Você está na página 1de 9

e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Pendidikan Biologi (Volume x Tahun xxxxx)

PENGARUH PERBEDAAN SALINITAS TERHADAP TINGKAT


KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA GESIT (Oreochromis
niloticus)
I.G. L.A.A. Prana, I.B. J. Swasta
dan G.A. Yudasmara
Jurusan Pendidikan Biologi
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {lanangchaos@yahoo.com,bagusjelantik@yahoo.com, ariyudasmara@gmai.com}
@undiksha.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui pengaruh perbedaan salinitas terhadap tingkat
kelangsungan hidup benih ikan Nila GESIT (Oreochromis niloticus), (2) mengetahui salinitas
yang optimal untuk kelangsungan hidup benih ikan Nila GESIT (Oreochromis niloticus). Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental) dengan
desain penelitian Posttest Only, Non-Equivalent Control Group Design. Perangkat
percobaan ini terdiri dari 5 perlakuan dengan salinitas yang berbeda yaitu 5 ppt, 10 ppt, 15
ppt, 20 ppt dan satu sebagai kontrol (< 0,5 ppt). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari- Maret 2015. Benih ikan dipelihara dalam wadah pemeliharaan dengan volume 6 liter
dan kepadatan 50 benih setiap wadahnya. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pada
pukul 08.00 dan 16.00 WITA. Metode analisis data yang digunakan didalam penelitian ini
bersifat Deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa media penelitian benih ikan
Nila GESIT dengan salinitas 0 ppt, 5 ppt dan 10 ppt menghasilkan tingkat kelangsungan hidup
yang sangat tinggi yaitu 100 %, 100 % dan 96 %. Kemudian berturut-turut diikuti media
penelitian benih ikan Nila GESIT dengan salinitas 15 ppt ( 58 %) dan 20 ppt (22
%).Pengamatan kualitas air masih dalam kisaran normal untuk media benih ikan Nila GESIT.
Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 5,8 -6,5 ppm, derajat keasaman berkisar antara 78,2, suhu air berkisar antara 27-29 C, dan konsentrasi gas amonia sebesar 0,14-1,23 ppm
yang masih layak sebagai syarat budidaya ikan Nila.
KATA KUNCI : Benih ikan Nila GESIT, Tingkat kelangsungan hidup, Salinitas air
ABSTRACT
This research was aimed to (1) determine the effect of different salinity on tilapia fish seeds
GESIT (Oreochromis niloticus) survival rate, (2) determine the optimun salinity of Tilapia fish
seeds GESIT survival rate.This type of research was an quasi experimental with design of this
study posttest only,non-equivalent control group design.The experimental device consisted
of 5 treatments with different salinity such as 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt, 20 ppt and one control with
(<0,5 ppt).The research was conducted in February-March 2015.The seed fish were reared in
containers with 6 liters volume in which each container consisted of 50 seeds.The treatment
two times was done day at 08.00 am and 16.00 pm. The analysis method used in this
research was descriptive quantitative. In a the main parameters in this study were (SR)
surrvival rate which as calculated based on the Efendie formula.The results showed that
Tilapia fish seed GESIT with salinity 0 ppt, 5 ppt, 10 ppt produce high survival rate such as
(100%),(100%) and (96 %).Then, the continous observation was conducted with salinity of 15
ppt (58%) and 20 ppt (22%).The water quality of Tilapia fish seed GESIT was still on the
normal range.The dissolved oxygen were range between 5,8-6,5 ppm, the degree of acidity
range from to 7-8,2, while the water temperature ranged 27-29 C and the ammonia gas
concentration was 0,14 to 1,23 ppm, which meant that the Tilapia fish seed could be properly
cultivated.
Keywords: Tilapia fish seed GESIT, survival rate, salinity

e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Biologi (Volume x Tahun xxxxx)
PENDAHULUAN
Kegiatan sub sektor perikanan
meliputi
usaha
budidaya
dan
penangkapan ikan. Usaha budidaya dapat
dilakukan dengan air tawar, payau, laut
dan perairan umum. Salah satu usaha
budidaya komoditi perikanan air tawar
adalah jenis ikan Nila (Oreochromis sp.).
Ikan Nila memiliki prospek usaha yang
cukup
menjanjikan,
dari
segi
pertumbuhan, ikan Nila pada umumnya
mampu mencapai ukuran tubuh yang
cukup besar, yakni 1 kg/ekor. Namun,
kepopuleran ikan Nila tidak semata-mata
karena laju pertumbuhannya yang cepat.
Faktor lain yang memegang peranan
penting adalah cita rasa dagingnya yang
khas dan harga jualnya terjangkau di
masyarakat.
Salah satu jenis ikan Nila yang
sekarang banyak dibudidayakan adalah
ikan Nila GESIT (Genetically Supermale
Indonesian of Tilapia). Ikan Nila GESIT
merupakan ikan Nila jantan YY dari hasil
rekayasa kromosom dengan penggunaan
hormon
estradiol
17 dan
metil
testosteron. Keunggulan ikan Nila GESIT
dibandingkan dengan ikan Nila biasa
adalah persentase benih Nila jantan YY
yang dihasilkan dari proses pemijahan
sebesar 96-100 persen. Pertumbuhan ikan
Nila GESIT 1,6 kali lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan ikan
Nila biasa. (Harweni,2010).
Pengembangan budidaya ikan Nila
di Indonesia mencakup semua lahan
budidaya (kecuali air laut), dari kolam,
perairan umum (KJA), sawah (mina padi),
hingga tambak.Namun produktifitas lahan
tambak air payau kian menurun sehingga
banyak terdapat kekosongan lahan
tambak. Di sisi lain, ikan Nila merupakan
ikan yang memiliki daya tahan tubuh dan
adaptasi yang baik. Salah satu adaptasi
yang dapat dilakukan oleh ikan Nila
adalah adaptasi fisiologis terhadap
rentang salinitas yang tinggi karena ikan
Nila tergolong ikan euryhaline dan
memiliki potensi untuk menyesuaikan diri
pada salinitas air laut 35 ppt (part per
thousand). Effendie (dalam Yudasmara,
2014).
Mengingat bahwa ikan Nila cukup
banyak diminati masyarakat dan memiliki

batas toleransi terhadap salinitas yang


cukup luas yaitu antara 0- 35 ppt (part per
thousand)
maka ikan Nila berpotensi
untuk dibudayakan di daerah pantai
dengan perairan payau. Namun, kendala
yang ditemui selama ini, yaitu ikan nila
dewasa memiliki masa adaptasi yang
agak lama apabila diadaptasikan pada air
payau, selain itu juga jarang sekali
dilakukan pembenihan ikan nila di air
payau, oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian tentang pembenihan ikan nila di
air payau.
Perumusan masalah yang timbul
dari latar belakang tersebut antara lain :
Apakah ada pengaruh perbedaan salinitas
terhadap tingkat kelangsungan hidup
benih ikan Nila GESIT (Oreochromis
niloticus) dan Berapakah salinitas yang
optimal untuk kelangsungan hidup benih
ikan Nila GESIT (Oreochromis niloticus).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh perbedaan salinitas
terhadap tingkat kelangsungan hidup
benih ikan Nila GESIT (Oreochromis
niloticus) dan mengetahui salinitas yang
optimal untuk kelangsungan hidup benih
ikan Nila GESIT (Oreochromis niloticus).
Penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai informasi tambahan
dan inovasi bagi para pembudidaya ikan
yang ingin mengembangkan usaha
budidaya
jenis
ikan
Nila
GESIT
(Oreochromis niloticus), bahwa untuk
meningkatkan pertumbuhan optimal ikan
Nila perlu diketahui salinitas yang terbaik
untuk pertumbuhan ikan Nila. Pada
akhirnya,
dapat
diaplikasikan
para
masyarakat
perikanan
sebagai
pengembangan pembenihan ikan nila di
air payau.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan selama
30 hari yaitu dari tanggal 12 Februari-13
Maret 2015. Penelitian ini menggunakan
tempat didalam ruangan Laboratorium
Jurusan
Pendidikan
Biologi,
FMIPA,UNDIKSHA, Singaraja. Alat yang
digunakan didalam penelitian ini antara
lain : aquarium ukuran 30 x 20 x 25 cm
sebanyak 5 buah, water quality checker,
timbangan elektrik, penggaris, dan aerator
sebanyak 5 buah. Bahan yang digunakan

e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Biologi (Volume x Tahun xxxxx)
antara lain : benih ikan Nila GESIT
(Oreochromis niloticus) dengan ukuran 1,5
cm yang berumur 14 hari, sebanyak 250
ekor ikan Nila GESIT. Benih tersebut
diperoleh dari Balai Benih Ikan (BBI) Desa
Ringdikit, Kecamatan Seririt, Kabupaten
Buleleng, air laut, air tawar dan pellet
sebagai pakan benih ikan Nila.
Penelitian ini tergolong kedalam
penelitian eksperimen semu (Quasi
Experimental).
Jenis
penelitian
ini
digunakan
mengingat
tidak
semua
variabel (gejala yang muncul) dan kondisi
eksperimen dapat diatur dan dikontrol
secara kuat. Penelitian eksperimen semu
(Quasi Experimental) ini menggunakan
desain Posttest Only, Non-Equivalent
Control Group Design. Penelitian ini
terdiri dari lima perlakuan yaitu, < 0,5 ppt
(air tawar), 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt, dan 20
ppt.
Prosedur pengambilan data dalam
penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu
tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan
tahap observasi. Tahap persiapan meliputi
persiapan
alat
dan
bahan
yang
digunakan.Tahap pelaksanaan meliputi :
melakukan proses aklimatisasi pada
sampel sebelum diberikan perlakuan
eksperimen. Proses aklimatisasi dilakukan
selama 5 hari dengan menggunkan air
habitat aslinya untuk mempercepat proses
aklimatisasi.Tahap selanjutnya pembuatan
salinitas yang berbeda pada setiap
perlakuan dengan volume air 6 liter
disetiap akuarium percobaan. Adapun
rumus
yang
digunakan
untuk
mendapatkan salinitas yang sesuai
dengan
masing-masing
perlakuan,
dilakukan dengan cara mencampurkan
antara air laut dan air tawar, dengan
rumus sebagai berikut :
V1.N1 = V2.N2
Keterangan :
V1
= Volume air laut yang dipakai
N1
= Salinitas air laut yang dipakai
V2
= Volume air yang akan dibuat
N2
= Salinitas air yang akan dibuat
Adapun pengukuran salinitas dengan
menggunakan water quality checker.
Setelah aquarium diisi dengan air
bersalinitas yang berbeda yaitu (< 0,5 ppt,
5 ppt, 10 ppt, 15 ppt, dan 20 ppt),

kemudian memasukan benih ikan nila


GESIT sebanyak 50 ekor disetiap
perlakuan yang dilengkapi dengan alat
aerator sebagai penyuplai O2. Setiap hari
ikan Nila diberi pakan 5% dari berat
tubuhnya. Pemberian pakan dilakukan 2
kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari
pada pukul. 08.00 am dan 16.00 pm.
Pengamatan dilakukan selama 30 hari dan
pengontrolan eksperimen setiap hari untuk
menjaga salinitas setiap perlakuan agar
tetap konstan.Tahap yang terakhir yaitu
tahap
observasi
yang
meliputi
pengamatan kualitas air dilakukan 2 kali
selama penelitian, yaitu pada awal dan
akhir penelitian. Parameter utama dalam
penelitian ini adalah (SR) tingkat
kelangsungan
hidup
yang
dihitung
berdasarkan rumus Effendie (dalam Fitria,
2012).
(SR) = Nt
No

X 100 %

Keterangan :
SR = kelangsungan hidup ikan Nila (%).
Nt = jumlah ikan Nila yang hidup sampai
akhir penelitian.
No= jumlah ikan Nila pada awal penelitian.
Kualifikasi
data
tingkat
kelangsungan hidup (SR) dalam penelitian
ini ditunjukan pada tabel 1.
Tabel 1. Kualifikasi data tingkat
kelangsungan (SR) hasil penelitian
Rentangan Nilai
Kualifikasi
SR < 20 %
Sangat Rendah
SR = 21 % - 40 %
Rendah
SR = 41 % -60 %
Sedang
SR = 61 % - 80 %
Tinggi
SR = 81 % -100 %
Sangat Tinggi
(Sumber :Yunus, 2000)
Parameter
penunjang
dalam
penelitian ini adalah oksigen terlarut
(DO),pH, suhu, dan amonia.
Data yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif kuantitatif. Analisis
deskriptif kuantitatif yaitu mengolah data
yang dihasilkan ke dalam bentuk
pemaparan nilai sintasan secara naratif
baik angka maupun kualifikasinya.

e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Biologi (Volume x Tahun xxxxx)
HASIL
Kelangsungan Hidup (%) Benih Ikan
Nila GESIT (Oreochromis niloticus)
Jumlah benih ikan Nila GESIT
yang mampu bertahan hidup dari awal
sampai akhir penelitian dimasukan ke
dalam Tabel 2. dan Gambar 1.

Keterangan:
A=Media pemeliharaan bersalinitas < 0,5
ppt (air tawar)
B=Media pemeliharaan bersalinitas 5 ppt
C=Media pemeliharaan bersalinitas 10 ppt
D=Media pemeliharaan bersalinitas 15 ppt
E=Media pemeliharaan bersalinitas 20 ppt

Tabel 2. Nilai sintasan benih ikan Nila GESIT selama penelitian


Perlakuan
A
B
C
D
E

1
100
100
100
100
100

2
100
100
100
98
46

Nilai Sintasan (%) Pada Hari Ke8


3
4
5
6
7
100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 100
100 100 98
98
98
98
92
92
92
92
92
92
38
34
28
24
22
22

10

100
100
98
92
22

100
100
98
92
22

Nilai Sintasan (%) Pada Hari Ke18


19
20
13
14
15
16
17
100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100
98
98
98
98
98
96
96
96
92
92
92
92
84
76
70
58
22
22
22
22
22
22
22
22

Perlakuan
A
B
C
D
E

11
100
100
98
92
22

12
100
100
98
92
22

Perlakuan
A
B
C
D
E

21
100
100
96
58
22

Nilai Sintasan (%) Pada Hari Ke28


29
22
23
24
25
26
27
100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100
96
96
96
96
96
96
96
96
58
58
58
58
58
58
58
58
22
22
22
22
22
22
22
22

30
100
100
96
58
22

Gambar 1. Kelangsungan hidup (%) benih ikan Nila GESIT akhir penelitian

e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Biologi (Volume x Tahun xxxxx)
Dari tabel 2 dan Gambar 1 terlihat
bahwa tingkat kelangsungan hidup (SR)
pada perlakuan A (salinitas < 0,5 ppt) dan
perlakuan B ( salinitas 5 ppt) yaitu 100 %,
kemudian pada perlakuan C (salinitas 10
ppt) yaitu 96 % dan pada perlakuan D
(salinitas 15 ppt) yaitu 58 %, serta
kelangsungan hidup pada perlakuan E
(salinitas 20 ppt) yaitu 22 %. Hal ini
menunjukan bahwa pada perlakuan A dan
B tidak memberikan pengaruh terhadap
kelangsungan hidup benih ikan Nila. Beda
halnya pada perlakuan C, D dan E yang
memberikan
pengaruh
terhadap
kelangsungan hidup benih ikan Nila
GESIT (Oreochromis niloticus).

PEMBAHASAN
Pada Tabel 2 dan Gambar 1
terlihat bahwa perlakukan A (salinitas <0
0,5 ppt) dan perlakuan B (salinitas 5 ppt)
tidak memberikan pengaruh terhadap nilai
tingkat kelangsungan hidup (SR) pada
benih ikan yang dipelihara. Beda halnya
pada perlakuan C (salinitas 10 ppt),
perlakuan D (salinitas 15 ppt) dan
perlakuan E (salinitas 20 ppt) yang
memberikan pengaruh terhadap tingkat
kelangsungan hidup pada benih ikan Nila
GESIT. Pada perlakuan A dan B dengan
tingkat kelangsungan hidup 100 %,
menandakan bahwa benih ikan Nila
GESIT mampu mengatur keseimbangan
ion-ion dalam cairan tubuhnya dengan
media hidupnya.

Tabel 3. Kualifikasi Data Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila GESIT
(Oreochromis niloticus)
Perlakuan
A (< 0,5 ppt)
B (5 ppt)
C (10 ppt)
D (15 ppt)
E (20 ppt)

Kelangsungan Hidup (SR)


100 %
100 %
96 %
58 %
22 %

Kualifikasi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sedang
Rendah

Parameter Kualitas Air


Parameter kualitas air yang diukur
selama penelitian dapat dilihat pada tabel
3.
Tabel 4. Parameter Kualitas Air Media Pemeliharaan Benih Ikan Nila
GESIT (Oreochromis niloticus) dari Awal sampai Akhir Penelitian
Parameter
Kualitas Air
Salinitas (ppt)
pH
Suhu (C)
DO (ppm)
Amonia (ppm)

A
0,3
7,5
27
6,5
-

Awal Penelitian
B
C
D
5
10
15
7,4
7,8
8,2
27
27
27
6,5
5,5
6,2
-

Dari tabel 3 nampak bahwa


parameter kualitas air media pemeliharaan
benih ikan Nila GESIT (Oreochromis
niloticus) selama penelitian masih berada
pada kisaran normal sebagai syarat dalam
budidaya ikan Nila.

E
20
7,8
27
5,6
-

A
0,4
7,0
29
6,2
1,23

Akhir Penelitian
B
C
D
5
10
15
7,2
8,0
8,2
28
28
27
6,5
5,8
6,2
0,25 0,69 0,14

E
20
8,0
27
6,4
0,94

Hal ini terjadi karena pada


perlakuan B merupakan salinitas yang
paling dekat dengan salinitas habitat
aslinya (lingkungan air tawar) sehingga
benih ikan Nila GESIT dengan cepat
mampu
mengatasi
perubahan
lingkunggnya dengan pengaturan kerja
osmotik dalam tubuhnya. Pengaturan

e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Biologi (Volume x Tahun xxxxx)
kerja osmotik yang dilakukan ikan sangat
kecil sehingga masih dapat ditoleransi
oleh benih ikan Nila GESIT yang hampir
mencapai kondisi isoosmotik (konsentrasi
cairan tubuh ikan mendekati konsentrasi
media hidupnya).
Benih ikan Nila GESIT yang
hidup pada perairan dengan salinitas < 0,5
ppt
bersifat
hypertonik
terhadap
lingkungannya, yaitu tekanan osmotik
dalam jaringan tubuhnya lebih besar dari
pada tekanan lingkungannya (lingkungan
awal). Apabila benih ikan Nila GESIT pada
kondisi
tersebut
dimasukkan
pada
akuarium percobaan yang sesuai dengan
masing-masing perlakuan (Perlakuan A : <
0,5 ppt, perlakuan B : 5 ppt, perlakuan C :
10 ppt, perlakuan D : 15 ppt, dan
perlakuan E : 20 ppt), maka dengan
semakin
meningkatnya
perbedaan
salinitas
air
media
percobaan
menyebabkan
perbedaan
tekanan
lingkungannya,
akibat
dapat
memengaruhi mekanisme osmoregulasi
pada benih ikan Nila. Pada awal
perpindahan benih ikan kedalam masingmasing perlakuan, ikan melakukan beban
kerja osmotik yang berat dalam mengatasi
perubahan lingkungan secara mendadak.
Kondisi garam yang terlalu tinggi pada
media di luar sel akan mengakibatkan sel
mengalami dehidrasi karena keluarnya air
keluar sel.
Keluarnya cairan dalam tubuh
ikan secara berlebihan mengakibatkan
terganggunya proses metabolisme dalam
tubuh ikan, dimana akan banyak energi
yang dihabiskan
sebagai upaya agar
kondisi homeostasis dalam tubuhnya
tercapai hingga pada batas toleransi yang
dimilikinya. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan Marshall dan Grosell (2005)
yang menyatakan bahwa dalam keadaan
hipertonik tersebut cairan akan cenderung
keluar dari tubuh ikan dan keadaan cairan
intraseluler dan ekstraseluler yang tidak
seimbang menyebabkan membran sel
dapat mengalami plasmolisis, yaitu
terjadinya pengkerutan karena keluarnya
cairan dari dalam tubuh ikan ke media dan
pada akhirnya menyebabkan kematian.
Berdasarkan selisih persentase
penurunan tingkat kelangsungan hidup
(SR) benih ikan Nila GESIT selama

penelitian, maka dapat dijelaskan bahwa


selisih antara perlakuan A dan B sebesar
0 %, antara perlakuan B dan C sebesar 4
%, antara perlakuan C dan D sebesar 38
%, dan antara perlakuan D dan E sebesar
36 %. Hal ini disebabkan karena
perlakuan D (salinitas 15 ppt) dan
perlakuan E (salinitas 20 ppt) mempunyai
tekanan lingkungan yang paling besar,
sehingga kondisi cairan tubuhnya bersifat
hipoosmotik
terhadap lingkungannya.
Pada kondisi tersebut ikan akan
mengalami perbedaan dalam pengaturan
keseimbangan ion-ion tubuh dengan
lingkungan
media
hidupnya.
Pada
osmoregulasi ini berhubungan erat
dengan
usaha
ikan
untuk
mempertahankan komposisi ion-ion yang
optimal dalam tubuhnya. Hal ini dapat
dilakukan ikan dengan cara melakukan
mekanisme transport aktif terutama
terhadap ion natrium (Na+), kalium (K+)
dan Chlorida (Cl-), sehingga dengan
adanya
mekanisme
ini
terjadi
keseimbangan komposisi ion-ion tersebut
dalam cairan intraseluler dengan cairan
ekstraseluler (lingkungan).
Berdasalkan hasil penelitian
pada Tabel 2. yang mengukur nilai
sintasan per hari dari awal sampai akhir
penelitian menunjukan bahwa pada hari
kedua perlakuan D (media bersalinitas 15
ppt) menunjukkan tingkat kelangsungan
hidup yang tinggi yaitu 98 %, pada hari
ketiga mengalami penurunan menjadi 96
%, bertahan sampai hari ke-16. Setalah
hari ke-16 terjadi penurunan tingkat
kelangsungan hidup secara drastis dari 96
% menjadi 58 % sampai pada akhir
penelitian.
Penurunan
tingkat
kelangsungan hidup pada perlakuan D
(media bersalinitas 15 ppt) diduga karena
terjadi perubahan parameter kualitas air
media
sehingga
mengakibatkan
terganggunya mekanisme osmoregulasi
ikan Nila GESIT yang pada akhirnya
berada pada batas toleransi dimilikinya
sampai pada kematian.
Dalam proses osmoregulasi
juga menghasilkan produk buangan
seperti feses dan amoniak, sehingga
media pemeliharaan akan berwana keruh
sebagai akibat banyaknya feses yang
dikeluarkan ikan, seperti yang terdapat

e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Biologi (Volume x Tahun xxxxx)
pada perlakuan D dan E (pada media
salinitas yang tinggi) yang banyak terdapat
busa di atas permukaan air. Dampak dari
ekskresi
nitrogen
tersebut
akan
memengaruhi kehidupan ikan di dalamnya
yaitu terhadap kondisi ambien, yang pada
akhirnya
berpengaruh
terhadap
pertahanan
tubuhnya.
Keberadaan
amoniak
yang
terlalu
tinggi juga
mengakibatkan menurunnya daya ikat
oksigen oleh butir-butir darah sehingga
ikan mengalami stress dan menyebabkan
nafsu makan ikan menurun. Setelah
melewati batas toleransi, maka ikan
tersebut mengalami kematian. Mengingat
tidak semua ikan mengalami kematian,
maka dapat dipastikan bahwa daya
toleransi pada populasi ikan dalam media
percobaan berbeda-beda. Hal ini diduga
karena perbedaan kondisi tubuh saat
sebelum
dimasukan
dalam
media
termasuk intensitas parasit, tingkat stress
dan lain-lain.
Habitat asli ikan Nila GESIT
(Oreochromis
niloticus)
adalah
di
lingkungan air tawar. Ikan Nila GESIT
hidup pada lingkungan yang hipotonik
terhadap jaringan dan cairan tubuhnya
yang bersifat hipertonik (lebih pekat),
sehingga air masuk ke dalam tubuh ikan
Nila dari berbagai permukaan tubuh.
Untuk menjaga kondisi tubuhnya agar
tetap stabil maka benih ikan Nila berusaha
mempertahankan keadaan konsentrasi
tubuhnya melalui pengaturan kerja
osmotik dengan cara ikan Nila harus
banyak mengeluarkan urin yang sangat
encer dengan resiko kehilangan garam.
Sel klorid dalam insang yang membantu
transport garam ini kembali.
Pada lingkungan air payau,
kondisi menjadi terbalik yakni cairan
internal sel bersifat kurang pekat
dibanding media hidupnya. Hal ini
meyebabkan air mengalir secara osmose
dari tubuhnya melalui ginjal, insang, dan
kulit ke lingkungan, sedangkan ion-ion
masuk ke dalam tubuh secara difusi. Hal
ini memungkinkan terjadinya dehidrasi sel,
sehingga ikan Nila harus banyak minum
dan sedikit mengeluarkan urine. Akibatnya
garam dalam tubuh menjadi meningkat.
Namun perkembangan sel klorid yang
cepat dan mencukupi mampu mengatasi

hal ini dengan cara transport aktif garam.


Pengaturan kerja osmotik dalam melawan
gradien konsentrasi memerlukan energi
(ATP) yang lebih banyak sehingga
berpengaruh terhadap konsumsi pakan
dan
dapat
mengganggu
proses
metabolisme pada tubuh ikan yang dapat
berakibat kematian. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan Prunet dan Bornancin
(1989) yang menyatakan bahwa, pada
ikan tilapia yang dipindah ke perairan
bersalinitas akan melibatkan perubahan
fungsional sel-sel klorid dan aktivitas Na+K+-ATPase. Jadi bila ikan dipindah ke
perairan bersalinitas maka sel-sel klorid
tipe air laut dan Na+-K+-ATPase di insang
harus
diaktifkan
untuk
bekerja
mengeluarkan kelebihan garam yang
masuk kedalam tubuh ikan.
Perbedaan
tingkat
kelulus
hidupan menunjukan bahwa benih ikan
Nila GESIT yang dipelihara pada media
bersalinitas 0-10 ppt paling optimal dalam
usaha budidaya di lingkungan air payau.
Optimalnya salinitas antara 0-10 ppt
dalam pemeliharaan benih ikan Nila
GESIT menandakan bahwa pada salinitas
10 ppt, tekanan osmotik tubuh ikan
mendekati
tekanan
osmotik
media
hidupnya atau berada pada kondisi
isoosmotik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Diana et al. (2011) yang
menyatakan bahwa perlakuan salinitas 10
ppt merupakan salinitas yang optimal
dalam kelangsungan hidup daya tetas
telur ikan Nila (Oreochromis niloticus)
karena berada pada kondisi yang
isoosmotik terhadap lingkungan media
hidupnya.
Pada
kondisi
isoosmotik
mekanisme osmoregulasinya rendah,
karena osmolalitas plasma darahnya
hampir sama dengan osmolalitas media
hidupnya. Pada kondisi demikian ikan
tidak memerlukan banyak usaha untuk
melakukan regulasi osmotik internalnya,
karena ikan berada pada kondisi
isoosmotik. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan Susilo et al. (2012) yang
menyatakan bahwa apabila konsentrasi
cairan dalam tubuh sudah mendekati
konsentrasi garam dalam media hidupnya
dan masih dapat mentoleransi perubahan
salinitas yang diberikan, maka energi

e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Biologi (Volume x Tahun xxxxx)
metabolisme yang digunakan untuk
osmoregulasi lebih sedikit dan energi
tersisa
cukup
banyak
untuk
perkembangan.
Kemampuan ikan untuk bertahan
pada media bersalinitas tergantung pada
kemampuan untuk mengatur cairan tubuh
sehingga mampu mempertahankan tingkat
tekanan osmotik yang mendekati normal.
Dengan
demikian,
semakin
jauh
perbedaan tekanan osmotik antara tubuh
dan lingkungan, semakin banyak energi
metabolisme yang dibutuhkan untuk
melakukan osmoregulasi sebagai upaya
adaptasi, hingga batas toleransi yang
dimilikinya.
Parameter kualitas air yang
diamati setiap perlakuan selama penelitian
ditunjukan pada Tabel 4. terlihat jelas
bahwa salinitas pada setiap perlakuan
tetap terjaga dan konstan. Upaya yang
dapat dilakukan agar salinitas tetap
terjaga dengan melakukan pengecekan
kadar salinitas secara berkala. Kenaikan
salinitas
dipengaruhi
oleh
faktor
lingkungan luar seperti faktor cahaya yang
menyebabkan terjadi penguapan air media
yang dapat meningkatkan salinitas.
Berdasarkan data parameter kualitas air
media pemeliharaan masih dalam kisaran
salinitas yang tetap terjaga pada setiap
perlakuan.
Suhu air selama penelitian
berkisaran antara 27C - 29 C yang
masih berada pada kisaran suhu yang
optimal untuk pembenihan ikan. Menurut
Sutisna dan Sutarmanto (1988), Kisaran
suhu yang diperlukan dalam pembenihan
ikan adalah antara 25C - 30 C.
Nilai pH sangat penting dalam
budidaya ikan Nila, sebab pH air
merupakan
faktor
pembatas
pada
kehidupan ikan dan jasad renik lainnya.pH
yang optimal dalam pembenihan ikan
adalah 6,7 - 8,2. Hal tersebut sesuai
dengan kondisi pH air selama penelitian
yaitu 7 - 8,2 sehingga masih bisa
ditoleransi oleh benih ikan Nila.
DO
(Dissolved
Oxygen)
merupakan kadar oksigen yang terlarut
didalam air, kandungan oksigen terlarut
(DO) selama penelitian berkisaran antara
5,5 - 6,5 ppm masih dalam kisaran yang
layak, karena dalam media penelitian

menggunakan aerasi yang bertujuan untuk


terjadinya proses difusi oksigen di
perairan. Konsentrasi oksigen sebanyak 46 ppm yang terlarut di dalam air dianggap
paling
ideal
untuk
tumbuh
dan
berkembang ikan.
Keberadaan amoniak dalam air
dapat menyebabkan berkurangnya daya
ikat oksigen oleh butir-butir darah, hal ini
akan menyebabkan nafsu makan ikan
menurun. Kadar oksigen dan amoniak di
dalam perairan berbanding terbalik,
apabila amoniak meningkat maka kadar
oksigen menjadi rendah. Dalam penelitian
ini kisaran amoniak antara 0,14 - 1,23
ppm, maka masih dikategorikan layak
untuk usaha budidaya.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan
ternyata perbedaan salinitas berpengaruh
terhadap tingkat kelangsungan hidup
benih ikan Nila GESIT (Oreochromis
niloticus) yaitu pada perlakuan salinitas 10
ppt, 15 ppt, dan 20 ppt. Rentangan
salinitas 0-10 ppt paling optimal bagi
kelangsungan hidup benih ikan Nila
GESIT (Oreochromis niloticus), dimana
kelangsungan hidup tertinggi berturut-turut
terdapat pada perlakuan A media
pemeliharaan bersalinitas < 0,5 ppt (air
tawar) yaitu 100%, perlakuan B media
pemeliharaan bersalinitas 5 ppt yaitu
100%
dan perlakuan C media
pemeliharaan bersalinitas 10 ppt yaitu
96%.
SARAN
Kegiatan pembenihan ikan pada
jenis ikan Nila GESIT (Oreochromis
niloticus) dalam usaha budidaya ikan Nila
untuk menstransfer dari air tawar ke air
payau,
hendaknya
dilakukan
pada
salinitas kurang dari 10 ppt.
DAFTAR PUSTAKA
Awal,Md. A., Kuri, K.C. and Sarker,
S..2012. Effect Of Salinity On The
Oxygen Consumption Of Tilapia
Fingerlings. Journal Of Science
And Technology .Volume 7 (hlm
12-14).

e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Biologi (Volume x Tahun xxxxx)
Bligh,J.,Thompson, J.L.C. and Macdonald,
A.G.
1976.
Environmental
Physiology Of Animals. Australia :
Blackwell Scientific Publications.
Campbell, Neil A. 2005. Biologi jilid III.
Jakarta: Erlangga
Fitria, A.S.2012. Analisis Kelulushidupan
dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Larasati (Oreochromis niloticus) F5
D30-D70 pada Berbagai Salinitas.
Journal
Of
Aquaculture
Management
and
Technology,Volume 1, Nomor1
(hlm 18-34).
Harwani,
Sri.
2010.
Manajemen
Pembenihan Ikan Nila GESIT
(Genetically Supermale Indonesian
Tilapia)
di
Balai
Besar
Pengembangan
Budidaya
Air
Tawar,
Kabupaten
Sukabumi,
Provinsi
Jawa
Barat.Skripsi.Universitas
Airlangga.
Jayanti,N.P.
Sutrisna.
2010.
Studi
Komparasi Jumlah Dan Bentuk
Benda Malphigi Antara Ikan Air
Tawar dan Ikan Air Laut.Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Jurusan
Pendidikan
Biologi,UNDIKSHA
Singaraja.
Jelantik, I.B., Citrawathi, D.M., Maharta,K.
dan Sutajaya, I.M. 2002. Buku Ajar
Fisiologi
Hewan.
Jurusan
Pendidikan Biologi, FMIPA IKIP
Singaraja.
Khairuman dan Amri, Khairul. 2003.
Budidaya Ikan Nila Secara Intensif.
Jakarta : Agromedia Pustaka.
Marshall, W.S., dan M. Grosell. 2005. Ion
transport, osmoregulation, and
acid-base
balance.
In
the
Physiology of Fishes, Evans, D.H.,
and Claiborne, J.B. (eds.). taylor
and Francis Group.
Prunet,P. and M.Bornancin. 1989.
Physiology of salinity tolerance in

tilapia : an update of basic and


applied aspects.Nomor 2 (hlm.9197).
Sutisna, D.H. dan Sutarmanto, Ratno.
1988.Pembenihan Ikan Air Tawar.
Yogyakarta : Kanisius.
Suryani.2006.Budidaya
Ikan
Air
Tawar.Yogyakarta :Citra Aji Parama.
Sugiyono.2012.
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,
Cetakan ke-16.
Bandung :
Alfabeta.
Syakirin,M.B.2007.Mekanisme
poma
Natrium Kalium (Na+-K+) pada
osmoregulasi ikan bertulang sejati
(Teleost)
Journal
Of
Pena
Akuatika, Volume 1 No 1 (hlm 2433)
Yunus. 2000. Materi Diklat Budidaya
Kepiting Bakau. Balai Besar Riset
Perikanan Budidaya Laut, Gondol.
Yudasmara,
A.
G.
2014.
Biologi
Perikanan. Buku Ajar ISBN 978602-716-392-8. Yogyakarta : PT.
Graha Ilmu.

Você também pode gostar