Você está na página 1de 21

LAPORAN KEGIATAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


MEMBUAT KERAJINAN TANGAN BROS BUNGA KAIN FLANEL

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Jiwa di Desa Rejosari


Kecamatan Bantur Kabupaten Malang

Oleh:
Edwina Narulita Sari Agustin J.
NIM: 115070200111005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

HALAMAN PENGESAHAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
MEMBUAT KERAJINAN TANGAN BROS BUNGA KAIN FLANEL
Diajukan untuk Memenuhi Kompetensi Praktek Profesi Departemen CMHN

Oleh:
Edwina Narulita Sari Agustin J.
115070200111005

Telah diperiksa kelengkapannya pada:


Hari

Tanggal :

Agustus 2015

Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Perseptor Klinik

Perseptor Akademik

Barti Marhendrajani, S.Kep

Ns. Retno Lestari, S.Kep, MN

NIP. 196608181990032010

NIP. 198009142005022001

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Kegiatan


Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial

yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan perilaku dan koping
individu yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Johsons,
1997 dalam Videback, 2008). Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri
dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang
negatif atau keadaan yang mengancam (NANDA, 2005). Klien yang mengalami
isolasi sosial akan cenderung muncul perilaku menghindar saat berinteraksi
dengan orang lain dan lebih suka menyendiri terhadap lingkungan agar
pengalaman yang tidak menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain
tidak terulang kembali (Keliat, 1999).
Individu dengan isolasi sosial menunjukkan perilaku menarik diri, tidak
komunikatif, mencoba menyendiri, lebih suka dengan pikiran dan dirinya sendiri,
tidak ada kontak mata, sedih, afek tumpul, perilaku bermusuhan, menyatakan
perasaan sepi atau ditolak, kesulitan membina hubungan sosial di lingkungannnya,
menghindari orang lain dan mengungkapkan perasaaan tidak dimengerti orang lain
(NANDA, 2007).
Menurut Carpenito (2006) penyebab dari isolasi sosial adalah harga diri
rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan perasaan malu terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri
kurang dan juga dapat mencederai diri.
Salah satu terapi aktivitas yang dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa
dengan isolasi sosial adalah terapi aktivitas kelompok dengan membuat kerajinan
tangan membuat bros bunga dari kain flannel.
2.1

Tujuan Umum Kegiatan

Meningkatkan kemauan dalam melakukan aktivitas dan merangsang kembali


kemampuan motorik halus.

3.1

Tujuan Khusus Kegiatan


1.

Peserta mampu memperkenalkan diri.

2.

Peserta mamp membuat kerajinan tangan.

3.

Peserta mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat


kegiatan TAK yang elah dilakukan.

4.1

Manfaat Kegiatan bagi Terapis


1.

Memberikan asuhan keperawatan jiwa pada klien secara holistik.

2.

Sebagai

terapi

mengoptimalkan

modalitas
strategi

yang

pelaksanaan

dapat
dalam

dipilih

untuk

implementasi

rencana tindakan keperawatan klien.


5.1

Manfaat Kegiatan bagi Klien


Setelah dilakukan kegiatan TAK diharapkan klien mempunyai

kemauan dalam melakukan aktivitas dan merangsang kembali kemampuan


klien.
6.1

Manfaat Kegiatan bagi Institusi Pendidikan


Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai

bahan kepustakaan khususnya bagi mahasiswa ilmu keperawatan sebagai


aplikasi dari pelayanan mental health nursing yang optimal pada klien.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi Isolasi Sosial


Isolasi sosial adalah individu atau kelompok mengalami atau merasakan

kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi
tidak mampu membuat kontak (Carpenito, 2006).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Individu mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Stuart & Sundeen,
2006).
2.2.

Rentang Respon Sosial


Adapun rentang sosial dari adaptif sampai terjadi respon yang maladaptif
(Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Menyendiri

Merasa sendiri

Manipulasi

Otonomi

Menarik diri

Impulsif

Bekerjasama

Tergantung

Saling tergantung
Gambar 1. Rentang respon sosial

Narcissisme

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang
dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Sujono & Teguh (2009)
respon adaptif meliputi:
a. Solitude atau menyendiri
Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang
telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam
menentukan rencana-rencana.
b. Autonomy atau otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan
untuk interdependen dan pengaturan diri.
c. Mutuality atau kebersamaan
Kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan
menerima dalam hubungan interpersonal.
d. Interdependen atau saling ketergantungan
Suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat.
Menurut Sujono & Teguh (2009) respon maladaptif tersebut adalah:
a. Manipulasi
Gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain
sebagai obyek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang
lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku
mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau
frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan,
tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.
c. Narkisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
egosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan

penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang
lain.
Sedangkan gangguan hubungan sosial yang sering terjadi pada
rentang respon maladaptif (Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :
a.

Menarik diri; individu menemukan kesulitan dalam membina


hubungan dengan orang lain.

b.

Tergantung (dependen) ;

individu sangat tergantung

dengan orang lain, individu gagal mengembangkan rasa percaya diri.


c.

Manipulasi; Individu tidak dapat dekat dengan orang lain,


orang lain hanya sebagai objek.

d.

Curiga ; tertanam rasa tidak percaya terhadap orang lain


dan lingkungan.

2.3.

Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif. Terjadinya
penyakit jiwa pada individu juga dipengaruhi juga oleh keluarganya
dibanding dengan individu yang tidak mempunyai penyakit terkait
(Fontaine, 2003).
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis
kepribadian,

meliputi

pengalaman

intelektualitas,

masa

lalu,

konsep

pertahanan psikologis (Stuart dan Laraia, 2006).


c. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya meliputi usia, jenis

keterampilan
diri,

verbal,

motivasi,

kelamin,

dan

pendidikan,

pendapatan, pekerjaan, status sosial, pengalaman sosial, latar belakang


budaya, agama, dan keyakinan, dan kondisi politik (Stuart dan Laraia,
2006).
2.4.

Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus yang bersifat menantang dan mengancam

individu serta menimbulkan kondisi tegang dan stress sehingga memerlukan energy
yang besar untuk menghadapinya (Cohen, 2000, dalam Stuart dan Laraia, 2005).
Menurut Townsend (2009) peristiwa dalam kehidupan yang penuh dengan tekanan
dan stressor menjadi pencetus serangan atau munculnya gejala skizofrenia dan
meningkatkan angka kambuh.

a. Stressor biologis
Stressor biologis yang berkaitan dengan isolasi sosial meliputi adanya
kelainan

struktur

Neuroendokrin,
vasopressin,
norepinefrin

otak,

penyakit

infeksi

hormone pertumbuhan,

hormone
dan

tiroid

beberapa

insulin,

dan

penyakit

prolactin, ACTH,
insulin

neurotransmitter

LH/FSH.,

oksitosin,
lain

di

kronis.
epinefrin,

otak.

Dapat

disimpulkan stressor biologis berkaitan dengan adanya gangguan struktur


dan fugsi tubuh serta sistem hormonal yang abnormal.
b. Stressor psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan teradi bersamaan

dengan

keterbatasan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang


terdekat

atau

kegagalan

orang

lain

untuk memenuhi

kebutuhan

ketergantungan dapat menimbulkan ansietas berat (Videback, 2008).


Sikap atau perilaku tertentu seperti harga diri rendah, tidak percaya diri,
merasa dirinya gagal, merasa dirinya lebih dibandingkan orang lain, tidak
memiliki keterampilan sosial, dan perilaku agresif merupakan presipitasi
terjadinya skizofrenia. Tipe kepribadian tertentu seperti borderline dan
narsistik cenderung mengalami kecemasan tinggi sehingga kesulitan dala
membina hubungan dengan orang lain.
c. Stressor sosial budaya
Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga
misalnya kurangnya support sistem dalam keluarga dan kontrak/hubungan
yang kurang antar anggota keluarga dan berpisah dari orang yang berarti,
misalnya karena dirawat di rumah sakit. Stressor lain yang dapat menjadi
pencetus terjadinya perilaku isolasi sosial adalah kondisi lingkungan yang
bermusuhan, lingkungan penuh dengan kritik, tekanan di tempat kerja
atau kesulitan mendapatkan pekerjaan, kemiskinan, dan stigma yang ada
di lingkungan tempat tinggal seseorang.

2.5.

Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan terapi klien skizofrenia dengan masalah keperawatan

isolasi sosial perlu ditatalaksana secara integrasi baik dari aspek psikofarmakologis
(tetapi somatik) dan aspek psikologis. Penatalaksanaan yang diberikan secara
komprehensif pada klien dengan skizofrenia dengan masalah isolasi sosial

menghasilkan perbaikan yang lebih optimal dibandingkan secara tunggal (Gorman,


2007 dalam Townsend, 2009) menyatakan pengobatan skizofrenia menggunakan
pendekatan terapi antipsikotik dan pengobatan psikososial. Terapi antipsikotik yang
digunakan merupakan gabungan tipikal dan atipikal antipsikotik yang akan
menurunkan gejala psikotik pada fase akut dan menurunkan kekambuhan klien.
2.6.
Tindakan Keperawatan pada Klien dengan Isolasi Sosial
Terapi generalis pada klien dengan isolasi sosial menurut Keliat dan Akemat
(2010) adalah dengan cara mengajarkan klien mengenal penyebab klien isolasi
sosial atau suka menyendiri, menyebutkan keuntungan dan kerugian klien
berhubungan dengan orang lain, melatih klien cara berkenalan, melatih klien
berkenalan secara bertahap mulai dari satu orang, dua orang sampai lebih baik
dengan teman atau perawat, melakukan aktivitas terjadwal dan pemanfaatan obat.
Penerapan terapi aktivitas kelompok sosial juga perlu diterapkan pada klien dengan
isolasi sosial untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi
sosial dalam kelompok.
2.7.
Terapi Aktivitas Kelompok
a. Definisi Kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan yang
lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan Laraia,
2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang
harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian,
kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995
dalam Stuart dan Laraia, 2001). Semua kondisi ini akan mempengaruhi
dinamika kelompok, ketika anggota kelompok member dan menerima umpan
balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.

b. Tujuan dan Fungsi kelompok


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang
lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptive. Kekuatan
kelompok ada pada konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam
mencapai

tujuannya.

Kelompok

berfungsi

sebagai

tempat

berbagai

pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara
menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat untuk
mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta

mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki,


diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
c. Jenis terapi kelompok
1. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi
persyaratan tertentu. Focus terapi kelompok adalah adalah membuat
sadar diri (self-awareness), peningkatan hubungan interpersonal,
membuat perubahan atau ketiganya.
2. Kelompok terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit
fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian social, misalnya,
kelompok wanita hamil yang akan menjadi ibu, individu yang
kehilangan dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik yang
dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini
adalah sebagai berikut :
a) Mencegah masalah kesehatan
b) Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
c) Mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok
saling membantu dalam menyelesaikan masalah
3. Terapi Aktivitas Kelompok
TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk
menfasilitasi seseorang serta meningkatkan respon social dan harga
diri.Aktivitas yang digunakan sebagai terapi didalam kelompok yaitu
membaca puisi, eni, music, menari, dan literature.Terapi aktivitas
kelompok dibagi menjadi empat yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,
terapi aktivitas kelompok stimulasi realita.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi melatih
mempersiapkan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adaptif. TAK sensori digunakan sebagai stimulus
pada

sensori

klien.

TAK

orientasi

realita

melatih

klien

mengorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien.Terapi


aktivitas kelompok stimulasi sensori untuk membantu klien melakukan
stimulasi sensori dengan individu yang ada disekitar klien.

BAB 3
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

3.1 Karakteristik Klien dan Proses Seleksi


Klien yang mempunyai indikasi mengikuti TAK adalah klien dengan
karakteristik sebagai berikut berikut:
1.
2.
3.
4.

Klien yang tidak mengalami gangguan fisik.


Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekkannya
Klien dengan isolasi sosial.
Klien yang mudah diajak berinteraksi
Proses seleksi
1. Mengobservasi klien dengan riwayat isolasi sosial.
3.2 Tugas dan Wewenang
1. Tugas Leader dan Co-Leader
-

Memimpin acara; menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan.

Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan klien

Memberikan motivasi kepada klien

Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan

Memberikan reinforcemen positif terhadap klien

2. Tugas Fasilitator
-

Ikut serta dalam kegiatan kelompok

Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien

Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung

Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi aktif

Memberikan reinforcement terhadap keberhasilan klien lainnya

Membantu melakukan evaluasi hasil

3. Tugas Klien
-

Mengikuti seluruh kegiatan

Berperan aktif dalam kegiatan

Mengikuti proses evaluasi

3.3 Peraturan Kegiatan


1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir

2. Klien tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan; perserta tidak
boleh memotong pembicaraan orang lain
3. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan
4. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi yaitu peringatan
lisan

3.4 Teknik Pelaksanaan


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Tema
Sasaran
Hari/ tanggal
Waktu
Tempat
Terapis

: Membuat Bros Bunga dari Kain Flanel


: Pasien dengan isolasi sosial.
: Sabtu, 29 Agustus 2015
: 45 menit.
: Rumah Ibu Rutik
:
1. Leader
: Edwina Narulita Sari AJ
2. Co Leader
: Frita Ferdina

Tahapan Sesi :
Sesi 1: memperkenalkan diri
Sesi 2 : membuat kerajinan tangan bros bunga dari kain flannel.
A.

Tujuan
Sesi 1: klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama

lengkap, nama panggilan


Sesi 2: klien mampu membuat kerajinan tangan bros bunga dari kain flannel.
B. Sasaran
1. Kooperatif
2. Tidak terpasang restrain
C. Nama Klien
1. Bu Rutik
D. Setting
Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran
Ruangan nyaman dan tenang

E. MAP

K
K
K

L
C

Keterangan :
L : Leader
C : Co Leader
K : Klien
F.

Alat
Lem UHU
Gunting
Kain flannel warna-warni
Kertas pola
Prin bros

G. Metode
Dinamika kelompok
Diskusi dan tanya jawab
H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu membuat kerajian tangan bros
bunga kain flanel
2) Menjelaskan aturan main berikut:
- Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
-

izin kepada terapis.


Lama kegiatan 45 menit.
Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan

TAK.
Peserta berpakain rapi, bersih, dan sudah mandi.
Jika ingin mengajukan atau menjawab pertanyaan peserta
mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan

oleh pemimpin.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun TAK


belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan

anggota untuk memperpanjang waktu TAK kepada anggota.


3. Tahap Kerja
a. Peserta memperkenalkan diri sendiri meliputi nama lengkap dan nama
klien.
b. Memberi pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.
c. Membagiakn kain flannel, gunting, pin bros, dan lem UHU yang telah
disediakan.
d. Menginstrusikan peserta untuk menggunting kain flannel sesuai dengan
pola yang sudah dibuat.
e. Menginstrusikan peserta untuk menempel pola-pola yang sudah dibuat
menjadi bentuk bunga.
f. Menempel pin bros di bagian belakang bunga.
g. Memberi pujian untuk setiap anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan tiap anggota kelompok melakukan kegiatan tersebut.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikutnya.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
I. Evaluasi
a. Kemampuan verbal
No.
1
2
5
6

Aspek yg dinilai

Nama klien

Menyebutkan nama lengkap


Menyebutkan nama panggilan
Menanyakan nama lengkap
Menanyakan nama panggilan
Jumlah

b. Kemampuan nonverbval
No.
1
2

Aspek yg dinilai
Kontak mata
Duduk tegak

Nama klien

Menggunakan bahasa tubuh yg

sesuai
Mengikuti

kegiatan

dari

awal

sampai akhir
Jumlah
c. Kemampuan membuat kerajinan tangan bros bunga dari kain flannel
No.

Aspek yg dinilai

Menggunting kain flannel sesuai

dengan pola yang sudah dibuat.


Menempel pola-pola yang sudah

dibuat menjadi bentuk bunga.


Pin bros ditempel di bagian

Nama klien

belakang bunga
Jumlah
Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (+) jika
ditemukan pada klien atau (-) jika tidak ditemukan.
Dokumentasikan kemampuan yang dinilai klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.
Rejosari, 26 Agustus 2015
Mengetahui,

Perseptor Klinik

Perseptor Akademik

Barti Marhendrajani, S.Kep

Ns. Retno Lestari, S.Kep, MN

NIP. 196608181990032010

NIP. 198009142005022001

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2006. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Fontaine, K.L. 2003. Mental Health Nursing. 7th Ed. New Jersey: Pearson Education,
Inc.
Goleman. 2009. http://www.psikologymania.com.id
Keliat, B.A., Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC
Keliat, B.A., Akemat. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
NANDA. 2005. Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2005-2006.
Philadelphia: NANDA International.
NANDA. 2009. Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2007-2008.
Philadelphia: NANDA International.
Perry, Pottrer. 2005. Fundamentals of Nursing: Concept, Process, and Practice.
Jakarta: EGC.
Stuart G.W., Laraia, M.T. 2006. Principles and Practices pf Psychiatric Nursing, 8th
ed. Missouri: Mosby, Inc.
Townsend, M.C. 2009. Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in
Evidence-Based Practice. 6th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN

Jalan Veteran Malang 65145


Telp.(0341) 551611 Pes. 213.214; 569117, 567192 Fax (62)(0341)
564755
e-mail: sekr.fk@ub.ac.id http:fk.ub.ac.id

JAWA TIMUR - INDONESIA


Berita Acara Pelaksanaan Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Membuat
Kerajian Tangan Bros Bunga Kain Flanel
Nama Kegiatan

: Terapi Aktivitas Kelompok: Membuat Kerajinan Tangan Bros

Bunga dari Kain Flanel


Hari/Tanggal

: Sabtu, 29 Agustus 2015

Pukul

: 15.00-14.00

Tempat

: Rumah Ibu Rutik (Dusun Balewerti)

Pengisi Acara

: Edwina Narulita Sari Agustin J.

Jumlah Peserta

: 3 orang

Kronologis Acara
Kegiatan TAK dimulai pada jam 15.00 di rumah ibu Rutik. Kegiatan diikuti oleh
Ny.Rutik dan nenek klien. Kegiatan TAK di Ny.Rutik adalah membuat kerajinan
tangan bros bunga kain flannel. Kegiatan dimulai dengan menyiapkan alat dan
bahan. Membuat pola lingkaran lalu pola lingkaran dibentuk menjadi bunga dan
ditempeli peniti untuk bros.
Rejosari,29 Agustus 2015
Pelaksana

Edwina Narulita Sari AJ


NIM. 105070200111004

DAFTAR HADIR TAK


MEMBUAT KERAJINAN TANGAN BROS BUNGA DARI KAIN FLANEL
Hari/ Tanggal

Waktu

Lokasi

NO.

NAMA PESERTA

TANDA TANGAN

Membuat pola bunga

Menggunting pola bunga

Menempel pola bunga yang telah dibentuk


dengan Lem UHU

Bros bunga yang telah jadi

Você também pode gostar