebih dahulu secara acak. Sedangkan untuk metode earliest
duedate (EDD) dipakai untuk mengurutkan pekerjaan dengan memprioritaskan pada waktu jatuh tempo tercepat
Untuk menghitung kedua metode tersebut dapat dilakukan menggunakan Software WIN Qsb.
2.2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan diawali dengan penghitungan jumlah order dan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan order tersebut sebagai dasar perhitungan penentuan takt time. Selanjutnya penghitungan populasi
mesin dan item sebagai dasar penentuan jumlah sampling yang akan diambil proses sampling kerja sebagai
dasar penentuan waktu baku. Setelah data jumlah kebutuhan sampling diketahui, proses selanjutnya adalah
melakukan sampling kerja langsung menggunakan pengukuran kerja langsung, setelah data didapat kemudian
dilakukan pengujian.
Ada beberapa Pengujian data yang dilakukan antara lain (1) Uji kecukupan data. (3) Uji keseragaman data,
apakah data yang diambil berada di dalam batas kendali (BKA) atau (BKB).
Selanjutnya dilakukan perhitungan Takt Time, Waktu Siklus, Waktu Normal, Waktu Baku. Terakhir yang
dilakukan adalah melakukan penjadwalan Random dan Earliest Due Date (EDD).
2.3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Mesin dan Tipe Item
Dari hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa
pada obyek penelitian ini ada 9
mesin/Workstation serta ada 8 Tipe Item produk. Adapun Adapun hasil setelah dilakukan perhitungan data-data,
selanjutnya adalah melakukan penjadwalan pada PT.XHT. menggunakan metode Earliest Due Date.
Tabel . Urutan Penjadwalan Dengan Metode Random dan Earliest Due Date
Metode Random
No

Machine

Job

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

O-11A
O-11A
O-11A
O-11A
O-11A
O-11A
O-11B
O-11B
O-11B
O-11B
O-11B
O-11B
O-11B
O-11B
O-11C
O-11C
O-11C
O-11C
O-11C
O-11C
O-11D
O-11D
O-11D
O-11D
O-11D
O-11E
O-11E
O-11E
O-11E
O-11E
O-11F
O-11G
O-12
O-12
O-12
O-12
O-12
O-13
O-13
O-13
O-13
O-13
O-13
O-13
O-13

S-OB
G-OB
HIR
W-OR
H-OR
W-15
S-OB
G-OB
S-OL
G-OK
HIR
W-OR
H-OR
W-15
S-OB
G-OB
HIR
W-OR
H-OR
W-15
S-OL
G-OK
W-OR
H-OR
W-15
S-OL
G-OK
W-OR
H-OR
W-15
S-OL
G-OK
S-OL
G-OK
W-OR
H-OR
W-15
S-OB
G-OB
HIR
S-OL
G-OK
W-OR
H-OR
W-15

Operation
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
5
5
5
1
1
5
5
6
6
6
4
4
4
6
6
7
7
7
Cmax =6734

Process
Time
436
156
53
724
277
239
376
156
521
521
53
535
277
239
436
156
53
724
277
239
604
604
724
277
239
604
604
724
277
239
604
604
604
604
724
277
239
436
156
53
604
604
724
277
239

Start
Time
0
436
592
645
1369
1646
436
812
968
1489
2010
2063
2598
2875
812
1248
2063
2598
3322
3599
1489
2093
3322
4046
4323
2093
2697
4046
4770
5047
0
0
2697
3301
4770
5494
5771
1248
1684
2116
3301
3905
5494
6218
6495

Finish
Time
436
592
645
1369
1646
1885
812
968
1489
2010
2063
2598
2875
3114
1248
1404
2116
3322
3599
3838
2093
2697
4046
4323
4562
2697
3301
4770
5047
5286
604
604
3301
3905
5494
5771
6010
1684
1840
2169
3905
4509
6218
6495
6734

No

Machine

Job

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

O-11A
O-11A
O-11A
O-11A
O-11A
O-11A
O-11B
O-11B
O-11B
O-11B
O-11B
O-11B
O-11B
O-11B
O-11C
O-11C
O-11C
O-11C
O-11C
O-11C
O-11D
O-11D
O-11D
O-11D
O-11D
O-11E
O-11E
O-11E
O-11E
O-11E
O-11F
O-11G
O-12
O-12
O-12
O-12
O-12
O-13
O-13
O-13
O-13
O-13
O-13
O-13
O-13

G-OB
HIR
H-OR
W-15
S-OB
W-OR
G-OB
HIR
H-OR
W-15
S-OL
G-OK
S-OB
W-OR
G-OB
HIR
H-OR
W-15
S-OB
W-OR
H-OR
W-15
S-OL
G-OK
W-OR
H-OR
W-15
S-OL
G-OK
W-OR
S-OL
G-OK
H-OR
W-15
S-OL
G-OK
W-OR
G-OB
HIR
H-OR
W-15
S-OB
S-OL
G-OK
W-OR

65

Metode Earliest Due Date


Process
Operation
Time
1
156
1
53
1
277
1
239
1
436
1
724
2
156
2
53
2
277
2
239
2
521
2
521
2
376
2
535
3
156
3
53
3
277
3
239
3
436
3
724
4
277
4
239
3
604
3
604
4
724
5
277
5
239
4
604
4
604
5
724
1
604
1
604
6
277
6
239
5
604
5
604
6
724
4
156
4
53
7
277
7
239
4
436
6
604
6
604
7
724
C max = 6575

Start
Time
0
156
209
486
725
1161
156
312
486
763
1002
1523
2044
2420
312
468
763
1040
2420
2955
1040
1317
1556
2160
3679
1317
1594
2160
2764
4403
0
0
1594
1871
2764
3368
5127
468
624
1871
2148
2856
3368
3972
5851

Finish
Time
156
209
486
725
1161
1885
312
365
763
1002
1523
2044
2420
2955
468
521
1040
1279
2856
3679
1317
1556
2160
2764
4403
1594
1833
2764
3368
5127
604
604
1871
2110
3368
3972
5851
624
677
2148
2387
3292
3972
4576
6575

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Setelah dilakukan penjadwalan didapatkan hasil bahwa dengan penjadwalan random menghasilkan makespan
6734 menit dengan keterlambatan sebesar 2414 menit, sedangkan menggunakan metode earliest due date
menghasilkan makespan sebesar 6575 menit dengan tidak ada keterlambatan.

4. PENUTUP
Setelah dilakukan pengambilan dan pembahasan data tersebut maka didapatkan beberapa kesimpulan
yaitu:
1. Didapatkan nilai takt time sesuai dengan permintaan customer pada masing-masing workstation.
2. Didapatkan nilai waktu baku untuk masing-masing workstation adalah sebagai berikut:
a. O-11A sebesar 0,61 menit
b. O-11B sebesar 0,24 menit
c. O-11C sebesar 0,48 menit
d. O-11D sebesar 1,31 menit
e. O-11E sebesar 1,46 menit
f. O-11F sebesar 0,55 menit
g. O-11G sebesar 2,03 menit
h. O-12 sebesar 1,36 menit
i. O-13 sebesar 1,73 menit
Jika besar waktu baku melebihi takt time maka nilai tersebut diganti dengan takt time.
3. Pada penjadwalan dengan metode earliest due date didapatkan hasil bahwa makespan (CMax) sebesar 6575
menit.
Setelah dilakukan analisa terhadap kedua metode penjawalan tersebut maka didapatkan hasil bahwa ada
efisiensi waktu untuk makespan (CMax) sebesar 159 menit lebih baik menggunakan metode penjadwalan
earliest due date.
Kelebihan dibanding dengan penelitia terdahulu adalah dengan mengkombinasi takt time dan waktu baku
dapat diketahui secara lebih awal workstation mana saja yang menjadi bottle next yang menyebabkan tidak
terpenuhinya order dari customer sehingga dengan cara ini lebih awal bisa diantisipasi untuk tercapainya
pemenuhan order. Dalam hal penjadwalan, dengan metode earliest due date di PT XHT ini cocok untuk bisa
diterapkan dan merupakan solusi dari masalah yang ada.
Untuk pengembangan selanjutnya dapat dilakukan penelitian pada penjadwalan kombinasi sistem paralel
dan seri serta penggunaan metode-metode penjadwalan yang lebih baik dengan tetap mempertimbangkan
kesesuaian dengan kondisi yang ada.

5. DAFTAR USTAKA
[1]. Nasution, Arman Hakim, 2005, Manajemen Industri, Yogyakarta: Andi.
[2]. Haming, Murdifin dan Nurnajamudin, Mahfud, 2014, Manajemen Produksi Modern, Jakarta: Bumi
Aksara.
[3]. Gozali, Lina., Ariyanti, Silvi dan Tanujaya, Anthony, 2014, Usulan Penjadwalan Mesin Cutting Keramik
Paralel Dengan Pendekatan, Jakarta: Universitas Tarumanegara.
[4]. Ginting, Rosandi, 2009, Penjadwalan Mesin, Yogyakarta: Graha Ilmu.
[5]. Wignjosoebroto, Sritomo, 2000, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Surabaya: Prima Printing.
[6]. Widjaja, Willy, Adi dan Rahardjo, Jani, 2013, Peningkatan Tenaga Kerja Area Produksi Assy Air Cleaner
di PT Astra Otopart Divisi Adiwira Plastik, Surabaya: Universitas Kristen Petra.
[7]. Sutalaksana, Iftikar Z., Anggawisastra, Ruhana dan Tjakraatmadja, John H, 1979, Teknik Tata Cara Kerja,
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
[8]. Rahayu, Ragil., Aji, Taufiq dan Perdana, Yandra Rahadian, 2013, Perhitungan Waktu Baku Proses
Loading dan Unloading Pada Distribusi Raskin Gudang Bulog Kalasan Utama Yogyakarta, Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
[9]. Puspitasari, Anastasia Evieta dan Damayanti, Dida Diah, 2010, Perancangan Sequencing Job Sistem Order
Release Berdsarkan Priority Dispatching Rules Untuk Meminimasi Keterlambatan Order Pada Bagian
Machining MPM Di PT. Dirgantara Indonesia, Bandung: Institut Teknologi Telkom Bandung.
[10]. Hartati, Verani, 2013, Modul Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Proses Produksi, Sidoarjo:
Laboratorium Statistik dan Optimasi Produksi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
[11]. Putra, Raden., Suprayogi, Andri dan Kahar, Sutomo, 2013, Aplikasi SIG Untuk Penentuan Daerah Quick
Count Pemilihan Kepala, Jurnal Geodesi Undip Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, (ISSN: 2337-845X),
Semarang: Universitas Diponegoro.

66

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

SYSTEM AUTOMATIC PADA MESIN CRUSHER BERBASIS PLC OMRON


CPM 2A
Bambang Sunardi1, Izza anshory2
Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

1,2

ABSTRAK
Mendaur ulang hasil produksi Recorder yang rusak sangat efektif jika menggunakan mesin crusher hanya saja
menimbulkan efek samping di operator antara lain menimbulkan keadaan yang tidak safety terhadap operator manusia,
dikarenakan mesin crusher menimbulkan suara yang bising dan menimbulkan debu. Kebisingan akan berdampak buruk
untuk operator karena kebisingan dengan intensitas tinggi akan merusak sel rambut di bagian dalam telinga dan
mengurangi kemampuan telinga untuk menghantarkan informasi ke otak. Apabila sel rambut ini rusak tidak dapat
diperbaiki, sehingga kehilangan pendengaran yang terjadi akan permanen, gangguan lain yang disebabkan oleh bising
diantaranya pusing, mengantuk, tekanan darah tinggi, stress emosional yang dapat diikuti gangguan pada saluran
pencernaan, sulit tidur, sakit jantung, kehilangan konsentrasi sampai disfungsi seksual, sedangkan debu akan
mengganggu sistem pernafasan operator. Oleh sebab itu penulis membuat Automatic crusher berbasis PLC CPM 2A
bertujuan agar meminimalisir potensi kecelakaan kerja dan menghilangkan loss energy (manusia). Berdasarkan pengujian
mesin crusher bekerja dengan baik dengan pengujian antara lain manual conveyor,manual crusher dan auto proses.
Kata kunci : Variabel Speed Drive, Conveyor,PLC.

1.

PENDAHULUAN

Recorder yang rusak di daur ulang menggunakan mesin crusher sebagai media untuk menghancurkan. Penggunaan media
mesin crusher tersebut menimbulkan efek samping antara lain menimbulkan keadaan yang tidak safety terhadap operator
manusia, dikarenakan mesin crusher menimbulkan suara yang bising dan menimbulkan debu. Kebisingan akan
berdampak buruk untuk operator karena kebisingan dengan intensitas tinggi akan merusak sel rambut di bagian dalam
telinga dan mengurangi kemampuan telinga untuk menghantarkan informasi ke otak. Apabila sel rambut ini rusak tidak
dapat diperbaiki, sehingga kehilangan pendengaran yang terjadi akan permanen, gangguan lain yang disebabkan oleh
bising diantaranya pusing, mengantuk, tekanan darah tinggi, stress emosional yang dapat diikuti gangguan pada saluran
pencernaan, sulit tidur, sakit jantung, kehilangan konsentrasi sampai disfungsi seksual, sedangkan debu akan
mengganggu sistem pernafasan operator.
Operator memerlukan sebuah alat yang dapat meminimalisir kecelakaan kerja atau mengotomatisasi mesin crusher
sebagai pengganti tenaga manusia dengan menggunakan technologi kontrol PLC. Secara teori alat ini bekerja ketika
tombol start ditekan, mesin berhenti ketika bak penampung material habis ataupun bak penampung material hasil crusher
penuh, mesin finish akan memberi sinyal berupa lampu kepada operator yang berada di luar ruang crusher.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, saya akan membuat system automatic pada mesin cruser.
Tujuan pembuatan sistem otomasi mesin crusher ini untuk mengganti dan operator manusia ke operator mesin otomatis,
sehingga operator manusia terhindar dari bising dan debu.

2. ISI
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. PLC
PLC yang digunakan adalah OMRON CPM 2A memiliki 12 input 8 output. PLC sendiri adalah Programmable Logic
Controller, artinya pengontrol atau pengendali yang
dapat di program ulang kembali. PLC merupakan
suatu unit yang secara khusus dirancang untuk menangani suatu sistem kontrol otomatis pada mesinmesin industri ataupun aplikasi lainnya. Dengan kemajuan teknologi, pemakaian Progammable Logic Controll
(PLC) memiliki kelebihan diantaranya:
a. PLC yang sederhana dapat mengendalikan berbagai situasi industri dari hanya satu gerakan, pekerjaan tingkat
repetisi tinggi hingga aplikasi-aplikasi yang melibatkan manipulasi kompleks.
b. Program-program dapat dimodifikasi dengan cepat untuk menerima kondisi yang baru sehingga tidak ada lagi
pemasangan ulang kabel dan dapat menekan biaya.
c. Setelah program selesai ditulis dan diuji maka dapat didesain dengan mudah ke sejumlah PLC lainnya.
d. Mempunyai kecepatan waktu respon.
e. Tersedianya counter dan timer sehingga kendali dapat disesuaikan dengan cepat dan akurat dengan sedikit
mengedit program yang telah ada.
67

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

f.
g.

Dimungkinkan antara muka (interface) khusus dapat diakses seperti


thumbwheels, input/output analog dan fasilitas
penghitungan dengan kecepatan yang tinggi.
Memungkinkan pemantauan grafis suatu sistem pengendalian, dan lain-lainnya.

display

seven

segment,

2.1.2. POWER SUPPLY


Arus Listrik yang kita gunakan di rumah, kantor dan pabrik pada umumnya adalah dibangkitkan, dikirim dan
didistribusikan ke tempat masing-masing dalam bentuk Arus Bolak-balik atau arus AC (Alternating Current). Hal ini
dikarenakan pembangkitan dan pendistribusian arus Listrik melalui bentuk arus bolak-balik (AC) merupakan cara yang
paling ekonomis dibandingkan dalam bentuk arus searah atau arus DC (Direct Current).
Akan tetapi, peralatan elektronika yang kita gunakan sekarang ini sebagian besar membutuhkan arus DC dengan
tegangan yang lebih rendah untuk pengoperasiannya. Oleh karena itu, hampir setiap peralatan Elektronika memiliki
sebuah rangkaian yang berfungsi untuk melakukan konversi arus listrik dari arus AC menjadi arus DC dan juga untuk
menyediakan tegangan yang sesuai dengan rangkaian Elektronika-nya. Rangkaian yang mengubah arus listrik AC
menjadi DC ini disebut dengan DC Power Supply atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Catu daya DC. DC
Power Supply atau Catu Daya ini juga sering dikenal dengan nama Adaptor.
2.1.3. RELAY
Relay adalah komponen Iistrik yang dioperasikan sebagai saklar magnetis untuk mengoperasikan pensaklaran secara
mekanis. Relay diperlukan untuk mengendalikan rangkaian dengan sinyal daya rendah(dengan isolasi Iistrik yang
lengkap antara control dengan rangkaian kontrol). Perbedaannya dengan kontaktor magnet adalah pada bagaian relay
terdapat common merupakan bagian yang tersambung dengan kontak NC pada keadaan normal.

Gambar 1 Relay
2.1.4. LIMIT SWITCH
Sensor batas (Limit switch) digunakan pada semua instalasi otomatis dan juga digunakan pada aplikasi yang beragam.
Limit switch digunakan bila objek yang akan dideteksi dapat disentuh. Sensor batas (Limit switch) ini bekerja
berdasarkan perubahan kondisi kontak yang terdapat di dalamnya dari tertutup menjadi terbuka atau sebaliknya.
Pemilihan limit switch dilakukan berdasarkan ukuran, material dan jenis aktuator dari limit switch yang sesuai dengan
fungsinya. Mudah pemasangan nyadan mempunyai beberapa keuntungan,
Dari sudut kelistrikan.
Model sesuai switching daya rendah, secara kelistrikan dikombinasikan dengan daya tahan yang baik.
Dapat dikordinasi dengan sikring/fuse yang tepat, bila terjadi hubung singkat.
Tahan terhadap interfensi elektro mekanikal.
Dari sudut mekanik:
N/C kontak bekerja dari tertutup menjadi terbuka.
Akurasi tinggi, diatas 0.1 tripping point
Mudah dioperasikan.

68

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 2 Limit Switch


2.2.
METODE
Perancangan sistem automatic crusher dengan PLC untuk mencacah recorder dibagi atas dua bagian yaitu perancangan
perangkat keras system (hardware) dan perancangan perangkat lunak (software). Perancangan perangkat keras
(hardware) terdiri atas perancangan setiap blok yang menyusun system control secara keseluruhan.Perancangan
perangkat lunak (software) yaitu pembuatan diagram ladder sebagai program untuk mengatur system automatic crusher.

Gambar 3. Diagram Blok Sistem


2.2.1. Perancangan Hardware

Gambar 4 Perancangan hardware crusher


Cara Kerja Sistem Hardware Crusher Otomatis:
Material Recorder Scrap diisi di bak penampung material awal kemudian diangkut ke Crusher oleh Copnveyor dengan
Conveyor bisa di adjust speed sesuai kebutuhan,recorder scrap masuk Crusher dan hasil Crusher di tampung oleh bak
69

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

penampung hasil Crusher ,system otomatis akan mati sendiri jika bak penampung material awal habis maupun bak
penampung hasil material Crusher penuh.
2.2.2. Perancangan Software

Gambar 5 Wiring Diagram Electric Control

Gambar 6 Ladder Diagram Rangkaian Crusher Otomatis


1.

Untuk Input PLC adalah Tombol Off manual Motor Conveyor, Tombol On manual Motor Conveyor, Tombol Off
manual Motor Crusher, Tombol On manual Motor Crusher, Tombol Off Auto Proses, Tombol On Auto Proses.
2. Untuk Output PLC Adalah Relay Motor Conveyor, Relay Motor Crusher, Relay Indikator proses selesai, Indikator
proses sedang Automatis(AUTO prosess).
Cara kerja :
System bisa dijalankan dua cara Auto manual,manual untuk memperbaiki system otomatis jika terjadi trouble
shooting,jika terjadi trouble shooting di system crusher tidak usah menyalakan system conveyor begitupun
sebaliknya.Untuk menyalakan Motor Conveyor kita tobol ON manual conveyor (001) untuk mematikannya tombol OFF
manual Motor Conveyor (000).Untuk menyalakan Motor Crusher kita tombol ON manual Crusher (003) untuk
mematikannya tombol OFF manual Motor Crusher (002).Untuk Auto kita tekan tombol ON Auto (005) system akan
berjalan otomatis Motor Crusher Motor Conveyor (103) (104) nyala,lampu indicator motor crusher (105) nyala,lampu
indicator motor conveyor (106) nyala, dan lampu indicator sedang proses otomatis (108) nyala,ketika sensor bak
penampung awal (006) mendeteksi material habis maupun sensor sensor bak penampung hasil material crusher (007)
mendeteksi material penuh maka proses otomatis mati.lampu indicator (107) akan nyala menandakan proses
selesai,diagram wiring tersebut dilengkapi switch by pass sensor bak penampung material awal maupun material akhir
guna bila ada perbaikan harus menyalakan otomatis tidak usah memakai material.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Alamat
000
001
002
003
004
005
006
007

Tabel 1 Tabel Pengalamatan Input


Input
OFF Manual Motor Conveyor
ON Manual Motor Conveyor
OFF Manual Motor Crusher
ON Manual Motor Crusher
OFF Auto Proses
ON Auto Proses
Sensor bak Penampung Awal
Sensor Bak Penampung Akhir
70

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

No.
1
2
3
4
5

Alamat
100
101
104
102
103

Tabel 2 Pengalamatan Output


Output
Manual Motor Conveyor
Manual Motor Crusher
AUTO
Auto Motor Conveyor
Auto Motor Crusher

2.2.3. Pengujian Alat Lengkap


Pada pengujian alat ini langkah-langkah pengujian yang dilakukan yaitu sebagai berikut :
1. Menyalakan MCB utama.
2. Release Emergency Stop.
3. Arahkan Selector Switch MANUAL.
A. Tekan tombol manual ON Motor Conveyor.
B. Tekan tombol manual OFF Motor Conveyor.
C. Tekan tombol manual ON Motor Crusher.
D. Tekan tombol manual OFF Motor Crusher.
4. Arahkan Selector switch AUTO.
A. Tekan ON Auto proses.
B. Tekan OFF Auto proses.
C. Limit Switch bak penampung material awal atau Limit Switch bak penampung material akhir release.
Dari langkah-langkah diatas maka dapat dijelaskan cara kerja alat adalah sebagai berikut: Material Recorder
Scrap diisi di bak penampung material awal kemudian diangkut ke Crusher oleh Copnveyor dengan Conveyor bisa di
adjust speed sesuai kebutuhan, recorder scrap masuk Crusher dan hasil Crusher di tampung oleh bak penampung hasil
Crusher, system otomatis akan mati sendiri jika bak penampung material awal habis maupun bak penampung hasil
material Crusher penuh.
Tabel 3 Hasil Pengujian Alat
PENGAMATAN SELECTOR SWITCH MANUAL

Hasil

Saat selector manual tombol ON manual Motor Conveyor ditekan maka Motor
Conveyor akan bekerja dan lampu indicator motor conveyor ON akan menyala.

Benar

Saat selector manual tombol OFF Manual Motor Conveyor ditekan maka Motor
Conveyor akan mati dan lampu indicator Motor Conveyor OFF akan menyala.

Benar

Saat selector manual tombol ON manual Motor Crusher ditekan maka Motor
Crusher akan bekerja dan lampu indicator Motor Crusher ON akan menyala.

Benar

Saat selector manual tombol OFF manual Motor Crusher ditekan maka Motor
Crusher akan mati dan lampu indicator Motor Crusher OFF akan menyala.

Benar

PENGAMATAN SELECTOR SWITCH AUTO

Hasil

Saat selector AUTO tombol ON Auto proses ditekan maka Motor Cruser dan
Motor Conveyor akan bekerja ,dan lampu indicator Auto proses akan menyala.

Benar

Auto proses mati ketika (motor conveyor OFF, motor Crusher OFF) ketika bak
penampung awal low atau pun bak penampung material akhir full, lampu indicator
finish akan menyala.

Benar

Auto proses juga bisa mati (motor conveyor OFF, motor Crusher OFF) ketika
tombol stop Auto ditekan.

Benar

Toggle switch by pass digunakan untuk repair crusher jika terjadi trouble yang
mengharuskan jalan Auto tanpa memakai limit switch bak penampung material
awal ataupun limit switch bak penampung material akhir

Benar

71

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

2.2.4. PENGUJIAN SOFTWARE


Pengujian software dilakukan dengan cara :
1. Program dimasukkan kedalam PLC dengan menggunakan software CX Programmer Version 9.1 dari Omron, inc.
2. Setelah program masuk maka lampu indicator RUN PLC menyala.
3. Memberikan Force on pada alamat input-input external melalui program.
4. Lampu indicator input pada PLC sertajalur ladder diagram program harus menyala serta output
PLC yang berhubungan dengan input tersebut harus menyala.
5. Input PLC diberikan Force OFF, indicator input serta output external dan jalur ladder diagram pada PLC harus OFF.
2.2.5. Ladder diagram masing-masing step
Motor Conveyor Manual

Gambar 4.4 Program Conveyor Manual


Pada saat tombol Start (001) ditekan coil output dapat tegangan (1000) pengunci coil (1000) mengunci dan motor
conveyor akan ON,untuk mematikannya tinggal menekan tombol OFF (000).
Motor Crusher Manual

Gambar 4.5 Program Crusher Manual


Pada saat tombol Start (003) ditekan coil output dapat tegangan (1001) pengunci coil (1001) mengunci dan motor crusher
akan ON,untuk mematikannya tinggal menekan tombol OFF (002).
Auto Proses

Gambar 4.6 Program Auto Proses


Pada saat tombol Start (005) ditekan (limit switch bak penampung material awal (006) dan limit switch bak penampung
material akhir (007) ready)coil output dapat tegangan (1004) pengunci coil (1004) mengunci motor crusher dan motor
conveyor akan ON,untuk mematikannya tinggal menekan tombol OFF (004).

72

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

2.2.6. PENGUJIAN HARDWARE


2.2.6.1. Pengujian Kecepatan Putar Motor Penggerak Konveyor
Pada pengujian ini conveyor dapat diadjust speed nya berdasarkan tegangan, speed berfungsi untuk mengatur recorder masuk
ke crusher Kecepatan motor penggerak konveyor pembawa recorder.
Tabel 4 Hasil Pengujian Conveyor
Tanpa Beban
No

Tegangan
rpm

Dengan Beban
(Recorder)
rpm

1.

10V dc

14

13

2.

12V dc

16

15

3.

15Vdc

19

18

Gambar 4.8 Perbandingan Rpm conveyor tanpa beban dengan beban


2.2.6.2. Pengujian Indikator Full
Pengujian Sensor full bak penampung material akhir maupun sensor habis bak penampung material awal. Pengujian
sensor dilakukan dengan cara bak material awal habis maka limit switch akan off, mematikan system auto atau pun bak
material akhir penuh maka limit switch akan on mematikan system auto.
2.4 Analisa
Pada saat pengujian terdapat beberapa kesalahan diantaranya adalah :
1. Conveyor tidak bisa berjalan saat auto.
2. Toggle switch by pass tidak bisa beroperasi secara normal masih ada interlock dengan limit switch.
Kesalahan tersebut dapat diatasi dengan :
1. Conveyor dirapatkan adjusternya hingga belt conveyor kencang.
2. Dibuatkannya rangkaian tambahan agar limit switch bak tidak ada interlock dengan toggle switch by pass,begitipun
sebaliknya.

3.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pengujian alat maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. System yang dirancang dengan PLC bekerja dengan baik walaupun waktu pengujian terdapat beberapa kesalahan,
namun hal tersebut dapat berhasil diatasi, sehingga alat tersebut bekerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
2. Sebenarnya rangkaian ini bisa menggunakan rangkaian konvensional, tetapi rangkaian control dengan PLC lebih
mudah mencari trouble shooting electric.
3. Limit Switch bakpenampung material akhir bisa menggunakan photoelectric sensor, tinggal kita menyeting posisi di
baknya.
73

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

3.2 Saran
1. Crusher otomatis akan lebih tepat bila menggunakan mekanik yang lebih baik.
2. Alat ini bisa dikembangkan lagi seperti conveyor untuk mengangkut material hasil crusher dengan menggunakan I/O
PLC yang masih sisa.
3. Keuntungan alat ini dapat dirasakan bila di implementasikan pada crusher sebenarnya.

4.

DAFTA PUSTAKA

[1] Ardiansyah, Heri. 2013. Perancangan Simulator Sistem Pengepakan dan Penyortiran Barang Berbasis PLC
TWIDO. ITB Bandung ELEKTRO
[2] Hidayat, Usman. 2010. Otomatis Mesin Listrik Pemotong Kertas menggunakan PLC OMRON CPM1A. UM Sulbar
ELEKTRO
[3] Nurcahyo, Agung. 2010. Aplikasi PLC pada Mesin Industri Pemotong Kayu dengan Perangkat Konveyor. UNDIP
Semarang ELEKTRO
[4] Nurainingsih, Dyah.2010.System kendali Conveyor Otomatis berbasis Microcontroller AT89S51.
[5] Pramono,Adytia.2013.Pendeteksi Logam berbasis PLC dengan Pneumatik pada Convetor

74

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

PENDETEKSIAN SINYAL SUARA JANTUNG MENGGUNAKAN INSTRUMENTASI


PHONOCARDIOGRAPHY
Agus Hayatal Falah1, Eko Agus Suprayitno2
1,2
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
1
agusfalah14@gmail.com
ABSTRAK
Tidak semua dokter dapat mengetahui sinyal suarajantung dengan menggunakan stetoskop, karena dibutuhkan
pengalaman serta jam terbang tinggi sehinga dokter dapat menentukan kondisi jantung pasien. Oleh karena itu, maka
dibuat instrumentasi phonocardiography untuk mendeteksi sinyal suara jantung, dimana sinyal suara jantung ditampilkan
pada osioloskop sehingga dapat diketahui kondisi jantung. Dilakukan pendahuluan dalam pembuatan instrumentasi
phonocardiography dengan merancang stetoskop mic condensor pre amp, perancangan low pass filter 500 Hz,
perancangan high pass filter 20 Hz, notch filter 50 Hz.
Dari hasil pengujian rangkaian stetoskop mic condensor dapat mendeteksi sinyal suara jantung, uji rangkaian low pass
filter orde 4 frekuensi cutoff 500 Hz frekuensi semakin kecil pada range frekuensi 900 Hz, uji rangkaian high pass filter
terjadi pemotongan frekuensi < 20 Hz, uji rangkaian notch filter pemotongan terjadi pada range frekuensi 50 Hz, dari
pendeteksian sinyal suara jantung keempat pasien memiliki jantung normal yaitu dengan menampilkan sinyal suara
pertama S1 dan sinyal suara kedua S2 pada osioloskop, sebagaimana publikasi jurnal karya SE Schmidt at all 2008 dan
berdasarkan buku literatur karya Abbas K. Abbas and Rasha Bassam 2009, sedangkan untuk jantung tidak normal sinyal
suara jantung berbeda dengan jantung normal sebagaimana publikasi jurnal karya Zhongwei Jiang At All, Japan 2006.
Kata Kunci : Phonocardiography,mikrokontroler at-mega 16, jantung.

I. Pendahuluan
Suara jantung normal mempunyai rentang frekuensi antara 20 Hz hingga 400 Hz, sedangkan suara jantung abnormal
mempunyai rentang frekuensi hingga 1000 Hz. Jantung yang tidak normal memperdengarkan suara tambahan yang
disebut murmur, Murmur disebabkan oleh pembukaan katup yang tidak sempurna atau stenosis (yang memaksa darah
melewati bukaan sempit) atau regurgitasi yang disebabkan oleh penutupan katup yang tidak sempurna dan
mengakibatkan airan balik darah [1]. Detak jantung menghasilkan dua suara yang berbeda pada stetoskop yang sering
dinyatakan dengan lub-dub [1]. Salah satu metode pendeteksian suara jantung berdasarkan suara lub-dub dari stetoskop
dapat dilakukan dengan teknik auskultasi [2].Dalam penelitiannya mengatakan auskultasi dengan stetoskop akustik tidak
mudah dilakukan karena bisa terganggu oleh adanya bunyi sekitar, sedangkan intensitas bunyi jantung dan paru-paru
sendiri relatif rendah, selain itu telingga pengguna harus peka agar hasil deteksi akurat [3].
Berdasarkan permasalahan pada penelitian sebelumnya, maka pada penelitian ini akan dibuat alat Pendeteksian Sinyal
Suara Jantung Menggunakan Instrumentasi Phonocardiography, pada perancangan alat tersebut dibuat stetoskop mic
condensor pre amp untuk mendeteksi suara jantung, dilanjut pada pengondisian sinyal pada frekuensi 20 Hz 500 Hz,
output pengondisian sinyal difilter dengan rangkaian notch 50 Hz untuk menghilangkan noise jala-jala listrik, selanjutnya
sinyal suara jantung ditampilkan pada osioloskop.

II. Anatomi Dan Fisiologi Jantung


Jantung merupakan organ fital tubuh yang terdiri dari empat compartment yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel
kanan dan ventrikel kiri. Jantung mempunyai empat buah katup yang bekerja secara bergantian, diantaranya Katup
Tricuspid, Katup Mitral, katup Pulmonary dan katup Aortic. Membuka dan menutupnya katup jantung terjadi akibat
perbedaan tekanan diruang-ruang jantung sewaktu kontraksi dan relaksasi atrium dan ventrikel. Empat Peristiwa mekanik
yang terjadi pada jantung antara lain Cardiac cycle yang terjadi selama 0,8 detik mengacu pada semua kejadian yang
berhubungan dengan aliran darah melalui jantung; Systole (Kontraksi otot jantung), Diastole (relaksasi otot jantung), dan
Heart beats yang terjadi 75 kali per menit. Suara jantung adalah sinyal audio frekuensi rendah yang terjadi karena
membuka dan menutupnya katup yang ada pada jantung, sehingga menimbulkan vibrasi yang bersamaan dengan vibrasi
darah yang ada di sekitarnya. Suara jantung terbagi menjadi empat bagian yaitu suara suara jantung pertama (S1)
merupakan bunyi yang menyertai penutupan katup atrioventrikular yaitu katup mitral dan katup trikuspidal, Suara
jantung kedua (S2) terjadi karena penutupan katup semilunar (yaitu katup aorta dan katub pulmonal) secara tiba-tiba.
Suara jantung ketiga merupakan bunyi ventrikel kiri dan terbaik didengar di apeks jantung dan suara jantung ke empat
merupakan suatu bunyi dengan nada rendah, dengan frekuensi berkisar antara 5070 Hz. Pada Gambar 2.1 merupakan
posisi perekaman suara jantung.

75

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 2.1. Perekaman Sinyal Suara Jantung [4]

2.1. Metode Penelitian


Pada Gambar 2.1.1 merupakan blok diagram pembutan Instrumentasi Phonocardiography. Pendeteksian sinyal suara
jantung direkam secara langsung atau secara real time dengan menampilkan sinyal suara jantung pada osioloskop
TEKTRONIK TBS-1102. Proses pendeteksian sinyal suara jantung ini dilakukan pada area Pulmonari Arteri (PA), Right
Ventricle (RV), Left Ventricl (LV), dan Aortic (AO), yaitu dengan menggunakan stetoskop mic condenser pre amp, out
pendeteksian stetoskop mic condenser pre amp dikondisikan pada rangkaian Low Pass Filter Orde 4 Frekuensi Cutoff
500 Hz dan rangkaian High Pass Filter Orde 4 Frekuensi Cutoff 20 Hz, out pengondisian difilter dengan rangkaian Notch
Filter 50 Hz guna menghilangkan noise jala-jala listrik, selesai filter Notch 50 Hz pendeteksian sinyal suara jantung
ditampilkan pada osioloskop.

Gambar 2.1.1 Blok Diagram Instrumentasi Phonocardiography

Perancangan Pre Amp

Suara yang dihasilkan jantung masih tergolong rendah, diperlukan penguatan agar suara jantung semakin besar sehingga
data sinyal suara jantung terlihat jelas, pada penelitian untuk penguatan menggunakan rangkaian pre amp, sebagaimana
pada Gambar 2.1.2 yaitu perancangan pre amp, ic yang digunakan CA3240 dengan tegangan DC +5 Volt.

Gambar 2.1.2Perancangan Pre Amp

76

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Perancangan Low Pass Filter Orde 4 Frekuensi Cutoff 500 Hz

Perancangan low pass filter ini digunakan untuk memotong atau memperkecil frekuensi diatas 500 Hz dan meloloskan
frekuensi dibawah 500 Hz, perancangan ini menggunakan 2 perancangan low pass filter orde 2 Sallen-Key Topology [4]
sebagaimana diagram blok pada Gambar 2.1.3 dan perancangan sebagaimana pada Gambar 2.1.4.

Gambar 2.1.3 Diagram Blok Low Pass Filter orde 4

Gambar 2.1.4Perancangan Low Pass Filter orde 4

Perancangan High Pass Filter Orde 4 Frekuensi Cutoff 20 Hz

Perancangan high pass filter ini digunakan untuk memotong atau memperkecil fekuensi dibawah 20 Hz dan meloloskan
frekuensi diatas 50 Hz, perancangan ini menggunakan 2 perancangan high pass filter orde 2 Sallen-Key Topology [4]
sebagaimana diagram blok pada Gambar 2.1.3 dan perancangan sebagaimana pada Gambar 2.1.5.

Gambar 2.1.5Perancangan High Pass Filter Orde 4

Perancangan Notch Filter 50 Hz

Perancangan notch filter ini digunakan untuk memotong atau memperkecil pada frekuensi 50 Hz yang dihasilkan jala-jala
listrik. agar sinyal suara jantung dapat terlihat dengan bagus tanpa adanya ganguan noise 50 Hz, pada perancangan ini
digunakan ic 741 single op amp, dengan tegangan +12 V, GND, dan -12V, pada Gambar 2.1.6 merupakan perancangan
dari notch filter.

Gambar 2.1.6 Perancangan Notch Filter

Hasil Dan Uji Stetoskop Mic Condensor Pre Amp

Stetoskop mic condensor pre amp digunakan untuk pendeteksian sinyal suara jantung, dengan perancangan
menggunakan stetoskpo riester sebagai pendeteksi suara, out dari stetoskop diterima oleh mic condenser selanjutnya
diperkuat dengan rangkaian pre amp, pada Gambar 2.1.7 merupakan hasil perancangan dari stetoskop mic condensor pre
amp,

77

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 2.1.7 Perancangan Stetoskop Mic Condensor Pre Amp


Sedangkan pada Gambar 2.1.8 merupakan pengujian dari stetoskop mic condensor pre amp pada saat pendeteksian sinyal
suara jantung, pendeteksian sinyal suara jantung menggunakan osioloskop TEKTRONIK TBS-1102 untuk menampilkan
hasil pendeteksian, sinyal suara jantung dapat dideteksi dan ditampilkan pada osiolskop sebagaimana pada Gambar 2.1.8.

Gambar 2.1.8. Pendeteksian Sinyal Suara Jantung

Uji Rangkaian Low Pass Filter Orde 4 Frekuensi Cutoff 500 Hz

Pengujian ini dilakukan dengan memberikan input pada rangkaian low pass filter dengan function generator,function
generator diseting pada tegangan 1 volt dengan frekuensi 400 Hz dan 900 Hz, dan menampilkan sinyal frekuensi dengan
osioloskop, untuk megetahui perbedaan ketika < 500 Hz dan > 500, pada Gambar 2.1.9 dan Gambar 2.1.10 merupakan
hasil uji rangkaian, terjadi perbedaan ketika diberikan input frekuensi 400 Hz dengan input frekuensi 900 Hz, dengan
input 400 Hz sinyal frekuensi tampak lebih besar dari input frekuensi 900 Hz, dari pengujian dapat diketahui ketika pada
frekuensi > 500 maka akan dikecil sedangkan pada frekuensi < 500 Hz dibiarkan atau diloloskan.

Gambar 2.1.9. Uji In 400 Hz

Gambar 2.1.10. Uji In 900 Hz

Uji Rangkaian High Pass Filter Orde 4 Frekuensi Cutoff 20 Hz

Pengujian ini dilakukan dengan memberikan input pada rangkaian high pass filter dengan function generator, function
generator diseting pada tegangan 1 volt dengan frekuensi 10 Hz dan 30 Hz, dan menampilkan sinyal frekuensi dengan
osioloskop, untuk megetahui perbedaan ketika < 20 Hz dan > 20, pada Gambar 2.11 dan Gambar 2.12 merupakan hasil
uji rangkaian, sinyal frekuensi yang berwarna kuning merupakan out dari rangkaian sedangkan yang warna biru in dari
function generator, terjadi perbedaan ketika diberikan input frekuensi 10 Hz dengan input frekuensi 30 Hz, dengan input
10 Hz sinyal frekuensi tampak lebih kecil dari input frekuensi 30 Hz, dari pengujian dapat diketahui ketika pada
frekuensi < 20 maka akan dikecil sedangkan pada frekuensi >20 Hz dibiarkan atau diloloskan.

Gambar 2.1.11. In 30 Hz

Gambar 2.1.12. In 10 Hz

78

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Uji Rangkaian Notch Filter 50 Hz

Pengujian ini dilakukan dengan memberikan input pada rangkaian dengan function generator, function generator diseting
pada tegangan 1 volt dengan frekuensi 30 Hz, 50 Hz, 250 Hz, dan menampilkan sinyal frekuensi dengan osioloskop,
untuk megetahui perbedaan ketika diberikan input yang berbeda, pada Gambar 2.1.13, Gambar 2.1.14, dan Gambar
2.1.15 merupakan hasil uji rangkaian, sinyal frekuensi yang berwarna kuning merupakan out dari rangkaian sedangkan
yang warna biru in dari function generator, terjadi perbedaan ketika diberikan input frekuensi 30 Hz, 50 Hz dan 250 Hz,
dengan input 30 Hz dan 250 Hz sinyal frekuensi antara input dan output sama, sedangkan pada frekuensi 50 Hz out
sinyal frekuensi tampak mengecil, dari pengujian dapat diketahui ketika pada frekuensi 50 Hz maka akan dikecilkan
selain frekuensi 50 Hz dibiarkan tidak terjadi pengecilan.

Gambar 2.1.13. In 30 HzGambar 2.1.14. In 50 HzGambar 2.1.15. In 250 Hz

Pendeteksian Sinyal Suara Jantung


Tabel 2.1 Pendeteksian Sinyal Suara Jantung
No

Umur

Berat

Tinggi

Status

19

51

169

Jantung Normal

20

54

172

Jantung Normal

23

50

166

Jantung Normal

45

63

164

Jantung Normal

Dari pendeteksian yang dilakukan pada ke empat pasien, semua pasien memiliki jantung normal yaitu dengan
menampilkan sinyal suara suara pertam S1 dan sinyal suara kedua S2, sebagaimana Gambar 2.1.16, pada penelitian
publikasi jurnal karya SE Schmidt at all 2008, yang sudah dilakukan bentuk sinyal suara jantung normal seperti pada
Gambar 2.1.17, yaitu dengan menampilkan sinyal suara pertama S1 dan ssinyal suara kedua S2.

Gambar 2.1.16 Pendeteksian Sinyal Suara Jantung Pasien 2

79

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Gambar 2.1.17 Sinyal Suara Jantung Normal [9]


Selain itu berdasarkan buku literatur dengan karya Abbas K. Abbas and Rasha Bassam 2009 dengan judul
Phonocardiography Signal Processing sinyal suara jantung normal sebagaimana pada Gambar 2.1.18.

Gambar 2.1.18 Sinyal Suara Jantung Normal [10]


Sedangkan untuk sinyal suara jantung tidak normal bentuknya berbeda dengan bentuk sinyal suara jantung normal,
sebagaimana hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Zhongwei Jiang At All, Japan 2006 pada Gambar 2.1.19 b.

Gambar 2.1.19 a. Sinyal Suara Jantung Normal b. Sinyal Suara Jantung Tidak Normal [11]

III. Penutup
Pada Alat Instrumentasi Phonocardiography yang sudah dibuat, alat dapat mendeteksi sinyal suara jantung normal yaitu
dengan menampilkan sinyal suara pertam S1 dan sinyal suara kedua S2 pada osioloskop, selanjutnya pada
pengembangan alat instrumentasi phonocardiography ini bisa menggunakan mikrokontroler arduino sebagai pembacaan
nilai adc hasil pendeteksian sinyal suara pertama S1 dan sinyal suara kedua S2, hasil dari pembacaan adc tersebut
ditampilkan pada pc dengan bantuan softwere labview, sehingga tidak diperlukan lagi osioloskop untuk mengetahui
sinyal suara jantung.

80

Seminar Nasional Fakultas Teknik - SNFT V 2015


ISSN : 2460 - 8262

Daftar Pustaka
[1]

[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]

Puspasari, A. Arifin, R. Hendradi Ekstraksi Ciri Komponen Aortik Dan Pulmanori Suara Jantung Diastolik
Dengan Mengunakan Analisa Non Stasioner, Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and
Informatics Seminar 2012.
Eko A.S, R. Hendradi, A. Arifin, Analisa Sinyal Electrocardiography dan Phonocardiography Secara Simultan
Menggunakan Continuous Wavelet Transform. Surabaya2012.
F.D. Setiaji, D. Santoso, D. Susilo, Rekayasa Stetoskop Elektronik Dengan Kemampuan Analisis Bunyi Jantung,
Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011.
Eko A.S, Sistem Instrumentasi Sinyal Phonocardiography Untuk Analisa Dinamika Jantung, Seminar 2012.
H.kristono, elektronika praktis, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2006.
Y. Cahyo, E. Susilio, Y. Novitaningtyas, Rekayasa Biomedik Terpadu Untuk Mendeteksi Kelainan Jantung.
Jurnal Fisika Dan Aplikasinya Volume 4, Nomor 2, Juni 2008.
M.R Rosyid, D. Saepudin, A. Rizal, Sistem Diagnostik Murmur Menggunakan Continuous Wavelet Transform
(CWT) Dan Adaptive Resonance Theory 2 (ART-2), 2012.
M. Rochmad, Ratna Adil, Pemanfaatan modul wireless X-bee pro untuk Electrocardiograf (ECG) Terhubung ke
Personal Computer (PC), 2013.
SE Schmidt, E Toft, Segmentation Of Heart Sound Recordings From An Electronic Stethoscope By A Duration
Dependent Hidden-Markov Model. Denmark.2008.
Abbas K. Abbas and Rasha Bassam, Phonocardiography Signal Processing, Morgan & Claypool.2009.
Zhongwei Jiang, Samjin Choi, A Cardiac Sound Characteristic Waveform Method For In-Home Heart Disorder
Monitoring With Electric Stethoscope. Yamaghuci University, japan.2009,

81

Você também pode gostar