Você está na página 1de 15

1.

Hakikat media audiovisual


Pengertian Media Audio Visual
Sebelum beranjak ke pengertian media audio visual maka terlebih dahulu kita
mengetahui arti kata media itu sendiri. Apabila dilihat dari etimologi kata media
berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar, maksudnya sebagai perantara atau
alat menyampaikan sesuatu (Salahudin,1986: 3).
Sejalan dengan pendapat di atas, AECT (Association For Education
Communication Technology) dalam Arsyad mendefinisikan bahwa media adalah
segala bentuk yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan informasi (Arsyad
2002:11).
Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan
perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media
yang dapat dilihat dan didengar (Rohani, 1997: 97-98). Media audio visual adalah
merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui
pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
2. Karakteristik Media Audiovisual
Teknologi Audio visual cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi
yaitu dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan
pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan
pemakaian perangakat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film,
tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Karakteristik atau ciri-ciri utama
teknologi media audio-visual adalah sebagai berikut:
a. Mereka biasanya bersifat linier;
b. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis;
c. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
perancang/pembuatnya;
d. Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak;
e. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif;
f. Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif
murid yang rendah.
3. Istilah-istilah dalam Pembuatan Media Audiovisual
Acting :
Sebuah proses pemahaman dan penciptaan tentang perilaku dan karakter pribadi
dari seseorang yang diperankan
Addes Scenes :
Adegan yang ditambahkan kedalam konsep asli, biasanya diambil setelah film
diselesaikan

Agent (Agent Model) :


Seseorang yang dipekerjakan oleh satu atau lebih talent agency atau serikat pekerja
untuk mewakili keanggotaan mereka dalam berbegosiasi kontrak individual yang
termasuk gaji, kondisi kerja, dan keuntungan khusus yangtidak termasuk dalam
standard guilds atau kontrak serikat kerja. Orang ini diharapkan oleh para
aktor/aktris untuk mencarikan mereka pekerjaan dan membangun karir mereka
Art Departement :
Bagian artistik. Bertanggung jawab terhadap perancang set film. Seringkali
bertanggung jawab untuk keseluruhan desain priduksi. Tugasnya biasanya
dilaksanakan dengan kerjasama yang erat dengan sutradara.
Art Director :
Seorang asisten sutradara film yang memperhatikan administrasi, hal yang penting
sehingga departemen produksi selalumengetahui perkembangan terbaru proses
pengambilan film. Ia bertanggung jawab akan kehadiran aktor/aktris pada saat dan
tempat yang tepat, dan juga untuk melaksanakan instruksi sutradara.
Available Lighting :
Pengambilan gambar tanpa tambahan cahaya buatan manusia
Audio Visual :
Sebutan untuk perangkat yang menggunakan unsur suara dan gambar
Art Director :
Pengarah artistik dari sebuah produksi
Asisten Produser :
Seorang yang membantu produser dalam menjalankan tugasnya
Angle :
Sudut pengambilan gambar
Barney :
Bungkus kain pada pelindung yang dapat dipakaikan pada kamera film atau
blimped kamera film, untuk mengurangi suara mekanisme. Ada juga heated barney
yang digunakan dalam suhu dingin.
Best Boy :
Asisten Gaffer atau asisten Key Grip.

Breakaway :
Sebuah set atau hand property, misalnya botol atau kursi yang dirancang untuk
rusak dengan cara-cara tertentu sesuai aba-aba.
Breakdown :
Biasanya merujuk pada jumlah spesifik rincian pengeluaran dalam sebuah produksi
film. Dapat juga berarti pengaturan atau perencanaan berbagai adegan beserta
urutan pengambilannya.
Breakdown Shot :
Penentuan gambar yang sesuai dengan naskah atau urutan acara
Cameraman :
- First Cameraman sering disebut sebagai Penata Fotografi (Director of
Photography) atau kepala kameramen, bertanggung jawab terhadap pergerakan dan
penempatan kamera dan juga pencahayaan dalam suatu adegan. Kecuali dalam unit
produksi yang kecil, Penata Fotografi tidak melakukan pengoperasian kamera
selama syuting yang sesungguhnya.
- Second Cameraman sering disebut sebagai asisten kameramen atau operator
kamera, bertindak sesuai instruksi dari kameramen utama dan melakukan
penyesuaian pada kamera atau mengoperasikan kamera selama syuting.
- First Assistant Cameramen sering disebut Kepala Asisten untuk pada operator
kamera. Seringkali bertanggung jawab untuk mengatur fokus kamera (untuk
kamera film)
- Second Assistant Cameraman, menjadi asisten operator kamera.
Camera Noise :
Bunyi Kamera. panggilan dari bagian tata suara (Sound Departement) di set untuk
mereangkan bahwa ia menerima bunyi dari kamera sehingga harus digunakan
kamera lain, melakukan perbaikan kamera atau diperlukan penghalusan tambahan
terhadap kamera dengan menggunakan barney atau selimut.
Camera Report :
Salinan yang disimpan dalam tiap magazine film tempat asisten kameramen
mencatat panjang pengambilan tiap adegan, nomer adegan, dan perintah untuk
mencetak atau tidak. Laporan kamera diberikan ke laboratorium proses, bagian
kamera, dan bagian produksi.
Camera Right, Camera Left :
Petunjuk bagi seorang aktor/aktris untuk berputar atau bergerak. Petunjuk ini
berdasarkan sudut pandang sutradara atau kamera dan dibalik sesuai dengan
keadaan aktor. Ketika menghadap lensa maka bagian kanan aktor adalah bagian kiri
kamera dan juga sebaliknya.

Camera Tracks :
Lintasan Kamera yang terbuat dari metal atau lembaran kayu lapis ukuran 4 x 8
yang diletakkan dilantai untuk membawa dolly atau camera boom. Lintasan
digunakan untuk menjamin kehalusan gerakan kamera.
Casting Director :
Orang yang memimpin pemilihan dan pengontrakan aktor/aktris untuk memenuhi
bagian yang dibutuhkan dalam sebuah naskah.
Cinematographer (Sinematografer) :
Penata Fotografi. Orang yang melaksanakan aspek teknis dari pencahayaan dan
fotografi adegan. Sinematografer yang kreatif juga akan membantu sutradara dalam
memilih sudut, penyusunan, dan rasa dari pencahayaan dan kamera.
Cutting on The Action :
Menggunakan sebuah tindakan besar dari seorang aktor/aktris sebagai titik untuk
masuk lebih dekat atau lebih jauh dari orang tersebut.
Diffusers :
Potongan materi difusi diletakkan di depan lampu studio untuk memperhalus.
Dolly :
Kendaraan/alat beroda untuk membawa kamera dan operator kamera selama
pengambilan gambar. Dolly biasanya dapat didorong dan diarahkan oleh satu orang
yang disebut Dolly Grip.
Dollying :
Pergerakan kamera selama pengambilan gambar dengan menggunakan
kendaraan/alat beroda yang mengakomodasikan kamera dan operator kamera.
Kadang disebut juga tracking atau trucking.
Dubbing :
Perekaman suara manusia secara sinkron dengan gambar film. Suaranya mungkin
atau mungkin tidak berasal dari aktor/aktris yang sesungguhnya serta bisa juga
bahasa yang digunakan ketika film tersebut dibuat.
Dubbing biasanya diselesaikan dengan menggunakan Film Loops bagian pendek
dari sebuah gambar beserta dialognya dalam bentuk married print. Aktor/aktris
menggunakan gambar dan soundtrack playback sebagai panduan untuk
mensinkronkan gerakan bibir dalam gambar dengan perekaman suara terbaru.
Umumnya digunakan untuk memperbaiki perekaman asli yang buruk., performa
artistik yang tidak dapat diterima atau kemungkinan kesalahan dalam dialognya.
Juga digunakan untuk perekaman lagu dan versi bahasa lain setelah proses
pemfilman.

Editor :
Sebutan bagi seseorang yang berprofesi sebagai ahli pemotongan
gambar video dan audio.
Electric Departement :
Bertanggung jawab terhadap penjagaan dan penyediaan segala alat elektrik.
(misalnya: lampu, kabel, dan lain sebagainya) untuk kebutuhan film.
Ext. :
Eksterior. Bagian manapun dari film yang direkam di luar ruangan; jalanan kota,
stadium, gurun, hutan, atau puncak gunung, beberapa lokasi dapat dibuat ulang di
sounstage studio namun tetap dinamakan eksterior dalam naskah.
Final Editing :
Proses pemotongan gambar secara menyeluruh
Floor Director :
Seseorang yang bertanggungjawab membantu mengkomunikasikan
keinginan sutradara dari master control ke studio produksi
Footage Counter :
Alat penghitung yang berada pada kamera untuk tetap dapat mengikuti jumlah film
yang telah diekspose.
Hand Held :
Mengambil gambar dengan kamera ringan seperti handycam, jenis yang dapat
ditahan oleh operator kamera dengan tangannya selagi mengambil gambar,
berlawanan dengan meletakkannya pada gear head atau tripod. Memberikan
fleksibilitas yang lebih. Teknik penggunaan kamera dengan tangan tanpa tripod
Independent :
Seseorang yang membuat film tanpa dipekerjakan oleh sebuah studio besar.
Int. :
Interior. Bagian dari film yang diambil didalam ruangan. Interior dapat berupa set
yang dibentuk di studio atau diluar studio. Lebih dikenal sekarang ini sebagai
location interiors.
Lip-Sync :
Sesi perekaman saat seoarang aktor/aktris menyesuaikan suaranya dengan gerakan
bibir dari gambar.

Location Departement :
Bertanggung jawab untuk mendapatkan lokasi khusus yang dibutuhkan untuk
syuting film serta membuat penagturan agar seluruh kru dan peralatan dapat
mencapai lokasi tersebut.
Long Focus Lens :
Istilah yang relatif digunakan untuk menggambarkan lensa yang lebih panjang dari
ukuran fokus normal (telephoto) dan memberikan perbesaran image.
Looks :
Arah khusus yang diminta pada aktor/aktris untuk menagrahkan matanya dengan
tujuan untuk menyesuaikan tindakan pada gambar sebelumnya. Bisa juga untuk
mengindikasikan lokasi seseorang atau benda yang tidak ada dalam gambar,
misalnya diluar kamera.
Magnetic Recorder :
Alat perekam pita magnetik.
Make-Up Call :
Waktu untuk aktor/aktris berada pada bagian make-up atau ruang rias sebelum
dimulainya syuting.
Make-Up Departement :
bagian yang bertanggung jawab terhadap penampilan aktor/aktris agar sesuai
dengan kebutuhan skenario pada saat syuting.
Montage :
Urutan gambar yang mengalir, menyatu, atau kadang dipotong dari yang satu ke
yang lainnya. Digunakan untuk memperlihatkan peningkatan atau pembalikan
waktu terhadap perubahan lokasi.
Moving Shot :
Teknik pengambilan gambar dari obyek yang bergerak.
Music Departement :
Bertanggungjawab dalam pengaturan atau menyediakan musik yang akan
digunakan dalam film.
Overlap :
Perintah untuk aktor/aktris agar memulai dialog tanpa harus menunggu pemeran
lainnya menyelesaikan dialognya.

Retake :
Pengambilan ulang suatu gambar/adegan
Scouting :
Mencari lokasi untuk produksi atau bisa juga mencari orang yang berbakat.
Screen Play :
Naskah lengkap yang menjadi bahan untuk melakukan produksi film.
Screen Test :
Sebuah adegan yang memberikan kesempatan bagi aktor/aktris untuk
memperlihatkan kemampuannya. Adegan ini biasanya diambil dari film untuk
mempertimbangkan seorang aktor/aktris diambil lengkap dengan menggunakan
kostum, set, dan riasan.
Tag, Tag Line :
Kalimat atau tindakan dalam sebuah adegan terakhir dari sebuah film yang
diharapkan dapat menjadi puncak dari apa yang telah disuguhkan sebelumnya.
Teaser :
Adegan pertama dari keseluruhan gambar dari cerita. Biasanya adegan yang
menarik, digunakan di televisi.
Treatment :
Presentasi detail dari cerita sebuah film namun belum berbentuk naskah.
Wipe :
Efek optik antara 2 gambar dimana gambar ke-2 mulai di bagian luar layar dan
menghapus gambar pertama sampai dengan garis yang masih terlihat dan pada
akhirnya menutupi gambar pertama.
Wrap :
Perintah yang digunakan untuk memberitahukan pada semua orang bahwa syuting
pada hari itu sudah selesai.

4. Cara Menulis Sinopsis Media Audiovisual dengan Shooting Script


Penulisan Naskah Media

Pengertian Penulisan Naskah Media


Naskah program media merupakan bentuk penyajian materi intruksional berupa
teks, gambar, dan suara serta sebagai penuntun dalam memproduksi program media.
Dalam artian naskah tersebut menjadi penuntun kita dalam merekam suara, memadukan
gambar dan suara, memasukkan musik dan FX (effect) sehingga menarik serta mudah
diterima.
Langkah Sebelum Memulai Penulisan Naskah
1. Mengidentifikasi sasaran yang akan menggunakan program media tersebut.
2. Mengembangkan atau mendeskripsikan tujuan pembelajaran dengan jelas.
3. Menyiapkan materi yang relevan dengan apa yang ditulis.
4. Mengidentifikasi materi yang sudah terkumpul untuk diseleksi mana yang cocok
dengan teks, gambar, foto, audio, animasi dan video.

Jenis Media untuk Penulisan Naskah Media


Setelah mempertimbangkan langkah diatas, berikutnya adalah memilih jenis
media yang sesuai kebutuhan. Sebelumnya harus mengetahui terlebih dahulu fungsi dari
media itu sendiri. Menurut jenisnya media dikelompokkan dalam :
1. Media Audio/ Auditif adalah media yang hanya mengandalkan suara saja
sehingga untuk menikmatinya dibutuhkan indera pendengaran. Contoh : radio,
audio cassette tape recoder.

2. Media Visual adalah media yang mengadalkan indera penglihatan yang


menampilkan gambar dan teks diam ataupun simbol yang bergerak. Contoh :
Film Bingkai (Slides), Film Rangkai (Strip) dll. Media Audio Visual adalah
media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar sehingga untuk
menikmatinya diperlukan indera pendengaran dan penglihatan. Contoh :
Film,VCD, DVD dll.
Penulisan Naskah Media
Dari uraian ketiga jenis media tersebut memiliki teknik penulisan naskah yang
berbeda melihat dari fungsi dari ketiga media itu. Dalam hal ini dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
A. Penulisan Naskah Audio
Program audio ini akan lebih menarik jika menimbulkan daya fantasi. Karena
dengan suara, kita dapat merangsang pendengar untuk menggunakan daya imajinasinya
sehingga dapat memvisualkan pesan-pesan yang ingin kita sampaikan. Sebelum menulis
naskah program ini, ada beberapa petunjuk
1. Bahasa yang digunakan tentu bahasa percakapan.
2. Musik dalam program media dibuat sesuai dengan suasana pesan yang akan
disampaikan. Berbagai jenis musik yang digunakan diantaranya :
a. Musik Tema : musik yang menggambarkan watak dan situasi sesuatu
program. Musik pengenal ini biasanya diketahui pada program dimulai
dan pada akhir program.
b. Musik Transisi : digunakan sebagai penghubung dua adegan dan tidak
terlalu panjang.
c. Musik Jembatan (Bridge) : hampir sama fungsinya dengan musik transisi
hanya menghubungkan adegan yang berbeda kondisinya.
d. Musik Latar Belakang : musik yang digunakan untuk mengiringi
pembacaan teks atau percakapan.
e. Musik Smash : musik yang membuat kejutan atau tekanan.
3. Pengulangan audio sangat penting mengingat keterbatasan daya konsentrasi
dan pengulangan ini dapat berbeda dan bervariasi akan tetapi tetap mengarah
pada satu objek yang disampaikan.
4. Istilah-istilah yang digunakan seperti :
a. Annaouncer (ANN) : penyiar yang menyampaikan program acara.
b. Narrator (NAR) : Menyampaikan materi atau pokok bahasan yang dituju
dan sebagai penghubung tiap adegan.
c. Musik : in-up-down-out (musik dimasukkan lemah, suara diperkuat
kemudian hilang dengan halus) dan musik in-up-down-under (musik
diperlemah ditahan untuk melatar belakangi adegan).

d. Sound Effect (FX) : untuk menunjukkan setting dan mendukung


terciptanya suasana/situasi tertentu.
e. Fade in : petunjuk sutradara dan pelaku seolah-olah ada yang mendekat.
f. Fade Out : petunjuk sutradara dan pelaku seolah-olah ada yang menjauh.
g. Off Mike : situasi seolah-olah orang berbicara jarak jauh.
h. Cross Fade : Dua bunyi yang berpapasan dengan kondisi bunyi tersebut
melemah kemudian disusul bunyi kedua datang melemah dan semakin
kuat sehingga bunyi pertama hilang.
Contoh Format Naskah Audio :

N
o

Pelaku/Jenis
suara
Musik

Teks / Suara

IN-UP-DOWN-OUT

1
Pinokio

(OOF-MIKE) Ayah.ayah!!!!! (Fade in)

2
FX

Suara langkah kaki yang semakin kuat

3
Ayah

Adaapa?

4
Pinokio

5
FX

Tadi aku melihat tumbuhan bunga langka diatas


gunung, kukira tumbuhan bunga itu membawa
rezeki tapi tumbuhan itu memakan serangga!
Suara orang yang tercengang

6
Ayah

Haha itu bukanlah buruk, tapi itu adalah jenis


tumbuhan bunga pemakan serangga. Setelah
mengetahui mangsanya menginjak dasar bunga
maka secara refleks tumbuhan bunga itu
mengatupkan mahkota bunga untuk melemahkan
mangsanya.
IN-UP-DOWN-UNDER

Musik

8
Pinokio
9

Ohbaiklah ayah, mungkin aku akan coba untuk

lebih mengamatinya dan akan ku beritahu kepada


teman-temanku.
Penulisan Naskah MediaVisual (Film Bingkai)
Dalam hal ini tidak diperlukan lagi narasi atau percakapan yang panjang karena
sudah dapat diberikan oleh visual (gambar).Adadua macam naskah dalam media film
bingkai yaitu Storyboard script dan shooting script. Letak perbedaanya adalah pada
storyboard script, kolom visual diisi gambar, sedangkan pada shooting script, kolom
visual tadi diisi dengan deskripsi atau keterangan tentang visual yang harus diambil
dengan kamera. Pada naskah storyboard tidak berupa lembar kertas yang dibagi menjadi
2 kolom melainkan dapat berupa kartu berukuran kartu pos yang diatur secara sistematis
sehingga mempermudah pemahaman bagi peserta didik.
Berikut ini beberapa petunjuk tambahan dalam penulisan naskah film bingkai :
1. Hal yang ingin disampaikan disajikan dalam bentuk visual terlebih hal yang
yang sulit diungkapkan.
2. Bahasa yang digunakan dalam narasi adalah bahasa lisan.
3. Musik yang digunakan hanya pada awal dan akhir program/ digunakan
sebagai selingan atau mengiringi gambar tanpa narasi.
4. FX yang digunakan diantaranya :
Visual

Istilah
Close Up (CU)
Extreme Close Up
(ECU/XCU)
Medium Shot (MS)
Long Shot (LS)
Extreme Long (Shot
ELS/XLS)
Low Angle
High Angle

Penjelasan
Gambar diambil jarak dekat dan hanya sebagian kecil dari
objeknya saja.
Lebih dekat dari pengambilan gambar CU.
Gambar yang diambil dengan jarak sedang.
Gambar diambil jarak jauh. Sebelum objek terkena, latar
belakang objek itu terkena juga
Gambar diambil jarak jauh yaitu latar belakang objek
sehingga diketahui posisi objek terhadap lingkungannya.
Diambil dari bawah dengan tujuan memberi kesan kuat
Diambil dari atas dengan tujuan memberik kesan kecil

Eye Level

Kamera setinggi mata objek yang difoto memberi kesan


wajar

1. Istilah-istilah audio dipakai pada naskah film bingkai


2. Istilah-istilah lain seperti caption (tulisan grafis yang diberi penjelasan) dan
credit title (sederetan caption yang menyatakan judul program, penulis naskah,
sutradara, pengambil gambar dll).
Penulisan Naskah Media Audio Visual (Film dan Video)
Penulisan naskah film maupun video dimulai dengan identifikasi topik atau
gagasan dimana dirumuskan dalam tujuan khusus kegiatan pembelajaran dalam
pengembangannya. Konsep tersebut dikembangkan dan dijadikan naskah untuk
diproduksi menjadi program film atau video. Secara bertahap pembuatannya dimulai
dari pembuatan sinopsis, treatment, storyboard atau perangkat gambar cerita, skrip atau
naskah program dan scenario/naskah produksi.
1. Sinopsis / Story Line
Adalah ringkasan cerita/film menjadi bentuk pemendekan dari sebuah film dengan
tetap memperhatikan unsur-unsur cerminan film tersebut. Membuat sinopsis merupakan
suatu cara yang efektif untuk menyajikan karangan film panjang dalam bentuk yang
singkat. Dalam praktek, sinopsis digunakan untuk memberikan gambaran secara ringkas
dan padat tentang tema yang akan digarap. Tujuannya agar memermudah pemesan
menangkap konsepnya.
Langkah-langkah dalam membuat sinopsis :
a.

Mencatat gagasan utama dengan menggaris bawahi gagasan-gagasan yang


penting.
b.
Menulis ringkasan berdasarkan gagasan-gagasan tersebut.
c.
Gunakan kalimat yang padat, efektif, dan menarik untuk merangkai jalan
cerita.
d.
Dialog tokoh cukup ditulis isi atau dicari garis besarnya saja.
e.
Sinopsis tidak boleh menyimpang dari jalan cerita dan isi dari keseluruhan
film.
2. Treatment
Memberikan uraian secara deskritif (bukan tematis) tentang bagaimana suatu
rangkaian peristiwa instruksional nantinya akan digarap sebagai ilustrasi pembanding.
3. Storyboard

Rangkaian peristiwa yang dituliskan dalam treatment kemudian divisualkan pada


kartu lebih kruang 8 x 12 cm. Tujuannya untuk mempermudah mengatur garis cerita
(plot), apakah arus ceritanya lancar dan momen pengambilan (shots).
4. Skrip atau naskah program
Dalam pembuatan program film maupun video, skrip atau naskah program media
merupakan daftar rangkaian peristiwa yang akan dipaparkan gambar demi gambar dan
penuturan demi penuturan menuju perilaku belajar yang ingin dicapai.
5. Skenario
Terdapat perbedaan pendekatan antara film dan video dalam skenarionya, jika
film pendekatannya filmnya berpindah-pindah bersifat cut-to-cut sedangkan video
mempunyai transisional dan bersifat sekuensial.

1. Pengambilan dasar gambar :


a. Long shot (LS) : Pengambilan yang memperlihatkan latar secara keseluruhan
dalam segala dimensi dan perbandingannya.
b. Medium shot (MS) : pengambilan yang memperlihatkan pokok sasaran secara
lebih dekat dengan mengesampingkan latar belakang maupun detail yang kurang
perlu.
c.

Close-Up (CU) : pengambilan yang memfokuskan pada subjeknya.

2. Petunjuk gerakan kamera

Istilah
Pan right
Pan Left
Tilt up
Tilt down
Cu (zoom in)
LS (zoom out)
Dolly in/track in
Dolly out/track out
Camera follow

Penjelasan
Menggerakkan kamera ke kanan
Menggerakkan kamera ke kiri
Menggerakkan kamera ke atas
Menggerakkan kamera ke bawah
Mengatur pengambilan ke arah CU
Mengatur pengambilan ke arah LS
Mendorong kamera ke arah subjek
Menarik kamera menjahui subjek
Kamera mengikuti ke mana perginya sujek

Selain itu, produksi program video masih terdapat petunjuk yang berhubungan
dengan penggunaan efek visual seperti :
a. Pengambilan oleh kamera tertentu mulai masuk perlahan-lahan (fade in).
b. Pengambilan oleh kamera tertentu mulai memudar secara perlahan (fade
out).
c. Penampilan sesuatu (biasanya title atau caption) ke atas pengambilan yang
ada (super atau superimpose).
d. Pembauran secara perlahan menggantikan yang sebelumnya (dissolve).
e. Mengganti pengambilan sebelumnya dengan efek penghapusan (wipe).

DAFTAR PUSTAKA
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Djaramah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
Sadiman, Arif. S. 2005. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sulisno. 2009. Tahapan dalam Audio Visual. Tersedia pada http://.cncbatu.
xtreemhost.com/berita-43-tahapan-dalam-audio-visualproduksi-html.
(18 Juni 2009).
Sudjana, Nana. 1978. Media Pengajaran. Surabaya: Pustaka Dua.
Suprijanto. 2005. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Syukur NC, Fatah. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail.


http://agung030492.blogspot.com/2011/06/media-audio_14.html (diunduh 11 November
2013 pukul 14.35)
http://sulaiman-ump.blogspot.com/2011/06/kelebihan-dan-kekurangan-mediaaudio.html (diunduh 11 November 14.52)

Você também pode gostar