Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Materi :
IODO-IODIMETRI DAN PERMANGANOMETRI
Oleh
Kelompok
: 2 / Kamis Pagi
NIM
: 21030114120019
Naufa Helmi
NIM
: 21030114120016
Indah Hayati
NIM
: 21030114130144
1. Judul Praktikum
2. Kelompok
: II / Kamis Pagi
3. Anggota
1. Nama Lengkap
NIM
: 21030114120019
Jurusan
: Teknik Kimia
Universitas
: Universitas Diponegoro
2. Nama Lengkap
: Naufa Helmi
NIM
: 21030114120016
Jurusan
: Teknik Kimia
Universitas
: Universitas Diponegoro
3. Nama Lengkap
: Indah Hayati
NIM
: 21030114130144
Jurusan
: Teknik Kimia
Universitas
: Universitas Diponegoro
Semarang,
Desember 2014
Puji Lestari
NIM 21030111130055
ii
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia I. Oleh karena berkat dan rahmatNya pula kami dapat menyelesaikan delapan materi praktikum dengan baik dan
lancar tanpa hambatan yang berarti.
Laporan Resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia I ini berisi materi iodoiodimetri dan permanganometri. Iodometri adalah analisa titrimetri tidak langsung
untuk zat-zat yang bersifat oksidator. Permanganometri adalah analisa kuantitatif
volumetrik yang menggunakan ion permanganat. Tujuan dari praktikum iodoiodimetri adalah menentukan kadar Cu2+ di dalam sampel, mengetahui fenomenafenomena dalam praktikum, dan mengetahui aplikasi iodi-iodi dalam industri. Tujuan
dari praktikum permanganometri adalah menetapkan kadar Fe di dalam IV sampel
dan mengetahui fenomena-fenomena dalam praktikum.
Terselesaikannya laporan resmi ini tidak lepas dari beberapa pihak. Oleh
karena itu, praktikan mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu laboran yang
mendampingi kami di laboratorium, koordinator asisten PDTK, Rizki Angga
Anggita, asisten laporan resmi iodo-iodimetri dan permanganometri kami, Puji
Lestari, dan semua asisten yang telah membimbing kami selama praktikum. Kepada
teman-teman yang telah membantu memberikan motivasi dan kerjasama yang baik.
Kami berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi para pembaca. Kami
memohon maaf apabila ada salah kata ataupun hal-hal yang kurang berkenan di hati
pembaca.
Semarang,
Desember 2014
Penyusun
iii
iv
vi
A. Iodo-Iodimetri
Tabel 4.1 Standarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 0.01 N ....................... 12
Tabel 4.2 Kadar Cu2+ .............................................................................. 12
B. Permanganometri
Tabel 4.1 Hasil Standarisasi KMnO4 dengan Na2C2O4 .......................... 27
Tabel 4.2 Kadar Fe yang diperoleh ........................................................ 27
vii
A. Iodo-Iodimetri
Gambar 3.1 Buret, statif, klem .............................................................. 9
Gambar 3.2 Erlenmeyer ......................................................................... 9
Gambar 3.3 Beaker Glass ...................................................................... 9
Gambar 3.4 Gelas Ukur ......................................................................... 10
Gambar 3.5 Pipet Tetes ......................................................................... 10
Gambar 3.6 Indikator pH ....................................................................... 10
Gambar 4.1 Amilum .............................................................................. 13
B. Permanganometri
Gambar 3.1 Erlenmeyer ......................................................................... 24
Gambar 3.2 Kompor Listrik .................................................................. 24
Gabamr 3.3 Corong ............................................................................... 24
Gambar 3.4 Beaker Glass ...................................................................... 24
Gambar 3.5 Buret, Statif, Klem ............................................................. 25
Gambar 3.6 Pipet Tetes ......................................................................... 25
Gambar 3.7 Gelas Ukur ......................................................................... 25
viii
Oks + n e-
dimana red menunjukkan bentuk tereduksi (disebut juga reduktan atau zat
pereduksi), oks adalah bentuk teroksidasi (oksidan atau zat pengoksidasi), n adalah
jumlah elektron yang ditransfer dan e- adalah elektron.
Di mana :
5Fe2+
I2 + 2eNaI + Na2S4O6
2.4 Iodimetri
Iodimetri adalah analisa titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat
reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan
penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodin dititrasi kembali dengan
larutan tiosulfat.
Reduktor + I2
2I-
Na2S2O3 + I2
NaI + Na2S4O6
yang sudah jadi akan tampak 3 lapisan, ambillah lapisan tengah yang
berwarna bening dengan menggunakan pipet tetes. Uji dengan menggunakan
sampel. Apabila menunjukkan warna biru maka amilum dapat digunakan.
2 CuI + I2
2 I- + S4O62-
I3-
Amylum + I3-
AmylumI- (biru)
TL : 48,3oC
TD : terdekomposisi
Chemist :
Anion Tiosulfat bereaksi secara khas dengan asam (H+) menghasilkan sulfur,
sulfur dioksida, dan air.
S2O32-(aq) + 2H+(aq)
Anion Tiosulfat bereaksi secara stoikiometri dengan iodin dan terjadi reaksi
redoks
2S2O32-(aq) + I2(aq)
S4O62-(aq) + 2I-(aq)
HCl
Fisis :
BM : 36,47 g/mol
TL : -110oC
BJ : 1,268 g/cm3
TD : 85oC
2H+ + Hg2Cl2
Hg2Cl2 + 2NH3
Hg(NH4)Cl + Hg + NH4Cl
PbCl2 + 2H+
KI (Potasium Iodida)
Fisis :
TL : 681oC
BM : 166,0 g/mol
2KCl + I2(aq)
KI3(aq)
K2Cr2O7
Wujud
: padat
Warna
: orange
o
TL
: 398 C
TD
: >500oC
: 2,69 g/cm3
Bagian terbesar
: 1250 kg/m3
: 500oC
: 294,2 g/mol
( Unibbu, 2013 )
2 Cu(s) + I2
pH larutan harus dijaga oleh suatu sistem penyangga biasanya antara 3-4.
( Underwood, 299 )
Statif, Klem
Ukur
2. Erlenmeyer
3. Beaker Glass
: tempat larutan
4. Gelas Ukur
5. Pipet tetes
6. Indikator pH
3. 4 Cara Kerja
3.4.1 Standarisasi Na2S2O3 dengan K2CrO7 0,01 N
1. Ambil 10 ml K2Cr2O7, encerkan dengan aquadest sampai 40 ml
2. Tambahkan 2,4 ml HCl pekat
3. Tambahkan 12 ml KI 0,1 N
4. Titrasi campuran tersebut dengan Na2S2O3 sampai warna kuning hampir
hilang
5. Kemudian tambahkan 3-4 tetes amylum sampai warna biru
6. Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang
7. Catat kebutuhan Na2S2O3 seluruhnya
N Na2S2O3 =
3.4.2 Menentukan Kadar Cu2+ dalam Sampel
1. Ambil 10 ml sampel
2. Tes sampel, jika terlalu asam tambah NH4OH sampai pH 3-5 dan jika terlalu
basa tambah H2SO4 sampai Ph 3-5
3. Masukkan 12 ml KI 0,1 N
10
mgr/L
11
Standarisasi ke
Volume Na2S2O3
N Na2S2O3
12.6 ml
0.0079 N
12.3 ml
0.0081 N
N Rata-Rata
0.008 N
Hasil penentuan kadar Cu2+ dalam sampel ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Kadar Cu2+
Tabel 4.2
2+
Kadar Cu (ppm)
No
% Error
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 1
Sampel 2
203.2
162.56
958.2
838.6
78.7%
80.1%
193.04
182.88
958.2
838.6
79.8%
78.1%
208.28
193.04
958.2
838.6
78.2%
76.9%
193.04
162.56
958.2
838.6
79.8%
80.6%
4.2 Pembahasan
4.2.1 Alasan Mengapa Kadar yang Diperoleh Lebih Kecil dari Kadar Asli
1. Penambahan Indikator Amilum Terlalu Cepat
Mekanisme reaksi :
2Cu2+ + 4I
2CuI + I2
I2 + S2O3-
2I- + S4O6
Amylum + I3
AmylumI (Biru)
(Widerwood,298)
2I- + S4O6
12
I3-
(Underwood,296)
Cu2I2
Dengan adanya absorbsi I2 oleh Cu2+ maka jumlah I2 menjadi Cu2+ maka
jumlah I2 menjadi berkurang. Berkurangnya I2 menyebabkan kebutuhan Na2S2O3
pada saat titrasi menjadi lebih sedikit, karena kadar Cu2+ berbanding lurus
dengan volume Na2S2O3, maka kadar Cu2+ yang ditemukan lebih kecil
Telah ditemukan bahwa iodine ditahan oleh adsorpsi pada permukaan
endapan tembaga(II) iodide dan harus dipindahkan untuk mendapatkan hasilhasil yang benar. Kalsium tiosulfat biasanya ditambahkan sesaat sebelum TAT
dicapai untuk menyingkirkan iodine yang diardsorpsi.
(Underwood,299)
3.
dengan O2 di udara. Hal ini mengakibatkan ion I- teoritis teroksidasi menjadi I2.
Reaksi yang terjadi :
4H+ + 4I- + O2
2 I2 + H2O
13
Lapisan-lapisan amilum ditunjukkan pada gambar 4.1, terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1.
-Amilosa adalah suatu enzim yang berperan dalam proses degradasi pada
sejenis makromolekul karbohidrat.
3.
glukosa.
4.2.3
14
4.2.4
1.
2.
3.
15
5.1
Kesimpulan
1. Kadar Cu2+ yang ditentukan pada sampel I adalah 193.04 ppm, kadar asli
958.22 ppm. Persen error adalah 79.8%.
2. Kadar Cu2+ yang ditentukan pada sampel II adalah 182.88 ppm, kadar asli
838.6 ppm. Persen error adalah 78.1%.
3. Alasan mengapa kadar yang ditemukan lebih kecil
a. Penambahan indikator amilum terlalu cepat
b. Absorbsi I2 oleh Cu2+
c. Sebagian I2 menguap ke udara
4. Aplikasi iodo-iodimetri dalam industri
a. Menetapkan kadar obat-obatan
b. Menentukan kadar zat-zat yang mengandung oksidator
c. Sebagai agen biokimia
5.2
Saran
1. Selalu periksa suhu amilum saat pemanasan
2. Segera lakukan titrasi setelah sampel diberi KI
3. Lebih teliti saat menentukan pH
4. Amilum jangan sampai terkena cahaya, simpan ditempat yang gelap
5. Cuci semua alat dengan bersih agar tidak terkontaminasi
16
17
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisis titrimetrik dari zat
organik maupun anorganik. Penetapan TAT digunakan dengan bantuan indikator.
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan kadar Fe dalam sampel. Manfaatnya
adalah dapat mengetahui kadar Fe dalam sampel dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Permanganometri adalah salah satu analisa kuantitatif volumentrik yang
menggunakan ion permanganat. Larutan standar yang digunakan adalah KMnO4.
KMnO4
merupakan larutan standar sehingga sebelum digunakan harus
distandarisasi terlebih dahulu. Kelebihan KMnO4 yaitu harganya murah, mudah
diperoleh, sebagai auto indikator untuk TAT karena KMnO4 dapat bertindak sebagai
indikator. Kekurangannya, waktu yang diperlukan cukup lama, dapat berlangsung
lebih baik jika dilakukan dalam suasana asam.
Prosedur kerja pertama yakni standarisasi KMnO4 dengan Na2C2O4 0.1 N.
10 ml Na2C2O4 0.1 N ditambahkan 6 ml larutan H2SO4 6 N, lalu dipanaskan 70o80oC, kemudian dititrasi dengan KMnO4, TAT ditandai warna merah jambu tidak
hilang, catat N KMnO4. Kedua, menentukan kadar Fe di dalam sampel dengan,
ambil 10 ml sampel lalu ditambahkan H2SO4 6 N 20m ml, kemudian dititrasi dengan
KMnO4 0.1 N. TAT ditandai warna merah jambu tidak hilang dengan pengocokan.
Kadar Fe dapat dihitung.
Hasil yang praktikan peroleh adalah sampel 1,2,3,4 berturut-turut adalah
22.12%, 18.5%, 21.59%, dan 20.7% dengan kadar asli 20.14%. Kadar yang
diperoleh lebih besar dan lebil kecil. Hal ini disebabkan karena sensitivitas KMnO4
yang relatif tinggi terhadap cahaya, titrasi yang dilakukan lambat dan pemanasan
asam oksalat yang cukup tinggi.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kadar Fe yang ditemukan ada yang
lebih besar dan ada yang lebih kecil dari kadar asli. Saran kami saat melakukan
percobaan usahakan dulu larutan yang dititrasi tetap terjaga, lakukan proses titrasi
jangan terlalu lambat dan jangan terlalu cepat, pengenceran harus sedikit demi
sedikit agar tidak terjadi endapan, cuci alat dengan bersih agar tidak terkontaminasi
dengan larutan lain.
18
19
20
4 MnO2 + 3 O2 + 4OH-
1
Mn2+ + 4H2O
MnO2 + 2H2O
21
MnO42-
MnO2 + 4OH-
MnO2 + 4OH-
22
lambat namun kecepatan meningkat ketika ion mangan(II) terbentuk. Sehingga dapat
percobaan itu dilakukan pemanasan untuk mencatat mencapai suhu 70o-70oC. Hal ini
dilakukan karena pada saat sebelah pemanasan dan dilakukan titrasi suhunya akan
turun terus, sedangkan diperlukan suhu 60oC, untuk titrasi yang optimal. Untuk itu
diperlukan suhu 60o-80oC agar suhu tidak dibawah 60oC.
( Underwood, 296 )
23
Sampel
2.
KMnO4 0,108 N
3.
H2SO4 6 N
4.
H2SO4 encer
5.
Na2C2O4 0,1 N
3.1.2 Alat
1. Erlenmeyer
2. Buret
3. Beaker glass
4. Corong
5. Gelas ukur
6. Pipet
7. Kompor listrik
Gambar 3.1.
Erlenmeyer
Listrik
Glass
Gambar 3.3.
Corong
24
Gambar 3.5.
Buret, Statif,
Klem
2. Kompor listrik
3. Corong
4. Beaker glass
5. Buret,statif,klem
6. Pipet tetes
7. Gelas ukur
3. 4 Cara Kerja
3.4.1 Standarisasi KMnO4 dengan Na2C2O4
1.
2.
3.
4.
5.
Hentikan titrasi jika muncul warna merah jambu yang tidak hilang dengan
pengocokan
6.
25
3.
Titrasi dengan kalium permanganat 0,1 N hingga timbul warna merah jambu
yang tidak hilang dengan pengocokan (tetap)
Reaksi yang terjadi :
MnO4- + 8H+ + 5Fe2+
Perhitungan :
Mgzat = ml titran x N titran x BE zat
BEzat =
Kadar =
x 100%
26
Standarisasi ke
Volume KMnO4
N KMnO4
9.1 ml
0.109 N
9.4 ml
0.106 N
N Rata-Rata
0.108 N
Sampel ke-
Kadar Fe (%)
% Error
22.12 %
20.14 %
9.8 %
18.5 %
20.14 %
0.8 %
21.59 %
20.14 %
0.07 %
20.7 %
20.14 %
2.7 %
4.2 Pembahasan
4.2.1 Alasan Kadar yang Ditemukan Lebih Besar dari Kadar Asli
1.
dengan 6ml H2SO4 dan dipanaskan sampai suhu 70o-80o. Pada suhu tersebut daya
oksidasi KMnO4 optimum. Jika suhu Na2C2O4 dibawah suhu tersebut maka reaksi
berjalan lambat dan jika diatas 80oC reaksi akan berjalan lebih cepat. Larutan
KMnO4 cepat terurai menjadi MnO2. Saat titrasi Na2C2O4 terlalu tinggi sehingga
standarisasi berlangsung cepat, volume KMnO4 lebih kecil yang digunakan
sehingga normalitasnya besar, karena NKMnO4 besar maka zat yang diperoleh
besar,sehingga kadar Fe nya lebih besar.
27
suhu yang tinggi akan menyebabkan terjadinya kerusakan oksalat. Kerusakan ini
akibat terbentuknya peroksida, H2O, dan CO2. Berdasarkan sifat kimia asam
oksalat, asam oksalat mempunyai afinitas yang tinggi terhadap air. Sehingga
ketika dilakukan titrasi terhadap KMnO4 yang terhitung besar.
(Anonim, 2013)
3.
H2O2 + 2CO2
H2O2
H2O + O2
28
pencucian, endapan dilarutkan dalam asam sulfat dan oksalatnya dititrasi dengan
permanganate. Proses ini lebih cepat daripada prosedur gravimetri dimana
CaC2O4 dibakar menjadi CaO dan ditimbang.
( Underwood, 293 )
3.
diunggulkan. Oleh karena itu ada cara yang lebih modern dengan metode
permanganometri dengan menggunakan zat tepung. Iodide sebagai indicator
untuk menentukan asam askorbat.
(Anonim, 2012)
29
5.1 Kesimpulan
1. Kadar Fe yang ditemukan pada sampel I,II,III,IV berturut-turut adalah
22,12%, 18,15%, 21,59%, 20,7%, dengan kadar asli 20,14%.
2. Persen error sampel I,II,III,IV berturut-turut adalah 9,8%, 0,8%, 0,07%, 2,7%
3. Alasan kadar yang diperoleh lebih besar dari kadar asli adalah suhu Na2C2O4
terlalu tinggi pada saat standarisasi, pemanasan asam oksalat yang telah
ditambah H2SO4 suhunya tinggi, penambahan KMnO4 yang lambat .
4. Alasan kadar yang diperoleh lebih kecil dari kadar asli adalah suhu pemanas
yang rendah akibat gaya kinetic molekul-molekul.
5. Aplikasi permanganometri diantaranya penentuan besi dalam bijh-bijih besi,
menentukan kadar Ca2+ dalam kapur, dan menentukan kadar askorbat.
5.2 Saran
1. Suhu larutan yang dititrasi tetap terjaga
2. Lakukan proses titrasi jangan terlalu lambat dan jangan terlalu cepat
3. Pengenceran harus sedikit demi sedikit agar tidak terjadi endapan
4. Cuci alat dengan bersih agar tidak terkontaminasi dengan larutan lain
5. Gunakan buret coklat saat titrasi dengan KMnO4
30
31
LAMPIRAN
A
ml
N Na2S2O3 =
= 0.008 N
A-1
x 100%
x 100%
= 76.2 %
Sampel 2
Percobaan 1
Cu2+ (ppm) = (V.N) Na2S2O3 x BM Cu x
= ( 1.6 x 0.008 ) x 63.5 x
= 162.56 ppm
Percobaan II
Cu2+ (ppm) = (V.N) Na2S2O3 x BM Cu x
= ( 3.8 x 0.008 ) x 63.5 x
= 182.98 ppm
Percobaan III
Cu2+ (ppm) = (V.N) Na2S2O3 x BM Cu x
= ( 4.1 x 0.008 ) x 63.5 x
= 193.04 ppm
Percobaan IV
Cu2+ (ppm) = (V.N) Na2S2O3 x BM Cu x
= ( 3.8 x 0.008 ) x 63.5 x
= 162.56 ppm
Kadar Cu2+ rata-rata dalam sampel I =
= 175.28 ppm
% Error
=
=
x 100%
x 100% = 79 %
A-2
ml
N Na2S2O3 =
= 0.108 N
% Error
x 100 % = 22.12 %
x 100%
= 9.8 %
Sampel 2
BE zat = 56
% Error
=
=
x 100 % = 18.5 %
x 100%
= 0.8 %
Sampel 3
BE zat = 56
x 100 % = 21.59 %
A-3
% Error
=
=
x 100%
= 0.07 %
Sampel 4
BE zat = 56
% Error
=
=
x 100 % = 20.7 %
x 100%
= 2.7 %
A-4
LAMPIRAN
B
LAPORAN SEMENTARA
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
MATERI :
IODO-IODIMETRI DAN PERMANGANOMETRI
NAMA
GROUP
: II / KAMIS PAGI
NIM : 21030114120019
B-1
I.
TUJUAN PERCOBAAN
a. Iodo-Iodimetri
1. Menentukan kadar Cu2+ di dalam sampel
2. Mengetahui fenomena-fenomena dalam praktikum
3. Mengetahui aplikasi iodo-iodi dalam industri
b. Permanganometri
1. Menentukan kadar Fe yang terdapat di dalam sampel
2. Mengetahui fenomena-fenomena dalam praktikum permanganometri
II.
PERCOBAAN
II.1. Bahan yang digunakan
Iodo-iodimetri
Permanganometri
1. Sampel
1. Sampel
2. Na2S2O3 0,01 N
2. KMnO4 0,1 N
3. K2Cr2O7 0,01 N
3. H2SO4 encer
4. HCl pekat
5. KI 0,1 N
6. Amylum
7. NH4OH dan H2SO4
8. Aquadest
II.2. Alat yang dipakai
Iodo-iodimetri
Permanganometri
1. Buret
1. Buret
2. Erlenmeyer
2. Erlenmeyer
3. Gelas Ukur
3. Gelas Ukur
4. Beaker Glass
4. Beaker Glass
5. Statif
5. Kompor Listrik
6. Klem
6. Kertas Saring
7. Pipet
7. Corong
8. Indikator pH
8. Pipet
B-2
2.
a. Ambil 10 ml sampel
b. Tes sampel, jika terlalu asam tambah NH4OH sampai pH 3-5 dan jika terlalu
basa tambah H2SO4 sampai Ph 3-5
c. Masukkan 12 ml KI 0,1 N
d. Titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang
e. Tambahkan 3-4 tetes indikatir amilum sampai warna biru
f. Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang
g. Catat kebutuhan Na2S2O3 seluruhnya
Cu2+ (ppm) = (V.N) Na2S2O3 . BM Cu .
Atau
Cu2+ (ppm) = (V.N) Na2S2O3 . BM Cu .
mgr/L
Permanganometri
1.
Perhitungan :
Mgzat = ml titran x N titran x BE zat
BEzat =
Kadar =
x 100%
ml
= 0.008 N
B-4
2.
Sampel 2
Percobaan I
V Na2S2O3 = 1.6 ml
Kadar Cu2+ = 162.56 ppm
Percobaan II
V Na2S2O3 = 1.8 ml
Kadar Cu2+ = 182.98 ppm
Percobaan III
V Na2S2O3 = 1.9 ml
Kadar Cu2+ = 193.04 ppm
Percobaan IV
V Na2S2O3 = 1.6 ml
Kadar Cu2+ = 162.56 ppm
Permanganometri
1.
V rata-rata
= 9.25 ml
V KMnO4 = 9.4 ml
N KMnO4
= 0.108 N
B-5
2.
= 10.5 ml
Kadar Fe
= 22.12 %
mg sampel = 287 mg
Sampel 2
V KMnO4
= 8.2 ml
Kadar Fe
= 18.5 %
mg sampel = 268 mg
Sampel 3
V KMnO4
= 8.3 ml
Kadar Fe
= 21.59 %
mg sampel = 232 mg
Sampel 4
V KMnO4
= 9.4 ml
Kadar Fe
= 20.7 %
PRAKTIKAN
mg sampel = 272 mg
MENGETAHUI
ASISTEN
B-6
LAMPIRAN
C
REFERENSI IODO-IODIMETRI
Referensi
: http://id.wikipedia.org/wiki/Alfa-amilase
Referensi
: http://id.wikipedia.org/wiki/Beta-amilase
C-1
Referensi
Referensi
: http://id.wikipedia.org/wiki/Amilopektin
: http://info.fuadshifu.com/laporan-iodometri-dan-iodimetri/
Referensi
:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/195603231981012SITI_DARSATI/Macam-macam_Titrasi_Redoks_dan_Aplikasinya.pdf
C-2
REFERENSI PERMANGANOMETRI
Referensi
: http://id.wikipedia.org/wiki/Permanganometri
Referensi
: http://id.scribd.com/doc/222534641/ZULFAJRI-IODOIODIMETRIPERMANGANOMETRI-pdf
C-3
NO
DIPERIKSA
TANGGAL
KETERANGAN
TANDA TANGAN