Você está na página 1de 3

Nama : Lira Yuni Yustira

NIM : E1A012107
ANALISIS KASUS
PENUTUPAN FOXY SPA PURWOKERTO
DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

KASUS POSISI
Foxy Spa sebuah panti pijat yang berlokasi di komplek Hotel Horison Purwokerto Jl. Doktor
Angka No.71, Purworkerto diduga melakukan praktik prostitusi. Dugaan ini muncul karena ada
laporan masyarakat mengenai adanya indikasi terjadinya prositusi terselebung dalam panti pijet
tersebut. Akhirnya pada hari minggu tanggal 4 Oktober 2015 dilakukan penggrebegan oleh tim
gabungan Polisi Satuan Pamong Pradja (Satpol) PP dan anggota Detasemen Polisi Militer
Purwokerto. Dari hasil penggrebekan itu ditemui beberapa fakta, antara lain :
1. Dugaan terjadinya praktik prostitusi terbukti benar dengan didapatinya sejumlah juru
pijat perempuan tengah berasyik masyuk dengan pelanggan di dalam kamar. Petugas juga
menemukan alat kontrasepsi baru maupun bekas pakai serta beberapa botol minuman
keras.
2. Dari 16 terapis Foxy Spa, ada satu terapis yang masih di bawah umur sehingga
memunculkan dugaan kasus trafficking. Dari pengakuan si terapis di bawah umur tadi ia
mengaku masih berstatus pelajar SMA kelas dua.
3. Pemilik Foxy Spa belum mengantongi izin operasional tempat spa. Izin operasional yang
digunakan merupakan tempat pijat yang sebelumnya beroperasi di tempat yang sama
yang bernama Marcopolo.
Atas temuan adanya kegiatan prostitusi di Foxy Spa, para terapis dan tamu menjalani sidang
tipiring yang dipimpin hakim tunggal dari Pengadilan Negeri Purwokerto , I wayan Yasa, mereka
terbukti melakukan praktik prostitusi. Hakim menjatuhkan sanksi berupa denda kepada para
terapis masing-masing sebanyak Rp 500.000 dan pengelola Rp 1 juta. Mereka terbukti telah

melanggar Perda Nomor 161 Tahun 1973 tentang Pembatasan Pelacuran dan Pelanggaran Izin
Operasional.
Lalu atas persoalan Foxy Spa yang belum mengantongi izin operasional. Pada Rabu 7
Oktober 2015 Bupati Banyumas Ir. Achmad Husein menginstruksikan Satpol PP Banyumas
untuk menutup Foxy Spa Purwokerto. Namun dalam prosesnya Pemkab Banyumas batal
melakukan penutupan karena pihak Foxy SPA dinilai kooperatif, dan sudah menandatangani
surat pernyataan di atas materai untuk tidak beroperasi lagi sebelum mengantongi izin. pihak
Pemkab Banyumas tetap memberi kesempatan kepada pemilik untuk menggunkan tempat usaha
itu kembali sampai pihak Foxy Spa mengurus perizinannya. Dengan syarat usaha yang dilakukan
legal dan mempunyai izin sesuai dengan ketentuan.

ANALISIS
Dalam analisis ini hal disoroti adalah mengenai Perizinan sebagai perbuatan hukum dalam
Hukum Administrasi Negara dihubungkan dengan pelanggaran izin operasional Foxy Spa. Untuk
itu sebelumnya perlu diuraikan terlebih dahulu apa itu perizininan. Jadi perizinan adalah suatu
bentuk pelaksaanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah
terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan ini dapat berbentuk
pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan suatu usaha
yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh oleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang
sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Menurut Sjachran
Basah, Perizinan adalah perbuatan hukum administrasi Negara bersegi satu yang mengaplikasikan
peraturan dalam hal konkrit berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh

ketentuan peraturan perundang-undangan.1


Dalam hal telah terjadi pelanggaran perizinan,maka organ pemerintah sebelum menjatuhkan
sanksi berupapaksaan pemerintahan (bestuurdwang) harus mengkaji secara cermat fakta
pelanggaran hukumnya. Pada dasarnya (fakta) pelanggaran tersebut dapat dibedakan dalam dua
jenis, yaitu :
1) Pelanggaran yang tidak bersifat substansial
1 Sjachran Basah , 1995, Pencabutan Izin Sebagai Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi Negara, Surabaya: FH
UNAIR

2) Pelanggaran yang bersifat substansial


Melihat kasus perizininan Foxy Spa, termasuk dalam pelanggaran yang tidak bersifat
substansial. Terhadap pelangggaran yang tidak bersifat substansial, Pemerintah tidak sepatutnya
langsung menggunakan paksaan pemerintahan (bestuurdwang). Maka organ pemerintah masih
dapat melakukan legalisasi. Dalam hal ini Pemerintah memerintahkan kepada warga negara
yang melakukan pelanggaran perizinan tersebut untuk segera mengurus perizinannya. Jika warga
negara tersebut sudah diperintahkan untuk mengurus perizinannya tetapi tidak juga mengurus
perizinan maka Pemerintah dapat menerapkan sanksi paksaan pemerintahan (bestuurdwang).
Menurut teori diatas Terhadap pelangggaran yang tidak bersifat substansial, Pemerintah
tidak sepatutnya langsung menggunakan paksaan pemerintahan (bestuurdwang). Maka organ
pemerintah masih dapat melakukan legalisasi. Yang perlu digaris bawahi dari teori ini adalah
kata legalisasi, jadi ketika diketemukannya adanya pelanggaran izin usaha oleh pelaku usaha.
Maka si pelaku usaha dapat tetap melakukan usahanya sampai waktu yang ditentukan sambil
menunggu proses turunnya perizinan. Namun lain ceritanya dengan kasus Foxy Spa, dengan
diketemukannya kegiatan prostitusi di Foxy Spa. Memaksa pemerintah untuk melarang kegiatan
operasional dari Foxy Spa.

Você também pode gostar