Você está na página 1de 21

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT LANSIA

YANG MENDERITA TBC DI KECAMATAN GOMBONG


Naskah Publikasi
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat
Magister Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

HENDRI TAMARA YUDA


20121050021

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013

LEMBAR PENGESAHAN
Naskah Publikasi

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT LANSIA


YANG MENDERITA TBC DI KECAMATAN GOMBONG

Oleh
HENDRI TAMARA YUDA
NIM 20121050021

Penguji
Yuni Permatasari Istanti, M.Kep, Sp.KMB

(.)

Dr. Elsye Maria Rosa, M.Kep

(.)

Azizah Khoiriyati, Ns, M.Kep

(.)

Titih Huriah,S.Kep.Ns, M.Kep, Sp.Kom

(.)

Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(Yuni Permatasari Istanti, M.Kep, Sp.KMB)

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT LANSIA


YANG MENDERITA TBC DI KECAMATAN GOMBONG
Hendri Tamara Yuda1, Elsye Maria Rosa2, Azizah Khoiriyati3
1
2,3

STIKES Muhammadiyah Gombong

Program Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin


tingginya Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk. Salah satu penyakit sistem
pulmonal yang di derita lansia adalah tuberculosis. Keluarga ikut memegang
peranan penting dalam merawat anggota keluarga yang sakit khususnya dalam hal
ini lansia dengan penyakit TB.
Tujuan : Mendapatkan pemahaman tentang hasil pengobatan TBC pada lansia
dan makna pengalaman keluarga dalam memberikan perawatan pada lansia yang
menderita TBC
Metode : Desain pada penelitian ini menggunakan menggunakan metode
kualitatif fenomenologi dengan metode wawancara mendalam terhadap 5
partisipan.
Hasil : Hasil pengobatan lansia yang menderita TBC di Puskesmas Gombong
sejumlah 50 % lansia sembuh dari TBC, 18,75 % pengobatan lengkap, 18,75 %
lansia meninggal, 6,25 % lansia pindah berobat ke puskesmas lain dan 6,25 %
mengalami putus obat/ default. Ada 4 Tema yang teridentifikasi dari keluarga
yaitu adanya perubahan pada lansia, kemampuan keluarga dalam melaksanakan
tugas kesehatan keluarga, kehidupan lansia yang berkualitas dan nilai dan
keyakinan keluarga dalam merawat lansia yang menderita TBC
Kesimpulan : sejumlah 50 % lansia sembuh dari penyakit TBC dan teridentifikasi
4 tema pengalaman keluarga dalam merawat lansia yang menderita TBC.
Kata Kunci : Keluarga, Merawat, Lansia, TBC

EXPERIENCE OF FAMILY IN CAREGIVING ELDERLY WITH


TUBERCULOSIS IN GOMBONG DISTRICT
Hendri Tamara Yuda1, Elsye Maria Rosa2, Azizah Khoiriyati3
1
2,3

STIKES Muhammadiyah Gombong

Magister of Nursing Programme Muhammadiyah Yogyakarta University

ABSTRACT
Background: Life expectancy becomes higher and higher is one of successful
indicators in development. Pulmonary system diseases, especially tuberculosis is
the common disease that attacks elderly. In this case, family plays an important
role in caregiving the other member who suffer tuberculosis, especially the elderly
with tuberculosis.
Aim: Obtaining comprehension about tuberculosis treatment result in elderly and
the meaning of family experience in caregiving for the elderly with tuberculosis.
Method: This research used qualitative descriptive phenomenology method and
the data collected by in-depth interview with 5 partisipant
Results: The treatment results of the tuberculosis sufferer in Gombong Public
Health Center is about 50% elderly had recovered from tuberculosis, 18,75% of
elderly passed away, 6,25% moved to other health center and 6,25% had dropped
out of drugs / default. There are 4 themes identified from the family consist of
changes the elderly, the ability to carry out the health task of family, life quality,
values and beliefs in caring for the elderly with tuberculosis.
Conclusions: About 50% elderly have recovered from tuberculosis and the
researcher can identify 4 themes of the tuberculosis sufferers family in caregiving
the elderly who suffer tuberculosis.
Keyword: family, caring, elderly, tuberculosis.

PENDAHULUAN
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin tingginya
Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk. Menurut data dari World Bank pada tahun
2010 ditemukan berbagai variasi data UHH, diantaranya Australia 82 tahun,
Austria 80 tahun, Belgia 80 tahun, Canada 80 tahun, Hongkong dan China 83
tahun, sedangkan Indonesia usia harapan hidup mencapai 69 tahun. Pada tahun
2011 Usia Harapan Hidup Indonesia tetap 69 tahun. Menurut

Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia (2012) usia harapan hidup di Indonesia sendiri


termasuk cukup tinggi yaitu 71 tahun.
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global utama.
Hal ini menyebabkan kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap tahun
dan peringkat kedua sebagai penyebab utama kematian dari penyakit menular di
seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). Kelima negara
dengan jumlah terbesar dari insiden kasus tahun 2011 adalah India (2,0 juta-2,5
juta), Cina (900.000-1.100.000), Afrika Selatan (0,4 juta-0,6 juta), Indonesia
(400.000-500.000) dan Pakistan (300.000-500.000) (WHO, 2012).
Menurut

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2012), jumlah

penemuan kasus TB Paru dengan BTA positif pada tahun 2011 yaitu 194.780 jiwa,
dengan jumlah laki laki 115.450 jiwa (59,3 %) dan jumlah perempuan 79.330 jiwa
(40,7 %). Jumlah kasus baru TB pada lansia adalah 12.868 jiwa. Berdasarkan data
dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2010 penemuan TB paru (%
Case Detection Rate/CDR) sebanyak 55,38, sedangkan tahun 2011 sebanyak
55,18. Data kesembuhan TB Paru (% Cure Rate/ CR) pada tahun 2010 sebanyak
85,01.
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen (2012), Cakupan CDR di
Kabupaten Kebumen dari tahun 2005 mengalami kenaikan sampai tahun 2008
yaitu 61.4% walaupun belum memenuhi target kabupaten yaitu 65%. Akan tetapi
di tahun 2008 mengalami penurunan yaitu CDR hanya 49%. Hal ini terjadi karena
adanya pergantian petugas dan pimpinan ditingkat puskesmas. Pada tahun 2011
mengalami kenaikan yaitu 60.4 %, walaupun belum dapat memenuhi target yaitu

sebesar 65%. Cakupan CDR di Kabupaten Kebumen Tahun 2011, 5 puskesmas


tertinggi dan memenuhi target kabupaten adalah Puskesmas Gombong I yaitu
234.5, Karanggayam II 113.6, Puskesmas Bonorowo 97.6%, Puskesmas Sempor I
83.5% dan Puskemas Karangsambung 67, 8%.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas program TB Puskesmas
Gombong 1 jumlah temuan kasus lansia dengan TBC pada tahun 2011 2012
adalah 16 jiwa. Prevalensi penyakit TBC pada lansia masih berada di bawah
angka nasional, tapi walaupun demikian lansia dengan penyakit TBC merupakan
populasi yang perlu mendapat perhatian dari pemberi pelayanan kesehatan karena
dampak dari TBC dapat menimbulkan permasalahan bagi lansia itu sendiri dan
berpotensi menimbulkan beban bagi keluarga dan masyarakat. Jumlah lansia yang
sedikit mengalami TBC tersebut perlu mendapatkan perhatian yang besar
terutama oleh keluarga. Perawatan lansia harus dilakukan dengan teliti, sabar, dan
penuh cinta. Perawatan lansia diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup
lansia sehingga mereka tetap merasa bahagia dan dapat menjalani kehidupan masa
tuanya dengan lebih baik.
Pengalaman keluarga dalam merawat lansia dengan penyakit kronis seperti
TBC sangat bervariasi dialami oleh tiap keluarga. Oleh karena itu diperlukan
kajian mendalam tentang bagaimana pengalaman keluarga dalam merawat lansia
dengan TBC. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
pengalaman keluarga dalam merawat kesehatan lansia dengan TBC sehingga
dapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan desain asuhan
keperawatan dan dapat memberikan informasi pada keluarga agar dapat
memahami dan menyesuaikan terhadap respon yang terjadi pada lansia dengan
TBC.
METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis. Populasi pada penelitian ini yaitu keluarga yang merawat lansia
yang menderita TBC di kecamatan Gombong. Pada penelitian ini telah diambil 5
partisipan keluarga yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu :

termasuk keluarga dari lansia penderita TBC, mampu berkomunikasi dengan baik
dan bersedia menjadi partisipan dalam penelitian dibuktikan dengan menunjukkan
surat pernyataan persetujuan penelitian. Penelitian ini telah dilaksanakan pada
bulan Agustus 2013. Tempat dilaksanakan di rumah masing masing partisipan
yang bertempat tinggal di Kecamatan Gombong.

Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu : peneliti sendiri, pedoman wawancara mendalam, alat
perekam dan catatan lapangan.
Tahap persiapan penelitian dimulai dengan perijinan wilayah tempat
dilaksanakannya penelitian. Teknik pengumpulan data secara primer (langsung)
yaitu wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil

bertatap

muka

antara

pewawancara

dengan

partisipan,

dengan

menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, dan sebagian


besar berbasis pada interaksi antara 1 pewawancara dengan 1 partisipan. Adapun
tahapan proses analisa data menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1).
Peneliti menyusun hasil wawancara tentang pengalaman keluarga dalam merawat
lansia yang menderita TBC dengan cara mendengarkan deskripsi verbal data
secara utuh dan apa adanya kemudian menstranskripkan hasil rekaman dan
catatan lapangan ke dalam bentuk transkrip, 2) Peneliti mendengarkan kembali
rekaman wawancara tersebut dan mencocokannya dengan membaca transkrip
yang telah dibuat. Kemudian mencari pernyataan-pernyataan partisipan yang
signifikan dan menandai pernyataan partisipan yang penting dan berkaitan dengan
tujuan penelitian. Peneliti kemudian menggaris bawahi pernyataan partispan yang
bermakna dan sesuai dengan tujuan penelitian, 3) Memformulasikan makna yaitu
memilah makna dari setiap pernyataan partisipan yang signifikan dan memilih
kata kunci, kemudian dilakukan pengelompokan kata-kata kunci sesuai kategori
informasi yang ditampilkan. Selanjutnya menyusun menjadi kategori sesuai
dengan transkrip, 4) Mengelompokkan makna-makna kedalam kelompokkelompok tema. Kegiatan pengelompokkan tersebut peneliti lakukan dengan
menyusun skema keluarga dalam merawat lansia yang menderita TBC yang
didalamnya memuat pengelompokkan kategori ke dalam sub tema dan tema, 5)

Peneliti menuliskan semua hasil analisa ke dalam bentuk deskriptif naratif dalam
hasil penelitian. Peneliti menuangkan hasil analisa pengalaman keluarga dalam
merawat kesehatan lansia yang menderita TBC dalam bentuk deskripsi naratif.
Etika dalam penelitian ini meliputi Informed Consent., Anonimity, Confidentiality.
Penelitian ini memiliki kekuatan dan kelemahan diantaranya : peneliti
belum maksimal untuk melakukan wawancara secara mendalam dan catatan
lapangan dan wawancara kepada partisipan masih bersifat semi terstruktur.
Peneliti mengalami keterbatasan dalam menemukan referensi jurnal penelitian
kualitatif mengenai perawatan lansia yang menderita TBC, sehingga peneliti
mengambil alternatif penelitian yang sepadan yaitu perawatan lansia dengan
penyakit kronis seperti dimensia, DM dan lain-lain.

Selain itu pengalaman

peneliti menggunakan metode kualitatif menyebabkan saat wawancara mendalam


dan pengolahan data belum maksimal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.

Distribusi hasil pengobatan TBC pada Lansia di Puskesmas Gombong


I tahun 2011 - 2012

No.
1.

Hasil Pengobatan
Sembuh

2.

Lengkap

3.

Meninggal

4.

Pindah

5.

Default/ Putus Obat


Jumlah

Jumlah (N)

Persentase (%)

50.00

18.75

18.75

6.25

6.25

16

100

Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa prosentase yang paling tinggi


hasil pengobatan lansia yang menderita TBC adalah sembuh sejumlah 8 orang (50
%)

Wawancara mendalam dilakukan oleh peneliti terhadap keluarga yang


merawat lansia dengan TBC pada tanggal 26, 27 dan 28 Agustus 2013. Partisipan
dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, merupakan keluarga yang merawat lansia
dengan TBC, semua partisipan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Gombong I
yang memenuhi kriteria sebagai partisipan dan bersedia menjadi partisipan. Jenis
kelamin partisipan terdiri dari 4 perempuan dan 1 laki laki dengan usia yang
bervariasi yaitu termuda 39 tahun dan tertua 64 tahun. Pekerjaan partisipan terdiri
dari 4 orang ibu rumah tangga dan satu orang wiraswasta penjual sate ayam,
dengan tingkat pendidikan 3 orang SMA dan 2 orang SD.
Dari hasil wawancara dan analisa data muncul beberapa tema yang terkait
dengan pengalaman merawat keluarga yang menderita TBC, yaitu:
Perubahan pada lansia yang menderita TBC
Proses Menua (aging) adalah proses alami pada manusia yang disertai
dengan penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi
satu sama lain. Keadaan tersebut beresiko menimbulkan masalah kesehatan secara
umum dan kesehatan mental secara khusus, serta masalah lain pada lansia.
Penyakit kronis yang diderita oleh lansia juga meningkatkan kerentanan terhadap
lansia. Berdasarkan hasil wawancara dalam penelitian ini telah teridentifikasi
adanya perubahan fisik yang terjadi saat lansia menderita sakit TBC yaitu batuk
lama, batuk darah, keringat malam, demam, gangguan tidur, lemas, sesak nafas,
penurunan berat badan.
Perubahan fisik yang terjadi lansia yang menderita TBC pada umumnya
dilihat pertama kali yaitu batuk dalam jangka waktu yang lama, demam dan
berkeringat saat malam. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tohwidi M, et al
(2008) bahwa lansia yang menderita penyakit Tuberculosis 57.5% mengalami
demam, 80% mengalami kehilangan berat badan, 22.5% lansia keluar keringat
saat malam, 92.5% mengalami batuk dan 15% lansia terjadi batuk darah.
Penelitian ini mengidentifikasi adanya perubahan psikososial yang dialami
oleh sebagian lansia yang tergambar dari adanya aktivitas yang berkurang setelah
sakit yaitu lansia terkadang tidak berangkat kerja saat kondisi menurun. Akan
tetapi pada beberapa lansia aktivitasnya tidak berubah, lansia masih bisa
melakukan aktivitas seperti sebelum sakit seperti berjualan di pasar dan jualan
sate dirumah. Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa penyakit kronis

merupakan suatu keadaan khusus yang mempunyai hubungan yang sangat


komplek terhadap kehilangan. Bentuk kehilangan pada saat lansia menderita
penyakit kronis seperti TBC

akan berdampak pada terjadinya perubahan

psikologis pada lansia. Hal ini sejalan dengan William (2012), masalah psikologis
yang muncul pada 500 pasien TBC yang menjalani DOTS yaitu 76,2 % sedih
karena penyakit yang diderita dan 32 % perasaan tidak berharga, sedangkan
masalah sosiologis yang muncul yaitu 41,2 % tidak bisa bekerja, 39,6 % memilih
tinggal sendiri, 24,8 % merasa terisolasi.
Perubahan spiritual dalam penelitian ini diungkapkan oleh keluarga bahwa
telah terjadi peningkatan kegiatan beribadah setelah lansia menderita TBC
diantaranya: kegiatan sholat jadi dan berdoa jadi rajin, namun ada satu partisipan
yang mengungkapkan penurunan kegiatan ibadah yaitu jarang baca Alquran . Bagi
yang beragama Islam, penyakit yang diderita oleh lansia dianggap sebagai ujian
dan cobaan dari Alloh SWT. Hal ini sejalan dengan pendapat Mauk (2010) bahwa
ketika sakit secara spiritual lansia akan merasa kedekatan dengan Tuhannya
semakin bertambah dan mereka semakin nyaman dengan agamnya. Hasil
penelitian Hansel (2004) menyebutkan bahwa TB mempengaruhi semua domain
kualitas hidup , termasuk persepsi umum kesehatan , sensasi somatik , kesehatan
psikologis , kesejahteraan rohani , dan fisik, sosial dan peran fungsi, isolasi ,
disfungsi seksual , kehilangan pendapatan , dan ketakutan.
Kemampuan keluarga melaksanakan tugas kesehatan keluarga
Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga
teridentifikasi dalam kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, merawat
lansia, memanfaatkan fasilitas kesehatan, memodifikasi lingkungan dan keluarga
mengambil keputusan.
Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan dalam penelitian ini
teridentifikasi

dari

pengetahuan

tentang

penyakit.

Notoatmodjo,

(2003)

menyebutkan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat


penting dalam membentuk tindakan seseorang. Semua keluarga dalam penelitian
ini mengetahui penyakit setelah dijelaskan oleh dokter dan petugas puskesmas.
Kemampuan keluarga merawat menggambarkan bagaimana keluarga dalam
merawat lansia yang menderita TBC yaitu mengeringkan keringat pada waktu

malam hari, melakukan kompres saat lansia demam, keluarga menjadi PMO,
mengingatkan minum obat, mendampingi minum obat, menghitung jumlah obat
dan mengingatkan lansia untuk kontrol kesehatan. Perilaku keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang menderita TB paru dipengaruhi oleh pengetahuan
mereka tentang TB paru serta kemampuan social ekonomi mereka. Dari hasil
penelitian semua keluarga berperan menjadi pengawas menelan obat (PMO).
Dalam pengobatan lansia, keluarga sangat berperan penting. Pengobatan TB paru
memerlukan waktu yang lama sehingga memerlukan dorongan dari keluarga.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyudi (2008), upaya yang
dilakukan keluarga agar penderita TB paru rutin minum obat yaitu membantu
menyiapkan obat, memberi anjuran minum obat rutin, mengingatkan, serta
menanyakan apa obat sudah diminum. Penelitian ini sejalan juga dengan Limbu
(2007), hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga dalam bentuk
partisipasi terhadap proses pengobatan penderita TB Paru yaitu merujuk penderita
ke puskesmas, membawa penderita di tenaga kesehatan, membantu penderita pada
pemeriksaan di laboratorium, pemenuhan kebutuhan penderita, mengingatkan
penderita untuk minum obat dan memberi obat untuk diminum setiap malam dan
melakukan pengambilan obat untuk pesediaan, serta mengantarkan penderita
malakukan pengontrolan di puskesmas bila selesai minum.
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan oleh
keluarga digambarkan dengan mengantarkan lansia ke puskesmas saat pertama
mengeluh sakit maupun kontrol rutin untuk meminta obat apabila sakit. Respon
keluarga apabila terdapat anggota keluarga yang sakit adalah sangat bervariasi
mulai tidak melakukan apa-apa dengan alasan tidak mengganggu, melakukan
tindakan tertentu seperti mengobati sendiri, mencari fasilitas kesehatan
tradisional, mencari pengobatan di warung obat, mencari pengobatan ke fasiltas
kesehatan modern yang diselenggarakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga
swasta seperti balai pengobatan, Puskesmas, Rumah Sakit sampai dengan mencari
pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktek (Notoatmojo,
2003).
Hasil penelitian menunjukan keluarga memodifikasi lingkungan dengan
cara pemisahan alat makan, menyediakan tempat khusus untuk dahak,

membersihkan rumah dan selalu membuka jendela. Kesehatan lingkungan pada


adalah suatu kondisi lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal. Higiene dan sanitasi
lingkungan menurunkan resiko penularan penyakit tuberkulosis.

Kurangnya

ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen didalam rumah yang berarti kadar
karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya meningkat. Disamping itu
kelembaban udara di dalam ruangan akan naik. Kelembaban ini akan menjadi
media yang baik untuk bakteri-bakteri pathogen. Hal ini sejalan dengan penelitian
Wahyudi (2008), upaya yang dilakukan keluarga dalam meningkatkan lingkungan
yang sehat antara lain dengan menjaga kebersihan dan mengatur ventilasi.
Keluarga berpendapat dengan mengatur ventilasi udara menjadi segar karena
udara bisa masuk dan keluar.
Hasil penelitian ini menggambarkan kemampuan pengambilan keputusan
saat merawat lansia terutama masalah kesiapan dalam pembiayaan.

Hasil

penelitian teridentifikasi 2 keluarga yang mengambil keputusan dalam kesiapan


biaya berobat. Keberadaan penyakit serius atau kronis pada salah satu anggota
keluarga akan berdampak besar terhadap system keluarga sehingga keputusan
yang cepat harus segera dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Friedman,
Bowden dan Jones (2010) menjelaskan bahwa pada saat keluarga mengetahui ada
anggota keluarganya yang sakit, maka keluarga akan cenderung terlibat dalam
pengambilan keputusan terhadap tindakan kesehatan yang akan diambil.
Menurut Sales (2003) bahwa pengalaman positif dalam merawat klien
dengan penyakit kronis yaitu adanya hubungan timbal balik, kepuasan,
menemukan arti merawat. Sedangkan pengalaman negatif adalah ketidakpuasan,
stres, depresi, dan konflik dalam keluarga klien
Pentingnya peran keluarga dalam perawatan lansia yang menderita TBC
akan mempengaruhi keberhasilan kesembuhan pengobatan lansia.. Hal ini sejalan
dengan Stanhope dan Lancaster (2004), menyebutkan bahwa perawat keluarga
harus bekerjasama dengan keluarga untuk mencapai keberhasilan dalam
pemberian asuhan kepada anggota keluarga baik dalam keadaan sehat maupun
sakit.

Penelitian yang dilakukan oleh Aryal, S et all (2012) menyebutkan bahwa


80 % pasien TBC di India mendiskusikan pertama kali masalah kesehatan yang
muncul saat menderita TBC terhadap anggota keluarganya. Hal ini menguatkan
peran keluarga dibutuhkan ketika ada salah satu anggota keluarga yang sakit.
Pengawas Menelan Obat (PMO) akan lebih optimal apabila dipercayakan kepada
keluarga terutama yang tinggal dalam satu rumah.
Kehidupan lansia yang berkualitas
Hasil penelitian mengidentifikasi harapan keluarga dalam upaya merawat
lansia yang menderita TBC yaitu kehidupan lansia yang berkualitas meliputi
harapan perhatian terhadap kesehatan lansia yang sakit dan pelayanan kesehatan
bagi lansia yang menderita TBC. Harapan terhadap perhatian kesehatan lansia
yang menderita TBC meliputi kesembuhan lansia, tidak kumat, perhatian dari
anak dan saudara yang lain. Perhatian yang diharapkan oleh partisipan 3 dan 5
merupakan bentuk dukungan dari keluarga yang lain baik anak maupun saudara
yang lain. Dukungan keluarga dapat meminimalkan kondisi perubahan fungsi
fisik lansia dan dapat membantu saat lansia sakit.
Hal ini sejalan dengan penelitian Nugroho (2007), respon psikososial pada
lansia akibat dari perubahan fungsi fisik, psikologis dan sosial, membutuhkan
dukungan keluarga agar dapat beradaptasi secara adaptif selama proses perubahan
tersebut. Sejalan dengan penelitian Ratnasari (2012), ada hubungan yang sangat
bermakna antara dukungan social dengan kualitas hidup penderita TB paru.
Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi kualitas hidup. Dukungan
keluarga dan masyarakat mempunyai andil besar dalam meningkatkan kepatuhan
pengobatan, dengan adanya pengawasan dalam minum obat serta terkait
pemberian semangat pada penderita
Harapan keluarga terhadap pelayanan kesehatan lansia meliputi peningkatan
pelayanan, keramahan petugas dan pembiayaan gratis untuk lansia.

Harapan

keluarga terhadap peningkatan pelayanan disampaikan oleh 3 orang partisipan, 2


partisipan menyampaikan harapan tentang keramahan petugas. Sejalan dengan
hasil penelitian Wu (2010), lansia di Taiwan 49,8 % menginginkan dukungan
sosial saat sakit dan 31,3 % lansia menginginkan pelayanan yang khusus untuk
lansia.

Nilai dan keyakinan yang dimiliki keluarga


Penelitian ini mengidentifikasi adanya budaya yang dianut oleh keluarga
yang merawat lansia. Merawat orang tua juga dapat dibentuk dari tanggung jawab
moral terhadap orang tua yang merupakan perwujudan bentuk budaya yang
diajarkan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan karakteristik keluarga di Indonesia
yang sangat menghormati orang tua.
Hasil wawancara dengan keluarga di temukan rasa tanggung jawab dan
pengabdian dalam merawat lansia yang menderita TBC. Tanggung jawab yang
dilakukan sebagai anak, sedangkan pengabdian ada dua yang teridentifikasi yaitu
pengabdian sebagai anak dan sebagai istri yang mengabdi kepada suaminya.
Merawat lansia di lingkungan keluarga dapat meningkatkan ikatan emosional
diantara anggota keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Resnayati,
Riasmini, dan Maryam (2010), yaitu melalui studi kualitatif pada keluarga, yang
menemukan bahwa keluarga merasa senang dan puas dalam merawat lansia yang
merupakan bentuk tanggung jawab serta pengabdian anak kepada orangtua,
disamping dapat memberikan perawatan dengan baik, memberikan kasih sayang
dan perhatian.
Penelitian ini juga menggambarkan nilai dan keyakinan agama dalam
merawat lansia yang menderita TBC yaitu sakit merupakan cobaan dan menjadi
kewajiban untuk merawat lansia. Keluarga dalam penelitian ini meyakini bahwa
kegiatan merawat lansia merupakan suatu bentuk kewajiban seorang anak
terhadap orang tuanya. Ada satu partisipan yang mengungkapkan kewajiban
sebagai seorang suami karena lansia yang dirawat adalah istrinya. Selain bentuk
kewajiban sebagian partisipan meyakini hal ini merupakan suatu cobaan sesuai
dengan keyakinan dan ajaran agama yang mereka anut yaitu agama Islam. Hal ini
seperti tertulis dalam Al-quran sebagai QS Al-Isra ayat 23 -24 yang menyebutkan
bahwa:
Dan Tuhan-Mu telah memerintahkan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada mereka perkataan ah dan janganlah

kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana berdua telah
mendidik aku pada waktu kecil.
Hasil penelitian tentang pengalaman keluarga dalam merawat lansia yang
menderita TBC dapat disimpulkan bagan sebagai berikut :

Perawatan Lansia
dengan TBC

Perubahan
pada lansia

Kemampuan melaksanakan
tugas kesehatan keluarga

Kehidupan Lansia
yang berkualitas

Nilai dan Keyakinan


Yang dimiliki keluarga

SIMPULAN
Hasil pengobatan lansia yang menderita TBC di Puskesmas Gombong
sejumlah 50 % lansia sembuh dari TBC, 18,75 % pengobatan lengkap, 18,75 %
lansia meninggal, 6,25 % lansia pindah berobat ke puskesmas lain dan 6,25 %
mengalami putus obat/ default. Perubahan lansia yang menderita TBC dapat
teridentifikasi adanya perubahan fisik, spiritual dan psikososial pada lansia.
Kemampuan keluarga dalam merawat lansia dengan TBC teridentifikasi dari
kemampuan melaksanakan tugas kesehatan keluarga meliputi kemampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan yang di alami oleh lansia, merawat lansia,
memanfaatkan pelayanan kesehatan, memodifikasi lingkungan dan mengambil

keputusan. Harapan keluarga dalam upaya merawat lansia yang menderita TBC
adalah adanya kehidupan lansia yang berkualitas meliputi harapan perhatian
terhadap kesehatan lansia yang sakit dan pelayanan kesehatan bagi lansia yang
menderita TBC. Harapan perhatian terhadap kesehatan lansia meliputi keinginan
terhadap kesembuhan dan tidak kumat, perhatian dari anak dan saudara yang lain.
Sedangkan pelayanan kesehatan bagi lansia yang dinginkan yaitu peningkatan
pelayanan, keramahan petugas dan pembiayaan gratis. Nilai dan keyakinan
keluarga dalam merawat lansia yang menderita TBC digambarkan dengan nilai
dan keyakinan yang dimiliki keluarga meliputi aspek budaya dan agama. Keluarga
memandang merawat lansia sebagai tanggung jawab dan pengabdian menurut
pandangan aspek budaya, dan sebagai bentuk kewajiban dan cobaan dari sisi
aspek agama.
SARAN
Rekomendasi dari penelitian ini yaitu hendaknya Pengawas Menelan Obat
dipilih dari keluarga lansia yang terdekat, sehingga perawat hendaknya
bekerjasama dengan keluarga untuk meningkatkan angka kesembuhan. Keluarga
hendaknya menyesuaikan terhadap perubahan yang terjadi pada lansia yang
menderita TBC serta memberikan dukungan dan motivasi dalam perannya sebagai
Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk meningkatkan kualitas hidup pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Aryal S, et al. Stigma related to Tuberculosis among patients attending DOTS
clinics of Dharan Municipality. Kathmandu University Medical Journal
2012;37(1)48-52.
Badriah, S. (2011). Pengalaman Keluarga dalam Merawat Kesehatan Lansia
dengan Diabetes Mellitus (DM) di Kota Tasikmalaya: Studi
Fenomenologi. Jakarta: FIK UI.
Beanland, H., Hosburgh, M. E., Fox, S., Howe, A., Locking-Cusolito, H., Pare,
K., et al. (2005). Caregiving by Familiy and Friends of Adults Receiving
Dyalisis. Nephrology Nursing Journal , 621-631.
Bryman A. (2006) Integrating quantitative and qualitative research: How is it
done? Qualitative Research 6: 97-113.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Nasional


Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta.
Dewi, M., Nursiswati, & Ridwan. (2008). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Pasien TBC Dalam Menjalani Pengobatan Obat Anti
Tuberkulosis Di Tiga Puskesmas, Kabupaten Sumedang. Majalah
Keperawatan UNPAD Volume 10 No 19 , 60 - 75.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. (2012). Profil Kesehatan Kabupaten
Kebumen Tahun 2011. Kebumen.
Friedman, Bowdeen, & Jones. (2010). Keperawatan Keluarga; Riset, Teori dan
Praktek (Hamid,AY., Sutarna A., Subekti, NB., Yulianti, D & Herdina, N:
alih bahasa). Jakarta: EGC.
Friedman, M. M. (2004). Keperawatan Keluarga (Teori dan Praktik). Jakarta:
EGC.
Hatta, Ahmad. (2011). Tafsir Quran Per Kata, dilengkapi dengan Azbabun Nuzul
dan Terjemah. Jakarta: Maghfirah Pustaka
Hansel, Nadia N, et all. (2004). Quality of Life in Tuberculosis : Patient and
provider perspective. Quality of Life Research 13: 639-652, 2004
Hermayanti, Diah. (2012). Studi Kasus Drop Out Pengobatan Tuberkulosa (TB) di
Puskesmas
Kodya
Malang.
ejournal.umm.ac.id/index.php/.../1142_umm_scientific_journal.pdf
Hiswani. (2009). 2009). Tuberkulosis merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih
Menjadi
Masalah
Kesehatan
masyarakat.
Http://librarv.usu.ac.id/download/fkmhiswani6.pdf 2009).
Hitchcok, E. J., Schubert, E., & Thomas, A. (1999). Community Health Nursing.
New York: Delmar.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Profil Data Kesehatan
Indonesia Tahun 2011. Jakarta.
Komnas Lanjut Usia. (2010). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia.
Jakarta.
Kumar, Raj & D.Behera. (2012). Smoking and Tuberculosis. Indian Journal of
Tuberculosis Vol 59 No 3: 125 -129, July 2012

Limbu, Ribka, Marni. (2007). Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum Obat
(PMO) dalam mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten
Kupang. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007
Maryam, S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Penanganannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Mauk, K.L (2010). Gerontologi nursing . USA : Malloy inc
McDonald, E. (2007). Economic and Social Impact of Family Caregiving. MS in
Focus , 12 - 14.
Miller, C. (2004). Nursing for wellness in older adults: Theory and Practice. 4th.
Lippincott Williams & Wilkins.
Morrison P, P. & Burnard, P (2009) Caring and Communicating. Hubungan
interpersonal dalam keperawatan (Widyawati & Meiliya, E.
2009.Penerjemah). Jakarta : EGC
Muherman. (2003). Hari Tuberkulosis Sedunia. Jurnal Kedokteran & Farmasi No
4 Tahun XXIX .
Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nughara, N. J. (2011). Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga
Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di Kota Bandung; Studi
Fenomenologi. Jakarta: FIK UI
Nugroho, Heryanto Adi. (2007).Perubahan Fungsi Fisik dan Dukungan Keluarga
dengan Respon Psikosial pada Lansia di Kelurahan Kembang Arum
Semarang. Jurnal Keperawatan FIKKES Vol. 1 No. 1 Oktober 2007: 45
- 57
Potter, P.A. & Perry, A.G.(2005). Fundamentals of nursing : concepts, process,
and practice. (6th ed.) Philadelphia : Mosby.
Rajagugguk, F. (2008). Gambaran Perilaku dan Sanitasi Perumahan Penderita
Tuberkulosis Paru di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Medan:
Skripsi.
Rajagopalan, Shobita. (2001). Tuberculosis and Aging : A Global Health Problem.
CID Oxford Journal Oktober 2001

Ratnasari, Nita Y. (2012). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup


Pada Penderita TB Paru di BP4 Yogyakarta Unit Minggiran. Jurnal
Tuberkulosis Indonesia Vol 8 Maret 2012 : 7-11
Resnayati, Y., Riasmini, M., & Maryam. (2010). Pengalaman keluarga dan
petugas kesehatan dalam perawatan lanjut usia di wilayah DKI Jakarta.
Jurnal Madya, 10 (1), 4454.
Sales, E. (2003). Family burden and quality of life. Quality of life research, 12,
3341.
Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Stanhope, M., & J.Lancaster. (2000). Community Healh Nursing: Promotion
Health of Aggregates, Families, and Individuals. USA: Mosby.
Stanley dan Bare. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Streubert, H.J & Carpenter, D.R. (2003). Qualitative research in nursing.
advancing the humanistic imperative. third edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC.
Suharmiati. (2011). Analisis Hubungan Penggunaan Obat FDC/ Kombipak Pada
Penderita yang didiagnosis TB Paru Berdasarkan Karakteristik. Buletin
Penelitian Kesehatan Vol 14 No 2 April 2011: 167 173.
Sukumani, J. T. (2012). Experiences of family members caring for Tuberculosis
patients at home at Vhembe district of the Limpopo. AOSIS Open
Journals .
Suyono. (2001). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi III. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Syah, M. (2001). Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Tashakkori A and Teddlie C (Eds.) (2003) Handbook of mixed methods in social
and behavioral research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Tirtana, Bertin Tanggap. (2011). Faktor factor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dengan Resistensi Obat
Tuberkulosis di wilayah Jawa Tengah. Semarang: FK Undip
Tohwidi M, et all. (2008). Pulmonary Tuberculosis in Elderly. Tanaffos Journal
7(1), 52-57 NRITLD, National Research Institute of Tuberculosis and
Lung Disease, Iran

Wahyudi, Upoyo, A. S., & Kuswati, A. (Volume 3 No.3 Nopember 2008).


Penilaian Lima Tugas Keluarga Pada Keluarga Dengan Anggota
Keluarga Menderita TB Paru di wilayah BP 4 Magelang. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing) , 144 148.
WHO. (2012). Global Tuberculosis Report 2012.
Widoyono. (2008). Penyakit Tropis Epidemologi , Penularan ,Pencegahan dan
Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga.
Wijaya, Agung A (2012). Merokok dan Tuberkulosis. Jurnal Tuberkulosis
Indonesia Vol 8 Maret 2012 : 18-23
Williams, Veena, Harbans Kaur. (2011). The Psychosocial Problems Of
Pulmonary Tuberculosis Patients Undergoing DOTS Therapy (Direct
Observed Treatment Short Course Therapy) in Selected Areas of
Jalandhar District, Punjab. IOSR Journal of Pharmacy and Biological
Sciences (IOSRJPBS) ISSN : 2278-3008 Volume 1, Issue 1 (May-June
2012), PP 44-49 www.iosrjournals.org.
Wu, Tina. (2010). Functional Health Status of the Elderly in Taiwan. Healthy
Aging & Clinical Care in the Elderly 2010:2 917
Z.Jiu, W.Tian, W.Liu, Y.Cao, J.Yan, & Z.Shun. (2010). Are Elderly more
vulnerable to psyuchological impact of natural disaster?A populationbased survey adult survivors of teh 2008 Sichuan eartquakes. BMC
Public Health , Vol 10: 172. http://www.biomedical.com/14712458/10/172.

Você também pode gostar