Você está na página 1de 19

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar TB Paru

1. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe
(Smeltzer, 2000).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular

yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang


bervariasi, akibat kuman mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga
dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru - paru
yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Mansjoer, 2000).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada
saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium
tuberculosis, (Smeltzer, 2002).
2. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis
kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 m dan tebal
0,3-0,6 m dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA). (Adiatama,
2000).

Karakteristik kuman Mycobacterium tuberculosis : kuman ini


disebut juga basil dari Koch. Mycobacterium tuberculosis biasanya
terdapat pada manusia yang sakit tuberculosis.Penularan terjadi melalui
pernafasan. Kuman tuberculosis ini mengalami pertumbuhan secara aerob
obligat, energi kuman ini didapat dari oksidasi senyawa karbon yang
sederhana, pertumbuhannya lambat,waktu pembelahan sekitar 20 jam,pada
pembenihan pertumbuhan tampak setelah 2-3 minggu. Daya tahan kuman
tuberculosis lebih besar apabila dibandingkan dengan kuman lainnya
karena sifat hidrofobik permukaan sel. Pada sputum kering yang melekat
pada debu dapat tahan hidup 8-10 hari. Mycobacterium mengandung
banyak lemak seperti lemak kompleks,asam lemak dan lilin. Dalam sel,
lemak tergabung pada protein dan polisakarida. Komponen lemak ini
dianggap yang bertanggung jawab terhadap reaksi sel jaringan terhadap
kuman tuberculosis.Lemak ini berperan pada sifat tahan asam. Sedangkan
protein itu sendiri Mycobacterium mengandung beberapa protein yang
menimbulkan reaksi tuberculin, protein yang terikat pada fraksi lilin dapat
membangkitkan

sensitivitas

tuberculin,

juga

dapat

merangsang

pembentukan bermacam-macam antibody (Mansjoer, 2000).


3. Cara Penularan
Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis Basil Tahan Asam
(BTA) positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman
ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi

10

dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab (Darmanto, 2007),
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositipan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang
memungkinkan seseorang terpapar kuman tuberkulosis ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut
(Depkes RI, 2007).
Menurut Darmanto (2007), penularan TB Paru dapat terjadi jika
seseorang penderita TB Paru berbicara, meludah, batuk, atau bersin, maka
kuman-kuman TB Paru berbentuk batang (panjang 1-4 mikron, diameter
0,3-0,6 mikron) yang berada di dalam paru-parunya akan menyebar ke
udara sebagai partikulat melayang (suspended particulate matter) dan
menimbulkan droplet infection. Basil TB Paru tersebut dapat terhirup oleh
orang lain yang berada di sekitar penderita. Basil TB Paru dapat menular
pada orang-orang yang secara tak sengaja menghirupnya. Dalam waktu
satu tahun, 1 orang penderita TB Paru dapat menularkan penyakitnya pada
10 sampai 15 orang disekitarnya.
4. Tanda dan gejala
Gambaran klinis Tuberkulosis mungkin belum muncul pada infeksi
awal dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif.

11

Bila timbul infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala :batuk


purulen produktif disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari),
malaise, keringat malam, gejala flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu
makan dan penurunan berat badan (Corwin, 2009).
Menurut Mansjoer, (2000).Gejala klinik Tuberkulosis dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu
a. Gejala respiratorik
1) Batuk 3 minggu
2) Batuk darah
3) Sesak napas
4) Nyeri dada
b. Gejala sistemik
1) Demam
2) Rasa kurang enak badan (malaise),

3) keringat malam, nafsu makan menurun (anoreksia),


4) Berat badan menurun.

5. Dampak TB Paru
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda ketika dihadapkan
dengan suatu penyakit, reaksi perilaku dan emosi tersebut tergantung pada
penyakit, sikap orang tersebut dalam menghadapi suatu penyakit, reaksi
orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain. Penyakit
dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupan hanya
sedikit menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi orang

12

tersebut dan keluarga, sedangkan penyakit berat, apalagi yang mengancam


kehidupan dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih
luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarik diri
(Darwanto, 2007).
TB paru merupakan contoh klasik penyakit yang tidak hanya
menimbulkan dampak terhadap perubahan fisik, tetapi mental dan juga
sosial ( Darwanto, 2007). Bagi penderita TB paru dampak secara fisik
yang ditimbulkan diantarnya kelemahan fisik secara umum, batuk yang
terus menerus, sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, keringat pada malam hari dan kadang-kadang panas yang tinggi.
Bagi keluarga pasien adanya risiko terjadinya penularan terhadap anggota
keluarga yang lain karena kurangnya pengetahuan dari keluarga terhadap
penyakit TB Paru, pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan dan
upaya pencegahan penyakit. Produktivitas juga menurun terutama bila
mengenai kepala keluarga yang berperan sebagai pemenuhan kebutuhan
keluarga, maka akan menghambat biaya hidup sehari-hari terutama untuk
biaya pengobatan (Isselbacher, 2009)
Tidak sedikit pasien yang ketika di diagnosis TB Paru timbul
ketakutan dalam dirinya, ketakutan itu dapat berupa ketakutan akan
pengobatan, kematian, efek samping obat, menularkan penyakit ke orang
lain, kehilangan pekerjaan, ditolak dan didiskriminasikan, dan lain-lain
(International Union Against

Tuberculosis and Lung Disease, 2007).

Penderita TB Paru sering merasa rendah diri karena stigma buruk yang

13

berkembang bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Banyak orang yang


menghindari interaksi dengan penderita TB Paru karena takut tertular.
Penularan TB butuh kontak yang lama dan sering. Selain itu klien mudah
tersinggung, marah, putus asa dikarenakan batuk yang terus menerus
sehingga keadaan sehari-hari menjadi kurang menyenangkan dan karena
adanya perasaan rendah diri, klien selalu mengisolasi diri karena malu
dengan keadaan penyakitnya (Mansjoer, 2000)
Dampak masalah menurut (Mansjoer, 2000).
a.

Terhadap individu.
1)

Biologis.

Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus,


sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, keringat pada malam hari dan kadang-kadang panas yang
tinggi.
2) Psikologis.
Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena
batuk yang terus menerus sehingga keadaan sehari-hari yang
kurang menyenangkan.
3) Sosial.
Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan
penyakitnya sehingga klien selalu mengisolasi dirinya.

14

4) Spiritual.
Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan tuhan karena
penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh juga menganggap
penyakitnya yang manakutkan
5)

Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.

6. Faktor penyebab TB Paru

Menurut Tambayong (2000) faktor penyebab TB Paru ini meliputi :


Adapun faktor yang memengaruhi kejadian tuberkulosis diantaranya :
a.

Faktor intrinsik

1) Umur.
Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di
Amerika yaitu umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta
infeksi AIDS. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York
pada Panti penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan
bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat
secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis
paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan
75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50
tahun. (Elizabeth, 2009).
2) Jenis Kelamin.
Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang lakilaki. Pada tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua
kali lipat dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu

15

42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun 19851987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%,
sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru
Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena
laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga
memudahkan terjangkitnya TB paru. (Corwin, 2009)
3) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap
pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi
syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan
pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk
mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu tingkat
pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.
4) Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus
dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang
berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi
terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara
yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya
gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru. (Corwin,
2009)
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap
pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola

16

hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan


selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah
(kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan
dibawah Upah Minimum Rata-rata (UMR) akan mengkonsumsi
makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi
setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status nutrisi dan gizi
yang kurang yang akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi
diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan
mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang
dimiliki

tidak

memenuhi

syarat

kesehatan

sehingga

akan

mempermudah terjadinya penularan penyakit TB Paru. (Adiatama,


2000)
5) Kebiasaan Merokok
Merokok

diketahui

mempunyai

hubungan

dengan

meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit


jantung

koroner,

bronchitis

kronik

dan

kanker

kandung

kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB


paru sebanyak 2,2 kali. (Achmadi, 2005). Prevalensi merokok pada
hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada lakilaki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan
adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya
infeksi TB Paru. (Darmanto, 2007)

17

6) Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi
kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat
dibandingkan dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih.
Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan
daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit. Status
gizi, ini merupakan faktor yang penting dalam timbulnya penyakit
tuberculosis ( Isselbacher,2009).
7)

Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2002). Penginderaan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba (Notoatmodjo, 2002).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).
Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2002).
Pengetahuan seseorang akan TB Paru akan berakibat pada
sikap orang tersebut untuk bagaimana manjaga dirinya tidak terkena
TB Paru. Dari sikap tersebut akan mempengaruhi perilaku seseorang
untuk dapat terhindar dari TB Paru.

18

1.

Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dalam aspek kognitif menurut Notoatmodjo (2002),


dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu :
a.

Tahu ( know )
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, dari seluruh bahan yang dipelajari. Tahu ini


merupakan tingkat pengertian yang paling rendah.
b.

Memahami (Comprehension)
Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat


menginterprestasikan materi ke kondisi sebenarnya.
c.

Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.


d.

Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen - komponen, tetapi masih


dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
e.

Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk


keseluruhan yang baru.

19

f.

Evaluasi (Evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.


2.

Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang

menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden


(Notoatmodjo, 2002). Pengukuran pengetahuan ini berkaitan
dengan pengetahuan seks pra nikah beserta dampak-dampak yang
ditimbulkannya. Berdasarkan Waridjan kategori pengetahuan dapat
digolongkan menjadi pengetahuan baik jika kategori jawaban
benar antara 80%-100%, pengetahuan sedang jika jawaban benar
antara 56%-79% dan katgeori pengetahuan kurang jika jawaban
benar kurang dari 56%.
Sumber-sumber pengetahuan

3.

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman


yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa,
media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster,
kerabat dekat dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2002)
sumber

pengetahuan

dapat

berupa

pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang


pemerintahan dan sebagainya.

20

8)

Perilaku
Lawrence Green dalam (Notoatmodjo, 2002) menjelaskan perilaku itu
dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh 3 faktor pokok yaitu :
a) Faktor Predisposisi (Predisposing factor)

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada


diri seseorang. Yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan,
pendidikan, dan ekonomi.
b) Faktor Pemungkin (Enabling factor)

Adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi


perilaku atau tindakan yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan.
c) Faktor Penguat (Reinforcing factor)

Adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya


perilaku. Dalam hal ini pengaruh dari lingkungan luar seperti sikap
dan perilaku petugas kesehatan, pengawasan keluarga yang lemah
dan kehidupan beragama yang lemah.
b.

Faktor Extrinsik

1) Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah
tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan

21

kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu kurangnya ventilasi


akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena
terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.
Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman
TB Paru (Somantri, 2007).
Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ
selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa
oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga
agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy)
yang optimum (Corwin, 2009).
Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang
ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen
minimal 5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka
tutup) 5% dari luas lantai. Udara segar juga diperlukan untuk menjaga
temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya
temperatur kamar 22-30C dari kelembaban udara optimum kurang
lebih 60% (Tambayong, 2000).
2) Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas
jendela kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang
baik atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya

22

ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di


dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat harus
mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. (Somantri, 2007)
3) Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan,
keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan
kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya
kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga
akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka
akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga
memudahkan terkena infeksi TB Paru. Faktor ekonomi, keadaan sosial
ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai
masalah kesehatan karena ketidakmampuan dalam mengatasi masalah
kesehatan. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi, pemukiman dan
lingkungan sehat, jelas semua ini akan mudah menumbuhkan penyakit
tuberkulosis (Darmanto, 2007).
4) Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan
penyakit TB Paru. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat
perkembang biakan kuman.Lantai dan dinding yag sulit dibersihkan
akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan

23

sebagai

media

yang

baik

bagi

berkembangbiaknya

kuman

Mycrobacterium tuberculosis (Tambayong, 2000).


5) Kelembaban udara
Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan,
dimana kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperatur
kamar 22 30C. Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab (Tambayong, 2000).
6)

Kepadatan hunian
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus
disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan
overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan
kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga
terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota
keluarga yang lain.
Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya
dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif
tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk
rumah sederhana luasnya minimum 10 m2/orang (Corwin, 2009).

7. Pencegahan
Menurut (Adiatama, 2000) cara pencegahan terhadap penularan
pasien TB Paru adalah ;

24

a) Bagi penderita, tutup mulut bila batuk


b) Jangan buang dahak sembarangan, cara membuang dahak yang
benar yaitu:
1.

Menimbun dahak dengan pasir

2.

Tampung dahak dalam kaleng berisi lysol, air sabun,

spiritus, dan buang di lubang wc atau lubag tanah


c) Memeriksakan anggota keluarga yang lain
d) Makan-makanan bergizi (cukup karbohidrat, protein, dan vitamin )
e) Istirahat yang cukup.

f) Memisahkan alat makan dan minum bekas pasien


g) Memperhatikan

keadaan

rumah,

baik.Hindari rokok
h) Berikan Imunisasi BCG pada bayi

ventilasi

&

pencahayaan

25

B. Kerangka teori
Faktor Intrinsik
1)
Jenis Kelamin
2)
Pendidikan
3)
Umur
4)
Pekerjaan
5)
Kebiasaan
Merokok
6)
Status Gizi
7)
Pengetahuan
8)
Perilaku

KEJADIAN TB PARU

Faktor Extrinsik
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
hunian

Pencahayaan
Ventilasi
Keadaan Sosial
Ekonomi
Kondisi rumah
Kelembaban udara
Kepadatan

Skema 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Darmanto, (2007), Tambayong, (2000), Isselbacher,(2009)
dan Corwin, (2009)
C. Kerangka konsep
Variable bebas

Variable terikat

Jenis kelamin
Pendidikan
Umur
Kejadian TB Paru

Pekerjaan
Pengetahuan
Kepadatan hunian

Skema 2.2 Kerangka Konsep

26

D. Hipotesis penelitian
Berdasarkan dari kerangka konsep penelitian diatas, maka hipotesa
yang dapat disimpulkan adalah :
a. Ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian TB Paru di Wilayah

Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan


b. Ada hubungan pendidikan dengan kejadian TB Paru di Wilayah

Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan


c. Ada hubungan umur dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan


d. Ada hubungan pekerjaan dengan kejadian TB Paru di Wilayah

Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan


e. Ada hubungan pengetahuan tentang TB Paru dengan kejadian TB

Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan


f.

Ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru di


Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan.

Você também pode gostar

  • Cover Jurnal
    Cover Jurnal
    Documento1 página
    Cover Jurnal
    Muhammad Habibul Ihsan
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento6 páginas
    Daftar Isi
    Fadly Setiawirawan
    Ainda não há avaliações
  • Anestesi Regional
    Anestesi Regional
    Documento15 páginas
    Anestesi Regional
    Muhammad Habibul Ihsan
    Ainda não há avaliações
  • Faktor Penentu Hemodinwamik
    Faktor Penentu Hemodinwamik
    Documento3 páginas
    Faktor Penentu Hemodinwamik
    evimeilisa
    Ainda não há avaliações
  • Kronologis Bu Lenggo
    Kronologis Bu Lenggo
    Documento3 páginas
    Kronologis Bu Lenggo
    Urban Durban
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Documento19 páginas
    Bab Ii PDF
    Yuyun Aniitasarrii Nthu Nita
    Ainda não há avaliações
  • KATA PENGANTAR Refreshing Ispa
    KATA PENGANTAR Refreshing Ispa
    Documento1 página
    KATA PENGANTAR Refreshing Ispa
    Sri Ulandari A Taufan
    Ainda não há avaliações
  • MMSE Pak Hasanuddin
    MMSE Pak Hasanuddin
    Documento1 página
    MMSE Pak Hasanuddin
    Muhammad Habibul Ihsan
    Ainda não há avaliações
  • PLENO Kel 5 Modul 4
    PLENO Kel 5 Modul 4
    Documento16 páginas
    PLENO Kel 5 Modul 4
    Urban Durban
    Ainda não há avaliações
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Documento1 página
    Cover Referat
    Urban Durban
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Documento23 páginas
    Bab I Pendahuluan
    Urban Durban
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Documento23 páginas
    Bab I Pendahuluan
    Urban Durban
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento3 páginas
    Kata Pengantar
    Bunga Nur Annisa
    Ainda não há avaliações
  • Rokok Dan Vo2max
    Rokok Dan Vo2max
    Documento4 páginas
    Rokok Dan Vo2max
    Urban Durban
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet
    Leaflet
    Documento3 páginas
    Leaflet
    Urban Durban
    Ainda não há avaliações
  • Proposal Rev.2
    Proposal Rev.2
    Documento25 páginas
    Proposal Rev.2
    Urban Durban
    Ainda não há avaliações
  • Hepatitis
    Hepatitis
    Documento2 páginas
    Hepatitis
    Urban Durban
    Ainda não há avaliações
  • Peritonitis
    Peritonitis
    Documento16 páginas
    Peritonitis
    christian_dyr
    Ainda não há avaliações
  • Umj Kuliah Geh SMV 22092011
    Umj Kuliah Geh SMV 22092011
    Documento76 páginas
    Umj Kuliah Geh SMV 22092011
    Bono Pazio
    Ainda não há avaliações
  • DD Malaria
    DD Malaria
    Documento18 páginas
    DD Malaria
    Urban Durban
    Ainda não há avaliações
  • Laporan PBL KEL 7
    Laporan PBL KEL 7
    Documento18 páginas
    Laporan PBL KEL 7
    Lestari Wacika
    Ainda não há avaliações
  • Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia
    Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia
    Documento4 páginas
    Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia
    oincolin
    Ainda não há avaliações
  • DEMAM THYPHOID - Annisa Prisilia
    DEMAM THYPHOID - Annisa Prisilia
    Documento13 páginas
    DEMAM THYPHOID - Annisa Prisilia
    Urban Durban
    Ainda não há avaliações
  • 3
    3
    Documento1 página
    3
    Urban Durban
    Ainda não há avaliações