Você está na página 1de 34

/Askep Apendisitis

Definisi Apendisitis
Apendisitis adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada appendiks yang merupakan
kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi.

Etiologi Apendisitis
Apendisitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan
akibat :
1. Hiperplasia dari folikel limfoid
2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks
3. Tumor appendiks
4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis
5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.
Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat
akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan apendisitis. Hal tersebut akan
meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan
meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.

Patofisiologi Apendisitis

Keterangan :
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi tersebut

menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan.


Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen.
Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan
ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri
epigastrium.
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding
sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat
menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti
ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh
maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah
appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding
lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada
gangguan pembuluh darah.

Tanda Dan Gejala Apendisitis


Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila
dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di
belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal ; bila ujungnya ada
pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada
defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.
Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.
Tand Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila
appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat
ileus paralitikdan kondisi klien memburuk.
Komplikasi Apendisitis
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi appendiks, yang dapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 105 sampai 32%. Insiden lebih

tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan
nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7o C atau lebih tinggi, nyeri tekan
abdomen yang kontinue.

Penatalaksanaan Apendisitis
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler,
diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika
terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
a. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres
untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan
b. Tindakan operatif ; appendiktomi
c. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di
tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar
kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.

Asuhan Keperawatan Apendisitis


Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat Keperawatan
1. riwayat kesehatan saat ini ; keluhan nyeri pada luka post operasi apendektomi, mual
muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
3. pemeriksaan fisik
a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
b. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali.
c. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.

d. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan,


sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
e. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah
bening.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi.
2. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.
Diagnosa Keperawatan Apendisitis

a. Pre operasi
1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan muntah pre operasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh
inflamasi.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
b. Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi
apendektomi.
2. gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berkurang berhubungan dengan
anorexia, mual.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah. Kurang pengetahuan tentang
perawatan dan penyakit berhubungan dengan kurang informasi.
Perencanaan

1. Persiapan umum operasi


Hal yang bisa dilakukan oleh perawat ketika klien masuk ruang perawat sebelum
operasi :
a. Memperkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas rumah sakit untuk
mengurangi rasa cemas klien dan kerabatnya (orientasi lingkungan).
b. Mengukur tanda-tanda vital.

c. Mengukur berat badan dan tinggi badan.


d. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium yang penting (Ht, Serum Glukosa, Urinalisa).
e. Wawancara.
2. Persiapan klien malam sebelum operasi
Empat hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi :
a. Persiapan kulit
kulit merupakan pertahanan pertama terhadap masuknya bibit penyakit. Karena operasi
merusak integritas kulit maka akan menyebabkan resiko terjadinya ifeksi.
Beberapa ahli bedah lebih menyukai mencukur rambut karena bisa mengganggu prosedur
operasi.
b. Persiapan saluran cerna
persiapan kasus yang dilakukan pada saluran cerna berguna untuk :
1. Mengurangi kemungkinan bentuk dan aspirasi selama anestasi.
2. Mengurangi kemungkinan obstruksi usus.
3. Mencegah infeksi faeses saat operasi.
Untuk mencegah tiga hal tersebut dilakukan :
1. Puasa dan pembatasan makan dan minum.
2. Pemberian enema jika perlu.
3. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.
4. Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8 - 10 jam
sebelum operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam
sebelum atau pagi sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester.
c. Persiapan untuk anastesi
Ahli anastesi selalu berkunjunng pada pasien pada malam sebelum operasi untuk
melekukan pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan
menunjukkan tipe anastesi yang akan digunakan selama operasi.

d. Meningkatkan istirahat dan tidur


Klien pre operasi akan istirahat cukup sebelum operasi bila tidak ada gangguan fisik,
tenaga mentalnya dan diberi sedasi yang cukup.
3. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum
obat-obatan pre operasi :
1. Mencatat tanda-tanda vital
2. Cek gelang identitas klien
3. Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik
4. Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infus
5. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir
6. Anjurkan klien untuk buang air kecil
7. Perawatan mulut jika perlu
8. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala
9. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia lebih mudah.
4. Interpesi pre operasi
1. Obsevasi tanda-tanda vital
2. Kaji intake dan output cairan
3. Auskultasi bising usus
4. Kaji status nyeri : skala, lokasi, karakteristik
5. Ajarkan tehnik relaksasi
6. Beri cairan intervena
7. kaji tingkat ansietas
8. Beri informasi tentang proses penyakit dan tindakan
5. Intervensi post operasi

1. Observasi tanda-tanda vital


2. Kaji skala nyeri : Karakteristik, skala, lokasi
3. Kaji keadaan luka
4. Anjurkan untuk mengubah posisi seperti miring ke kanan, ke kiri dan duduk.
5. Kaji status nutrisi
6. Auskultasi bising usus
7. Beri informasi perawatan luka dan penyakitnya.
Evaluasi

a. Gangguan rasa nyaman teratasi


b. Tidak terjadi infeksi
c. Gangguan nutrisi teratasi
d. Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya
e. Tidak terjadi penurunan berat badan
f. Tanda-tanda vital dalam batas normal

sumber : http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/
Diagnosa keperawatan
Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah.
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi
kurang.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan
Intervensi keperawatan .
Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis dan prioritas masalah
keperawatan.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual dan muntah,
ditandai dengan : Kadang-kadang diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu makan
berkurang. Ada rasa mual dan muntah. Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume
cairan dengan kriteria : Klien tidak diare. Nafsu makan baik. Klien tidak mual dan muntah.
Intervensi : Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia.
Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.
Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan
kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan
peningkatan cairan.
Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.
Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh,
ditandai dengan : Suhu tubuh di atas normal. Frekuensi pernapasan meningkat. Distensi
abdomen. Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney Leuco > 10.000/mm3 Tujuan : Tidak akan
terjadi infeksi dengan kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi post operatif (tidak lagi
panas, kemerahan).
Intervensi : Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada
melalui prinsip-prinsip pencukuran.
Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan mencapai
ke dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro
organisme.
Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma.
Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat lancar.
Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat
mengakibatkan ruptura apendiks.
Anjurkan klien mandi dengan sempurna.
Rasional : Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya mikro
organisme.
HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.
Rasional : Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam pelaksaan
tindakan.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal, ditandai
dengan : Pernapasan tachipnea. Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah epigastrum
menjalar ke daerah Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit pada perut bagian

kanan bawah.
Tujuan : Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteria : Pernapasan normal. Sirkulasi normal.
Intervensi : Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara
dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.
Anjurkan pernapasan dalam.
Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga otototot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
Lakukan gate control.
Rasional : Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang saraf yang
berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus.
Beri analgetik.
Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah
mengetahui gejala pasti).
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi
kurang. Gelisah. Wajah murung. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien
mengeluh rasa sakit. Klien mengeluh sulit tidur
Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya.
Intervensi : Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah
operasi.
Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan
setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.
Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah
operasi.
Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.
Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan mandi, dan
penyembuhan latihan.
Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat
proses penyembuhan.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. Nafsu makan
menurun Berat badan menurun Porsi makan tidak dihabiskan Ada rasa mual muntah
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
Intervensi : Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai
minimal
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah
membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.
Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.
Beri makan sedikit tapi sering
Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.
Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
Tawarkan minum saat makan bila toleran.
Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.

Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.


Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa
kontrol dan mendorong untuk makan.
Memberi makanan yang bervariasi
Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan. Kuku nampak
kotor Kulit kepala kotor Klien nampak kotor
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
Intervensi : Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta
cuci rambut dan potong kuku klien.
Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan
kesehatan.
Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.
Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman
Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.
Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene.
Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.
Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan
Bimbing keluarga / istri klien memandikan
Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan
Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.
Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya
infeksi.
Implementasi
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian
kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada
tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan
tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada
klien post apendektomi. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara
independen, interdependen dan dependen.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh
perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada
fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan
profesi/disiplin ilmu yang lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan,
sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan
atas pesan orang lain.
Evaluasi.
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada klien perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
Apakah klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh?. Apakah klien
dapat terhidar dari bahaya infeksi?. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?. Apakah klien
sudah mendapat informasi tentang perawatan dan pengobatannya.
Sumber :
1.Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
2.Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.
3.Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta. 4.Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Tujuan yang ingin dicapai


1. Berdasarkan diagnosa 1 :
(Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien tidak mengalami
infeksi dengan kriteria : tidak ada tanda-tanda infeksi, TTV dbn.
2. Berdasarkan diagnosa 2 :
(Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique))
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu mnegontrol
nyeri dengan criteria : Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, TTD dalam batas normal
3. Berdasarkan diagnosa 3 :
(Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, deficit volume cairan teratasi
dengan criteria : klien dapat bertambah baik dengan Saturasi oksigen dbn normal, RR dbn dalam
respon aktivitas,TD Sistolik dbn dalam respon aktifitas, TD Diastolik dbn dalam respon aktifitas,
ADL dapat dilakukan dengan mandiri, volume intake terpenuhi.
4.

5.

6.

7.

Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, cemas pada klien berkurang
dengan criteria : klien tidak merasakan kecemasan tentang penyakit yang dideritanya dengan
mengontrol kecemasannya.
Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien dapat memahami dan
mengenal penyakit yang dideritanya dengan criteria : Klien dapat menyebutkan pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, penanganan serta perawatannya.
Berdasarkan diagnosa 6 :
(Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake.)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam , klien dapat mencapai status
nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria : Intake makanan dan cairan yang
adekuat dengan ditandai BB dbn, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, intake nutrisi adekuat.
.Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,nyeri pada klien berkurang,
dengan criteria: Klein dapat mengontrol nyeri, skala nyeri terjadi penurunan, mampu mengenali
nyeri, TTD dalam batas normal.
Intervensi keperawatan dan rasionalnya
Berdasarkan diagnosa 1 :
(Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif)
Intervensi Keperawatan
Rasionalnya
Obeservasi dan laporkan tanda-tanda infeksi Memantau adanya infeksi
Kaji teperatur tiap 4 jam
Perkembang infeksi masih dapat ditoleransi
Catat dan laporkan nilai laboratorium (AL,Dapat mengetahui adanya infeksi dan segera
Protein Serum, Ab)
harus diatasi.
Gunakan strategi untuk mencegah nosokomial Dugaan adanya infeksi
Tingkatkan intake cairan
Memperlancar proses pembentukan imunitas
Istirahat yang adekuat
Mencepat proses penyembuhan
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukanDugaan adanya infeksi
perawatan.
Gunakan standar precaution dan sarungMenurunkan resiko penyebaran bakteri.
tanggan selama kontak dengan darah,
memberan mucosa, kulit yang tidfak utuh
Ajarkan tehnik non farmakologi
Menurunkan terjadinya keracunan obat obatan
yang mengandung kimia
Efaluasi keefektifan control nyeri
Rasa nyaman terpenuhi dengan tidak nyeri
Mengurangi rasa nyeri lebih dini sebelum menjadi
Kolaborasikan dengan dokter, jika nyeri mash kronis.
belum berhasil

Berdasarkan diagnosa 2 :

(Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique))


Intervensi Keperawatan
Rasionalnya
Energi Manajemen :
Observasi adanya pembatasan klien dalamAktifitas lebih bermanfaat dalam memberikan
beraktifitas.
latihan gerak dengan tidak terlalu hiper aktif.
Mengetahui secara psikologis permasalahn
Dorong klien untuk mrngungkapkan perasaan dengan keterbatasan gerak.
terhadap keterbatasan.
Sehat secara psikologis dapaty meningkatkan
semangat hidup dengan emosi tidak berlebihan.
Monitor adanya kelelahan fisik emosi secaraMeningkatkan kekuatan otot untuk beraktifitas.
berlebihan
Monitor pola dan lamanya tidur/istirahat klien

Mengurangi resiko terjadinya intoleransi ktifitas.


Menngkatkan aktifitas sesuai dengan keinginan
Activity therapy :
klien.
Bantu klien untuk mngidentifikasi aktifitas yangKebutuhan aktifitas lebih teratur dan terorganisir.
mampu dilakukan.
Pemenuhan aktifitas dapat terpenuhi sesuai
Bantu klien memilih aktifitas yang mampu untuk dengan keinginan.
dilakukan.
Mengurangi resiko kelelahan aktifitas.
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas
yang disukai.
Monitor respon fisik, emosi, social, dan
spiritual.
Berdasarkan diagnosa 3 :
(Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan)
Intervensi Keperawatan
Rasionalnya

Fluid Managemen :
Pertahankan intake dan out put yang akurat.
Keseimbangan cairan dalam tubuh terpenuhi.
Monitor sturasi hidrasi
Menghindari terjadinya dehidrasi
Monitor hasil lab yang sesuai retensi cairanTerpantau kadar BUN, Hmt, Os urin jika terjadi
(BUN, Hmt, Os urin)
kelainan
Kolaborasi pemberian cairan IV
Menghindari terjadinya kelebihan cairan
Menghindari kegagalan dalam pemenuhan cairan
Berikan diuretic sesuai intruksi
Kebutuhan cairan dapat lebih menerima
Dorong masukan oral
Kebutuhn cairan terpenuhi
Dorong keluarga untuk membantu klien makan.
Tawarkan snak,(Jus buah, Buah segar)
Menghindari lebih dini terjadinya keburukan dalam
Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan pemenuhan cairan.
berlebihan muncul memburuk.
Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Intervensi Keperawatan
Rasionalnya
Tenangkan klien
Dapat melaksanakan tidakan-tindakan dalam
proses penyembuhan klien
Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepadaMembantu menurunkan kecemasan agar klien
klien dan perasaan yang mungkin muncul menyadari tindakan yang harus dilakukan
pada saat melakukan tindakan.
Berusaha memahami klien
Turut empati terhadap klien

Berikan informasi tentang diagnosa, prognosisKlien memahami kondisi yang dideritanya.


dan tindakan.
Membantu dalam memberikan terapi kecemasan
Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada sesui tingkat kecemasanya.
tingkat kecemasan (tachycardia, tachypnia,
ekpresi cemas dan verbal)
Meyakinkan klien agar dapat mudah dalam
Gunakan pendekatan dan sentuhan.
melkukan tindakan-tindakan
Mencegah terjadinya hal-hal yang merusak diri
Temani pasien untuk mendukung keamanan serta menigkatkan semangat hidup.
dan menurunkan rasa takut.
Membantu melepaskan beban sehingga klien
Sediakan
aktivitas
untuk
menurunkan dapat merasakan tidak terbebani.
ketegangan.
Melatih klien untuk mengatisi kecemasan secara
mandiri.
Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang
menciptakan cemas.

Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah)
Intervensi Keperawatan
Rasionalnya
Teaching : Dieases Process
Mengobservasi
kesiapan
klien
untukMemudahkan klien dalam menerima informasi
mendengarkan
Dapat menjelaskan informasi sesuai tingkat
Menentukan
tingkat
pengetahuan
klien pengetahuan klien
sebelumnya.
Dapat melakukan pendidikan kesehatan seuai
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan dengan tingkat pengetahuan klien
klien tentang proses penyakit yang sfesifik
Klien memahami dan menilai hal-hal yang tidak
Jelaskan fatofisiologi terjadinya.
boleh dilakukan.
Klien dapat mengidentifikasi terjadinya penyakit
Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul serta penagnana lebih dini
pada penyakit dengan cara yang tepat
Klien lebih waspada terhadap factor-faktor
Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit penyebab terjadinya penyakit yang dialami.
yang diderita klien
Lebih meyakinkan dalam perawatanya.
Mengurangi resiko terjadinya kembali dalam
Hindari jaminan yang kosong
lingkungan keluarganya sendiri.
Klien lebih nyaman dalam menerima terapi yang
Diskusikan gaya hidup yang mungkin diberikan
diperlukan untuk mencegah komplikasiKlien lebih mudah memahami tanda dan gejala
dimasa yang akan dating
yang diberikan oleh pendidik
Diskusikan plihan terapi serta penaganannya
Instruksikan klien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada perawat yang jaga.
Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)
Intervensi Keperawatan
Rasionalnya
Pain Managemen :
Pengawasan
keefektifan
obat,
kemajuan
Lakukan pengkajian nyeri secara konfrehensif penyembuhan, perubahan akan karakteristik
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi, menunjukkan terjadinya abses, memerlukan
frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
upaya evaluasi medik dan intervensi
Observasi reaksi non verbal
Kebutuhan rasa nyaman dapat terpenuhi.
Meyakinkan klien untuk mendapatkan perawatan
Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk yang intensif.
Bermanfaat dalam pengawasan keefektifan obat,
mengetahui pengetahuan nyri klien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
kemajuan penyembuhan.

Meningkatkan psikologis dan motifasi keingin


Bantu klien dan keluarganya untuk mencari sembuhan
Menurunkan factor-faktor yang menmpengaruhi
dukungan
Control lingkungan yang mempengaruhi nyri nyeri
;suhu, ruangan, cahaya.
Kurang factor pencetus nyeri
Nyeri dapat diatasi sedini mungkin denan
menemukan factor presipitari
Mencegah nyri dan meningkatkan penyembuhan.
Tingkatkan istirahat
Menurunkan terjadinya keracunan obat yang
mengandung bahan kimia.
Ajarkan tehnik non farmakologi
Rasa nyeri libuh dapat teratasi.
Menurunkan rasa nyeri sebelum terjadi nyeri
Evaluasi keefektifan control nyeri
Kolaborasi dengan dokter jika masalah nyri kronis.
belum teratasi.
Mengurangi terjadinya kebutuhan oabat lebih
Analgesik Managemen :
Cek intruksi dokter tentang jenis, dosis, dan tepat pada indikasinya.
Mengurangi terjadinya gejala lain yang mingkin
frekuensi obat.
muncul
Kaji riwayat alergi
Proses mengatasi nyeri lebih cepat dan efisien
Pilih rute pemberian secara IV & IM untukMengurangi terjadinya adanya komplikasi serta
alergi dan keefisien dalam pemberian obat.
pengobatan nyeri secara teratur
Mengontrol TTV sebelum dan sdsudahDapat mengkolaborasikan lebih lanjut tentang
keefektifan pemberian analgesic.
pemberian analgesic pertama kali
Efaluasi keefektifan analgesic tanda dan gejala
(efek samping)
K. Daftar pustaka
Elizabeth J. Corwin, 2001, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges,M E dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
Smeltzer, S.C, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Vol 2, EGC, Jakrta
Kristanti, A dkk, 2006, Materi kumpulan kuliah : Diagnosa Keperawatan Berdasarkan NANDA 2005-2006,
NIC dan NOC, UGM, Yogyakarta
Alhadrami S, Selasa 16 Januari 2007, Informasi Penyakit, Faculty of medicine Gajah Mada
University.http:\legasi.blogspot.com
Radang Usus Buntu Berkomplikasi : Usus Buntu, Antara Maut dan Biji Jambu
Klutuk.www.KeluargaSehat.com
Rizki Kurniadi, http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-apendisitisalikasi.html

Nama pemeriksaan
Rovsings sign
Psoas

sign

Tanda dan gejala


Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan
pada kuadran kiri bawah dan timbul nyeri
pada sisi kanan.
atau Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian

Obraztsovas sign

dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif


jika timbul nyeri pada kanan bawah.
Obturator sign
Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan
dilakukan rotasi internal pada panggul. Positif
jika timbul nyeri pada hipogastrium atau
vagina.
Dunphys sign
Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah
dengan batuk
Ten Horn sign
Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut
pada korda spermatic kanan
Kocher (Kosher)s sign
Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium
atau sekitar pusat, kemudian berpindah ke
kuadran kanan bawah.
Sitkovskiy
(Rosenstein)s Nyeri yang semakin bertambah pada perut
sign
kuadran
kanan
bawah
saat
pasien
dibaringkan pada sisi kiri
Aure-Rozanovas sign
Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit
trianglekanan
(akan
positif
ShchetkinBloombergs sign)
Blumberg sign
Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi
pada kuadran kanan bawah kemudian
dilepaskan tiba-tiba
Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak
di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa
flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi
bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak
awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui
praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36
jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh
perut, dan leukositosis terutamapolymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik
berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya
yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas
pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya
cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan
oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri
abdomen, demam, dan leukositosis

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal
oleh inflamasi)
2. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan peritaltik.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
4. Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi appenditomi).
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).
3. Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
kurang informas

C. RENCANA KEPERAWATAN
PRE OPERASI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

NOC

NIC

RASIONAL
Nyeri
akut
berhubunganSetelah dilakukan asuhanKaji tingkat nyeri, lokasi danUntuk mengetahui sejauh mana
dengan agen injuri biologikeperawatan, diharapkan nyeri karasteristik nyeri.
tingkat nyeri dan merupakan
(distensi jaringan intestinalklien berkurang dengan kriteria
indiaktor secara dini untuk dapat
oleh inflamasi)
hasil:
memberikan tindakan selanjutnya
informasi yang
tepat dapat
Klien mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampuJelaskan pada pasien tentangmenurunkan tingkat kecemasan
menggunakan
tehnikpenyebab nyeri
pasien
dan
menambah
nonfarmakologi
untuk
pengetahuan pasien tentang
mengurangi nyeri, mencari
nyeri.
napas dalam dapat menghirup
bantuan)
Melaporkan
bahwa
nyeriAjarkan tehnik untuk pernafasanO2 secara adequate sehingga
berkurang
dengandiafragmatik lambat / napasotot-otot
menjadi
relaksasi
menggunakan
manajemendalam
sehingga dapat mengurangi rasa
nyeri
nyeri.
meningkatkan relaksasi dan dapat
Tanda vital dalam rentang
normal
meningkatkan
Berikan
aktivitas
hiburan
(ngobrol
TD (systole 110-130mmHg,
kooping.
dengan
anggota
keluarga)
deteksi
dini
diastole 70-90mmHg), HR(60100x/menit),
RR
(16-Observasi tanda-tanda vital
perkembangan
0
24x/menit), suhu (36,5-37,5 C)
pasien.

kemampuan
terhadap
kesehatan

2.

sebagai profilaksis untuk dapat


Klien tampak rileks mampu
Kolaborasi dengan tim medismenghilangkan rasa nyeri.
tidur/istirahat
dalam pemberian analgetik
eliminasiSetelah dilakukan asuhanPastikan
kebiasaanmembantu dalam pembentukan

Perubahan pola
(konstipasi)
berhubungankeperawatan,
diharapkandefekasi klien dan gaya
dengan penurunan peritaltik. konstipasi
klien
teratasisebelumnya.
dengan kriteria hasil:
Auskultasi bising usus
BAB 1-2 kali/hari
Feses lunak
Bising usus 5-30 kali/menit

hidupjadwal irigasi efektif


kembalinya fungsi gastriintestinal
mungkin terlambat oleh inflamasi
intra peritonial
masukan adekuat dan serat,

Tinjau ulang pola diet danmakanan kasar memberikan


jumlah / tipe masukan cairan.
bentuk dan cairan adalah faktor
penting
dalam
menentukan
konsistensi feses.
makanan yang tinggi serat dapat
memperlancar
pencernaan
sehingga tidak terjadi konstipasi.

Berikan makanan tinggi serat.

obat

pelunak

feses

dapat

melunakkan feses sehingga tidak


terjadi konstipasi.
Berikan obat sesuai
contoh : pelunak feses

indikasi,

3.

Tanda
yang
membantu
Kekurangan volume cairanSetelah dilakukan asuhanMonitor tanda-tanda vital
berhubungan dengan mualkeperawatan
diharapkan
mengidentifikasikan
fluktuasi
muntah.
keseimbangan cairan dapat
volume intravaskuler.
dipertahankan dengan kriteriaKaji membrane
mukosa,
kajiIndicator keadekuatan sirkulasi
hasil:
tugor kulit dan pengisian kapiler. perifer dan hidrasi seluler.
kelembaban
membraneAwasi masukan dan haluaran,
mukosa
catat warna urine/konsentrasi,Penurunan haluaran urin pekat
turgor kulit baik
berat jenis.
dengan peningkatan berat jenis
Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg
diduga
dehidrasi/kebutuhan
BB/jam
Auskultasi bising usus, catatpeningkatan cairan.
Tanda-tanda vital dalam bataskelancaran flatus, gerakan usus. Indicator kembalinya

peristaltic,

normal
Berikan perawatan mulut seringkesiapan untuk pemasukan per
TD (systole 110-130mmHg,dengan perhatian khusus padaoral.
Dehidrasi mengakibatkan bibir dan
diastole 70-90mmHg), HR(60-perlindungan bibir.
100x/menit),
RR
(16-Pertahankan
penghisapanmulut kering dan pecah-pecah
0
24x/menit), suhu (36,5-37,5 C) gaster/usus.
Selang NG biasanya dimasukkan
pada
praoperasi
dan
dipertahankan pada fase segera
pascaoperasi untuk dekompresi
usus, meningkatkan istirahat
Kolaborasi pemberiancairan IVusus, mencegah mentah.
Peritoneum bereaksi terhadap
dan elektrolit
iritasi/infeksi
dengan

4.

menghasilkan sejumlah besar


cairan yang dapat menurunkan
volume
sirkulasi
darah,
mengakibatkan
hipovolemia.
Dehidrasi
dapat
terjadi
ketidakseimbangan elektrolit
Cemas berhubungan denganSetelah dilakukan asuhanEvaluasi tingkat ansietas, catatketakutan dapat terjadi karena
akan dilaksanakan operasi. keperawatan,
diharapkanverbal dan non verbal pasien.
nyeri
hebat,
penting
pada
kecemasab klien berkurang
prosedur
diagnostik
dan
dengan kriteria hasil:
pembedahan.
meringankan
ansietas
Melaporkan ansietas menurunJelaskan dan persiapkan untukdapat
sampai tingkat teratasi
tindakan
prosedur
sebelumterutama ketika pemeriksaan
Tampak rileks
dilakukan
tersebut
melibatkan
pembedahan.
kelemahan,
Jadwalkan istirahat adekuat danmembatasi
periode menghentikan tidur.

menghemat
energi
dan
meningkatkan
kemampuan
Anjurkan
keluarga
untukkoping.
Mengurangi kecemasan klien
menemani disamping klien

POST OPERASI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Nyeri berhubungan denganSetelah

NOC
dilakukan

NIC
asuhanKaji

skala

nyeri

lokasi,Berguna

RASIONAL
dalam pengawasan

agen injuri fisik (luka insisikeperawatan, diharapkan nyeri karakteristik


dan
laporkandan keefesien obat, kemajuan
post operasi appenditomi).
berkurang
dengan kriteriaperubahan nyeri dengan tepat. penyembuhan,perubahan dan
hasil:
karakteristik nyeri.
deteksi
dini
terhadap
Melaporkan nyeri berkurang Monitor tanda-tanda vital
Klien tampak rileks
perkembangan
kesehatan
Dapat tidur dengan tepat
pasien.
tegangan
Tanda-tanda vital dalam batasPertahankan istirahat denganMenghilangkan
posisi semi powler.
normal
abdomen
yang
bertambah
TD (systole 110-130mmHg,
diastole 70-90mmHg), HR(60-Dorong ambulasi dini.
100x/menit),
RR
(1624x/menit), suhu (36,5-37,50C)
Berikan aktivitas hiburan.
Kolborasi tim dokter
pemberian analgetika.
2.

dengan posisi terlentang.


Meningkatkan kormolisasi fungsi
organ.
meningkatkan relaksasi.
Menghilangkan nyeri.
dalam

Resiko infeksi berhubunganSetelah dilakukan asuhanKaji adanya tanda-tanda infeksiDugaan adanya infeksi
dengan tindakan invasif (insisi keperawatan
diharapkanpada area insisi
Dugaan adanya
post pembedahan).
infeksi dapat diatasi denganMonitor tanda-tanda vital.
kriteria hasil:
Perhatikan demam, menggigil,infeksi/terjadinya sepsis, abses,
Klien bebas dari tanda-tandaberkeringat, perubahan mental peritonitis
infeksi
Lakukan teknik isolasi untukmencegah transmisi penyakit
Menunjukkan
kemampuaninfeksi enterik, termasuk cucivirus ke orang lain.
untuk mencegah
infeksi

timbulnyatangan efektif.
Pertahankan teknik aseptik ketatmencegah meluas dan

Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul)

3.

pada perawatan luka insisi / membatasi penyebaran


terbuka,
bersihkan
denganorganisme infektif / kontaminasi
betadine.
silang.
Awasi / batasi pengunjung danmenurunkan resiko terpajan.
siap kebutuhan.
Kolaborasi tim medis dalamterapi ditunjukkan pada bakteri
pemberian antibiotik
anaerob dan hasil aerob gra
negatif.

Defisit self care berhubunganSetelah dilakukan asuhanMandikan pasien setiap hariAgar badan menjadi segar,
dengan nyeri.
keperawatan
diharapkansampai
klien
mampumelancarkan peredaran darah
kebersihan
klien
daptmelaksanakan sendiri serta cuci dan meningkatkan kesehatan.
dipertahankan dengan kriteriarambut dan potong kuku klien.
hasil:
Ganti pakaian yang kotor dengan
Untuk melindungi klien dari
klien bebas dari bau badan
yang bersih.
klien tampak bersih
kuman dan meningkatkan rasa
ADLs klien dapat mandiri atauBerikan
Hynege Edukasipadanyaman
dengan bantuan
klien dan keluarganya tentangAgar klien dan keluarga dapat
pentingnya kebersihan diri.
termotivasi
untuk
menjaga
Berikan pujian pada klien tentang personal hygiene.
Agar klien merasa tersanjung
kebersihannya.
Bimbing

keluarga

dan lebih
klienkebersihan

kooperatif

dalam

keterampilan
dapat
memandikan / menyeka pasien Agar
Bersihkan dan atur posisi sertaditerapkan
tempat tidur klien.
Klien merasa nyaman dengan
tenun
yang
bersih
serta
mencegah terjadinya infeksi.

4.

Memberikan informasi pada pasien


Kurang pengetahuan tentangSetelah dilakukan asuhanKaji ulang pembatasan aktivitas
kondisi
prognosis
dankeperawatan
diharapkanpascaoperasi
untuk merencanakan kembali
kebutuhan pengobatan b.dpengetahuan
bertambah
rutinitas biasa tanpa
kurang informasi.
dengan kriteria hasil:
menimbulkan masalah.
Membantu kembali ke fungsi usus
menyatakan
pemahamanAnjuran
menggunakan
proses penyakit, pengobatanlaksatif/pelembek feses ringansemula mencegah ngejan saat
dan
bila perlu dan hindari enema
defekasi
berpartisipasi dalam programDiskusikan
perawatan
insisi,
Pemahaman meningkatkan kerja
pengobatan
termasuk mengamati balutan,

pembatasan mandi, dan kembali sama dengan terapi,


ke dokter untuk mengangkatmeningkatkan penyembuhan
jahitan/pengikat
Identifikasi
gejala
yang
Upaya intervensi menurunkan
memerlukan evaluasi medic,
contoh
peningkatan
nyeriresiko komplikasi lambatnya
edema/eritema luka, adanyapenyembuhan peritonitis.

drainase, demam

PRE OPERASI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC
1. Domain 12 : Kenyamanan
NOC:
Kelas 1 : Kenyamanan fisik
Tingkat kenyamanan
Diagnosa : Nyeri akut(00132)
Pengendalian nyeri
Definisi :
Pengalaman sensorik dan
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan
emosional yang tidak
keperawatan selama ... x 24
menyenangkan yang muncul
jam, diharapkan nyeri klien
akibat kerusakan jaringan yang berkurang dengan kriteria hasil:
actual atau potensial
Klien mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab nyeri,
Batasan karakteristik :
mampu menggunakan tehnik
Sikap melindungi area nyeri
nonfarmakologi untuk
Indikasi nyeri yang dapat
mengurangi nyeri, mencari
diamati
bantuan)
Perubahan posisi untuk
Melaporkan bahwa nyeri
menghindari nyeri
berkurang dengan
Melaporkan nyeri secara
menggunakan manajemen
verbal
nyeri
Gangguan tidur
Tanda vital dalam rentang
normal
Faktor Yang Berhubungan :
Klien tampak rileks mampu
Agens cedera
tidur/istirahat

2.

Domain 2 : Nutrisi
Kelas 5 : Hidrasi

NOC;

NIC
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan
karasteristik nyeri.

2. Jelaskan pada pasien tentang


penyebab nyeri

RASIONAL
Untuk mengetahui sejauh mana
tingkat nyeri dan merupakan
indiaktor secara dini untuk dapat
memberikan tindakan selanjutnya
informasi yang tepat dapat
menurunkan tingkat kecemasan
pasien dan menambah pengetahuan
pasien tentang nyeri.

napas dalam dapat menghirup


O2 secara adequate sehingga otot3. Ajarkan tehnik untuk pernafasan otot menjadi relaksasi sehingga
diafragmatik lambat / napas
dapat mengurangi rasa nyeri.
dalam
meningkatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan kemampuan
kooping.
4. Berikan aktivitas hiburan
(ngobrol dengan anggota
deteksi dini terhadap
keluarga)
perkembangan kesehatan pasien.
5. Observasi tanda-tanda vital
6. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian analgetik
1. Monitor tanda-tanda vital

sebagai profilaksis untuk dapat


menghilangkan rasa nyeri.

Tanda yang membantu

Diagnosa : Kekurangan Volume Keseimbangan cairan


Cairan (00027)
Hidrasi
Definisi : penurunan cairan
2. Kaji membrane mukosa, kaji
intravaskuler
tugor kulit dan pengisian kapiler.
Tujun: Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ... x 24 3. Awasi masukan dan haluaran,
Batasan karakteristik :
catat warna urine/konsentrasi,
jam, diharapkan keseimbangan
Penurunan tekanan darah

berat jenis.
cairan dapat dipertahankan
Penurunan tekanan nadi
dengan kriteria hasil:
Penurunan turgor kulit
kelembaban membrane
4. Pertahankan penghisapan
Penurunan haluaran urin
mukosa
gaster/usus.
Membran mukosa kering
turgor kulit baik

Kelemahan
Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg
BB/jam
Faktor Yang Berhubungan :
Tanda-tanda vital dalam batas
Kehilangan cairan aktif
normal
5. Kolaborasi pemberiancairan IV

dan elektrolit

3.

Domain 9 : Koping/Toleransi
NOC:
stress
Pengendalian diri terhadap
Kelas 2 : Respon Koping
ansietas
Diagnosa : Ansietas (00146)
Koping
Definisi : Perasaan tidak nyaman

1. Evaluasi tingkat ansietas, catat


verbal dan non verbal pasien.

mengidentifikasikan fluktuasi
volume intravaskuler.
Indicator keadekuatan sirkulasi
perifer dan hidrasi seluler.
Penurunan haluaran urin pekat
dengan peningkatan berat jenis
diduga dehidrasi/kebutuhan
peningkatan cairan.
Selang NG biasanya dimasukkan
pada praoperasi dan dipertahankan
pada fase segera pascaoperasi
untuk dekompresi usus,
meningkatkan istirahat usus.
Peritoneum bereaksi terhadap
iritasi/infeksi dengan
menghasilkan sejumlah besar
cairan yang dapat menurunkan
volume sirkulasi darah,
mengakibatkan hipovolemia.
Dehidrasi dapat terjadi
ketidakseimbangan elektrolit

ketakutan dapat terjadi karena


nyeri hebat, penting pada prosedur
diagnostik dan pembedahan.
dapat meringankan ansietas

atau kekhawatiran yang samar


disertai respons otonom
Batasan karakteristik :
Gelisah
Insomnia
Mengekspresikan
kekhawatiran karena
perubahan dalam pola hidup
Tampak waspada

2.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama x 24 jam,
diharapkan kecemasab klien
berkurang dengan kriteria hasil:
Melaporkan ansietas menurun 3.
sampai tingkat teratasi
Tampak rileks

Jelaskan dan persiapkan untuk


tindakan prosedur sebelum
dilakukan

terutama ketika pemeriksaan


tersebut melibatkan pembedahan.

membatasi kelemahan, menghemat


energi dan meningkatkan
Jadwalkan istirahat adekuat dan kemampuan koping.
periode menghentikan tidur.
Mengurangi kecemasan klien

4. Anjurkan keluarga untuk


menemani disamping klien

Faktor Yang Berhubungan :


Perubahan dalam status
kesehatan
stress

POST OPERASI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC
NIC
1. Domain 12 : Kenyamanan
NOC:
1. Kaji skala nyeri lokasi,
Kelas 1 : Kenyamanan fisik
karakteristik dan laporkan
Tingkat kenyamanan
Diagnosa : Nyeri akut(00132)
perubahan nyeri dengan tepat.
Pengendalian nyeri
Definisi :
Pengalaman sensorik dan
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan
emosional yang tidak
keperawatan selama x 24 jam, 2. Monitor tanda-tanda vital
menyenangkan yang muncul
diharapkan nyeri berkurang
akibat kerusakan jaringan yang dengan kriteria hasil:
actual atau potensial
Melaporkan nyeri berkurang
3. Pertahankan istirahat dengan

RASIONAL
Berguna dalam pengawasan dan
keefesien obat, kemajuan
penyembuhan,perubahan dan
karakteristik nyeri.
deteksi dini terhadap
perkembangan kesehatan pasien.
Menghilangkan tegangan
abdomen yang bertambah

Batasan karakteristik :
Sikap melindungi area nyeri
Indikasi nyeri yang dapat
diamati
Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
Melaporkan nyeri secara
verbal
Gangguan tidur

2.

Faktor Yang Berhubungan :


Agens cedera
Domain 11 : Keamanan/
perlindungan
Kelas 1 : Infeksi
Diagnosa : Resiko Infeksi
(00004)
Definisi :
Mengalami peningkatan resiko
terserang organisme patogenik

posisi semi powler.


Klien tampak rileks
Dapat tidur dengan tepat
Tanda-tanda vital dalam batas
4. Dorong ambulasi dini.
normal

dengan posisi terlentang.


Meningkatkan kormolisasi fungsi
organ.
meningkatkan relaksasi.

5. Berikan aktivitas hiburan.

menghilangkan nyeri.

6. Kolborasi tim dokter dalam


pemberian analgetika.

NOC:
Status imun
Penyembuhan luka: primer

1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi


pada area insisi

2. Monitor tanda-tanda vital.


Perhatikan demam, menggigil,
Tujun: Setelah dilakukan asuhan
berkeringat, perubahan mental
keperawatan selama x 24 jam
diharapkan infeksi dapat diatasi
3. Lakukan teknik isolasi untuk
dengan kriteria hasil:
infeksi enterik, termasuk cuci
Klien bebas dari tanda-tanda
Faktor Yang Berhubungan :
tangan efektif.
infeksi
pengetahuan yang tidak cukup
4. Pertahankan teknik aseptik ketat
Menunjukkan kemampuan
pada perawatan luka insisi /
untuk menghindari pemajanan
untuk mencegah timbulnya
terbuka.
pathogen
infeksi
pertahanan tubuh pimer yang
Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul)
tidak adekuat
5. Awasi / batasi pengunjung dan
ketidakadekuatan pertahanan
siap kebutuhan.
sekunder
6. Kolaborasi tim medis dalam

Dugaan adanya infeksi (panas


daerah luka)
Dugaan adanya infeksi/terjadinya
sepsis, abses, peritonitis
mencegah transmisi penyakit
virus ke orang lain.
mencegah meluas dan membatasi
penyebaran organisme infektif /
kontaminasi silang.
menurunkan resiko terpajan.
terapi ditunjukkan pada bakteri
anaerob dan hasil aerob gra

3.

Defisit self care berhubungan


dengan nyeri.

NOC:
Perawatan diri : AKS
Perawatan diri : Mandi
Perawatan diri : Higieni

pemberian antibiotik

1. Mandikan pasien setiap hari


sampai klien mampu
melaksanakan sendiri serta cuci
rambut dan potong kuku klien.

negatif.

Agar badan menjadi segar,


melancarkan peredaran darah
dan meningkatkan kesehatan.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan 2. Ganti pakaian yang kotor dengan Untuk melindungi klien dari
yang bersih.
kuman dan meningkatkan rasa
keperawatan selama x 24 jam
nyaman
diharapkan kebersihan klien dapt
dipertahankan dengan kriteria
3. Berikan Hynege Edukasi pada
Agar klien dan keluarga dapat
hasil:
klien dan keluarganya tentang
termotivasi untuk menjaga
klien bebas dari bau badan
pentingnya kebersihan diri.
personal hygiene.
klien tampak bersih
ADLs klien dapat mandiri atau 4. Bimbing keluarga klien
Agar keterampilan dapat
dengan bantuan
memandikan / menyeka pasien
diterapkan
5. Bersihkan dan atur posisi serta
tempat tidur klien.

Klien merasa nyaman, serta


mencegah terjadinya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.
Fatma. (2010). Askep Appendicitis. Diakses http://fatmazdnrs.blogspot.com/2010/08/askep-appendicitis.html pada tanggal 09 Mei
2012.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Nuzulul. (2009). Askep Appendicitis. Diakses http://nuzulul.fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35840-Kep%20Pencernaan Askep
%20Apendisitis.html tanggal 09 Mei 2012.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

Você também pode gostar