Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Nama
: Tn.R
Umur
: 58 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
: Pensiun
Masuk RS
ANAMNESIS
Diperoleh dari istri dan anak pasien( aloanamnesa).
Dilakukan pada tanggal 20 Februari dan 21 Februari 2015
II.1 Keluhan utama
Penurunan kesadaran
II.2 Keluhan Tambahan
Lemah di anggota gerak kanan, susah berbicara, dan mulut pelo
II.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien ditemukan oleh istri terjatuh dalam
posisi terlentang di depan rumah. Pasien ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sebelum
ditemukan terjatuh di depan rumah, diakui oleh istri, penderita tidak mengeluh kesemutan, mual,
kejang, sesak, nyeri kepala, dan pusing.
Kemudian langsung dibawa ke RS PKT untuk dilakukan pemeriksaan CT Scan, pemeriksaan
darah dan Rontgen thoraks. Kurang lebih 1 jam SMRS dalam perjalanan ke RS PKT, pasien
sadarkan diri dan diakui mengalami muntah secara tiba-tiba sebanyak satu kali. Didapatkan
pasien mengalami bicara pelo / berbicara tidak jelas dan terdapat kelemahan pada anggota gerak
kanan.
Setelah jatuh, pasien tidak mengeluh nyeri kepala, sesak, mual, kejang dan penglihatan kabur.
Anggota gerak kanan terasa berat untuk digerakkan. Bicara pelo tidak jelas dan mulut sedikit
perot. Tidak disertai dengan keluhan kejang, pilek, batuk, demam, gangguan pendengaran,
kesemutan, pandangan ganda dan riwayat kepala terbentur sebelum kejadian. Pada saat masuk
rumah sakit penderita mengalami kelemahan anggota gerak kanan. Bicara pelo tidak jelas.
Terdapat 1x muntah proyektil.
Menurut istrinya, penderita tidak pernah mengeluh sakit kepala sebelumnya dan tidak pernah
mengalami keluhan serupa sebelumnya. Disangkal adanya riwayat darah tinggi sebelumnya.
Disangkal adanya riwayat tumor. Tidak ada gangguan BAK dan BAB.
II.4 Riwayat penyakit dahulu
RESUME ANAMNESIS
Seorang laki-laki, umur 58 tahun dengan kelemahan anggota gerak kanan, dengan riwayat 4 jam
sebelum masuk RS terjatuh di depan rumah dan dalam keadaan tidak sadar. Setelah itu 3 jam
kemudian sadarkan diri mengalami muntah secara tiba-tiba dan mengalami kelemahan anggota
gerak kanan,bicara pelo dan mulut perot.
Saat masuk RS pasien mengalami kelemahan anggota gerak kanan dan bicara pelo tidak jelas.
Terdapat 1x muntah proyektil, tidak ada sesak,tidak demam,dan tidak kejang. Riwayat kencing
manis dan riwayat hipertensi tidak diketahui karena tidak pernah melakukan pemeriksaan.
Diakui mempunyai riwayat hipertensi dikeluarga. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
DISKUSI 1
Dari data anamnesis didapatkan suatu kumpulan gejala berupa kelemahan anggota gerak kanan,
yang sifatnya mendadak setelah sadarkan diri disertai bicara pelo dan tidak jelas, penurunan
kesadaran dengan onset akut. Pada penderita tidak didapatkan defisit neurologis yang terjadi
secara progresif, berupa kelemahan motorik yang terjadi akibat suatu proses destruksi maupun
nyeri kepala kronik akibat dari proses kompresi dengan segala akibatnya yang merupakan
gambaran umum pada tumor otak (Greenberg, 2001). Gejala-gejala abses serebri berupa nyeri
kepala yang cenderung memberat, demam, defisit neurologi fokal dan kejang juga tidak terdapat
pada penderita ini (Adam et al, 2001; De angelis, 2001).
Defisit neurologis akut yang terjadi secara spontan tanpa adanya faktor pencetus yang jelas
berupa trauma dan gejala infeksi sebelumnya mengarah ke suatu lesi vaskuler karena onsetnya
yang mendadak. Sehingga pada penderita mengarah pada diagnosis stroke. Menurut WHO,
stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau
global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke juga didefinisikan oleh
Davenport & Davis sebagai gangguan fungsi otak akut akibat gangguan suplai darah di otak,
atau perdarahan yang terjadi mendadak, berlangsung dalam atau lebih dari 24 jam yang
menyebabkan cacat atau kematian.
Pasien berumur 58 tahun dan berjenis kelamin laki laki yang termasuk kejadian terbanyak
menurut beberapa penelitian. Penelitian Denise Nasissi, 2010 menunjukkan dari 251 penderita
stroke, ada 47% wanita dan 53% laki-laki dengan rata-rata umur 49 tahun (78% berumur lebih
dari 50 tahun). Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk stroke. Risiko stroke
adalah dua kali ganda untuk setiap 10 tahun di atas 55 tahun. (Sotirios, 2000).
Klasifikasi Stroke
Berdasarkan etiologi Hinton (1995) membagi stroke menjadi dua :
Stroke hemoragik / perdarahan yaitu suatu gangguan fungsi saraf yang disebabkan
kerusakan pembuluh darah otak sehingga menyebabkan pendarahan pada area tersebut.
Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
Stroke nonhemoragik / iskemik, yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh
tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrisi ke area yang
mendapat suplai terganggu.
Stroke Trombotik
Stroke Embolik
Hipoperfusion Sistemik
Penentuan terapi stroke saat ini berdasarkan jenis patologi stroke iskemik atau perdarahan.
Diagnosis baku emas (gold standard) dengan menggunakan CT Scan atau MRI yang jumlahnya
masih sangat terbatas di Indonesia.
Ada beberapa sistem skoring yang dapat dipakai untuk membantu dokter membedakan antara
stroke iskemik atau stroke hemorhagik. Yang cukup banyak dipakai adalah Siriraj Score yang
pertama kali dikembangkan di Thailand. Kolapo, dkk di Nigeria membandingkan skor Siriraj
dgn CT-Scan. Sensitivitas (Sn) dan spesifisitas (Sp) berkisar antara 71-82%.
No
Gejala/Tanda
Penilaian
Indeks
Skor
X 2,5
2,5 +
Kesadaran
(0) Tidak
(1) Ya
2
Muntah
X2
2+
X2
0+
X 10%
9,2 +
X (-3)
12
12
(0) Tidak
(1) Ya
3
Nyeri kepala
Tekanan darah
Diastolik
Ateroma
a. D M
b. Angina pektoris
(0) Tidak
c. Klaudikasio termiten
(1) Ya
5
6
Konstante
H AS I L S S S
Tabel 1. Siriraj Stroke Score (SSS)
Catatan :
1. SSS > 1 = Stroke hemoragik
2. SSS < -1 = Stroke non hemoragik
1,7
Berdasarkan aloanamnesa, pasien didapatkan jumlah skor siriraj >1 mengacu pada diagnosis
stroke hemoragik.
Suatu tes diagnostik pengganti, Algoritma Stroke Gadjah Mada (ASGM) dapat digunakan
sebagai diagnosis pengganti dalam menetukan jenis patologi stroke dengan parameter penurunan
kesadaran, nyeri kepala dan refleks babinski (Dahlan 1999 ; Lamsudin, 1999).
Pada pasien ini didapatkan penurunan kesadaran, disangkal adanya nyeri kepala dan pada
pemeriksaan didapatkan refleks babinski positif, sehingga menurut ASGM, didapatkan adanya
penurunan kesadaran dan refleks babinski positif pada penderita ini, diagnosis dicurigai sebagai
stroke perdarahan.
Stroke Perdarahan
Lebih kurang 15 % penderita stroke, mengalami stroke perdarahan. Termasuk didalamnya
perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid akibat pecahnya aneurisma, malformasi
arteriovenosa, alkoholisme, diskrasia darah dan angiopati amiloid (Toole, 1990 ; Lindsay, 1997).
Berdasarkan letak perdarahan, stroke hemoragik bisa dibagi menjadi 2 jenis, yakni :
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis melemahkan
arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunaan kokain atau amfetamin dapat menyebabkan
tekanan darah dan perdarahan sementara tapi sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah
protein abnormal yang disebut amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut
angiopati amiloid) melemahkan arteri dan dapat menyebabkan perdarahan (Sotirios AT, 2000).
Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun, perdarahan karena cedera
kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dianggap sebagai stroke.Perdarahan
subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan yaitu, ketika perdarahan tidak
hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti kecelakaan atau jatuh. Sebuah perdarahan spontan
biasanya hasil dari pecahnya aneurisma mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian
aneurisma yang menonjol di daerah yang lemah dari dinding arteri itu.Aneurisma biasanya
terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul pada saat kelahiran (bawaan), atau dapat
berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun dimana tekanan darah tinggi melemahkan
dinding arteri.Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital
(Sotirios AT, 2000).
Penyebab perdarahan intraserebral spontan dibedakan atas perdarahan primer dan perdarahan
sekunder. Penyebab perdarahan primer adalah penyakit hipertensif kronik yang menyebabkan
vaskulopati serebral dengan akibat pecahnya pembuluh darah otak. Lokasi yang paling sering
untuk perdarahan tipe ini adalah ganglia basalis (65%), batang otak (10%) serebelum (10%),
subkortikal(15%). Sedangkan perdarahan sekunder terjadi antara lain akibat anomaly vaskuler
congenital, koagulopati, tumor otak, vaskulopati non hipertensif ( amiloid serebral), vaskulitis,
dan obat anti koagulan (Heiskanen,1993).
Terdapat riwayat penyakit keluarga pasien memiliki penyakit hipertensi. Hipertensi merupakan
prediktor
kuat
70%
untuk
terjadinya
stroke
perdarahan
(Bronner,2000).
Pecahnya
DIAGNOSIS SEMENTARA
: Penurunan kesadaran dengan lateralisasi dextra, kelemahan anggota
Diagnosis Klinis
Diagnosis topik
: Hemisphere sinistra
Diagnosis etiologi
PEMERIKSAAN FISIK
VI.1 Status Generalis (Dilakukan tanggal 20 Februari 2015)
Keadaan umum
Kesadaran kualitatif
: somnolen GCS E3 Vx M6
Tanda vital
Kepala
diameter 3mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+, dalam batas normal
: limfonodi tidak teraba pembesaran, JVP tidak meningkat, Leher tegang
Leher
Dada
Paru
Jantung
Abdomen
teraba pembesaran
Ekstremitas
: SDN
Perasaan hati
: sdn
Orientasi
: sdn
Kecerdasan
: sdn
Daya ingat
: sdn
Gerakan abnormal
: tidak ada
Kepala
Leher
KANAN
KIRI
Daya penghiduan
sdn
sdn
Daya penglihatan
sdn
sdn
Penglihatan warna
sdn
sdn
N.II
Lapang pandang
sdn
sdn
N.III
Ptosis
(-)
(-)
Nervus kranialis
N.I
N.IV
N.V
N.VI
N.VII
Ukuran pupil
3 mm
3 mm
Bentuk pupil
bulat
bulat
(+)
(+)
(+)
(+)
Strabismus divergen
(-)
(-)
Strabismus konvergen
(-)
(-)
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas muka
Reflek kornea
Trismus
(-)
(-)
Strabismus konvergen
(-)
(-)
Diplopia
Kedipan mata
dbn
dbn
Lipatan nasolabial
menurun
dbn
Sudut mulut
miring
Mengerutkan dahi
Mengerutkan alis
Menutup mata
dbn
dbn
dbn
Meringis
asimetris
dbn
Menggembungkan pipi
Tidak bisa
sdn
sdn
Tes Rinne
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tes Webber
Tidak dilakukan
Tes Schwabach
Tidak dilakukan
Arkus faring
Simetris
Reflek muntah
Sengau
Tersedak
Denyut nadi
Arkus faring
simetris ka>ki
Bersuara
Menelan
Memalingkan kepala
dbn
Sikap bahu
Simetris
Mengangkat bahu
dbn
N.IX
eutrofi
N.XII
Sikap lidah
simetris
Tidak dilakukan
N.VIII
N.IX
N.X
dbn
Artikulasi
disartria
Tremor lidah
(-)
(-)
Menjulurkan lidah
miring
normal
eutrofi
eutrofi
Fasikulasi lidah
(-)
(-)
Ekstremitas
: lateralisasi dextra
Reflek Patologis
Sensibilitas
: sdn
Vegetatif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
VII.1 Laboratorium
20 Februari 2015
Darah Rutin
Hemoglobin
Gol darah
: 14,9
Kimia Klinik
:B
Lekosit
: 11,7
Eritrosit
: 4,8
Hematokrit
: 42
Gula Darah Sewaktu : 135
Trombosit
MCV
: 253
Ureum
: 44
Creatinin
: 1,0
Kolesterol
: 160
: 87
MCH
: 31
MCHC
: 36
Treigliserida : 183
Limfosit%
: 18,5
Monosit%
: 3,4
Asam urat
: 6,4
Elektrolit Darah
Eusinofil %
: 3,0%
Na
: 139
Basofil %
: 0,2%
: 3,5
Netrofil %
: 74,9%
Cl
: 103
LED
:9
Imunologi
HbsAg
II
: 21
: Negatif
DISKUSI II
Pada penderita ini didapatkan adanya hemiparese dextra, parese N.VII & N.XII. Keluhan
disertai muntah dan bicara pelo, tidak disertai dengan nyeri kepala, namun reflek patologis yaitu
babinski positif. Berdasarkan aloanamnesa, pasien didapatkan jumlah skor siriraj >1 mengacu
pada diagnosis stroke hemoragik. Pada kriteria ASGM terdapat dua dari tiga gejala yakni,
penurunan kesadaran dan babinski positif yang mengarah diagnosis pada stroke perdarahan
intraserebral (Lamsudin,1998). Juga didapatkan adanya hipertensi, dimana hipertensi merupakan
prediktor kuat 70% untuk terjadinya stroke perdarahan. ( bronner, 2000).
PIS
PSA
Usia
40-60
Tidak tentu
Onset
Akut (dtk/mnt)
Akut (mnt/jam)
Saat
Aktiitas
Aktivitas
Sakit kepala
++
++++
Muntah
++
++++
Prodromal
Kesadaran/Herniasi Otak
Cepat koma
Kaku Kuduk
++ jarang
++++ selalu
Kelumpuhan
Variasi
Arterial Sindrom
Kadang
Kejang/Rigiditas
Sering+++
Kadang++
Reflek Patologis
Segera
Variasi
Hiperdens
Head CT-Scan
subarkhnoid
Hipertensi
Selalu +
Variasi
Jantung
Hipertrofi LV
Variasi
Riwayat
Hipertensi
LP/LCS
N/darah++
Darah++++
pada
lapisan
Pada kasus, pasien usia 58 tahun, onset akut dalam beberapa detik hingga menit, serangan terjadi
saat aktifitas di depan rumah, tidak terdapat nyeri kepala, terjadi muntah proyektil 1 x, terjadi
penurunan kesadaran, kaku kuduk (), terjadi kelumpuhan cepat hemipharese dekstra, tidak
terjadi kejang, terdapat reflex patologis positif, terdapat riwayat hipertensi. Hasil Head CT-scan
tampak lesi hiperdens dengan edema perifokal pada daerah putamen, capsula externa sampai
corona radiate kiri. Berdasarkan gejala dan hasil CT-scan menunjukkan pasien ini mengalami
perdarahan intraserebral.
Hipertensi yang lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid yang
memperlemahh dinding pembuluh darah yang kemudian menyebabkan rupture intima dan
menimbulkan aneurisma. Selanjutnya dapat menyebabkan mikrohematoma dan edema.
Hipertesnsi kronik dapat juga menimbulkan aneurisma-aneurisma kecil (diameter 1 mm) yang
tersebar di sepanjang pembuluh darah, aneurisma ini dikenal sebagai aneurisma Charcot
Bouchard (Toole JF,1990).
Perdarahan di putamen, thalamus, dan pons biasanya akibat rupture arteri lentikulostriata, arteri
thalamoperforating dan kelompok basilar-paramedian (Feldmann, 1998).
Dimana penyebab perdarahan intrakranial ( perdarahan intraserebral, subarakhnoid, ventrikuler,
dan perdarahan subdural) menurut Adams tahun 2002 adalah :
1. primer ( hipertensive ) ICH
2. ruptur dari saccular aneurisma
3. ruptur AVM
4. amyloid angiopathy
5. infark hemoragik
6. trauma
7. gangguan perdarahan : warfarin antikoagulan, leukemia, aplastik anemia, purpura
trombositopenia,
penyakit
hati,
komplikasi
akibat
pembelian
trombolitik,
selama
arteriografi,
komplikasi
dari
fistula
carotis-cavernosa
12. perdarahan akibat penyebab yang belum diketahui (tekanan darah normal, tidak ada
koagulopati, AVM, maupun aneurisma
Pada manifestasi perdarahan intraserebral, terdapat pembagian berdasarkan Luessenhop et al.
Pembagian ini juga berguna dalam menentukan prognosis pada pasien stroke dengan perdarahan
intraserebral.
DIAGNOSA AKHIR
Penurunan kesadaran dengan lateralisasi dextra, afasia motorik dan
Diagnosis Klinik
mulut perot
Acute Spastic Hemiparese Upper Motor Neuron Dextra dan Acute
Diagnosis Pulang
Diagnosis topik
Hemisphere sinistra
Diagnosis etiologik
Stroke hemoragik
PLANNING
Konsultasi Rehab Medik (Fisioterapi) : positioning, alih baring, terapi gerak aktif dan
pasif, bed rest.
Urin Cateter
PENATALAKSANAAN
XI.1 Rawat Inap
1. Infus RL 20 tpm
2. Urin Cateter
3. Citicolin 2 x 500 mg
4. Piracetam 3x 3 gr
5. Ranitidin 21
6. Metilcobalamin 11
7. Manitol 4|3|2|2|1 x 125 mg
8. Ceftriakson 2 x 1 gr
9. Furosemid 11
XI.2 Rawat Jalan
1. Citicolin 21 tab (500mg)
2. Mecobalamin 2 x 1 tab (500mg)
Pemeriksaan kesehatan teratur dan taat pada nasihat dokter dalam hal diet dan obat
Piracetam berperanan meningkatkan energi (ATP) otak, meningkatkan aktifitas adenylat kinase
(AK) yang merupakan kunci metabolisme energi dimana mengubah ADP menjadi ATP dan AMP,
meningkatkan sintesis dan pertukaran cytochrome b5 yang merupakan komponen kunci dalam
rantai transport elektron dimana energi ATP diproduksi di mitokondria (James, 2004). Piracetam
juga digunakan untuk perbaikan defisit neurologi khususnya kelemahan motorik dan kemampuan
bicara pada kasus-kasus cerebral iskemia, dan juga dapat mengurangi severitas atau kemunculan
post traumatik / concussion sindrom.
Citicolin
berperan
untuk
perbaikan
membran
sel
saraf
melalui
peningkatan
sintesisphosphatidylcholine dan perbaikan neuron kolinergik yang rusak melalui potensiasi dari
produksi asetilkolin. Citicoline juga menunjukkan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan
kognitif, Citicoline diharapkan mampu membantu rehabilitasi memori pada pasien dengan luka
pada kepala dengan cara membantu dalam pemulihan darah ke otak. Studi klinis menunjukkan
peningkatan kemampuan kognitif dan motorik yang lebih baik pada pasien yang terluka di
kepala dan mendapatkan citicoline. Citicoline juga meningkatkan pemulihan ingatan pada pasien
yang mengalami gegar otak.
Sohobion merupakan vitamin B complex yang yang terdiri dari vitamin B1 100 mg, vitamin B6
100 mg, vitamin B12 5000 mcg. Indikasi pemberian sohobion untuk terapi defisiensi vitamin B
1, B6 dan B12 misalnya beri-beri, neuritis perifer dan neuralgia.
Metilkobalamin adalah metabolit dari vitamin B12 yang berperan sebagai koenzim dalam proses
pembentukan methionin dari homosystein. Reaksi ini berguna dalam pembentukan DNA, serta
pemeliharaan fungsi saraf. Metilkobalamin berperan pada neuron susunan saraf melalui aksinya
terhadap reseptor NMDA dengan perantaraan S-adenosilmethione (SAM) dalam mencegah
PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
1. Davenport , R., Dennis, M., 2000, Acute Stroke In Neurological Emergencies, 3rd Ed,
BMJ Publishing Group, London
Denise.
Hemorrhagic
Stroke
Emedicine.
Medscape,
2010.
[diunduh
dari:http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
9. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New York. Thieme
Stuttgart. 2000.
10. Bronner LL., Kanter DS, Manson JE, 2000: Primary Prevention of Stroke : Medical
Progress, The New England Journal of Medicine.
11. Hinton Stroke, in Samuel MA Manual of Neurologic Therapeutics. Fifth Edition. Litle
Brown and Company Ney York 1995 ; 207 24. 12.
12. Meliala & Barus, 2008. Metilkobalamin dan penyakit-penyakit neurologis
13. Toole JF: cerebrovascular disorder, 4 th ed, Raven Press, New York, 1990,365-376
14. Feldmann E : Intracerebral hemorrhage, Stroke;22:5: 684-91
15. Perjalanan
Penyakit
Peredaran
Darah
Otak.
FK
UI/RSCM,
2006.
Diunduh
dari:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.
pdf/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.html[Tanggal: 28 Februari 2014]