Você está na página 1de 15

ADMINISTRASI PENYULUHAN LAPANGAN

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi penyuluhan merupakan suatu wadah dimana kegiatan penyuluhan akan
diadakan. Di dalam organisasi tersebut juga terdapat manusia sebagai unsur utama dalam
pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Selain itu, juga terdapat struktur organisasi yang menunjukkan
bagaimana tugas dan wewenang akan dilimpahkan. Agar kegiatan penyuluhan dapat dilakukan
dengan baik diperlukan suatu pengelolaan organisasi, pemanfaatan sarana dan prasarana yang
memadai secara maksimal.
Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan tujuan agar terjadi perubahan dalam
pengetahuan, sikap dan ketrampilan dari sasaran penyuluhan. Dalam hal ini yang menjadi
sasaran penyuluhan adalah petani dan keluarganya. Dalam rangka mencapai tujuan penyuluhan
tersebut perlu adanya peningkatan kualitas dari personel penyuluh maupun eksistensi dari
organisasi penyuluhan itu sendiri. Hal tersebut bertujuan agar kegiatan penyuluhan dapat
dilakukan dengan baik, tepat sasaran dan berkesinambungan. Usaha peningkatan kualitas
penyuluh dan organisasi dilakukan melalui adanya kegiatan administrasi yang tertata rapi dan
tertib.
Biasanya kegiatan penyuluhan dilakukan oleh penyuluh-penyuluh ahli (terampil) yang
berkedudukan di Balai Penyuluh Pertanian di tingkat Kecamatan. Kegiatan administrasi
penyuluhan perlu dilakukan agar kegiatan penyuluhan terarah dan terkoordinasi dengan baik
antara penyuluh, sasaran maupun stakeholders terkait. Administrasi penyuluhan diartikan sebagai
suatu kegiatan yang menyangkut seluruh aspek kegiatan suatu lembaga untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Administrasi penyuluhan menyangkut administrasi personalia,
administrasi keuangan, administrasi pelaporan dan evaluasi, administrasi kegiatan serta
administrasi yang berkaitan dengan hubungan dengan lembaga lain. suatu kegiatan penyuluhan
akan dapat berjalan tertib dan teratur apabila seluruh aspek dalam penyuluhan tersebut dapat
terpenuhi
dengan
baik.
Oleh sebab itu, dalam kegiatan praktikum administrasi penyuluhan akan menganalisis mengenai
administrasi pada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kecamatan Colomadu Kabupaten
Karanganyar. Hal ini untuk mengetahui bagaimana proses administrasi penyuluhan pada
lembaga
tersebut.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum administrasi penyuluhan ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam
Administrasi Penyuluhan Pertanian

2. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui organisasi penyuluhan pertanian termasuk


tugas dan wewenangnya
3. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui hubungan kerja antara bagian-bagian yang
terkandung dalam suatu organisassi penyuluhan pertanian
4. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui dan tata cara penyusunan anggaran
termasuk penggunaan anggaran dalam penyuluhan perrtanian
5. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui sistem monitoring yang dilakukan oleh
lembaga disuatu wilayah penyuluhan pertanian.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Administrasi Penyuluhan Pertanian ini dilaksanakan pada hari Kamis, 6
Desember 2007 di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Colomadu Kabupaten
Karanganyar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Unsur-unsur Administrasi
Kaliski dalam Departemen Kehutanan (1996), mengartikan administrasi sebagai manajemen
operasi, atau salah satu fungsi manajemen untuk merencanakan, melaksanakan, mengorganisasi,
dan mengawasi fungsi-fungsi manajemen yang lain. Fungsi administrasi adalah tugas yang harus
dilakukan oleh setiap pemimpin atau manajer. Karena itu seorang pemimpin atau manajer sering
pula disebut dengan istilah administrator.
Sedangkan untuk unsur unsur yang ada dalam suatu administrasi tersebut baik berupa faktor
situasional dan kondusional maupun sumber daya-sumber daya tertentu, menurut Surakhmad
(1994) menyebutkan sebagai berikut:
1. Organisasi, yang akan menjadi wadah/wahana, struktur dan rangka dasar (frame work) dari
administrasi.
2. Lingkungan, yaitu yang mengelilingi administrasi berada di dalam organisasi terdiri atas
berbagai lapisan antara lain: geografis, fisik, biologis (flora, fauna), sosial, budaya, ekonomis,
psikologis, politik dan teknologis.
3. Situasi, yaitu seperangkat faktor-faktor lingkungan yang secara langsung atau tidak langsung
mempunyai pengaruh terhadap per keadaan, perkehidupan dan gerak gerak administrasi
( organisasi ).
4. Lokasi, yaitu bagian dari lingkungan yang terdiri atas semua faktor yang mempunyai relevansi
(hubungan kepentingan) dengan administrasi (organisasi) dan mempunyai arti letak dengan
diukur menurut jarak transportasi dan komunikasi.
5. Wilayah operasi
6. Mesin dan peralatan (equipment), terdiri atas semua barang modal yang merupakan
hardware dari administrasi (organisasi).
7. Program program usaha ( software dan mission ), terdiri atas peraturan -peraturan dan
prosedur prosedur konstitusional yang merupakan kerangka dan rangka dasar berpikir dan
berusaha.

8. Legitimitas, yaitu kekuatan sosial, politik-yuridis yang berasal dari undang-undang.


9. Pimpinan
10. Personil
B. Organisasi Penyuluhan
Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara
sadar dengan tujuan membantu sesamanya, memberi pendapat sehingga bisa membuat keputusan
yang benar (Van Den Ban dan Hawkins, 1996).
Penyuluhan Pertanian adalah proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk
memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang
partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (individu, kelompok,
kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang
semakin berdaya, mandiri dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan
(Mardikanto, 2001).
Penyuluhan pertanian di sini mempunyai peranan untuk mempersiapkan petani dan untuk
menyampaikan hasil-hasil penelitian kepada petani. Atau lebih tepatnya, penyuluhan pertanian
mempunyai peranan untuk menyadarkan petani tentang adanya alternatif-alternatif baru atau
metode-metode lain untuk mengusahakan pertanian mereka ke arah yang lebih baik
(Sastraatmadja, 1993).
Organisasi penyuluhan tentu saja tidak sepantasnya untuk mengharapkan peranan yang
menentukan dalam menerapkan peraturan karena dengan mengambil keputusan, penyuluh akan
kehilangan kepercayaan dari petani sehingga menyebabkan peranan agen penyuluhan menjadi
tidak efektif. Organisasi penyuluhan hanya dapat memainkan peranan yang berhubungan dengan
kebijakan pemerintah apabila memiliki kaitan erat dengan pembuat kebijakan dan pelaku-pelaku
lain yang terlibat
(Van den Ban dan Hawkins, 1996).
C. Hubungan Kerja Organisasi Penyuluhan
Pengorganisasian pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di tingkat pedesaan terpusat pada
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), yang bertugas menyelenggarakan penyusunan programa dan
kegiatan penyuluhan pertanian bagi keluarga tani menuju bertani yang lebih produktif, berusaha
tani yang lebih menguntungkan dan hidup yang lebih sejahtera. Hubungan kerja antara BPP
dengan pemerintah Daerah Tingkat II diatur oleh Kepala Daerah yang bersangkutan. Bimbingan
teknis kegiatan penyuluhan pertanian diberikan oleh Departemen Pertanian (Adjid, 2001).
Suatu bentuk struktur organisasi yang terbukti menunjukkan keberhasilannya di banyak negara
yang kurang berkembang, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kepala Kantor Penyuluhan, selain mengawasi langsung para staf administrasi juga mengawasi
kegiatan para penyuluh spesialis.
2. Para penyuluh dan peneliti, diorganisasikan sedemikian rupa sehingga antara mereka dapat
terjalin hubungan yang mudah dan akrab.
3. Lembaga-lembaga penelitian di Perguruan Tinggi, melalui suatu perjanjian kerjasama,
memiliki kaitan dengan organisasi penyuluhan pertanian.
4. Kantor penyuluhan memiliki hubungan jalur komando dengan para Penyuluh Spesialis di
setiap wilayahnya untuk melakukan supervisi terhadap para Penyuluh Lapangan.
5. Seluruh Penyuluh Spesialis sampai tingkat propinsi tidak berkewajiban memberikan
laporannya kepada penguasa atau politikus setempat, tetapi merupakan bagian dari dinas

penyuluhan yang profesional


(Mardikanto, 1993).
D. Mekanisme Penyusunan Anggaran Penyuluhan
Pengelolaan keuangan yang berkaitan dengan penyusunan rencana anggaran (jumlah dan
sumbernya), penggunaan keuangan, sistem pengawasan atau pemeriksaan keuangannya. Di
dalam pengelolaan keuangan, di samping kebutuhan rutin (yang menyangkut gaji/upah dan biaya
perjalanan) juga perlu diperhatikan tersedianya anggaran untuk penyelenggaraan pengujian
lapang, informasi dan publikasi, pengembangan personal, pengembangan sistem manajemen
penyuluhan dan lain-lain (Departemen Kehutanan, 1996).
Di samping itu, berkaitan dengan sumber dana, hendaknya dapat diupayakan sumber-sumber dari
instansi/lembaga pemerintah, kerjasama dengan pihak swasta yang berkepentingan dengan
kegiatan penyuluhan (produsen sarana produksi, industri pengolahan, lembaga pemasaran dan
aneka jasa, serta sumber-sumber yang dapat digali secara swadaya) (Mardikanto, 1993).
E. Sistem Monitoring Kegiatan Penyuluhan
Menurut Casley dan Kumar (1988) dalam Van Den Ban dan Hawkins (1996), sistem monitoring
dalam kegiatan penyuluhan biasa dibedakan antara evaluasi dan pemantauan. Pemantauan atau
monitoring berasal dari kata latin yang berarti memperingatkan dipandang sebagai teknik
manajemen dengan agen penyuluhan yang mengumpulkan data di dalamnya sejalan dengan
diterapkannya program penyuluhan serta permasalahan yang dihadapi dalam upaya berada pada
jalur yang benar. Ini memungkinkan manajemen mengambil tindakan dengan cepat untuk
mengembalikan kepada rencana semula atau melakukan penyesuaian bila ternyata tidak realistis.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Metode Dasar
Metode dasar yang dipakai dalam penelitian adalah metode deskriptif analisis, yaitu metode yang
memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa sekarang dan bertitik tolak dari
data yang dikumpulkan, dianalisis dan disimpulkan dalam konteks teori-teori yang ada dari
penelitian terdahulu. (Mardikanto, 2001).
B. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan pada pelaksanaan praktikum Administrasi
Penyuluhan Pertanian ini adalah :
1. Wawancara, mahasiswa mendatangi responden-responden melakukan wawancara dipandu
dengan kuesioner yang telah tersedia. Data yang didapatkan harus objektif. Untuk data
penunjang dapat diperoleh dari masyarakat baik mengenai sejarah desa, maupun fenomena sosial
yang ada.
2. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung
atas keadaan responden suatu keadaan yang terjadi di daerah penelitian atau praktikum.
3. Pencatatan, data yang diperlukan diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya.
4. Studi Pustaka, yaitu mencari referensi guna mendapatkan berbagai informasi yang
berhubungan dengan materi yang sedang dibahas.
(Sekaran, 2002).
IV. KONDISI UMUM WILAYAH

A. Letak dan Batas Wilayah


Kecamatan Colomadu memiliki luas wilayah sebesar 1.534,8469 Ha, yang memiliki batas-batas
wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan : Desa Paulan
Sebelah Barat : Desa Malangjiwan
Sebelah Timur : Desa Tohudan
B. Keadaan Iklim dan Topografi Lahan
Daerah Kecamatan Colomadu memiliki musim yang pada umumnya sama dengan daerah
lainnya yaitu musim kemarau dan musim penghujan, yang mana rata-rata banyaknya curah hujan
300-500 mm/tahun, dengan suhu udara rata-rata 24o 32 oC. Tapi pada masa sekarang musim
kemarau atau musim penghujan sulit untuk diprediksikan. Hal ini dapat membuat para petani
kebingungan dan sebagian besar hasil panennya berkurang. Ketinggian tanah Kecamatan
Colomadu yaitu 144 m dari permukaan laut dengan topografi berupa dataran rendah
C. Jenis Tanah
Jenis tanah di Kecamatan Colomadu bermacam-macam. Masing-masing desa jenis tanahnya
berbeda, untuk itu lebih jelasnya mengenai nama desa dan jenis tanahnya dapat diperhatikan
sebagai berikut :
a. Latosol : Paulan, Blulukan, Gajahan, Tohudan, Gedungan, Baturan, dan Klodran
b. Grumusol : Ngasem, Bolon, Bawanan,dan Malang Jiwan
Dari keterangan yang diberikan diatas dapat dilihat bahwa jenis tanah yang ada di sebelas Desa
di Kecamatan Colomadu berbeda-beda.
D. Potensi dan Sumber Daya Alam
1. Potensi Tanaman Perkebunan
Tanaman perkebunan yang menjadi potensi di daerah Colomadu terdiri dari : Tembakau, Jagung,
dan Kacang Tanah
2. Petensi Bidang Peternakan
Peternakan juga berkembang di daerah Colomadu, hewan yang dibududayakan antara lain : Sapi
potong. Domba, Burung Puyuh (sentral di Paulan dan Gajahan), Itik dan Mentok
3. Potensi Bidang Perikanan
Perikanan juga berkembang di daerah Colomadu, jenis ikan yang dibududayakan adalah ikan lele
(pembibitan lele di Tauban, Bendungan dan Baturan)
E. Keadaan Pertanian
Daerah Kecamatan Colomadu memiliki berbagai macam pertanian, perkebunan, dan perikanan
yang dapat tumbuh dan menghasilkan, diantaranya:
1. Pertanian
a. Padi dan Palawija (padi, kacang tanah, jagung, kedelai, ketela pohon, ketela rambat)
b. Sayuran (Kubis, kentang, tomat, buncis, kacang panjang, cabai, dll)
c. Buah-buahan (Pisang, papaya, jeruk, mangga, rambutan, sirsak, belimbing, duku, jambu, dll)
2. Perkebunan
a. Kelapa
b. Tembakau
c. Tebu, dll
3. Perikanan (kolam)
4. Peternakan

a. Ayam kampung
b. Ayam ras
c. Itik
d. Kambing
e. Sapi biasa
f. Kerbau
g. Kuda
h. Babi
F. Kelembagaan Petani
Kelembagaan petani yang ada diwilayah BPP Colomadu hanyalah kelompok tani. Jumlah
kelompok tani yang terdapat pada wilayah kerja BPP Colomadu yaitu ada 34 kelompok tani.
G. Sarana Pendukung Usahatani
Sarana pendukung usahatani yang dimiliki Kecamatan Colomadu antara lain Koperasi Simpan
Pinjam dan Koperasi Unit Desa (KUD). Mengenai jumlahnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 Sarana Pendukung Usahatani Kecamatan Colomadu
No. Sarana pendukung usahatani Jumlah
1.
2.. Koperasi Simpan Pinjam
KUD 16
1
Jumlah 17
Sumber : Data Sekunder Tahun 2006
H. Wilayah Kerja Penyuluhan
Mengenai wilayah kerja penyuluh, Kecamatan Colomadu memiliki empat WKPP (Wilayah Kerja
Penyuluh Pertanian), dengan perincian sebagai berikut :
1. WKPP I : Wilayah kerja meliputi Desa Ngasem dan Bolon. WKPP I ini dipegang oleh Bapak
Joko Sumartono, SP.
2. WKPP II : Wilayah kerja meliputi Desa Malangjiwan dan Gawanan. WKPP II ini dipegang
oleh Ibu Dalimah..
3. WKPP III : Wilayah kerja meliputi Desa Kalulan, Gajahan dan Blulukan. WKPP III ini
dipegang oleh Bapak Joko Wiyono dan Ibu Firma Nasunta.
4. WKPP IV : Wilayah kerja meliputi Desa Tohudan, Gedungan, baturan dan Klodran. WKPP IV
ini dipegang oleh Bapak Martono.
Dengan dibaginya wilayah kerja penyuluhan tersebut, maka kegiatan penyuluhan lebih dapat
terlaksana dengan baik, karena penyuluh dapat lebih maksimal dalam melaksanakan kegiatan
penyuluhan (dengan wilayah semakin sempit maka intensitas penyuluh dalam melakukan
kegiatan penyuluhan lebih besar).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A.
Unsur-Unsur
Administrasi
Unsur-unsur yang ada dalam Administrasi Penyuluhan Pertanian merupakan fungsi-fungsi dari
Administrasi
Penyuluhan
Pertanian
yang
meliputi
:
1.
Personalia
Obyek dalam praktikum ini adalah Balai Penyuluhan Pertanian Colomadu. Personalia yang ada
di BPP Colomadu ini ada delapan orang yang mempunyai hubungan struktural dan fungsional,
yaitu
:
a.
1
orang
koordinator/
pengelola
b.
1
penyuluh
pertanian
programer
c.
1
penyuluh
pertanian
supervisor
d.
4
orang
penyuluh
pertanian
lapang
e.
1
Tenaga
Harian
Lepas
Tabel
2
Daftar
Nama
Pegawai
BPP
Colomadu
Tahun
2007
No
Nama
NIM
Pangkat
/
Golongan
1.
Hendro
500
077
182
Penata
Muda
/
III
c
2.
Sularto
080
046
133
Penata
Muda
/
III
c
3.
Ir.
Dalimah
080
031
718
Penata
Tk
I
/
III
d
4.
Wuryastini
080
094
905
Penata
Tk
I
/
III
d
5.
Joko
Sumartono,
SP
080
092
582
Penata
Tk
I
/
III
b
6.
Joko
Wiyono
080
111
725
Pengatur
Tk
I
/
II
d
7.
Martoro
080
077
842
Penata
Muda
Tk
I
/
III
b
8..
Ambar
Suratno
710
016
269
Penata
Muda
/
III
d
Sumber
:
Data
Sekunder
2.
Kemudahan
dan
Perlengkapan
bagi
Penyuluh
Penyuluh di BPP ini membawahi Wilayah Kerja Kecamatan Colomadu berada di BPP
Karangpandan. Keberadaan kantor ini cukup strategis karena berada di tengah Kecamatan,
sehingga mudah dihubungi apabila masyarakat membutuhkan dan mudah untuk dijangkau
karena
berada
di
tepi
jalan
raya
di
jalur
transportasi
umum.
Penyuluh dalam melaksanakan tugasnya tidak terlepas dari suatu informasi sehingga perlu
adanya media informasi. Media informasi yang berada di BPP Karangpandan terdiri dari surat
kabar Sinar Tani dan leaflet yang biasanya diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten
Karanganyar. Perlengkapan yang ada di BPP Karangpandan terdiri dari meja, kursi, almari, rak
buku, soundsistem, greenboard, sepeda motor, lahan demplot, OHP. Sementara itu untuk
transportasi, hampir semua penyuluh mendapat fasilitas motor kantor sehingga transportasi yang
mereka gunakan adalah motor dinas. Untuk fasilitas komunikasi, semua penyuluh mendapatkan
Handphone untuk memperlancar komunikasi dalam kegiatan operasional harian maupun pada
kegiatan penyuluhan yang berhubungan dengan kelompok tani. Sedangkan untuk fasilitas
perumahan hanya satu penyuluh yang menempati perumahan dinas yang berada di belakang
kantor
BPP.
3.
Pengelolaan
Keuangan
Anggaran kegiatan penyuluhan di BPP Colomadu dilakukan secara swadaya dari penyuluh dan
para petani sehingga pengelolaan keuangan dilakukan secara bersama-sama. Anggaran hanya
berasal dari swadaya karena tidak ada dana dari pemerintah. Dalam hal ini bantuan yang

diberikan pemerintah hanya berwujud barang, seperti benih dan alat-alat pertanian. Untuk
bantuan yang berwujud uang pemerintah tidak memberikan sehingga hanya dari swadaya petani
dan penyuluh sendiri. Anggaran tersebut digunakan untuk kegiatan pelatihan dan penyuluhan
lainnya.
4.
Pelaporan
dan
Evaluasi
Pelaporan yang dibuat oleh penyuluh berisikan pelaporan kegiatan penyuluhan, pelaksanaan
kunjungan ke wilayah kerja dan pelaporan dari hasil kunjungan. Pelaporan mengenai kinerja
penyuluh di wilayah kerja masing-masing dibuat satu bulan sekali sedangkan untuk pelaporan
kehadiran penyuluh dilakukan setiap hari. Pelaporan tersebut diberikan kepada KJF Karanganyar
dan Kepala Cabang BPP Colomadu. Adanya pelaporan tersebut bermanfaat dalam pelaksanaan
evaluasi. pada BPP Colomadu ini terdiri dari 2 macam yaitu evaluasi yang dilakukan oleh KJF
Karanganyar terhadap BPP Colomadu dan evaluasi yang dilakukan oleh Koordinator terhadap
penyuluh yang dilakukan secara terjadwal dari BPP sendiri maupun insidental.
Evaluasi yang dilakukan oleh KJF Karanganyar terhadap BPP Colomadu yaitu mengkaji
program penyuluhan BPP dengan cara analisis pengajuan program kegiatan, seluruh penyuluh di
BPP
melakukan
sinkroni
data-data
di
KJF
Karanganyar.
Sedangkan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian terhadap penyuluh adalah dengan cara
pelaporan kegiatan penyuluhan yang dilakukan penyuluh selama di lapangan per bulannya,
setiap koordinator penyuluh dan penyuluh di BPP se-Kabupaten Karanganyar melakukan rapat di
Kantor Dinas Pertanian untuk membahas hasil perkembangan kegiatan penyuluhan yang
berkembang di Kabupaten Karanganyar untuk diambil kebijakan selanjutnya.
Kadang kala pihak Dinas Pertanian Kabupaten melakukan kunjungan langsung ke lapangan
untuk mengetahui kondisi lapangan yang sebenarnya dan juga untuk mengetahui kepastian data
yang dilaporkan setiap bulannya baik administratif maupun dalam kegiatan penyuluhan.
5.
Hubungan
dengan
Lembaga-lembaga
Lain
Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, BPP Colomadu tidak melakukan kerjasama dengan
lembaga
lain.
B.
Organisasi
Penyuluhan
1.
Organisasi
BPP
Karangpandan
Untuk mengetahui posisi struktural ataupun fungsional dari BPP Colomadu dapat dilihat dari
struktur Organisasi Kantor BPP Colomadu Kabupaten Karanganyar sebagai berikut :
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Penyuluhan Pertanian Colomadu Kabupaten Karanganyar
Garis penghubung dalam strukur organisasi tersebut menggambarkan hubungan koordinasi antar
divisi
di
dalam
BPP
Colomadu.
BPP merupakan suatu wadah atau organisasi penyelenggaraan fungsi penyuluhan pertanian yang
merupakan unit kerja teknis operasional pemerintah Kabupaten di bidang penyuluhan pertanian
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Wadah ini mempunyai tugas
menyelenggarakan penyuluhan pertanian dalam rangka mewujudkan pembangunan pertanian
melalui
pelaksanaan
pemberdayaan
agrobisnis
dan
ketahanan
pangan.
2.
Fungsi
dan
Tugas
Pokok
BPP
:
a.
Adapun
Tugas
Pokok
BPP
adalah:
1) Menyusun programa Penyuluh Pertanian (PP) bersama keluarga tani dan masyarakat pelaku
agrobisnis
sesuai
dengan
kebutuhan
lokalita
2) Melaksanakan penyuluhan pertanian agrobisnis dan ketahanan pangan secara partisipatif
3) Memberikan berbagai rekomendasi dan mengikhtiarkan akses terhadap sumber-sumber

informasi dan sumber daya yang dibutuhkan oleh keluarga tani dan masyarakat pelaku agrobisnis
4) Membantu masyarakat pelaku agrobisnis dalam memilih dan mengambil keputusan usaha
dibidang
pertanian
yang
menguntungkan
5) Memfasilitasi berbagai kegiatan pertemuan/sarasehan/mimbar yang diselenggarakan oleh
keluarga
petani
dan
masyarakat
pelaku
agrobisnis
6) Menumbuhkembangkan organisasi petani dan masyarakat pelaku agrobisnis menjadi
organisasi
sosial
ekonomi
yang
tangguh
7) Mengembangkan kepemimpinan petani dan masyarakat pelaku agrobisnis
8) Merakit dan menyebarluaskan informasi yang dibutuhkan keluarga petani dan masyarakat
agrobisnis
melalui
berbagai
media
informasi
9) Memfasilitasi pengembangan media yang dibuat oleh keluarga petani dan masyarakat pelaku
agrobisnis
10) Melakukan kerjasama dengan lembaga dan pihak-pihak lain dalam pelaksanaan penyuluhan
pertanian
11) Melaksanakan pelatihan bagi penyuluh pertanian atau kehutanan secara berkala
12) Memfasilitasi kaji terap dan studi yang dilakukan keluarga petani dan masyarakat pelaku
agrobisnis
13)
Memelihara
sarana
dan
prasarana
penyuluhan
pertanian
14) Mengupayakan peningkatan kesejahteraan penyuluh pertanian sesuai dengan peraturan yang
berlaku
15)
Menjalin
kerjasama
dengan
dunia
usaha
dibidang
agrobisnis
16) Mengembangkan kemitraan agrobisnis antara petani dengan dunia usaha
17)
Memberikan
umpan
balik
kepada
pemerintah
kabupaten
18) Melakukan bimbingan/supervisi monitoring dan evaluasi penyuluh pertanian di wilayah
kerjanya
19)
Mengelola
kebun
atau
lahan
BPP
dengan
baik
20)
Melaksanakan
administrasi
dan
pelaporan
BPP
b.
Fungsi
BPP
adalah:
1)
Memfasilitasi
tersusunnya
programa
dan
RKPP
secara
tertib
2) Mengupayakan tersedianya dan tersebarkannya informasi teknologi, sosial dan ekonomi
dalam
rangka
penyelenggaraan
agrobisnis
dan
ketahanan
pangan
3) Memfasilitasi terselenggarakannya kerjasama antara peneliti, penyuluh, petani/kontak tani dan
pelaku
agrobisnis
dalam
pengembangan
teknologi
spesifik
lokalita
4) Memfasilitasi kegiatan belajar mengajar dan forum pertemuan bagi petani dan penyuluh
5) Memfasilitasi terselenggarakannya kegiatan percontohan dan model-model usaha agrobisnis
dan
ketahanan
pangan
6) Sebagai basis penyuluh dalam melaksanakan kegiatan revitalisasi penyuluhan pertanian.
Dari Skema Struktur BPP Karangpandan diatas dapat dijabarkan tugas pokok dan fungsi personil
BPP,
yaitu
:
1.
Fungsi
dan
tugas
pokok
koordinator/pengeloloa
BPP:
a.
Fungsi
koordinator/pengeloloa
BPP:
1)
Penaggung
jawab
operasional
kegiatan
BPP.
2)
Penyusun
program
PP
dan
RKPP
di
WKBPP.
3) Membantu ketua KJF mengendalikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di WKBPP.
4)
Pelaksanaan
monitoring
dan
evaluasi.
b.
Tugas
pokok
koordinator/pengelola
BPP:

1)
Bertanggung
jawab
tersusunnya
programa
BPP.
2)
Mendorong
PPdan
K
untuk
melaksanakan
tugas
penyuluhan.
3) Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan keluarga tani dan masyarakat pelaku agribisnis.
4)
Memfasilitasi
berbagai
kegiatan
pertemuan
yang
diprogramkan
BPP.
5)
Mengembangkan
kepemimpinan
petani.
6)
Memfasilitasi
pengembangan
media
informasi.
7) Melakukan kerjasama dengan lembaga dan pihak lain dalam melaksanakan penyuluhan
pertanian.
8) Menyelenggarakan training/pelatihan Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan.
9)
Memfasilitasi
kaji
terap
dan
studi
petani
diprogramkan.
10) Mengupayakan peningkatan kesejahteraan Penyuluhan Pertanian sesuai dengan peraturan
yang
berlaku.
11)
Menjalin
kerjasama
dengan
dunia
usaha
agrobisnis.
12)
Memberikan
umpan
balik
kepada
pemerintah
kabupaten.
13) Ikut bertanggung jawab atas terlaksananya program revitalisasi Penyuluhan Pertanian.
14)
Melaksanakan
koordinasi
dengan
pihak
terkait.
15) Memberikan penialaian pekerjaan petugas sesuai peraturan yang berlaku.
16) Menyampaikan usulan, saran, dan pertimbangan demi terwujudanya BPP yang lebih baik.
17)
Melaksanakan
tugas
lain
yang
diberikan
atasan.
2.
Tugas
pokok
penyuluh
pertanian
programmer:
a. Penyusunan rencana pembuatan Programa BPP dan Rencana Kegiatan Penyuluh Pertanian.
b. Pelaksanaan inventarisasi data sebagai bahan penyusunan Programa BPP.
c.
Pelaporan,
monitoring,
dan
evaluasi
pelaksanaan
Programa
BPP.
d. melayani konsultasi agrobisnis.
3.
Tugas
pokok
penyuluh
pertanian
supervisor:
a.
Menbuat
rencana
kegiatan
supervise
BPP.
b.
Membimbing
Penyuluh
Pertanian
dan
Kehutaban
di
WKPP.
c. Membantu/memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di
WKPP.
d.
Sebagai
konsultan
agrobisnis.
e.
Melaksanakan
tugas
lain
yang
diberikan
atasan.
4.
Tugas
pokok
bagian
administrasi:
a.
Mengerjakan
administrasi
kantor
BPP.
b.
Memelihara
sarana
dan
prasarana
penyuluhan
di
BPP.
c.
Membuat
laporan.
d.
Menjaga
kebersihan/keindahan
kantor
dan
lingkungannya.
e.
Mengelola
perpustakaan.
f.
Melaksanakan
tugas
lain
yang
diberikan
atasan.
5.
Tugas
pokok
pembimbing
praktek
/
petugas
bagian
kebun
:
a.
Membuat
rencana
pengelolaan
lahan
BPP.
b.
Mengikhtiarkan
sarana
dan
prasarana
pengelalaan
lahan
BPP.
c.
Membimbing
pelaksanaan
percontohan
yang
diprogramkan.
d.
Memelihara
dan
memanfaatkan
lahan
sesuai
dengan
fungsi
BPP.
e.
Menyusun
laporan
pelaksanaan
pengelolaan
lahan
BPP.
f.
Membuat
evaluasi
program
pengelolaan
lahan
BPP.

g.
Melaksanakan
tugas
lain
yang
diberikan
atasan.
3.
Struktur
Organisasi
Penyuluhan
Struktur organisasi BPP Colomadu adalah tertutup, maksudnya dalam pengangkatan petugas
penyuluhan ditetapkan berdasarkan SK No. 301/Kapts/I.P.120/4/96 yang berisi antara lain
sebagai
berikut
:
Penempatan penyuluh pertanian ditetapkan oleh kepala kantor wilayah Departemen Pertanian.
Status penyuluh pertanian adalah pegawai negeri sipil pusat Departemen Pertanian. Formasi
pengangkatan PNS calon penyuluh pertanian berada pada Departemen Pertanian. Pengisian
formasi dapat diangkat dari pegawai daerah yang memenuhi persyaratan.
Hal tersebut mengakibatkan ketidaksesuaian antara kemauan dan kemampuan penyuluh
pertanian dengan kondisi lapang ( wilayah kerja ) sehingga penyuluh bekerja tidak maksimal
karena sebelumnya penyuluh belum mengetahui kondisi dan potensi wilayah kerja.
C.
Hubungan
Kerja
Organisasi
Penyuluhan
Dengan diberlakukannya UU No.22 tahun 1999 tentang otonomi daerah telah membawa
perubahan bagi sistem pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik yang
berarti memberikan kewenangan luas bagi daerah sebagai daerah otonomi.
BPP Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar memiliki struktur organisasi yang terdiri
dari 1 Kepala BPP, 1 Staff Administrasi, 1 Koordinator Penyuluhan Pertanian, dan 5 Penyuluh
Pertanian Lapang (PPL). Bentuk Organisasi BPP Kecamatan Colomadu adalah bentuk struktural
dan
fungsional.
Bentuk struktural terdapat pada Kepala BPP dan Staff Administrasi BPP, untuk bentuk
fungsionalnya terdapat pada Koordinator Penyuluh Lapangan, dimana maksud dari bentuk
struktural adalah personil tersebut bertugas sesuai dengan jabatan masing-masing dimana
fungsinya bertanggung jawab pada pengembangan institusi. Sedangkan yang dimaksud dengan
bentuk fungsional yaitu sistem kerjanya hanya melakukan fungsinya saja, dimana personil
tersebut bertanggung jawab pada pengembangan ketrampilan di lapang. Bentuk fungsional
tersebut terdapat pada Koordinator Penyuluh dan para penyuluh, dimana Koordinator Penyuluh
selain bertugas mengkoordinir para penyuluh juga bertindak sebagai PPL yang melaksanakan
kegiatan teknis penyuluhan pertanian dilapang. Bentuk fungsional yang terdapat antar PPL yaitu
dalam hal penanganan kegiatan teknis penyuluhan pertanian kepada petani.
Hubungan kerja antar bagian dalam organisasi penyuluhan di Dinas Pertanian dipimpin oleh
seorang Kepala Dinas Pertanian yang bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan
pertanian di wilayah kecamatan. Hubungan yang terjalin terdiri dari hubungan yang bersifat
komando dan koordinasi. Hubungan komando terjadi antara Kepala BPP dengan Staf
Administrasi, serta hubungan antara Koordinator Penyuluh Pertanian dengan PPL dimana dalam
hal ini Koordinator Penyuluh serta Kepala BPP berhak memerintah staff yang ada dibawahnya.
D.
Mekanisme
Penyusunan
Anggaran
Anggaran yang terdapat di BPP Kecamatan Colomadu didapat dari tiga sumber yaitu Pemerintah
Kabupaten Sukoharjo, Dinas Pertanian Kabupaten, serta swadaya personel lingkup BPP sendiri.
Anggaran yang berasal dari Pemerintah Daerah berupa gaji pegawai yang masuk dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Sedangkan yang berasal dari Dinas Pertanian
Kabupaten berupa anggaran yang masuk dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan, biaya transportasi yang berkaitan
dengan kegiatan penyuluhan, serta pengadaan peralatan-peralatan perkantoran yang biasanya
diberikan setiap satu tahun sekali. Dana dari swadaya personel lingkup BPP yaitu berupa iuran
yang dilakukan setiap bulannya yang digunakan untuk pembelian kebutuhan personel, misalnya

peralatan makan dan minum, bendera kantor, pembelian korden, jam dinding.
Penyusunan anggaran untuk lingkup BPP sendiri biasanya saat ada kegiatan penyuluhan dan
pelatihan, para petani dan penyuluh akan mamberikan iuran sukarela. Dana tersebut digunakan
pembiayaan kelangsungan kegiatan penyuluhan serta kegiatan lain seperti pelatihan, demarea
dan demplot. Jumlah anggaran disesuaikan dengan besar kecilnya kegiatan.
E.
Monitoring
Kegiatan
Penyuluhan
Sistem monitoring dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan dari pelaksanaan
kegiatan penyuluhan pertanian .Sistem monitoring dari Kepala BPP kepada Koordinator
Penyuluhan Pertanian dan PPL dengan menggunakan buku kerja yang berisi laporan hasil
pelaksanaan
kegiatan
penyuluhan.
Untuk memonitoring penyuluh dalam melakukan program kerja penyuluhan dengan
menggunakan buku yang berisi catatan penyuluh tentang kegiatan yang telah dilakukan dan
penilaian petani dalam pelaksanaan program penyuluhan. Catatan-catatan tersebut berguna
sebagai acuan untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan selanjutnya, agar kegiatan penyuluhan
yang dilakukan lebih baik dari sebelumnya. Selain itu monitoring juga dilakukan dengan
kunjungan lapang dan wawancara kepada petani. Monitoring ini dilakukan dengan menggunakan
buku yang berisi catatan mengenai penilaian petani terhadap program penyuluhan yang telah
dilaksanakan. Dengan adanya penilaian tersebut, diharapkan mampu menjadi landasan untuk
pelaksanaan
program
penyuluhan
selanjutnya.
Untuk memonitoring Kepala BPP dilakukan oleh Kepala Dinas Pertanian Tingkat Kabupaten.
Monitoring dilakukan dengan menggunakan buku dan menggunakan catatan khusus. Monitoring
dilakukan tiap bulan. Monitoring dilakukan berupa supervisi untuk mengetahui administrasi serta
pelaksanaan
kerja
BPP
dan
menyempurnakan
pelaksanaan
kerjanya.
Kegiatan monitoring oleh Kepala BPP kepada Staffnya juga dilakukan dilakukan dengan
menggunakan buku catatan, monitoring dilakukan berupa pemeriksaan untuk mengetahui
seberapa jauh keberhasilan dalam pengelolaan administrasi kantor serta supervisi untuk
mengetahui seberapa jauh keberhasilan dari kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh
penyuluh
dilapang.
Monitoring oleh Kepala BPP dilakukan terhadap Staff Administrasi dan Koordinator Penyuluh.
Staff Adminstrasi dilihat bagaimana kerjanya dalam penyusunan administrasi kantor dan suratmenyurat, sedangkan dengan Koordinator Penyuluh dilihat bagaimana kinerja Koordinator
dilapang dalam mengkoordinasi penyuluh-penyuluh dalam melakukan kegiatan penyuluhan
dilapang.
Koordinator juga melakukan monitoring terhadap Penyuluh dengan menggunakan catatancatatan yang berisi kegiatan yang telah dilaksanakan penyuluh selama satu bulan, apakah sudah
sesuai dengan rencana kerja atau belum. Catatan-catatan tersebut berguna sebagai bahan
referensi untuk kemajuan kegiatan penyuluhan selanjutnya. Untuk lebih jelasnya mengenai alur
proses monitoring dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2 Alur Monitoring BPP Kecamatan Colomadu
Keterangan :
: Alur Monitoring

Waktu pelaksanaan monitoring yaitu secara insidental dan rutin. Insidental misalnya dalam
monitoring kegiatan proyek dan latihan dilakukan setelah kegiatan berakhir. Monitoring
insidental ini juga sebagai evaluasi dalam setiap kegiatan yang telah dilaksanakan. Sedangkan
monitoring yang bersifat rutin, seperti analisa usaha tani dan laporan hasil pelaksanaan kegiatan
penyuluhan setiap bulan.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum kali ini antara lain :
1. Unsur-unsur penyuluhan yang ada di BPP yaitu administrasi personalia, perlengkapan dan
kemudahan, administrasi keuangan, pelaporan dan evaluasi, serta hubungan kelembagaan.
2. Personel yang ada di BPP Colomadu berjumlah 8 orang yaitu Kepala BPP, Staff Administrasi,
Koordinator Penyuluh, serta 4 orang PPL.
3. Hubungan koordinasi terdapat pada Kepala BPP dengan Koordinator PPL. Sedangkan
hubungan komando terdapat pada Kepala BPP dengan Staff Administrasi, serta hubungan pada
Koordinator PPL dengan PPL.
4. Anggaran kegiatan penyuluhan berasal dari 3 sumber yaitu dari Pemerintah Daerah yang
berupa gaji pegawai, dan yang berasal dari Dinas Pertanian Kabupaten yang berupa anggaran
untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian dan pengadaan peralatan kantor serta iuran
swadaya dari personil di BPP Karanganyar.
5. Monitoring yang dilaksanakan terdiri dari empat yaitu monitoring kegiatan penyuluhan,
Penyuluh, Koordinator Penyuluh, serta Kepala BPP dan dilaksanakan tiap bulan serta setiap
selesai pelaksanaan kegiatan.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada BPP Colomadui antara lain :
1. Perlunya penambahan staff dari Dinas Pertanian guna membantu Kepala BPP dalam
penanganan administrasi serta kelancaran kegiatan yang dilaksanakan di BPP Kecamatan
Colomadu.
2. Perlunya peningkatan alokasi anggaran baik dari Dinas Pertanian Kabupaten maupun dari
Pemerintah Kabupten untuk kelancaran kegiatan penyuluhan dan administrasi kantor.

DAFTAR PUSTAKA
Adjid, D. 2001. Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Jakarta
Departemen Kehutanan. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan
Kehutanan Departemen Kehutanan RI dan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret,
Surakarta. Jakarta.
Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press.
Surakarta. 2001. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Prima Theresia Pressindo.
Surakarta
Sastraatmadja, E. 1993. Penyuluhan Pertanian Falsafah, Masalah dan Strategi. Alumni. Bandung.
Sekaran. 2002. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. PT Dian Rakyat. Jakarta
Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Desa, Metode dan Teknik. Tarsindo. Bandung
Van Den Ban dan Hawkins, H.S. 1996. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Você também pode gostar