Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
sangat penting sekali, mengapa ? karena audit ini dapat memberikan kepercayaan yang lebih
kepada para pihak yang berkepentingan, misalkan saja di dalam suatu perusahaan, suatu audit
akan sangat dibutuhkan oleh para pemegang saham untuk melihat kondisi ataupun memantau
perkembangan perusahaan yang menjadi hak milik para pemegang saham tanpa intervensi
dari pihak pihak manajemen atau karyawaan perusahaan.
Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit, dan hal itu
dinyatakan dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Ikatan Akuntan Indonesia (2001 : 326
pr. 1) menyatakan bahwa : Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi : Bukti audit
kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pernyataan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan auditan. . Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam
rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan
dan mengevaluasi bukti audit. Rentang informasi ini sangat beragam kemampuannya dalam
mempengaruhi auditor memutuskan apakah laoran keuangan telah disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada
pertimbangan auditor independen. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap
kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas
laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti
audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.
A. BUKTI AUDIT
I. Pengertian Bukti Audit
Mulyadi (2002 : 74) dalam Ricky Aditia (2012) mendefinisikan bukti audit sebagai :
Segala informasi yang mendukung angka angka atau informasi lain yang disajikan dalam
laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan
pendapatnya.
Arens, Elder dan Beasley (2008 : 225) mendefinisikan bukti audit sebagai setiap
informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit
telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Dalam akuntansia (2011) Bukti audit didefinisikan sebagai setiap informasi yang
digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah sesuai dengan
criteria yang ditetapkan.
Berdasarkan beberapa penjelasan pengertian bukti audit diatas maka dapat ditarik
kesimpulan, bukti audit adalah Segala informasi yang mendukung data yang disajikan
dalam laporan keuangan, yang digunakan auditor sebagai dasar untuk menyatakan
pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan. Informasi tersebut terdiri dari Bukti
yang berasal dari data akuntansi dan bersifat sebagai informasi pendukung lainnya. Bukti
yang berasal dari data akuntansi dapat berupa jurnal, buku besar dan buku pembantu,
pedoman akuntansi terkait, Informasi dan catatan memorandum (kertas kerja
perhitungan-perhitungan, rekonsiliasi). Sedangkan Bukti yang merupakan informasi
pendukung lainnya dapat berupa inspeksi dan pemeriksaan fisik, Konfirmasi dan
pernyataan tertulis, dokumen-dokumen (cek, faktur, perjanjian, kontrak, dll),
Informasi dari wawancara, observasi seperti obeservasi pada sistem pengendalian
internal perusahaan.
II. Tujuan Audit
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berterima umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai
berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan
keuangan.
III. Asersi Manajemen Dalam Laporan Keuangan
SA Seksi 326 paragraf 03 menyebutkan berbagai asersi yang terkandung dalam laporan
keuangan. Asersi tersebut dapat bersifat implisit maupun eksplisit. Asersi manajemen yang
disajikan dalam laporan keuangan dapat diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar
berikut ini:
1.
2.
Asersi Kelengkapan
Berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya telah disajikan
dalam laporan keuangan.
3.
4.
5.
dengan
apakah
komponen-komponen
tertentu
laporan
keuangan
Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan
oleh auditor. Pertimbangan profesional auditor memegang peranan yang penting. Ada
beberapa factor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menetukan cukup atau
tidaknya bukti audit:
Materialitas dan Resiko
Akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan diperlukan jumlah bukti audit yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo tidak material. Untuk akun yang
memiliki kemungkinan tinggi untuk disajikan salah dalam laporan keuangan, jumlah
bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor umumnya lebih banyak bila dibandingkan
dengan akun yang memilliki kemungkinan kecil untuk salah disajikan dalam laporan
keuangan.
Risiko audit
Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk
mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya risiko audit berarti
tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya.
Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti yang
lebih banyak. Semakin rendah tingkat risiko audit yang dapat diterima auditor,
semakin banyak bukti audit yang diperlukan.
Faktor Ekonomi
Pengumpulan bukti audit yang dilakukan oleh auditor dibatasi oleh dua faktor: waktu dan
biaya. Jika dengan memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan
yang sama tingginya dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, aditor memilih untuk
memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit berdasarkan pertimbangan ekonomi: biaya dan
manfaat (cost and benefit).
Ukuran dan Karakteristik Populasi
Dalam pemeriksaan atas unsur-unsur tertentu laporan keuangan, auditor seringkali
menggunakan sampling audit. Dalam sampilng audit, auditor memilih secara acak sebagian
anggota populasi untuk diperiksa karakteristiknya. Umumnya, semakin besar populasi,
semakin banyak jumlah bukti audit yang diperiksa oleh auditor.
Karakteristik populasi berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas item individual
yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel atau informasi
yang lebih kuat atau mendukung atas populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi
yang seragam.
pengendalian intern klien. Untuk mengilustrasikannya, Asumsikan bahwa dalam audit atas
suatu organisasi, auditor menyimpulkan bahwa ada kemungkinan besar terjadi keusangan
persediaan karena sifat barang persediaan itu sendiri. Auditor mengambil sampel persediaan
yang lebih besar dibandingkan jika auditor menduga bahwa kemungkinan terjadinya
keusangan persediaan adalah kecil. Dengan cara yang sama, apabila auditor menyimpulkan
bahwa pengendalian intern auditan dalam pencatatan aktiva tetap telah berjalan dengan baik,
maka jumlah sampel yang lebih kecil akan dianggap memadai dalam audit atas perolehan
aktiva tetap.
3. Kompetensi Bukti Audit
Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi
dan informasi penguat. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan
akuntansi dan bukti-bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Pada umumnya,
kecukupan bukti diukur dengan ukuran sampel yang dipilih oleh auditor. Misalnya untuk
suatu prosedur audit, bukti yang diperoleh dari sampel sebesar 100 bukti umumnya akan
lebih memadai daripada pengambilan sampel sebanyak 50 bukti.Kompetensi informasi
penguat dipengaruhi oleh beberapa faktor:
Relevansi, bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit.
Sumber,bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya
merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi.
Objektivitas, bukti objektif umumnya lebih andal dibandingkan dengan bukti yang
bersifat subjektif.
4. Bukti Audit Sebagai Dasar yang Layak untuk Menyatakan Pendapat Auditor
Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
Integritas manajemen, auditor akan meminta bukti kompeten jika terdapat keraguan
terhadap integritas manajemen.
Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan
aktiva berwujud. Pengamatan fisik terhadap suatu aktiva merupakan cara untuk
mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas, dan merupakan suatu
usaha untuk menentukan mutu atau keaslian kekayaan tersebut.
Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau
angka atau symbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung
kepada auditor.
b. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang dismpan dalam arsip klien.
c.
4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang
beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.
Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak meminta keterangan secara
lisan dari klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan
keterangan tersebut merupakan tipe bukti lisan.
Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang
lebih intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang,
penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.
Bukti dari Spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau
pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya
spesialis yang digunakan oleh auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai
hubungan dengan klien.
Penentuan persyaratan keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya berada ditangan
auditor. Jika auditor menerima hasil penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten,
hasil kerja spesialis tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat
wajar. Jika auditor puas dengan hasil penemuan spesialis, dan jika ia memberikan pendapat
selain pendapat wajar, maka ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut untuk
mendukung alasan tidak diberikan pendapat wajar dalam laporan auditnya.
jenis bukti yang paling sering dipergunakan, walaupun banyak menghabiskan waktu
dan biaya.
Ada tiga jenis konfirmasi yaitu:
a.
SUMBER
Bank
Piutang dagang
Pelanggan
Surat piutang
Pembuat surat
dikonsinyasikan
(Consignee)
Gudang umum
gudang umum
Nilai kas dalam asuransi jiwa
Kewajiban
Utang dagang
Perusahaan asuransi
Surat utang
Pemberi pinjaman
Pelanggan
Utang hipotik
Utang obligasi
Modal Sendiri
Saham yang beredar
Informasi Lainnya
Nilai cakupan asuransi
Pemegang obligasi
Kewajiban kontingen
Kreditur
Perjanjian obligasi
Pemegang obligasi
Kreditur
kreditur
Tabel 2 Informasi yang Sering Dikonformasikan
c. Dokumentasi (documentation)
Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien
untuk mendukung informasi yng tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan
keuangan. Berbagai dokumen yang di uji auditor adalah catatan-catatan yang
dipergunakan oleh klien untuk menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis yang
terorganisasi. Karena pada umumnya setip transaksi dalam organisasi klien ini minimal
didukung oleh selembar dokumen,maka jenis bukti audit ini tersedia dalam jumlah besar.
Menurut
sumber
dan
tingkat
kepercayaan
bukti,
bukti
dokumenter
dapat
Walaupun banyak bukti yang diperoleh dari klien berasal dari hasil wawancara ini,
bukti tersebut tidak dapat dinyatakan sebagai bukti yang meyakinkan karena tidak
diperoleh dari sumber yang independen dan barangkali cenderung mendukung pihak
klien. Oleh karena itu, saat auditor memperoleh bukti dari hasil wawancara ini, pada
umumnya merupakan suatu keharusan bagi auditor untuk memperoleh bukti audit lainnya
yang lebih meyakinkan melalui berbagai prosedur lainnya.
f. Hitung uji (reperformance)
Hitung uji ini melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan dan transfer
informasi yang dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam periode audit
pada sejumlah sampel yang diambil auditor. Pengujian kembali atas berbagai perhitungan
ini terdiri dari pengujian atas keakuratan aritmatis klien. Hal ini mencakup sejumlah prosedur
seperti pengujian perkalian dalam faktur-faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan dalam
jurnal-jurnal dan catatan-catatan pendukung, serta menguji perhitungan atas beban depresiasi
dan beban dibayar di muka. Pengujian kembali atas berbagai transfer informasi mencakup
penelusuran nilai-nilai untuk memperoleh keyakinan bahwa pada saat informasi tersebut
dicantumkan pada lebih dari satu tempat, maka informasi tersebut selalu dicatat dalam nilai
yang sama pada setiap saat.
g. Observasi (observation)
Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai aktivitas-aktivitas
tertentu. Sepanjang proses audit, terdapat banyak kesempatan bagi auditor untuk
mempergunakan indera penglihatan, pendengaran, perasa, dan penciumannya dalam
mengevaluasi berbagai item yang sangat beraneka ragam. Merupakan kewajiban auditor
untuk menindaklanjuti berbagai kesan pertama yang didapatnya dengan berbagai bentuk
bukti audit lainnya yang bersifat nyata.
VI. Keputusan yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan dengan Bukti Audit
Dalam proses pengumpulan bukti audit,auditor melakukan 4 pengambilan keputusan
yang saling berkaitan, yaitu:
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan
Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor mengunakan prosedur audit. Contoh prosedur
audit disajikan berikut ini.
Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang kas tersebut
sampai dengan saat penyetoran ke bank.
Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua minggu setelah
tanggal neraca.
Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakan oleh klien.
2. Penentuan Besarnya Sampel
Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor untuk setiap
prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara yang satu dengan audit yang
lain dan dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain.
3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus
memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.
4. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit
Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasa nya 1
tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera awal tahun. Umumnya,
klien menghendaki diselesaikan dalam jangka waktu satu minggu dengan tiga bulan setelah
tanggal neraca.
B. PROSEDUR DAN DOKUMENTASI AUDIT
Perancangan Pengujian substantif
Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Pengujian substantif
menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan.
Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan:
Sifat pengujian
1. Prosedur mana yang akan dilaksanakan
2. Terkait dengan tujuan spesifik yang ingin dicapai auditor
3. Harus relevan
4. Mempertimbangkan biaya relative serta evektifitas dalam kaitannya dengan tujuan audit
5. Pendekatan compliance atau subtantif test
Waktu pengujian
Luas pengujian substantif yang perlu untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima untuk setiap asersi.
Jenis Prosedur Substantif
mengarahkan pengujian detail transaksi ini untuk memperoleh temuan tentang penyimpangan
atas kebijakan dan prosedur pengendalian.
Pada pengujian detail transaksi ini, auditor menggunakan bukti yang diperoleh untuk
mencapai suatu kesimpulan mengenai kewajaran saldo akun. Auditor biasanya
menggunakan dokumen yang tersedia pada file klien dalam pengujian ini. Efektivitas
pengujian detail transaksi tergantung pada prosedur dan dokumen yang digunakan.
Pengujian detail transaksi pada umumnya lebih banyak menyita waktu daripada
prosedur analitis. Oleh karena itu, pengujian ini lebih banyak membutuhkan biaya daripada
prosedur analitis. Meskipun demikian, pengujian detail transaksi lebih sedikit membutuhkan
biaya daripada pengujian detail saldo.
Prosedur Analitik
Menurut SA 329 prosedur analitis didefinisikan sebagai evaluasi atas informasi
keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan
dan nonkeuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan
ekspektasi auditor. Definisi ini menekankan pada ekspektasi yang dikembangkan oleh
auditor. Prosedur analitis dapat dilakukan dalam tiga kesempatan selama penugasan audit
berlangsung yakni saat perencanaan, pengujian dan penyelesaian audit.
Prosedur Analitik Dalam Fase Perencanaan Audit
Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu dalam
perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk
memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Untuk maksud ini,
prosedur analitik perencanaan audit harus ditujukan untuk:
1. Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau peristiwa yang terjadi
sejak tanggal audit terakhir dan,
2.
prosedur mana, yang dapat memberikan tingkat keyakinan tersebut. Untuk asersi tertentu,
prosedur analitik cukup efektif dalam memberikan tingkat keyakinan memadai. Namun, pada
asersi lain, prosedur analitik mungkin tidak seefektif atau seefisien pengujian rinci dalam
memberikan tingkat keyakinan yang diinginkan.
Dalam tahap pengambilan kesimpulan hasil audit, prosedur analitis berguna sebagai
alat untuk penelaahan akhir tentang rasionalitas laporan keuangan auditan.. Hubungan
antar ketiga fase audit dengan tujuan penerapan prosedur analitis nampak pada gambar
berikut ini
Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan
dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai
macam bukti yang membentuk kertas kerja. Pengkordinasian dan pengorganisasian berbagai
5.
a.
b.
c.
Isi kertas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulan dan dibuat oleh auditor
dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat
1.
2.
3.
4.
5.
(audited financial
statements).
Working trial balance ini merupakan daftar permulaan yang harus dibuat oleh auditor
untuk memindahkan semua saldo akun yang tercantum dalam daftar saldo (trial
balance) klien. Dalam proses audit, working trial balance ini digunakan untuk meringkas
adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor kepada klient serta
saldo akhir tiap-tiap akun buku besar setelah adjustment atau koreksi oleh auditor.
Dari kolom terakhir dalam working trial balance tersebut,auditor menyajikan draft final
laporan keuangan klient setelah diaudit oleh auditor. Draft final inilah yang akan
diusulkan oleh auditor kepada klien untuk dilampirkan pada laporan audit.
Pelaksana
Adapun tahap-tahap penyusunan laporan keuangan auditan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau pengumpulan skedul pendukung (
supporting schedules).
2. Peringkasan informasi yang terdapat dalam skedul pendukung ke dalam skedul utama
( lead schedules atau top schedules) dan ringkasan jurnal adjustment.
3. Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan ringkasan jurnal adjustment
ke dalam working trial balance.
4. Penyusunan laporan keuangan auditan.
Ringkasan Jurnal Adjustment
metode verifikasi yang digunakan, pertanyaan yang timbul dalam audit, serta jawaban
atas pertanyaan tersebut. Skedul pendukung harus memuat juga berbagai simpulan yang
dibuat oleh auditor.
Pemberian Indeks Pada Kertas Kerja
Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan pencarian informasi dalam
bebagai daftar yang terdapat diberbagai tipe kertas kerja. Faktor-faktor yang harus
1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
kerja.
3. Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya tidak diberi
indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang berindeks.
Metode Pemberian Indeks Kertas Kerja
Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja :
1. Indeks angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka, sedangkan
skedul pendukung diberi subindeks dengan mencantumkan nomor kode skedul utama yang
berkaitan.
2. Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode huruf,
sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
3. Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang berurutan.
Susunan Kertas Kerja
Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja untuk setiap kliennya :
Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan, yang disebut arsip kini
(current file)
Arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relatif tidak mengalami perubahan.
Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya hanya mempunyai manfaat untuk tahun
1.
2.
3.
4.
5.
6. Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk klien.
Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan yaitu :
a. Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam audit
tahun-tahun mendatang.
b. Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang baru
pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
c. Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.
Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relatif tidak pernah mengalami perubahan harus
juga dimasukkan ke dalam arsip permanin. Akun-akun seperti tanah, gedung, akimulasi,
depresiasi, investasi, utang jangka panjang, modal saham dan akun lain yang termasuk dalam
kelompok modal sendiri adalah jarang mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Pemeriksaan pertama terhadap akun tersebut akan menghasilkan informasi yang akan berlaku
beberapa tahun, sehingga dalam audit berikutnya auditor hanya akan memeriksa transaksitransaksi tahun yang diaudit yang berkaitan dengan akun-akun tersebut. Dalam hal ini arsip
permanen benar-benar menghemat waktu auditor karena perubahan-perubahan dalam tahun
yang diaudit tinggal ditambahkan dalam arsip permanen, tanpa harus memunculkan kembali
informasi-informasi tahun-tahun sebelumnya dalam kertas kerja tersendiri.
Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Oleh Auditor Dalam Pembuatan Kertas Kerja
Yang Baik
Kecakapan teknis dan keahlian professional seorang auditor independen akan tercermin pada
kertas kerja yang dibuatnya. Auditor yang kompeten adalah auditor yang mampu
menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat. Ada lima hal yang harus
diperhatikan untuk memenuhi tujuan ini:
1. Lengkap. Kertas kerja harus lengkap dalam arti:
a. Berisi semua informasi yang pokok.
b. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan.
2. Teliti. Memperhatikan ketelitian penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas
dari kesalahan tulis dan perhitungan.
3. Ringkas. Kertas kerta dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang relevan dengan
tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Harus menghindari rincian yang
tidak perlu, serta merupakan ringkasan dan penafsiran data dan bukan hanya merupakan
penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja.
4. Jelas. Penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari. Penyajian
informasi secara sistematik perlu dilakukan.
5. Rapi. Kerapian dalam membuat kertas kerja berguna membantu auditor senior dalam mereview hasil pekerjaan stafnya, serta memudahkan auditor dalam meperoleh informasi dari
kertas kerja tersebut
Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika kertas kerjanya
diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.
Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan keharusan
untuk mengadakan peer review di antara sesame akuntan publik. Untuk me-review
kepatuhan auditor terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer review informasi yang
tercantum dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan public lain)
tanpa memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.