Você está na página 1de 24

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang
berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk
menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi
berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Salah satu cara untuk
menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri
(titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat
dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya.
Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan atas :
1. Asidimetri dan alkalimetri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi netralisasi asam-basa.
2. Oksidimetri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi oksidasi-reduksi.
3. Argentometri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi kresipilasi (pengendapan dari
ion Ag+).
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi
indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).
Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga

seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan
pemeriksaan dapat ditentukan. (Al.Underwood,1992)
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3
yaitu :
1. Indikator
2. Amperometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak
yang dicelupkan kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri
melibatkan

penentuan

arus

yang

diteruskan

antara

sepasang

mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang


dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul
tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk
titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function
dari reagen /analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk
analit. (skogg,1965)
I.2

Maksud dan Tujuan Percobaan

Tujuan praktikum ini untuk menentukan konsentrasi sampel AgNO3


dengan cara titrasi pengendapan dan menentukan pembakuan larutan
natrium klorida dan perak nitrat serta tiamin HCl.
I.3

Prinsip Percobaan
Prinsipnya adalah berdasarkan pada reaksi pengendapan zat yang
akan dianalisa (Cl - dan CNS) dengan larutan baku AgNO3 sebagai
penitrasi dengan cara Mohr, Volhard, dan Fajans. Dan teknik pengendapan
untuk memisahkan analit dari pengganggu-penggangunya sehingga
diperoleh bentuk yang tidak larut/kelarutannya kecil sekali

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1

Teori
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sample yang dianalisis
dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam
titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-). (Khopkar,1990)
Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung suatu larutan jenuh
dari garam yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan. Misalnya
suatu garam yang sukar larut AmBn dalam larutan akan terdisosiasi
menjadi m kation dan n anion.
AmBn Ma++ NbHasil kali kelarutan = (CA+)M (CB-)Ntitrasi argentometri adalah
titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan
terbentuk garam perak yang sukar larut. Jika larutan perak nitrat
ditambahkan pada larutan kalium sianida maka mula-mula akan terbentuk
endapan putih yang pada pengadukan akan larut membentuk larutan
kompleks yang stabil .
AgNO3 + 2 KCN K(Ag(CN)2) +KNO3
Ag+ + 2 nn- Ag(CN)2
Jika reaksi telah sempurna maka reaksi akan berlangsung lebih lanjut
membentuk senyawa kompleks yang tak larut .
Ag+ (Ag(CN)2)- Ag(Ag(CN)2)
Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang
permanent. salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak

pada fakta dimana perak sianida yang diendapkan oleh adanya kelebihan
ion perak yang agak lebih awal dari titik ekuivalen, sangat lambat larut
kembali dan titrasi ini makan waktu yang lama.
Titrasi Pengendapan

Jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam-basa ataupun titrasi


reduksi-oksidasi (redoks)

Kesulitan mencari indikator yang sesuai

Komposisi endapan seringkali tidak diketahui pasti terutama jika


ada efek kopresipitasi
Kelarutan = konsentrasi larutan jenuh zat padat (kristal) di dalam

suatu pelarut pada suhu tertentu.(dalam keadaan setimbang).


Larutan jenuh dapat dicapai dengan penambahan zat ke dalam
pelarut secara terus menerus hingga zat tidak melarut lagi dengan cara
menaikkan lagi konsentrasi ion-ion tertentu hingga terbentuk endapan.
Faktor yg mempengaruhi kelarutan

1. Suhu
2. Sifat pelarut
3. Ion sejenis
4. Aktivitas ion

5. pH
6. Hidrolisis
7. Hidroksida logam
8. Pembentukan senyawa kompleks
Pada kebanyakan garam anorganik, kelarutan meningkat jika
suhu naik. Sebaiknya proses pengendapan, penyaringan dan pencucian
endapan dilakukan dalam keadaan larutan panas kecuali untuk
endapan yang dalam larutan panas memiliki kelarutan kecil (mis.
Hg2Cl2, MgNH4PO4) cukup disaring setelah terlebih dahulu
didinginkan di lemari es.
Kebanyakan garam anorganik larut dalam air dan tidak arut
dalam pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang besar dan
tertarik oleh kation dan anion membentuk ion hidrat. Sebagaimana ion
hidrogen yang membentuk H3O+, energi yang dibebaskan pada saat
interaksi ion dengan pelarut akan membantu meningkatkan gaya tarik
ion terhadap kerangka padat endapan. Ion-ion dalam kristal tidak
memiliki gaya tarik terhadap pelarut organik, sehingga kelarutannya
lebih kecil daripada kelarutan dalam air.
Pada analisis kimia, perbedaan kelarutan menjadi dasar untuk
pemisahan senyawa. Contoh : campuran kering Ca(NO3)2 +
Sr(NO3)2 dipisahkan dalam campuran alkohol + eter, hasilnya

Ca(NO3)2 larut, sedangkan Sr(NO3)2 tidak larut. Endapan lebih


mudah larut dalam air daripada dalam larutan yang mengandung ion
sejenis. Mis. pada AgCl, [Ag+][Cl-] tidak lebih besar dari tetapan
(Ksp AgCl = 1x10-10)di dalam air murni di mana [Ag+] = [Cl-] =
1x10-5 M; jika ditambahkan AgNO3 hingga [Ag+] = 1x10-4 M,
maka [Cl-] turun menjadi 1x10-6 M, kanan sesuai arah : Ag+ + ClAgCl Ke dalam endapan terjadi penambahan garam, sedangkan
jumlah Cl- dalam larutan menurun.
Teknik penambahan ion sejenis dilakukan oleh analis untuk
tujuan :
1. Menyempurnakan pengendapan
2. Pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis
dengan endapan
Untuk larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCI
maka mula-mula terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi
(membeku). Laju terjadinya koagulasi menyatakan mendekamya
titik ekivalen. Penambahan NaCI ditersukan sampai titik akhir
tercapai. Perubahan ini dilihat dengan tidak terbentuknya endapan
AgCI pada cairan supernatan. Akan tetapi sedikit NaCI harus
ditambahkan untuk menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag
sebagai AgCI dapat dilakukan dengan pengukuran turbidimetri yaitu
dengan pembauran sinar (Underwood, 1986).

Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCI yang mengandung zat


berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari
kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak endapan
berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya
adsorpsi indikator pada endapan AgCI. Warna zat yang terbentuk
dapat berubah akibat adsorpsi pada penukaan (Khopkar, 1990).
Semua indikator adsorpsi bersifat ionik. Selain indikator
adsorpsi tersebut terdapat pula indikator-indikator adsorpsi yang
digunakan dalam titrasi pengendapan, yaitu turunan krisodin.
Indikator tersebut merupakan indikator asam basa dan indikator
reduksi oksidasi dan memberikan perubahan warna yang reversibel
dengan brom. Indikator ini berwarna merah pada suasana asam
clan kuning pada suasana basa. Indikator ini juga digunakan untuk
titrasi ion I" dengan ion Ag+. Kongo merah adalah indikator asam basa
lainnya (Khopkar, 1990).
Selain kelemahan, indikator adsorpsi mempunyai beberapa
keunggulan. Indikator ini memberikan kesalahan yang kecil pada
penentuan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang disebabkan
adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada permukaan
berjalan baik jika endapan mempunyai luas permukaan yang besar.
Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi. Kita
tidak dapat menggunakan indikator tersebut karena koagulasi.
Koloid pelindung dapat mengurangi masalah tersebut. Indikatorindikator tersebut bekerja pada batasan daerah-daerah pH tertentu

juga pada konsentrasi tertentu saja, yaitu pada keadaan yang sesuai
dengan peristiwa adsorpsi dan desorpsi saja (Vogel, 1990).
Pengendapan merupakan metode yang paling baik pada anlisis
gravimetri.

Kita

akan

memperhatikan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi kelarutan. Parameter-parameter yang penting adalah


temperatur, sifat pelarut, adanya ion-ion pengotor, pH, hidrolisis,
pengaruh kompleks, dan lain-lain (Khopkar, 1990).
Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala
endapan yang baik terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan
dilakukan penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan
dipengaruhi oleh faktor temperatur. Garam-garam anorganik lebih
larut dalam air. Berkurangnya kelarutan di dalam pelarut organik
dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat. Kelarutan
endapan dalam air berkurang jika lanitan tersebut mengandung satu
dari ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan K s.p (konstanta
hasil kali kelarutan). Baik kation atau anion yang ditambahkan,
mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan sehingga endapan
garam bertambah. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis ini digunakan
untuk mencuci larutan selama penyaringan (Vogel, 1990).
Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan
terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini
disebut sebagai efek garam netral atau efek aktivitas. Semakin
kecil koefesien aktivitas dari dua buah ion, semakin besar hasil
kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan. Kelarutan garam

dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Jika garam dari asam
lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan (H).
Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga menambah
kelarutannya (Vogel, 1990).
Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi
zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut.
Beberapa endapan membentuk kompleks yang larut dengan ion
pengendap itu sendiri. Mula-mula kelarutan berkurang (disebabkan
ion sejenis) sampai melalui minuman. Kemudian bertambah akibat
adanya reaksi kompleksasi (Vogel, 1990). Reaksi yang menghasilkan
endapan dapat dimanfaatkan untuk analisis secara titrasi jika
reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat
dideteksi. Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan
mengalami keadaan lewat jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi
pengendapan

tidak

dapat

menunggu

sampai

pengendapan

berlangsung sempurna.
Hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan (KSP) harus
cukup kecil sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas
kesalahan eksperimen. Reaksi samping tidak boleh terjadi,
demikian juga kopresipitasi. Keterbatasan utama pemakaian cara
ini disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai. Semua jenis
reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator yang digunakan untuk
melihat titik akhir (Khopkar, 1990).

Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan


berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi,
antara lain:
a.

Metode Mohr
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida
seperti NaCl, dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai
indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna
suspensi dari kuning menjadi kuning coklat. Perubahan warna tersebut
terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat hamper mencapai titik ekivalen,
semua ion Cl- hamper berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang
digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N
atau 0,05 N. (Alexeyev,V,1969)
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan
titran, sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang
menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan
analat dengan Ag+.
Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi:
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s)
Sedang pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi:
2Ag+(aq) + CrO4(aq) Ag2CrO4(s)
Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun
tinggi. Bila terlalu tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang

selanjutnya terurai menjadi Ag2O sehingga titran terlalu banyak


terpakai.
2Ag+(aq) + 2OH-(aq) 2AgOH(s) Ag2O(s) + H2O(l)
Bila pH terlalu rendah, ion CrO 4- sebagian akan berubah menjadi
Cr2O72- karena reaksi
2H+(aq) + 2CrO42-(aq) Cr2O72- +H2O(l)
Yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak
timbul endapannya atau sangat terlambat. Selama titrasi Mohr, larutan
harus diaduk dengan baik. Bila tidak, maka secara lokal akan terjadi
kelebihan titrant yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik
ekivalen tercapai, dan dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk
kemudian; akibatnya ialah, bahwa titik akhir menjadi tidak tajam.
b.

Metode Volhard
Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai
titrant, dan larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen
harus terjadi reaksi antara titrant dan Ag, membentuk endapan putih.
Ag+(aq) + SCN-(aq) AgSCN(s) (putih)
Sedikit kelebihan titrant kemudian bereaksi dengan indikator,
membentuk ion kompleks yang sangat kuat warnanya (merah)
SCN-(aq) + Fe3+(aq) FeSCN2+(aq)
Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna.
Karena titrantnya SCN- dan reaksinya berlangsung dengan Ag+,
maka dengan cara Volhard, titrasi langsung hanya dapat digunakan

untuk penentuan Ag+ dan SCN- sedang untuk anion-anion lain harus
ditempuh cara titrasi kembali: pada larutan X- ditambahkan Ag+
berlebih yang diketahui pasti jumlah seluruhnya, lalu dititrasi untuk
menentukan kelebihan Ag+. Maka titrant selain bereaksi dengan Ag +
tersebut, mungkin bereaksi pula dengan endapan AgX:
Ag+(aq) (berlebih) + X- (aq) AgX(s)
Ag+(aq) (kelebihan) + SCN- (aq) (titrant) AgSCN(s)
SCN-(aq) + AgX (s) X-(aq) + AgSCN(aq)
Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titrant yang
bereaksi dan juga titik akhirnya melemah (warna berkurang).
Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang,
karena titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga
kedua reaksi itu saling mempengaruhi.
Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara
tidak langsung ion-ion halogenida: perak nitrat standar berlebih yang
diketahui jumlahnya ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya
ditentukan dengan titrasi kembali dengan tiosianat baku. Keadaan
larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan
keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion
halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak
mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.
c.

Metode Fajans

Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator


adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan
(diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat
diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih
macam indikator yang dipakai dan pH.
Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini
ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk
endapan dengan ion perak. Misalnya fluoresein yang digunakan dalam
titrasi ion klorida. Dalam larutan, fluoresein akan mengion (untuk
mudahnya ditulis HFl saja).
HFl(aq) H+(aq) +Fl-(aq)
Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan
endapan berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada
permukaan, dalam titrasi ini diusahakan agar permukaan endapan itu
seluas mungkin supaya perubahan warna yang tampak sejelas mungkin,
maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila
endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan lain
setelah sedikit kelebihan titrant (ion Ag+).
Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam
lingkungan dimana masih ada kelebihan ion X- dibanding dengan Ag+;
maka endapan menyerap ion-ion X- sehingga butiran-butiran koloid
menjadi bermuatan negatif. Karena muatan Fl - juga negatif, maka Fltidak dapat ditarik atau diserap oleh butiran-butiran koloid tersebut.
Makin lanjut titrasi dilakukan, makin kurang kelebihan ion X-;

menjelang titik ekivalen, ion X- yang terserap endapan akan lepas


kembali karena bereaksi dengan titrant yang ditambah saat itu, sehingga
muatan koloid makin berkurang negatif.
Pada titik ekivalen tidak ada kelebihan X - maupun Ag+; jadi koloid
menjadi netral. Setetes titrant kemudian menyebabkan kelebihan Ag +.
Ion-ion Ag+ ini diserap oleh koloid yang menjadi positif dan selanjutnya
dapat menarik ion Fl- dan menyebabkan warna endapan berubah
mendadak menjadi merah muda. Pada waktu bersamaan sering juga
terjadi penggumpalan koloid, maka larutan yang tadinya berwarna
keruh juga menjadi jernih atau lebih jernih. Fluoresein sendiri dalam
larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini
diketahui berdasar ketiga macam perubahan diatas, yakni:
(1) Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan
kelihatan menggumpal
(2) Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih
(3) Larutan yang semula kuning hijau hampir-hampir tidak berwarna
lagi.
Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah,
bahwa banyak diantara zat warna tersebut membuat endapan perak
menjadi peka terhadap cahaya (fotosensifitasi) dan menyebabkan
endapan terurai.

Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan


terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan
endapan

berbentuk

koloid

yang

juga

harus

dengan

cepat.

(Harjadi,W,1990)
II.2

Uraian Bahan
1. Aquades /air suling (FI III, 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain

: Air suling

RM

: H2O

BM

: 18,02

Kelarutan

: Larut dalam etanol dan gliser

Kegunaan

: Sebagai pelarut

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat .


Struktur

: H-O-H

2. Perak nitrat (FI III,97)


Nama resmi : ARGENTI NITRAS
Nama lain

: Perak nitrat

RM

: AgNO3

BM

: 169,87

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air ;larut dalam etanol (95%)P.

Kegunaan

: Sebagai indicator

Pemerian

: Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih,

tidak berbau,menjadi gelap jika kena cahaya.


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik ,terlindung dari cahaya.
3.

Efedrina hidroklorida (FI III,236)


Nama resmi : EPHEDRINI HYDROCHLORIDUM
Nama lain

: Efedrina hidroklorida

RM

: C10H15NO,HCL

BM

: 201,70

Kelarutan

: Larut dalam lebih kurang 4 bagian air ,lebih dalam kurang


14 bagian etanol (95%)P.,tidak larut dalam eter P.

Kegunaan

: Sebagai pereaksi

Pemerian

: Hablur putih atau serbuk putih halus ,tidak berbau, rasa


pahit

Penyimpanan: Dalam wadah tertutupm baik, terlindungi dari cahaya


Struktur
4.

: CH(OH)-CH(NHCH3)-CH3 ,HCL

K2CRO4 (FI III,690)


Nama resmi : KALII KROMAT
Nama lain

: Kalium kromat

RM

: K2CrO4

BM

: 194,2

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air,larutan jernih

Kegunaan

: Sebagai pereaksi

Pemerian

: Massa hablur ,berwarna kuning

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat


5. NH4SCN (FI III,645)
Nama lain

: Amonium tiosulfat

RM

: NH4SCN

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air,mudah larut dalam etanol


(95%)P.

Pemerian

: Hablur ,tidak berwarna

Kegunaan

: Sebagai pereaksi

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


6. NaCL (FI III,403)
Nama resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama lain

: Natrium klorida

RM

: NaCL

BM

: 58,44

Kelarutan

: Larut dalam 2,8 bagian air,dalam 2,7 bagian air


mendidih,dan dalam kurang lebih 10 bagian gliserol
P.,sukar larut dalam etanol (95%) P.

Pemerian

: Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur


putih, tidak berbau, dan rasa asin .

Kegunaan

: Sebagai sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik .


7. KBr (FI III,328)
Nama resmi

: KALII BROMIDUM

Nama lain

: Kalium bromide

RB

: KBr

BM

: 119,01

Pemerian

: Hablur tidak berwarna ,transparan atau buram atau serbuk


butir ,tidak berbau, rasa asin dan agak pahit.

Kelarutan

: Larut dalam 1,6 bagian air,dan dalam kurang 200 bagian


etanol (90%)P.

Kegunaan

: Sebagai sampel.

Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup baik


8. (NH4 )2(SO4)2. 6.H2 O
Nama lain

: Besi (III)ammonium sulfat

RM

: (NH4)2(SO4 )2 6.H2O

Pemerian

: Hablur atau serbuk hablur ,biru kehijauan pucat .

Kelarutan

: Larut dalam air bebas akrbondioksida P.

Kegunaan

: Sebagai sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


9. HNO3 (FI III,650)
Nama resmi

: ACIDUM NITRAS

Nama lain

: Asam nitrat

RM

: HNO3

Kandungan

: Tidak kurang dari 69 % dan tidak lebih dari 71% HNO3

Pemerian

: cairan berasap, jernih,tidak berwarna

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Kegunaan

: Sebagai pemberi suasana asam.

BAB III
METODE KERJA
III.1

Alat dan Bahan

III.1.1 Alat
1. Batang pengaduk
2. Buret
3. Corong gelas
4. Gelas beker
5. Gelas ukur
6. Kertas putih
7. Klem
8. Labu Erlenmeyer
9. Pipet tetes
10. Statif
III.1.2 Bahan
1. Ammonium tiosionat 0,1 N
2. Asam Nitrat Encer 0,1 N

3. Indikator Besi Sulfat


4. Kalium Kromat
5. Larutan AgNo3 0,1 N
6. Vitamin B1
III.2

Cara Kerja

III.2.1 Pembuatan larutan


A. Pembuatan Larutan AgNO3 0,1 N
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang serbuk AgNO3 4,2475 g menggunakan neraca analitik
3. Diukur air irigasi 250 mL menggunakan gelas ukur
4. Dilarutkan serbuk AgNO3 4,2475 g dengan menggunakan air
irigasi 250 mL
5. Diaduk hingga larut dan homogen
6. Dimasukkan kedalam botol coklat bersumbat kaca
B.

Pembuatan Larutan Kalium Kromat 5 %


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang serbuk kalium kromat 1 g menggunakan neraca
analitik
3. Diukur air irigasi 20 mL menggunakan gelas ukur

4. Dilarutkan serbuk kalium kromat 1 g dengan menggunakan air


irigasi 20 mL
5. Diaduk hingga larut dan homogen
C.

Pembuatan larutan besi sulfat 0,1 N


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang serbuk besi sulfat 2,7925 mg menggunakan neraca
analitik
3. Diukur air irigasi 500 mL menggunakan gelas ukur
4. Dilarutkan serbuk besi sulfat 2,7925 mg dengan menggunakan air
irigasi 500 mL
5. Diaduk hingga larut dan homogen

D.

Pembuatan larutan NH4CNS 0,1 N


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang serbuk NH4CNS 4,5 g menggunakan neraca analitik
3. Diukur air irigasi 500 mL menggunakan gelas ukur
4. Dilarutkan serbuk NH4CNS 4,5 g dengan menggunakan air irigasi
500 mL
5. Diaduk hingga larut dan homogen

E.

Pembuatan Larutan NaCl 0,1 N


1. Ditimbang serbuk NaCL sebanyak 2,9250 g menggunakan
neraca analitik

2. Dikeringkan serbuk NaCL menggunakan oven


3. Diukur air irigasi 500 mL menggunakan gelas ukur
4.

Dilarutkan serbuk NaCL dengan menggunakan air irigasi 500 mL

5. Diaduk hingga larut dan homogen


III.2.2 Analisis Ion Kalium (K+) dalam KCL

Você também pode gostar