Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal lama dan dapat menyerang penduduk
seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di
berbagai belahan bumi. Batu traktus urinarius ialah suatu keadaan timbulnya batu di
dalam saluran kemih baik ginjal, ureter, buli-buli maupun uretra. Batu traktus urinarius
terjadi dalam berbagai ukuran, bentuk, warna, komposisi dan susunan. Permukaannya
kasar atau halus dan diliputi oleh krista. Batu berbeda beda kerasnya, sebagian lunak,
sebagian dapat dipotong potong tetapi sebagian tidak dapat dihancurkan sama sekali.
Menghadapi anak dengan batu saluran kemih merupakan dilema klinis.
Khususnya pada anak yang masih sangat kecil. Keprihatinan akan kondisi metabolik atau
potensi batu saluran kemih yang rekuren menambah pentingnya dilakukan suatu
diagnosis yang akurat. Untungnya saat ini keberhasilan mendiagnosa dan terapi sebagian
besar anak dengan penyakit batu saluran kemih dapat dicapai dengan baik.
B. EPIDEMIOLOGI
Penelitian
epidemiologi
memberikan
kesan
seakan-akan
penyakit
batu
Pada anak, batu kalsium yang paling umum ditemukan. Frekuensi rata rata jenis
batu saluran kemih pada kelompok usia anak adalah batu kalsium oksalat (45-75%) dari
seluruh jenis batu pada anak, diikuti kalsium fosfat (14-30%), batu ammonium
magnesium fosfat/struvit (13-24%), sistin (5%), asam urat (4%), endemik (2%), campuran
(2%) dan tipe lain (1%). Pada anak anak penyebab utama pembentukan batu
(hiperkalsiuria dan hiperurikosuria) biasanya dapat diidentifikasi melalui evaluasi.
Meskipun batu pada orang dewasa lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan dengan
wanita (4:1), rasio pada anak jauh lebih dekat, yaitu anak laki laki dibandingkan anak
perempuan (3:2).
C. ETIOLOGI
Berbagai faktor merupakan predisposisi terjadinya batu saluran kemih, seperti
penurunan jumlah air kemih, hiperkalsiuria, pengeluaran pirofosfat di dalam urin atau
natrium dan magnesium, PH urin yang rendah (dimana asam urat dan sistein kurang larut
dalam urin asam), PH urin yang tinggi (dimana struvit dan kalsium fosfat kurang larut
dalam urin basa) dan sebuah nidus untuk prepitasi kristal (misalnya, sifat permukaan
uroepitelial yang mempengaruhi retensi kristal). Pada beberapa keadaan, batu terjadi
sekunder terhadap pembendungan air kemih atau infeksi saluran kemih.
Hiperkalsiuria
Hiperkalsiuria didefinisikan sebagai ekskresi kalsium urin lebih besar dari 4
mg/kg/hari. Definisi mencakup anak-anak dari umur dua tahun sampai orang dewasa,
namun perlu diingat, ekskresi kalsium urin mungkin sedikit lebih tinggi dari standar
ini selama periode pertumbuhan remaja yang cepat. Neonatus dan bayi memiliki
ekskresi kalsium lebih tinggi dan ekskresi kreatinin lebih rendah daripada anak yang
lebih tua.
Kelainan ini dapat menyebabkan hematuria yang diduga akibat kerusakan
jaringan lokal yang dipengaruhi oleh agregasi kristal kecil. Peningkatan ekskresi
kalsium dalam air kemih dengan atau tanpa faktor risiko lainnya, ditemukan pada
setengah dari pembentuk batu kalsium idiopatik. Kejadian hiperkalsiuria idiopatik
diajukan dalam tiga bentuk:
o Hiperkalsiuria absortif ditandai oleh adanya kenaikan absorbsi kalsium dari lumen
usus
o Hiperkalsiuria puasa ditandai adanya kelebihan kalsium, diduga berasal dari
tulang
o Hiperkalsiuria ginjal yang diakibatkan kelainan reabsorpsi kalsium di tubulus
ginjal
Kemaknaan klinis dan patogenesis klasifikasi di atas masih belum jelas. Masalah
hiperkalsiuria idiopatik ini dapat disebabkan oleh: a) diturunkan secara autonom
dominan dan sering dihubungkan dengan kenaikan konsentrasi kalsitriol plasma atau
1,25-dihidroksi vitamin D3 ringan sampai sedang; b) masukan protein tinggi diduga
meningkatkan kadar kalsitriol dan kecenderungan pembentukan batu ginjal. Faktor
yang meningkatkan kadar kalsitriol belum jelas, kemungkinan faktor kebocoran fosfat
dalam air kemih dianggap sebagai kelainan primer. Penurunan kadar fosfat plasma
dianggap akan memacu sintesis kalsitriol. Mekanisme ini dijumpai pada sebagian
kecil pasien.
Dalam beberapa tahun terakhir, anak-anak dengan kejang diterapi dengan diet
ketogenik. Diet ini meningkatkan ekskresi kalsium urin dan menurunkan ekskresi
sitrat urin. Akibatnya, 5% sampai 10% anak yang diterapi dengan diet ketogenik
menderita batu kalsium oksalat dan atau batu asam urat.
Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,
khususnya sitrat, merupakan suatu mekanisme lain untuk timbulnya batu ginjal.
Masukan protein merupakan salah satu faktor utama yang dapat membatasi ekskresi
sitrat. Peningkatan reabsorpsi sitrat akibat peningkatan asam di proksimal dijumpai
pada asidosis metabolik kronik, diare kronik, asidosis tubulus ginjal, diversi ureter
atau masukan protein tinggi. Sitrat pada lumen tubulus akan mengikat kalsium
membentuk larutan kompleks yang tidak terdisosiasi. Hasilnya kalsium bebas untuk
mengikat oksalat berkurang. Sitrat juga dianggap menghambat proses aglomerasi
kristal.
Kekurangan inhibitor pembentukan batu selain sitrat, meliputi glikoprotein yang
disekresi oleh sel epitel tubulus ansa Henle asenden seperti mukoprotein Temm-
Hiperoksaluria
Hiperoksaluria tipe I, atau asiduria glycolic diperkirakan sebagai salah satu
penyebab dari defisiensi enzim sitoplasma -ketoglutarate-glyoxylate carboligase.
Penelitian terbaru yang lebih lanjut telah menemukan bahwa kelainan ini disebabkan
oleh defisiensi atau abnormalitas dari fungsi peroksisomal alanin-glioksilat
aminotransferase pada hati. Enzim ini bereaksi pada glyoxalate dan alanin pada
peroksisomal untuk menghasilkan piruvat dan glycil glutamate-glyocylate transferase adalah suatu enzim sitoplasma yang bereaksi pada glyoxylate sitoplasma
dan glutamate untuk menghasilkan glycil dan 2-oxoglutarate. Peridoksine (vitamin
B6) adalah kofaktor untuk enzim AGT. Oleh karena itu, peridoksine harus menjadi
bagian dari rejimen terapi. Hyperoksaluria juga dihubungkan dengan hiperglikolikaciduria.
Hiperoksaluria primer tipe II disebabkan oleh defisiensi enzim kekurangan
dehidrogenase D-gliserat sitosolik (glioksalat reduktase). Gangguan ini terkait dengan
L-gliserik-aciduria. Dengan kekurangan ekskresi AGT, oksalat dan glikolat
meningkat, menyebabkan urolithiasis dan nefrokalsinosis. Jika pengendapan oksalat
dalam ginjal luas, gagal ginjal mungkin terjadi, bersamaan dengan pengendapan
oksalat diseluruh jaringan tubuh(oksalosis sistemik).
Diagnosis hiperoksaluria membutuhkan tampung urin 24 jam. Normalnya
ekskresi oksalat kurang dari 50 mg/1.73m2/hari. Ekskresi oksalat urin lebih tinggi
pada bayi.
Hiperurikosuria
Hiperurikosuria merupakan suatu peningkatan asam urat air kemih yang dapat
memacu pembentukan batu kalsium, minimal sebagian oleh kristal asam urat dengan
membentuk nidus untuk presipitasi kalsium oksalat atau presipitasi kalsium fosfat.
Sistinuria
Sistinuria adalah sekelompok gangguan transportasi ditandai dengan ekskresi
berlebihan sistin dan asam amino dibasik arginin, lisin, dan ornitin. Diakibatkan oleh
kelainan transportasi sistem membran tertentu yang terletak di membran brushborder pada tubulus proksimal ginjal dan usus kecil. Kristal sistin khas berbentuk
datar, heksagonal, dan tidak berwarna. Anak-anak dengan sistinuria datang dengan
batu saluran kemih sebagai manifestasi tunggal karena kelarutan terbatas dari sistin,
dan anak-anak dengan gangguan ini mungkin menderita dari batu saluran kemih
berulang hingga dewasa.
D. PATOFISIOLOGI
Batu saluran kemih biasanya terjadi akibat gangguan keseimbangan antara bahan
pembentukan batu dengan faktor penghambat. Dan juga diketahui ginjal harus
menghemat air tetapi juga harus mengeskresikan materi yang mempunyai kelarutan yang
rendah. Kedua keperluan yang berlawanan dari fungsi ginjal tersebut harus dipertahankan
keseimbangannya terutama selama penyesuaian terhadap kombinasi diet, iklim dan
aktifitas. Masalahnya sampai seberapa luas kejadian batu berkurang dengan fakta adanya
bahan yang terkandung di urin yang menghambat kristalisasi garam kalsium dan yang
lainnya yang mengikat kalsium dalam komplek larut. Bila urin menjadi sangat jenuh
dengan bahan yang tidak larut (seperti; kalsium, asam urat, oksalat dan sistin) karena
tingkat ekskresi yang berlebihan dan atau karena penghematan air yang ekstrim dan juga
zat protektif terhadap kristalisasi kurang sempurna atau menurun (seperti; pirofosfat,
minuman (misalnya, soft drink) mengandung natrium klorida dan sukrosa. Jenis asupan
cairan dapat mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih.
Urethrolithiasis (batu urethra)
Batu uretra biasanya berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun kebulibuli, kemudian masuk ke uretra. Kebanyakan batu ureteral secara spntan masuk ke bulibuli melewatinya tanpa halangan. Wanita lebih jarang terkena karena uretra yang dimiliki
lebih pendek dan angka kejadian kurang. Bila ditemukan pada wanita biasanya
berasosiasi dengan divertikel urethra.
E. GEJALA KLINIK
Batu diklasifikasikan berdasarkan komposisi mereka. Pengetahuan tentang
komposisi dapat membantu untuk merencanakan terapi pencegahan, namun komposisi
kimia batu biasanya tak ada hubungannya dengan manifestasi klinis. Manifestasi klinis
berhubungan dengan 5 faktor berikut:
Ukuran batu (batu besar cenderung memberikan gejala nyata, meskipun beberapa
hematuria lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua. Gejala nonspesifik (misalnya,
iritabilitas dan muntah) lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda. Berikut ini adalah
5 temuan klinis yang biasa didapat pada penyakit batu saluran kemih anak:
Rasa nyeri intens yang tiba-tiba terjadi di belakang dan memancar ke bawah, terpusat
pada anak yang telah dilakukan, tetapi banyak nephrologist anak mengidentifikasi
baik mikroskopik atau makroskopik, telah dilaporkan pada 33% sampai 90% anak
dengan batu. Hematuria dapat mendahului pembentukan batu pada anak-anak dengan
hiperkalsiuria dan, kadang-kadang dengan hiperoksaluria atau hiperurikosuria. Ketika
batu tersedia untuk analisis, komposisi sering membantu dalam menentukan penyebab
metabolik yang mendasari pembentukan batu.
Ureterolitiasis
Gejala yang ditunjukkan antara lain:
Nyeri yang bersifat kolik hebat sehingga penderita berteriak dan gelisah. Terkadang
nyeri dapat terus-menerus akibat peregangan kapsul ginjal. Biasanya nyeri dimulai
pada daerah pinggang dan menjalar ke arah testis, disertai mual atau muntah, keringat
dingin, pucat dan dapat terjadi renjatan.
Hematuria.
Nyeri ketok daerah pinggang
Vesikolitiasis (batu buli-buli)
Rasa nyeri waktu berkemih (disuria, stranguria). Hematuria kadang-kadang
disertai urin keruh. Pancaran urin tiba-tiba berhenti dan keluar lagi pada perubahan
posisi. Dapat disertai poliakisuria. Pada anak, nyeri miksi ditandai oleh kesakitan,
menangis, menarik-narik penis, miksi mengedan sering diikuti defekasi atau prolapsus
ani.
F. DIAGNOSIS
Anamnesis
Selain gejala klinik diatas, anamnesis harus mencakup pertanyaan-pertanyaan
untuk mengidentifikasi adanya infeksi saluran kemih berulang, nyeri abdomen berulang,
hematuri (makro atau mikroskopik), asupan makanan (misalnya, oksalat, purin, kalsium,
fosfat, fruktosa, protein hewani), asupan obat (misalnya, obat antikanker, glukokortikoid,
allopurinol, diuretik loop), asupan vitamin (A, D), asupan cairan, jenis minuman yang
biasa diminum (misalnya, air, susu, teh, soft drink).
Anamnesis juga harus mencakup riwayat penyakit kronis (misalnya, asidosis
tubulus ginjal, penyakit radang usus (inflammatory bowel disease), sindrom usus pendek
(short-gut syndrome), kejang, dan fibrosis kistik) riwayat bedah urologi sebelumnya
(misalnya, transplantasi ginjal), atau riwayat imobilisasi.
Karena beberapa penyakit batu ginjal mungkin diwarisi, sangatlah penting untuk
menanyakan sejarah penyakit anggota keluarga yang berhubungan dengan batu saluran
kemih. Dalam beberapa laporan, sebanyak 70% dari anak-anak dengan hiperkalsiuria
idiopatik memiliki riwayat anggota keluarga yang memiliki penyakit batu saluran kemih.
Penyebab hiperkalsiuria idiopatik tidak diketahui, tetapi dapat diturunkan sebagai sifat
dominan autosom.
Kondisi diwariskan lainnya yang harus dipertimbangkan meliputi sistinuria, cacat
resesif autosomal terkait transportasi asam amino yang mengarah ke batu sistin pada
ginjal, glycinuria, defek tubulus ginjal yang diwariskan dapat menyebabkan kejadian batu
oksalat; xanthinuria (penyakit resesif autosomal yang menghasilkan batu xanthine) dan
Oksalosis
IBD
Fibrosis kistik
Pengecualian terhadap temuan normal pada pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
o
Rakitis, batu saluran kemih sebagai bagian dari penyakit Dent (Dent disease)
Pemeriksaan Penunjang
Pada anak-anak, pemeriksaan laboratorium hanya menyediakan bukti sugestif dari
batu ginjal, namun, pemeriksaan laboratorium tertentu (misalnya, kalsium atau ekskresi
asam urat) dapat sangat membantu dalam mengidentifikasi faktor risiko pembentukan
batu. Pencitraan radiologi sangat berharga, penilaian langsung batu sangat penting.
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada anak-anak yang diidentifikasi atau dicurigai memiliki penyakit batu saluran
kemih, pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi:
Hitung darah lengkap (Complete Blood Count)
Elektrolit, BUN, kreatinin, kalsium, fosfor, alkali fosfatase, asam urat, protein
total, albumin, hormon paratiroid (PTH), dan tingkat metabolit vitamin D.
Urinalisis dan kultur urin, termasuk rasio kalsium, asam urat, oksalat, sistin, sitrat,
dan magnesium untuk kreatinin.
Tes urin, termasuk tampung urin 24 jam untuk kalsium, fosfor, magnesium,
oksalat, sitrat, asam urat, sistin, protein, dan kreatinin clearance.
2. Radiologi
Ultrasonografi ginjal sangat efektif untuk mengidentifikasi batu di saluran kemih.
Umumnya, USG digunakan sebagai pemeriksaan pertama. USG tidak sensitif seperti
CT scan dalam mendeteksi batu kecil atau batu pada saluran kencing. Jika tidak
ditemukan batu pada pemeriksaan USG, tetapi gejala terus berlangsung, CT-scan
dapat dilakukan. CT-scan tanpa kontras adalah tes yang paling sensitif untuk
mengidentifikasi batu di saluran kemih. CT-scan merupakan pencitraan yang aman,
cepat, dan telah terbukti memiliki sensitivitas 97% dan spesifisitas 96%.
Lokasi batu antara lain pada pelvis ginjal dan/atau kaliks ginjal atau ureter dan
dalam kandung kemih. Kalsifikasi saluran kemih yang paling umum adalah batu
yang bermigrasi turun dari ginjal. Batu-batu ini biasanya terjepit pada struktur
anatomi yang sempit. Deteksi batu ureter dengan ultrasonografi adalah sulit, tetapi
batu mungkin menyebabkan obstruksi (hidroureter atau hidronefrosis) dan dengan
demikian, dicurigai sebagai batu ureter walaupun secara visualisasi sulit terlihat.
Sebagian besar batu dapat dicitrakan CT scan tanpa menggunakan agen kontras.
Namun, ketika dipertimbangkan adanya obstruksi atau batu dengan densitas rendah
yang sulit diamati atau detail dari struktur anatomi saluran kemih dibutuhkan, agen
kontras (CT urografi, pielografi intravena, ureteroskopi/ pielografi retrograd, atau
agresif.
Sebuah batu yang benar-benar menghambat pengeluaran kandung kemih
sebaiknya diterapi dengan kateterisasi menggunakan kateter Foley. Setelah urin keluar
seluruhnya, tindakan pengeluaran batu dengan vesikostomi, sistoskopi atau litotripsi
biasanya ditentukan oleh ahli bedah urologi pediatrik. Anak-anak dengan batu
asimtomatik yang terdeteksi secara kebetulan pada pemeriksaan penyakit yang lain, harus
dilakukan tes darah dan urin untuk mengidentifikasi adanya kelainan metabolik.
Imobilitas yang lama dapat berkontribusi untuk pembentukan batu saluran kemih
pada beberapa anak. Umumnya, anak-anak dengan penyakit dan cedera harus
dimobilisasi secepat mungkin. Tidak ada pembatasan aktivitas diperlukan dalam
urolitiasis. Adanya batu disertai infeksi dan obstruksi saluran kemih merupakan keadaan
darurat bedah.
1. Agen alkali
Agen alkali digunakan untuk meningkatkan pH urin dan/atau meningkatkan kadar
sitrat dalam urin pada anak dengan hipositraturia. Manfaat ini memiliki
kecenderungan untuk meningkatkan kelarutan beberapa mineral.
a. Natrium sitrat dan asam sitrat (Cytra-2, Liqui-Dual Citra).
Natrium sitrat dan campuran asam sitrat diindikasikan untuk asidosis
metabolik sistemik (misalnya, asidosis tubulus ginjal), alkalinisasi urin, atau
hypositraturia. Kandungannya adalah dinatrium sitrat. Diberikan secara oral dan
dimetabolisme menjadi bikarbonat oleh hati. Sediaan mengandung 500 mg
natrium sitrat dan 334 mg asam sitrat per 5 mL (1 mEq kalium dan 1 mEq natrium
per 1 mL).
b. Natrium sitrat dan campuran kalium sitrat (Citra-3, Tricitrates)
Natrium sitrat dan campuran kalium sitrat diindikasikan untuk pengobatan
asidosis metabolik sistemik, alkalinisasi urin, atau hipositraturia. Diberikan secara
oral dan dimetabolisme menjadi bikarbonat oleh hati. Setiap 5 mL sediaan
mengandung natrium sitrat 500 mg, asam sitrat 334 mg, dan kalium sitrat 550 mg
(masing-masing berisi 1 ml mEq kalium, 1 mEq natrium, dan 2 mEq bikarbonat).
2. Diuretik
Agen ini digunakan untuk mengurangi ekskresi kalsium urin.
Hydroklorotiazid (Microzide, Oretic)
Hidroklorotiazid dapat menurunkan ekskresi kalsium urin. Dengan menurunkan kadar
kalsium urin, risiko kalsium membentuk kompleks dengan anion (oksalat dan fosfat)
berkurang.
3. Xanthine oksidase inhibitor
Inhibitor oksidasi xanthine digunakan untuk menurunkan kadar asam urat urin untuk
anak-anak dengan asam urat atau batu kalsium-urat ginjal.
segera dirujuk kepada seorang urolog pediatrik untuk drainase, pengobatan antibiotika,
dan perawatan suportif.
Pembedahan untuk pengeluaran batu dilakukan oleh ahli bedah urolog anak.
Teknik pengeluaran batu yang digunakan biasanya tergantung pada ukuran dan lokasi
batu. Pembedahan yang dilakukan dapat berupa ekstraksi batu ureteroskopi, nefrolitotomi
perkutan, bedah batu terbuka, dan/atau extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL).
Modifikasi diet
Peran keseluruhan diet adalah untuk masukan bahan makanan yang memadai bagi
pertumbuhan dan metabolisme tanpa masukan material yang relatif tidak larut dan
dikeluarkan lewat ekskresi urin. Pengaturan diet dapat dilakukan dengan:
Kurangi masukan protein. Masukan protein yang tinggi dapat meningkatkan ekskresi
kalsium, ekskresi asam urat dan menurunkan sitrat dalam air kemih.
Masukan kalsium memiliki efek paradoks pada pembentukan batu. Diet tinggi
kalsium diperkirakan dapat menimbulkan penyakit batu. Namun meskipun demikian,
pembatasan masukan kalsium berlebihan kurang dianjurkan. Penurunan kalsium
intestinal bebas akan menimbulkan peningkatan absorbsi oksalat oleh pencernaan,
peningkatan ekskresi oksalat dan peningkatan saturasi kalsium oksalat air kemih.
Pertimbangan diet tergantung pada jenis batu. Asupan cairan yang tinggi
6,19
membantu untuk pengaturan jenis diet khusus ini. Tujuannya adalah untuk menurunkan
kalsium urin sehingga tidak ada batu baru terbentuk tanpa menghasilkan kekurangan
kalsium.
Dalam beberapa kasus, diet yang mengandung kadar kalsium lebih rendah dari
RDA mungkin diperlukan. Jika diet ini dipertimbangkan, orang tua dan anak harus
diberikan pemahaman mengenai risiko yang dapat terjadi dibandingkan keuntungan yang
didapat (yaitu potensi kekurangan kalsium dibandingkan potensi penurunan produksi
batu).
Pada anak dengan hiperkalsiuria, membatasi natrium berdasarkan RDA sesuai
umur memberikan manfaat yang lebih. Dalam sebuah penelitian pada pasien dewasa pada
tahun 2002, Borghi dkk melaporkan bahwa natrium dan pembatasan protein hewani lebih
efektif dalam mengurangi pembentukan batu kalsium dari pembatasan kalsium. Untuk
membatasi asupan natrium anak berdasarkan RDA dan asupan protein hewani adalah
tidak berbahaya dan dapat membantu sehubungan dengan pembentukan batu.
Anak-anak dengan hiperurikosuria mungkin mendapatkan
manfaat dari
menghindari makanan yang kaya purin. Menurunkan asupan purin sesuai RDA dapat
menurunkan asam urat serum dan ekskresi asam urat lewat urin. Pada anak dengan
kelainan bawaan terkait metabolisme purin, penurunan asupan purin saja tidak
menormalkan ekskresi asam urat urin.
Modifikasi diet ini dimaksudkan untuk mengurangi komponen batu pada ekskresi
air kemih, tetapi hendaknya berhati-hati untuk tidak melakukan pembatasan diet yang
berlebihan sehingga mengakibatkan kekurangan gizi pada anak.
Konsultasi
Konsultasi dengan ahli gizi pediatrik, nephrologist pediatrik, dan seorang ahli
bedah urologi pediatrik biasanya diperlukan. Umumnya, sebuah nephrologist pediatrik
paling berpengalaman dengan evaluasi dan pengelolaan penyakit batu ginjal pada anakanak. Konsultasi dengan ahli bedah urologi pediatrik dilakukan untuk anak yang mungkin
perlu dilakukan extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL), nefrolitotomi perkutaneus
(percutaneous nephrolithotomy), ureteroskopi (ureteroscopy), atau operasi terbuka.
H. KOMPLIKASI
batu
ginjal
(misalnya,
sindrom
Lesch-Nyhan,
oxalosis)
dapat
mengakibatkan kematian dari masalah yang terkait dengan penyakit primer atau
komplikasi dari gagal ginjal. Batu terinfeksi dapat menyebabkan urosepsis dan kematian.
Obstruksi lengkap yang tidak diobati dapat menyebabkan gagal ginjal.
Kolik ginjal akut sangat menyakitkan terutama pada anak-anak. Batu disertai
infeksi dapat menghasilkan nyeri serta sepsis. Anak-anak yang menderita batu saluran
kemih disertai kolik ataupun batu saluran kemih yang membutuhkan terapi yang
menimbulkan rasa sakit seperti pengeluaran batu urologi atau extracorporeal shockwave
lithotripsy (ESWL) bisa mengalami morbiditas yang sulit.
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki berumur 4,5 tahun masuk ke Bangsal Bedah RSUD Dr. Achmad
Muchtar Bukittinggi pada tanggal 15 April 2015 dengan :
Keluhan Utama : Nyeri saat BAK sejak 1 minggu yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
-
Awalnya pasien sering mengeluhkan buang air kecil berdarah sejak 1 tahun yang lalu,
namun keluhan dirasakan hilang timbul.
Kebiasaan suka meminum minuman bersoda tidak ada. Pasien rata-rata minum air putih
2-3 gelas perhari.
Pemeriksaan Fisik :
- Keadaan umum
- Kesadaran
: CMC
- Nadi
: 92x/menit
- Nafas
: 22x/menit
- Suhu
: 36,7oC
Status Generalis
Mata
Telinga
Hidung
Leher
Torak
:
Jantung : I : iktus kordis tak terlihat
Pa : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Pe: ukuran jantung dalam batas normal
Au : irama teratur,bising tidak ada
Paru : I : normochest, pergerakan simetris kiri dan kanan
Pa : fremitus sama kiri dan kanan
Pe : sonor
Au : vesikuler, rhonki tidak ada,wheezing tidak ada
Kiri
Kanan
Ramping pinggang
Ballotemen
Regio Suprapubik :
Inspeksi : blast tidak menonjol, tanda radang (-)
Palpasi : nyeri tekan (+)
Regio Genitalia Eksterna :
Inspeksi : discharge (-), tanda radang (-)
Palpasi : nyeri tekan (+)
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
: Hb
Urinalisa
: 11, 2 %
Leukosit
: 7310/mm3
Trombosit
: 388000/mm3
Kimiawi
Rontgen BNO
Tampak bayangan radioopak di proyeksi kandung kemih. Kesan vesikolithiasis.
Diagnosis Kerja : Suspek Vesikolithiasis
Rencana Terapi : Sectio Alta
FOLLOW UP :
Tanggal 20/4/2015
S/ demam (-)
nyeri saat BAK berkurang
nyeri perut (-)
kateter terpasang baik
BAK dari kateter
O/ KU
sedang
kes
sadar
nadi
nafas
92x/i 22x/i
suhu
36,80C
kes
sedang
sadar
nadi
nafas
90x/i 24x/i
suhu
36,50C
BAB III
DISKUSI
Kasus di atas didiagnosis sebagai vesikolithiasis pada anak. Dasar dari diagnosis pada
pasien ini adalah dari anamnesis didapatkan adanya nyeri saat BAK sejak 1 minggu yang lalu.
Awalnya pasien sering mengeluhkan BAK berdarah sejak 1 tahun yang lalu, namun keluhan
dirasakan hilang timbul. Ibu pasien juga mengeluhkan saat BAK pasien pancarannya lemah.
Pada pasien tidak ditemukan riwayat BAK keluar darah, pasir atau nanah. Juga tidak ditemukan
nyeri pinggang, demam atau riwayat trauma sebelumnya. Pasien tidak memiliki kebiasaan suka
meminum minuman namun kesehariannya pasien rata-rata minum air putih hanya 2-3 gelas per
hari. Kebiasaan pasien yang jarang meminum air putih ini dicurigai merupakan faktor resiko
utama penyakit pada pasien.
Dari pemeriksaan fisik secara generalist dan sistemik tidak ditemukan kelainan.
Sedangkan pada pemeriksaan lokalis pada regio suprapubik ditemukan nyeri tekan walaupun
tanpa adanya penonjolan blast, hal ini menunjukkan tidak ada retensio urine total pada pasien.
Pada region genitalia eksterna juga ditemukan nyeri tekan tanpa ditemukan adanya discharge
ataupun tanda peradangan. Dari pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin ditemukan
dalam batas normal sedangkan urinalisa rutin peningkatan kadar eritrosit, leukosit, protein dan
juga ditemukan darah samar dari urine pasien. Dari pemeriksaan radiologi rontgen BNO,
ditemukan tampak bayangan radioopak di proyeksi kandung kemih dengan kesan vesikolithiasis
Pada pasien ini direncanakan operasi elektif section alta untuk mengevakuasi batu pada
buli-buli pasien. Operasi ini dilakukan dengan membelah buli-buli lalu dilakukan evakuasi batu
dan digunakan kateter urin sementara untuk membantu BAK pasien selama buli-buli belum
tertutup sempurna. Selain itu juga diberikan terapi diet dan medikamentosa diet MB 1300 kkal,
cefadroxyl cyr 2x2cth p.o dan paracetamol cyr 2x250mg p.o. Pasien diperbolehkan pulang pada
hari ketiga post-op dengan kateter urin masih terpasang dan diharuskan kontrol ulang ke Poli
Bedah 2 minggu kemudian untuk melihat luka operasi dan mengantisipasi jika terjadi efek
samping..