Você está na página 1de 3

Definisi

Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu keberhasilan, dimana janin belum mampu hidup di luar
rahim (belum valiable); dengan kriteria usia kehamilan <20 minggu atau berat janin < 500 g.
Abortus imminens (sinonim: threatened abortion, abortus mengancam) ialah: proses awal dari suatu
keguguran, yang ditandai dengan perdarahan per vaginam, sementara ostium uteri eksternum masih
tertutup dan janin masih baik intrauterin.
Abortus incipiens (sinonim: inevitable abortion, abortus sedang berlangsung) ialah; proses aboertus
yang sedang berlangsung dan tidak lagi dapat dicegah, ditandai dengan terbukanya ostium uteri
eksternum, selain perdarahan.
Abortus inkomplit adalah proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar melalui jalan
lahir.
Abortus kompletus ialah: proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan
lahir.
Missed abortion ialah: berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil
konsepsi itu tertahan dalam uterus selama 6 minggu atau lebih.
Abortus habitualis ialah: abortus yang terjadi 3 (tiga) kali berturut-turut atau lebih oleh sebab apapun.
Abortus infeksiosus ialah: suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik yang
diperoleh dari luar RS maupun yang terjadi setelah tindakan di RS.
Septic abortion ialah: suatu komplikasi lebih jauh daripada abortus infeksius, di mana pasien telah
masuk dalam keadaan sepsis akibat infeksi tersebut. Angka kematian septic abortion ini cukup tinggi
(sekitar 60%).
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Adanya terlambat haid atau amenorhea kurang dari 20 minggu
2. Perdarahan pervaginam, dapat pula disertai jaringan.
3. Rasa nyeri atau kram, terutama di daerah supra simfisis.
4. Diagnosis abortus imminens dapat ditegakkan dengan terjadinya perdarahan pada wanita
hamil kurang dari 20 minggu, kadang disertai rasa mules, uterus membesar sebagaimana usia
kehamilan, serviks dijumpai tidak membuka dan tes kehamilan hasilnya (+).
5. Abortus incipens apabila dijumpai ostium dalam keadaan terbuka, dengan hasil konsepsi
masih terdapat dalam uterus.
6. Abortus inkomplitus jika sebagian hasil konsepsi telah keluar namun sebagian masih
tertinggal intra uterus. Ostium uteri eksternum dijumpai terbuka, kadang-kadang teraba
adanya jaringan atau bahkan kadang menonjol di ostium.
7. Abortus kompletus apabila keseluruhan jaringan hasil konsepsi telah keluar secara lengkap.
8. Missed abortion biasanya ditandai dengan adanya pengecilan ukuran uterus hamil, oleh
karena itu sering kali diagnosis ditegakkan setelah melalui beberapa kali pemeriksaan serial.
Seringkali missed abortion didahului dengan abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau setelah diobati.
9. Abortus infeksious bila telah terlihat tanda-tanda infeksi, yakni kenaikan suhu tubuh (>38 oC),
kenaikan angka lekosit dan discharge berbau per vaginam.
10. Septic abortion bila ditandai dengan tanda-tanda sepsis, seperti nadi cepat dan lemah, syok
dan penurunan kesadaran.
DIAGNOSIS BANDING
Abortus kompletus
Abortus inkompletus
Abortus incipens
Abortus imminens

Missed abortion
Kehamilan ektopik terganggu (KET)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam keadaan abortus imminens, abortus habitualis serta missed
abortion:
1) Pemeriksaan USG atau doppler untuk menentukan apakah janin masih hidup atau tidak, serta
menentukan prognosis.
2) Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion.
3) Tes kehamilan
KONSULTASI
Tidak ada abortus tanpa komplikasi.
Untuk septic abortion mungkin diperlukan konsultasi dengan Spesialis Penyakit Dalam
TERAPI
Penanganan abortus imminens terdiri dari:
Istirahat baring yang merupakan unsur terpenting karena menyebabkan peningkatan aliran
darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanis.
Fenobarbital 3x30 mg dapat diberikan untuk menenangkan penderita.
Abortus incipiens pada prinsipnya dilakukan evakuasi atau pembersihan kavum uteri (DK atau
suction curretage) sesegera mungkin (DK = dilatasi dan kuretase).
Abortus inkomplitus ditangani hampir sama dengan abortus incipiens, kecuali jika pasien dalam
keadaan syok karena perdarahn banyak, maka harus dilakukan resusitasi cairan (bahkan mungkin
perlu transfusi) untuk mengatasi syoknya terlebih dahulu. DK atau suction curretage dapat dilakukan
setelah syok teratasi.
Abortus kompletus tidak memerlukan tindakan DK, mungkin perlu transfusi dan pengobatan
suportif lainnya untuk anemianya.
Pada missed abortion dengan kadar fibrinogen normal dapat segera dialkukan DK, tetapi jika
kadar fibrinogen rendah perlu diberikan dulu fibrinogen atau darah segar. Kuretase pada missed
abortion sering kali cukup sulit, karena hasil konsepsi melekat sangat erat dengan dinding uterus.
Abortus infeksius sebaiknya tidak langsung dilakukan evakuasi, melainkan diberikan dulu
antibiotika selama sedikitnya 48 jam dan kemudian barulah dilakukan evakuasi. Tanpa antibotika,
tindakan kuretase justru mengakibatkan sepsis.
Pada keadaan septic abortion tidak dapat dilakukan tindakan sebelum keadaan sepsisnya teratsi.
PERAWATAN RUMAH SAKIT
Pada umunya setelah tindakan DK pasien dapat segera dipulangkan, tetapi pada beberapa
kasus yang mengalami kompliaksi misalnya perdarahan banyak, anemia atau infeksi, dapat
dipertimbangkan untuk dirawat di RS. Tujuan perawatan adalah untuk mengatasi anemia, infeksi serta
untuk pemulihan.
PENYULIT
1) Anemia: biasanya tipe hemoragik dan pengobatannya dengan pemberian darah atau
komponen darah.

2) Infeksi: umunya terjadi dari luar (akibat penanganan yang tidak memadai, misalnya bortus
provokatus oleh dukun), tetapi dapat juga terjadi setelah tindakan di RS. Dalam keadaan
infeksi sebaiknya tidak dilakukan evakuasi dulu sebelum pemberian antibiotik.
3) Perforasi biasanya akibat tindakan provokatus atau pada saat dilakukan kuretase, untuk
mencegah diberikan uterotonika, lakukan sondase untuk menentukan arah dan ukuran uterus.
LAMA PERAWATAN
Kecuali bila terjadi adanya komplikasi, perawatn terhadap pasien biasanya tidak perlu (pasien dapat
langsung pulang). Masa pemulihan sekitar 2 minggu.
PATOLOGI ANATOMI
Jaringan hasil konsepsi yang dilakukan kuretase dapat dikirim ke laboratorium PA, jika fasilitas
memungkinkan.
Referensi:
Dr. Chrisdiono M. Achadiat, Sp.OG, 2003, Prosedur tetap obstetri dan ginekologi, EGC : Jakarta.

Você também pode gostar