Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Kota bukan sesuatu yang
bersifat statis karena memiliki
hubungan erat dengan kehidupan
pelakunya
yang
dilaksanakan
dalam dimensi waktu, sehingga
kota akan selalu berkembang
sesuai dengan dinamika kehidupan
sosial
masyarakat
didalamnya.
Sejarah terbentuknya suatu kota
akan
terekam
dalam
artefak
bersejarah
baik
berupa
peninggalan
yang
nampak
(tangible
heritage)
maupun
peninggalan yang tidak nampak
1
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Konservasi Kota
Menurut Cohen (1999: 13),
konservasi kota adalah upaya
pelestarian dalam skala kota,
berkaitan dengan urban fabric
secara keseluruhan dan tidak
hanya terkait dengan masalah
arsitektural saja. Konservasi kota
juga
berarti
mengangkat
pelestarian
bangunan-bangunan
tunggal
bersejarah
ke
dalam
konteks
kota
dengan
tujuan
mendapatkan hasil akhir yang
menyeluruh. Tahap awal dari
kegiatan konservasi kota adalah
menentukan
area
yang
akan
dikonservasi. Menurut Gill, 1994,
konservasi
kota
tidak
hanya
melestarikan bangunan akan tetapi
juga profil jalan dan keseluruhan
ornamen kota. Konservasi pada
suatu
kawasan
juga
dapat
didefinisikan sebagai area yang
memiliki arsitektural khusus dan
memiliki karakter sejarah tertentu
seperti yang diungkapkan oleh
Michael Ross, conservation areas
defined
as
areas
of
special
architectural or historic interest
the character
or appearance of
wich it is desirable to preserve or
enhance
(Ross,
1996:
120).
Konservasi tidak hanya melihat
keunikan dari bangunan tunggal
tetapi
juga
keunikan
dari
keseluruhan
area,
jadi
selain
bangunan, pola jalan dan penataan
ruang juga memberikan kontribusi
bagi
kualitas
lingkungan
konservasi.
Dari beberapa pengertian di
atas
dapat
diketahui
bahwa
konservasi kota merupakan usaha
untuk melestarikan sejarah kota
melalui
pelestarian
terhadap
peninggalan yang ada baik yang
nampak
maupun
yang
tidak
nampak. Peninggalan-peninggalan
bersejarah
di
suatu
wilayah
menunjukkan jati diri, karakter, dan
3
Mikrokosmos
dualistis,
setiap kota tradisional Jawa
terbagi atas dua bagian yaitu
bagian profan di sebelah utara
dan bagian yang sakral di sebelah
selatan. Perwujudan dari azas ini
umumnya
tampak
dari
penempatan
benda
secara
simetris (semua penataan kraton
dan elemen di sekelilingnya
diupayakan
bisa
simetris).
Kesimetrisan ini dimaksudkan
untuk melambangkan keadaan
yang harmonis penuh keselarasan
dan dinamis sebagai rangsangan
untuk bertindak.
Mikrokosmos
hirarkis,
pembatasan yang dilakukan pada
suatu
ruang
untuk
tujuan
penyucian ruang tersebut.
Ruang-ruang dalam kota lama
Jawa terwujud sebagai bentuk
penerapan atas keyakinan yang
dianut masyarakat. Pusat ruangan
yang diatur berdasarkan kaidah
kosmografi Jawa dipandang sebagai
pusat dunia. Wiryomartono (1995:
24-60)
membagi
filosofi
kota
tradisional Jawa menjadi beberapa
konsep berikut ini:
peristiwa
dimana
kekuatankekuatan kosmik dipercaya hadir
dalam dunia nyata.
Konsep
halun-halun,
merupakan ruang terbuka pada
kuta atau negara yang berbentuk
segi empat atau hampir bujur
sangkar yang diyakini sebagai
empat
unsur
pembentuk
keberadaan bhuwana yaitu air,
bumi, api, dan udara.. Menurut
Zoetmulder
orang
Jawa
mengenal Macapat sebagai pusat
orientasi spasial (Zoetmulder
dalam Wiryomartono, 1995: 46).
Konsep marga dan ratan,
merupakan
penyebab
atau
lantaran terjadinya rat yang
memungkinkan
adanya
atau
eksistensinya dunia sehari-hari.
Konsep
pasar/peken,
aktivitas berkumpul untuk tukar
menukar barang (jual beli) dalam
lima hari Jawa yang terjadi
berulang-ulang
secara
ritmik
dimana transaksi sendiri tidak
sentral tetapi yang sentral adalah
interaksi sosial dan ekonomi
dalam satu peristiwa.
Konsep masjid dan pusat
kekuasaan, masjid Jawa hampir
selalu berada di kawasan alunalun sebelah barat sedangkan
pusat kekuasaan ditempatkan di
bagian selatan dan menghadap ke
alun-alun.
Konsep pawisman/pomahan,
perwujudan
fisik
dari
hunian/pawisman
memiliki
hierarki status yang dikaitkan
dengan
hubungan
kepala
keluarga
dengan
pusat
kekuasaan. Hunian bermula dari
omah, grhya, graha, puri hingga
keraton.
Konsep
Kota
Periode
Penyebaran Agama Islam
Masuknya Islam di pulau Jawa
terjadi pada abad XI dan abad XV
M
(Depdikbud,
1993:12)
dan
pendekatan
place,
yaitu
sebuah space yang memiliki suatu
ciri khas tersendiri. Place sangat
erat kaitannya dengan citra kota.
Menurut Markus Zahnd, citra
kota adalah gambaran mental
dari sebuah kota sesuai dengan
rata-rata
pandangan
masyarakatnya (Zahnd, 1999:
156).
Morfologi Kota
Morfologi
kota merupakan
ilmu yang mempelajari bentuk,
struktur dan pembentukan suatu
tempat yang memiliki tatanan
perkotaan. Menurut Herbert (1973)
dalam buku struktur tata ruang
kota, tinjauan terhadap morfologi
kota ditekankan pada bentukbentuk fisikal dari lingkungan
perkotaan dan hal ini dapat diamati
dari kenampakan kota secara
fisikal yang antara lain tercemin
pada sistem jalan-jalan yang ada,
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan
metode campuran antara kualitatif
dan
kuantitatif.
Ada
empat
pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu pendekatan
penelusuran
sejarah
kota,
pendekatan
keutuhan
kota,
pendekatan morfologi kota, dan
pendekatan kawasan konservasi
kota.
Pendekatan
kulitatif
dilakukan dengan teknik deskriptif
kualitatif sedangkan pendekatan
kuantitatif dilakukan dengan teknik
skoring.
Deskriptif
kualitatif
6
JENIS
PENINGGALAN
PERIODE
SEJARAH
1.
Beberapa candi,
lingga, yoni,
arca, dan
fragmen batu
Periode
Sejarah I
LOKASI
KONDISI
EKSISTING
Desa
Sudah
Gonoharjo,
diangkat
Gondang,
(hilang)
Sriwulan, Peron
GAMBAR
-
Kec. Limbangan
2.
Makam Sunan
Katong
Periode
Sejarah II
(tahun
1513-an)
Bukit Kuntul
Terawat
Mlayang
Protowetan Kec.
Kaliwungu
3.
Makam Pakujowo
Periode
Sejarah II
(awal abad
XVI)
Gunung Sentir
Kec. Kaliwungu
N
O
JENIS
PENINGGALAN
PERIODE
SEJARAH
4.
Periode
Sejarah II
(akhir
abad XVI)
Pekauman Kec.
Kota Kendal
Terawat
5.
Masjid Agung
Kendal
Periode
Sejarah II
(akhir
abad XVI)
Pekauman Kec.
Kota Kendal
6.
Makam Kyai
Gembyang
Periode
Sejarah II
(akhir
abad XVI)
Petukangan
Kec. Kota
Kendal
Bangunan
sudah tidak
asli kecuali
pintu, tiang
penyangga,
dan mimbar.
Terawat
7.
Kompleks
Makam Pangeran
Benowo
Periode
Sejarah II
(akhir
abad XVI)
Desa Pekuncen
Kec. Pegandon
Terawat
tetapi untuk
masjid sudah
direnovasi
8.
Alun-alun
Kaliwungu
Periode
Sejarah III
(awal abad
XVII)
Desa Kutoharjo
Kec. Kaliwungu
Masih ada
9.
Bekas kantor
kadipaten
Periode
Sejarah III
(awal abad
XVII)
Pungkuran,
Kutoharjo Kec.
Kaliwungu
10.
Gapuro dan
meriam
kadipaten
Periode
Sejarah III
(awal abad
XVII)
Pungkuran,
Kutoharjo Kec.
Kaliwungu
Bangunan
baru dan
sekarang
difungsikan
sebagai
Musholla Al
Muttaqien
Masih asli
dan terawat
11.
Masjid Al
Muttaqien
Periode
Sejarah III
(pertengah
an abad
XVII)
Kauman
Kutoharjo Kec.
Kaliwungu
LOKASI
Terawat
KONDISI
EKSISTING
Bangunan
sudah tidak
asli
GAMBAR
12
Makam Pangeran
Djeminah
Periode
Sejarah III
(pertengah
an abad
XVII)
Kompleks
Terawat
Gedong Lor
Protokulon Kec.
Kaliwungu
13.
Pondok Kampung
Pesantren
Periode
Sejarah IV
(awal abad
XIX)
Pungkuran
Krajankulon
Kec. Kaliwungu
14.
.
Makam Kyai
Asyari
Periode
Sejarah IV
(awal abad
XIX)
Bukit Kuntul
Terawat
Mlayang
Protowetan Kec.
Kaliwungu
JENIS
PENINGGALAN
PERIODE
SEJARAH
15.
Alun-alun Kota
Kendal
Periode
Sejarah IV
(awal abad
XIX)
Pegulon, Kota
Kendal
Masih ada
16.
Pendopo dan
Kantor Bupati
Kendal
Periode
Sejarah IV
(pertengah
an abad
XIX)
Pegulon, Kota
Kendal
Bangunan
sudah tidak
asli
17.
Kawasan Pabrik
Gula Cepiring
Periode
Sejarah IV
(awal abad
XIX)
Cepiring
Bangunan
masih asli,
sebagian
rusak
N
O
LOKASI
Sekarang
menjadi
pondok
A.P.I.P
KONDISI
EKSISTING
GAMBAR
TABEL II
KEUTUHAN KONSEP KOTA TRADISIONAL JAWA DI KABUPATEN
KENDAL
ELEMEN
KONSEP
KAWASAN ALUNKOTA
ALUN KALIWUNGU
TRADISIONA
L JAWA
Kuta dan
Konsep negara tidak
negara
ditemukan karena
Kaliwungu merupakan
bagian Kadipaten Kendal
dbawah Kerajaan
(negara) Mataram
sedangkan kuta
terbentuk di kawasan
alun-alun dengan
aktivitas utama pusat
pemerintahan dan
penyebaran agama
Islam. Kuta ini tidak
dibatasi oleh batasan
fisik berupa tembok.
ELEMEN
KONSEP
KAWASAN ALUNKOTA
ALUN KALIWUNGU
TRADISIONA
L JAWA
Jagad kuta
Perwujudan jagad dalam
kehidupan kuta di
Kaliwungu muncul di
alun-alun yang menjadi
pusat aktivitas sekuler
dan spiritual.
Halun-halun
Alun-alun Kaliwungu
sebagai pusat pertama
Kabupaten Kendal masih
dapat ditemui.
Marga atau
ratan
LOKASI
KAWASAN
PEKUNCEN
KAWASAN ALUN-ALUN
KOTA KENDAL
LOKASI
KAWASAN
PEKUNCEN
KAWASAN ALUN-ALUN
KOTA KENDAL
Tidak ditemukan.
Tidak ditemukan.
11
Pasar atau
peken
Masjid dan
pusat
kekuasaan
Pawisman
atau
pomahan
Tidak ditemukan.
Masjid Pangeran
Benowo menjadi
pusat aktivitas
spiritual
sedangkan pusat
kekuasaan tidak
ditemukan.
Pawisman atau
pomahan dengan
toponim nama
yang ada adalah
Dukuh Kaum dan
Dukuh Krajan.
TABEL III
KEUTUHAN KONSEP KOTA PERIODE PENYEBARAN AGAMA ISLAM
DI KABUPATEN KENDAL
N
O
LOKASI
12
1.
Kecamat
an
Kaliwun
gu
2.
Desa
Pekunce
n
Kecamat
an
Pegando
n
Kecamat
an Kota
Kendal
3.
Masing-masing
kawasan
potensial
konservasi
di
atas
memiliki struktur ruang yang
berbeda-beda sesuai dengan proses
pembentukannya. Kawasan alunalun Kaliwungu merupakan pusat
Kabupaten Kendal yang pertama.
Selain
berkembang
karena
pengaruh aktivitas pemerintahan
kawasan ini juga dipengaruhi
aktivitas penyebaran agama Islam
sehingga struktur ruang yang
terbentuk memiliki karakter pusat
kota periode penyebaran agama
Islam. Pada kawasan Kaliwungu,
Bagian
Profan
Jalan
utama
Masji
d
Alu
Agun
nKauma
alun
g
n
Bangunan
pemerinta
han
Permukim
an
U
Gambar 2
Model Struktur Ruang di Kawasan Alun-alun Kaliwungu
Sumber: Hasil analisis penulis, tahun 2005
Kawasan
Pangeran
Benowo
peninggalan
di
Desa
Gambar 3
Struktur Ruang
Kawasan Peninggalan
Pangeran
Sumber:
Hasil analisisBenowo
penulis, tahun 2005
Kawasan
alun-alun
kota
Kendal
merupakan
pusat
pemerintahan kabupaten Kendal
yang kedua setelah Kaliwungu.
Kawasan ini terbentuk pada tahun
1811,
namun
pada
awal
terbentuknya
kawasan
ini
menghadap ke Jalan Daendels yang
14
Gambar 4
Model Struktur Ruang Kawasan Alun-alun Kota Kendal
Morfologi
Kota
Kabupaten
Kendal
Analisis
morfologi
kota
dilakukan terhadap lokasi-lokasi
potensial untuk dikonservasi yang
berupa kawasan, yaitu kawasan
alun-alun
Kaliwungu,
kawasan
alun-alun Kota Kendal, kawasan
peninggalan Pangeran Benowo dan
kawasan Pabrik Gula Cepiring.
Analisis ini dilakukan melalui
beberapa
pendekatan
yaitu
linkage, figure ground, dan place.
Analisis morfologi kota di empat
kawasan tersebut dapat dilihat
pada Tabel IV.
TABEL IV
MORFOLOGI
KOTA
KAWASAN BERSEJARAH
Gambar 5
Struktur Ruang DI
PGKABUPATEN KENDAL
N
O
Cepiring
LOKASI
FIGURE GROUND
LINKAGE
15
PLACE
1.
N
O
2.
Kecamat
an
Kaliwung
u
Linkage struktural
terbentuk antara alunalun-kantor kadipaten,
alun-alun-Masjid Al
Muttaqien, KaumanMasjid Al Muttaqien,
Pondok A.P.I.P. dengan
Masjid Al Mutttaqien,
Kampung Pungkurankantor kadipaten, dan
pusat kota-kompleks
makam Bukit
Protomulyo.
Linkage visual yang
teridentifikasi berupa
koridor antara gapuro
kadipaten dan alunalun, dan garis antara
bekas kantor
kadipaten dengan
Masjid Al Muttaqien.
Linkage kolektif
memiliki pola group
form. Pola group form
yang terbentuk adalah
sebagai berikut.
LOKASI
FIGURE GROUND
LINKAGE
PLACE
Desa
Pekunce
n
Kecamat
an
Pegando
n
Linkage struktural
terbentuk antara
kompleks masjid
dengan Dukuh Kaum
dan makam Pangeran
Benowo dengan Dukuh
Krajan.
Linkage visual dan
kolektif tidak dapat
ditemukan dalam
kawasan.
16
3.
Kecamat
an Kota
Kendal
Linkage struktural
terbentuk antara alunalun dengan kantor
bupati, alun-alun
dengan Masjid Agung
Kendal, masjid Agung
Kendal dengan
Kampung Pekauman,
Masjid Agung Kendal
dengan makam Wali
Jaka.
Linkage visual yang
dapat ditemui hanya
berupa garis antara
makam Wali Jaka
dengan makam Kyai
Gembyang, dan
koridor antara alunalun dengan Masjid
Agung Kendal.
Linkage kolektif
membentuk pola
group form.Pola group
form yang terbentuk
adalah sebagai
berikut.
4.
Kawasan
Pabrik
Gula
Cepiring
Kecamat
an
Cepiring
Pola tekstur
kawasan
memperlihatkan
susunan yang
bersifat heterogen
karena terdiri dari
tiga pola penataan
yang berbeda.
Elemen solid yang
terbentuk berupa
blok medan, blok
yang mendefinisi
sisi, dan blok
tunggal.
Elemen void yang
terbentuk berupa
sistem terbuka yang
sentral.
Linkage struktural
yang terbentuk
membentuk pola
tambahan yaitu pada
blok perumahan di
bagain timur.
Linkage visual yang
dapat ditemui berupa
sisi dan koridor
Linkage kolektif
membentuk pola
megaform. Pola
tersebut dapat dilihat
pada gambar berikut
ini.
skoring
terhadap
tiap
lokasi
berdasarkan
variabel
tertentu.
Variabel yang digunakan dalam
skoring ini yaitu variabel 1 adalah
peran sejarah, 2 adalah keutuhan
konsep
kota, 3
adalah pola
morfologi kota, 4 adalah estetika, 5
adalah keistimewaan, 6 adalah
kelangkaan, 7 adalah kejamakan,
dan 8 adalah makna. Untuk
variabel peran sejarah, keutuhan
konsep kota, dan morfologi kota
didapatkan dari hasil analisis tahap
sebelumnya, sedangkan variabel
estetika,
keistimewaan,
kelangkaan, kejamakan, dan makna
dilakukan berdasarkan keutuhan
peninggalan-peninggalan
bersejarah pada masing-masing
kawasan.
Skor terbesar yang diberikan
pada tiap variabel adalah 3
TABEL V
ANALISIS SKORING POTENSI KONSERVASI DI KABUPATEN KENDAL
VARIABEL
LOKASI
Kec.
Kaliwungu
Desa
Pekuncen,
Kec. Pegandon
Kec. Kota
Kendal
PG Cepiring
TOTA
L
SKOR
KELA
S
KLASIFIKASI
21
Potensi konservasi
besar
14
III
Potensi konservasi
relatif kecil
13
III
20
Potensi konservasi
relatif kecil
Potensi konservasi
besar
Kawasan
yang
memiliki
potensi
paling
besar
untuk
dikonservasi adalah kawasan alunalun Kaliwungu. Peran sejarah yang
dimiliki oleh kawasan ini bagi
perkembangan Kabupaten Kendal
sangat besar. Keutuhan konsep
kota dan pola morfologi kotanya
juga masih dapat diidentifikasi
dengan baik meskipun kondisi
fisiknya sebagian sudah berubah.
Kawasan di sekitar alun-alun,
Kampung Pungkuran, Kauman, dan
Pesantren
merupakan
kawasan
yang
masih
memiliki
banyak
peninggalan bersejarah. Perubahan
kondisi fisik yang terjadi dalam
kawasan belum terjadi secara
menyeluruh. Sebagian dari rumah
penduduk dalam kawasan masih
bergaya tradisional sehingga ciri
khas kawasan sebagai kota tua
masih dapat dikenali. Kompleks
makam di Bukit Protomulyo juga
merupakan kawasan yang kondisi
fisiknya masih belum berubah
karena aktivitas di dalamnya juga
tidak berkembang, tetapi kondisi di
18
bangunannya
rendah
namun
perubahan fisik yang terjadi dalam
kawasan ini juga rendah. Kompleks
makam
dan
masjid
Pangeran
Benowo merupakan salah satu
obyek tujuan wisata ziarah di
Kabupaten
Kendal.
Konservasi
dalam kawasan ini difokuskan pada
kompleks
makam
dan
masjid
peninggalan
Pangeran
Benowo
setelah itu baru kawasan dengan
toponim nama Dukuh Kaum dan
Dukuh Krajan.
Kawasan
alun-alun
Kota
Kendal merupakan kawasan yang
kondisi fisiknya sudah berubah.
Pada
kawasan
ini
sudah
berkembang aktivitas perdagangan
dan jasa yang semakin merubah
kondisi
fisik
kawasan.
Pola
morfologi yang terbentuk pada
kawasan ini juga sudah berubah
karena perkembangan kawasan
terjadi dengan pesat. Walaupun
kondisi fisiknya sudah berubah
kawasan ini memiliki peran sejarah
yang besar bagi perkembangan
Kabupaten Kendal bahkan hingga
saat ini masih menjadi pusat
pemerintahan Kabupaten Kendal.
Pada
Kampung
Loji,
Amengamengan, Kayon dan kompleks
makam
Kyai
Gembyang
di
Petukangan fungsi kawasan masih
tetap
sesuai
dengan
fungsi
kawasan
pada
awal
perkembangannya
dan
tidak
tergeser oleh fungsi baru seperti
perdagangan
dan
jasa
atau
perkantoran. Lokasi-lokasi lainnya
dalam kawasan ini sekarang telah
berubah karena adanya fungsi baru
seperti
munculnya
aktivitas
perdagangan
dan
jasa
dan
perkantoran
di
Pegulon,
Petukangan,
dan
Pekauman.
Potensi konservasi yang dimiliki
oleh kawasan ini termasuk dalam
kelas III dengan klasifikasi potensi
relatif kecil.
19
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan
berdasarkan hasil analisis yang
telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Sejarah
perkembangan
Kabupaten
Kendal
terbagi
kedalam
empat
periode
perkembangan sejak periode
Hindu-Budha,
Islam,
hingga
Kolonial
Belanda.
Kawasankawasan yang berperan dalam
sejarah
perkembangan
Kabupaten
Kendal
adalah
sebagai berikut:
Kawasan yang berkembang
karena
pengaruh
HinduBudha adalah Kecamatan
Limbangan
karena
pada
kawasan
ini
banyak
ditemukan
benda-benda
peninggalan
kebudayaan
Hindu-Budha.
Kondisi
kawasan
bersejarah
ini
sudah
hilang
karena
peninggalan-peninggalan
yang pernah ada sudah
diangkat
dari
lokasi
penemuan.
Kawasan yang berkembang
pada periode penyebaran
agama Islam di Kendal
adalah
Kecamatan
Kaliwungu, Desa Pekuncen
Kecamatan Pegandon, dan
Kecamatan
Kota
Kendal.
Diantara ketiga kawasan ini,
kawasan
yang
memiliki
peran sejarah paling besar
adalah di Kaliwungu karena
aktivitas penyebaran agama
Islam di lokasi ini dilakukan
secara konstan sejak abad
XVI hingga saat ini oleh
beberapa tokoh dari generasi
yang
berbeda-beda.
Peninggalan
aktivitas
penyebaran agama Islam
20
yang
paling
banyak
di
Kabupaten
Kendal
juga
ditemukan di kecamatan ini.
Pengaruh pemerintah Hindia
Belanda
yang
paling
menonjol terlihat di kawasan
Pabrik Gula Cepiring di
Kecamatan
Cepiring.
Meskipun
kawasan
ini
kurang
berperan
dalam
sejarah
perkembangan
Kabupaten Kendal namun
pengaruh kebudayaan Hindia
Belanda terhadap kawasan
ini sangat besar.
Kawasan
alun-alun
Kaliwungu
dan
kawasan
alun-alun
Kota Kendal
A. Kawasan
Kaliwungu
B. Kawasan PG
Cepiring
21
C. Kawasan
Pekuncen
D. Kawasan Kota
Kendal
Gambar 6.
22
kawasan-kawasan
yang
menjadi lokasi penyebaran
agama Islam diantaranya
Kaliwungu, Pegandon, dan
Kota Kendal. Konsep kota
periode penyebaran agama
Islam yang masih bisa dilihat
pada
kawasan
tersebut
adalah keberadaan makam
dan
masjid
peninggalan
tokoh agama Islam. Di Desa
Pekuncen terdapat kompleks
makam
dan
masjid
peninggalan
Pangeran
Benowo, di Kota Kendal
tepatnya
di
Pekauman
terdapat Makam Wali Jaka
yang terintegrasi dengan
masjid peninggalannya yaitu
Masjid Agung Kendal dan
Makam Kyai Gembyang di
Petukangan, sedangkan di
Kaliwungu
dapat
kita
temukan
Masjid
Al
Muttaqien, Pondok Kampung
Pesantren, dan kompleks
makam di Bukit Protomulyo.
Kawasan Pabrik Gula Cepiring
tidak dipengaruhi oleh kedua
konsep kota tersebut. Kawasan
ini dibangun oleh Pemerintah
Hindia Belanda sehingga gaya
arsitektur
bangunan
dalam
kawasan terpengaruh budaya
Belanda.
3. Pola
morfologi
kota
yang
terbentuk di empat kawasan
potensial
yang
telah
teridentifikasi
dari
analisis
penelusuran
sejarah
dan
keutuhan konsep kota berbeda
satu dengan lainnya. Kawasan
yang masih dapat diidentifikasi
pola morfologinya dengan jelas
adalah kawasan Pabrik Gula
Cepiring. Pola morfologi kota
kawasan alun-alun Kaliwungu
juga masih dapat diidentifikasi
meskipun
kondisi
fisik
23
24
Piagam
Pelestarian
Pusaka
Indonesia Tahun 2003.
Purwanto, Edi. 2001. Kajian Ciri
Kawasan
Jalan
Diponegoro
sebagai Upaya Preservasi dan
Konservasi Pusat Kota Lama
Salatiga. Jurnal Teknik, Tahun
XXI, Edisi 12001, 31-39.
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kendal Tahun 2002.
Badan
Perencanaan
Daerah
Kabupaten Kendal, 2002.
Revisi Rencana Bagian Wilayah
Kota Kendal Tahun 2002. Badan
Perencanaan Daerah Kabupaten
Kendal, 2002.
Rochani, Achmad Hamam. 2003.
Babad Tanah Kendal. Semarang:
Intermedia Paramadina.
Ross, Michael. 1996. Planning and
The
Heritage
Policy
and
Procedures,
2nd
edition.
London: E and FN SPON.
Rukayah, R. Siti. 2005. Dari Nilai
Historis ke Ruang Ekonomi
sebuah Studi Lapangan Kota di
Indonesia. Semarang: Badan
Penerbit Undip.
Sejarah Perjuangan Masyarakat
Kendal.
1992.
Pemerintah
Kabupaten Dati II Kendal.
Kendal: Pemerintah Kabupaten
Dati II Kendal.
Sevina, Mahardini. 2004. Studi
Komparatif Pola Morfologi Kota
Gresik dan Kota Demak sebagai
Kota Perdagangan dan Kota
Pusat
Penyebaran
Agama
Islam.
Tugas
Akhir
tidak
diterbitkan,
Program
Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota,
Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Sutopo, H. B. 2002. Metode
Penelitian Kualitatif Dasar Teori
dan
Terapannya
dalam
Penelitian.
Surakarta:
Universitas
Sebelas
Maret
University Press.
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya.
Wijanarka, 2001. Teori Desain
Kawasan
Bersejarah.
Palangkaraya: Jurusan Teknik
Arsitektur
Universitas
Palangkaraya
Wiryomartono, A. Bagoes P. 1995.
Seni Bangunan dan Seni Bina
Kota
Indonesia.
Jakarta:
Gramedia.
Wulandari, L. D. 2004. Kajian
Historis Perkembangan Kota
Malang dalam Menggali Makna
Pebentukan
Alun-Alun
Kota
Malang. Jurnal Teknik, Vol. XI,
No. 1, April, pp. 23-32.
Yunus, Hadi Sabari. 2001. Struktur
Tata Ruang Kota.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan
Kota
Secara
Terpadu.
Yogyakarta: Kanisius.
www.kabupatenkendal.go.id
(website
resmi
pemerintah
Kabupaten Kendal)
26