Você está na página 1de 9

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

DAN MAKE A MATCH DALAM MATA PELAJARAN TEKNIK ANIMASI


DUA DIMENSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PROGRAM
KEAHLIAN MULTIMEDIA KELAS XI
SMK NEGERI 1 BOYOLANGU
Selly Handik Pratiwi
Syaad Patmanthara
Hari Putranto
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang No.5 Malang
ABSTRAK: Berdasarkan hasil observasi pada kelas XI MM di SMK Negeri 1
Boyolangu diperoleh informasi bahwa dalam proses belajar mengajar sekolah ini
menggunakan metode pembelajaran Make a Match tersebut kebanyakan masih bersifat
konvensional, sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran dan akirnya
menyebabkan keaktifan siswa kurang. Pemilihan model pembelajaran sangat menentukan
kualitas pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sesuai digunakan sebagai
alternatif dalam membelajarkan materi Teknik Animasi Dua Dimensi adalah model
pembelajaran berbasis proyek . Pembelajaran Project Based Learning merupakan model
pembelajaran yang menekankan pada peningkatan kemampuan siswa dalam menganalisa
dan berfikir kritis.
Kata kunci: PBL, Make a Match, hasil belajar.

ABSTRACK: Based on the results of observation in class XI in SMK Negeri 1


Boyolangu obtained information that in this school of teaching and learning using
learning methods Make a Match that most still conventional, so students are less
interested in following lessons and akirnya cause liveliness students less.
Selection of model learning largely determine the quality of learning. One of the
appropriate learning model used as an alternative in membelajarkan Twodimensional Animation Technique material is a project-based learning model.
Learning Project Based Learning is a learning model that emphasizes on
improving students ' ability in analyzing and thinking critically.
Keywords: PBL, Make a Match, the results of the study.

Artikel Skripsi Selly Handik Pratiwi

PENDAHULUAN
Pendidikan di sekolah
mempunyai tiga variabel yang saling
berkaitan yaitu kurikulum, guru dan
proses belajar. Proses belajar
mengajar sebagai realisasi
pelaksanaan kurikulum merupakan
inti dari proses pendidikan formal di
sekolah yang didalamnya terdajadi
interaksi guru dan siswa. Dalam
proses belajar mengajar seorang guru
diharapkan mampu menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan
agar siswa terdorong untuk belajar
sehingga apa yang diajarkan dapat
dipahami oleh seluruh siswa. Tetapi
hal tersebut tidak dapat begitu saja
tercapai dengan mulus tanpa
hambatan satupun.
Guru sangat memegang
peranan penting terhadap proses
belajar siswa melalui pembelajaran
yang dikelolanya. Untuk itu guru
perlu menciptakan kondisi yang
memungkinkan terjadinya proses
interaksi yang baik dengan siswa,
agar mereka dapat melakukan
berbagai aktifitas belajar dengan
efektif. Dalam menciptakan interaksi
yang baik diperlukan adanya
tanggung jawab yang tinggi dari guru
dalam usaha membangkitkan prestasi
siswa dalam belajar. Salah satu yang
menentukan kualitas pembelajaran
adalah penggunaan model
pembelajaran yang tepat dengan
materi yang diajarkan.
Berdasarkan hasil observasi
pada kelas XI MM di SMK Negeri 1
Boyolangu diperoleh informasi bahwa
dalam proses belajar mengajar
sekolah ini menggunakan metode
pembelajaran Make a Match tersebut
kebanyakan masih bersifat
konvensional, sehingga siswa kurang
tertarik dalam mengikuti pelajaran
dan akirnya menyebabkan keaktifan

siswa kurang. Dari hasil wawancara


dengan salah satu siswa, guru hanya
memberikan berupa materi dalam
power point dan disuruh merangkum
materi yang telah disajikan dalam
power point, jarang sekali ada project
yang diberikan. Sesekali guru
menyuruh siswa untuk belajar
kelompok, tapi masih ada siswa yang
tidak ikut berperan aktif dalam
pembelajaran ini karena masih sedikit
siswa yang mengajukan
pertanyaan/menanggapi pertanyaan.
Hal tersebut menyebabkan hasil
belajar yang diperoleh sebagian siswa
belum memenuuhi kriteria kelulusan
minimal yaitu 78 karena dalam model
pembelajaran make a match guru
hanya menyuruh siswa untuk
berkelompok,berdikusi,membuat
pertanyaan dari hasil sajian materi
power point tanpa adanya proyek
mengingat materi yang diajarkan
adalah Teknik Animasi Dua Dimensi
yang memerlukan banyak latian
proyek.
Pemilihan model
pembelajaran sangat menentukan
kualitas pembelajaran. Salah satu
model pembelajaran yang sesuai
digunakan sebagai alternatif dalam
membelajarkan materi Teknik
Animasi Dua Dimensi adalah model
pembelajaran berbasis proyek .
Pembelajaran Project Based Learning
merupakan model pembelajaran yang
menekankan pada peningkatan
kemampuan siswa dalam menganalisa
dan berfikir kritis. Explorative,
bekerja dalam kelompok, dan
keterampilan komunikasi merupakan
landasan untuk mengembangkan
kedua kemampuan tersebut. Dalam
model pembelajaran ini, sekelompok
siswa diminta untuk mengerjakan
suatu proyek dengan hasil yang jelas
yaitu nilai,pengetahuan, dan skills.

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi

Guru bertindak sebagai fasilitator,


memberikan feedback secara
bertahap, menilai proses kisi-kisi
penilaian terkait dengan penumbuhan
skills tersebut. Jadi model
pembelajaran Project Based Learning
ini merupakan proses pembelajaran
berbasis pada sebuah proyek yang
menuntut siswa untuk lebih
berkembang dan menyalurkan
kreatifitasnya dengan menyelesaikan
proyek tersebut untuk menghasilkan
suatu produk yang tentu saja berguna
dan mempunyai daya guna yang
tinggi. Model pembelajaran ini
didukung dengan penelitian terdahulu
dan berhasil meningkatkan hasil
belajar siswa. Penelitian yang
dilakukan Oktaviani (2013) yang
berjudul Peningkatan Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Praktik
Kerja Kayu melalui Pembelajaran
Project Based Learning di SMK
Negeri 1 Singosari menyatakan
bahwa (1) Proses pembelajaran
dengan menggunakan PBL dapat
meningkatkan aktivitas kegiatan
belajar siswa pada siklus I dan siklus
II, dan (2) Model pembelajaran PBL
dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada siklus I sebesar 69% dan
pada siklus II mencapai 97%.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar
yang terjadi pada siklus I ke siklus II
yaitu mencapai 28%.
Explorative, bekerja dalam
kelompok,
dan
keterampilan
komunikasi merupakan landasan
untuk
mengembangkan
kedua
kemampuan tersebut. Dalam model
pembelajaran
ini,
sekelompok
pebelajar diminta untuk mengerjakan
suatu proyek dengan hasil yang jelas
yaitu skills.
Berdasarkan
beberapa
penelitian
model
pembelajaran
Project Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar pebelajar,

hal ini didukung oleh hasil penelitian


yang dilakukan oleh Noviandari
(2012), dan Pangestuti (2012).
METODE
Penelitian ini termasuk jenis
penelitian eksperimen semu (quasi
experiment) type pretest-posttest
control group design. Rancangan
eksperimen semu bertujuan untuk
mengungkapkan hubungan sebab
akibat dengan cara melibatkan kelas
PBL dan kelas Make a Match.
Rancangan ini menggunakan pretest
untuk mengetahui kemampuan awal
siswa dan posttest untuk mengetahui
hasil belajar siswa setelah diberi
perlakuan kedua model pembelajaran.
Tabel 1. Rancangan Eksperimen
Kelompok
PrePerlatest
kuan
Eksperimen
Y1
X1

Posttest
Y2

Kontrol

Y2

Y2

X2

Variabel penelitiaan ini adalah


pembelajaran PBL dan Make a Match
sebagai variabel bebas dan variabel
terikatnya adalah hasil belajar.
Populasi penelitiannya yaitu seluruh
siswa kelas XI SMK Negeri 1
Boyolangu Tulungagung tahun ajaran
2014/2015. Sampel penelitian ini
adalah kelas XI MM 1 dengan jumlah
33 sebagai kelas eksperimen dan
kelas XI MM 2 dengan jumlah 33
sebagai kelas kontrol.
Instrumen penelitian yang
digunakan yaitu instrumen perlakuan
yang meliputi: (1) Silabus, (2) RPP,
(3) bahan ajar. Sedangkan instrumen
pengukuran meliputi: (1) Lembar
observasi digunakan untuk mengukur
kemampuan belajar siswa dalam
ranah afektif dan psikomotorik
selama mendapatkan perlakuan, (2)
Instrumen tes yaitu pre-test digunakan

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi

untuk mengukur prestasi belajar siswa


sebelum dan post-test sesudah diberi
perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran PBL dan Make a
Match.
Uji instrumen meliputi: (1) uji
validitas
isi
untuk
mengukur
kevalidan soal yang dibuat pretest dan
posttest, (2) validasi butir soal, (3) uji
reabilitas tes, (4) uji tingkat kesukaran
butir soal, dan (5) uji daya beda butir
soal.
Teknik analisis data berupa uji
prasyarat analisis yang meliputi: (1)
uji normalitas yang bertujuan untuk
mengetahui apakah data terdistribusi
normal atau tidak, (2) uji homogenitas
digunakan
untuk
mengetahui
homogen atau tidaknya data ang
dianalisi, (3) uji kesamaan dua ratarata untuk membuktikan kemampuan
awal pada kedua sampel, dan (4) uji
perbedaan antara kemampuan awal
dan akhir siswa.
Uji hipotesis digunakan untuk
mengetahui
apakah
terdapat
perbedaan hasil belajar dari ranah
pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang menggunakan analisis uji-t
sedangkan untuk efektifitasnya.
HASIL
Validitas isi dilakukan oleh
ahli dari SMKN 1 Boyolangu
Tulungagung yaitu Siti Afidah,
S.Kom. sebagai guru Teknik Animasi
Dua Dimensi dan dosen di
Universitas Negeri Malang yaitu Dr.
Ir. H. Syaad Patmantara, M.Pd. dan
Drs. Hari Putranto.. Hasil validasi isi
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2 Hasil Validasi Isi dari Ahli
No.

Validator

Siti Afidah,
S.Kom.
Dr. Ir. H.

Presentase
(%)
97,3
91,35

RataRata
93,7

Syaad
Patmantara,
M.Pd.
Drs. Hari
Putranto

92,5

Hasil validasi butir soal dapat


dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
Butir Soal
1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 12,

Keterangan
Valid

13, 16, 17, 18, 19, 20, 21,


22, 23, 24
6, 11,14,15,25

Tidak Valid

Hasil uji reabilitas soal dapat


dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4 Hasil Uji Reabilitas
Cronbachs Alpha
Jumlah soal
0,938
25

Hasil uji kesukaran butir soal


dapat dlihat pada Tabel 5 sebagai
berikut:
Tabel 5 Hasil Perhitungan Tingkat
Kesukaran Butir Soal
Butir Soal
Keterangan
1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14
Sedang
,15,16,17,18,
19,20,21,22,23,24,25
Sukar
6

Hasil uji daya beda dapat


dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal
Nomor Soal
Keterangan
6
Cukup
11,14,15,25
Baik
1,2,3,4,5,9,10,12,13,16,17,1
Baik Sekali
8,19,20,21,22,23,24

Hasil analisis uji normalitas


kemampuan awal dan hasil belajar
menggunakan pemrograman SPSS 16
for Windows yaitu KolmogorovSmirnov pada Tabel 7 dan 8 sebagai
berikut:
Tabel 7 Uji Normalitas Kemampuan Awal
Kelas
N Mea
Std
Asymp
n
devias -Sig
i
Eksperimen 33 50,61 10,589 0,032

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi

Kontrol

33

49,09

14,001

0,289

Tabel 8 Uji Normalitas Hasil Belajar


Kelas
N Mea
Std
Asymp
n
devias -Sig
i
Eksperimen 33 67,42 12,319 0,238
Kontrol
33 50,76 14,368 0,516

Hasil
uji
homogenitas
kemampuan awal hasil belajar pada
penelitian ini dianalisis menggunakan
bantuan program SPSS versi 16 for
Windows menggunakan Test of
homogeneity of variance pada Tabel 9
dan 10 sebagai berikut :
Tabel 9 Uji Homogenitas Kemampuan
Awal
Kelas
N
Fhitung
Ftabel Asym
-Sig
Eksperimen 33
3,042 4,01 0,086
Kontrol
33
Tabel 10 Uji Homogenitas Hasil Belajar
Kelas
N Fhitung Ftabel Asymp
-Sig
Eksperimen 33
2,071 4,01 0,105
Kontrol
33

Hasil uji kesamaan dua rata-rata


dimaksudkan untuk mengetahui sama
tidaknya kemampuan awal dari kelas
eksperimen dengan kelas kontrol.
Pengujian dilakukan menggunakan
bantuan SPSS versi 16 for Windows
yaitu Independent Sample Test pada
Tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Kelas

Eksperimen 33
Kontrol
33

thitung

ttabel

2,071

1,671
5

AsympSig
0,622

Uji hipotesis pada penelitian


ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan yang signifikan
pada hasil belajar Teknik Animasi
Twenning
antara
siswa
yang
menerapkan model Project based
Learning (PBL) dengan siswa yang

menerapkan model Make a Match .


Penelitian ini menggunakan bantuan
bantuan SPSS versi 16 for Windows
yaitu Independent Sample T-Test pada
Tabel 12 sebagai berikut:
Tabel 12 Uji Hipotesis
Kelas
N thitung
Eksperimen
Kontrol

33
33

3,042

ttabel

Asymp
-Sig

1.670

0,086

PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Belajar Model
Pembelajaran Make a Match
Deskripsi hasil belajaran
model pembelajaran Make a Match
model pembelajaran make a match
adalah sistem pembelajaran yang
mengutamakan penanaman
kemampuan sosial terutama
kemampuan bekerja sama,
kemampuan berinteraksi disamping
kemampuan berpikir cepat melalui
permainan mencari pasangan dengan
dibantu kartu. Langkah berikutnya
adalah guru membagi komunitas
kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok
pertama merupakan kelompok
pembawa kartu-kartu berisi
pertanyaan. Kelompok kedua adalah
kelompok pembawa kartu-kartu berisi
jawaban-jawaban. Kelompok ketiga
adalah kelompok penilai. Aturlah
posisi kelompok-kelompok tersebut
berbentuk huruf U. Upayakan
kelompok pertama dan kedua berjajar
saling berhadapan. (Suprijono,
2014:94)
Hasil belajar siswa didapatkan
dari nilai rata-rata hasil belajar
kognitif melalui posttest yaitu pada
Lampiran 12 saat kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan data nilai
rata-rata hasil belajar kelas kontrol
yang menggunakan model
pembelajaran Make a Match

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi

menunjukan pencapaian yang lebih


rendah dari kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajran
Project Based Learning (PBL).
Hal tersebut terjadi karena
ketika pembelajaran kelompok
dilakukan mereka pada beberapa
kelompok ditemukan siswa yang
kurang bersungguh-sungguh dan
bergantung pada teman yang pandai
di kelompoknya sehingga ketika
penilaian individu dilakukan
pencapaian hasil belajar kognitif yang
mereka dapatkan rendah dan
mempengaruhi nilai rata-rata kelas
secara keseluruhan.
Penggunaan model
pembelajaran Make a Match terbukti
dapat meningkatkan nilai rata-rata
hasil belajar siswa meskipun tidak
sebaik model PBL. Meskipun terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar
siswa namun selama menggunakan
model ini sebagian besar siswa di
dalam kelompoknya terlihat masih
bergantung terhadap siswa yang
pandai dan rajin dalam pengerjaan
tugas kelompok. Dengan demikian,
hanya siswa yang benar-benar
mengerjakan tugas yang memiliki
pemahaman tinggi terhadap materi
diskusi. Meskipun hasil belajar
kognitif yang didapatkan lebih rendah
dari kelas eksperimen yang
menggunakan model PBL. Pada kelas
yang menggunkan model
pembelajaran Make a Match interaksi
social mereka tampak pada kegiatan
diskusi ditandai dengan adanya sikap
saling menghargai hasil pemikiran
atau pendapat siswa satu dengan yang
lainnya serta saling kerjasama agar
kelompoknya dapat menjadi
kelompok yang terbaik.
B. Deskripsi Hasil Belajar Model
Pembelajaran PBL

Pada hakikatnya, model


Pembelajaran Berbasis Proyek
(Project Based Learning) adalah
model pembelajaran yang secara
langsung melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran melalui kegiatan
penelitian untuk mengerjakan dan
menyelesaikan suatu proyek
pembelajaran tertentu (Abidin, 2014 :
167)
Tahapan pertama dalam
model PBL adalah guru
menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa, serta memutarkan
video yang menunjang materi
pembelajaran. Tahapan berikutnya
guru membagi siswa ke dalam
kelompok heterogen beranggotakan 5
siswa yang terdiri dari berkemampuan
tinggi, sedang, dan rendah
berdasarkan kemampuan yang
dimiliki siswa pada proses
pembelajaran sebelumnya yang
diperoleh dari guru mata pelajaran.
Selanjutnya guru memberikan tugas
proyek yang harus diselesaikan.
Setelah proyek selesai dikerjakan,
setiap kelompok mempresentasikan
serta menguji hasil proyek masingmasing kelompok.
Pada saat pembelajaran guru
berperan sebagai fasilitator,
menyediakan bahan dan pengalaman
bekerja, mendorong siswa berdiskusi
dan memecahkan masalah, dan
memastikan siswa tetap bersemangat
selama mereka melaksanakan proyek.
Hasil belajar siswa didapatkan
dari nilai posttest, berdasarkan data
rata-rata hasil belajar pada Lampiran
12 dapat diketahui nilai rata-rata
hasil belajar kognitif kelas
eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran PBL lebih tinggi
dari kelas kontrol yang menggunkan
model Make a Match. Penggunaan
model Pembelajaran PBL terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi

siswa pada ranah kognitif karena


menunjukkan kenaikan nilai rata-rata
hasil belajar jika dibandingkan
dengan nilai rata-rata pretest yang
dilakukan sebelumnya.
Kemampuan pada ranah
psikomotor berhubungan dengan
Kompetensi Dasar pada Kurikulum
2013 KD-4 yaitu Penugasan proyek,
mencoba dan mempresentasikan.
Aspek ini dinilai sesuai dengan
indikator-indikator pada tema
pembelajaran Papan Rangkaian
Tercetak (PRT). Nilai rata-rata ranah
psikomotor pada kelas eksperimen
lebih tinggi daripada nilai nilai ratarata ranah kognitifnya disebabkan
karena siswa pada Sekolah Menengah
Kejuruan lebih tertarik pada pelajaran
yang bersifat praktek daripada teori.
Siswa pada kelas eksperimen dengan
menggunakan model PBL melakukan
pengerjakan proyek sesuai pembagian
tugas masing-masing dalam
kelompok.
Kemampuan pada ranah
afektif berhubungan dengan
Kompetensi Dasar pada Kurikulum
2013 KD-2 yaitu sikap dan tanggung
jawab. Berdasarkan hasil pengamatan
ketika pembelajaran PBL
berlangsung, siswa lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk
menyelesaiakn tugas proyek yang
diberikan sehingga setiap individu
didalam kelompok berusaha
menyelesaikan tanggungjawab
masing-masing agar kelompoknya
berhasil menjadi kelompok yang
terbaik.
C. Perbedaan Hasil Belajar Siswa
Menggunakan Model
Pembelajaran PBL dan Make a
Match
Dari perolehan data yang
dilakukan bahwa nilai post test
tertinggi kelas eksperimen 95,00, nilai

terendah 40,00 , dan skor rata-rata


yang diperoleh 67,42. Sedangkan
nilai post test tertinggi kelas kontrol
75,00, nilai terendah 25,00 , dan skor
rata-rata yang diperoleh 50,76. Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa
tingkat pemahaman pada kelas
eksperimen lebih optimal daripada
kelas kontrol. Selain itu, setelah
dilakukan uji-t hasil belajar diperoleh
hasil thitung 3,042 dan ttabel dengan
derajat kebebasan 58 dan taraf
signifikansi 5% adalah 1.670
sehingga diperoleh thitung > ttabel (3,042
> 1.670) maka H0 ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan
hasil belajar yang signigfikansi antara
siswa yang diajar dengan metode
pembelajaran berbasis proyek dengan
siswa yang diajar dengan metode
Make a Match.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan yang telah diuraikan,
maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Siswa cenderung senang
menggunakan model
pembelajaran Project Based
Learning karena merupakan
model pembelajaran yang
menekankan pada peningkatan
kemampuan siswa dalam
menganalisa dan berfikir kritis.
Explorative, bekerja dalam
kelompok, dan keterampilan
komunikasi merupakan landasan
untuk mengembangkan kedua
kemampuan tersebut. Dalam
model pembelajaran ini,
sekelompok siswa diminta untuk
mengerjakan suatu proyek dengan
hasil yang jelas yaitu
nilai,pengetahuan, dan skills
dibandingkan model pembelajaran

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi

Make a Match yang hanya


menekankan belajar kelompok
dan tanya jawab.
2. Ada perbedaan signifikasi
penerapan model pembelajaran
Project Based Learning terhadap
hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Teknik Animasi Dua
Dimensi di kelas XI SMK Negeri
1 Boyolangu Tulungagung. Hal
ini ditunjukkan dari peningkatan
hasil belajar siswa pada model
pembelajaran Project Based
Learning yang lebih besar
dibandingkan dengan peningkatan
hasil belajar menggunakan model
pembelajaran Make a Match .

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, dapat diberikan
saran sebagai berikut:
1. Agar hasil belajar siswa
meningkat disarankan
menggunakan model
pembelajaran Project Based
Learning (PBL) karena dapat
mencapai nilai yang lebih tinggi
lagi dan merata maka hendaknya
siswa diberi pemahaman yang
mendalam lagi tentang model
pembelajaran berbasis proyek,
sehingga siswa lebih paham lagi
dengan langkah-langkahnya dan
dapat melaksanakannya dengan
lebih baik daripada menggunakan
model pembelajaran Make a
Match kurang efisien karena
siswa hanya disajikan ppt lalu
merangkum dan hanya sedikit
proyek diberikan.
2. Guru hendaknya mendampingi
siswa secara instens dalam
pengerjaan proyek secara
berkelompok agar mencapai hasil

yang optimal dan juga dilengkapi


sarana dan prasarana praktikum
yang mendukung
RUJUKAN
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem
Pembelajaran Dalam Konteks
Kurikulum 2013. Bandung:
Refika Aditama.
Agus Salim dan Siswati. 2013.
Animasi 2D. Malang:
Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan
Arifa, Amalia Beladinna.2013.
Penerapan Model
Pembelajaran Project Based
Learning Dengan Strategi
Metakognitif Untuk
Meningkatkan Metakognitif
dan Hasil Belajar Siswa Kelas
X SMK Negeri 5 Malang.
Skripsi Tidak Diterbitkan.
Malang : Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2012. DasarDasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara.
Azizah, Marina. 2013. Penggunaan
Metode Project Based
Learning Untuk
Meningkatkan Kreativitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X-1
Mata Pelajaran TIK SMA
Negeri 1 Garum Blitar. Skripsi
Tidak Diterbitkan. Malang:

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi

Fakultas Teknik Universitas


Negeri Malang.
Deswira Novi. 2013. Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make a
Match.
(http://novideswira.blogspot.c
om/2013/07/pembelajarankooperatif-tipe-makeand_30.html, Diakses Tgl 27
Februari 2015)
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian


Kuantitatif Lualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2014. Cooperative
Learning Teori Dan Aplikasi
Paikem. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Universitas Negeri
Malang.2010.Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah:
Skripsi, Tesis, Disertasi,
Artikel, Makalah, Laporan
Penelitian (Edisi
Kelima).Malang: UM Press.

Fabiano, Giovani
Ronaldo.2014.Perbedaan
Hasil Belajar Siswa Kelas X
TKJ Dengan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together Dan
Pembelajaran Ekspositori
Pada Pokok Bahasan
Perakitan PC Di SMK Negeri
3 Malang. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Malang: Fakultas
Teknik Universitas Negeri
Malang.
Imron, Ali. 1996. Belajar dan
pembelajaran. Jakarta: PT.
Dunia Pustaka Jaya.
Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan
Pembelajaran Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung:
Yrama Widya.
Huda, Miftahul. 2013. Cooperative
Learning
Metode,Teknik,Struktur Dan
Model Terapan. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi

Você também pode gostar