Você está na página 1de 40

ISSN: 1411-9455

INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN

www.itjen.kemenkeu.go.id

VOL VII No.42 | Edisi April - Juni 2015

HUJAN DANA
DI NEGERI DESA
LAPORAN UTAMA

LIPUTAN KHUSUS

RAGAM PENGAWASAN

Dana Masuk Desa

Menyapa
Sahabat di
Perbatasan

Antara Sepakbola
Gajah dan Lelang
Pengadaan Barang
dan Jasa

Public
Procurement
Audit

Mereka yang
Gagah di Tapal
Batas

AUDITORIA
APRIL - JUNI 2015 VOL. VII NO. 42

AUDITAMA

ALEXANDER ON LEADERSHIP

06 Dana Masuk Desa

48 Sumber Kekuatan

Pemimpin

Dana Desa, membangun Indonesia dari


pinggiran. Diinisiasi oleh pemerintahan
sebelumnya, program ini juga merupakan
pengejawantahan dari janji Presiden Joko
Widodo pada saat kampanye pilpres 2014
lalu, dimana setiap desa akan
digelontorkan dana kurang lebih sebesar
Rp1-1,4 miliar setiap tahunnya, tapi seperti
apakah hujan dana di negeri Desa itu akan
membasahi?

Kepemimpinan pada hakekatnya adalah


bagaimana menggerakkan orang-orang.
Para pemimpin menggerakkan para
pengikut untuk mencapai tujuan bersama.
Tetapi kekuatan apakah yang dapat
membuat para pemimpin berhasil mampu
menggerakkan orang-orang tersebut?

RESONANSI

18 Public Procurement

53 Kemungkinan

Audit

Banyak sekali kemungkinan yang terjadi


pada hidup dalam mewujudkan mimpi kita.
Seberapa besar kemungkinan tersebut
mewujudkan mimpi?

Public Procurement merupakan salah satu


motor penggerak utama pembangunan
terutama apabila dikaitkan dengan
besarnya belanja pemerintah, baik belanja
modal maupun belanja barang.
Perkembangan nilai belanja pemerintah
dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir
menunjukkan tren kenaikan yang signikan.

SPEAK OUT

59 Samapta
16 peserta dari Sarjana penerimaan tahun
2015 telah kembali dari Samapta, Nah,
bagaimana tanggapan mereka tentang
kegiatan sampta? Apa saja yang telah
mereka dapatkan?

LIPUTAN KHUSUS

20 Menyapa Sahabat di
ITJEN goes to campus, STAN Bintaro

Inspektorat Jenderal berpartisipasi dalam STAN Career Expo 2015


yang diselenggarakan di kampus STAN Bintaro. Lebih dari 300
mahasiswa antusias ingin mengenal itjen lebih dalam. Pada
kesempatan tersebut, Sekretaris Inspektorat Jenderal dan Kepala
Bagian Umum dan Komunikasi Pengawasan turut hadir untuk
menjelaskan tentang tugas dan fungsi Itjen.
foto putu chandra

Perbatasan

JALAN - JALAN

Cerita tentang Entikong tak pernah bisa


dilepaskan dari Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai Entikong.
Sebagai bagian strategis dari formasi CIQS
(Customs, Imigration, Quarantine Security)
di perbatasan, peran Bea dan Cukai terkait
perbatasan tentulah sangat penting.

62 Seoul the Soul of

Korea
Seorang traveler bertandang ke Seoul,
Korea Selatan. Keseruan apa saja yang
didapat di Kota dengan icon K-Pop ini?

SUDUT KANTOR

69 Tangga Kantor

RAGAM PENGAWASAN

Tangga darurat, sering luput perhatian


namun mempunyai segudang manfaat
yang kita belum paham dengan benar.

38 Antara Sepakbola

Gajah dan Lelang


Pengadaan Barang
dan Jasa

HOBBITOR

70 Hobi Motor

Persekongkolan jahat menyusup di


berbagai macam sendi kehidupan untuk
kepentingan masih-masing pihak. Dari
jagad sepakbola hingga ranah birokrasi
pemerintah. Salah satu yang patut menjadi
perhatian ialah Lelang Pengadaan yang
menjadi medan perang antara aparat
melawan kongsi jahat.

Auditor jadi anak motor? Sebuah


pertanyaan yang meragukan, namun tidak
untuk seorang Khairil Azmi

RESENSI

43 Itjen dan Audit Syariah


Kementerian Keuangan memiliki Direktorat
Pembiayaan Syariah dalam struktur DJPPR.
Inspektorat Jenderal melakukan
pengawasan terhadap DJPPR. Penerapan
Audit Syariah bukan tidak mungkin, kan?

78 Mission Imposible 5
foto jimmy lapotulo

11

Tom Cruise kembali beraksi bersama tim


Impossible Mission Force (IMF) untuk misi
yang paling mustahil sepanjang karir
mereka. Misi apa saja yang dihadapi kali ini?

MEDIA INTERNAL INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN

02 | auditoria 2015

vol. VII no. 42 |

03

PUBLISHER

Auditorial

ISSN: 1411-9455

INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN

Pelindung Inspektur Jenderal


Penasihat
Sekretaris Inspektur Jenderal
Inspektur I
Inspektur II
Inspektur III
Inspektur IV
Inspektur V
Inspektur VI
Inspektur VII
Inspektur Bidang Investigasi

www.itjen.kemenkeu.go.id

VOL VII No.42 | Edisi April - Juni 2015

HUJAN DANA
DI NEGERI DESA

Penanggung Jawab
C.M. Susetya
Pimpinan Redaksi
Etti Dyah Widyati
M. Hisyam Haikal
Penyunting/Editor
Dedhi Suharto
Tito Juwono Pradekso
M.C. Kinanti Raras Ayu
Desain Gras/Fotografer
Putu Chandra Anggiantara
Guindra Pramudi Nugraha
Zakky Yoga Adhi P.
Teuku Raja Irfan
Redaktur Pelaksana
Dianita Wahyuningtyas
Rahmawati Setyaningsih
Putra Kusumo Bekti
Arfan Sahrul Ramadhan
Dwinanda Ardhi

COVER
Fotogra oleh Wenes Furqon
Perkataan "desa" berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu
"deca" yang berarti tempat, daerah, atau lapangan.
Kemudian pengertian itu berkembang lagi menjadi
tanah air, tanah asal atau tanah kelahiran. Istilah "desa"
tidak dipakai di seluruh daerah di Indonesia. Masingmasing daerah menggunakan istilah sendiri, sesuai
dengan bahasa daerahnya. Sebagai contoh, orang
Sumatera Selatan menamakan desa mereka dengan
istilah "dusun" atau daerah gabungannya disebut
"pendopo" atau "marga". Desa di Sumatera Barat
disebut dengan istilah "nagari" dan daerah
gabungannya disebut dengan istilah "luhak". Di
Sumatera Timur (Melayu) disebut "kampung", di Aceh
disebut dengan istilah "gampong" atau "meunasah". Di
Minahasa disebut "wauna", dan di Maluku disebut
"negeri" atau "dati".

Sekretariat
Nur Imroatun
Eli Susiani Br. Ginting
Zahro Fathoni
Novia Ramadhan
ISSN
1411-9455
KANTOR
Jl. Dr. Wahidin No. 1,
Gedung Juanda II Lantai IV-XIII, Jakarta 10710
T: 021 3865430 F: 0213440907
E: majalah.auditoria@gmail.com

Redaksi menerima tulisan atau artikel yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi
tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi. Artikel atau tulisan yang dimuat akan diberikan honor sesuai
Standar Biaya Umum (SBU).

AUDITORIA KITA...

erbitnya Auditoria selalu diiringi dengan


rasa syukur yang luar biasa dari segenap
punggawanya. Helaan nafas panjang tanda
lega selalu menjadi pertanda akhir sebuah
episode, sekaligus awal episode baru. Begitulah
hidup, akhir dari segala sesuatu adalah awal dari
sesuatu yang baru. Begitulah sebuah karya terlahir.
Ia ada karena kerja. Ia ada karena orang-orang
mendedikasikan tenaga, waktu dan segenap
kemampuan yang dimiliki. Lepas dari segala
kekurangan, ia tetaplah sebuah karya. Sebuah
karya yang layak mendapat apresiasi.
Begitupun majalah ini, Auditoria, majalah kita. Ia
bukanlah majalah kemarin sore. Ia adalah sejarah
panjang sebuah komitmen. Komitmen para
punggawanya untuk terus menjaga eksistensi
institusi melalui penerbitan. Bukan perkara mudah
tentu, tapi saat komitmen telah dicanangkan, tak
ada tempat untuk mengeluh, apalagi berhenti.
Maka ketika apresiasi sekecil apapun- datang
menghampiri, berbunga rasanya hati kami. Saat
menatap seseorang membaca majalah ini, saat
orang memilih majalah ini sebagai sebuah topik
pembicaraan, saat seorang mahasiswa meminta
bantuan penyusunan skripsi, saat majalah ini
dijadikan sumber data mengemukakan pendapat,
itu membuat jerih payah tak lagi terasa. Apalagi
ada sedikit kontribusi majalah ini buat Institusi
tercinta, Inpektorat Jenderal Kementerian
Keuangan.
Kali ini kami datang menyapa kembali.
Menawarkan bacaan lengkap. Mulai dari yang
butuh konsentrasi untuk membacanya, hingga
yang sekedar bikin kita tersenyum.
Laporan Utama yang tersaji merupakan cermin
dari ekspresi kompetensi kawan-kawan
Inspektorat V. Dana Desa, membangun Indonesia
dari pinggiran. Diinisiasi oleh pemerintahan
sebelumnya, program ini juga merupakan
pengejawantahan dari janji Presiden Joko Widodo
pada saat kampanye pilpres 2014 lalu, dimana
setiap desa akan digelontorkan dana kurang lebih
sebesar Rp1-1,4 miliar setiap tahunnya. Tapi seperti

apakah hujan dana di negeri Desa itu akan


membasahi? Jelas bikin penasaran buat dibaca
bukan?
Di samping itu, Public Procurement juga disajikan
di Laporan Utama. Tentu saja, punggawa
Inspektorat V menjadi aktor utamanya. Public
Procurement merupakan salah satu motor
penggerak utama pembangunan terutama apabila
dikaitkan dengan besarnya belanja pemerintah,
baik belanja modal maupun belanja barang.
Perkembangan nilai belanja pemerintah dalam
kurun waktu satu dasawarsa terakhir menunjukkan
tren kenaikan yang signikan.
Kepada para pembaca yang penasaran dengan
dua topik itu, pasti akan memperoleh banyak
manfaat dari laput kita kali ini.
Untuk Liputan Khusus, Auditoria kali ini
menurunkan tentang Entikong. Auditoria
menerjunkan awaknya untuk langsung menatap
Entikong dari dekat, sedekat-dekatnya. Mulai dari
lika-liku perjalanan ke tapal batas negeri itu,
hingga memotret duka lara para punggawa
Kemenkeu yang harus berpisah jauh dari keluarga,
berhadapan dengan situasi yang tak
menyenangkan, ancaman, hingga teror. Itu semua
mereka alami hanya karena mereka menegakkan
aturan sebagaimana mestinya.
Ragam pengawasan hadir seperti biasa,
menampung ekspresi para pegawai Itjen. Begitu
banyak artikel yang masuk, membuat redaksi
mesti sedikit tega menunda beberapa artikel
karena keterbatasan ruang di majalah ini. Ragam
pengawasan berusaha mendahulukan para penulis
baru, agar tak terkesan itu-itu saja.
Tulisan Bapak Alexander yang selalu memikat tak
lupa kami sajikan juga, di samping rubrik-rubrik lain
yang tak kalah menarik. Semua kami sajikan untuk
anda, para pembaca setia. Selamat membaca,
jayalah Itjen, jayalah Kemenkeu!... (cwl)

Isi majalah tidak mencerminkan kebijakan Inspektorat Jenderal

04 | auditoria 2014

vol. VII no. 42 |

05

Auditama

Auditama
Surat kecil dari desaku, sahabat lama
yang tinggal di Desa,
Rupanya sangatlah rindu padaku, sewindu
tiada bertemu,
Dan suratnya menggugah hati, desaku
yang anggun giat membangun,
Katanya bilakah pulang ke Desa, tak
jumpa yang bermalasan Dan suratnya
menggugah hati, desaku yang anggun giat
membangun,
Katanya bilakah pulang ke Desa, tak
jumpa yang bermalasan

Penulis: Muhaimin Zikri,


Auditor Madya Inspektorat V
Foto: Jimmy Lapotulo

egitulah kira-kira sepenggal bait


senandung klasik Ebiet G. Ade pada
Lomba Cipta Lagu Pembangunan
Tingkat Nasional Tahun 1987 silam. Untaian
lirik karya Oding Arnaldi tersebut menjadi
istimewa manakala ternyata sejak era 80-an isu
pembangunan desa sudah sedemikian
menggeloranya di seantero negeri ini, sehingga
tidak cukup terkomunikasikan hanya dengan
tulisan, grati, aksi propaganda, dan/atau
pidato kenegaraan sang pemimpin waktu itu.
Dimulai dengan aksi simpatik ABRI (sekarang
TNI) Masuk Desa pada tahun 1978, berlanjut
dengan program Listrik Masuk Desa, Koran
Masuk Desa, Olahraga Masuk Desa, Sarjana
Masuk Desa, Telepon Masuk Desa, Internet
Masuk Desa bahkan sampai kepada program
Arsip Masuk Desa. Sepertinya desa selalu
menjadi objek yang atraktif bagi para kreator
dan pembangun di NKRI ini, sementara
kandungan deposit daya tariknya tidak pernah
habis tereksplorasi hingga saat ini. Dan
sekarang setelah lebih dari empat windu
berlalu, kebersahajaan dan keasrian Desa
kembali menjadi primadona pemberitaan
dimana-mana melalui tajuk program Dana
Masuk Desa. Diinisiasi oleh pemerintahan
sebelumnya, program ini juga merupakan
pengejawantahan dari janji Presiden Joko
Widodo pada saat kampanye pilpres 2014 lalu,
dimana setiap desa akan digelontorkan dana
kurang lebih sebesar Rp1-1,4 miliar setiap
tahunnya. Sebuah angka yang 'wah' bagi
lingkungan kehidupan yang selama ini

cenderung dikesankan mengalami


ketertinggalan dalam berbagai hal
dibandingkan dengan kehidupan
penyangganya. Tapi seperti apakah hujan dana
di negeri Desa itu akan berproses, dan
bagaimana gambaran episodenya? Mari kita
simak data dan fakta berikut ini.

Overview Sejarah Singkat Perkembangan


Regulasi dan Pendanaan Desa
Dikutip dari pendapat pakar sejarah,
keberadaan desa disinyalir sudah eksis jauh
sebelum NKRI diproklamasikan oleh SoekarnoHa a, yaitu sebagaimana terungkap dalam
penjelasan Pasal 18 UUD 1945 (sebelum
amandemen) yang antara lain menyatakan
bahwa Dalam territoir Indonesia terdapat lebih
kurang 250 Zel esturende landschappen
(daerah swapraja) dan Volksgemeenschappen
(desa), seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di
Minangkabau, dusun dan marga di Palembang
dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai
susunan asli, dan oleh karenanya dapat
dianggap sebagai daerah yang bersifat
istimewa.
Karena termasuk daerah istimewa, maka
pemerintah memandang perlu untuk membuat
suatu regulasi yang mengatur secara khusus
tentang tata kelola pemerintahan desa.
Pengaturan tersebut secara formal dimulai
pasca kemerdekaan RI dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang
Desapraja sebagai Bentuk Peralihan untuk
Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III
di Seluruh Wilayah Republik Indonesia. Terkait
konteks pendanaan, diatur bahwa Desapraja
berhak mendapat hasil dari perusahaan
Desapraja atau bagian hasil dari perusahaan
Daerah atasan, berhak melangsungkan
pemungutan pajak yang sudah ada pada saat
mulai berlakunya undang-undang ini
(sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundangan perpajakan yang
berlaku), dan berhak memungut retribusi.
Kepada Desapraja dapat pula diserahkan Pajak
Daerah, diberikan sebagian dari pungutan Pajak
Daerah, dan diberikan bantuan lain dari
instansi atasan dalam bentuk apapun. Selain
dari sumber-sumber penghasilan dimaksud,
vol. VII no. 42 |

07

Auditama

Auditama
Beberapa 'Aturan Main' dalam Pendanaan
Desa

Pasca
diterbitkannya Paket
Undang-Undang Keuangan
Negara (UU Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara), pemerintah memandang
perlu untuk mengatur kembali rumusan tata
kelola pemerintahan desa melalui Undang
Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.

Desapraja dapat pula memperoleh penghasilan


dari pinjaman dan lain-lain hasil usaha yang
sesuai dengan kepribadian Indonesia. Secara
hakikat, substansi yang termuat dalam UU ini
telah mengarah pada konsep desentralisasi
skal, namun sayangnya undang-undang ini
tidak sempat dilaksanakan karena adanya
perubahan peta politik pada tahun 1966.
Melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969,
pemerintah menyatakan Undang-Undang
tentang Desapraja tidak berlaku.
Setelah vakum selama lebih dari satu dekade,
tata pemerintahan desa kembali diatur dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa. Dalam UU ini, terdapat
beberapa perubahan dalam denisi dan
terminologi terkait pengelolaan desa, serta
mulai diperkenalkan pola penganggaran pada
desa dimana setiap tahunnya Kepala Desa
menetapkan Anggaran Penerimaan dan
Pengeluaran Keuangan Desa setelah
dimufakatkan dengan Lembaga Musyawarah
Desa. Undang-undang ini cukup lama
dijalankan dengan segala macam bentuk
keberhasilan pembangunan desa yang
diagendakan dan dipropagandakan secara

08 | auditoria 2015

masif oleh pemerintahan waktu itu, salah


satunya melalui program TVRI (1982) yang
bertajuk Dari Desa ke Desa.
Seiring dengan terjadinya perubahan haluan
politik pasca reformasi tahun 1998,
pemerintah kembali mengatur ulang tata
pemerintahan desa melalui Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah, dimana desa dan sumber
pendanaannya kembali didenisikan ulang,
dan diperkenalkannya pula beberapa
terminologi baru seperti Kawasan Pedesaan,
Tugas Pembantuan, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDesa), dan Badan
Usaha Milik Desa. Kemudian pasca
diterbitkannya Paket Undang-Undang
Keuangan Negara (UU Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara), pemerintah
memandang perlu untuk mengatur kembali
rumusan tata kelola pemerintahan desa
melalui Undang Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Salah satu

perubahan yang signikan adalah mulai


didenisikannya Keuangan Desa sebagai
semua hak dan kewajiban desa yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik desa berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban, dimana hak
dan kewajiban dimaksud akan menimbulkan
adanya pendapatan, belanja, dan pengelolaan
keuangan desa. Denisi ini menjadi seirama
dengan denisi Keuangan Negara dan
Keuangan Daerah, dan secara tidak langsung
menyiratkan adanya tiga lapisan pemerintahan
di Indonesia yaitu Pemerintah (Pusat),
Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Desa
Setelah pola ini berjalan selama dua lustrum,
dan memperhatikan dinamika arti pentingya
desa dalam ketatanegaraan Republik Indonesia,
pemerintah kembali menata ulang struktur dan
pola pendanaan Desa melalui Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Untuk
mendukung implementasinya agar berjalan
efektif dan esien, tak tanggung-tanggung
pemerintah menerbitkan sekaligus dua
Peraturan Pemerintah yaitu PP Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa dan PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara s dd PP
Nomor 22 Tahun 2015.

Dalam paket regulasi terbaru ini, secara umum


desa didenisikan menjadi Desa adalah desa
dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Selanjutnya dalam
regulasi ini juga diperkenalkan beberapa
terminologi dan pendenisian baru antara lain
menyangkut Pembangunan Desa, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa,
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa, Dana
Desa, Alokasi Dana Desa, Aset Desa, Barang
Milik Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa. Terkait pengelolaan Keuangan Desa,
beberapa sumber pendapatan desa dan
pengelolaan keuangan desa dirumuskan
kembali dengan rambu-rambu sebagai berikut:
a. Pendapatan Desa bersumber dari:
Pendapatan Asli Desa yang terdiri atas
hasil usaha, hasil aset, swadaya dan
partisipasi, gotong royong, dan lain-lain
pendapatan asli Desa;
alokasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (yang selanjutnya
disebut Dana Desa), dengan batasan
paling sedikit 10% dari dan di luar
Anggaran Transfer ke Daerah;
bagian dari hasil Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (PDRD)
Kabupaten/Kota (paling sedikit 10%);
Alokasi Dana Desa (ADD) yang
merupakan bagian dari dana
perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota (paling sedikit 10%);
bantuan keuangan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota;
hibah dan sumbangan yang tidak
mengikat dari pihak ketiga; dan
lain-lain pendapatan Desa yang sah.
b. Dana Desa didenisikan sebagai dana
vol. VII no. 42 |

09

Auditama
yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa
yang ditransfer melalui anggaran pendapatan
dan belanja daerah kabupaten/kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat. Sedangkan
Alokasi Dana Desa (ADD) didenisikan sebagai
dana perimbangan yang diterima
kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah
dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK).
c.

Dana Desa bersumber dari Belanja

Pemerintah (Pusat) dengan mengefekti an


program yang berbasis Desa secara merata
dan berkeadilan, yang pengalokasiannya
setiap tahun dihitung berdasarkan jumlah
Desa dengan menggunakan alokasi yang
dibagi secara merata (alokasi dasar) dengan
bobot 90%, dan dialokasikan dengan
memperhatikan jumlah penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat
kesulitan geogras, dengan bobot 10%.
d. Bagi Kabupaten/Kota yang tidak
memberikan ADD, Pemerintah dapat
melakukan penundaan dan/atau
pemotongan sebesar alokasi dana
perimbangan setelah dikurangi Dana
Alokasi Khusus yang seharusnya disalurkan
ke Desa.
e. Pengalokasian ADD ditetapkan melalui

10 | auditoria 2015

Auditama
peraturan bupati/walikota dengan
mempertimbangkan kebutuhan penghasilan
tetap kepala Desa dan perangkat Desa; dan
jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan
Desa, luas wilayah Desa, dan tingkat
kesulitan geogras Desa.
f. Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan
retribusi daerah ditetapkan melalui
peraturan bupati/walikota, dan dilakukan
berdasarkan ketentuan:
60% dibagi secara merata kepada seluruh
Desa; dan
40% dibagi secara proporsional realisasi
penerimaan hasil pajak dan retribusi dari

Desa masing-masing.
g. Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB
Desa digunakan dengan ketentuan:
paling sedikit 70% dari jumlah anggaran
belanja Desa digunakan untuk mendanai
penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa; dan
paling banyak 30% dari jumlah anggaran
belanja Desa digunakan untuk penghasilan
tetap dan tunjangan kepala Desa dan
perangkat Desa, operasional Pemerintah
Desa, tunjangan dan operasional Badan
Permusyawaratan Desa, dan insentif rukun
tetangga dan rukun warga.
h. Penyaluran Dana Desa setiap tahun
dilakukan pemerintah kepada

kabupaten/kota melalui mekanisme


pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD,
dalam tiga tahapan yaitu:
Tahap I paling lambat minggu kedua
bulan April sebesar 40%;
Tahap II paling lambat minggu kedua
bulan Agustus sebesar 40%; dan
Tahap III paling lambat minggu kedua
bulan Oktober sebesar 20%.
Kemudian pemerintah daerah akan
menyalurkan kepada desa yang berada
dalam wilayah kabupaten/kotanya melalui
mekanisme pemindahbukuan dari RKUD ke
Rekening Kas Desa paling lambat 7 hari
kerja setelah Dana Desa diterima di RKUD.

Dalam hal bupati/walikota tidak


menyalurkan Dana Desa sesuai dengan
ketentuan, maka Menteri Keuangan selaku
Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah
dapat melakukan penundaan penyaluran
Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi
Hasil yang menjadi hak kabupaten/kota
yang bersangkutan.
i. Penggunaan Dana Desa yang bersumber
dari APBN diprioritaskan untuk dapat
mendanai pelaksanaan pembangunan desa
dan pemberdayaan masyarakat. Prioritas
yang terkait dengan pembangunan desa,
antara lain mencakup pembangunan dan
pemeliharaan:
(1) infrastruktur desa, seperti tambatan
perahu dan jalan permukiman;
(2) jalan desa antar permukiman ke wilayah

pertanian dan prasarana kesehatan desa


seperti air bersih, sanitasi lingkungan,
dan Posyandu;
(3) sarana dan prasarana pendidikan dan
kebudayaan, seperti taman bacaan
masyarakat, pendidikan usia dini dan
balai pelatihan/kegiatan belajar
masyarakat; serta
(4) sarana dan prasarana ekonomi/usaha
ekonomi produktif seperti pasar desa,
pembibitan tanaman pangan, lumbung
desa, pembukaan lahan pertanian, serta
pengembangan usaha ikan dan ternak.

Sedangkan prioritas untuk pemberdayaan


masyarakat, antara lain berupa:
(1) pelatihan usaha ekonomi, pertanian,
perikanan dan perdagangan;
(2) pelatihan teknologi tepat guna; serta
(3) peningkatan kapasitas masyarakat
termasuk kelompok usaha ekonomi,
kelompok tani, kelompok nelayan,
kelompok pengrajin, dan kelompok
perempuan.

Roadmap Pengalokasian Dana Desa


2015-2019
Walau bagaimanapun tingginya risiko dan
ketidakpastian outcome yang akan dicapai,
pembangunan berorientasi desa telah menjadi
visi dan misi presiden terpilih 2014,
sebagaimana termaktub dalam 'piagam
vol. VII no. 42 |

11

Auditama
Nawacita' yang antara lain menyebutkan bahwa
pembangunan Indonesia akan dimulai dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan
melalui desentralisasi asimetris, defragmentasi
dan sinergi tata kelola pemerintahan, dan
reformasi pelayanan publik. Presiden juga
berjanji akan mengawal implementasi UU Desa
secara sistematis, konsisten dan berkelanjutan
dengan fasilitasi, supervisi, dan pendampingan.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita tersebut,
pemerintah telah menggariskan strategi
pencapaiannya dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 2 Tahun 2015. Berdasarkan
RPJMN dimaksud, sasaran pembangunan
perdesaan adalah menurunnya jumlah desa
tertinggal sampai 5.000 desa atau meningkatnya
desa mandiri sedikitnya 2.000 desa. Dalam
rangka mencapai sasaran tersebut, pemerintah
(c.q. Menteri Keuangan setelah berkoordinasi
dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perencanaan
pembangunan nasional, serta menteri
teknis/pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian terkait) sesuai amanat PP
Nomor 22 Tahun 2015 menyusun suatu roadmap
kebijakan yang akan memandu gerak langkah
untuk merealisasikan RPJMN, khususnya
terkait dengan pemenuhan dan pengelolaan
anggaran Dana Desa periode 2015-2019.
Gambaran Roadmap Dana Desa dimaksud
secara ringkas termuat dalam Tabel 1.
Berdasarkan tabel, terlihat bahwa janji presiden
untuk mengucurkan Dana Desa sebesar Rp1-1,4
miliar per desa diproyeksikan baru dapat
terealisasi pada TA 2017-2019.

12 | auditoria 2015

Auditama
Rencana tersebut tentunya dengan kualikasi
ceteris paribus pada jumlah desa (tanpa adanya
pemekaran dan/atau penghapusan desa selama
periode 2015-2019) dan stabilitas asumsi makro
perekonomian. Di samping itu, ada suatu
'gentleman's agreement' dari pemerintah bahwa
pemenuhan dan pengalokasian anggaran Dana
Desa dalam APBN pada prinsipnya dilakukan
by-formula secara bertahap (yaitu: TA 2015
paling sedikit 3%, TA 2016 paling sedikit 6%,
serta TA 2017 dan seterusnya paling sedikit 10%,
yang dihitung dari dan di luar Anggaran
Transfer ke Daerah), namun tetap dengan
memperhatikan 'Kemampuan Keuangan
Negara'. Adapun gambaran mengenai peta
sebaran desa yang akan memperoleh kucuran
Dana Desa dimaksud adalah sebagaimana
terlihat pada Gambar 1.
Starting point implementasi Dana Desa dimulai
dengan pengalokasiannya dalam APBN TA 2015
sebesar Rp9.066,2 miliar. Namun dengan
memperhatikan kebutuhan dan realisasi
penerimaan dan pengeluaran pemerintah desa
seluruh Indonesia TA 2013 yang mencapai
hampir Rp20 triliun pada TA 2013 (sesuai data
dari Badan Pusat Statistik), maka pemerintah
bersama parlemen menyepakati perubahan
dalam pengalokasian Dana Desa yang berasal
dari APBN-P TA 2015 menjadi sebesar
Rp20.776,2 miliar.
Yang perlu digarisbawahi adalah pengalokasian
Dana Desa dari APBN pada dasarnya bukan
merupakan alokasi belanja baru, namun
merupakan realokasi belanja pemerintah pada
K/L dengan mengefekti an program berbasis
desa secara merata dan berkeadilan. Yang
dimaksud dengan program berbasis desa
adalah program dalam rangka melaksanakan
kewenangan desa berdasarkan hak asal usul
(antara lain sistem organisasi masyarakat adat,
pembinaan kelembagaan masyarakat,
pembinaan lembaga dan hukum adat,
pengelolaan tanah kas Desa, pengembangan
peran masyarakat Desa), dan kewenangan lokal
berskala desa (antara lain pengelolaan tambatan
perahu, pasar Desa, tempat pemandian umum,
jaringan irigasi, lingkungan permukiman
masyarakat Desa, perpustakaan Desa dan taman
bacaan, embung Desa; pembinaan kesehatan
masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan

Risiko Permasalahan dalam Pengelolaan


Dana Desa

Tabel 1

Setiap program atau kegiatan yang melibatkan


aliran dana dalam jumlah relatif besar, tentunya
mengandung faktor inherent risk, tidak
terkecuali dengan euforia Dana Desa. Meskipun
untuk TA 2015, jumlah dana yang diperkirakan
akan disalurkan dan diterima sebuah desa ratarata baru mencapai Rp749,38 juta, namun
dengan melihat kekurangsiapan pemerintah
(baik pusat, daerah, maupun desa) dalam
mengimplementasikan amanat UU Desa, maka
faktor inherent risk-nya menjadi lebih tinggi.
Berbagai kendala dan permasalahan yang
terekam sejak awal peluncuran program
anggaran berbasis Desa tersebut pada dasarnya
dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:
Aspek Kelembagaan

Gambar 1

terpadu, air minum berskala Desa;


pengembangan dan pembinaan sanggar seni
dan belajar; dan pembuatan jalan Desa
antarpermukiman ke wilayah pertanian).
Sebagian pembiayaan program/kegiatan terkait
dengan kewenangan tersebut selama ini
dialokasikan pada belanja K/L (sektoral) dan
tugas pembantuan. Untuk TA 2015, sebagian
besar Dana Desa bersumber dari realokasi
belanja Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri) terkait Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
(PNPM MPd), dan belanja Kementerian
Pekerjaan Umum terkait Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) Pedesaan dan Program
Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).
Adapun rincian alokasi selengkapnya mengenai
Dana Desa TA 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.

Beberapa waktu yang lalu pemberitaan


mengenai tarik ulur peran dan kewenangan
Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Desa
(PMD) terkait pengelolaan Desa antara
Kemendagri dan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (Kemendes dan PDTT) sempat
menimbulkan kekhawatiran akan menjadi
faktor penghambat kelancaran implementasi
UU Desa. Namun seiring dengan iktikad baik
kedua belah pihak untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut, serta upaya
KemenPAN-RB untuk merestrukturisasi tugas
dan fungsi kedua kementerian, diharapkan
risiko kegagalan pembangunan dan
pemberdayaan desa dari sisi pemerintah dapat
termitigasi dengan baik. Namun di sisi lain,
struktur kelembagaan desa dan perangkat desa
sampai saat ini belum diatur secara jelas.
Melihat besarnya anggaran yang akan dikelola,
tidak tertutup kemungkinan sebuah desa akan
memerlukan struktur pengelolaan anggaran
tersendiri yang baku dan esien. Pada level dan
bidang tertentu, mungkin beberapa desa perlu
membentuk semacam Unit Kerja Perangkat
Desa (UKPD) yang akan bertanggung jawab
untuk mengelola pembangunan desa beserta
anggarannya, seperti UKPD pertanian dan
irigasi (semacam Dinas Pertanian/Pekerjaan
Umum pada level kabupaten/kota), UKPD
vol. VII no. 42 |

13

Auditama

Auditama
pranata kearifan lokal yang penuh
kebersahajaan dan business as usual.

Aspek Sistem Informasi


Manajemen dan
Akuntabilitas

Penyederhanaan regulasi teknis dengan


mempertimbangkan kapasitas dan kapabilitas
sumber daya manusia yang akan
menjalankannya mutlak dilakukan. Demikian
halnya dengan kesiapan pemda dalam
menyusun Perbup/Perwako yang mengatur
mengenai tata cara pengelolaan dana desa di
wilayahnya masing-masing, sebagai salah satu
persyaratan dalam penyaluran dana desa.
Sampai berita ini diturunkan masih terdapat 51
daerah dari 434 daerah penerima Dana Desa TA
2015 yang belum memenuhi persyaratan dan
menerima penyaluran Dana Desa Tahap I.

kesehatan masyarakat, UKPD pengelola


keuangan dan aset desa, UKPD perencanaan
pembangunan desa (semacam Bappedes),
Inspektorat Desa dlsb. Tentunya pembentukan
struktur tersebut akan menimbulkan
konsekuensi pembiayaan dan permasalahan
birokrasi tersendiri.
Aspek Regulasi
Saat ini tak kurang dari selusin regulasi
teknis yang berlaku dari setidaknya tiga
kementerian (Kemendagri, Kemenkeu, dan
Kemendes & PDTT) yang menginduk pada UU
Nomor 6 Tahun 2014, PP Nomor 43 Tahun 2014,
dan PP Nomor 60 Tahun 2014 s dd PP 22
Tahun 2015 terkait dengan pengelolaan
pemerintahan desa, pembangunan dan
pemberdayaan desa, serta pengelolaan
keuangan desa. Belum lagi nanti Pemda akan
menerbitkan berbagai regulasi teknis lainnya
yang akan mengatur lebih lanjut mengenai
pengelolaan keuangan desa di wilayah mereka
masing-masing. Dapat dibayangkan bagaimana
rumitnya tatanan pengaturan/pengurusan
tentang Desa, padahal implementasinya pada
daerah tertentu mungkin hanya akan dicascading oleh 3-4 personil pengurus desa saja.
Dan yang lebih ironis, belum tentu semua
pengurus desa tersebut 'melek hukum', karena
pada dasarnya selama ini mereka hidup dalam

14 | auditoria 2015

Pada tataran yang lebih tinggi, revisi paket UU


Keuangan Negaradengan memasukkan Desa
sebagai salah satu subjek pengelola anggaran
dan fungsi Menteri Keuangan sebagai Pengguna
Anggaran Transfer Dana Desaserta revisi UU
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah dan UU terkait Pajak
Daerah dan Retribusi Daerahdengan
memasukkan kemungkinan Desa sebagai bagian
tersendiri dalam pengelolaan dana perimbangan
dan pemungutan pajak/retribusi desamenjadi
salah satu program legislasi nasional yang perlu
segera diselesaikan. Di samping itu, perlu
ketegasan dan klarikasi dari pemerintah untuk
pemberlakuan regulasi mengenai tugas
pembantuan pada level desa dan pemberlakuan
regulasi terkait pengadaan barang/jasa
pemerintah dalam proses pengadaan
barang/jasa pada pemerintahan desa.
Aspek Sumber Daya Manusia
Jika suatu urusan diserahkan bukan
kepada ahlinya, maka tunggulah
kehancuran itu, demikian sebuah Hadist Nabi.
Tentunya kita semua berharap bahwa proses
pengucuran Dana Desa yang cukup deras
tersebut telah dan akan senantiasa melibatkan
para ahlinya. Sebagaimana dimaklumi, sebagian
besar kepala desa dan perangkat desa
kemungkinan tidak memiliki latar belakang
pendidikan formal dan keahlian profesi yang
mendukung terkait pengelolaan anggaran desa
yang relatif besar itu. Bahkan beberapa desa
hanya memiliki SDM dengan kualikasi lulusan

Program Kejar Paket B (melek huruf), dan


jarang tersentuh pembinaan dunia formal. Hal
ini tentu menjadi permasalahan serius jika
paham the man behind the gun diyakini akan
menjadi kunci keberhasilan suatu program.
Meskipun di sisi lain Kemendes & PDTT telah
mempersiapkan regulasi terkait pendampingan
desa beserta rekrutmen tenaga pendamping
desa sekitar 16.000 tenagauntuk
menggantikan tenaga pendampingan PNPM
MPd yang berakhir April 2015 setelah hampir 8
tahun bertugasnamun kesiapan serta
kapasitas dan kapabilitas tenaga pendamping
tersebut masih menjadi tanda tanya. Di
samping akan membebani anggaran belanja gaji
dan operasional, keberadaan tenaga
pendamping desa yang unqualied
dikhawatirkan dapat menjadi kontraproduktif
dengan pencapaian tujuan, dan berpotensi
menimbulkan praktik percaloan anggaran.
Tentunya kita tidak mengharapkan bahwa
uncredible human factor menjadi pemicu
terjadinya penyimpangan (KKN) dalam
pengelolaan Dana Desa, sehingga menjadi
pintu masuk bagi para penegak hukum untuk
ikut berkiprah di dalamnya (dalam konteks law
enforcement).

Pengalokasian Dana Desa, ADD,


dan bagi hasil PDRD pada
prinsipnya mempersyaratkan
adanya perencanaan yang baik
oleh pemerintah desa.
Perencanaan pembangunan desa
yang dituangkan dalam
RPJMDes dan RKPDes, yang
kemudian akan dinominalkan
dalam bentuk RKA-Des,
RAPBDes, dan APBDes mutlak
memerlukan suatu sistem
informasi manajemen yang andal
namun tetap simpel (user
friendly). Hal ini akan menjadi
tantangan tersendiri manakala
fenomena yang ada
menunjukkan bahwa terdapat
Tabel 2
beberapa desa pada suatu
kabupaten yang sudah
sedemikian majunya sehingga untuk
penyusunan suatu modul perencanaan dan
penyampaian laporan akuntabilitas pelaksanaan
program/anggaran telah memanfaatkan
teknologi informasi berbasis web dan aplikasi
berbantuan komputer. Namun di sisi lain,
beberapa desa tetangganya masih
menggunakan teknologi tradisional dimana
untuk mengantar suatu laporan saja masih
menggunakan sarana kuda dan kegiatan
operasional/administrasinya belum didukung
perangkat komputer sama sekali. Pendekatan
desentralisasi asimetris mungkin dapat
diterapkan terkait program/kegiatan yang akan
dilaksanakan suatu desa, namun untuk sarana
dan prasarana pendukungnya (termasuk sistem
informasi manajemen) seyogyanya
terstandardisasi dengan baik. Tantangan ini
tentu berkaitan erat pula dengan ketersediaan
operator (SDM) yang qualied dan kompeten.
Terkait akuntabilitas, mengingat pendanaan
desa sebagian besar akan bersumber dari
APBN/APBD, maka sesuai amanat Pasal 3 UU
Nomor 17 Tahun 2003, pengelolaan Dana Desa
dan ADD oleh pemerintah desa harus tetap
dilakukan secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, esien, ekonomis, efektif,
vol. VII no. 42 |

15

Auditama

transparan, dan bertanggung jawab dengan


memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Merujuk pada pertanggungjawaban
APBN/APBD, tentunya pertanggungjawaban
terhadap APBDes versi UU Desa tidak cukup
hanya dengan penyampaian Laporan Realisasi
Pelaksanaan APBDes semata. Ke depannya,
pemerintah desa tentu perlu menyusun suatu
Laporan Keuangan Pemdes, yang akan diaudit
oleh lembaga yang berwenang sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

Auditama

berulang yang menjurus kepada excessive controls


menjadi isu sentral yang perlu dicarikan jalan
keluar terbaiknya. Dengan kemandirian desa,
dalam perkembangannya nanti tidak tertutup
pula kemungkinan sebuah desa akan memiliki
aparat pengawasan intern sendiri (APIPDes).
Untuk itu, kebijakan dan koordinasi
pengawasan yang baik menjadi salah satu syarat
mutlak untuk menghindari terjadinya konik
pengawasan.
Aspek Nonteknis Lainnya

Aspek Pengawasan
Pengalokasian Dana Desa dan/atau ADD
tidak terlepas dari proses politik
penganggaran oleh pemerintah dan
parlemen. Dalam situasi akan dilangsungkannya
pilkada dan/atau pilkades secara serentak, risiko
pemanfaatan Dana Desa/ADD tidak tepat
sasaran menjadi semakin tinggi. Di samping itu,
pesona desa sebagai objek propaganda/
kampanye, memberikan posisi tawar tersendiri
dalam proses penganggaran, sehingga
pengalokasian Dana Desa/ADD yang
seyogyanya dilakukan by-formula, sedikit
banyaknya dapat terkontaminasi dengan
kepentingan dari pihak-pihak tertentu.

pengelolaan Dana Desa, maka berbagai risiko


permasalahan tersebut di atas dapat bermula
dari dan/atau berdampak signikan pada
Kementerian Keuangan. Sejak proses
penganggaran (indikasi kebutuhan dana),
pembahasan dengan DPR, pengalokasian dan
penghitungan, serta penyaluran Dana Desa
dimaksud tidak terlepas dari pelaksanaan
fungsi Menteri Keuangan selaku Pengguna
Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
Apalagi karena sifatnya earmarked, maka
Menteri Keuangan sesuai dengan kuasa Pasal
132 PP Nomor 45 Tahun 2013 berwenang pula
untuk melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap penyerapan dan pemanfaatan dana
desa. Hal ini tentu memerlukan dukungan,
koordinasi, dan kerja sama yang baik dari
semua pihak, khususnya dukungan dari unit
kerja terkait di lingkungan Kementerian
Keuangan (terutama DJA, DJPK, DJPB,
Sekretariat Jenderal, dan Inspektorat Jenderal)
Meskipun secara organisatoris maupun
fungsional Inspektorat Jenderal Kementerian
Keuangan tidak berkaitan langsung dengan
proses perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, maupun pertanggungjawaban
Dana Desa, namun sebagai Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah yang ditetapkan Menteri
Keuangan untuk melakukan kegiatan
pengawasan intern terkait pelaksanaan tugas
dan fungsi Menteri Keuangantermasuk
dalam hal ini fungsi terkait penyusunan
anggaran, pengalokasian, dan penyaluran Dana
Desa pada DJA dan DJPKInspektorat
Jenderal memegang peranan penting dalam
memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) bahwa proses
penganggaran, pengalokasian, dan penyaluran
Dana Desa di Kementerian Keuangan telah
dilaksanakan secara akuntabel, efektif, dan

esien sesuai dengan koridor peraturan


perundang-undangan yang berlaku dan good
governance. Pengawasan terhadap proses ini
perlu dilakukan secara hati-hati dan
proporsional agar tidak menimbulkan konik
pengawasan dengan unit-unit kerja
pengawasan lainnya (BPKP, APIP K/L, APIP
Daerah). Dengan pengawasan yang baik,
diharapkan dapat memberikan informasi dan
rekomendasi yang valid bagi pimpinan
Kementerian Keuangan dalam mengambil
kebijakan/keputusan yang tepat serta
menentukan standing position apabila terjadi
permasalahan dalam implementasi Dana Desa
tersebut. Permasalahan-permasalahan yang
sebelumnya pernah terjadi pada anggaran
transfer ke daerah seperti penganggaran dan
penyaluran DPPID, DPID, BOS, TPG, dll
tentunya akan menjadi pembelajaran untuk
tidak terulang kembali pada Dana Desa.
Pada akhirnya, program pembangunan
berorientasi desa dengan segala risiko dan
permasalahannya tersebut tetap harus
didukung oleh segenap lapisan masyarakat di
NKRI. Terlepas dari janji pemerintah dan
haluan pemerintahan yang dapat berganti, kita
semua patut menyadari bahwa hakikatnya
sebagian besar dari kita berasal dari desa, dan
tentu sudah selayaknya ikut berpartisipasi dan
concern terhadap isu pembangunan dan
pemberdayaan desa secara konsisten dan
sungguh-sungguh. Apapun pola, mekanisme,
dan pendekatan yang akan digunakan,
tentunya prinsip cost and benet tetap menjadi
pertimbangan utama. Cita-cita untuk
membangun desa itupun tidak mesti lahir dari
seorang pemimpin, bahkan dari seorang
pemimpi-pun nawaitu itu bisa terpatri, seperti
untaian bait sang penyair EGA ini.

Dalam regulasi terkait implementasi UU


Desa, secara administratif pembinaan
dan pengawasan terhadap pengelolaan
Dana Desa pada dasarnya dilakukan oleh
pemda kabupaten/kota melalui camat atau
sebutan lain yang setara. Pengawasan tersebut
dapat pula didelegasikan kepada perangkat
daerah lainnya. Namun mengingat penggunaan
Dana Desa dan/atau ADD bersifat earmarked
berbasis kebijakan nasional, maka keterlibatan
pemerintah (pusat) dalam pengawasan tetap
diperlukan, setidaknya melalui suatu aktivitas
pemantauan dan evaluasi. Dengan banyaknya
institusi yang terkait dengan pengalokasian dan
pengawasan pengelolaan Dana Desa/ADD baik
di tingkat pemerintah pusat (antara lain
Kemendagri, Kemendes & PDTT, Bappenas,
Kemenkeu, K/L teknis, BPKP) maupun pemda
provinsi/kabupaten/kota (antara lain Bappeda,
SKPD teknis, APIP Daerah, Camat) maka
duplikasi pengawasan dan/atau pengawasan

Peran Inspektorat Jenderal (Kementerian


Keuangan) Dalam Pengawasan Anggaran
Transfer Berorientasi Desa

....... Siapa tau nanti aku 'kan terpilih jadi


kepala desa,

Menilik peran dan domain Kementerian


Keuangan yang cukup dominan dalam

'kan kubangkitkan semangat rakyatku dan


kubangun desaku ......

16 | auditoria 2015

Foto: Putra Bekti

...... Aku pernah punya cita-cita hidup jadi


petani kecil,
tinggal di rumah desa dengan sawah di
sekelilingku,

Foto: Putra Bekti

vol. VII no. 42 |

17

Auditama

Auditama

Penulis: Riza Faiz Ahmad


Auditor Pertama Inspektorat V
Foto: Putra Bekti

Perkembangan Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah

engadaan Barang/Jasa (PBJ) pemerintah


atau biasa disebut public procurement
merupakan salah satu motor penggerak
utama pembangunan, terutama jika dikaitkan
dengan besarnya belanja pemerintah, baik
belanja modal maupun belanja barang.
Perkembangan nilai belanja pemerintah dalam
kurun waktu satu dasawarsa terakhir
menunjukkan tren kenaikan yang signikan
(lihat grak 1 dan grak 2). Berdasarkan data
sebagaimana termuat dalam Nota Keuangan
pengantar RAPBN-Perubahan Tahun Anggaran
2015, terlihat bahwa Belanja
Kementerian/Lembaga direncanakan meningkat
sebesar 20,4% dari APBN Tahun 2014 atau
menjadi sebesar Rp779.5 Triliun (lihat tabel 1).
Sedangkan untuk Kementerian Keuangan,
anggaran belanja dalam RAPBN-P TA 2015
diperkirakan sebesar Rp25.686,3 miliar, atau
meningkat Rp6.959,1 miliar dari pagu yang
ditetapkan sebelumnya dalam APBN TA 2015.
Peningkatan tersebut disebabkan adanya
tambahan anggaran prioritas terkait dengan
upaya peningkatan pendapatan negara sebesar
Rp5.270,5 miliar dan perubahan alokasi yang
berasal dari realokasi BA BUN terkait reformasi
birokrasi sebesar Rp1.688,6 miliar.

18 | auditoria 2015

Belanja pemerintah setidaknya memiliki dua


peran yang sangat penting dalam pencapaian
tujuan nasional, terutama tujuan yang terkait
dengan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Pertama, besaran dan komposisi belanja
pemerintah pusat dalam operasi skal.
Pemerintah memiliki dampak yang signikan
pada permintaan agregat yang merupakan
penentu output nasional sebab pemerintah
sebagai pembeli terbesar (the biggest buyer) dapat
mempengaruhi alokasi dan esiensi sumber
daya ekonomi dalam perekonomian. Kedua,
berkaitan dengan ketersediaan dana untuk
melaksanakan ketiga fungsi ekonomi
pemerintah, yaitu fungsi alokasi, fungsi
distribusi, dan fungsi stabilisasi. Oleh karena itu,
kualitas kebijakan dan alokasi anggaran belanja
pemerintah menempati posisi yang sangat
strategis dalam mendukung pencapaian tujuan
nasional, sebagaimana digariskan dalam RPJP,
RPJM, dan rencana kerja pemerintah tahunan.
Lebih lanjut, kualitas kebijakan dan alokasi yang
representatif juga mendorong persepsi positif
dari para pengambil keputusan bisnis, yang
berarti akan dapat berdampak positif terhadap
perekonomian secara umum.
Anggaran yang besar dengan tujuan yang besar
dan mulia adalah amanah/tanggung jawab berat
yang harus dilaksanakan, namun pada
kenyataannya banyak ditemukan penyimpangan
dalam praktik pelaksanaan anggaran belanja

negara dimaksud, khususnya dalam pengadaan


barang/jasa pemerintah. Data perkara tindak
pidana korupsi yang ditangani Komisi
Pemberantasan Korupsi dari tahun 2011 sampai
dengan Januari 2015 menunjukkan bahwa kasus
PBJ masih mendominasi dengan jumlah kasus
tertinggi kedua setelah penyuapan.
Di samping permasalahan-permasalahan terkait
adanya kebocoran anggaran ataupun korupsi,
praktik pelaksanaan anggaran juga dihadapkan
pada lambatnya tingkat penyerapan belanja
akibat adanya bo leneck/hambatan dalam proses
PBJ. Hal ini ditandai dengan adanya
kecenderungan pencairan anggaran yang selalu
menumpuk di akhir tahun anggaran (terutama
pada November dan Desember), sehingga
dengan kondisi target waktu yang sempit di
mana pelaksanaan PBJ harus selesai di akhir
tahun berpotensi mendorong para penyedia
barang/jasa untuk cenderung mengabaikan
kualitas hasil pengadaan dan bahkan
melanggar ketentuan/peraturan yang berlaku.
Di sisi lain, pelaksanaan PBJ juga dihadapkan
dengan terbatas dan tidak meratanya sumber
daya manusia yang memiliki kompetensi dan
integritas serta kurangnya minat untuk menjadi
pelaksana/pengelola pengadaan barang/jasa
pemerintah. Alasan klasik sulitnya mencari
pelaksana pengelola pengadaan disebabkan
beberapa hal yaitu: 1) adanya ketakutan risiko

terseret dalam kasus pidana pengadaan; 2)


tidak adanya perlindungan hukum yang
memadai terhadap pelaksana pengadaan; 3)
peraturan pengadaan yang ketat dan rinci
namun kadangkala membingungkan karena
terdapat kerancuan/disharmoni dengan
peraturan lain; dan 4) kurangnya
penghargaan/reward terhadap prestasi dan
beban kerja para pelaksana pengadaan.
Melihat peran vital dan strategis PBJ yang
mengalami banyak tantangan, sudah
sewajarnya permasalahan PBJ menjadi
perhatian pertama dan utama Presiden Jokowi
melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2015
tentang Percepatan Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Oleh sebab itu,
Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
(Itjen Kemenkeu) selaku Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) yang memiliki tugas
dan fungsi pengawasan internal di lingkungan
Kemenkeu perlu memberikan dukungan dan
perhatian khusus untuk melakukan perbaikan
sistem pengadaan barang/jasa pemerintah
sebagaimana instruksi presiden dimaksud,
antara lain melalui public procurement audit.
Pelaksanaan audit terhadap PBJ memiliki
karakteristik khusus yang berbeda dengan
audit pada umumnya. Dalam audit PBJ, auditor
akan menghadapi beberapa tantangan dan

vol. VII no. 42 |

19

Auditama

(HPS) yang tidak wajar; dan


Penyusunan spesikasi teknis yang
mengarah pada merek tertentu.

3. Tahap Pelaksanaan Lelang


Adanya indikasi pengaturan lelang
dan/atau persaingan tidak sehat antar
penyedia;
Penyimpangan dalam prosedur
pelelangan; dan
Adanya sanggahan, sanggahan banding,
dan pengaduan.

risiko terkait fraud, etika, dan khususnya faktor


sosio ekonomi. Hal unik yang membedakan
antara bidang PBJ dengan bidang pengawasan
lainnya adalah pengadaan barang/jasa
pemerintah akan bersinggungan dengan tiga
area aturan hukum, yaitu hukum Pidana,
hukum Perdata, dan hukum Tata Usaha Negara
Tanggung jawab pengawasan APIP terkait PBJ
tidak terbatas pada kegiatan audit semata, APIP
juga diharapkan terlibat aktif melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut.
Pemberian konsultasi.
Pemberian rekomendasi jawaban sanggahan
banding.
Pemberian rekomendasi atas usulan
pengenaan sanksi kepada penyedia
barang/jasa untuk dicantumkan ke dalam
daftar hitam (black-list).
Penanganan terhadap pengaduan terkait
penyimpangan dalam proses PBJ.
Reviu terhadap Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAK/L).
Reviu terhadap Rencana Kebutuhan Barang
Milik Negara (RK-BMN), yang saat ini
masih dalam proses penyusunan RPMK.
Monitoring dan evaluasi terhadap
penyerapan anggaran K/L.

Titik Rawan Pengadaan Barang/Jasa


Berdasarkan data konsultasi dan temuan hasil
audit PBJ, khususnya audit terhadap PBJ yang
dibiayai dari Anggaran Belanja Modal di
lingkungan Kementerian Keuangan yang
dilaksanakan Inspektorat V, permasalahan/titik
rawan yang ditemukan pada dasarnya ada

20 | auditoria 2015

pada tiap fase proses pengadaan dan bahkan


telah dimulai sejak saat perencanaan pengadaan
dan/atau anggaran. Beberapa permasalahan
yang sering terjadi antara lain:
1. Tahap Perencanaan Pengadaan dan/atau
Anggaran
Perencanaan pengadaan dan/atau
anggaran tidak berdasarkan identikasi
kebutuhan yang tepat;
Kerangka Acuan Kerja (KAK)/Terms of
Reference (TOR) dan Rincian Anggaran
Biaya (RAB) tidak disusun secara rinci
dan/atau tidak dikalkulasikan secara
keahlian, serta tidak dilengkapi dengan
data pendukung yang memadai;
Perencanaan anggaran PBJ tidak
memperhatikan kebutuhan anggaran
yang terkait dengan pemeliharaan
dan/atau kesiapan sarana/prasarana
pendukung lain yang dibutuhkan,
misalnya pengadaan kendaraan bermotor
tanpa memperhatikan ketersediaan biaya
pemeliharaan, pengadaan kapal tanpa
memperhatikan kesiapan prasarana
dermaga dan Anak Buah Kapal, dsb;
Pembangunan/renovasi gedung belum
dilengkapi dokumen pendukung dari
pejabat/instansi yang berwenang seperti
dokumen pembebasan lahan dan/atau
sertikat kepemilikan lahan, Ijin
Mendirikan Bangunan, hasil studi
kelayakan/AMDAL, persetujuan
penghapusan/pertukaran BMN, dsb.
2. Tahap Persiapan Lelang
Tidak seluruh pengadaan diumumkan
dalam Rencana Umum Pengadaan;
Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri

4. Tahap Pelaksanaan Kontrak


Pekerjaan disubkontraktorkan;
Duplikasi pekerjaan pada proyek
tahapan;
Pembayaran uang muka tidak sesuai
ketentuan;
Pembayaran yang tidak sesuai realisasi
sik di lapangan;
Addendum kontrak tidak sesuai dengan
ketentuan; dan
Serah terima pekerjaan tidak sesuai
kontrak (volume, mutu dan waktu).
5. Tahap Pemanfaatan Hasil Pengadaan
Hasil pengadaan tidak
dimanfaatkan/idle; dan
Hasil pengadaan tidak diadministrasikan
dengan baik pada SIMAK BMN.

Fokus Perbaikan Audit Pengadaan


Barang/Jasa (Procurement Audit)
Walaupun setiap tahun Itjen telah melakukan
audit secara rutin, namun dari tahun ke tahun
masih sering dijumpai adanya temuan berulang
atas permasalahan yang sama dalam PBJ. Hal
ini harus menjadi perhatian dalam perbaikan
sistem pengawasan (audit), khususnya terkait
audit PBJ di masa mendatang. Beberapa hal
yang perlu menjadi fokus perbaikan ke depan
antara lain:
1. Pembentukan Unit Kerja Pengawasan yang
khusus mengawasi Pengadaan Barang/Jasa
secara utuh dan terpadu
Dalam melaksanakan tugas pengawasan
terhadap pelaksanaan PBJ di lingkungan
Kementerian Keuangan, Itjen membagi

penugasan pengawasan sesuai dengan jenis


belanja, di mana kegiatan pengawasan atas
PBJ yang dibiayai atau menggunakan
Anggaran Belanja Modal (Akun 53)
dilaksanakan oleh Inspektorat V, sedangkan
pengawasan atas PBJ yang menggunakan
Anggaran Belanja Barang (Akun 52)
dilaksanakan oleh Inspektorat I s.d. VII
sesuai dengan mitra kerja pengawasan
masing-masing (unit eselon I pelaksana
pengadaan yang menjadi bidang tugas dan
fungsi pengawasan masing-masing
inspektorat).
Pola pengawasan yang telah dijalankan Itjen
tersebut masih memiliki beberapa
kelemahan terutama terkait sinergi antar
unit pengawasan (inspektorat), salah satu
contoh terkait paket pengadaan sistem dan
perangkat Teknologi Informasi Komunikasi
(TIK), di mana pembelian awal sistem dan
perangkat TIK dibiayai dari Anggaran
Belanja Modal (tugas pengawasan dari
Inspektorat V), sedangkan paket
perpanjangan lisensi perangkat maupun
dukungan pemeliharaan Annual Technical
Support (ATS) dibiayai dari akun belanja
barang (tugas pengawasan inspektorat
terkait). Padahal, kedua paket pengadaan
tersebut (baik pengadaan awal maupun
dukungan pemeliharaan) memiliki
keterkaitan yang sangat erat, terutama
terkait penentuan spesikasi dan harga,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi
tingkat esiensi dan efektivitas suatu
pengadaan. Akan menjadi lebih bermasalah
apabila terdapat perbedaan Program Kerja
Pengawasan Tahunan (PKPT) antar
inspektorat terkait sehingga dimungkinkan
terjadinya gap/celah pengawasan atas paket
pengadaan dimaksud.
Untuk itu, perlu kiranya dilakukan kajian
terhadap restrukturisasi unit kerja
vol. VII no. 42 |

21

Auditama
pengawasan dengan mempertimbangkan
opsi untuk membentuk suatu unit kerja
pengawasan yang khusus mengawasi
pelaksanaan PBJ secara utuh dan terpadu.
2. Pendekatan Probity Audit Untuk
Pengadaan Strategis
Probity diartikan sebagai integritas (integrity),
kebenaran (uprightness), dan kejujuran
(honesty). Probity audit dapat diartikan
sebagai kegiatan penilaian (independen)
untuk memastikan bahwa proses PBJ telah
dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan
prinsip penegakan integritas, kebenaran,
dan kejujuran, dan memenuhi ketentuan
perundangan yang berlaku yang bertujuan
meningkatkan akuntabilitas penggunaan
dana sektor publik, (Perka BPKP Nomor
Per-362/K/D4/2012).
Dengan dilaksanakannya probity audit, peran
dan fungsi APIP akan lebih dominan dalam
upaya pencegahan berupa tindakan Prevent,
Deter dan Detect sebagai Early Warning
System atas proses PBJ, sehingga potensi
terjadinya kerugian negara dapat dimitigasi
sedini mungkin.
3. Sinergi Tim Audit dengan Tim Reviu
RKA-K/L dan Tim Reviu RK-BMN
Seperti slogan If you fail to plan, It means
you plan to fail sangatlah penting untuk
membuat perencanaan yang baik apabila
kita mengharapkan sebuah pengadaan
bermanfaat sesuai kebutuhan. Tahap
perencanaan pengadaan barang/jasa
sejatinya telah dimulai sejak tahap
perencanaan kebutuhan BMN dan
perencanaan anggaran agar perencanaan
menjadi baik dan tidak mengulangi
kesalahan pada masa-masa sebelumnya,
serta dalam upaya perbaikan sistem yang
berkelanjutan (continuous improvement),
perlu ada masukan informasi kepada Tim
Reviu RKA-K/L dan Tim Reviu RK-BMN
terutama terkait temuan-temuan hasil audit
pada tahap sebelumnya. Hal sebaliknya
juga perlu dilakukan apabila Tim Reviu
RKA-K/L maupun RK-BMN menilai ada
beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
oleh Tim Audit dalam rangka mengawal

22 | auditoria 2015

Auditama
agar pengadaan tercapai sesuai kebutuhan
dan tujuan yang direncanakan.
4. Peningkatan Kompetensi dan Pemahaman
Auditor atas Proses Bisnis dan Risiko
Pengadaan Barang/Jasa
Acapkali laporan hasil temuan audit hanya
menjadi tumpukan buku yang memenuhi
gudang arsip tetapi tidak memberikan
kontribusi nilai tambah bagi perbaikan
terhadap proses PBJ. Hal ini salah satunya
disebabkan pemberian rekomendasi oleh
auditor tidak mempertimbangkan proses
bisnis yang ada, sehingga rekomendasi tidak
dapat ditindaklanjuti oleh auditi. Risiko lain
akan muncul apabila auditor tidak cermat
dalam mengidentikasi permasalahan dan
memberikan rekomendasi yang tidak tepat
sehingga dapat berakibat secara hukum,
baik dalam lingkup Tata Usaha Negara
(TUN), perdata dan bahkan pidana.
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut di
atas, maka perlu didorong adanya penguatan
kompetensi dan pemahaman auditor atas
proses bisnis PBJ secara berkelanjutan
melalui diklat, diskusi antar auditor,
kerjasama dengan organisasi/ asosiasi
profesional dan forum sharing knowledge yang
banyak tersedia di media sosial, mengingat
perkembangan sistem PBJ yang sangat
dinamis.

Melihat peran penting dari


pengadaan barang/jasa pemerintah
tersebut, maka jangan sampai Itjen
Kemenkeu kehilangan momentum
untuk dapat mengambil peran
strategis sebagai Agent of Change
dan katalisator terkait perbaikan
dan/atau penyempurnaan sistem
pengadaan barang/jasa di
lingkungan Kementerian Keuangan,
yang pada gilirannya diharapkan
dapat menjadi Benchmark bagi
Kementerian/Lembaga lain.

Penulis: Irma
Auditor Pertama Inspektorat V
Foto: Irma

Peningkatan Efektivitas Pengadaan


Barang/Jasa melalui Konsultasi
(Helpdesk)
Outcome yang hendak dicapai salah satu Tema Pengawasan Unggulan (TPU)
Inspektorat V Tahun 2015 ini pada dasarnya bukan hanya terbatas pada sisi
efektivitas semata, namun mencakup pula peningkatan terhadap tata kelola dan
proses Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) yang lebih esien, efektif, transparan, terbuka,
bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel sesuai dengan ketentuan dan
prosedur yang berlaku.

PU ini sifatnya berulang


(multi-years) dan sudah
dilaksanakan sejak hampir
5 tahun yang lalu, seiring dengan
ditetapkannya Layanan
Konsultasi Pengadaan
Barang/Jasa (Helpdesk) kepada
satuan kerja (satker) di
lingkungan Kementerian
Keuangan sebagai salah satu
Layanan Unggulan (quick wins) di

Inspektorat Jenderal. Layanan ini


juga menjadi salah satu layanan
yang diikutsertakan dalam 'Survei
Kepuasan Pengguna Layanan'
yang dilakukan secara rutin oleh
Kementerian Keuangan setiap
tahunnya dengan melibatkan
pihak independen (Universitas
Indonesia dan Institut Pertanian
Bogor) sebagai surveyor. Hasil
survei independen terhadap
vol. VII no. 42 |

23

Auditama

Auditama

kurun waktu 5 tahun tersebut relatif cukup


baik, dengan pencapaian terakhir pada Tahun
2014 pada level 4,2 dari skala likert 1-5 atau
termasuk kategori Sangat Puas.
Tema ini menjadi salah satu isu sentral di
Inspektorat Jenderal sejak ditetapkannya
layanan helpdesk tersebut sebagai salah satu
fungsi Inspektorat V sebagaimana tercantum
dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 184/PMK.01/2010 yaitu pelaksanaan
peran konsultasi belanja modal di lingkungan
Kementerian Keuangan. Peran yang hanya ada
di Inspektorat V ini, hakikatnya
digagas oleh Inspektur Jenderal kala
itu sebagai salah satu bentuk
perubahan paradigma pengawasan
Inspektorat Jenderal dari pola lama
yang cenderung hard-controlling
(represif) ke pola baru yang lebih
soft-controlling (konsultatif/
preventif). Dengan paradigma baru
tersebut, layanan helpdesk
diharapkan dapat menjadi bagian dari early
warning system terhadap proses PBJ, sehingga
tindakan re-ghting terhadap suatu
permasalahan PBJ yang selama ini sering
terjadi dapat diminimalisasi. Peran ini semakin
bermakna seiring dengan perubahan regulasi
yang cukup mendasar dalam proses PBJ di
lingkungan pemerintahan dengan
diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah menggantikan
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 80
Tahun 2003 yang dirasakan sudah tidak sesuai
dengan perkembangan zaman.

peran konsultasi tersebut tidak


hanya terbatas PBJ yang dibiayai
dari ABM, tetapi meliputi PBJ
secara keseluruhan, baik yang
biayai dari ABM maupun dari ABB.
Seiring dengan perkembangan/
dinamika serta tuntutan kebutuhan
dan ekspektasi stakeholders,
Inspektorat Jenderal memandang
perlu untuk melakukan reposisi
dan rening peran konsultasi
(helpdesk) dimaksud.

Pada awalnya, layanan ini memang ditujukan


untuk membantu para pengelola satker dalam
proses PBJ yang dibiayai dari Anggaran
Belanja Modal (ABM). Pertimbangan
sederhananya adalah risiko dan kompleksitas
kegiatan, di mana PBJ yang dibiayai dari ABM
cenderung bernilai signikan serta lebih
kompleks proses dan ouput PBJ-nya
dibandingkan dengan PBJ yang dibiayai dari
Anggaran Belanja Barang (ABB). Namun, pada
praktiknya pihak satker tidak hanya
berkonsultasi terkait PBJ yang dibiayai dari
ABM saja, sebagian malah lebih sering
berkonsultasi terkait PBJ yang dibiayai dari
ABB. Hasil survei independen pun
menunjukkan bahwa stakeholders, khususnya
pengguna layanan helpdesk, mengharapkan

24 | auditoria 2015

Pada akhirnya, dalam PMK Nomor


206/PMK.01/2014, salah satu fungsi
Inspektorat V terkait konsultasi
berkembang menjadi pelaksanaan
peran konsultasi pengadaan
barang/jasa di lingkungan
Kementerian Keuangan. Dengan
demikian, apapun bentuk
pertanyaan/permasalahan dan
sumber pembiayaan yang akan
dikonsultasikan oleh para satker,
Tim Helpdesk Inspektorat V akan
senantiasa siap membantu dan
memberikan pertimbangan/solusi
penyelesaian terhadap
permasalahan yang dihadapi satker
dimaksud sesuai dengan koridor
peraturan perundang-undangan
dan prosedur yang berlaku.
Pola dan mekanisme Layanan
Helpdesk juga mengalami
perkembangan yang signikan.
Pada awalnya, layanan hanya
dilakukan dengan proses tatap
muka dan peninjauan langsung ke
lokasi, baik secara aktif dilakukan
Inspektorat V dengan mendatangi
para satker tertentu berdasarkan
risk-based consulting, maupun
melalui kunjungan para satker ke
Gedung Djuanda II Lt. IX

Kementerian Keuangan. Namun, sejalan dengan perkembangan


teknologi informasi, layanan helpdesk sekarang juga dilakukan
melalui sosialisasi, coaching clinic, telepon, e-mail, SMS, dan
mekanisme persuratan lainnya. Waktu layanan di kantor yang
semula terpatri selama 5 hari kerja dalam seminggu dari jam
07.30 s.d. 17.00 (sesuai jam kerja Kementerian Keuangan)
sekarang menjadi hampir 7x24 jam seperti layaknya salah satu
layanan pada DJBC. Berdasarkan data 2 tahun terakhir (2013
dan 2014), jumlah layanan helpdesk yang dilakukan cenderung
melampaui target kinerja yang telah ditentukan. Pada tahun
2013, dari target 100 kali kegiatan konsultasi, realisasi kegiatan
dimaksud adalah sebanyak 168 kali kegiatan (dengan rincian: via
tatap muka sebanyak 115 kali; via telepon sebanyak 40 kali; dan
via SMS, surat, e-mail dsb sebanyak 13 kali).
Capaian tersebut tetap tinggi pada tahun 2014, di mana dari
target 100 kali kegiatan konsultasi, realisasi kegiatan dimaksud
adalah sebanyak 91 kali kegiatan dengan rincian: via tatap muka
sebanyak 62 kali; via telepon sebanyak 18 kali; dan via SMS,
surat, e-mail sebanyak 11 kali. Sedangkan untuk tahun 2015,
sampai dengan 31 Mei 2015 sudah dilakukan 56 kali kegiatan
konsultasi dengan rincian: via tatap muka sebanyak 44 kali; via
telepon sebanyak 9 kali; dan via SMS, surat, e-mail dlsb
sebanyak 3 kali. Dengan memperhatikan frekuensi layanan dan
kebutuhan stakeholders, tidak tertutup kemungkinan layanan
helpdesk nantinya akan memanfaatkan saluran hotline
tersendiri, aplikasi berbasis web, dan jejaring media sosial.
Inspektur V tidak hanya mengarahkan dan mendorong Tim
Helpdesk untuk memberikan layanan terbaik kepada
stakeholders, namun tidak jarang pula ikut terjun langsung ke
lapangan memimpin dan mengawasi pelaksanaan layanan
konsultasi dimaksud. Antara lain melalui sosialisasi helpdesk
kepada stakeholders dan melakukan monitoring dan evaluasi
berupa peninjauan lapangan terhadap proses PBJ yang
strategis, berisiko, dan memiliki kompleksitas tinggi, bernilai
signikan, dan menjadi concern pimpinan Kementerian
Keuangan.
Pada bulan Mei 2015, Inspektorat V melaksanakan kegiatan
sosialisasi helpdesk dengan tema Peningkatan Efektivitas dan
Percepatan Pengadaan Barang/Jasa serta Upaya Pencegahan
Fraud di Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun Anggaran
2015 di dua kota, yaitu Serang dan Bandung. Antusiasme dan
minat para peserta sosialisasi di kedua kota tersebut cukup
tinggi. Hal ini tercermin dari tingkat kehadiran peserta pada
acara sosialisasi di Serang yang dihadiri oleh 50 orang dari 28
satker setingkat Eselon II dan Eselon III (tingkat kehadiran di
atas 90% dari jumlah undangan) sedangkan acara sosialisasi di
Bandung dihadiri oleh 53 orang dari 28 satker setingkat Eselon
II dan Eselon III (tingkat kehadiran di atas 90% dari jumlah
undangan). Pada bulan Juni 2015, juga dilaksanakan sosialisasi
di dua kota besar lainya yaitu Semarang dan Yogyakarta.

Masukan penyempurnaan
dan peningkatan layanan
helpdesk PBJ Inspektorat
Jenderal
Kegiatan sosialisasi
helpdesk diharapkan
perlu diadakan secara
rutin dan berkala,
mengingat
pegawai/pejabat yang
terkait PBJ pada satker
sering mengalami
pergantian dan mutasi.
Perlu diadakan semacam
''bedah kasus'' sebagai
pembelajaran bagi
semua pihak terkait agar
tidak mengulang
kesalahan yang sama.
Harapan stakeholders
tersebut tentunya akan
menjadi tantangan
tersendiri bagi Inspektorat V
untuk terus meningkatkan
kinerja pelayanan dan
tingkat kepuasan layanan
yang optimal kepada
stakeholders terkait proses
PBJ di lingkungan
Kementerian Keuangan.
Pada masa yang akan
datang, kegiatan sosialisasi
ini direncanakan akan
dilaksanakan secara
berkelanjutan dan rutin
setiap tahunnya dalam
rangka mengenalkan lebih
jauh mengenai fungsi
konsultasi PBJ pada
Inspektorat Jenderal kepada
seluruh satker.

vol. VII no. 42 |

25

liputankhusus

liputankhusus

Menyapa
Sahabat
di Perbatasan
Para penumpang pesawat udara dengan
nomor penerbangan GA 514 tujuan
Pontianak dipersilakan segera naik ke
pesawat udara melalui pintu. .
Penulis: Hisyam Haikal
Auditor Muda Inspektorat II
Foto: Hisyam Haikal, Putra Bekti

ara calon penumpang beringsut


mendekati pintu. Buyar sudah lamunan
di kepala mereka. Satu dua penumpang
termasuk awak Auditoria- memilih tetap
duduk, pasrah. Pesawat kan bukan KRL, tak
guna juga terburu-buru. Lamunan tentang
Entikong masih enggan dilepaskan. Lamunan
tentang negeri antah berantah nun jauh di sana.
Lamunan tentang penugasan ke sebuah tempat,
Entikong. Entikong, ia hanyalah sebuah
kecamatan. Ia menjadi istimewa, karena di
sanalah wajah negeri kita tercinta berhadapan
langsung dengan wajah tetangga negeri
serumpun.
Pesawat Garuda maskapai kebanggaan negeri,
yang logonya terpamer gagah di Stadion
Aneld Livepool- yang membawa kami terbang
dengan tenangnya. Sesekali berguncang ringan
membelah gumpalan awan. Cuaca lumayan
kondusif buat para pelamun yang gemar
melemparkan pandangannya, menerawang jauh
menembus awan. Lamunan demi lamunan, baik
yang nostalgic maupun yang futuristic, habis
sudah. Memori tua yang mulai terisi penuh
sebagian mulai bermunculan.
Satu setengah jam berlalu, burung besi ini
mendarat mulus di Bandar Udara Supadio,
Pontianak. Tak banyak orang tahu, siapa
pemilik nama bandara ini. Hawa panas
menyengat menyambut kami di bandara yang
dulu dikenal dengan Bandara Sei Durian ini.
Tak banyak catatan tentang Supadio, meski sang
pahlawan ini namanya diabadikan sebagai
nama bandara yang cukup sibuk ini. Pada
zamannya, ialah satu-satunya pilot penerbang
pesawat tempur di Kalimantan. Besar jasanya
saat menumpas pemberontakan PKI, membuat
namanya diabadikan sebagai nama bandara.
Bandara Supadio bukanlah tujuan kami, ia
hanya mewakili seperdelapan waktu perjalanan
yang harus ditempuh menuju Entikong. Demi
Ibu Pertiwi, letih dan lelah mesti dilupakan,
segera. Perjalanan darat segera dimulai.
Terminal Antar Negara, dari sinilah perjalanan
darat diawali. Terminal yang gagah, modern,
dan penuh gengsi nampaknya. Paling tidak
begitulah mungkin maksud dibangunnya.
Namun semua persepsi itu buyar saat kita

26 | auditoria 2015

memasukinya. Kemegahan hanya ada dalam


tataran sik. Suasana yang sepi, kurang dari
lima bus terparkir di sana. Bus-bus jurusan
Kuching, Malaysia, juga Brunei Darussalam.
Keramaian hanya milik para calo, jasa angkut
barang penumpang, dan sopir taksi gelap.
Mereka bagaikan preman yang siap memangsa
para penumpang yang bingung. Ketertiban di
sini tinggal cerita. Kenyamanan musnahlah
sudah. Tak lama kemudian, bus Damri tujuan
Kuching meluncur perlahan. Bus yang lumayan
nyaman, meski masih kelasnya jauh di bawah
bus Jakarta - Jawa Tengah atau Jawa Timur.
Mata yang lelah tak mau kompromi, segera
terpejam. Jalanan di kota Pontianak hingga
beberapa kilometer keluar kota begitu mulus,
membuai kami dalam istirahat yang melenakan.
Tapi itu tak lama. Tak sampai dua jam
perjalanan, semuanya berubah. Memasuki
Simpang Ampar, bus Damri yang membawa
kami terguncang-guncang bagai pesawat dalam
cuaca buruk. Demikian keras guncangan itu
sehingga kami harus menahan tubuh baik-baik
agar tak terlempar dari kursi penumpang. Saat
melongok keluar jendela, terasa betul betapa
menyedihkannya kondisi jalanan. Jalan rusak
dan bergelombang bahkan berlumpur. Aspal
yang sebagian mengelupas menjadi bukti
bahwa jalan ini pernah ada. Membantah
tuduhan dalam hati kami bahwa ini bukan jalan
tanah.
Bayangkan, jarak Pontianak - Entikong kira-kira
tak lebih jauh dari Jakarta ke Cirebon. Orang
Jakarta biasa menempuh perjalanan ke Cirebon
dalam waktu tak lebih dari 3 jam. Sang sopir
cuma tertawa ringan waktu kami katakan
kepadanya tentang Jakarta - Cirebon. Katanya,
untuk sampai ke Entikong, paling tidak kita
perlu waktu 7 jam perjalanan. Sudah terlambat
untuk mengeluh bukan? Ah, tapi memang tak
adil membandingkan kondisi jalan di
Kalimantan dengan di Jawa.
Tapi sungguh tak pernah kami duga kalau
perjalanan ke Entikong membutuhkan
perjuangan yang luar biasa. Kondisi jalan yang
sebagian besar bagai belum tersentuh
pembangunan membuat waktu tempuh jadi
berlipat kali lamanya. Bayangkan energi yang
terbuang. Belum lagi waktu dan tenaga.

vol. VII no. 42 |

27

liputankhusus

Satu-satunya hiburan pejalanan adalah


pemandangan di luar sana.

Pemandangan berbeda dengan yang kita


saksikan sehari-hari. Bentangan hutan tropis
wujud kasih sayang Tuhan kepada bangsa ini,
yang makin hari makin menyempit, habis kita
babat. Lahan gambut yang lapang, khas daratan
Borneo. Selebihnya, perkebunan kelapa sawit
luas membentang, seakan tak ada ujung. Sawit,
lambang kekayaan para pengusaha, sekaligus
kemiskinan para pekerja.
Semakin mendekati Entikong, jalan bukan
semakin bagus. Tanah berlumpur, berbatu
cadas pasti menyulitkan kendaraan melaluinya
dan efeknya biaya pemeliharaan kendaraan
pasti bakal membengkak. Satu lagi dampak
yang berujung pada inesiensi. Belum lagi
gundukan tanah yang sangat mengganggu
lancarnya perjalanan.
Para penumpang mencengkeram kursi masingmasing, menahan guncangan yang semakin
keras saja, bagai perahu kecil dihantam ombak
besar. Di kanan kiri tak nampak lampu
penenerangan jalan, entah apa jadinya kalau
perjalanan dilakkan malam hari. Cuma naluri

28 | auditoria 2015

liputankhusus
dan pengalaman sopir saja yang bisa
diandalkan, selebihnya tentu berdoa untuk
keselamatan.
Sesekali tentu saja ada pemandangan berbeda.
Rumah-rumah penduduk yang kebanyakan
sederhana dan dibangun bagai panggung tak
menyentuh tanah. Beberapa rumah nampak
berkelompok, kemudian diakhiri dengan hutan
dan perkebunan sawit. Sekolah-sekolah milik
pemerintah beberapa kali bisa dijumpai.
Hampir 6 jam berlalu, guncangan mulai tak
terasa. Kondisi jalan mendekati Entikong sudah
lumayan bagus. Lumayan bagus dalam arti sisasisa aspal masih lebih dominan ketimbang batu
dan tanah. Memasuki Balai Karangan, jalan
yang dilalui relatif mulus, meski tidak terlalu
lebar. Balai Karangan adalah kota terakhir yang
mesti dilalui sebelum kami sampai di Entikong.
Kelak nanti setelah sampai di Entikong, saat
kesepian adalah perasaan sehari-hari, kami akan
sangat merindukan Balai Karangan. Sebuah kota
kecil dengan beragam etnis, beberapa rumah
makan yang lumayan mengundang selera, para
penjual makan kecil di sisi jalan dan beberapa
bank dan ATM tentu saja.

Geliat kehidupan yang menyimpan masalah, kelak setelah beberapa kilometer kami hirup udara
Entikong. Serawak membentang di depan mata Kantor Bea Cukai!!!!, Sang sopir berteriak. Di
sinilah kami turun, di depan satu-satunya kantor Kementerian Keuangan yang ada di sini.
Menyapa sahabat, di perbatasan. (cwl, Juni 2015)

Balai Karangan adalah sebuah kota kecil di


Kecamatan Sekayam, suatu kecamatan lain di
luar Entikong yang berbatasan langsung dengan
Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Dua
kecamatan itu merupakan bagian dari
Kabupaten Sanggau di samping 13 kecamatan
lainnya. Luas wilayah Sanggau kira-kira
seperdelapan dari luas wilayah provinsi
Kalimantan Barat secara keseluruhan. Satu hal
yang penting dicatat, garis batas wilayah
Sanggau yang bersinggungan langsung dengan
Malaysia sepanjang hampir 130 km. Sebuah
garis batas yang strategis, sekaligus rawan baik
dari sisi sosial, ekonomi, hukum maupun
kedaulatan negara. Setengah jam berlalu, tak
ada lagi persimpangan jalan, tak akan ada pula
lampu lalu lintas. Satu-satunya jalan adalah jalan
menuju perbatasan. Rumah-rumah penduduk
mulai rapat. Kondisi jalan cukup lumayan,
hanya berlubang di beberapa bagiannya. Geliat
hidup masyarakat Entikong nampak dari
banyaknya mobil-mobil yang membawa barang
kebutuhan sehari-hari.

Foto: Google Map

vol. VII no. 42 |

29

liputankhusus

KEPADA
MEREKA
YANG
BERDIRI
TEGAR DI
TAPAL
BATAS,
KEHOR
MATAN
ITU
PANTAS
DISAN
DANGKAN
Penulis: Hisyam Haikal
Auditor Muda Inspektorat II
Foto: Hisyam Haikal, Abgo HM.

Cerita tentang Entikong tak pernah bisa


dilepaskan dari Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai Entikong.
Sebagai bagian strategis dari formasi
CIQS (Customs, Imigration,
Quarantine Security) di perbatasan,
peran Bea dan Cukai terkait perbatasan
tentu sangatlah penting.
30 | auditoria 2015

egitulah pemandangan yang nampak


di Pos Pemeriksaan Lintas Batas
(PPLB). Kesibukan yang dilakukan
kawan-kawan Bea Cukai nampak dominan.
Sebagian mencolok karena berseragam birubiru kebanggaan, sebagian lagi berpakaian
kerja biasa. Memeriksa barang yang keluar
masuk, mengecek Kartu Identitas Lintas Batas
(KILB), membuka dan menutup rantai,
adalah bagian dari rutinitas keseharian
mereka. Ooopss, tunggu dulu,. Jam kerja
para abdi negara di perbatasan tak seperti
kita para pegawai Kemenkeu di Jakarta. Jam
05:00 subuh, saat matahari-pun asih
bermalasan, mereka sudah harus stand by,
karena saat itulah pintu perbatasan dibuka.
Jangan tanya pula hari libur Sabtu Minggu
seperti kita. Mereka tak bisa berhenti bekerja
meski itu secara resmi hari libur pegawai
Kemenkeu. Mereka harus tetap berdiri,
menjalankan tugas, menjaga kehormatan
negeri dan institusi. Sekilas, situasi di Pos
Lintas Batas biasa saja, tenang tanpa gejolak,
bagai laut tanpa ombak. Rutin seperti angin.
Tapi siapa sangka, begitu banyak peristiwa
terjadi di sini. Peristiwa yang membuat kita
faham betul, bahwa masalah Entikong
bukanlah sekedar masalah Bea Cukai, tapi
masalah nasional.
KPPBC Tipe Madya C Entikong punya cerita
yang tak menyenangkan di masa lalu.
Peristiwa yang mencederai integritas
sekaligus menodai reformasi.
Saat itu, beberapa tahun lalu, beberapa
oknum pegawai BC terlibat dalam perilaku
tak elok. Menengok kembali masa itu
memang menyakitkan. Menyakitkan bagi kita
yang mencintai negeri ini, bagi kita produk
reformasi birokrasi. Sekaligus menyakitkan
bagi kita keluarga besar Kementerian
Keuangan yang sedang giat-giatnya
membenahi diri dan institusi. Tapi bukankah
Bung Karno pernah berpesan Jangan sekalisekali meluakan sejarah (Jasmerah).
Nampaknya pesan itu menemukan
relevansinya ketika kita berdiri di perbatasan
negeri. Noda itu harus kita hapus, tapi tak
boleh kita lupakan. Kita ingat terus hingga
keinginan untuk berbuat semacam itu benarbenar hilang dari benak kita. Benar-benar
punah tak bersisa.
vol. VII no. 42 |

31

liputankhusus
Maka ketika kami datang menyapa sahabat di
Entikong, situasinya sudah jauh berbeda
dengan era sebelumnya yang lebih pas bila
disebut Zaman Jahiliyah. Para pejabat dan
pegawai yang baru menggantikan generasi
lama. Generasi muda Kemenkeu mendominasi
formasi SDM di KPPBC Entikong. Generasi
yang relatif bersih dari masa lalu, sekaligus
bebas dari beban dosa zaman jahiliyah.
Perubahan menuju perbaikan dilakukan
meliputi hampir semua aspek, tak hanya
menyangkut SDM. Kebijakan baru yang lebih
reformis dan penegakan peraturan-pun secara
bertahap mulai dilakukan. Perubahan yang tak
mudah tentu saja, tapi tetap harus dilakukan.
KPPBC Entikong dengan dukungan Kanwil
DJBC Kalbar dan Kantor Pusat DJBC terus
berupaya membenahi sistem, prosedur
pelayanan, dan pengawasan yang menjadi
bidang tugasnya.

Perubahan semacam ini tentu saja membuat


gerah pihak-pihak yang dulu begitu mudah
menjalankan bisnis kotor dengan
memanfaatkan perilaku menyimpang aparat
BC. Perubahan yang membuat ruang gerak
mereka menjadi sempit tak lagi leluasa.
Akibatnya tak terbayangkan. Awan kelabu di
atas langit Entikong menjadi saksi atas upaya
teror terhadap para abdi negara DJBC.
Senin, 13 Oktober 2014, satu jam menjelang
ditutupnya pintu perbatasan. Aparat Bea Cukai
menahan sebuah mobil yang mengangkut
minuman keras. Mobil tersebut masuk dari
Malaysia. Peristiwa yang biasa saja bila kita
bayangkan terjadi di bagian lain negeri ini. Di
mana hukum memang harus tegak dan semua

32 | auditoria 2015

liputankhusus
orang faham itu. Tapi ini Entikong Bung! Lain
cerita. Keesokan harinya, seorang pegawai kita,
Kasubsi Hanggar, dikeroyok, dipukuli di ruang
Kepala Seksi. Pegawai kita dikeroyok, dipukuli
karena menegakkan peraturan, karena
menjalankan tugas sebagai abdi negara sesuai
dengan sumpah yang diucapkannya. Apa yang
dilakukanpun tak lepas dari tugas DJBC dalam
melindungi masyarakat. Tak heran, kalau salah
seorang pegawai berujar, Negara tak hadir di
Entikong, saat kami dipukuli.... Miris..
Selasa, 6 Januari 2015, saat siang sedang terikteriknya, puluhan orang meneror Pos Bea Cukai
di perbatasan dengan membawa pemotong besi.
Mereka memaksa petugas BC mengeluarkan
barang yang sehari sebelumnya ditegah dan
diamankan. Sambil berorasi, mereka berusaha
meloloskan sebuah mobil dari pemeriksaan
petugas BC. Terjadi kericuhan karena petugas
BC berusaha menghalangi. Mereka memotong
gembok dan rantai pagar, lalu memaksa masuk
dan membuka paksa portal yang terkunci.
Tak sampai di situ, massa yang semakin banyak
kemudian bergerak menuju Kantor Bea Cukai
yang terletak tak jauh dari pos perbatasan. Di
KPPBC, massa semakin beringas dan memaksa
masuk dengan memotong gembok pagar serta
membuka gerbang kantor. Kemudian massa
masuk ke halaman kantor dan berorasi. Orang
yang membawa pemotong besi bergerak menuju
gudang penyimpanan barang hasil penindakan
(BHP) dan berusaha masuk ke dalam gudang
dengan cara memotong gembok teralis dan
rantai pintu gudang. Namun dihalangi oleh
petugas BC dan aparat penegak hukum (Polisi)
dibantu TNI. Siang itu, massa massa yang
membawa senjata tajam berupa mandau, linggis
dan pipa besi, merusak beberapa motor dinas
dan mengancam petugas BC. Satu hari lagi
kelabu dalam sejarah Kemenkeu, betapa hukum
tak berdaya menghadapi kekerasan. Sekali lagi,
kawan-kawan kita ragu, Hadirkah negara di
sini? Saat kami menegakkan aturan negara,
diteror tanpa perlindungan atas jiwa dan raga
kami..
Jumat, 27 Maret 2015, sehari setelah aparat Bea
Cukai menahan minuman beralkohol yang coba
dimasukkan dari Malaysia, peristiwa itu
terulang kembali. Beberapa orang pegawai BC

diserang secara sik oleh oknum anggota


masyarakat. Pemukulan terjadi di pos lintas
batas, tepat saat adzan Jumat berkumandang.
Keadaan menjadi ricuh karena pegawai kita
menyerah begitu saja saat dipukuli. Mereka
melawan, sesuatu yang boleh dibilang
keberanian langka alias nekat.
Seperti kejadian sebelumnya, rombongan
perusuh kemudian mendatangi Kantor Bea
Cukai dan kembali melakukan pemukulan
terhadap beberapa pegawai Bea Cukai. Tiga
peristiwa itu sungguh menghentak kita semua,
khususnya pegawai Kemenkeu. Bayangkan,
mereka kawan-kawan kita itu- berada di sana,
berdiri di perbatasan, bukanlah atas kemauan
sendiri. Negara yang mereka cintai

menyuruhnya berjaga. Negara yang hukumnya


ia tegakkan memintanya mengabdi di
perbatasan. Negara memaksa mereka
meninggalkan anak istri, keluaraga nun jauh di
sana atas nama pengabdian. Negara juga yang
meminta mereka tetap berdiri meski adzan
Jumat sudah berkumandang, karena jumlah
petugas terbatas, dan pos tak mungkin
ditinggalkan. Negara tak menggaji mereka
melebihi kita yang bekerja nyaman di Jakarta.
Maka, berdirilah kami di sana, memberi hormat
kepada mereka, simpati dan empati lebur
dalam haru.
Buat mereka, yang berdiri gagah di tapal batas,
menjunjung tinggi integritas.. kehormatan itu
pantas disandangkan. (cwl, Juni 2015)

ENTIKONG

TAK MELULU URUSAN


BEA CUKAI
Peristiwa penyerangan secara sik
terhadap Kantor dan Pegawai KPPBC
Entikong terjadi sebanyak 3 (tiga) kali
hanya dalam kurun waktu kurang dari
6 bulan. Penyerangan non sik tak
terhitung lagi.

al seperti ini jelas menimbulkan


keprihatinan sekaligus pertanyaan
buat kita. Prihatin karena aparat Bea
Cukai berdiri di sana bukan atas keinginan
sendiri. Mereka di sana karena negara, untuk
menegakkan hukum negara. Pertanyaan yang
bikin miris adalah, di mana negara saat mereka
dianiaya. Sempat terbersit dalam benak mereka,

negara tak hadir saat kami dipukuli. Wajar


sekaligus memprihatinkan.
Sebetulnya, peristiwa yang semoga tak
terulang lagi- ini tidaklah berdiri sendiri. Ia
merupakan bagian dari sebuah rangkaian
panjang gerbong sebab akibat.

vol. VII no. 42 |

33

liputankhusus
Entikong adalah sebuah cerita panjang tentang
pengabaian. Puluhan tahun ia dianggap hanya
sebagai halaman belakang republik tercinta
ini. Seperti halaman belakang rumah, ia jarang
dianggap penting. Bila perlu ia harus
disembunyikan, agar orang tak perlu
melihatnya. Halaman depan, ruang tamu,
adalah tempat favorit yang harus dipercantik
terlebih dahulu. Jadilah Entikong terabaikan.
Bayangkan, bila kita susuri jalan raya satusatunya- yang ada di kota kecamatan itu,
hampir semua barang kebutuhan sehari
bertajuk negeri jiran. Semua warung, kedai dan
toko tak ragu memamerkan tabung gas
Petronas, sia-sia mata ini mencari tabung biru 12
kg atau tabung melon kebanggaan tukang mie
ayam di Jakarta. Beras, kebutuhan mutlak
mulut-mulut manusia Indonesia, pun
didatangkan dari seberang. Tak terlihat bareh
solok yang ambooi nikmatnya, atau beras
Cianjur yang pulennya alaamaak.
Bukan salah mereka bila harus bergantung
hidup kepada orang lain. Bukan salah mereka
pula bila setiap hari dari ujung rambut hingga
ujung kaki- semua kebutuhan dipenuhi dari
Malaysia. Bukan, bukan salah mereka. Bukan
salah mereka juga bila nasionalisme mereka
tergerus sedikit-sedikit, generasi demi generasi.
Bahkan untuk berobatpun mereka memilih
menyeberang, karena di sana lebih hospital
ketimbang Puskesmas. Lebih murah, lebih
lengkap dan tentu saja lebih meyakinkan.
Sulitnya transportasi dari Ibukota Provinsi ke
sini sudah kita ekspos habis-habisan di artikel
sebelumnya. Dengan kondisi jalan yang luar
biasa seperti itu, hampir mustahil ada
pengusaha yang mampu mengalahkan
murahnya produk tetangga. Dalam kondisi
semacam ini, hukum ekonomi yang berbicara.
Harga murah, barang berkualitas tentu tak
terhingga pangsa pasarnya. Celakanya, kondisi
semacam ini dimanfaatkan dengan sempurna
oleh para pengusaha yang semata hanya
mencari keuntungan, tanpa peduli segala
macam aturan lalu lintas barang melalui
perbatasan.
Mereka berusaha memasukkan barang lewat
berbagai jalur. Mulai dari yang legal melalui

34 | auditoria 2015

liputankhusus
pintu perbatasan, menerobos pagar perbatasan,
hingga melalui hutan-hutan sepanjang garis
perbatasan. Hasil pemantauan Auditoria
menunjukkan, betapa panjangnya garis yang
membatasi wilayah kita dengan negeri jiran.
Mustahil diawasi hanya oleh petugas Bea
Cukai, 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Maka
mengalirlah produk tetangga dengan derasnya.
Menembus batas-batas terjaga, yang terjaga
dan tak terjaga. Diperlukan kehadiran semua
pihak dalam menjaga perbatasan. TNI, Polri,
Imigrasi, Karantina dan Bea Cukai harus berdiri
bersama dalam irama yang senada. Satu saja
irama sumbang tercipta, rusak pagar sepanjang
mata.
Cobalah tengok kondisi Pos Lintas Batas (PLB),
sekilas saja, tak usah berlama-lama. Dengan
mudah kita bisa menilai, di sana indah, di sini
gundah. Di sini semrawut, di sana tertib. Di sana
rapi, di sini kumuh. Tapi mengutuki kegelapan
bukanlah watak mulia bangsa kita. Pancasila tak
mengatur sila tentang mengeluh. Kita harus
tetap memandang positif semua kekurangan ini.

pihak. Gelontoran dana trilyunan pasti bisa


mengubah wajah PLB Entikong.
Tapi jangan lupa, berbicara tentang Entikong
tak melulu soal infrastruktur. Mempercantik
Pos perbatasan tentu baik, asal bukan hanya
mengganti casing saja. Memperbaiki jalan,
jembatan, pos perbatasan tentu mendesak.
Namun yang jauh lebih penting adalah
meningkatkan taraf hidup masyarakat,
menanamkan budaya taat hukum, sekaligus
menanamkan kembali nasionalisme yang
mulai pudar. Banyak pihak menengarai,
inilah sejatinya akar masalah di perbatasan.
Sudah saatnya Badan Nasional Pengelola
Perbatasan (BNPP), Bea Cukai, TNI, Polri,
Imigrasi, Karantina, Pemda setempat, Pers
dan Dewan Adat bergandeng tangan.
Permasalahan Entikong terlalu kompleks jika
hanya diletakkan di bahu Bea Cukai saja.
(cwl, Juni 2015)

Memang benar, pepatah rumput tetangga lebih


segar kali ini ada benarnya. Karena halaman
kita tak berumput, dan kita tak mau menanam
rumput di sana. Kita lebih suka menatap
rumput di rumah tetangga.
Maka rasa optimisme itu kembali mencuat
ketika Presiden kita menyambangi PLB
Entikong. Meski tak melalui jalan darat, itu
sudahlah cukup. Beliau pasti tahu, transportasi
ke sana mesti diperbaiki total.
Infrastruktur mesti dibenahi. Visi beliau
mengubah halaman belakang menjadi etalase
negeri sungguh sangat pantas didukung semua
Foto: Fanpage Entikong

vol. VII no. 42 |

35

liputankhusus

entuk komitmen pengendalian


gratikasi pihak Kemenkeu berupa
penandatanganan komitmen antara
Menteri Keuangan dengan KPK diikuti
dengan penandatanganan kertas kanvas
besar oleh para pejabat eselon I di
lingkungan Kemenkeu. Kegiatan ini
diselenggarakan sebagai wujud dari
komitmen Kementerian Keuangan dalam
pengendalian gratikasi dan sarana
sosialisasi bagi para pejabat, pegawai, serta
para stakeholders eksternal terkait dengan
penanganan gratikasi, ujar Inspektur
Jenderal, Sonny Loho, saat membuka acara.

PENANDATANGANAN
KOMITMEN
PENGENDALIAN
GRATIFIKASI
Rabu (24/6), bertempat di Aula
Mezzanine Gedung Djuanda I,
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
sepakat untuk menandatangani
komitmen pengendalian gratikasi di
lingkungan Kemenkeu. Kegiatan ini
merupakan implementasi Peraturan
Menteri Keuangan (PMK)
83/PMK.01/2015 tentang Pengendalian
Gratikasi.
Penulis: Panji Pradana Putra
Pelaksana Bagian Umum &
Komunikasi Pengawasan
Foto: Panji Pradana Putra

36 | auditoria 2015

Sonny Loho juga menjelaskan bahwa untuk


menunjang efektivitas pengendalian
gratikasi, maka dibentuklah suatu Unit
Pengendali Gratikasi (UPG) sebagai unit
pelayanan dan informasi gratikasi. Unit ini
ditempatkan di unit kerja yang berfungsi
sebagai Unit Kepatuhan Internal pada
kantor pusat, kantor wilayah, dan kantor
pelayanan di seluruh eselon I Kemenkeu.
Adapun Inspektorat Jenderal akan menjadi
UPG koordinator yang akan menjalankan
tugas-tugas koordinatif terkait gratikasi,
baik terhadap unit internal maupun
eksternal Kemenkeu.
Menteri Keuangan, Bambang P.S.
Brodjonegoro, menjabarkan beberapa poin
penting di pidato sambutannya pada pagi
hari itu. "Kita mengetahui bersama, bahwa
terdapat kebiasaan di masyarakat berupa
pemberian tanda terima kasih kepada
aparat atau petugas atas jasa yang telah
diberikan, baik berupa barang atau uang,
yang mana jasa tersebut merupakan
kewajiban aparat bersangkutan. Pemberian
kepada aparat inilah yang merupakan
bentuk gratikasi. Ini kebiasaan negatif dan
memicu perilaku koruptif di kemudian hari.
Potensi inilah yang ingin kita cegah", tegas
Menteri Bambang.
Fakta menunjukkan bahwa masyarakat
masih belum memahami makna dari
gratikasi. Hal ini terbukti kala KPK
melakukan survei tentang pemahaman
gratikasi di Kementerian ESDM pada
tahun 2011, yang hasilnya adalah 31%

masyarakat belum tahu jika gratikasi itu masuk


dalam ranah korupsi. Untuk menunjang
efektivitas pengendalian gratikasi, diperlukan
pemahaman dan partisipasi aktif dari masyarakat
dan stakeholders. Di sinilah peran aparatur dengan
menolak atau melaporkan pemberian hadiah bila
berhubungan dengan jabatan. Kita juga harus
sosialisasi seluas-luasnya, jelas Bambang.
Dia juga memuji sikap Presiden Joko Widodo
yang melarang segala pemberian pada resepsi
pernikahan putra sulungnya, Gibran Rakabumi
Raka, belum lama ini. "Sebagai aparatur negara
kita harus contoh beliau sebagai teladan", ujarnya.
Pelaksana tugas KPK, Tauequrachman Ruqi,
dalam sambutannya mencoba mengaitkan
aktivitas puasa dengan komitmen anti gratikasi.
Menurutnya, puasa itu adalah suatu pengendalian
diri. Untuk pengendalian diri ini, dibutuhkan
sebuah komitmen. Komitmen itulah yang harus
kita pegang teguh untuk menanggulangi
gratikasi di lingkungan aparat negara.
vol. VII no. 42 |

37

ragampengawasan

ragampengawasan

ari berita tersebut ada satu kata yang


sering kita dengar terutama bagi
auditor yang melakukan pengawasan
terhadap pengadaan barang/jasa yaitu kata
Persekongkolan lelang/tender,
sesungguhnya sepakbola gajah yang
dimainkan oleh PSS Sleman dengan PSIS
Semarang dalam laga tersebut merupakan
cerminan pola pikir sebagian pelaku usaha
maupun pejabat/pelaksana pengadaan
barang/jasa di Indonesia dalam pelaksanaan
lelang. Adapun modus persekongkolan lelang
sangat bervariasi dan tidak hanya terjadi pada
tahap pelaksanaan lelang saja, namun juga
pada tahap inisiasi kebutuhan pengadaan,
penyusunan anggaran, perencanaan
pengadaan, penyusunan spesikasi dan pagu
HPS (Harga Perkiraan Sementara) serta
pelaksanaan lelang.
Umumnya masyarakat baru mengetahui
adanya indikasi persekongkolan dalam lelang
pengadaan barang/jasa setelah pemenang
lelang menyatakan wanprestasi (tidak mampu
menyelesaikan pekerjaan) dan setelah digali
lebih dalam ternyata pemenang lelang tersebut
hanyalah pelaku/perantara/makelar dari
pelaksana kegiatan yang sebenarnya sehingga
baik dari aspek pemenuhan kualitas maupun
pencapaian target waktu penyelesaian jauh
dari persyaratan yang telah ditetapkan dalam
dokumen lelang/kontrak. Adakalanya
masyarakat mengetahui secara kasat mata
bahwa terdapat calon yang secara kualikasi
maupun teknis tidak mampu melaksanakan
pengadaan barang/jasa tetapi justru menjadi
pemenang lelang.
Dalam praktiknya, terjadinya persekongkolan
dapat terjadi melalui kesepakatan-kesepakatan
antar pelaku usaha, antar pemilik pekerjaan
(Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat
Komitmen dan/atau Panitia Pengadaan)
maupun antara kedua pihak tersebut.
Persekongkolan tender ini bertujuan untuk
membatasi pesaing lain yang berpotensi untuk
berusaha dalam pasar bersangkutan dengan
cara menentukan pemenang lelang. Secara
umum persekongkolan dalam lelang dapat
digolongkan dalam tiga jenis yaitu:

38 | auditoria 2015

melakukan proses lelang hanya secara


administratif dan tertutup.

KPA/PPK/PANITIA
PENGADAAN

PENYEDIA
BARANG/JASA

PENYEDIA
BARANG/JASA

PENYEDIA
BARANG/JASA

PENYEDIA
BARANG/JASA

Gambar 1. Persekongkolan horizontal

KPA/PPK/PANITIA
PENGADAAN

SEPAK BOLA
GAJAH
&
LELANG
PENGADAAN

PENYEDIA
BARANG/JASA

PENYEDIA
BARANG/JASA

PENYEDIA
BARANG/JASA

Sebenarnya persekongkolan dan setiap


perbuatan pelaku usaha yang bertujuan
menghambat atau bertentangan dengan
prinsip usaha yang sehat (termasuk di
dalamnya pembatasan akses pasar, kolusi dan
tindakan lain yang bertujuan menghilangkan
persaingan dalam pengadaan barang dan jasa)
secara tegas dilarang melalui beberapa
ketentuan dan aturan, diantaranya adalah
sebagai berikut:

PENYEDIA
BARANG/JASA

Gambar 2. Persekongkolan vertikal

1.

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat dalam pasal 22 disebutkan
bahwa Pelaku usaha dilarang
bersekongkol dengan pihak lain untuk
mengatur dan atau menentukan
pemenang tender sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat.

2.

Pasal 83 ayat (1) huruf e Peraturan


Presiden nomor 54 Tahun 2010 jo.
Peraturan Presiden nomor 70 Tahun 2012
antara lain menyebutkan bahwa ULP
menyatakan bahwa pelelangan gagal
apabila dalam evaluasi penawaran
ditemukan bukti/indikasi terjadi
persaingan tidak sehat.

3.

Penjelasan pasal 83 ayat 1 huruf e


Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2010
jo. Peraturan Presiden nomor 70 Tahun
2012 antara lain menyebutkan bahwa
Indikasi persekongkolan antar Penyedia
Barang/Jasa harus dipenuhi sekurangkurangnya 2 (dua) indikasi di bawah ini:
a) Terdapat kesamaan dokumen teknis,
antara lain: metode kerja, bahan, alat,
analisa pendekatan teknis, harga
satuan, dan/atau spesi asi barang
yang ditawarkan (merk/tipe/jenis)
dan/atau dukungan teknis;
b) Seluruh penawaran dari Penyedia
mendekati HPS;
c) Adanya keikutsertaan beberapa
Penyedia Barang/Jasa yang berada
dalam 1 (satu) kendali;

KPA/PPK/PANITIA
PENGADAAN

PENYEDIA
BARANG/JASA

PENYEDIA
BARANG/JASA

PENYEDIA
BARANG/JASA

PENYEDIA
BARANG/JASA

Gambar 3. Persekongkolan horizontal dan vertikal

Masih lekat dalam memori kita kasus


yang mencoreng muka
persepakbolaan Indonesia dengan
adanya laga PSS Sleman dan PSIS
Semarang pada babak delapan besar
Divisi Utama tanggal 26 Oktober
2014, dimana kedua tim secara
memalukan memamerkan sepak
bola gajah. Dalam laga tersebut,
kedua tim sengaja membuat
persekongkolan dengan mengatur 5
gol bunuh diri di 10 menit akhir
pertandingan.
Penulis: Riza Faiz Ahmad
Auditor Pertama Inspektorat V

1. Persekongkolan Horizontal, yaitu


persekongkolan yang terjadi antara pelaku
usaha (penyedia barang/jasa) dengan
sesama pelaku usaha saingannya.
Persekongkolan ini dapat dikategorikan
sebagai persekongkolan dengan
menciptakan persaingan semu di antara
peserta tender.
2. Persekongkolan Vertikal, yaitu
persekongkolan yang terjadi antara salah
satu atau beberapa pelaku usaha dengan
panitia pengadaan (pengguna barang dan
jasa) atau pemilik/pemberi pekerjaan.
Persekongkolan ini dapat terjadi dalam
bentuk kerjasama antara panitia
pengadaan (pengguna barang/jasa) atau
pemilik pekerjaan dengan salah satu atau
beberapa peserta lelang.
3. Persekongkolan Horizontal dan Vertikal,
yaitu persekongkolan antara panitia
pengadaan (pengguna barang/jasa) atau
pemilik/pemberi pekerjaan dengan pelaku
usaha. Persekongkolan ini adalah lelang
ktif di mana panitia pengadaan, pemberi
pekerjaan, maupun para pelaku usaha

vol. VII no. 42 |

39

ragampengawasan

ragampengawasan
d) Adanya kesamaan/kesalahan isi dokumen
penawaran, antara lain
kesamaan/kesalahan pengetikan, susunan,
dan format penulisan;
e) Jaminan penawaran dikeluarkan dari
penjamin yang sama dengan nomor seri
yang berurutan.

Berikut ini beberapa contoh modus


persekongkolan yang sering ditemukan tim
audit Inspektorat Jenderal Kemenkeu saat
melaksanakan audit pengadaan barang dan
jasa di lingkungan Kementerian Keuangan,
yaitu:
1. Modus dan indikasi persekongkolan dalam
beberapa kasus telah dimulai sejak tahap
perencanaan kebutuhan barang dan jasa.
Kebutuhan barang dan jasa tidak disusun
secara memadai pada saat penyusunan
anggaran. Hal ini dapat ditunjukkan melalui
nilai anggaran yang diajukan oleh KPA
tidak diuraikan secara rinci sesuai dengan
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Modus dan indikasi persekongkolan dalam
tahap pelaksanaan pengadaan barang dan
jasa, diantaranya:

4.

5.

Pasal 118 ayat (1) a Peraturan Presiden


nomor 54 Tahun 2010 jo. Peraturan
Presiden nomor 70 Tahun 2012
menyebutkan bahwa Perbuatan atau
tindakan Penyedia Barang/Jasa yang dapat
dikenakan sanksi adalah berusaha
mempengaruhi ULP/Pejabat Pengadaan/pihak
lain yang berwenang dalam bentuk dan cara
apapun, baik langsung maupun tidak
langsung guna memenuhi keinginannya yang
bertentangan dengan ketentuan dan prosedur
yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Pengadaan/Kontrak, dan/atau ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 118 ayat (1) b Peraturan Presiden
nomor 54 Tahun 2010 jo. Peraturan
Presiden nomor 70 Tahun 2012
menyebutkan bahwa perbuatan atau
tindakan Penyedia Barang/Jasa yang dapat
dikenakan sanksi adalah: melakukan
persekongkolan dengan Penyedia Barang/Jasa
lain untuk mengatur Harga Penawaran diluar
prosedur pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa,
sehingga
mengurangi/menghambat/memperkecil
dan/atau meniadakan persaingan yang sehat
dan/atau merugikan orang lain;

40 | auditoria 2015

1) Indikasi dalam tahap persiapan lelang,


diantaranya:
a. Penggabungan dan pemecahan paket
yang tidak sesuai ketentuan;
b. Penyusunan dokumen lelang yang
tidak memadai (tidak semua
informasi yang dibutuhkan dalam
lelang dituangkan dalam dokumen
pengadaan);
c. Ruang lingkup pekerjaan tidak
dijelaskan secara rinci dalam KAK;
d. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri
(HPS) yang tidak sesuai ketentuan
dan cenderung terjadi kemahalan dan
bahkan dalam kasus tertentu HPS
disusun hanya berdasarkan usulan
harga dari penyedia jasa tertentu
yang terkait atau beraliasi dengan
pemenang lelang;
e. Penyusunan persyaratan spesikasi
yang diskriminatif dan mengarah
pada merek/produk tertentu serta
tambahan persyaratan berupa surat
dukungan dari principal/pemegang
merek.
2) Indikasi pengaturan dalam pelaksanaan
lelang.
Dari faktor eksternal, ditemukan
indikasi pengaturan lelang dilakukan

oleh penyedia barang/jasa yang dapat


ditunjukkan sebagai berikut:
a. Pemberian dukungan oleh
principal/pemilik merek/agen
pemegang merek yang diskriminatif
(dukungan hanya diberikan kepada
penyedia tertentu saja). Hal ini
mengakibatkan tidak terbukanya
persaingan antar peserta dalam
proses pelelangan.
b. Adanya penggunaan alamat Internet
Protocol (IP Address) yang sama
berulang kali terhadap paket-paket
lelang di lingkungan Kementerian
Keuangan. Hal ini mengindikasikan
bahwa proses penawaran lelang
dilakukan dari sumber/lokasi yang
sama dalam waktu yang hampir
bersamaan untuk kepentingan
sekelompok perusahaan penyedia;
c. Adanya kemiripan gaya bahasa dan
kesalahan yang sama pada bagian
dokumen penawaran dari para
peserta lelang. Hal ini menunjukkan
dugaan bahwa dokumen penawaran
dikerjakan oleh pihak yang sama;
d. Adanya kesamaan/hubungan sejarah
antar pemilik perusahaan/satu
kelompok usaha yang diketahui dari
akta notaris atas pendirian
perusahaan-perusahaan tersebut.
Hal ini mengindikasikan hubungan
kepemilikan diantara perusahaan
penyedia terkait.

biasanya dalam tahap pelaksanaan


kontrak juga ditemukan beberapa
kelemahan, antara lain:
a. Pekerjaan yang tidak terealisasi
dan/atau tidak sesuai dengan
kontrak;
b. Jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan tidak sesuai dengan
realisasi;
c. Lingkup pelaksanaan pekerjaan
tidak sesuai dengan kontrak.
Berdasarkan beberapa hasil pengawasan
pengadaan barang dan jasa yang dilakukan
Inspektorat Jenderal Kemenkeu, pada paketpaket pengadaan yang diindikasikan terjadi
persekongkolan lelang seringkali dijumpai
pula adanya temuan kemahalan harga/harga
pengadaan yang tidak wajar, mark
up/penggelembungan volume pekerjaan,
ketidaksesuaian spesikasi barang/jasa dan
keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang
berpotensi merugikan keuangan negara.
Adapun beberapa faktor yang mendorong
terjadinya persekongkolan dan pengaturan
lelang, diantaranya:

Sedangkan dari faktor internal,


ditemukan indikasi pengaturan lelang
dilakukan oleh pelaksana pengadaan
yang dapat ditunjukkan sebagai
berikut:
a. Pemberian penjelasan yang tidak
memadai dan/atau perubahan
dokumen yang bertujuan
memenangkan peserta tertentu;
b. Evaluasi kualikasi, administrasi
dan/atau teknis tidak sesuai
ketentuan (meluluskan peserta yang
tidak memenuhi persyaratan).
3) Secara umum apabila dalam
pelaksanaan lelang telah ditemukan
indikasi pengaturan lelang, maka
vol. VII no. 42 |

41

ragampengawasan
1. Faktor eksternal
a. Adanya kartel pengadaan/asosiasi yang
mengatur persaingan antarpelaku usaha
di luar;
b. Terbatasnya penyedia barang dan jasa
yang bergerak dalam bidang tertentu.

Kementerian Keuangan, kita sebagai auditor


internal harus semakin meningkatkan wawasan
dan pengembangan diri terutama terkait pola
modus kecurangan dan/atau persaingan tidak
sehat antar pelaku usaha yang terus
berkembang di luar.

2. Faktor Internal
a. Adanya favoritism/kecenderungan dari
KPA/PPK/Panitia Pengadaan untuk
memenangkan penyedia tertentu;
b. Keinginan Panitia Pengadaan
menghindari adanya lelang ulang
(biasanya untuk pengadaan dengan
peserta lelang yang berminat
terbatas/sedikit);
c. Keraguan PPK/Panitia Pengadaan akan
kualitas penyedia barang/jasa apabila
dilakukan lelang secara terbuka;
d. Adanya kolusi, korupsi, suap, dan
nepotisme.

Akhir kata mari kita kembangkan wawasan


kita dan jangan berpuas diri karena tantangan
ke depan yang akan kita hadapi juga akan
semakin kompleks dan berkembang.

Mengingat persekongkolan lelang dalam


pengadaan barang dan jasa pemerintah dapat
menghambat terciptanya persaingan usaha
sehat dan tidak diperolehnya barang dan jasa
dengan harga wajar, tidak tercapainya target
kualitas barang/jasa yang diharapkan dan
pada akhirnya berujung pada terjadinya
Kerugian Negara, maka dalam hal ini peran
aktif Itjen menjadi sangat dibutuhkan baik
secara preventif melalui kegiatan sosialisasi,
monitoring, evaluasi, konsultasi dan probity
audit (on going process audit) maupun secara
kuratif melalui post-audit (audit pasca
penyelesaian pekerjaan) dan untuk
mendukung pelaksanaan peran Itjen tersebut
perlu ada sinergi dan kerjasama yang
konstruktif dan berkesinambungan dengan
pihak-pihak terkait seperti Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) terkait dengan
adanya keterlibatan pihak eksternal di luar
kewenangan Itjen dalam mengatur pelelangan.
Dan perlu kita ketahui bersama bahwa modus
pengaturan lelang terus berkembang seiring
dengan semakin kerasnya tingkat persaingan
antar pelaku usaha, maka untuk mendorong
dan mendukung terciptanya pengadaan
barang dan jasa yang sehat dan menghindari
adanya tindakan persekongkolan ataupun
kecurangan dalam lelang di lingkungan

42 | auditoria 2015

Penulis: Wira Jeris O.


Pelaksana Bagian SDM

Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia pasca lahirnya UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah memang
cukup pesat. Saat ini, istilah ekonomi syariah atau perbankan syariah
bukan lagi menjadi hal yang asing bagi kita. Apalagi, hampir setiap
bank besar yang ada di Indonesia memiliki minimal unit perbankan
syariah. Penerapan prinsip syariah dalam ekonomi Indonesia juga
memasuki sektor keuangan publik dengan terbitnya Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

ungguh menarik tulisan Saudari Analis


Indriatun dalam majalah Auditoria Vol
VII No.41 Edisi Januari-Maret 2015 yang
berjudul Menerapkan Prinsip Audit Syariah
di Itjen, Mungkinkah?. Perkembangan
Ekonomi Syariah di Indonesia pasca lahirnya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah memang cukup
pesat. Saat ini, istilah ekonomi syariah atau
perbankan syariah bukan lagi menjadi hal
yang asing bagi kita. Apalagi, hampir setiap
bank besar yang ada di Indonesia memiliki

minimal unit perbankan syariah. Penerapan


prinsip syariah dalam ekonomi Indonesia juga
memasuki sektor keuangan publik dengan
terbitnya Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
Inspektorat Jenderal sebagai unit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
melaksanakan pengawasan intern atas
pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Keuangan, tentu saja memiliki kemungkinan
dalam melaksanakan prinsip audit syariah,
khususnya dalam melakukan pengawasan
vol. VII no. 42 |

43

ragampengawasan
terhadap pengelolaan Surat Berharga Syariah
Negara oleh Direktorat Jenderal Pembiayaan
dan Pengelolaan Resiko (DJPPR) sebagai salah
satu unit eselon I di lingkungan Kementerian
Keuangan.
Sebelum mengulas lebih jauh tentang
kemungkinan penerapan prinsip audit syariah
di lingkungan Inspektorat Jenderal dengan
segala peluang dan tantangannya, penulis
ingin menyampaikan kembali mengenai
prinsip audit yang sudah ada dan
membandingkan dengan prinsip audit syariah
yang diungkapkan dalam tulisan Saudara
Analis Indriatun.

ragampengawasan
internal dan audit syariah, serta kondisi yang
ada dalam perkembangan keuangan syariah di
sektor publik, penulis berpendapat bahwa
Inspektorat Jenderal selaku Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) di lingkungan
Kementerian Keuangan diberikan kewenangan
untuk melakukan pengawasan terhadap
kegiatan yang dilaksanakan DJPPR melalui
kegiatan pemberian keyakinan berupa audit
kepatuhan (compliance audit) dengan
menggunakan kriteria berupa fatwa yang telah
ditetapkan DSN dalam proses penerbitan Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN).

Direktorat Pembiayaan Syariah


dan Inspektorat III

Dalam Standar Audit Intern Pemerintah


Indonesia (2013 : 3) disebutkan bahwa Audit
Intern adalah kegiatan yang independen dan
obyektif dalam bentuk pemberian keyakinan
(assurance activities) dan konsultansi (consulting
activities), yang dirancang untuk memberi
nilai tambah dan meningkatkan operasional
sebuah organisasi. Sedangkan Hania (2010)
dan Sultan (2007) dalam Analis (2015)
menyatakan bahwa audit syariah adalah
pemeriksaan kepatuhan suatu lembaga
keuangan Islam terhadap syariah, dalam
semua kegiatannya yang tidak hanya terbatas
pada produk, tetapi juga teknologi yang
mendukung operasi, proses operasional,
orang-orang yang terlibat dalam area utama
risiko dan aktivitas lain yang membutuhkan
kepatuhan terhadap prinsip syariah. Menurut
penulis, kegiatan audit intern dalam bentuk
pemberian keyakinan (assurance activities)
mencakup kegiatan pengujian kepatuhan
terhadap sebuah pedoman atau kriteria.
Pedoman atau kriteria dalam kegiatan
ekonomi syariah adalah fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) sebagai lembaga yang
memiliki otoritas dalam menyatakan
kesesuaian suatu kegiatan ekonomi dengan
hukum syariah. Dengan adanya ketentuan
yang menjadi standar yang berlaku secara
nasional, akan membantu auditor untuk
melaksanakan audit syariah sebagai sebuah
proses perbandingan antara fakta dan kriteria
yang telah ditentukan dalam sebuah fatwa
lembaga yang diakui.

esuai dengan Peraturan Menteri


Keuangan Nomor 246 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan, Direktorat
Pembiayaan Syariah adalah salah satu unit
eselon II di lingkungan DJPPR yang
mempunyai tugas mulai dari melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pembiayaan syariah. Dalam
pelaksanaan tugasnya, Direktorat Pembiayaan
Syariah terdiri atas 5 Subdirektorat dan 1
Kelompok Jabatan Fungsional. Subdirektorat
Pengelolaan Transaksi Surat Berharga Syariah
Negara bertugas melakukan kegiatan yang
bersifat transaksi dan berhubungan dengan
pasar surat berharga. Subdirektorat
Pengembangan Pasar Surat Berharga Syariah
Negara bertugas melaksanakan kegiatan yang
bersifat pengembangan produk dan pasar.
Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar
Surat Berharga Syariah Negara bertugas
melaksanakan kegiatan yang bersifat analisis
terkait pasar, harga, dan likuiditas.
Subdirektorat Peraturan Surat Berharga Syariah
Negara dan Evaluasi Kinerja bertugas
melaksanakan kegiatan terkait aspek hukum
dan pengelolaan aset yang menjadi jaminan
(underlying asset) dalam penerbitan SBSN.

Dengan membandingkan pengertian audit

Inspektorat Jenderal, khususnya Inspektorat III

44 | auditoria 2015

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan


perumusan kebijakan pengawasan intern,
pengawasan terhadap kinerja dan keuangan
serta pengawasan untuk tujuan tertentu
melalui audit, review, evaluasi, pemantauan,
dan kegiatan pengawasan lainnya atas
pelaksanaan tugas pada unit yang menangani
bidang perbendaharaan dan pengelolaan
pembiayaan dan risiko, serta penyusunan
laporan hasil pengawasan. Oleh karena itu,
Inspektorat Jenderal melalaui Inspektorat III
mempunyai kemungkinan, bahkan sebuah
tugas yang melekat untuk memberikan
keyakinan bahwa dalam pelaksanaan
pembiayaan melalui instrumen SBSN telah
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang ada, termasuk
fatwa DSN sebagai landasan hukum
syariahnya.

investor dalam negeri yang menginginkan


portofolio yang relatif aman dengan imbalan
yang stabil.
Selain menguntungkan bagi investor, SBSN
juga memberikan keuntungan bagi pemerintah
dalam rangka peningkatan pembangunan
infrastruktur yang menjadi salah satu agenda
utama pemerintah saat ini melalui SBSN
dengan metode PBS (project-based sukuk), di
mana proyek infrastruktur yang telah
dicantumkan dalam APBN menjadi aset yang
dijaminkan dalam penerbitan SBSN. Menurut
Hariyanto (2015) peran SBSN sebagai
instrumen skal menunjukan tren
peningkatan, penerbitan SBSN dari hanya
senilai Rp 4,7 triliun pada tahun 2008 menjadi
sebesar Rp 75,54 triliun pada tahun 2014. Pada
tanggal 20 Februari 2015 lalu juga telah

Implementasi: Peluang dan


Tantangan

alam menerapkan sebuah disiplin


ilmu yang masih dalam
perkembangan dan sudah digunakan
sebagai instrumen pembiayaan suatu negara,
pengawasan terhadap pengelolaan
pembiayaan syariah menjadi sebuah peluang
sekaligus tantangan. Sebagai sebuah negara
dengan jumlah penduduk muslim terbesar di
dunia, potensi pengembangan pasar dan
produk pembiayaan syariah sangat terbuka
lebar. Sebagai instrumen dengan tingkat risiko
yang bisa dikatakan cukup terkendali karena
menerapkan margin atau imbalan investasi
yang tetap dan dijamin dengan aset (underlying
assets) peluang pengembangan pasar SBSN
cukup menjanjikan, khususnya bagi para

dilaksanakan peluncuran SR 007 oleh Menteri


Keuangan di aula Mezzanine dengan
Pernyataan Kesesuaian Syariah DSN-MUI
Nomor: B-043/DSN-MUI/II/2015 tanggal 17
Februari 2015. Berbagai peluang yang ada
dalam pengelolaan SBSN tentu memerlukan
peran serta Inspektorat Jenderal untuk
melakukan pengawasan khususnya yang
bersifat assurances melalui pendekatan audit
kepatuhan terhadap fatwa DSN dan peraturan
perundang-undangan lain tentang keuangan
negara, khususnya pembiayaan.
Selain peluang yang terbuka lebar dalam
rangka pengembangan SBSN sebagai salah
satu instrumen skal, terdapat tantangan yang
cukup besar dalam pengawasan pengelolaan
pembiayaan syariah. Pertama, instrumen SBSN
merupakan salah satu instrumen dalam ranah
keuangan publik syariah yang masih terus
berkembang, baik dalam aspek hukum
syariah, produk serta pasar. Kedua,
dibutuhkan kompetensi lebih dalam
vol. VII no. 42 |

45

ragampengawasan
pemahaman aspek hukum syariah dan juga
ekonomi syariah selain kompetensi di bidang
audit untuk menjamin pelaksanaan audit
berdasarkan due professional care. Ketiga,
sosialiasi yang lebih efektif kepada masyarakat
pada umumnya dan juga APIP secara khusus
tentang inklusivitas instrumen keuangan
syariah, sehingga dapat dimanfaatkan oleh
kaum muslim dan non muslim sebagai
perwujudan salah satu maqasid syariah, yaitu
mengembangkan harta manusia.

EPILOG

enerapan prinsip syariah dalam


ekonomi Indonesia telah memasuki
sektor keuangan publik dengan
terbitnya Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
Inspektorat Jenderal selaku Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di
lingkungan Kementerian Keuangan diberikan
kewenangan melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan Surat Berharga Syariah Negara
oleh Direktorat Jenderal Pembiayaan dan
Pengelolaan Resiko (DJPPR) sebagai salah satu
unit eselon I di lingkungan Kementerian
Keuangan yang dilaksanakan oleh Direktorat
Pembiayaan Syariah. Pengawasan yang
dilakukan dalam pengelolaan SBSN menurut
penulis lebih bersifat assurances melalui
pendekatan audit kepatuhan terhadap fatwa
DSN dan peraturan perundang-undangan lain
tentang keuangan negara, khususnya
pembiayaan.

selamat menunaikan
ibadah puasa

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Keuangan

BERSAMA MEMANEN PAHALA

AAIPI. 2013. Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia .


diunduh dari situs http://aaipi.or.id/ pada tanggal 27
April 2015

TETAP SEHAT & TETAP SEMANGAT

Indriatun, Analis. 2015. Menerapkan Prinsip Audit


Syariah di Itjen, Mungkinkah? dalam Auditoria Vol VII
No.41 Edisi Januari-Maret 2015

Hariyanto, Eri. 2015. Peran Sukuk Negara sebagai


Instrumen Fiskal dan Moneter diunduh dari situs
http://www.kemenkeu.go.id pada 30 April 2015

rr
u
h
a
s

rrr

sahu

rrr

sahu

rrr

sahu

zzz...
))

UG

..D

UG

((D

))

UG

G..D

U
((D

zzz...z

zz

zzz...z

zz

46 | auditoria 2015

zzz...z

zz

..D

UG))

G
((DU

ilustrasi Ila Rani Yoasti

(DU

((((

))))

UG

G..D

alexanderonleadership

alexanderonleadership

Dari Mana Pemimpin Memperoleh


Kekuatan (I)

Menjelang pertengahan abad keenam


belas, ketika keshogunan Ashikaga
ambruk, Jepang menyerupai medan
pertempuran raksasa. Panglima-panglima
perang memperebutkan kekuasaan, tapi dari
tengah-tengah mereka tiga sosok besar
muncul, seperti meteor melintas di langit
malam. Ketiga laki-laki itu sama-sama bercitacita untuk menguasai dan mempersatukan
Jepang, namun sifat mereka berbeda secara
mencolok satu sama lain: Nobunaga, gegabah,
tegas, brutal; Hideyoshi, sederhana, halus,
cerdik, kompleks; Ieyasu, tenang, sabar, penuh
perhitungan. Falsafah-falsafah mereka yang
berlainan itu sejak dulu diabadikan oleh orang
Jepang dalam sebuah sajak yang diketahui
oleh setiap anak sekolah:
Apa yang membuat ketiga pemimpin Jepang
di abad keenam belas tersebut menjadi
pemimpin terkemuka?
Kepemimpinan pada hakekatnya adalah
bagaimana menggerakkan orang-orang. Para
pemimpin menggerakkan orang-orang
disekitarnya (para pengikut) untuk mencapai

Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, and Tokugawa Ieyasu

48 | auditoria 2015

Bagaimana jika seekor burung tak


mau berkicau?
Nobunaga menjawab, "Bunuh
saja!"
Hideyoshi menjawab, "Buat
burung itu ingin berkicau."
Ieyasu menjawab, "Tunggu."

Kekuatan legitimasi (legitimate power)


datang dari posisi pemimpin yang diberikan
dalam organisasi. Inilah jenis kekuatan formal
yang memaksa. Pemimpin yang memiliki
kekuatan yang bersumber dari legitimasi
ketentuan atau jabatan dapat mengalokasikan
sumber daya, memberikan akses kepada

pengikut, dan memberikan penghargaan.


Contoh nyata adalah pemimpin formal dalam
organisasi, pelatih sepakbola, dan guru.
Pemimpin formal secara resmi akan
menggunakan kekuatannya untuk
memberikan tugas, pelatih sepak bola
menggunakan kekuatannya untuk

Legitimate Power

(Eiji Yoshikawa, Taiko)

sesuatu yang menjadi tujuan bersama. Tetapi


apakah kekuatan yang dapat membuat para
pemimpin yang berhasil mampu
menggerakkan orang-orang tersebut?
Penelitian di bidang kepemimpinan
mengidentikasi setidaknya tujuh sumber
kekuatan (power) dari seorang pemimpin
yaitu legitimasi, penghargaan, koersif,
referen, keahlian, informasi, dan hubungan.

menentukan pemain yang akan turun


bermain, dan guru memiliki kekuatan untuk
memberikan nilai pada muridnya tanpa
adanya kekuatan yang resmi, mereka semua
tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan
efektif.Bagaimana menggunakan kekuatan ini
dengan tepat? Kekuatan memaksa pemimpin
dengan otoritas resmi (legitimasi) kuat
sepanjang anggota organisasi masih
menginginkan menjadi bagian dari organisasi.
Oleh karena itu, penggunaan kekuatan
legitimasi terhadap bawahan akan efektif

hanya jika diterapkan pada bidang tugas yang


menjadi lingkup bawahan tersebut. Sebagian
besar tugas seorang manajer merupakan
cerminan penggunaan kekuatan ini. Teknik
yang tepat dalam mengeksekusi kekuatan
legitimasi adalah dengan taktik
mempengaruhi dengan konsultasi yaitu
bawahan diajak untuk memberikan masukan
tentang bagaimana cara terbaik untuk
mencapai tujuan bersama.
Bagaimana meningkatkan kekuatan legitimasi
ini?
vol. VII no. 42 |

49

alexanderonleadership

alexanderonleadership
kekuatan penghargaan ini dibanding pimpinan
level rendah yang memiliki keterbatasan dalam
hal alokasi sumber daya.

1. Aktiah dalam kegiatan atau proyek


dalam organisasi. Jika ada sebuah
proyek, ambil tanggung jawab untuk
menyelesaikannya. Dengan demikian,
orang-orang akan mempersepsikan
Anda lah yang berwenang dalam
proyek tersebut.
2. Jalankan kekuasaan yang berasal dari
legitimasi ini secara teratur. Lakukan
pemantauan bahwa kebijakan,
prosedur, dan ketentuan dipatuhi dan
tujuan orgainsasi dapat tercapai.
3. Gunakan persuasi rasional terutama
jika kekuatan legitimasi Anda dirasa
kurang memadai.
4. Dukung kekuasaan legitimasi Anda
lah dengan penghargaan dan
hukuman yang merupakan dasar bagi
kekuatannya.

Bagaimana menggunakan kekuatan ini dengan


tepat? Bob nelson dan Ken Blanchard menulis
buku 1001 Cara Menghargai karyawan. Buku
tersebut berisi berbagai macam cara
menghargai karyawan dari penghargaan yang
dapat diberikan sehari-hari sampai program
penghargaan khusus. Penggunaan kekuatan ini
harus dilakukan dengan tepat. Penghargaan
hanya diberikan kepada karyawan atau
anggota organisasi yang melaksanakan tugas
dengan benar dan mencapai tujuan. Dengan
pemberian penghargaan ini, bawahan akan
memiliki motivasi yang tinggi dalam
melaksanakan kegiatan pencapaian tujuan.
Jadi, kekuatan penghargaan ini mendasarkan
pada kekuatan timbal balik- saya memberi
sesuatu dan Anda harus memberi sesuatu.

Selanjutnya, kekuatan penghargaan (reward


power) adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain berdasarkan sesuatu yang berharga
bagi mereka. Kekuatan penghargaan akan
mempengaruhi pencapaian kinerja bawahan.
Manajemen memberikan penghargaan sebagai
rangsangan positif untuk mempengaruhi
perilaku bawahan. Penghargaan tidak semata
dalam bentuk penghargaan moneter, tetapi
juga dalam bentuk pujian, pengakuan,
penugasan khusus yang menantang, dan
promosi. Beberapa organisasi seperti KFC dan
Tupperware serta pada umumnya perusahaan
asuransi memberikan berbagai model
penghargaan untuk anggota organisasinya
dari pemberian gelar pegawai bulan ini
sampai liburan mewah ke luar negeri.

1. Kuasai dan pelihara kendali atas


evaluasi kinerja pegawai dan dasar
pemberian penghargaannya.
2. Temukan nilai apa lagi yang dapat
Anda tawarkan kepada bawahan
sebagai penghargaan (baca buku Bob
Nelson di atas sebagai acuan). Pujian
kepada bawahan dapat dengan cepat
meningkatkan kekuatan penghargaan.
Bawahan yang merasa dihargai akan
mengembalikan penghargaan tersebut
dengan memberikan kekuasaan yang
lebih kepada Anda sebagai pemimpin.
3. Bawahan harus memahami bahwa
pemimpin adalah penentu
penghargaan dan tetapkan kriteria
yang jelas dalam pemberian
penghargaan. Meskipun demikian,
jangan menjanjikan apa yang tidak

Bagian penting dari kekuatan ini adalah


kemampuan pemimpin mengendalikan
sumber daya terutama uang atau anggaran.
Biasanya pimpinan yang lebih tinggi memiliki

50 | auditoria 2015

Kekuatan penghargaan akan meningkat


dengan:

Kekuatan koersif (coersif power). Kekuatan


koersif merupakan kekuatan untuk
menghukum atau menunda penghargaan
untuk mendapatkan kepatuhan. Kekuatan ini
ditunjukkan dengan adanya paksaan dengan
kekuatan sehingga bawahan secara cepat akan
mematuhi perintah pimpinan. Kekuatan
koersif juga ditunjukkan dengan penggunaan
kekerasan baik secara sik atau pun verbal
untuk menundukkan bawahan.

diatur dan tidak melaksanakan perintah sesuai


yang diharapkan harus didisplinkan dengan
kekuatan ini. Kekuatan ini efektif hanya jika
digunakan kepada sedikit bawahan dan
didasari dengan batasan yang telah disetujui
bersama. Jika pemimpin menggunakan
kekuatan ini secara meluas terhadap bawahan,
maka kekuasaan pemimpin tersebut mulai
dipertanyakan dan menimbulkan oposisi yang
masif. Bahkan pemimpin yang secara eksesif
menggunakan kekuatan ini dapat secara
bersama- sama dilengserkan. Secara umum,
perkembangan organisasi di dunia
menunjukkan penurunan penggunaan
kekuatan jenis ini. Oleh karena itu, gunakan
kekuatan koersif ini secara minimal dan
sebagai cara terakhir menunjukkan kekuasaan.

Kekuatan ini bermanfaat untuk


mendisiplinkan bawahan. Bawahan yang sulit

Untuk meningkatkan kekuatan koersif ini,


lakukan hal berikut.

akan dapat anda penuhi. Jangan


gunakan penghargaan untuk
memanipulasi untuk kepentingan
pribadi.

1. Dapatkan kewenangan untuk menggunakan hukuman dan menunda penghargaan.


Meskiun demikian, pastikan bawahan anda mengetahui ketentuan dan hukuman
yang dihadapi, berikan peringatan terlebih dahulu, pahami situasi, tetap tenang,
bangkitkan semangat, gunakan hukuman yang dibenarkan ketentuan, dan berikan
hukuman secara pribadi sehingga tidak mempermalukan bawahan.
2. Jangan gunakan kekuatan koersif untuk kepentingan pribadi.
3. Anda harus tetap tegas. Tetapkan tenggat waktu yang jelas dan selalu monitor
kemajuannya.
Penulis: Dr. Alexander Zulkarnain, Ak., M.M., CIA, CCSA, CA
Inspektur III
Foto: Panji Pradana, pequenio suveniros

Reward Power
Coersif Power

vol. VII no. 42 |

51

Auditama

resonansi

KEMUNGKINAN
Penulis: Nur Imroatun S.
Pelaksana Bagian Sistem Informasi Pengawasan
Foto: feelgrax, latotugaverde

BANYAK SEKALI KEMUNGKINAN YANG TERJADI


PADA HIDUP DALAM MEWUJUDKAN MIMPI KITA.
SEBERAPA BESAR KEMUNGKINAN TERSEBUT
MEWUJUDKAN MIMPI?

agat sepakbola tengah riuh rendah oleh


kabar kemenangan Barcelona (Barca) di
Liga Champions. Jika ditarik mundur
setahun ke belakang, Barca mengalami nasib
sebaliknya. Tahun lalu, bukan tawa yang
tersemat di wajah para pemain seperti yang
kita lihat baru-baru ini melainkan kepala yang
tertunduk lesu. Rasanya belum hilang dari
ingatan momen ketika pecinta sepakbola
dikejutkan oleh fakta yang awalnya terdengar
seolah bualan belaka. Barcelona dipermalukan
di fase seminal oleh Bayern Munich dengan
skor agregat 0-7. Saat itu, publik sekali lagi
tersadarkan bahwa tidak ada sesuatu yang
benar-benar pasti di dunia ini. Kala sebagian
besar orang percaya bahwa Barca dan Madrid
yang akan berada di puncak, Dormund and
Bayern justru menjadi tim yang bertanding di
gelaran tertinggi.

Barca dan Madrid adalah favorit pemenang di


Liga Champions tahun lalu. Terdengar ganjil
memang ketika tak satu pun tim unggulan
tersebut lolos ke babak nal. Itulah yang
disebut dengan ketidakpastian. Meskipun
terdengar aneh tetapi kemungkinan apapun
bisa saja terpilih untuk terjadi. Sebagai sebuah
klub, Barcelona bisa saja menang di satu
waktu lalu kalah kemudian. Begitu juga
sebaliknya, Barca boleh saja kalah tahun lalu
tetapi selalu memiliki kesempatan untuk
membalik keadaan di lain waktu. Hasil
kontras Liga Champions 2 tahun terakhir
menjadi contoh nyata. Barca kalah tahun lalu
tetapi keluar sebagai juara tahun ini.
Tahun lalu, Borussia Dormund dan Bayern
Munich menghentak kesadaran saya tentang
kemungkinan. Kita semua menjadi saksi
vol. VII no. 42 |

53

resonansi

resonansi
bahwa segala sesuatu sesungguhnya mungkin
saja berlaku. Hal yang terdengar sangat tidak
mungkin pada awalnya ternyata selalu
mungkin untuk berlangsung. Pada akhirnya
benar adanya ungkapan impossible is
nothing. Kedua tim asal Jerman (Dormund
dan Bayern) telah membuktikan bahwa tidak
ada yang mustahil di dunia ini. Dalam setiap
pertandingan, tiap-tiap tim mengantongi
kemungkinan yang sama untuk menang dan

dunia. Sekecil apapun peluang sebuah


kemungkinan, dia masih berhak untuk
terwujud. Ya, kita bisa mewujudkan keajaiban
bukan hanya dengan keberuntungan tetapi
juga dengan usaha.
Kemungkinan menyediakan kekuataan
kepada kita untuk meraih mimpi-mimpi kita.
Kemungkinan menuntun pikiran kita untuk
senantiasa berpikiran positif. Kemungkinan
menginspirasi kita untuk bekerja lebih keras
bahkan tatkala kita sulit mempercayainya.
Kemungkinan memberi harapan sekalipun
kita telah di ambang keputusasaan.
Kemungkinan mengetuk ribuan pintu untuk
menemui mimpi kita. Kemungkinan
menawarkan kesempatan terbaik, raihlah.

Energi dari kata possibility,


membuat kita percaya akan
kekuatan diri sendiri dan
berjuang untuk meraih
mimpi-mimpi.

Tahun ini, Barca bangkit dan membuktikan


bahwa kesempatan untuk mendapatkan
sesuatu selalu terbuka. Jika mereka terpuruk
di periode sebelumnya, mereka berusaha
begitu keras untuk tidak kembali terpuruk.
Selalu ada kemungkinan bahwa takdir akan
memihak kita, kita harus memperjuangkannya
dan menyambutnya pada saat yang tepat.

Saya selalu percaya akan kekuatan kata


possibility. Betapa besar energi yang kata itu
berikan kepada kita untuk meraih mimpi.
Dengan kata possibility inilah kita percaya
akan kekuatan diri sendiri dan berpikiran
positif akan hal-hal yang belum terjadi. Karena
esok belum terjadi, kita masih mungkin
mengusahakan apa-apa yang ingin kita
dapatkan. Oleh karena kata kemungkinan, kita
semua bekerja lebih keras untuk membuat hal
yang tidak mungkin menjelma mungkin. Sebab
kata kemungkinan ada di dalam kamus, kita
semua punya harapan dan mimpi. Sebab
semua masih mungkin, kita berhak
merindukan yang terbaik.

Bayern menghiraukan segala prediksi yang


memihak pada Barca di pertandingan tahun
lalu. Tahun ini, Barca tidak menyerah dan
datang dengan hati yang telah siap bersua
dengan saat tepat untuk menang. Bukankah
ajang Liga Champions tahun lalu dan tahun
ini menyuguhkan gambaran manis tentang
memperjuangkan kemungkinan?

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering


mengalami hal-hal yang sama sekali tidak
pernah terpikirkan maupun terbayangkan oleh
kita. Banyak orang menyebutnya keajaiban
tetapi kita bisa membumikannya dengan
menamainya kemungkinan. Kemungkinanlah
yang membuka banyak kisah tentang keajaiban
yang telah orang-orang raih di seluruh belahan

kalah. Berbekal kepercayaan terhadap


kemungkinan, mereka berusaha sekuat tenaga
mewujudkan cita-cita mereka. Mereka
membuktikan bahwa suara yang meragukan
mereka, tidak mampu menghalangi langkah
untuk memetik takdir manis mereka.

54 | auditoria 2015

Kita akan berterima kasih pada


ketidakpastianketidakpastian membuka
kesempatan untuk segenap kemungkinan.
Ketidakmampuan kita untuk memastikan
sesuatu adalah jalan untuk sebuah kata
dashyat bernama kerja keras demi sebuah
tujuan. Ketidakmungkinan yang berubah
menjadi kenyataan adalah keajaiban yang
menjadi nyata. Sementara keajaiban adalah
milik orang yang bekerja keras dan percaya
pada kemungkinan.
Karena segala sesuatu mungkin, mari
melakukan yang terbaik.

vol. VII no. 42 |

55

konsultasipsikologi
semakin meningkat. Perasaan positif yang
mereka rasakan berdampak pada proses
penyelesaikan tugas-tugas pekerjaan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa selama
karyawan mendengarkan musik, mereka
sanggup persisten pada pekerjaan mereka
dalam waktu yang lebih lama dibandingkan
ketika mereka tidak mendengarkan musik.
Lesliuk juga menemukan bahwa karyawan
yang rutin mendengarkan musik ini mampu
mengerjakan tugas-tugas mereka dengan cara
yang lebih kretaif.

vs
Produktivita

Tidak semua tempo musik atau jenis musik


dapat berpengaruh pada peningkatan
konsentrasi dan produktivitas kerja karena
musik memiliki unsur distraksi yang justru
dapat memecah fokus seseorang ketika
didengarkan sambil melakukan kegiatan lain.
Hal tersebut juga tergantung pada persepsi
dan preferensi masing-masing karyawan
dalam memilih musik yang didengarkan.

Penulis: Widya Novia


Pelaksana Bagian SDM
Foto: Putu Chandra
mengerjakan tugas. Tempo musik yang
dipakai dalam penelitian ini adalah tempo
musik rock dan tempo musik heartbeat.

iapa yang tidak suka musik? Sebagian


besar orang menyukai musik dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Tanpa
disadari musik sudah banyak mempengaruhi
sendi-sendi kehidupan manusia.
Mendengarkan musik, adalah kategori hobi
yang banyak dipilih orang-orang saat ini.
Ketika di rumah, sambil bekerja, di jalan,
ataupun di kereta, banyak ditemukan
fenomena orang memasang headset di telinga
untuk menikmati musik. Mengisi waktu,
mencari hiburan, dan sebagai penyemangat
kerja adalah sekian alasan yang terus
mendekatkan manusia pada musik.
Musik memang tidak bisa dilepaskan dari
manusia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa
musik diciptakan untuk berjuta manfaat. Bagi
individu, musik dapat sangat berpengaruh
pada perilaku dan mood. Musik yang diputar
di restoran dapat mempengaruhi kecepatan
makan pelanggannya tergantung dari tempo
Foto
Putu Chandra
musiknya.

56 | auditoria 2015

Jenis musik yang didengarkan di sepanjang


perjalanan dapat mempengaruhi mood
pengemudi dan dapat berdampak pada
caranya mengemudikan kendaraan.
Issacsson (2007), lewat catutan penelitiannya,
mengungkapkan bahwa musik dimanfaatkan
oleh sebagian orang untuk mengatur kerja otak.
Semakin kompleks musik yang didengarkan,
semakin musik tersebut dapat meningkatkan
kemampuan otak dalam mengingat sesuatu.
Selain itu, bagi orang-orang yang cenderung
neurotik, musik-musik yang cenderung lembut
akan diproses di bagian otak yang mengatur
emosi, untuk menenangkannya sehingga
kecemasannya menurun.
Dengan pengaruh musik yang sedemikian
besar pada kerja otak, dapatkah musik
berdampak pada performa kerja?
Terkait hal ini, Mayeld dan Moss (1989)
melakukan penelitian mengenai pengaruh
tempo musik dengan performa individu dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


tempo musik berpengaruh pada kecepatan
individu mengerjakan tugas dan kualitas
tugas yang dihasilkan.

tip & tri


1. Dengarkan musik yang tidak ada liriknya.

Tempo musik rock dapat meningkatkan


kecepatan penyelesaian tugas tetapi
menimbulkan banyak distraksi sehingga
kualitas tugas yang dihasilkan tidak
meningkat bahkan menurun. Sedangkan
tempo musik heartbeatdapat menaikkan
kualitas tugas yang dihasilkan, tetapi
memakan waktu lebih lama dalam proses
pengerjaannya.
Tidak hanya itu, Lesliuk (2005) melakukan
penelitian pada 56 orang karyawan swasta
yang bekerja di bidang sistem informasi. Ia
melakukan eksperimen dengan memutarkan
musik di waktu-waktu tertentu selama 5
minggu berturut-turut. Penelitian ini
menunjukkan bahwa selama eksperimen,
karyawan-karyawan tersebut merasakan emosi
yang positif selama bekerja. Semakin lama
waktu yang mereka habiskan untuk
mendengarkan musik, perasaan positif mereka

Ketika kita mendengarkan kata-kata, bagian


otak kita yang mengatur bahasa akan menjadi
aktif. Kita akan mencari arti kata, atau
merangkai kalimat, melalui bagian otak
tersebut. Jika musik yang kita dengarkan
memiliki lirik, kemungkinan lirik tersebut
mengintervensi konsentrasi kita mengerjakan
tugas makin besar. Terutama jika tugas yang
dikerjakan juga mengandung kata-kata yang
perlu mendapat fokus kita.
2. Diam/ketenangan juga adalah salah satu
jenis musik.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, tidak
semua orang dapat tetap produktif ketika
bekerja menggunakan musik, meskipun musik
telah terbukti dapat meningkatkan
produktivitas. Jika Anda malah terganggu
ketika mendengarkan musik, maka cobalah
vol. VII no. 42 |

57

musik yang kita sukai, musik yang membuat


kita berada di emosi yang positif.

3. Dengarkan musik yang kita sukai.


Seperti penelitian Lesliuk yang dibahas
sebelumnya, musik tidak hanya
mempengaruhi otak dalam hal bekerja, tetapi
juga mempengaruhi pengaturan emosi. Musik
dapat membuat kita bertahan dalam emosi
yang positif (senang, tenang) atau dapat juga
membuat kita jatuh ke dalam emosi negatif
(galau, sedih, marah). Semua itu tergantung
dari persepsi kita terhadap musik yang
diputar. Oleh karena itu, hanya kita yang tahu
musik seperti apa yang kita persepsikan enak
dan mengundang emosi positif. Biasanya itu
adalah musik yang kita sukai dan sering ada
di playlist kita. Dengarkanlah musik tersebut
sejauh kita menyukainya.
4. Cobalah dengarkan musik yang berbeda
genre atau tempo (buatlah variasi).
Tidak selamanya mendengarkan musik yang
sama di playlist kita terus-menerus akan
meningkatkan produktivitas kita. Karena efek
habituasi (kebiasaan), produktivitas malah
akan jadi menurun. Untuk menghindarinya,
perbanyaklah koleksi lagu dan musik kita
dengan lagu-lagu dengan jenis atau tempo
yang berbeda. Tetapi tetap pada prinsip,

58 | auditoria 2015

5. Ambillah waktu break dari mendengarkan


musik.
Cobalah secara berkala berhenti mendengarkan
musik, kira-kira 5 menit saja. Hal ini dilakukan
untuk mengistirahatkan otak dari input yang
secara terus-meneurs masuk. Otak kita akan
fokus lebih baik jika kita secara berkala
mengubah input yang diterimanya. Itu dapat
dilakukan dengan cara menghentikan sejenak
musik yang kita dengarkan, dapat juga dengan
mengganti CD lagu yang diputar dengan CD
lagu lainnya.
Selain itu, karena musik dapat membuat kita
lebih persisten bekerja, dampak terlihatnya
adalah kita akan tetap setia duduk di kursi kita,
bekerja sambil mendengarkan musik. Berhatihatilah karena terlalu lama duduk juga tidak
berdampak baik bagi kesehatan. Oleh karena
itu, ketika kita mengambil waktu sejenak untuk
berhenti mendengarkan musik (seperti trik
nomor 5), sebaiknya kita manfaatkan waktu
yang singkat tersebut untuk meregangkan
tubuh dengan berjalan-jalan di sekitar ruangan
atau sekedar berinteraksi dengan rekan kerja
lainnya. Singkatnya, jika mendengarkan musik
dapat membantu kita bekerja dengan lebih baik

SAMAPTA

bekerja dalam diam. Beberapa orang memilih


untuk pindah sementara waktu dan mencari
ruangan yang lebih tenang agar dapat fokus
bekerja. Jika tidak, cobalah untuk
mendengarkan musik dengan volume suara
yang rendah atau mendengarkan musik-musik
yang berisi suara-suara alam.

indah untuk dikenang


tidak untuk diulang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


tempo musik berpengaruh pada
kecepatan individu mengerjakan
tugas dan kualitas
tugas yang dihasilkan.

SPEAK OUT

konsultasipsikologi

adakah

SAMAPTA
di hatimu

Kegiatan Samapta atau Character


Building Activity atau Kegiatan
Internalisasi Nilai - Nilai
Kementerian Keuangan selama 10
hari telah berakhir. Berbagai
pengalaman dan pelajaran pun
telah mereka dapatkan. 16 peserta
dari Sarjana penerimaan tahun
2015 telah kembali, nah
bagaimana tanggapan mereka
tentang kegiatan sampta? Apa
saja yang telah mereka dapatkan?
Berikut liputan dari Tim Redaksi.
Penulis dan Foto: Yohana Putri
Pelaksana Bagian Umum
dan Komunikasi Pengawasan

vol. VII no. 42 |

59

speakout

speakout

UM

PUTRI / Bag. UM

Samapta itu seruuuuu!!!


Buanyak banget kegiatan
dan manfaat yang kami
dapat. Latihan strategi
perang dan karate, merayap,
merangkak, jalan jongkok,
guling-guling sampai badan
lecet-lecet, makan enak 6
kali sehari, tidur di kuburan,
berenang sama temanteman dari Bea Cukai, dilatih
para kopasus yang gagahgagah, bikin lebih mandiri
dan tanggung jawab, serta
lebih mengakrabkan
hubungan dengan temanteman seangkatan. Tapiiiii
samapta gak untuk diulang
lagi yaaa... :p

60 | auditoria 2015

DATU / Bag. OK

ANITA / Bag. PK

Samapta di mata saya


merupakan kegiatan yang
menyenangkan sekaligus
menyedihkan.
Menyenangkan karena
selain mendapat
kesempatan work out gratis
dengan trainer yang
berpengalaman, samapta
juga dapat mempererat
hubungan di antara satu
angkatan. Selain itu, kita
juga bisa belajar menjadi
pribadi yang tidak manja
dan mandiri, berkenalan
dengan kolam sukun (tapi
jangan sampai menyentuh
Sungai Gangga yang
legendaris itu).
Menyedihkan karena badan
jadi memar-memar, tidak
bisa jajan keluar dan makan
sembarangan, alat
komunikasi disita, serta
jadwal acara yang tergolong
padat setiap hari.

Samaptanya asik dan seru!


Meskipun membutuhkan
mental dan sik yang kuat,
tapi dengan adanya
kebersamaan semua bisa
terlewati dan bikin semakin
kompak sama temanteman. Selain itu, samapta
juga menambah
pengalaman baru yang
sangat berkesan. Mulai dari
pengalaman yang nggak
enak sampai pengalaman
yang seru banget
bercampur jadi satu dan
nggak bakalan terlupakan.
Banyak pembelajaran yang
bisa kita petik selama
mengikuti samapta.

rat IV

MEGA / Inspekto

Lapor, siswi Mega siaaaap


menghadap! Bagi aku sih
samapta itu mengajarkan
kecepatan. Makan cepat,
jalan cepat, lari cepat, dan
ganti baju cepat. Kalau
lambat itu namanya mumet.
:D Moment terbaik itu pas
tidur di kuburan, berasa
muhasabah bahwa manusia
pasti akan kembali kepadaNya. Bulan yang terang
serta bintang bertebaran
menjadi atap kami malam
itu. #eaaa Mana
semangatmu, siswaaa?!
Jangan mati lampu terus.
Laporan selesai! Kembali ke
tempat.

ktorat V

ANNISA / Inspe

Istilah bahwa Diklat


Pembentukan Karakter dan
Kesamaptaan itu indah
untuk dikenang tetapi tidak
untuk diulang adalah benar.
Buat saya yang cukup
berkesan adalah jadi ketua
kelas selama dua hari, di
mana setiap saya bikin
kesalahan harus push-up.
Lalu dipanggil tampil ke
depan empat kali selama
apel untuk memimpin lagu
doa apel malam, lagu
Bagimu Negeri, atau Mars
Bea dan Cukai karena
kebetulan waktu itu diklat
kami bersamaan dengan
Samapta Bea Cukai, DTSD,
dan PDTT Bea Cukai.
Setelah diklat selesai, saya
jadi memiliki kemampuan
makan banyak dan cepat.
Tapi dari semuanya paling
berkesan adalah
kebersamaan 16 pegawai
Itjen dengan segala macam
kepribadian dan tingkah
laku yang aneh-aneh nan
unik.

rat II

ANTO / Inspekto

Bagi saya, pengalaman


samapta itu campur aduk.
Campur aduk antara
senang, sedih, kesal, lucu,
dan haru jadi satu. Seabrek
pengalaman itu antara lain:
jadi ketua Samin di hari
pertama; latihan bela
negara; menyucikan diri di
kolam sukun; belajar ganti
baju kurang dari 2 menit;
bolak-balik nabrak pelatih
pas ada sirine malam; muka
dirias ala tentara
(yaah...walaupun ga ada
bedanya sih sama muka
asli); makan tradisi yang
isinya ada pepaya asin,
ayam goreng becek, dan
nasi campur pasir (salut
buat para chef). Those are
the sweet moments I've ever
had. KORSA!!!

vol. VII no. 42 |

61

the Soul of Korea

Kenapa Korea

Ada sebab musabab kenapa debut


piknik ke luar negeri memilih Korea
Selatan. Pertama, karena tetiba saja
menemukan tiket KL-Seoul yang
affordable dan bahkan saat itu saya
belum punya paspor. Kedua, gegara
variety show Runningman yang
senantiasa meracuni penontonnya
dengan tempat-tempat bagus seantero
Korea. Jadilah saya berangkat ke Seoul
dengan persiapan cuma beberapa
pekan untuk bikin paspor dan visa.

King Sejong Plaza dan Gyeongbokgung Palace

ua spot berdekatan yang merupakan landmark Korea dan wajib hukumnya berfoto di
sini untuk membuktikan Anda sudah datang ke Korea. Kedua spot tersebut berada
dalam komplek kerajaan yang dibangun era Dinasti Joseon pada tahun 1395. Saya
salut dengan pemerintah Korea dalam mempertahankan cagar budaya mereka. Bangunan
yang pernah hancur direstorasi kembali menjadi tempat yang luar biasa indah. Seoul sebagai
ibukota negara memiliki banyak palace yang bisa kita kunjungi.

Penulis & Foto: Arfan Sahrul R.


Pelaksana Bagian Umum
dan Komunikasi Pengawasan

62 | auditoria 2015

vol. VII no. 42 |

63

Streetfood is a must!

Seoul: the soul of coffee

orea tidak muncul di jajaran pemasok


kopi dunia, tapi kopi sudah menjadi
kultur yang tidak dapat dipisahkan
dari warga Korea jauh sebelum Starbucks
membawa frappuccino ke Seoul. Di pantry
kantor maupun dapur guesthouse tempat saya
menginap berjajar berbagai macam dripper
yang kalau di Jakarta hanya kita temui di
coffeeshop. Ada puluhan coffeeshop di
kawasan Hongdae dan saya cukup terkagumkagum karena semuanya memakai mesin
espresso high-end. Salah satu yang saya
kunjungi ialah Coffee Lab di kawasan
Hongdae. Warung kopi yang sudah termasuk
specialty coffee karena pemilihan biji kopi
dengan seleksi ketat. Hasilnya, enak!

64 | auditoria 2015

elihat jajanan khas Negeri Ginseng


selalu bikin ngeces! Selain menambah
ensiklopedi kuliner sekaligus
menghemat budget. Haha. Makanan dan
minuman di Korea tergolong cukup mahal,
katanya karena bahan bakunya harus yang
kualitas wahid. Mencari tempat makan di Seoul
menjadi tantangan tersendiri, khususnya muslim
travellers. Pokoknya coba liat-liat dulu sebelum
masuk, tanya semampunya, dan yang terakhir
kita hanya bisa berdoa semoga halal. Amin.

The Coexist of Traditional


and Modern Market

The People of Korea

atanglah ke pasar tradisionalnya jika


ingin merasakan kearifan lokal
penduduk setempat. Sisihkan sehari
penuh untuk mengunjungi dua pasar terbesar
di Seoul, yaitu Dongdaemun Market dan
Namdaemun Market. Sungguh Dongdaemun
Market merupakan surganya para wanita
berburu make-up dengan harga jauh lebih
murah daripada di Jakarta. Ada Dongdaemun
Design Plaza semacam tempat exhibition karyakarya mahasiswa dan seniman. Sebelum pulang
ke Jakarta pastikan Anda tidak pulang dengan
tangan hampa. Namdaemun sebagai pasar
tradisional terbesar di Korea menawarkan
segala macam souvenir khas Korea dari
gantungan kunci sampai kitchenware dengan
kualitas terbaik. Satu hal yang unik ialah
banyak pegadang ngerti bahasa indonesia! Apa
karena saking banyaknya turis indonesia yang
ke sini?

aat kita sopan mereka pun lebih sopan.


Mungkin default mereka terbilang cuek,
secara Seoul kota besar seperti Jakarta,
namun saat kita bertanya mereka akan
menjawab sebaik mungkin. Beberapa kali saya
diantar untuk menunjukkan jalan yang saya
tanya walaupun tidak paham bahasa satu sama
lain. Saya cuma bisa membalas gamsahamnida
sambil tersenyum.

Subway dan Jalan Kaki

erpaduan keduanya membawa kami


keliling Seoul selama hampir satu pekan.
Subway yang mereka miliki mencakup
seluruh destinasi yang kami kunjungi di Seoul.
Cepat, tepat waktu dan nyaman. Kartu T-Money
menjadi lebih penting dari uang cash karena
hanya dengan kartu itu kita bisa naik turun
kereta sesuka hati. Badan harus selalu fit karena
jalan kaki kesana kemari seharian penuh seperti
orang Korea pada umumnya. Maka siapkan
sneaker terbaikmu!
Ps: dari anak-anak sampai kakek-nenek pakai
sepatu keren keren, bro!

So...
I am sure that Korea is worth
to visit! Spring is the best time
to visit Korea because the
weather still cool and mild but
not too freeze for your nose. A
week is the minimum time you
need to explore Seoul.

vol. VII no. 42 |

65

Tim Baksos Sarmili dipimpin oleh Renowidya, Kepala Bagian


Perencanaan dan Keuangan selaku perwakilan dari Inspektorat
Jenderal Kementerian Keuangan.

Penyerahan bahan bangunan secara simbolis oleh perwakilan Itjen


kepada koordinator warga Sarmili yang nantinya akan digubakan
untuk pembangunan sarana MCK.

Lingkungan tempat tinggal warga Sarmili. Keadaan yang kurang baik


tidak mengurangi keramahan dan kehangatan yang senantiasa
menyambut kami Tim Baksos Sarmili.

Penyerahan sembako kepada warga Sarmili yang dilaksanakan di


Bendungan STAN tak lepas dari kerjasama dengan BEM STAN yang
juga melakukan pemantauan pembangunan sarana MCK.

Motor odong-odong yang mengangkut sembako, kasur busa,


dan kelambu untuk para keluarga di Kampung Sawah.

Melihat wajah-wajah bahagia setelah selesainya pembuatan


sumur air bersih membuat kami lupa akan peluh keringat pagi itu.

Kampung Sawah, Cilincing, Jakarta Timur. Serupa tapi tak sama. Serupa
memerlukan perhatian lebih namun bentuk kebutuhan yang tak sama.

TERIMAKASIH
DARI SARMILI DAN CILINCING

adangkala kita terlalu asyik


dengan pekerjaan seharihari. Kadangkala kita
tenggelam dalam kegembiraan.
Kadangkala kita terjerembab dalam
kesedihan. Ingatlah di luar sana
sebagian orang lupa rasanya
bergembira. Sebagian orang
merasakan kesedihan yang lebih
dalam. Bulan Ramadhan di depan
mata datang untuk mengingatkan
kita bahwa kita adalah makhuk yang
peka. Makhluk yang peduli akan
sesama. Inspektorat Jenderal
bergerak untuk berbagi kepada
warga yang membutuhkan uluran
tangan dalam kemasan Bakti Sosial
yang bertajuk Memberi Arti. Maka
dipilihlah Sarmili dan Kampung
Sawah.
Penulis: Arfan Sahrul R.
Pelaksana Bagian Umum
Penulis
Auditor
Muda Inspektorat VII
dan Suharso,
Komunikasi
Pengawasan
Foto: Zakky Yoga A.

66 | auditoria 2015

Perjalanan tim bakti sosial menuju lapak pemulung Sarmili. Jalanan berlubang
tak menyurutkan semangat tim untuk turun ke lapangan.

Salah satu pekerja bangunan terlihat sedang menggali saluran air yang
menjadi bagian dari renovasi sarana MCK dan pembuatan toren di lapak
pemulung Sarmili.

Tim Baksos Cilincing yang dinahkodai oleh Syarifudin, Kepala Subbagian Perbendaharaan.
vol. VII no. 42 |

67

sudutkantor

sudutkantor

Happy
Wedding

angga darurat, sering luput perhatian namun


mempunyai segudang manfaat yang kita belum
paham dengan benar.
Ancaman force majeure seperti kebakaran, gempa bumi,
kerusuhan dan keadaan lain yang bisa mengancam
korban jiwa, mungkin belum pernah kita alami di
kantor.
Namun, kalau hal itu sampai terjadi, tujuan pertama
yang harus kita cari saat sedang berada dalam gedung
perkantoran adalah tangga darurat.
Generasi kini kerap menggunakan tangga darurat
sebagai tempat 'nongkrong', makan/minum,
merokok...
Ganjal pintu dan membiarkannya dalam posisi
terbuka? Sudah biasa.

Bagian
Umum Komunikasi
Pengawasan

Inspektorat VI
Maria Ulfa / Miftah Budi
Setiawann (3 Mei 2015)

1. Arfan Sahrul Ramadhan / Ratu


Rembulan Ayuningtyas (10 Mei
2015)
2. Wahyu Pambudi / Widya Gita
Yuliani (27 April 2015)

Bagian
Organisasi dan
Kinerja

3. Maria Cicilia Kinanti Raras Ayu /


Bonifasius July Bahi (31 Mei
2015)

1. Huda Sukmawan / Rahmawati


Ekaputri (12 Juni 2015)

Inspektorat I
1. Pradikta Lazuardi / Tina Satri
(26 Mei 2015)
2. Rony Alfredo Rumapea / Tiara
Dinar Gultom (30 Mei 2015)
3. Setiawan / Rahmania Wahyu
Savitri

Apatis terhadap fungsi utama tangga darurat. Padahal,


bila kita menemukan kerusakan pada komponen jalur
keluar darurat, wajib dilaporkan kepada pihak
pengelola gedung.

2. Danang Wahyu Pratomo / Pinta


Hertinda (9 Mei 2015)
3. Sadhitya Pratomo / Dwi Ameilia
(4 April 2015)

Bagian
Sumber Daya
Manusia
Diyan Prasetyo / Hazah Wiwik
Soyati (16 Mei 2015)

TANGGA

DA
RU

RAT
Penulis: Yopita Karo S.
Pelaksana Bagian Umum
dan Komunikasi Pengawasan

Dalam Keputusan Menteri PU No. 10/KPTS/2000


tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan, tangga darurat dirancang sedemikian
rupa agar tidak terjadi kecelakaan pada saat proses
evakuasi.
Adapun pintu darurat terbuat dari bahan tahan api
lebih kurang 2 jam, mudah dibuka dan tetap mengunci
walaupun dibuka dari luar untuk mencegah masuknya
asap bila terjadi kebakaran.
Rangka lain, seperti konstruksi dinding yang tahan
api, hand drail yang kuat dan tidak berbentuk tangga
spiral.
Ukuran tangga dan bordes, lebar anak tangga tidak
dibuat sembarangan. Syarat keamanan ini diatur juga
dalam Perda DKI Jakarta No. 7/1991.
Rahasia keunikan tangga darurat ini wajib kita ketahui
untuk menjadi perhatian ke depannya.
Agar kelak bila terjadi keadaan kahar, kita dapat
menyelamatkan diri dengan aman tanpa hambatan.
Tangga darurat, tanggap keberadaannya, tangkaslah
dalam penggunaannya!

68 | auditoria 2015

vol. VII no. 42 |

69

INTERVIEW

Kalau menekuni motor dari kelas 4 SD setelah


menang balapan iseng melawan tetangga yang
masa itu sudah SMU. Heheheheh anak SD bisa
ngalahin anak SMU .. Gasss polll ngeng ngeeeeng!

KHAIRIL AZMI

HOBI MOTOR
Interviu oleh: Yohana Putri
Foto: Khairil Azmi

uditor jadi anak motor?


Sebuah pertanyaan
yang meragukan namun
tidak untuk seorang Khairil Azmi.
Pria yang akrab disapa Aril ini
tergabung dalam klub motor
BIG BLACK JAKARTA, yang
bermarkas di Kota Tua Jakarta.
Sejak kapan Bang Aril bergabung dalam klub
motor dan menekuni hobi bermotor?
Kalau bergabung di klub motor semenjak kelas 1
SLTP (di Bireuen Atjeh Jeumpa tidak ada namanya
komunitas atau klub motor, hanya nongkrong di
bengkel aja, tapi ketika kelas 1 SLTP dikenalkan
sama klub motor pertama di Bireuen, cabang dari
klub motor Banda aceh) saat itu masih 13 tahun.

Mengapa Bang Aril tertarik untuk terjun


dalam bidang otomotif, khususnya motor?
Kebiasaan dan pergaulan yang mengarahkan saya
jadi pembalap amatir roda dua masa itu, tetangga
banyak yang menjadi pembalap dadakan (pinjam
motor orang tua buat balapan, biar dibilang gaol
kali yah??? hehehehe) tapi saya sudah dibekali
motor pribadi semenjak kelas 3 SD, walaupun
motor C-50 saja. Hingga akhirnya susah untuk
tertarik ke bidang yang lain.
Motor jenis apa yang menjadi andalan Bang
Aril?
Setiap masa berbeda juga andalan tunggangan
saya. Bermula dari SD sampai dengan sekarang.
SD kelas 3 punya Honda C-50 dan menjadi
andalan karena baru belajar. SD kelas 4 walaupun
masih punya Honda C-50 tapi sudah balapan
mengendarai Honda Grand. Semua berubah saat
jadi pembalap mewakili Kabupaten sewaktu SMP.
Motor Supra andalannya. SMU sudah pernah
menjadi pembalap mewakili Propinsi Banda Aceh.
Kawasaki Ninja lah andalannya.
Terakhir kelas 2 SMA merebut Juara Umum. Di
kelas 3, berhenti jadi pembalap, karena fokus biar
lulus dulu dari SMA. Andalannya masih Kawasaki
Ninja.
Lulus SMU ternyata semua berubah... Semenjak ke
Prodip STAN tanpa tunggangan kencang yang
merupakan motor 4 tak pertama, yaitu Honda
Tiger. Jadilah sampai sekarang menjadi BIKER
TOURING yang suka adventure dan mencari
saudara di seluruh Indonesia. Andalan saya
sekarang BMW MFX 400 Fighter.
Sudah touring ke mana sajakah selama
menekuni hobi bermotor?
Sudah pernah jelajah Sumatera dari KM 0 Sabang
sampai Lampung, jelajah Jawa dari Cilegon sampai
ke Banyuwangi, dilanjutkan ke Bali.
Namun Touring yang sangat dikenang dan paling
lama, yaitu saat ingin menaklukkan Pulau
Kalimantan ke perbatasan Malaysia.

70 | auditoria 2015

Kegiatan apa saja yang biasa diadakan klub


motor Bang Aril?
Kegiatan sangat banyak jika kita ada di dalam
suatu wadah (komunitas) apapun komunitasnya.
Khusus di klub motor ini, selain touring, kita juga
suka mengadakan baksos, menghadiri acara2
otomotif, mengajarkan ke anak sekolahan
pentingnya safety riding, mengajarkan cara
membawa motor yang benar menurut apa yang
kami dapat dari pengalaman, acara ulang tahun
motor, konvoi, pameran.
Selain itu, kami juga membuat acara sosial seperti
Donor Darah Bersama Biker, Sahur On the Road,
bagi-bagi takjil, Buka Puasa Bersama Biker, serta
membantu kampung kaum dhuafa bersama biker.
Bagaimana tanggapan Bang Aril mengenai
geng motor begal yang marak akhir-akhir
ini?
Geng motor tersebut tidak dapat terdeteksi
keberadaannya. Mereka menyebabkan banyak
kerusakan dan keonaran. Kami sebagai klub motor
yang terdata resmi di kepolisian berharap agar geng
motor yang meresahkan warga dapat segera
dibubarkan oleh pihak yang berwajib.
Apa saran Bang Aril bagi siapapun yang
ingin menekuni hobi bermotor?
Sarannya jangan pernah menekuni hobbi motor,
karena terlalu mahal dan menyita banyak waktu.
Hehehehe Cobalah cari hobi yang lain.
Jika ingin menekuni hobi motor, sayangilah dan
rawatlah terlebih dahulu motor yang telah ada,
yang menjadi tunggangan kamu sehari-hari. Jika
sudah bisa merawat motor dengan oke, sangat
mudah mencari teman sehobi di komunitas motor
dan akan membuat kita nyaman nantinya. Karena
bagi kami pecinta motor, motor itu adalah istri ke
dua.

Touring yang sangat dikenang dan


paling lama, yaitu saat ingin
menaklukkan Pulau Kalimantan ke
perbatasan Malaysia.

vol. VII no. 42 |

71

Tips
MEMBELI KAMERA
MIRRORLESS

dipakai, mulai dari yang sebesar kamera DSLR


hingga sekecil kamera saku. Lalu
bagaimanakah memilih kamera mirrorless
yang bagus, jawabannya tergantung
kebutuhan kita. Ada orang yang
membutuhkan kualitas pembesaran foto yang
bisa dicetak besar tidak pecah, desain dan
bentuk kamera itu nomor dua, tetapi ada juga
orang yang membeli kamera mirrorless karena
kecilnya, ringkas dan terlihat trendy. Ada juga
yang membeli kamera mirrorless dari bentuk
kameranya yang vintage. Semua itu benar dan
tidak ada yang salah, kembali lagi memilih
kamera mirrorless disesuaikan dengan
kebutuhan kita sebagai pemakai.

2. Kualitas foto yang sudah sama dengan


DSLR, dengan sensor yang besar dan
sama yang digunakan oleh kamera DSLR
membuat kualitas kamera mirrorless
sudah sama dengan DSLR.
3. Memotret human interest lebih mudah,
karena bentuk kamera mirrorless yang
mungil sehingga membuat mereka
cenderung cuek dan tidak canggung
dengan kehadiran kita. Berbeda jika kita
memakai kamera DSLR yang besar
mereka cenderung risih dan malu untuk
difoto.
4.

Aneka ragam sensor di Kamera Mirrorles :


- sensor APS-C
- sensor Four Thirds
- sensor Nikon CX (1 inci)
- sensor kecil 1/2.3 inci (Pentax Q)

eperti kita ketahui, kamera mirrorless


adalah produk yang cukup hot saat ini
dan diperkirakan akan makin banyak
dipakai kedepannya. Produsen kamera
melihat peluang bahwa banyak juga penggila
fotogra yang menginginkan kualitas gambar
yang bagus namun tidak ingin menenteng
DSLR yang besar dan berat ke mana-mana,
lahirlah kelas kamera mirrorless.
Kamera mirrorless adalah kamera digital yang
mulai populer ditahun 2008, sebenarnya
kamera mirrorless ini adalah kamera yang
mirip DSLR namun kamera digital ini tidak
memakai cermin (mirror), sehingga bentuknya
lebih kecil dan ringan jika dibandingkan DSLR
serta memiliki jumlah se ing-an yang lebih
sedikit.
Dalam perkembangannya, sistem mirrorless
secara umum telah meningkat cukup banyak.
Dari kecepatan autofokusnya, kualitas layar
LCD dan jendela bidik elektroniknya, dan
koleksi lensa-lensa juga meningkat kualitas
dan jumlahnya meski belum selengkap dan

72 | auditoria 2015

secepat sistem kamera DSLR. Untuk kinerja


autofokusnya, kinerja sebagian besar kamera
mirrorless masih lebih lambat daripada sistem
autofokus DSLR yang sudah teruji. Berbagai
aksesoris pun kini telah disediakan seperti
ba ery grip sebagai solusi kapasitas baterai yang
lebih rendah dibanding DSLR.
Cara kerja kamera DSLR membutuhkan cermin
untuk memunculkan gambar di viewnder,
sedangkan kamera mirrorless memunculkan
gambar dengan membuang cermin yang ada di
DSLR inilah yang menghemat ukuran dan
berat kamera sehingga sebagian besar kamera
mirrorless tidak memiliki viewnder optik
karena telah digantikan oleh viewnder
elektronis.
Memilih kamera mirrorless yang terpenting
harus diperhatikan adalah sensor yang
digunakan kamera tersebut, sensor inilah yang
menentukan kualitas hasil foto. Saat ini
beragam sensor yang digunakan oleh produsen
kamera. Masing-masing produsen kamera
mempunyai beragam ukuran sensor yang

5.

Dari semua sensor mirrorless saat ini


sebenarnya semuanya sudah memenuhi
kualitas stok foto untuk kebutuhan komersial,
semakin besar sensor yang dipakai semakin
bagus kualitas foto di kamera tersebut,
walaupun faktor lensa juga mempengaruhi
kualitas foto. Keuntungan memakai kamera
mirrorless adalah sebagai berikut:
1. Ukuran relatif lebih kecil dan ringkas
sehingga beratnya pun jauh lebih ringan
dibandingkan DSLR.

Lebih mudah berbaur, memakai


kamera mirrorless menjauhkan kesan
kita adalah fotografer beneran, karena
terlihat low prole dan tidak mencolok.
Terkadang kita dianggap turis biasa
oleh masyarakat sekitar, sehingga
dengan mudah kita bisa berbaur dan
memotret dengan nyaman.
Sistem mirrorless mengandalkan live view
dan jendela bidik elektronik. Kita bisa
lihat dengan jelas apa fokus dan tidak,
juga bisa melihat terang gelap/exposure,
histogram, warna, efek khusus dengan
jelas. Apa yang dilihat adalah apa yang
akan didapatkan. Tidak ada tebaktebakan dan terkejut seperti di kamera
DSLR.

6. Teknologi ter-update, biasanya kamera


mirrorless sekarang sudah banyak update
teknologi, baik wi, hdr dan tur tur yang
memudahkan kita untuk memotret.
Pertanyaan banyak orang saat ini adalah,
apakah saya membutuhkan kamera mirrorless?
Bila anda adalah fotografer yang banyak
memotret didalam studio dan model, anda
lebih membutuhkan kamera kelas atas untuk
bekerja. tetapi jika anda adalah travel
photographer atau travel blogger atau hobies yang
suka memotret dan jalan jalan, maka kamera
vol. VII no. 42 |

73

mirrorless cocok dengan anda.


Selain itu ada beberapa tips yang bisa jadi
faktor pertimbangan ketika akan membeli
kamera Mirrorless :
1. Pilihlah kamera mirrorless yang punya
megapixel diatas 16MP, karena lensa
mirrorless itu tidak sebagus lensa DSLR dan
pasti ada penurunan kualitas foto disitu,
sehingga sensor yang besar jika kualitas
foto turun masih bisa dimaklumi.

Daftar kamera Sony, harga dan


rekomendasi

2. Jika anda membeli kamera mirrorless dengan


harapan lensa DSLR anda bisa dipasang di
kamera mirrorless tersebut, maka essensi
dari kamera mirrorless tersebut hilang.
Kenapa orang memilih mirrorless, kamera
ringan dan kecil bentuknya.

Sony A5000 Harga: Rp 5.5 juta dengan


lensa kit Kamera Sony yang paling
terjangkau dan ringkas, tapi autofokusnya
pelan dan sulit fokus terutama saat di indoor
atau tempat gelap.

3. Carilah kamera mirrorless yang power


charge USB universal, jadi kalau kita
kehabisan baterai bisa di charge pakai
powerbank. Selain itu juga menghemat
dalam membawa charger ketika traveling.
4. Body ringan dan kecil itu mutlak, jika
membeli kamera mirrorless yang
berukuran hampir sama dengan DSLR.
lebih baik ya membeli DSLR aja.
Banyak faktor yang menyebabkan mengapa
sistem kamera DSLR belum tergantikan, tapi
yang paling penting yang harus diatasi sistem
kamera ini adalah masalah persepsi pembeli.
Di kacamata awam, mirrorless kualitasnya
masih dibawah sistem kamera DSLR, dan
memperparah keadaan, kamera mirrorless
kebanyakan dijual dengan harga yang diatas
kamera DSLR.
Lalu pertanyaan selanjutnya adakah kamera
mirrorless dibawah 10 Juta? Tentu ada. Berikut
ulasan singkat serta rekomendasi kamera yang
seimbang dari tur, harga dan kinerjanya.
Merk yang dibahas disini adalah Sony,
Fujilm, Olympus dan Panasonic. Untuk
Samsung, Canon, Nikon dan Leica akan kita
bahas di artikel selanjutnya.

74 | auditoria 2015

Kamera Sony terbagi menjadi dua format, yang


bersensor APS-C dan full frame (seri A7). Disini
hanya akan diulas yang APS-C saja.

Sony A5100 Harga 8 juta dengan lensa kit


Ringkas, ringan, autofokus cepat, layar
bisa dilipat dan touchscreen, turnya oke,
kurangnya tidak ada hotshoe diatas kamera.
Bagus untuk traveler.
Sony A6000 Harga 9.5 juta dengan kit lens
Fiturnya komplit untuk amatir dan
bahkan untuk semi-profesional. Bahan kamera
dari logam, punya jendela bidik optik dan
hotshoe. Satu-satunya kelemahan adalah
layarnya tidak touchscreen.

dekat (untuk close-up/makro), dan autofokus


yang lebih bagus. Resolusi foto tetap sama
yakni 16MP dengan sensor CMOS (bukan XTrans).

lensa kit Kamera yang sangat mungil seperti


kamera compact dengan kinerja yang baik.
Baru-baru ini ada penurunan harga yang
cukup signikan.

Fujilm X-M1 Harga Rp 7 juta dengan


lensa kit Khas dari Fujilm adalah sensor
X-Trans tanpa lter AA yang tajam. Fitur dan
kinerja X-M1 biasa saja, tapi punya hotshoe
untuk ash untuk foto studio.

Panasonic GX7 Harga Rp 8.85 juta


dengan lensa kit Kamera yang cukup
komplit dari segi tur dan kinerjanya. Kamera
satu-satunya dari Panasonic yang memiliki
teknologi sensor shift stabilization (meski tidak
sebaik teknologi 5 axis stabilization Olympus).

Daftar kamera Olympus &


Panasonic, harga dan rekomendasi
Catatan: Olympus dan Panasonic termasuk
dalam konsorsium micro four thirds. Mount
yang digunakan sama sehingga lensa
Olympus bisa dipasang ke kamera Panasonic
dan sebaliknya.
Olympus PEN EPL6 -Harga Rp 5.85 juta
dengan lensa kit Kamera ringkas yang
terjangkau. Kualitas gambarnya tidak berbeda
jauh dengan kamera yang lebih tinggi
harganya.
Olympus PEN EPL7 Harga Rp 8.9 juta
dengan lensa kit Punya tur wi dan
layar LCD yang lebih bagus dari EPL-6.

Daftar kamera Fuji, harga dan


rekomendasi
Fujilm X-A1 Harga Rp 7 juta dengan
lensa kit Kamera paling terjangkau tapi
dengan tur yang sangat basic.
Fujilm X-A2 Harga Rp 8 juta dengan
lensa kit Beberapa peningkatan dari X-A1
yaitu layar LCD bisa dilipat dan diputar keatas
untuk sele. Lensa kit yang bisa fokus lebih

Olympus OMD EM5 Harga Rp 8.8 juta


dengan lensa 12-50mm Salah satu kamera
Olympus tersukses di dunia mirrorless dan
sekarang sudah ada penerusnya yaitu mk II.
Punya sensor shift stabilization 5 axis pertama di
dunia, dibandingkan EM5 generasi ke-2,
kinerjanya lebih pelan dan layar LCD-nya
kalah tajam/detail.
Panasonic GF7 Harga Rp 7.3 juta dengan
lensa kit Kamera dengan layar LCD yang
bisa dilipat ke atas untuk sele. Ukurannya
sedikit lebih besar dari GM1.

Di tahun 2015, ini Sony, Olympus, Fujilm


termasuk tiga besar di kamera mirrorless.
Masing-masing memiliki kelebihan dan
kelemahan sendiri. Banyak kamera yang bagus
diantara 15-20 juta. Yang cukup berimbang
antara tur dan kualitasnya seperti Fujilm XT1 dan Olympus OMD EM5 mk II. Yang
menginginkan sensor full frame ada Sony A7.
Dibawah 10 juta, Sony A6000 merupakan
kamera yang lengkap turnya dengan kualitas
gambar yang bagus.
Dibawah 8 juta, Fujilm X-M1 dan kit (7 juta)
cukup baik kualitas gambarnya. Kalau suka
yang semungil mungkin, Panasonic GM1
pilihan yang oke. Karena GM1 sekarang ini
hanya 5.85 jt, maka jika ada kelebihan dana,
bisa buat beli lensa dan baterai tambahan.
Nah demikianlah ulasan tentang tips membeli
kamera mirrorless. Jika anda sudah mengetahui
kebutuhan anda, tentunya akan lebih mudah
untuk menentukan jenis dan merk kamera
yang akan anda beli. Jangan lupa sesuaikan
budget ya, selamat berburu!

Guideline Warna
Ada pilihan yang lebih baik
Direkomendasikan untuk fotografer pemula
Direkomendasikan untuk fotografer mahir

Panasonic GM1 Harga 5.85 juta dengan


vol. VII no. 42 |

75

resensi

SMART TRADER
RICH INVESTOR

hasil jepretan kamera mirrorless

Jangan pernah menunggu


sempurna untuk memulai
sebuah hal yang baru dan
positif, karena kita tidak akan
pernah sempurna.

Penulis : Ellen May


Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
No. ISBN : 978-602-03-270-6

anyak orang menyebut istilah bermain


saham, padahal sama seperti bisnis
lainnya, istilah yang tepat adalah
berbisnis saham. Layaknya sebuah bisnis,
Anda harus bertindak tepat dalam setiap
langkah.
Pasar saham adalah instrumen bisnis trading
jangka pendek ataupun investasi jangka
panjang yang memberikan potensi
keuntungan luar biasa. Namun sayang,
banyak orang yang belum menikmatinya
karena takut dan belum mengerti bagaimana
untuk memulai.

Sumber artikel
www.infofotogra.com
www.smileindonesia.com
www.barrykusuma.com
www.belfot.com
www.tipsfotogra.com
foto
Arfan Sahrul R.
Nur Alan Maruf

Pakar saham, Ellen May, yang sukses dengan


buku best seller Smart Traders Not Gamblers,
dalam buku ini menjelaskan setiap langkah
yang harus dipilih para pemula yang ingin
berbisnis saham.
Dalam buku ini dijelaskan secara detail
langkah demi langkahnya:
memulai trading ataupun berinvestasi
saham dari membuka akun
memilih strategi dari trading jangka
pendek atau investasi jangka panjang
berapa modal yang dibutuhkan dan
bagaimana jika hanya punya modal minim

72 | auditoria 2015

bisakah memenuhi kebutuhan hidup hanya


dengan berbisnis saham
bagaimana meminimalkan resiko dan
memaksimalkan keuntungan, dan berbagai
hal penting lainnya yang diperlukan
seorang pemula untuk mulai melangkah
berbisnis saham.

Perjalanan dalam belajar trading ataupun


investasi saham adalah perjalanan panjang
yang butuh ketekunan belajar, kesabaran, dan
kedisiplinan. Buku ini ditulis dengan motivasi
untuk memberi petunjuk, sebagai peta atau
kompas bagi para pemula dalam berinvestasi
saham.
Jika Anda ingin memulai berkecimpung dalam
dunia saham, buku ini adalah panduan yang
tepat untuk menuntun Anda menjadi trader
dan investor yang berhasil. Penyampaian
penulis dalam buku ini sangat menarik dan
mudah dipahami karena di setiap bab-nya di
jelaskan dengan ilustrasi-ilustrasi lucu berupa
komik dan penjelasan materi yang cukup
detail. Buku ini sangat membantu untuk
pemula yang baru memulai investasi saham.
Go, Indonesia 1 Juta investor saham!

vol. VII no. 42 |

77

1
1
Cast
Sutradara
Produser
Produksi
Negara
Rilis

2
2

55

: Tom Cruise, Simon Pegg, Ving


Rhames, Jeremy Renner, Alec
Baldwin, Rebbeca Ferguson
: James Mcquarrie
: Tom Cruise, J. J. Abrams
: Skydance Productions,
Badrobot Productions
: Amerika Serikat
: 31 Juli 2015

88

3
3
4

6
6

10
10

4
77

99
11
11

1313 14
14
1212

1515
16
16

1717
sebagaimana yang dikutip oleh laman
The Hollywood Reporter.
Menilik ocial trailer video lm
adaptasi serial TV ini, tampak aksi
menengangkan Tom Cruise saat
mengendarai sepeda motor
berkecepatan tinggi, lolos dari
penyanderaan, terjebak dalam ruang
gas beracun, hingga bergelantungan di
pintu pesawat terbang saat pesawat
take o. Kepada USA Today, sang
aktor sempat mengungkapkan perihal
adegan bergelantungan tersebut, "Itu
saya sepanjang waktu. Saya berdiri
tepat di atas ban ketika kami
mendarat. Itu sangat menegangkan
bagi orang lain, tapi cukup menarik
bagi saya. Saya sering duduk di
pesawat terbang, melihat keluar dan
berpikir, 'Seperti apa jadinya berada di
luar sana di atas sayap?

gen terhebat Impossible Mission Force (IMF),


Ethan Hunt, kembali beraksi bersama timnya
untuk misi yang paling mustahil sepanjang
karir mereka. Mission Impossible : Rogue Nation
menceritakan tentang petualangan Ethan Hunt (Tom
Cruise), Brandt (Jeremy Renner), Luther (Ving Rhames),
Benji (Simon Pegg) memberantas organisasi bawah tanah
internasional bernama Syndicate yang memiliki
rencana untuk menghancurkan IMF.
Film produksi Skydance dan Badrobot Productions ini
dijadwalkan akan tayang pada akhir Juli 2015 di seluruh
Bioskop di Amerika. Paramount Pictures selaku
distributor lm menjelaskan bahwa salah satu franchise
lm terlaris sepanjang masa ini awalnya akan rilis pada
Desember 2015. Akan tetapi, waktu yang mereka pilih
tersebut bertepatan dengan jadwal perilisan Star Wars :
Force Awaken dan James Bond : Spectre. Alasan utama
penjadwalan ulang MI : 5 ini tentu saja adalah untuk
menghindari kompetisi dengan kedua lm tersebut,

78 | auditoria 2015

Film Panjang Tom Cruise ke-47 ini


mengambil lokasi shooting di beberapa
kota, seperti London (Inggris), Vienna
(Austria), serta Rabat dan Agadir
(Maroko). Proses pengambilan gambar
dimulai sejak 21 Agustus 2014,
berakhir pada 21 Maret 2015. Rebecca
Ferguson, Sean Harris, Alec Baldwin,
America Olivo, dan aktris Asia Zhang
Jingchu melengkapi daftar pemeran
pendukung di lm ini (PPP).

This message will


self destruct in five
seconds. Good luck!

1818

1919

20
20
21
21

2222
24
24

23
23
25
25

Bagaimana cara berpartisipasi?


Kirimkan jawaban Anda melalui email:
majalah.auditoria@gmail.com
Sertakan nama, unit, dan nomor telepon yang dapat
dihubungi. Keputusan pemenang menjadi hak redaksi
Auditoria. Hadiah dapat diambil di Subbag Komunikasi dan
Tata Usaha Pengawasan Itjen.

26
26

CROSS

DOWN

2. Abjad
5. Bandara di Kota Pahlawan
9. Kue bolong
10. Aplikasi
11. Nilai Kementerian
Keuangan
13. Band asal UK yang lahir
era 70-80'an
15. Search engine
16. Kantor
17. Bangunan bahasa inggris
18. Ayers Rock, Aussie
19. Makhluk hidup sangat
imut yang hanya bisa
dilihat dengan mikroskop
21. Salah satu album Camelia
Malik
24. Terima kasih; Mandarin
25. Hewan yang berasal dari
Amerika Selatan
26. Pakta Pertananan Atlantik
Utara

1. Kota tempat festival lm


internasional
3. Suku asal Myanmar
4. Horoskop
6. Nama Buah
7. Merk minuman ringan
8. Bandung
12. Cemilan kantor yang
ada di setiap lantai
14. Persamaan hak dalam
berbagai aspek di
masyarakat
20. Jenis Batu
22. Temannya Nobita
23. Wadah Bunga

14 12 11 10 9
8
15 13
7
3
1 2 4 5 6

Pemenang Vol VI No. 41


1. Khimaya Akun Qonita
Inspektorat IV

2. Haz Azzam Azharani


Inspektorat V

3. Misnem
Bagian Perencanaan dan Keuangan

Jawaban:
1. Isno Mukidin
2. Triyono
3. Herlambang
4. Rianto
5. Mardi Wahyono
6. Budi Santoso
7. Setio Heri
8. Sumarno

9. Marlisan Hakim
10. Patrick
11. Nyamat
12. Herman Matondang
13. Ismet Kamil
14. Supandi
15. Mujiono

vol. VII no. 42 |

79

Você também pode gostar