Você está na página 1de 30

Agus Puji Priyono

PPh APOTIK YANG BERBENTUK


BADAN USAHA/HUKUM
Tegal, 6 Februari 2011

Penghitungan PPh Akhir


Tahun 2010
Lanjut A A.Penghasilan Neto Fiskal
Lanjut B

Lanjut C
Lanjut D

Lanjut E

B.Zakat (sudah ada di Rekonsiliasi Fiskal)


C.Kompensasi Kerugian
D.Pengh Tdk Kena Pajak (PTKP) tidak ada
E.Penghasilan Kena Pajak ( PKP )
F. PPh Terutang
G.PPh yang dipotong / dipungut pihak ketiga
(PPh 22 / 23 / 24) sdngkan PPh 21 tidak ada
H.PPh yg harus dibayar sendiri /
PPh yg lebih dipotong
H.PPh Yang Dibayar Sendiri :
- PPh Pasal 25 (angsuran)/STP Pokok PPh 25
- Fiskal Luar Negeri (Dihapus)
J.PPh Kurang Bayar / Lebih Bayar (PPh Psl 29)

164.000.950
0
0
164.000.000
20.500.000
( 10.960.000)
9.540.000
(8.000.000)
1.540.000

PEMBUKUAN

Dokumen Sumber

Buku Harian /
Jurnal Harian

Buku Besar

Neraca Saldo Setlh


Penyesuaian

Ayat Jurnal
Penyesuaian

Neraca Saldo Seblm


Penyesuaian

REKONSILIASI (Penyesuaian)

L/K
Akuntansi

Rekonsiliasi
Fiskal

L/K
Fiskal

Rekonsiliasi
Perkiraan

Akuntansi

Positif

Fiskal

Negatif

Peredaran Usaha :

1
2
4
2
3

Tdk. Final

300.000.000

300.000.000

Final/Bukan Objek PPh

100.000.000

100.000.000

Biaya Usaha sesuai Fiskal terdapat


(Sumbangan 50.000.000)

200.000.000

50.000.00
0

150.000.000

Laba Operasi

200.000.000

50.000.00
0

100.000.000

150.000.000

Phslan bunga, jasa giro (final)

20.000.000

20.000.000

Phslan Dividen-Saham 50%


(Bukan Objek PPh)

30.000.000

30.000.000

250.000.000

50.000.00
0

150.000.000

150.000.000

Penghasilan Neto (Laba Bersih)

REKONSILIASI FISKAL

Penghasilan
3

PH
NETO

Bukan Objek

Objek PPh

FISKAL

(Pasal 4 ayat 3)

1
Bukan Final
(Pasal 4 ayat 1)

Final

(Pasal 4 ayat 2)

Biaya
(expenses)

2 Deductible
(Pasal 6 ayat 1)

1 Non Deductible
(Pasal 9 ayat 1 & PP)

KORE
KSI
5

FISKA

Objek PPh Bukan Final

Pasal 4 ayat (1) UU PPh


1. Tambahan kemampuan ekonomis
2. berasal dari dalam maupun luar
Indonesia,
3. dapat dipakai untuk konsumsi atau
menambah kekayaan
4. Dg nama & dalam bentuk apapun

Imbalan karena jaminan pengembalian hutang;


Dividen,
Royalti;
Penerimaan/perolehan pembayaran berkala;
Keuntungan karena pembebasan hutang;
Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja;

Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa;


Sewa & penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
Tambahan kekayaan neto berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak

Hadiah penghargaan/perlombaan;
Laba usaha;
Keuntungan karena penjualan/pengalihan harta;
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibiayakan;
Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

Surplus BI, Imbalan


Bunga,
Penghasilan
dari usaha berbasis
syariah; UU 36/2008

Contoh Penghasilan dikenakan


atau dipotong PPh Final Pasal 4 ayat (2)

UU PPh
No

Jenis

PPh

1.

Bunga Tabungan/Deposito, Jasa Giro (kecuali Bank)

20%

2.

Transaksi/Penjualan saham di bursa efek

0,1%

3.

Hadiah Undian

25%

4.

Jasa Konstruksi (Perusahaan Kontraktor)

5.

Sewa tanah dan/atau bangunan (Perusahaan Mall,dll)

6.

Revaluasi Aktiva Tetap

7.

Pengalihan Hak Tanah/Bangunan (Perusahaan Real Estat)

8.

Bunga/Diskonto obligasi

15%

9.

Transaksi kontrak berjangka di bursa

2,5%

10.

Diskonto SBI/SUN

20%

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

2% - 6%
10%
10%;18%
1%;5%

Penghasilan Bukan Objek PPh Untuk


Perusahaan Dalam Segala Bidang Usaha

Pasal 4 ayat (3) UU PPh

Jenis Phslan

Syarat

Bantuan / Sumbangan

tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau


penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan

Hibah

diterima oleh badan keagamaan, badan pendidikan, badan


sosial termasuk yayasan, koperasi

harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham
atau sebagai pengganti penyertaan modal

Dividen yang diterima a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
PT, koperasi, BUMN, b. bagi PT, BUMN, dan BUMD yang menerima dividen,
atau
BUMD,
dari
kepemilikan saham pada badan yang memberikan
penyertaan modal pada
dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang
badan
usaha
yang
disetor
berada di Indonesia

Utang yang dibebaskan Diterima oleh debitur yang jumlah utangnya tidak lebih
oleh
Bank
atau dari Rp 350 juta termasuk Kukesra, KUT, KPRSS, KUK,
Lembaga Pembiayaan
KUR, Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan
perkreditan Bank Indonesia dalam mengembangkan
PMK
usaha kecil dan koperasi
105/PMK.03/
PP 130 Thn 2000
2009

PMK
245/PMK.03/
2008

PENGELUARAN YANG BUKAN BIAYA FISKAL


( NON DEDUCTIBLE EXPENSES)
UU PPh Pasal 9 Ayat 1 & PERATURAN PEMERINTAH (PP 138
1. BIAYA YANG DIKELUARKAN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN
YANG DIKENAKAN PPh FINAL
2. BIAYA YANG DIKELUARKAN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN
YANG BUKAN OBJEK PAJAK
3. KERUGIAN YANG DIDERITA DI LUAR NEGERI
4. KERUGIAN ATAU BIAYA PENYUSUTAN AKTIVA YANG TIDAK
DIGUNAKAN UNTUK USAHA

PP
138
THN
2000

5. PPh YANG DITANGGUNG PEMBERI KERJA


6. PAJAK MASUKAN YANG TERKAIT DENGAN PENGELUARAN YANG
BUKAN BIAYA FISKAL SBGMANA DIMAKSUD DALAM PASAL
9 AYAT 1 UU PPh ATAU BUKTI PEMBAYARAN PPN TIDAK ADA
7. PENGELUARAN SBGMANA TERCANTUM DLM PSL 9 AYAT 1 UU PPh
8. BIAYA YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT DLM PSL 6 AYAT 1 UU PPh

UU
PPh

PENGELUARAN SEBGMANA TERCANTUM DALAM PASAL 9 AYAT 1


YANG BUKAN BIAYA FISKAL
1.

PEMBAGIAN LABA DENGAN NAMA DAN BENTUK APAPUN

2. BIAYA YG DIBEBANKAN/ DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI


PEMEGANG SAHAM, SEKUTU, ANGGOTA
3. PEMBENTUKAN/ PEMUPUKAN DANA CADANGAN
4. PREMI ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAN, DWIGUNA,JIWA,BEA SISWA YANG
DI BAYAR PERUSH. KECULAI SBG PHSLAN
5. PENGGANTIAN/ IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN/ JASA YG
DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA & KENIKMATAN

6. JUMLAH YG MELEBIHI KEWAJARAN YG DIBAYARKAN KEPADA PEMEGANG SHM/


PIHAK YANG MEMILIKI HUB. ISTIMEWA
7. HIBAH, BANTUAN, SUMBANGAN, DAN WARISAN SESUAI PSL 4 ayat (3) a & b
KECUALI SUMBANGAN DLM PSL 6 ayat (1) i s.d. m dan ZAKAT
8. PAJAK PENGHASILAN
9. BIAYA YG DIBEBANKAN/ DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WP/
TANGGUNGANNYA
10. GAJI YG DIBAYARKAN KPD ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA/PERSERO
KOMANDITER YG MODALNYA TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM
11. SANKSI ADMINISTRASI & SANKSI PIDANA YG BERKENAAN PELAKSANAN UU
PERPAJAKAN

Pemberian
1
PMK-83/PMK.03/2009
jo
PER
51/PJ/2009
Natura/Kenikmatan

JENIS PEMBERI PENERIMA

CONTOH

BUKAN
BIAYA

BUKAN
PHSLAN

PPh 21 Ditanggung Perush., Pengobatan


Karyawan, Premi Asuransi

BUKAN
BIAYA

PHSLAN

Natura dari Bukan Subjek Pajak atau Dari


Subjek PPh yang Dikenakan PPh Final

BIAYA

BUKAN
PHSLAN

1. Makan Seluruh Pegawai (tmsk kupon)


2. Berkaitan
dengan
pelaksanaan
pekerjaan, keamanan, keselamatan
kerja, atau berkenaan dengan
situasi lingkungan kerja misalnya
pakaian seragam pabrik, SATPAM,
HANSIP.
3. Daerah ttu dan Bea Siswa

D
E

BIAYA
BIAYA
50%

PHSLAN
BUKAN
PHSLAN

Tunjangan PPh 21, Premi Asuransi


HP & Mobil Pegawai ttu

ONTOH PENGELUARANPENGELUARAN YANG MERUPAKAN BIAYA


(DEDUCTIBLE EXPENSES) PASAL 6 AYAT (1) UU PPh
1.

Biaya biaya untuk 3M termasuk biaya pembelian bahan, biaya administrasi,


premi asuransi, biaya perjalanan, pajak kecuali PPh, biaya pengolahan
limbah, biaya promosi & penjualan, biaya berkaitan dg pekerjaan,dsb.

2.

Penyusutan dan amortisasi syarat digunakan untuk usaha atau yang


berkaitan dengan 3M.
4

3.

Iuran kepada dana pensiun syarat pendiriannya telah disahkan Menkeu

4.

Kerugian atas penjualan harta yang dimiliki WP syarat harta tsb digunakan
untuk usaha / 3M

5.

Kerugian selisih kurs mata uang asing (Fiskal mengikuti SAK)

6.

Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan syarat dilakukan di


Indonesia

7.

Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

8.

Piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih syarat ttu

9.

Sumbangan dengan Syarat Tertentu

UU 36/2008

2
3

Uang Perjalanan Dinas


&
Penggantian Pengobatan

No

Uraian

Pemberi Kerja Karyawan

Uang Perjalanan Dinas Biaya


Reimbursement

Penghasilan hanya
atas uang saku

Uang Perjalanan Dinas Bukan Biaya


Lump Sum
Biaya

Bukan Penghasilan
Ph. atas seluruhnya

Penggantian Pengobatan

Bukan Biaya

Bukan Penghasilan

Tunjangan Pengobatan

Biaya

Penghasilan

Pengobatan Gratis

Bukan Biaya

Bukan Penghasilan

Atas penyusutan dan biaya pemeliharaan rumah perusahaan yang ditempati


pegawai tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, kecuali pegawai
yang bersangkutan diberikan tunjangan 13
perumahan sebesar biaya tersebut.

PMK-02/PMK.03/2010

BIAYA PROMOSI & PENJUALAN

Seluruh
Jenis
Usaha

Biaya Promosi dan/atau Biaya Penjualan yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto harus memenuhi kriteria berikut :
untuk mempertahankan dan atau meningkatkan penjualan;
dapat berupa barang, uang, jasa, dan fasilitas;
diterima oleh pihak lain;
Ada daftar nominatif paling sedikit harus memuat data penerima berupa nama,
NPWP, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, No bukti pemot.
dan besarnya PPh
dilampirkan saat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan
Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
merupakan akumulasi dari jumlah :
biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media lainnya;
biaya pameran produk;
biaya pengenalan produk baru;dan/atau
biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.
14

PMK-57/PMK.03/2010

PIUTANG TAK TERTAGIH

Syarat untuk membiayakan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih :


1. Telah dibiayakan dalam laporan laba rugi komersial;
2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada DJP; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau ada perjanjian tertulis dengan
debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; atau ada pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan.

a. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil adalah
piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00 yang
merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang diberikan
oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri sebagai akibat
adanya pemberian Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra), Kredit
Usaha Tani (KUT), Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS),
Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit kecil lainnya
dalam
rangka
kebijakan
perkreditan
Bank
Indonesia
dalam
mengembangkan usaha kecil dan koperasi
b. Piutang yang nyata-nyata tidak ditagih kepada debitur kecil lainnya yang
15
jumlahnya tidak melebihi Rp 5.000.000,00

PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH


DIBEBANKAN SEKALIGUS
Pasal 9 ayat (2)

PENGELUARAN UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA


PENGHASILAN YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT LEBIH DARI SATU TAHUN

AMORTISASI

Dibebankan
melalui
SELAIN
BANGUNAN

PENYUSUTAN
BANGUNAN

METODE SALDO MENURUN


AKHIR MASA MANFAAT DISUSUTKAN SEKALIGUS
(CLOSED ENDED)

METODE GARIS LURUS (TIAP TAHUN SAMA BESARNYA)

USAHA
TERTENTU
DITETAPKAN
MENTERI
KEUANGAN

KBH dengan
PERTAMINA

TANAH TIDAK DAPAT DISUSUTKAN KECUALI TANAH YANG BERSTATUS HAK MILIK,
HGU DAN HGB DAN HAK PAKAI

SAAT MULAI PENYUSUTAN/AMORTISASI


Pasal 11 ayat (3),(4) dan (5)

PADA BULAN PENGELUARAN

KECUALI :

DASAR PENYUSUTAN BAGI WP YG


MELAKUKAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA

NILAI SETELAH
DILAKUKAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA

kecuali
Bidang usaha tertentu yang dapat berproduksi
berkali-kali dan baru menghasilkan setelah
lebih dari 1 tahun:
a.bidang usaha kehutanan
b.bidang usaha perkebunan tanaman keras
c.bidang usaha peternakan

Contoh:
Penyusutan 2010
Beli Mobil tgl 31 Desember 2010 = selama 1 bulan
Jual Mobil tgl 25 Januari 2010
=
tidak ada

PMK 248 & 249/PMK.03/2008

HARTA YG MASIH DLM


PROSES PENGERJAAN,
PADA BULAN SELESAINYA
PENGERJAAN

PADA BULAN HARTA


MULAI DIGUNAKAN/
MENGHASILKAN DENGAN
PERSETUJUAN DIRJEN PAJAK

MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN/AMORTISASI


Pasal 11 dan 11A

KEL. HARTA
TIDAK
BERWUJUD

KEL. HARTA
BERWUJUD
1. BUKAN BANGUNAN
- KELOMPOK 1
- KELOMPOK 2
- KELOMPOK 3
- KELOMPOK 4
2. BANGUNAN
PERMANEN
TDK PERMANEN

MASA
MANFAAT
4
8
16
20

THN
THN
THN
THN

20 THN
10 THN

TARIF PENYUSUTAN
GARIS LURUS

25
12,5
6,25
5
5
10

%
%
%
%

SALDO MENURUN

50 %
25 %
12,5 %
10 %

%
%

Pasal 11 ayat (11) PENENTUAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN


DITETAPKAN DENGAN PMK No. 96/PMK.03/2009 NAMUN DAPAT SESUAI MASA MANFAAT
SESUNGGUHNYA DENGAN MENGAJUKAN PERMOHONAN KE DJP
PENENTUAN KELOMPOK HARTA TIDAK BERWUJUD DISERAHKAN KEPADA MANAJEMEN
YANG KEMUDIAN MASA MANFAATNYA DISESUAIKAN DENGAN KELOMPOK TERDEKAT PADA
KELOMPOK HARTA TAK BERWUJUD UU PPh

Contoh Kompensasi Kerugian


2002

Laba (Rugi) Usaha


Fiskal *)
(400)

Penghslan
Kena PPh
0

2003

500

400

100

2004

(600)

2005

300

300

2006

200

200

2007

(500)

2008

700

100+500

100

2009

400

400

Tahun

Kompensasi

Kompensasi Kerugian 5 tahun berturut-turut atau sesuai skp

TARIF WP BADAN
P
A
S
A
L
17
&
31
E

Tarif tunggal sebesar 28% untuk tahun pajak 2009


(Pasal 17 ayat (1) huruf b). Mulai tahun 2010
diturunkan menjadi 25%.
WP badan dalam negeri berbentuk perseroan
terbuka dapat memperoleh tarif sebesar 5% lebih
rendah dari tarif WP badan yang berlaku
sepanjang selama 6 bulan dalam 1 tahun
memenuhi syarat (Pasal17 ayat (2b))
a.Jumlah kepemilikan saham publiknya paling
sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham
yang disetor dan dimiliki paling sedikit 300
pihak
b.Masing-masing hanya boleh memiliki saham
kurang dari 5%
20
WP badan dalam negeri dengan peredaran bruto

FASILITAS PASAL 31E AYAT (1)

S
E
6
6/
P
J/
2
0
1
0

Fasilitas pengurangan tarif sesuai dengan Pasal 31E ayat (1) UU PPh
dilaksanakan dengan cara self assessment pada saat penyampaian SPT Tahunan
PPh Badan. Dengan demikian, Wajib Pajak tidak perlu menyampaikan
permohonan untuk dapat memperoleh fasilitas tersebut.
Batasan peredaran bruto sampai dengan Rp50 M adalah sebagai batasan
maksimal peredaran bruto yang diterima atau diperoleh WP Badan dalam negeri
untuk dapat memperoleh fasilitas pengurangan tarif sesuai dengan Pasal 31E ayat
(1) UU PPh.
.Peredaran bruto dalam Pasal 31E ayat (1) UU PPh adalah penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, meliputi :
Phslan PPh Final

Phslan PPh Tidak Final

Fasilitas Pasal 31E ayat (1) tersebut bukan merupakan pilihan. Wajib Pajak badan
dalam negeri wajib mengikuti ketentuan fasilitas pengurangan tarif sesuai dengan
Pasal 31E ayat (1) UU PPh..
21

TARIF WP BADAN
No
P
A
S
A
L
17
&
31
E

No

Lapisan Penghasilan Kena Pajak

s.d Rp 50.000.000,-

10%

Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000,-

15%

Di atas Rp100.000.000,-

30%

Lapisan Omset

s.d 4,8 M

di atas 4,8 M s.d. 50 M

Tarif

Tarif
2009

Tarif
2010

Dasar

14%

12,5%

Pasal 31E ayat(1)


Pasal 31E ayat(1)

a) s.d. 4,8 M

14%

12,5%

b) Di atas 4,8 M s.d. 50 M

28%

25%

di atas 50 miliar

28%

25%

(4,8 M / Total Omset) x PKP


Sisa PKP
Pasal 17 ayat (1) huruf b

Perseroan terbuka dapat memperoleh tarif


sebesar 5% lebih rendah dari tarif WP badan
yang berlaku (Pasal 17 ayat (2b))
22

Omset
di atas 50 miliar

Omset
s.d. 4,8 miliar

PENGHITUNGAN PPh BADAN


Dg. Omset s.d. 4,8 Miliar atau > 50 Miliar

Peredaran bruto Koperasi I dalam tahun pajak 2010 sebesar


60.000.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
500.000.000.

Rp
Rp

Penghitungan pajak yang terutang:


Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenakan
tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto Koperasi I
melebihi Rp 50.000.000.000.
Pajak Penghasilan yang terutang:
25% x Rp500.000.000
= Rp125.000.000

Peredaran bruto Koperasi J dalam tahun pajak 2010 sebesar


Rp4.500.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp500.000.000.
Penghitungan pajak yang terutang:
Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut
dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku
karena jumlah peredaran bruto Koperasi J tidak melebihi Rp4.800.000.000.
Pajak Penghasilan yang terutang:
50% x 25% x Rp500.000.000 = Rp62.500.000
23

PENGHITUNGAN PPh Badan Dengan Omset


Sethn
>
4,8
Miliar
s.d.
50
Miliar
Peredaran bruto Koperasi K dalam tahun pajak 2010 sebesar
C
O
N
T
O
H

Rp 30.000.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar


Rp 3.000.000.000.
Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:
1.Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas:
(Rp4,8 miliar : Rp 30 miliar) x Rp3 miliar =
Rp 480.000.000
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas:
Rp3 miliar Rp 480.000.000
=
Rp 2.520.000.000
3.Pajak Penghasilan yang terutang:
- 50%x 25% x Rp480.000.000 =
Rp
60.000.000
- 25% x Rp2.520.000.000
=
Rp
630.000.000
Jumlah PPh yang terutang
=
Rp
690.000.000
24

ANGSURAN PPh PASAL 25


TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
A.

PPh Pasal 25 utk bulan Januari s.d. Maret = Angsuran bulan Desember tahun
pajak sebelumnya (kecuali SPT Tahunan sudah dilaporkan)

B. PPh Pasal 25 secara umum untuk bln April s.d. Desember


(PPh TERUTANG KREDIT PAJAK PPh 22,23,24)
12 bulan
C.

Dasar penghitungan angsuran adalah penghasilan neto fiskal tahun pajak


sebelumnya (dalam hal tidak terdapat kompensasi kerugian dan seluruh
penghasilan adalah teratur)

D.

Dalam hal terdapat penghasilan tidak teratur, angsuran PPh Pasal 25 dihitung
kembali

E.

Dalam hal terdapat kompensasi kerugian, angsuran PPh Pasal 25 dihitung


kembali

9 Perbedaan SPT Tahunan PPh Badan


Tahun Pajak 2009 dan 2010

9 Perbedaan SPT Tahunan PPh Badan


Tahun Pajak 2009 dan 2010

3
Pada form 1771 - IV PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

4
5

9 Perbedaan SPT Tahunan PPh Badan


Tahun Pajak 2009 dan 2010

6
7

8
9

Tentang Instruktur
Nama

Agus Puji Priyono

Tempat/Tgl Lhr

Semarang, 21 Agustus 1978

Alamat

Jalan Semarang No 15, Bandung

Telepon / HP

0227203450 / 08122486115

e-mail

agus.priyono2@pajak.go.id atau agus.priyono2@gmail.com

Pendidikan
2011

Peserta Certified Fraud Examiner - ACFE

2010

Peserta Sertifikasi Akuntan Manajemen (CPMA) - IAMI

2008

Pemegang Sertifikat Pajak Brevet B - IKPI

2007

PPAk Universitas Diponegoro, Semarang

2006

Pemegang Sertifikat Pajak Brevet A - IKPI

2002-2005
1997-2000

Jurusan Akuntansi Universitas Padjadjaran, Bandung


Program Diploma III Perpajakan Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara (STAN), Jakarta

Pengalaman
Instruktur Pelatihan Pajak Terapan (Brevet A&B Terpadu) di Bandung;
Fasilitator Seminar/Workshop/In House Training Perpajakan
Peneliti FORTRANS (Forum Studi & Transparansi Pajak)
Tenaga Pendidik FE UNPAD Bandung & USB (YPKP) serta PPA Unpar

29

PALING
LAMBAT
SETOR
LAPOR

PPH
BULANAN

PPH
TAHUNAN

TGL 15 BB
SEBELUM LAPOR SPT
TGL 20 BB KHUSUS NIHIL TGL 30 APRIL

Você também pode gostar