Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LEMBAR PENGESAHAN
Naskah Publikasi
Oleh
HENDRI TAMARA YUDA
NIM 20121050021
Penguji
Yuni Permatasari Istanti, M.Kep, Sp.KMB
(.)
(.)
(.)
(.)
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRAK
ABSTRACT
Background: Life expectancy becomes higher and higher is one of successful
indicators in development. Pulmonary system diseases, especially tuberculosis is
the common disease that attacks elderly. In this case, family plays an important
role in caregiving the other member who suffer tuberculosis, especially the elderly
with tuberculosis.
Aim: Obtaining comprehension about tuberculosis treatment result in elderly and
the meaning of family experience in caregiving for the elderly with tuberculosis.
Method: This research used qualitative descriptive phenomenology method and
the data collected by in-depth interview with 5 partisipant
Results: The treatment results of the tuberculosis sufferer in Gombong Public
Health Center is about 50% elderly had recovered from tuberculosis, 18,75% of
elderly passed away, 6,25% moved to other health center and 6,25% had dropped
out of drugs / default. There are 4 themes identified from the family consist of
changes the elderly, the ability to carry out the health task of family, life quality,
values and beliefs in caring for the elderly with tuberculosis.
Conclusions: About 50% elderly have recovered from tuberculosis and the
researcher can identify 4 themes of the tuberculosis sufferers family in caregiving
the elderly who suffer tuberculosis.
Keyword: family, caring, elderly, tuberculosis.
PENDAHULUAN
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin tingginya
Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk. Menurut data dari World Bank pada tahun
2010 ditemukan berbagai variasi data UHH, diantaranya Australia 82 tahun,
Austria 80 tahun, Belgia 80 tahun, Canada 80 tahun, Hongkong dan China 83
tahun, sedangkan Indonesia usia harapan hidup mencapai 69 tahun. Pada tahun
2011 Usia Harapan Hidup Indonesia tetap 69 tahun. Menurut
Kementrian
penemuan kasus TB Paru dengan BTA positif pada tahun 2011 yaitu 194.780 jiwa,
dengan jumlah laki laki 115.450 jiwa (59,3 %) dan jumlah perempuan 79.330 jiwa
(40,7 %). Jumlah kasus baru TB pada lansia adalah 12.868 jiwa. Berdasarkan data
dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2010 penemuan TB paru (%
Case Detection Rate/CDR) sebanyak 55,38, sedangkan tahun 2011 sebanyak
55,18. Data kesembuhan TB Paru (% Cure Rate/ CR) pada tahun 2010 sebanyak
85,01.
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen (2012), Cakupan CDR di
Kabupaten Kebumen dari tahun 2005 mengalami kenaikan sampai tahun 2008
yaitu 61.4% walaupun belum memenuhi target kabupaten yaitu 65%. Akan tetapi
di tahun 2008 mengalami penurunan yaitu CDR hanya 49%. Hal ini terjadi karena
adanya pergantian petugas dan pimpinan ditingkat puskesmas. Pada tahun 2011
mengalami kenaikan yaitu 60.4 %, walaupun belum dapat memenuhi target yaitu
termasuk keluarga dari lansia penderita TBC, mampu berkomunikasi dengan baik
dan bersedia menjadi partisipan dalam penelitian dibuktikan dengan menunjukkan
surat pernyataan persetujuan penelitian. Penelitian ini telah dilaksanakan pada
bulan Agustus 2013. Tempat dilaksanakan di rumah masing masing partisipan
yang bertempat tinggal di Kecamatan Gombong.
dalam penelitian ini yaitu : peneliti sendiri, pedoman wawancara mendalam, alat
perekam dan catatan lapangan.
Tahap persiapan penelitian dimulai dengan perijinan wilayah tempat
dilaksanakannya penelitian. Teknik pengumpulan data secara primer (langsung)
yaitu wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil
bertatap
muka
antara
pewawancara
dengan
partisipan,
dengan
Peneliti menuliskan semua hasil analisa ke dalam bentuk deskriptif naratif dalam
hasil penelitian. Peneliti menuangkan hasil analisa pengalaman keluarga dalam
merawat kesehatan lansia yang menderita TBC dalam bentuk deskripsi naratif.
Etika dalam penelitian ini meliputi Informed Consent., Anonimity, Confidentiality.
Penelitian ini memiliki kekuatan dan kelemahan diantaranya : peneliti
belum maksimal untuk melakukan wawancara secara mendalam dan catatan
lapangan dan wawancara kepada partisipan masih bersifat semi terstruktur.
Peneliti mengalami keterbatasan dalam menemukan referensi jurnal penelitian
kualitatif mengenai perawatan lansia yang menderita TBC, sehingga peneliti
mengambil alternatif penelitian yang sepadan yaitu perawatan lansia dengan
penyakit kronis seperti dimensia, DM dan lain-lain.
No.
1.
Hasil Pengobatan
Sembuh
2.
Lengkap
3.
Meninggal
4.
Pindah
5.
Jumlah (N)
Persentase (%)
50.00
18.75
18.75
6.25
6.25
16
100
psikologis pada lansia. Hal ini sejalan dengan William (2012), masalah psikologis
yang muncul pada 500 pasien TBC yang menjalani DOTS yaitu 76,2 % sedih
karena penyakit yang diderita dan 32 % perasaan tidak berharga, sedangkan
masalah sosiologis yang muncul yaitu 41,2 % tidak bisa bekerja, 39,6 % memilih
tinggal sendiri, 24,8 % merasa terisolasi.
Perubahan spiritual dalam penelitian ini diungkapkan oleh keluarga bahwa
telah terjadi peningkatan kegiatan beribadah setelah lansia menderita TBC
diantaranya: kegiatan sholat jadi dan berdoa jadi rajin, namun ada satu partisipan
yang mengungkapkan penurunan kegiatan ibadah yaitu jarang baca Alquran . Bagi
yang beragama Islam, penyakit yang diderita oleh lansia dianggap sebagai ujian
dan cobaan dari Alloh SWT. Hal ini sejalan dengan pendapat Mauk (2010) bahwa
ketika sakit secara spiritual lansia akan merasa kedekatan dengan Tuhannya
semakin bertambah dan mereka semakin nyaman dengan agamnya. Hasil
penelitian Hansel (2004) menyebutkan bahwa TB mempengaruhi semua domain
kualitas hidup , termasuk persepsi umum kesehatan , sensasi somatik , kesehatan
psikologis , kesejahteraan rohani , dan fisik, sosial dan peran fungsi, isolasi ,
disfungsi seksual , kehilangan pendapatan , dan ketakutan.
Kemampuan keluarga melaksanakan tugas kesehatan keluarga
Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga
teridentifikasi dalam kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, merawat
lansia, memanfaatkan fasilitas kesehatan, memodifikasi lingkungan dan keluarga
mengambil keputusan.
Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan dalam penelitian ini
teridentifikasi
dari
pengetahuan
tentang
penyakit.
Notoatmodjo,
(2003)
malam hari, melakukan kompres saat lansia demam, keluarga menjadi PMO,
mengingatkan minum obat, mendampingi minum obat, menghitung jumlah obat
dan mengingatkan lansia untuk kontrol kesehatan. Perilaku keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang menderita TB paru dipengaruhi oleh pengetahuan
mereka tentang TB paru serta kemampuan social ekonomi mereka. Dari hasil
penelitian semua keluarga berperan menjadi pengawas menelan obat (PMO).
Dalam pengobatan lansia, keluarga sangat berperan penting. Pengobatan TB paru
memerlukan waktu yang lama sehingga memerlukan dorongan dari keluarga.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyudi (2008), upaya yang
dilakukan keluarga agar penderita TB paru rutin minum obat yaitu membantu
menyiapkan obat, memberi anjuran minum obat rutin, mengingatkan, serta
menanyakan apa obat sudah diminum. Penelitian ini sejalan juga dengan Limbu
(2007), hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga dalam bentuk
partisipasi terhadap proses pengobatan penderita TB Paru yaitu merujuk penderita
ke puskesmas, membawa penderita di tenaga kesehatan, membantu penderita pada
pemeriksaan di laboratorium, pemenuhan kebutuhan penderita, mengingatkan
penderita untuk minum obat dan memberi obat untuk diminum setiap malam dan
melakukan pengambilan obat untuk pesediaan, serta mengantarkan penderita
malakukan pengontrolan di puskesmas bila selesai minum.
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan oleh
keluarga digambarkan dengan mengantarkan lansia ke puskesmas saat pertama
mengeluh sakit maupun kontrol rutin untuk meminta obat apabila sakit. Respon
keluarga apabila terdapat anggota keluarga yang sakit adalah sangat bervariasi
mulai tidak melakukan apa-apa dengan alasan tidak mengganggu, melakukan
tindakan tertentu seperti mengobati sendiri, mencari fasilitas kesehatan
tradisional, mencari pengobatan di warung obat, mencari pengobatan ke fasiltas
kesehatan modern yang diselenggarakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga
swasta seperti balai pengobatan, Puskesmas, Rumah Sakit sampai dengan mencari
pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktek (Notoatmojo,
2003).
Hasil penelitian menunjukan keluarga memodifikasi lingkungan dengan
cara pemisahan alat makan, menyediakan tempat khusus untuk dahak,
Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen didalam rumah yang berarti kadar
karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya meningkat. Disamping itu
kelembaban udara di dalam ruangan akan naik. Kelembaban ini akan menjadi
media yang baik untuk bakteri-bakteri pathogen. Hal ini sejalan dengan penelitian
Wahyudi (2008), upaya yang dilakukan keluarga dalam meningkatkan lingkungan
yang sehat antara lain dengan menjaga kebersihan dan mengatur ventilasi.
Keluarga berpendapat dengan mengatur ventilasi udara menjadi segar karena
udara bisa masuk dan keluar.
Hasil penelitian ini menggambarkan kemampuan pengambilan keputusan
saat merawat lansia terutama masalah kesiapan dalam pembiayaan.
Hasil
Harapan
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana berdua telah
mendidik aku pada waktu kecil.
Hasil penelitian tentang pengalaman keluarga dalam merawat lansia yang
menderita TBC dapat disimpulkan bagan sebagai berikut :
Perawatan Lansia
dengan TBC
Perubahan
pada lansia
Kemampuan melaksanakan
tugas kesehatan keluarga
Kehidupan Lansia
yang berkualitas
SIMPULAN
Hasil pengobatan lansia yang menderita TBC di Puskesmas Gombong
sejumlah 50 % lansia sembuh dari TBC, 18,75 % pengobatan lengkap, 18,75 %
lansia meninggal, 6,25 % lansia pindah berobat ke puskesmas lain dan 6,25 %
mengalami putus obat/ default. Perubahan lansia yang menderita TBC dapat
teridentifikasi adanya perubahan fisik, spiritual dan psikososial pada lansia.
Kemampuan keluarga dalam merawat lansia dengan TBC teridentifikasi dari
kemampuan melaksanakan tugas kesehatan keluarga meliputi kemampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan yang di alami oleh lansia, merawat lansia,
memanfaatkan pelayanan kesehatan, memodifikasi lingkungan dan mengambil
keputusan. Harapan keluarga dalam upaya merawat lansia yang menderita TBC
adalah adanya kehidupan lansia yang berkualitas meliputi harapan perhatian
terhadap kesehatan lansia yang sakit dan pelayanan kesehatan bagi lansia yang
menderita TBC. Harapan perhatian terhadap kesehatan lansia meliputi keinginan
terhadap kesembuhan dan tidak kumat, perhatian dari anak dan saudara yang lain.
Sedangkan pelayanan kesehatan bagi lansia yang dinginkan yaitu peningkatan
pelayanan, keramahan petugas dan pembiayaan gratis. Nilai dan keyakinan
keluarga dalam merawat lansia yang menderita TBC digambarkan dengan nilai
dan keyakinan yang dimiliki keluarga meliputi aspek budaya dan agama. Keluarga
memandang merawat lansia sebagai tanggung jawab dan pengabdian menurut
pandangan aspek budaya, dan sebagai bentuk kewajiban dan cobaan dari sisi
aspek agama.
SARAN
Rekomendasi dari penelitian ini yaitu hendaknya Pengawas Menelan Obat
dipilih dari keluarga lansia yang terdekat, sehingga perawat hendaknya
bekerjasama dengan keluarga untuk meningkatkan angka kesembuhan. Keluarga
hendaknya menyesuaikan terhadap perubahan yang terjadi pada lansia yang
menderita TBC serta memberikan dukungan dan motivasi dalam perannya sebagai
Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk meningkatkan kualitas hidup pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Aryal S, et al. Stigma related to Tuberculosis among patients attending DOTS
clinics of Dharan Municipality. Kathmandu University Medical Journal
2012;37(1)48-52.
Badriah, S. (2011). Pengalaman Keluarga dalam Merawat Kesehatan Lansia
dengan Diabetes Mellitus (DM) di Kota Tasikmalaya: Studi
Fenomenologi. Jakarta: FIK UI.
Beanland, H., Hosburgh, M. E., Fox, S., Howe, A., Locking-Cusolito, H., Pare,
K., et al. (2005). Caregiving by Familiy and Friends of Adults Receiving
Dyalisis. Nephrology Nursing Journal , 621-631.
Bryman A. (2006) Integrating quantitative and qualitative research: How is it
done? Qualitative Research 6: 97-113.
Limbu, Ribka, Marni. (2007). Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum Obat
(PMO) dalam mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten
Kupang. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007
Maryam, S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Penanganannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Mauk, K.L (2010). Gerontologi nursing . USA : Malloy inc
McDonald, E. (2007). Economic and Social Impact of Family Caregiving. MS in
Focus , 12 - 14.
Miller, C. (2004). Nursing for wellness in older adults: Theory and Practice. 4th.
Lippincott Williams & Wilkins.
Morrison P, P. & Burnard, P (2009) Caring and Communicating. Hubungan
interpersonal dalam keperawatan (Widyawati & Meiliya, E.
2009.Penerjemah). Jakarta : EGC
Muherman. (2003). Hari Tuberkulosis Sedunia. Jurnal Kedokteran & Farmasi No
4 Tahun XXIX .
Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nughara, N. J. (2011). Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga
Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di Kota Bandung; Studi
Fenomenologi. Jakarta: FIK UI
Nugroho, Heryanto Adi. (2007).Perubahan Fungsi Fisik dan Dukungan Keluarga
dengan Respon Psikosial pada Lansia di Kelurahan Kembang Arum
Semarang. Jurnal Keperawatan FIKKES Vol. 1 No. 1 Oktober 2007: 45
- 57
Potter, P.A. & Perry, A.G.(2005). Fundamentals of nursing : concepts, process,
and practice. (6th ed.) Philadelphia : Mosby.
Rajagugguk, F. (2008). Gambaran Perilaku dan Sanitasi Perumahan Penderita
Tuberkulosis Paru di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Medan:
Skripsi.
Rajagopalan, Shobita. (2001). Tuberculosis and Aging : A Global Health Problem.
CID Oxford Journal Oktober 2001