Você está na página 1de 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hiperglikemia

merupakan

keadaan

peningkatan

glukosa

darah

daripoada rentang kadar puasa normal 80 90 mg / dl darah, atau rentang


non puasa sekitar 140 160 mg /100 ml darah . ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang

peranan

penting.

Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel


beta pulau langerhans.
Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita
hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Respon ini mereupakan repon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggap sebagai jaringan asing.
Pergeseran pola penyakit saat ini terus terjadi, dari penyakit infeksi ke
penyakit degeneratif. Hiperglikemi adalah penyakit degeneratif yang angka
kejadiannya cukup tinggi di berbagai negara dan merupakan salah satu
penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. World Health
Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hiperglikemi mencapai
lebih dari 180 juta jiwa diseluruh dunia. Kejadian ini akan meningkat lebih
dari dua kali lipat pada tahun 2030 (WHO 2006). Menurut survei yang
dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita
hiperglikemi terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.
Menurut data Depkes, jumlah pasien hiperglikemi rawat inap dan rawat jalan
di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin
(Depkes RI 2005).
Jumlah orang yang menderita hiperglikemi diperkirakan akan meningkat
dengan cepat dalam 25 tahun, dengan perkiraan peningkatan sebesar 42
persen terjadi pada negara berkembang. Perkiraan ini didasarkan pada

perubahan

demografi

pada

masyarakat,

tanpa

mempertimbangkan

perubahan gaya hidup. Di negara berkembang angka kejadian kelebihan


berat badan dan kegemukan terus meningkat dengan cepat karena
menurunnya aktivitas fisik dan banyak makan. Kejadian ini meningkat
dengan cepat pada angka kejadian hiperglikemi(Glumer et al. 2003).
Hiperglikemi merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak
pada produktivitas dan dapat menurunkan mutu sumber daya manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi juga pada
sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional,
sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat
Indonesia diperkirakan penderita hiperglikemi ini semakin meningkat,
terutama pada kelompok umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial
ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit hiperglikemi belum
menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun
diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain
komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, sistem
saraf, hati, mata dan ginjal (Dirjen Bina Kesmas depkes RI 2003)
Data Perkumpulan Endokrinologi Indonesia dari berbagai penelitian
epidemiologis sebagaimana diungkapkan ketua pengurus besar perkeni dr.
Sidartawan Soegondo Sp.PD, KE menujukan sekitar tahun 1980-an prevalensi
diabetes pada penduduk diatas usia 15 tahun adalah 1,5-2,3%. Penelitian
tahun 1991 di Surabaya mendapatkan prevalensi 1,43% pada penduduk
diatas 20 tahun. Dipedesan Jawa Timur tahun 1989 prevalensinya 1,47%.
Hasil penelitian di Jakarta menunjukan adanya peningkatan prevalensi DM
1,7% (1982) menjadi 5,7% 1993. Sementara di depok dan Jakarta tahun
2001 angkanya 12,8%. Prevalensi DM di makasar meningkat dari 1,5%
(1981) menjadi 2,9% (1998). (armaididarmawan blogspot.com/2010)
Menurut

Diabetic

Federation,

organisasi

yang

peduli

terhadap

permasalahan diabetes, jumlah penderita diabetes mellitus yang ada di


Indonesia tahun 2001 terdapat 5,6 juta jiwa untuk usia diatas 20 tahun. Pada
tahun 2020 diestimasikan akan meningkat menjadi 8,2 juta, apabila tidak

dilakukan upaya perubahan gaya hidup sehat pada penderita. (Depkes,


2005)
Dengan terjadinya peningkatan jumlah penderita DM, maka jumlah
peningkatan penyakit hiperglikemia bisa dikatakann meningkat sesuai
dengan angka kejadian diabetes mellitus atau bahkan lebih. Peningkatan
dapat diturunkan dengan melakukan pencegahan, penanggulangan baik
secara medis maupun non medis, baik oleh pemerintah maupun masyarakat
sesuai dengan porsinya masing-masing. Perawat sebagai salah satu tim
kesehatan

mempunyai

peran

yang

sangat

besar

dalam

mengatasi

hiperglikemi. diperlukan peran perawat sebagai pelaksana dan pendidik


dengan tidak mengabaikan kolaboratif. Pentingnya peran perawat sebagai
pendidik agar penderita hiperglikemi mau dan mampu untuk melakukan
latihan jasmani secara teratur dan mengatur pola makannya yang dapat
mencegah terjadinya komplikasi dari hiperglikemi.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin disampaikan penulis dalam makalah Asuhan
Keperawatan Klien dengan Hiperglikemi ini adalah :
a. Tujuan umum
Memberikan gambaran mengenai Asuhan Keperawatan Klien dengan
Hiperglikemi secara teori.
b. Tujuan khusus
1. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan masalah Hiperglikemi
2. Dapat menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan
pada klien dengan masalah Hiperglikemi
3. Dapat merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada
klien dengan Hiperglikemi
4. Dapat melakukan implementasi asuhan keperawatan pada klien
dengan Hiperglikemi
5. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan pada
klien dengan Hiperglikemi

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR MEDIS
I. Pengertian
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada
rentang kadar puasa normal 80 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa
sekitar 140 160 mg /100 ml darah . ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )
Menurut Christine hancock (1999) berpendapat bahwa hiperglikemia
adalah terdapatnya glukosa dengan kadar yang tinggi didalam darah
(rentang

normal

kadar

glukosa

darah

adalah

3,0-5,0

mmol/

liter).

Hiperglikemi merupakan tanda yang biasanya menunjukan penyakit diabetes


mellitus.
II. Etiologi
Penyebab

tidak

diketahui

dengan

pasti

tapi

umumnya

diketahui

kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang


memegang

peranan

penting.

Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel


beta pulau langerhans.
Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita
hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Respon ini mereupakan repon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggap sebagai jaringan asing.
III. Patofisiologi
Hiperglikemia

dapat

disebabkan

defisiensi

insulin

yang

dapat

disebabkan oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan


herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk
kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam
darah meningkat.

Kompensasi

tubuh dengan meningkatkan glucagon

sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan


penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi
glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel.
Hiperglikemia
dehidrasi

dapat

sehingga

meningkatkan
tubuh

akan

jumlah

urin

meningkatkan

yang
rasa

mengakibatkan

haus

(polydipsi).

Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton


yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton
dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis.
Dengan

menurunnya

insulin

dalam

darah

asupan

nutrisi

akan

meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel


menyebabkan

sel

mudah

terinfeksi.

Gula

darah

yang

tinggi

dapat

menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding pembuluh darah yang


membentuk plak sehingga pembuluh darah menjadi keras (arterisklerosis)
dan bila plak itu telepas akan menyebabkan terjadinya thrombus. Thrombus
ini dapat menutup aliran darah yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit lain (tergantung letak tersumbatnya, missal cerebral dapat
menyebabkan stroke, ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat
menyebabkan miocard infark, mata dapat menyebabkan retinopati) bahkan
kematian.
IV. Menifestasi Klinik
Gejala awal umumnya yaitu ( akibat tingginya kadar glukosa darah) :

Polipagi

Polidipsi

Poliuri

Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering

Rasa kesemutan, kram otot

Visus menurun

Penurunan berat badan

Kelemahan tubuh

Luka yang tidak sembuh-sembuh

V. Komplikasi Hiperglikemia
Dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

a. Komplikasi akut
Ketoasidosis diabetic
Koma hiperglikemik hiperismoler non ketotik
Hipoglikemia
Asidosis lactate
Infeksi berat
b. Komplikasi kronik
c. Komplikasi vaskuler
Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer
Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
d. Komplikasi neuropati
Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis,
diare diabetik, buli-buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks
kardiovaskuler.
e. Campuran vascular neuropati (Ulkus kaki)
f. Komplikasi pada kulit

VI. Pemeriksaan Diagnostik


Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg%
(Plasma

vena).

Bila GDS 100-200 mg% perlu pemeriksaan test toleransi glukosa oral.
Kriteria baru penentuan diagnostik DM menurut ADA menggunakan GDP >
126

mg/dl.

Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien hiperglikemi adalah :


Glukosa darah
Aseton plasma

: Meningkat 200 100 mg/dl, atau lebih


: Positif secara mencolok.

Asam lemak bebas

: Kadar lipid dan kolesterol meningkat.

Osmolalitas serum

: Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330

mOsm/l.
Elektrolit

Natrium

: Mungkin normal, meningkat atau menurun.

Kalium

Normal

atau

peningkatan

(perpindahanseluller),

selanjutnya akan menurun.

Fospor

: Lebih sering menurun.

Hemoglobin glikosilat

semu

: Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang

mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup


SDM ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan
kontrol tidak adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
Glukosa darah arteri

: Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan

pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.


Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum / kreatinin

penurunan fungsi

ginjal).

Amilase darah

Mungkin

: Mungkin

meningkat

meningkat

yang

atau

normal

(dehidrasi/

mengindikasikan

adanya

pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA.


Insulin darah

:Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1)

atau normal sampai tinggi ( tipe II ) yang mengindikasikan insufisiensi


insulin/gangguan dalam penggunaannya ( endogen /eksogen ). Resisiten
insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto
antibodi).
Pemeriksaan fungsi tiroid :

Peningkatan

aktifitas

hormon

tiroid

dapat

meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.


Urine :Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
menigkat.
Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.
Ultrasonografi
VII. Penatalaksanaan

Tujuan utama

terapi Hiperglikemia

adalah mencoba

menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropati.
Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :
1. Diet
a. Komposisi makanan :
Karbohidrat = 60 % 70 %
Protein = 10 % 15 %
Lemak = 20 % 25 %
b. .Jumlah kalori perhari

Antara 1100 -2300 kkal


c. Latihan jasmani
Manfaat latihan jasmani :
Menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi resistensi insulin,
meningkatkan sensitivitas insulin, Menurunkan berat badan, Mencegah
kegemukan, Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik,
gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah
d. Obat berkaitan Hipoglikemia

Obat hipoglikemi oral :

Sulfoniluria : Glibenglamida, glikosit, gliguidon, glimeperide, glipizid.


Biguanid ( metformin )
Hon su insulin secretagogue ( repakglinide, natliglinide )
Inhibitor glucosidase
Tiosolidinedlones
Insulin

Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, ia adalah jenis
obat insulin yang memiliki sifat transparan dan mulai bekerja dalam
tubuh dalam waktu 30 menit sejak ia dimasukkan ke dalam tubuh. Obat
insulin ini bekerja secara maksimal selama 1 sampai 3 jam dalam aliran

darah penderita, dan segera menghilang setalah 6-8 jam kemudian.


Insulin reaksi panjang merupakan jenis insulin yang mulai bekerja 1
hingga 2 jam setelah ia disuntikkan ke dalam tubuh seseorang. Tetapi
obat insulin ini tidak memiliki masa reaksi puncak, sehingga ia bekerja

secara stabil dalam waktu yang lama yaitu 24 sampai 36 jam di dalam

tubuh penderita diabetes, contohnya Levemir dan Lantus.


Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai efektif bekerja
menurunkan gula darah sejak 1 sampai 2 jam setelah disuntikkan ke
dalam tubuh. Obat ini bereaksi secara maksimal selama 6-10 jam, dan
berakhir setelah 10-16 jam setelahnya, contohnya Humulin m3, Hypurin,

dan Insuman.
Insulin reaksi cepat akan langsung bekerja 5-15 menit setelah masuk ke
dalam tubuh penderita. Ia memiliki tingkat reaksi maksimal selama 30-90
menit, dan pengaruhnya akan segera menghilang setelah 3-5 jam
kemudian. Contoh obat insulin ini berupa Lispro, Actrapid, Novorapid, dan
Velosulin.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN HIPERGLIKEMIA


A. Pengkajian
1. Data dasar pengkajian : Berisi biodata klien dan identitas penanggung
2. AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala :

Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan. Kram otot, tonus otot menurun.

Gangguan tidur/ istirahat.


Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas.
Letargi/ disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot.
3. SIRKULASI
Gejala :

Adanya riwayat hipertensi ; IM akut. Klaudikasi, kebas, dan kesemutan

pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.


Tanda :

Takikardia. Perubahan tekanan darah postural ; hipertensi. Nadi yang

menurun / tak ada. Distritmia. Krekels ; DVJ (GJK). Kulit panas, kering, dan
kemerahan ; bola mata cekung.
4. INTEGRITAS EGO
Gejala :

Stres;

tergantung

pada

orang

lain.

Masalah

finansial

yang

berhubungan dengan kondisi.


Tanda :

Ansietas, peka rangsang.


5. ELIMINASI

Gejala :

Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri / terbakar,

kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru / berulang. Nyeri tekan abdomen.


Diare.
Tanda :

Urine encer, pucat, kuning ; poliuri (dapat berkembang menjadi oliguria

/ anuria jika terjadi hipovolemia berat). Urine berkabut, bau busuk (infeksi).
Abdomen keras, adanya asites. Bising usus lemah dan menurun ; hiperaktif
(diare).
6. MAKANAN / CAIRAN
Gejala :

Hilang nafsu makan. Mual / muntah. Tidak mengikuti diet ; peningkatan


masukan glukosa / karbohidrat. Penurunan berat badan lebih dari periode
beberapa hari / minggu. Haus. Penggunaan diuretik (tiazid).

Tanda : Kulit kering / bersisik, tugor jelek. Kekakuan / distensi abdomen, muntah.
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan
gula darah). Bau halotosis / manis, bau buah (napas aseton).
7. NEUROSENSORI
Gejala :

Pusing / pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas kelemhan pada otot.


Parestesia. Gangguan penglihatan.

Tanda : Disoreantasi; mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut). Gangguan


memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD)
menurun (koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
8. NYERI / KENYAMANAN
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi ; tampak sangat berhati-hati
9. PERNAPASAN
Gejala :

Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen

(tergantung adanya infeksi / tidak).


Tanda :

Lapar udara. Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi). Frekuensi

pernapasan.
10.
Gejala :
Tanda :

KEAMANAN
Kulit kering, gatal ; ulkus kulit.

Demam, diaforesis. Kulit rusak, lesi / ulserasi. Menurunnya kekuatan

umum / rentang gerak. Parestesia /paralisis otot termasuk otot-otot


pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
11.
Gejala :

SEKSUALITAS

Rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada pria ;

kesulitan orgasme pada wanita.


12.
Gejala :

PENYULUHAN / PEMBELAJARAN

Faktor resiko keluarga ; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi.

Penyembuhan yang lambat. Penggunaan obat seperti steroid, diuretik


(tiazid); Dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.

Pertimbangan : DRG (kelompok diagnosis yang berhubungan) menunjukan rerata


lama dirawat : 5,9 hari.
Rencana pemulangan :
Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan terhadap glukosa darah.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan cairan terpenuhi
KH :
Vital sign dalam batas normal
(TD 100-130/70-90)
(RR 16-20 x/ menit)
(Nadi 60-100 x/ menit)
(Suhu 36-37C)
Intake output seimbang
Turgor kulit baik
Mukosa bibir lembab
Kapilari refill < 2 detik
Intervensi
1. Ukur vital sign tiap 8 jam.
R/ Hipovolemi dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2. Ukur berat badan tiap pagi.
R/ Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan
pengganti.
3. Observasi turgor kulit tiap pagi, observasi mukosa bibir.
R/ Merupakan indicator dari dehidrasi.
4. Observasi adanya muntah.
R/ kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung,
yang seringkali akan menimbulkan muntah.
5. Pantau intake-output tiap 24 jam.
R/ membantu dalam memperkirakan kekurangan volume cairan
tubuh.
6. Kolaborasi pemberian cairan sesuai indikasi.
R/ Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan
dan respon pasien secara individual.
7. Kolaborasi pemeriksaan:

a. Hamatokrit
R/ Mengkaji tingkat dehidrasi dan seringkali meningkat akibat
hemokonsentrasi yang terjadi setelah diuresis.

b. BUN/ kreatinin
R/ Peningkatan nilai dapat mencerminkan kerusakan sel karena
dehidrasi atau tanda awitan kegagalan ginjal.
c. Natrium
R/ Mungkin menurun yang dapat mencerminkan perpindahan cairan
dari

intrasel

(dieresis

osmotik).

Kadar

natrium

yang

tinggi

mencerminkan kehilangan cairan/ dehidrasi berat atau reabsorbsi


natrium dalam berespons terhadap sekresi aldosteron.
d. Kalium
R/ Awalnya akan terjadi hiperkalemia dalam berespons pada asidosis,
namun selanjutnya kalium ini akan hilang melalui urine, kadar kalium
absolute tubuh berkurang.

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakcukupan insulin,.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan cairan terpenuhi.
KH :

Vital sign dalam batas normal


(TD 100-130/70-90)
(RR 16-20 x/ menit)
(Nadi 60-100 x/ menit)
(Suhu 36-37C)
Intake output seimbang
Turgor kulit baik
Mukosa bibir lembab

Kapilari refill < 2 detik

Intervensi
1. Ukur vital sign tiap 8 jam.
R/ Hipovolemi dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2. Ukur berat badan tiap pagi.
R/ Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan
pengganti.
3. Observasi turgor kulit tiap pagi, observasi mukosa bibir.
R/ Merupakan indicator dari dehidrasi.
4. Observasi adanya muntah.
R/ kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang
seringkali akan menimbulkan muntah.
5. Pantau intake-output tiap 24 jam.
R/ membantu dalam memperkirakan kekurangan volume cairan tubuh.
6. Kolaborasi pemberian cairan sesuai indikasi.
R/ Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan
dan respon pasien secara individual.
7. Kolaborasi pemeriksaan
a)

Hamatokrit
R/

Mengkaji

tingkat

dehidrasi

dan

seringkali

meningkat

akibat

hemokonsentrasi yang terjadi setelah diuresis.

b)

BUN/ kreatinin
R/ Peningkatan nilai dapat mencerminkan kerusakan sel karena dehidrasi
atau tanda awitan kegagalan ginjal.

c)

Natrium
R/ Mungkin menurun yang dapat mencerminkan perpindahan cairan dari
intrasel (dieresis osmotik). Kadar natrium yang tinggi mencerminkan

kehilangan cairan/ dehidrasi berat atau reabsorbsi natrium dalam berespons


terhadap sekresi aldosteron.
d)

Kalium
R/ Awalnya akan terjadi hiperkalemia dalam berespons pada asidosis, namun
selanjutnya kalium ini akan hilang melalui urine, kadar kalium absolute tubuh
berkurang.

BAB III
Contoh kasus

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada
rentang kadar puasa normal 80 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa
sekitar 140 160 mg /100 ml darah . Tujuan utama terapi Hiperglikemia
adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan
upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropati. Ada 4
komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia : Diet, Latihan jasmani,
Penyuluhan dan Obat berkaitan Hipoglikemia.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic
(dari hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan : diare, muntah,
masukan dibatasi : mual, kacau mental.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan

ketidakcukupan

insulin,

penurunan

masukan

oral;

anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan


kesadaran.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar
glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi,
infeksi pernafasan yang ada sebelumnya, atau ISK.
4. Risiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi

energy

metabolic, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi :


status hipermetabolik/ infeksi.
6. Ketidak berdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/
progresif yang tidak dapat diobati.
7. Kurang pengetahuan (belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/
mengingat,

kesalahan

interpretasi,

informasi,

tidak

mengenal

sumber informasi.
8. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan penurunan sensasi
taktil, pengurangan ketajaman pandangan dan hipoglikemia.

B. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah
ini adalah :
1.

Bagi Perawat
Harus berusaha untuk memahami penyakit yang dialami oleh klien
sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan dapat membantu mencegah
kompleksitas masalah yang mungkin terjadi karena kurangnya pemahaman
terhadap masalah yang timbul akibat hiperglikemi.

2.

Bagi Institusi Pendidikan


Agar lebih banyak memberikan masukan yang berguna bagi mahasiswa
saat melakukan asuhan keperawatan baik secara konsep teori maupun
teknik pengkajian fisik terfokus persistem terutama sistem endokrin dan
berorientasi pada masalah atau keluhan klien khususnya klien dengan
hiperglikemi mengingat kondisi klien yang cukup kompleks.

DAFTAR PUSTAKA
Armaididarmawan blogspot.com/2010. diakses 13 April 2011
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : media
aesculopius
Misnadirly. 2001. Permasalahan Kaki Diabetes Dan Upaya Penanggulangannya.
Diakses april 2011. http//www.tempo.co.id
Octa. 2005. Diabetes Mellitus Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Serius.
Diakses tanggal 11 April 2011.http://www.depkes.go.id
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Volume
2. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G, Bare. 2001. Keperawatan Medical-Bedah
Brunner & Suddarth, Vol 2. Jakarta : EGC
Sustrani Lanny Dkk. 2004. Diabetes. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Timby, Barbara K & Nancy E, Smith. 2006. Introductory Medical-Surgical Nursing
9th Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Wilkinson, Judith M. 2005. Nursing Diagnosis Handbook With NIC Interventions
And NOC Outcomes. New jersey : pearson prentice hall

Diposkan oleh nur akbar di 20.08


Kirimkan
Ini
lewat
EmailBlogThis!Berbagi
FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

ke

TwitterBerbagi

ke

Arsip Blog

2013 (5)
o Juni (1)
o Mei (4)

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERGLIKEMIA

MAKALAH GINJAL

MAKALAH SISTEM PERNAPASAN

MAKALAH KLASIFIKASI LUKA

Mengenai Saya

nur akbar
Lihat profil lengkapku
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

Você também pode gostar