Você está na página 1de 11

http://majapahit-nusantara.blogspot.com/2013/12/laksamana-mpu-nalapanglima-angkatan.

html
Angkatan Laut Majapahit

Jul 10
https://history1978.wordpress.com/2013/07/10/angkatan-laut-majapahit/
Posted by rusdi1978

Masih ingat lagu ini : nenek moyangku seorang pelaut, gemar mengarung luas samudera,
menerjang ombak tiada tara, menggulung badai sudah biasa
L1agu di2 atas menggambarkan kejayaan masa lampau dari nenek moyang kita di bidang
maritim.3 Salah satu kerajaan nusantara yang sangat kuat di bidang maritimnya adalah
M4ajapahit. bahkan angkatan lautnya konon salah satu angkatan laut terbesar di dunia pada
masa itu. Nah, untuk mengetahui seputar Angkatan Laut Majapahit, berikut saya sampaikan
uraiannya sebagai upaya untuk menumbuhkan kembali kebanggaan kita sebagai bangsa yang
besar.

1. Hal.3.F.1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai


sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
2.

Konon rahasia kekuatan laut Majapahit sejak jaman Gajah Mada yaitu terletaknya
pimpinan yang dipegang oleh Mpu Nala sebagai panglima tertinggi. Mpu Nala
dalam membangun kekuatan laut yang tersohor kala itu, beliau menemukan
sejenis pohon raksasa yang dirahasiakan lokasinya, untuk membangun kapalkapal Majapahit yang berukuran besar di masa itu. Persenjataan kapal-kapal
Majapahit berupa meriam Jawa. Konon Gajah Mada kecil pernah diasuh oleh
tentara Mongol yang dikirim Kublai Khan menyerbu Jawa guna membalas
penghinaan yang dilakukan oleh Prabu Kertanegara mencoreng-coreng wajah
utusan Tiongkok yang menuntut agar Singosari tunduk di bawah kekuasaan
Tiongkok. Gajah Mada diajarkan oleh pengasuhnya orang Mongol itu mengenai
prinsip senjata api sederhana. Selanjutnya Gajah Mada mengembangkan senjata
api itu untuk mempersenjatai kapal-kapal perang Majapahit ciptaan Mpu Nala
yang istimewa itu, hingga mampu merajai wilayah di perairan Selatan (Nan
Yang).
Keturunan Mpu Nala terus melanjutkan kepemimpinan militer Majapahit. Mpu
Nala II tidak segemilang pendahulunya apalagi militer laut sudah demikian parah
dalam melakukan tindak korupsi di wilayah kekuasaan masing-masing, sehingga
rakyat tidak lagi menghormati kekuasaan pemerintahan pusat. Dan menurunkan
wibawa Majapahit di kalangan kerajaan taklukannya.Di masa kehancuran itu Mpu
Nala II tidak segemilang pendahulunya. Sehingga seperti yang terjadi kemudian,
kekuatan laut yang tersohor di Nan Yang itu saling bertempur satu kapal dengan
kapal yang lain.
Kapal-Kapal Majapahit

Kapal Jung, Sang Raksasa Lautan!

kapal borobudur
Orang Jawa sangat berpengalaman dalam seni navigasi. Mereka dianggap sebagai perintis
seni paling kuno ini. Walaupun banyak yang menunjukkan bahwa orang Tionghoa lebih
berhak atas penghargaan ini, dan menegaskan bahwa seni ini diteruskan dari mereka kepada
orang Jawa.
Demikian tulis Diego de Couto dalam buku Da Asia, terbit 1645. Bahkan, pelaut Portugis
yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16 itu menyebutkan, orang Jawa lebih
dulu berlayar sampai ke Tanjung Harapan, Afrika, dan Madagaskar. Ia mendapati penduduk
Tanjung Harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat seperti orang Jawa. Mereka mengaku
keturunan Jawa, kata Couto, sebagaimana dikutip Anthony Reid dalam buku Sejarah
Modern Awal Asia Tenggara.

Tatkala pelaut Portugis mencapai perairan Asia Tenggara pada awal tahun 1500-an mereka
menemukan kawasan ini didominasi kapal-kapal Jung Jawa. Kapal dagang milik orang Jawa
ini menguasai jalur rempah rempah yang sangat vital, antara Maluku, Jawa, dan Malaka.
Kota pelabuhan Malaka pada waktu itu praktis menjadi kota orang Jawa.
Di sana banyak saudagar dan nakhoda kapal Jawa yang menetap, dan sekaligus
mengendalikan perdagangan internasional. Tukang-tukang kayu Jawa yang terampil
membangun galangan kapal di kota pelabuhan terbesar di Asia Tenggara itu. Bukti
kepiawaian orang Jawa dalam bidang perkapalan juga ditemukan pada relief Candi
Borobudur yang memvisualkan perahu bercadik belakangan disebut sebagai Kapal
Borobudur.
KONSTRUKSI
KAPAL
Konstruksi perahu bercadik sangat unik. Lambung perahu dibentuk sebagai menyambungkan
papan-papan pada lunas kapal. Kemudian disambungkan pada pasak kayu tanpa
menggunakan kerangka, baut, atau paku besi. Ujung haluan dan buritan kapal berbentuk
lancip. Kapal ini dilengkapi dengan dua batang kemudi menyerupai dayung, serta layar
berbentuk segi empat. Kapal Jawa jelas berbeda dengan kapal Tiongkok yang lambungnya
dikencangkan dengan bilah-bilah kayu dan paku besi. Selain itu kapal Tiongkok memiliki
kemudi tunggal yang dipasang pada palang rusuk buritan.
Kapal Borobudur telah memainkan peran besar dalam segenap urusan orang Jawa di bidang
pelayaran, selama beratus ratus tahun sebelum abad ke-13. Memasuki awal abad ke-8, peran
kapal Borobudur digeser oleh kapal kapal Jawa yang berukuran lebih besar, dengan tiga atau
empat layar sebagai Jung. Pelaut Portugis menyebut juncos, pelaut Italia menyebut zonchi.
Istilah jung dipakai pertama kali dalam catatan perjalanan Rahib Odrico, Jonhan de
Marignolli, dan Ibn Battuta yang berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14 mereka memuji
kehebatan kapal Jawa berukuran raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi
pembuatan Jung tak jauh berbeda dengan pengerjaan kapal Borobudur; seluruh badan kapal
dibangun
tanpa
menggunakan
paku.

Gambaran tentang jung Jawa secara spesifik dilaporkan Alfonso de Albuquerque, komandan
armada Portugis yang menduduki Malaka pada 1511. Orang Portugis mengenali Jawa sebagai
asal usul jung-jung terbesar. Kapal jenis ini digunakan angkatan laut kerajaan Jawa (Demak)
untuk menyerang armada Portugis.
Disebutkan, jung Jawa memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat serta
mampu menahan tembakan meriam kapal kapal Portugis. Bobot jung rata-rata sekitar 600
ton, melebihi kapal perang Portugis. Jung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai
1.000 ton yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Jawa untuk menyerang armada
Portugis di Malaka pada 1513. Bisa dikatakan, kapal jung jawa ini disandingkan dengan
kapal induk di era modern sekarang ini.
Anunciada (kapal Portugis yang terbesar yang berada di Malaka pada tahun 1511) sama
sekali tidak menyerupai sebuah kapal bila disandingkan dengan Jung Jawa. tulis pelaut
Portugis Tom Pires dalam Summa Orientel (1515). Hanya saja jung Jawa raksasa ini, menurut
Tome Pires, lamban bergerak saat bertempur dedengan kapal-kapal portugis yang lebih
ramping dan lincah. Dengan begitu, armada Portugis bisa menghalau jung Jawa dari perairan
Malaka.

Ilustrasi armada VOC


Pernah menjadi penguasa dunia.
Puncak kejayaan Majapahit terukir pada 1450-an. Bayangkan, ketika itu wilayah
kekuasaan Jawa mencakup luas mulai dari Nusantara, Indocina, China, dan India.
Kejayaan tersebut tak terlepas dari penguasaan teknologi kapal laut yang
memang saat ini menjadi satu-satunya
transportasi laut yang menghubungkan daerah-daerah kekuasaannya. Kapal Jong
Majapahit sangatlah disegani.
Menurut Irawan Djoko Nugroho dalam bukunya Majapahit Peradaban Maritim
(2011), jumlah armada Jong Majapahit ketika itu mencapai 400 kapal.
Bandingkan dengan armada kapal yang dimiliki VOC (Belanda), EIC, Spanyol, dan
Portugis pada tahun sesudahnya (1674). Kalau kekuatan itu digabung, mereka
yang menguasai India, Nusantara, Indocina, dan China hanya memiliki 124 kapal.

Sejak
Abad
III
Berdasarkan catatan sejarah dari China dan Portugis, Jawa atau Nusantara melakukan
berbagai pelayaran menyeberangi Samudra Hindia dengan kapal besar ke Madagaskar pada
abad ke-3 hingga ke-17. Kapal berbobot lebih dari 500 ton itu tentu saja termasuk kapal
tercanggih di zamannya. Bukan apa-apa, kapal layar berukuran panjang sekitar 70 meter itu
mampu membawa penumpang sebanyak 600 orang.
Kapal-kapal itu biasanya dilengkapi dengan empat layar yang terbuat dari tanaman yang
dianyam. Ketika angin berembus, layar-layar itu mudah digerakkan sesuai arah angin.
Dengan demikian, laju kapal dapat bergerak lincah sesuai tujuan. Sekali lagi, Jawa telah
menunjukkan penguasaan teknologi maritimnya. Coba bandingkan dengan kapalkapal
perintis yang dibuat bangsa Eropa.
Kapal Gracedieu buatan Inggris pada 1418 misalnya, memiliki panjang hanya 54 meter. Lagi
pula kapal ini tak mampu berlayar. Bertahun-tahun hanya mengapung dan akhirnya ludes
terbakar dilalap si jago merah. Lalu, diluncurkan Kapal Christoporus Columbus pada 1492

dan Vasco da Gama (1497). Kapal-kapal tersebut hanya memiliki kapasitas masing-masing
88 dan 171 penumpang.
Kapal-kapal besar Eropa baru hadir setelah melewati hubungan interkasi dengan kapal-kapal
yang digunakan di wilayah-wilayah yang mendapat pengaruh kuat dari Jawa, ungkap
Irawan. Fakta tersebut menunjukkan, perdagangan yang dikelola Jawa jauh melampaui
gabungan pedagang besar di wilayah Eropa.
Kedigdayaan Jawa ketika itu benar-benar tak ada yang mampu menandinginya. Dengan
armada laut yang kuat dan gagah perkasa itulah, para pendahulu kita mampu mengendalikan
pelabuhan-pelabuhan yang menjadi sumber perekonomian Nusantara. Tak berlebihan kalau
tempo dulu (abad ke-12) Jawa sangat termasyhur di jagat raya.
Bahkan seorang ekonom China pernah menulis, dari semua kerajaan asing yang kaya raya
(memiliki cadangan devisa berlimpah ruah), kehebatan bangsa She-po (Jawa) berada di
urutan kedua setelah bangsa Ta-shih (Arab). Urutan ketiga ditempati San-fo-Chi (Sriwijaya).
Marco Polo mengungkapkan, jumlah emas yang dikumpulkan Majapahit lebih banyak
daripada yang dihitung dan hampir tidak dapat dipercaya. Jawa menjadi pemegang rekor
sebagai kerajaan yang paling banyak memiliki cadangan logam mulia tersebut.
Uniknya lagi, cadangan tersebut bukan berasal dari perut bumi di tanah Jawa. Bongkahan
emas-emas itu dikumpulkan melalui aktivitas pengendalian pelabuhan-pelabuhan di dunia.
Saking kaya rayanya Jawa, membuat bangsa Mongol pernah menargetkan penyerangan
besar-besaran di wilayah Jawa yang berada di Samudra Selatan (Samudra Hindia). Namun
mereka tak pernah berhasil mewujudkan impiannya itu.
Barus
dan
Cengkeh
Selain menguasai teknologi perkapalan dan navigasi (peta), Nusantara juga diperkuat dengan
kekuatan agraris yang tiada tara. Dari ujung daratan Sumatra Utara, tepatnya di Kota Barus,
dulu dikenal sebagai penghasil kapur barus yang diperoleh dari pohon kamper (Dryobalanops
aromatica). Barus sudah menjadi catatan tertua ahli filsafat termasyhur dari Alexandra,
Ptolemaeus sebagai penghasil bahan pengawet yang harganya melebihi emas.
Sudah menjadi rahasia umum kalau jasad Raja Mesir Kuno, Firaun masih utuh hingga kini
lantaran dibalsem dengan menggunakan kapur barus asal Nusantara. Sejarah mencatat, sejak
tahun 3000 Sebelum Masehi (SM), kapur barus telah melanglang buana ke Mesir. Hal ini
menunjukkan, Jawa dan Mesir sudah lama melakukan diplomasi niaga melalui armada laut.
Kapur barus ini sudah diniagakan sejak 6.000 tahun silam.
Tak ada cara lain, perdagangan tersebut dapat terjadi melalui angkutan kapal laut. Bergeser ke
timur, tepatnya di Maluku, juga terhampar luas cengkeh yang kelak di kemudian hari
membuat Belanda sangat bernafsu untuk menguasainya. Catatan mengenai popularitas
cengkeh dari Maluku dikemukakan arkeolog Giorgio Buccellati. Dari rumah seorang
pedagang di Terqa, Efrat Tengah pada 1700 SM, ia menemukan wadah berisi cengkeh.

Ketika itu di dunia, cengkeh hanya diketahui dapat tumbuh di pulau-pulau kecil di Maluku.
Rempah-rempah ini telah menjadi barang berharga bagi para pembesar yang dapat digunakan
untuk aneka keperluan mulai dari perasa makanan, minuman, obat-obatan, dan rokok lantaran
memiliki cita rasa prima. Cengkeh Maluku bisa sampai ke Efrat tersebut berkat peran para
pelaut Jawa yang dengan gagah berani mampu menaklukkan samudra luas hingga ke Timur
Tengah, Eropa, dan Cina.
Kalau sekarang ini ekonomi Indonesia terpuruk dan kalah jauh dibandingkan dengan
kekuasaan Jawa tempo dulu, tentu ada yang salah dalam membangun dan menata bangsa ini.
Laut yang harusnya menjadi pemersatu bangsa terkesan dibiarkan, tak diurus sebaik-baiknya.
Terbukti, pelayaran niaga yang melayani ekspor-impor di perairan Nusantara kini dikuasai
asing.
Dari seluruh kapal niaga yang melayani kebutuhan tersebut, hanya 10 persen yang
berbendara Indonesia. Sisanya, yang 90 persen dioperasikan oleh pihak asing. Ya, kini kita
seperti menjadi penonton di rumah sendiri. Kita telah tega meninggalkan sejarah gemilang
yang telah terukir itu.
Agar
Nusantara
Kembali
Rakyat Jawa telah menjelma menjadi budak-budak dari kolonialis tersebut.

Bersinar

Popularitas Jawa (Nusantara) mulai meredup ketika para penguasa melupakan lautnya. Itulah
yang tercatat dalam sejarah perjalanan bangsa. Dominasi niaga laut Jawa berakhir saat
panglima Pajang Senapati memberontak terhadap ahli waris sah Kerajaan Pajang. Lebih dari
itu, Senapati malah membubarkan dan menelantarkan armada laut yang selama ini menjadi
kedigdayaan Nusantara.
Ia mengisolasi Jawa dari luar. Akibatnya, dominasi negara maritim yang pernah berjaya itu
terus meredup. Apalagi para penerus Panembahan Senapati senantiasa menakutnakuti
rakyatnya agar tidak melaut dengan kisah angker Nyi Roro Kidul sebagai penguasa laut
selatan Jawa. Perilaku raja yang meminggirkan negara maritim dan melupakan sejarah
kejayaan sebagai penguasa dunia itu mengakibatkan Jawa kian terpuruk.
Hal ini pula yang mendorong bangsa Eropa, khususnya Belanda, dengan mudah
menaklukkan Jawa. Sebagaimana dikatakan Raja Mongol, Kubilai Khan, jika pasukan
Mongol mampu mengalahkan Jawa maka negara-negara lain akan tunduk dengan sendirinya.
Ia yakin dengan ucapannya itu karena memang tidak mudah menaklukkan tentara dan
dominasi niaga yang dibangun Jawa. Sepanjang kariernya, Mongol kalah telak melawan
pasukan perang dari Jawa. Prediksi Kubilai Khan memang benar.
Ketika Belanda berhasil menaklukkan dan menguasai Jawa dengan mudah karena memang
minim perlawanan dari penguasa Jawa, sejak saat itulah VOC terus berkibar. Ia memonopoli
perniagaan hampir setara dengan yang dikuasai Jawa. Sejak itulah, hari demi hari Jawa penuh

dengan kegelapan. Nasibnya serupa dengan Eropa pasca-Romawi. Bahkan lebih tragis lagi,
rakyat Jawa telah menjelma menjadi budak-budak dari kolonialis tersebut.
Karena itu, pesan Pontjo Sutowo, Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, tampaknya
dapat menjadi renungan bagi kita semua. Ia mengatakan, jika kita ingin mewujudkan
kehidupan masyarakat bangsa yang maju, modern, sejahtera, dan menjadi adidaya maka kita
harus tetap di laut dan menguasai kembali lautan. Karena itu kita harus menyatukan tekad
untuk membangun patriotisme baru yang memiliki akar sejarah yang kuat. Yakni, semangat
maritim dengan nilai-nilai budaya kemaritimannya, ujar Pontjo.
Dengan kata lain, Indonesia dapat bersinar lagi di kancah perekonomian global jika dan
hanya jika seluruh pemimpin negeri memiliki kebijakan kuat di laut. Apalagi sekitar 70
persen wilayah Indonesia berupa laut. Tak hanya itu. Indonesia adalah negara yang memiliki
garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dengan keunggulan komparatif
tersebut dan didukung sejarah budaya maritim yang kuat, dan kemauan untuk berubah maka
niscaya kita mampu mengembalikan kejayaan Nusantara di masa silam.

Você também pode gostar