Você está na página 1de 18

Agama Mesopotamia

A.Sejarah Bangsa Mesopotamia


Mesopotamia merupakan suatu peradaban tertua dan terbesar di dunia.
Letak dari Mesopotamia sendiri diantara dua sungai yang besar yaitu Tigris
dan Eufrat yang mengalir ke teluk parsi.[1] Peradaban Mesopotamia dimulai
oleh bangsa Sumeria yang dipimpin oleh rajanya Alulium yang memerintah
kota Eridu: sebuah kota yang dikelilingi tembok yang kokoh dan tinggi guna
menjaga dari serangan musuh.
Dikarenakan Daerah yang dilalui kedua sungai itu pada umumnya
subur. Sebab daerah itu merupakan daerah yang berupa tanah hasil
endapan air yang dihasilkan dari sungai Tigris dan Eufrat. Hal ini
menyebabkan rakyat disekitar sungai Tigris dan Eufrat hidup makmur dan
sejahtera. Kesuburan dan kemakmuran itu membuat iri hati pada bangsabangsa lain yang tinggal di tepi-tepi lembah sungai. Timbullah serbuanserbuan dari luar yang ingin memperebutkan air irigasi dan tanah yang baik.
1.

Letak Geografis Bangsa Mesopotamia


Mesopotamia merupakan salah satu peradaban tertua di dunia. Letak

Mesopotamia berada di wilayah perlembahan yang terletak di antara dua


sungai Tigris dan Eufrat. Hulu kedua sungai tersebut berasal dari dataran
tinggi yang bergunung-gunung di Asia Kecil yang mengalir ke arah tenggara
secara pararel menyisir hamparan terbuka. Hanya kurang dari dua ratus mil,
kedua sungai itu saling mendekat. Daerah yang dilalui kedua sungai itu pada
umumnya subur. Sebab daerah itu merupakan daerah yang berupa tanah
hasil endapan air yang dihasilkan dari sungai Tigris dan Eufrat. Hal ini
menyebabkan rakyat disekitar sungai Tigris dan Eufrat hidup makmur dan
sejahtera.

Gambar 1 Peta Wilayah Mesopotamia


2. Sistem Sosial Bangsa Mesopotamia
a) Organisasi sosial masyarakat Mesopotamia terbagi dua golongan yaitu :
Golongan Pemerintah
Terdiri daripada Raja, Ketua pendeta, ketua Tentera dan orang bangsawan.
Golongan Rakyat
Terdiri daripada rakyat bebas, petani, artisan, dan pedagang.
Hamba daripada tawanan perang.
b) Raja dalam sistem pemerintahan Mesopotamia berperanan sebagai:
Ketua kerajaan/pemerintah dan dianggap sebagai tuhan atau wakil tuhan

dan pemilik negara kota, dikenali teokrasi.


Ketua Tentara
Ketua pendeta/agama
Berkuasa melantik pembesar terutama ahli keluarga dalam memegang

jawatan di Zigurat.
Berkuasa dalam bidang ekonomi, pengutipan cukai tanah, hasil pertanian

dan perniagaan.
Ketua pemerintahan dan dibantu golongan bangsawan yang ada ikatan

kekeluargaan.
Masyarakatnya tidak menyembah raja saebagai Tuhan kecuali dalam zaman
Raja Naramsin di Akkad gelar diri Raja Empat Penjuru Alam.
3. Sistem Ekonomi Bangsa Mesopotamia
Pada dasarnya yang disebut dengan peradaban Mesopotamia adalah
peradaban Sumeria itu sendiri. Dikatakan demikian sebab secara umum,
sebagaian besar peradaban Mesopotamia dibentuk oleh bangsa Sumeria.
Bangsa-bangsa yang lain yang datang sesudahnya hanyalah meneruskan
dan mengembangkan peradaban yang dicapai oleh bangsa Sumeria. Pola

ekonomi bangsa Sumeria lebih sederhana. Negara memberikan kesempatan


yang lebih luas kepada usaha yang bersifat individual. Kekayaan tidak secara
eksklusif menjadi milik penguasa baik dalam praktek maupun teori.
Demikian juga dalam bidang perdagangan maupun industri tidak di
monopoli pemerintah. Hanya saja karena sebagian besar rakyat berstatus
sebagai budak mereka tidak memiliki kesempatan mengembangkan ekonomi
secara bebas. Hanya sedikit dari mereka yang memiliki dan
mengembangkan ekonomi atas nama mereka sendiri. Aktifitas ekonomi
sebagaian besar bertumpu pada produksi pertanian. Karena kondisi tanah
yang subur dan pengairan yang sangat baik sekali, serta tersedianya tenagatenaga yang terampil dan ahli menjadikan pertanian menjadi sektor utama
devisa negara.
Hasil pertanian diangkut dengan kendaraan beroda sehingga
memungkinkan mobilisasi yang cepat terhadap hasil pertanian. Meskipun
industri bukan tumpuan utama, perekonomian bangsa sumeria bukan berarti
tidak berkembang dengan baik. Dengan kendaraan beroda yang berhasil
diciptakan. Mereka dengan mudah mengimpor bahan-bahan mentah yang
didatangkan dari negara tetangga sebelah Utara, terutama bahan
manufaktur, untuk diubah menjadi produk siap pakai dan lalu mengekspor ke
daerah-daerah lain yang luas. Barangbarang kerajinan yang terbuat dari
logam mulia.diciptakan oleh tenaga-tenaga yang terampil dan ahli. Para
saudagar dan pelancong yang datang dari arah utara dan barat melalui
daerah Bulan Sabit Subur menuju ke Timur Mediterrania dan Mesir,
singgah di Mesopotamia untuk membawa produk-produk industry maupun
pertanian bangsa Sumeria.
Bukti telah ada hubungan antara Mesir dan Mesopotamia dapat
dijelaskan dengan adanya keasamaan pada budaya tertentu antara
keduanya. Yakni menggunakan sejenis senjata perang yang berbentuk bnuga
yang ditemukan dalam seni dekorasi. Bahkan penemuan terakhir menujukan
bahwa Mesopotamia telah mengadakan kontak dagang dengan india.

Di atas itu semua, bangsa Sumeria adalah masyarakat bisnis yang


pragmatis. Kredit dan pinjaman diatur secara hati-hati. Segala perjanjian
ditulis dan ditandatangani oleh saksi. Alat tukar perdagangan yang sudah
digunakan ialah logam mulia seperti emas dan perak.
4.

Sistem Religi Bangsa Mesopotamia


Berkembangnya kepercayaan di Mesopotamia berawal dari kepercayaan

bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria memuja dewa-dewa yang menguasai


alam, seperti Dewa Anu (Dewa Langit), Dewa Enlil (Dewa Bumi), dan Dewa
Ea (Dewa Air). Ketiga dewa itu mendapat pemujaan tertinggi dari bangsa
Sumeria. Bangsa Sumeria juga menyembah Dewa Sin (Dewa Bulan), Dewa
Samas (Dewa Matahari), dan Dewa Istar (Dewa Perang dan Asmara). Bangsa
Sumeria juga menyembah Tammuz (Dewa Tumbuh-tumbuhan) untuk
memajukan pertanian. Dewa yang memiliki peranan penting dalam
kepercayaan bangsa Sumeria adalah dewa yang berhubungan dengan
terciptanya dunia, yaitu Dewa Marduk. Dewa Marduk adalah lambang usaha
bangsa Sumeria di dalam menciptakan daerah pertanian.
5.

Perkembangan Peradaban Bangsa Mesopotamia


Orang-orang Sumeria sudah mengenal abjad yang berupa huruf paku.

Huruf-huruf paku itu antara lain ditemukan pada sebuah prasasti yang berisi
tentang hukum dan undang-undang yang berlaku untuk mengatur kerajaan.
Undang-undang dan peraturan-peraturan hukum itu disebut dengan UndangUndang Hammurabi (Codex Hammurabi).

Gambar 2 Huruf Paku


Tradisi kesusasteraan Epik Gilgamesh, kisah Falsafah dan cara hidup
masyarakat Mesopotamia. Tentang kepahlawanan Gilgamesh, ada sifat dua

pertiga tuhan, satu pertiga manusia. Wajah tampan, ada kekuatan dan
keberanian. Telah memerintah dan memberikan perlindungan kepada Kota
Uruk. Menceritakan juga kehidupan yang kekal dan kesaktian.
Orang-orang Sumeria sudah mengenal sistem penanggaian atau sistem
kalender, yang dimaksudkan untuk mengenal perputaran waktu dan musim.
Pengetahuan tentang perputaran waktu dan musim berguna untuk
menentukan saat yang tepat dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya,
baik untuk bercocok tanam, perdagangan, dan sebagainya. Untuk
mempermudah memahami pengetahuan tentang perputaran waktu dan
musim, mereka membagi dan mempersingkat waktu ke dalam jam, menit,
dan detik. pembagian waktu terus dikembangkan ke dalam bentuk yang
lebih khusus melalui sistem penanggalan atau sistem kalender, yaitu 24 jam
menjadi 1 hari, 30 hari menjadi 1 bulan, dan 12 bulan menjadi 1 tahun.

6.

Praktek Keagamaan Bangsa Mesopotamia


Kepercayaan bangsa Sumeria ini terus berkembang dan dianut oleh

masyarakat yang tinggal di daerah Mesopotamia. Tetapi ketika bangsa Persia


menguasai daerah Mesopotamia, berkembanglah ajaran agama Persia. Kitab
Suci Awesta ini merupakan firman-dewa dengan perantara nabi diturunkan
kepada bangsa Persia. Pada masyarakat bangsa Sumeria terdapat
kepercayaan, bahwa manusia setelah mati akan hilang. Hal ini dijelaskan
dalam cerita Gilgamesh. Cerita itu pada hakikatnya mempunyai kesimpulan
bahwa hidup abadi di dunia ini tidak ada.
Aspek keagamaan dan kepercayaan masyarakat Mesopotamia dapat
dilihat berdasarkan ciri berikut:
a.

Mengamalkan kepercayaan banyak tuhan atau politiesme.

b. Raja sebagai wakil tuhan.


c.

Pendeta ketuai upacara agama di Zigurat.

d. Tidak percaya kehidupan selepas mati tetapi hanya jatuh ke dalam gua yg
penuh debu.

e.

Pemerintahan oleh tuhan atau wakil tuhan berasaskan hukum agama dan
bersifat ketuhanan/teokrasi.
B. Sejarah Bangsa Ubaid
Merupakan bangsa pertama yang telah tinggal di Mesopotamia selama
bertahun-tahun. Diperkirakan 5000 SM dengan ditandai munculnya kota
Kish,Eridu, dan Ur. Kedatangan bangsa Sumeria pada tahun 3000 SM
membaur dengan bangsa Ubaid, lalu membangun kota dengan rumah-rumah
yang dibuat dari lumpur dan tanah liat.
1. Letak Geografis Bangsa Ubaid
Periode Ubaid (ca. 6500-3800 SM) adalah periode prasejarah
Mesopotamia. Memberitahu (gundukan) Koordinat: 30 58'20 "N 46 01'50"
E al-`Ubaid (bahasa Arab: )barat dari Ur terdekat di selatan Irak telah
memberikan nama menjadi tembikar prasejarah Neolitik budaya Chalcolithic,
yang merupakan penyelesaian paling awal di dataran aluvial di bagian
selatan Mesopotamia. Budaya Ubaid memiliki durasi awal jauh sebelum 5300
SM dan berlangsung sampai awal periode Uruk, c. 4000 SM. Penerapan roda
dan awal periode jatuh Chalcolithic ke periode Ubaid.[2]
2. Sistem Sosial Bangsa Ubaid
Periode Ubaid secara keseluruhan, berdasarkan analisis barang kuburan,
adalah salah satu dari stratifikasi sosial yang semakin terpolarisasi dan
penurunan egalitarianisme. Bogucki menggambarkan ini sebagai fase "Transegaliter" rumah tangga kompetitif, di mana beberapa jatuh di belakang
sebagai akibat dari mobilitas sosial ke bawah. Morton Fried dan Elman
Layanan telah hipotesis bahwa budaya Ubaid melihat munculnya kelas elit
keturunan kepala suku, mungkin kepala kelompok kerabat terkait dalam
beberapa cara untuk administrasi kuil kuil dan lumbung mereka,
bertanggung jawab untuk memediasi konflik intra-kelompok dan memelihara
tatanan sosial. Akan terlihat bahwa berbagai metode kolektif, mungkin
contoh apa yang disebut Thorkild Jacobsen demokrasi primitif, di mana
sengketa sebelumnya diselesaikan melalui dewan rekan-rekan seseorang,
tidak lagi cukup untuk kebutuhan masyarakat setempat.

3. Sistem Ekonomi Bangsa Ubaid


Bangsa ini bermata pencaharian sebagai petani. Mereka menanam bijibijian dengan memanfaatkan air sungai sebagai sarana irigasi pertanian ini
dilakukan di daerah yang subur.[3]
Selama Periode Ubaid [5000 SM-4000 SM], gerakan menuju urbanisasi
dimulai. "Pertanian dan peternakan [domestikasi] secara luas dipraktekkan di
masyarakat menetap." Ada juga suku-suku yang dipraktekkan
membudidayakan hewan sejauh utara Turki, dan sejauh selatan sebagai
Pegunungan Zagros.
4. Perkembangan Budaya Bangsa Ubaid
Budaya Ubaid ditandai dengan pemukiman desa besar, ditandai dengan
multi-berkamar rumah bata lumpur persegi panjang dan penampilan candi
pertama arsitektur umum di Mesopotamia, dengan pertumbuhan dua hirarki
penyelesaian tier situs besar terpusat lebih dari 10 hektar dikelilingi oleh
situs desa kecil kurang dari 1 hektar. Peralatan rumah tangga termasuk
kualitas penggemar khas halus atau gerabah berwarna kehijauan dihiasi
dengan desain geometris dalam cat cokelat atau hitam, alat seperti
sickleswere sering dibuat dari tanah liat dipecat keras di selatan. Tapi di
utara, batu dan kadang-kadang logam yang digunakan.
Budaya Ubaid berasal dari selatan, tetapi masih memiliki hubungan
yang jelas dengan budaya sebelumnya di wilayah Irak tengah. Munculnya
rakyat Ubaid kadang-kadang dikaitkan dengan apa yang disebut masalah
Sumeria, terkait dengan asal-usul peradaban Sumeria. Apapun asal-usul
etnis kelompok ini, budaya ini melihat untuk pertama kalinya sebuah divisi
sosial yang jelas tripartit antara petani subsisten intensif, dengan tanaman
dan hewan datang dari utara, tenda-tinggal penggembala nomaden
tergantung pada ternak mereka, dan pemburu-nelayan dari pesisir Arab,
yang tinggal di gubuk alang-alang.
Stein dan zbal menggambarkan Timur Dekat Oikumene yang
dihasilkan dari ekspansi Ubaid, kontras kepada ekspansi kolonial periode
Uruk nanti. "Sebuah analisis kontekstual membandingkan berbagai daerah

menunjukkan bahwa ekspansi Ubaid berlangsung sebagian besar melalui


penyebaran damai ideologi, yang mengarah pada pembentukan berbagai
identitas adat baru yang disesuaikan dan ditransformasikan unsur dangkal
budaya material Ubaid menjadi ekspresi lokal yang berbeda.
5. Sistem Kepercayaan Bangsa Ubaid
Kepercayaan bangsa Ubaid menganut sistem Polytheisme. Mereka
percaya dan menyembah banyak dewa. Salah satu dewa utama adalah
Marduk. Selain itu ada dewa-dewa yang menguasai alam, yang mereka
sembah yakni Enlil (Dewa bumi), Ea (Dewa air), Anu (Dewa langit), Sin (Dewa
bulan), Samas (Dewa matahari) dan Ereskigal (Dewakematian). Kepercayaan
bangsa Ubaid ini terus berkembang dan dianut oleh masyarakat yang tinggal
di daerah Mesopotamia.
C. Sejarah Bangsa Sumeria
Merupakan bangsa yang ada setelah bangsa Ubaid telah punah. Bangsa
ini bermata pencaharian sebagai petani yaitu dengan cara melanjutkan
pertanian yang dilakukan oleh bangsa Ubaid. Namun berbeda dengan para
pendahulunya bangsa Sumeria memperbaharui sistem irigasi dengan
membuat waduk-waduk agar ketika musim kemarau mereka tetap akan bisa
melakukan pengairan ke ladang-ladang mereka. Bangsa Sumeria adalah
bangsa yang pertama mendiami Mesopotamia. Mula-mula daerah tersebut
berupa rawa-rawa. Setelah dikeringkan daerah tersebut menjadi pemukiman
yang dihuni oleh kelompok masyarakat yang teratur. Kota yang dihuni tertua
adalah Ur dan kemudian Sumer.
Peradaban Sumeria bermula sejak pertengahan millennium ke-4 SM dan
mencapai puncaknya sampai pada tahun 2000 SM. Bahasa yang digunakan
bangsa Sumeria adalah bahasanya sendiri, tetapi ketika Orang Sumeria
menulis diteliti oleh para ahli ada campuran kata-kata dari bahasa lain. Katakata itu berasal dari bahasa Semit yang membuktikan bahwa orang-orang
Sumeria tidak menjadi satu-satunya penhuni di dataran selatan. Kata-kata
bahasa Semit itu dimiliki oleh bangsa yang tanah airnya terletak disebelah
barat dan sebelah selatan dataran Mesopotamia.[4]

1.

Letak Geografis Bangsa Sumeria


Sumeria (sekitar 3.500 - 2.300 tahun SM) adalah salah satu peradaban kuno di Timur

Tengah, terletak di sebelah selatan Mesopotamia (tenggara Irak) dari catatan terawal abad
ke-4 SM sampai munculnya Babilonia pada abad ke-3 SM. Bahasa yang digunakan adalah
bahasa Sumeria.[5]
Peradaban Sumeria bermula sejak pertengahan millennium ke-4 SM dan
mencapai puncaknya sampai pada tahun 2000 SM. Bahasa yang digunakan
bangsa Sumeria adalah bahasanya sendiri, tetapi ketika Orang Sumeria
menulis diteliti oleh para ahli ada campuran kata-kata dari bahasa lain. Katakata itu berasal dari bahasa Semit yang membuktikan bahwa orang-orang
Sumeria tidak menjadi satu-satunya penhuni di dataran selatan. Kata-kata
bahasa Semit itu dimiliki oleh bangsa yang tanah airnya terletak disebelah
barat dan sebelah selatan dataran Mesopotamia.
2. Sistem Sosial Bangsa Sumeria
Masyarakat dan pemerintahan sebagai suatu kerajaan, bangsa sumeria memiliki struktur
a.
b.
c.
d.
e.

masyarakat dan pemerintahan yang tertata, susunan masyarakat itu terdiri dari:[6]
Raja dan keluarganya
Bangsawan dan pendeta
Saudagar dan pedagang
Petani
Para budak
Kekuasaan tertinggi dipegang oleh seorang pendeta raja yang disebut patesi. Adapun patesi
yang terkenal yang pernah memerintah kerajaan Sumeria diantaranya: patesi A.Annida, patesi
Urukagina, patesi Urnia, dan patesi Lunggalzagezi.
3. Sistem Ekonomi Bangsa Sumeria
Bangsa Sumeria mengolah lahan pertanian yang subur sebagai mata
pencahariannya. Lama kelamaan, bangsa Sumeria dapat membangun sistem
pengairan untuk menanggulangi banjir dan menyalurkan air ke lahan-lahan
pertanian, seperti sistem irigasi dan kanal. Dengan hasil pertanian yang
melimpah mereka hidup dengan makmur.
Bangsa Sumeria memperbaharui sistem irigasi dengan membuat
waduk-waduk agar ketika musim kemarau mereka tetap akan bisa
melakukan pengairan ke ladang-ladang mereka.
4. Sistem Religi Bangsa Sumeria
Pada era millennium ke-3 SM bangsa Sumeria menciptakan gagasangagasan religius dan konsep-konsep spiritual yang meninggalkan bekas dan

masih terpelihara hingga sekarang, terutama melalui agama Yahudi dan


Nasrani. Gagasan dan konsep tersebut telah mempengaruhi pembentukan
kondisi alam bangsa Sumeria sehingga muncullah pandangan syirik melalui
visualisasi Dewa Langit yaitu Ani, atau Visualisasi Dewa Air dan Bumi yaitu
Enki, atau visualisasi Dewa Sumeria itu sendiri yaitu Enlil[7].

5.

Gambar 3 Relief Penyembahan Terhadap Dewa


Perkembangan Peradaban Bangsa Sumeria
Dalam perkembangannya bangsa Sumeria memberikan warisan

berharga kepada umat manusia berupa inovasi yang dirancang melalui


sejarah mereka. Mereka membuat simbol tulisan paku dengan cara menekan
alat yang sisinya runcing atau tajam pada lempengan tanah liat
basah.Kemudian, lempengan tersebuta dijemur dibawah terik panas
matahari hingga kering.
Dari bukti-bukti yang ada,ditemukan ratusan ribu lempengan tanah liat
yang menjelaskan berbagai informasi tentang politik, sastra, ekonomi,
hukum hingga keyakinan mereka. Dihalaman khusus tentang tulisan paku
Sumeria, membuktikan bahwa lempengan-lempengan tersebut menunjukkan
bahwa bangsa Sumeria telah banyak mengenal ilmu matematika, ilmu falak,
ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu lainnya.

Gambar 4 Tulisan Paku Sumeria


Perekembangan berikutnya datang dari pemantauan terhadap planet
dan bintang didasarkan pada keyakinan bahwa nasib manusia berkaitan
dengan planet dan bintang tersebut.Pentingnya pengetahuan mengenai
perbintangan, membuat bangsa Sumeria melakukan pemantauan secara
akurat dan meningkatkan pengetahuan mereka tentang semesta dan segala
hal yang berkaitan tentangnya. Dari proses itulah muncullah pembahasan
mengenai Astrologi yang kelak membuat manusia lebih tersesat lagi dari
jalan yang lurus dalam peradaban lain.
Perkembangan tulisan paku dalam berbagai bidang yang mulanya
ditandai dengan gambar-gambar, kemudian berkembang menjadi simbolik
dan akhirnya berkembang menjadi irama suara yang semua jenisnya dapat
diketahui melalui tulisan paku.
6. Praktek Keagamaan
Bangsa Sumeria melakukan ritual penyembahan di Zagoa, yaitu kuil
yang dibangun diatas bukit buatan di pusat kota berbentuk menara megah
yang terdiri dari beberapa tingkat yang bagian luarnya dikelilingi jalan
setapak menanjak dan melingkar hingga sampai ke altar yang berada paling
atas. Sementara di sisi kuil terdapat rumah dewa yang didalamnya hanya
diisi patung-patung dewa, rumah-rumah paranormal dan pekerja kuil, serta
pusat perdagangan yang memamerkan kemegahan dan kemajuan kuil.
Keyakinan beragama bangsa Sumeria masuk ke dalam paganism yang
dilakukan melalui praktek-praktek seperti berikut:[8]
a. Ritual yang dimaksudkan untuk memuliakan dan mengagungkan dewa serta
memohon belas kasih. Misalnya, mempersembahkan hadiah berupa gandum,

anggur, minyak, binatang ternak dan lainnya. Ada doa-doa dan upacara suci,
sebagian besar kebiasaan mereka terbentuk oleh ritual keagamaan tersebut,
terutama puji-pujian kepada Dewa Enlil.
b. Ritual negatif yang dimaksudkan untuk menangkal bahaya dan untuk
melawan musuh. Misalnya, menulis mantra,jimatmelakukan praktik-prajtik
magis dan ilmu sihir yang dilakukan beberapa paranormal yang mengklaim
bisa mengusir roh jahat.
c. Ritual yang bersifat penangkal yang bertujuan untuk mengetahui berbagai
peristiwa untuk mengetahui berbagai peristiwa masa depansehingga ia
dapat mempersiapkannya. Ritual ini dilakukan dengan berbagai cara. Ada
dua cara yaitu, melalui anatomi binatang dan memantau pergerajan planet
dan bintang.
Bangsa Sumeria mempercayai bahwa nasib manusia ditandai dengan
tanda khusus pada hati binatang. Pada saat bangsa Sumeria
mempersembahkan binatang korbannya kepada dewa di kuil maka peramal
mengambil hati binatang tersebut lalu memeriksanya secara cermat, baik
komposisi, bentuk struktur, maupun kondisinya guna mendapatkan hasil
berupa nasib yang telah gariskan takdir pada seseorang.

Gambar 5 Kuil Zigurat


D. Sejarah Bangsa Akkadia
Masa keemasan Dinasti Sumeria berakhir dengan penyatuan wilayah
kerajaan-kerajaan tersebut dalam satu kesatuan dibawah kekuasaan raja
Kish yang dikenal dengan masa Lugalzagezi. Selain menyatukan seluruh

wilayah Mesopotamia, Raja Kish jua menginvasi wilayah-wilayah diluar


Sumeria yang menjadikannnya menjadi sebuah imperium.
Seperempat abad setelah itu, Raja Sargon muncul sebagai raja akkadia
pertama yang mendirikan kota bernama Akkad yang dijadikan ibu kota
kerajaan. Pada akhirnya Sargon berseteru dan mengalahkan kekuasaan Raja
Kish sehingga dapat menguasai kekuasaan Raja Kish dan menguasai seluruh
wilayah Mesopotamia. Sejak masa itu selama dua abad lamanya(2230-2159
SM),didirikan Imperium Akkadia dan Sargon menjadi raja Selam 56 tahun.[9]
Peradaban Akkadia dibangun diatas fondasi peradaban Sumeria. Kedua
bangsa tersebut saling sama-sama saling mempengaruhi satu sama lain,
hingga melebur serta menjadi sebuah bangsa yang baru yaitu bangsa
Sumer-Akkad. Orang-orang Akkadia mengadopsi model Aksara paku bangsa
Sumeria yang kemudian dikembangkan lebih jauh lagi.
1.

Letak Geografis Bangsa Akkadia


Bangsa Akkadia merupakan bangsa Semit yang bermigrasi dari jazirah

Arab ke wilayah Irak tengah(Akkad) pada millennium ke-3 SM. Akkad (atau
Agade) adalah kota dan wilayah Mesopotamia utara, terletak di tepi kiri
sungai Efrat, antara Sippar dan Kish (terletak di masa kini-hari Irak, ca. 50
km sebelah selatan-barat dari pusat kota Baghdad, 33,1 N 44.1 E). Akkad
memberi nama dengan bahasa Akkadia, yang mencerminkan penggunaan
akkad ("dalam bahasa Akkad") di bagian Old periode Babel untuk
menunjukkan versi Semit teks Sumeria.[10]
2.

Sistem Sosial Bangsa Akkadia


Kekaisaran Akkadia mencapai puncak kejayaannya antara abad ke-24

dan ke-22 SM, menyusul penaklukan-penaklukan oleh pendirinya, Sargon


dari Akkad (23342279 SM). Di bawah Sargon dan para penerusnya, bahasa
Akkadia secara singkat disebarkan ke negara-negara taklukan Akkadia
seperti Elam. Beberapa pihak menganggap Akkadia sebagai kekaisaran
pertama dalam sejarah.
Bangsa Sumeria dan Akkadia budaya membentuk unsur-unsur utama
dalam penduduk Mesopotamia sebelum awal sejarah yang tercatat dan di

milenium sesudahnya (milenium ke-3 SM - c.2350-2200 SM). Mereka tinggal


hormonis dalam periode yang tampaknya didominasi bebas dari ideologi
rasial kuat atau stereotip etnis.
3.

Sistem Ekonomi Bangsa Akkadia


Akkadian yang semi-nomaden, karena pada saat itu banyak orang

berkeliaran dari satu tempat ke tempat lain di musim yang berbeda. Semipengembara merumput ternak kecil mereka di dekat bidang pemukiman
mereka, dengan berdagang untuk mata pencaharian mereka dengan
berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
4.

Sistem Religi Bangsa Akkadia


Pada masa Akkadia,para penguasa menunjukkan kekuasaan mereka.

Derajat mereka pun kian tinggi.Derajat mereka pun kian tinggi. Sementara
itu, pengaruh para pendeta agama menjadi semakin kecil. Di sisi lain,
jangkauan dimensi politik Akkadia semakin luas, jauh lebih luas dari
pendahulunya:Sumeria. Raja-raja Sumeria hanya menjadi penguasa kotakota kecil,sementara penguasa Akkadia menguasai imperium luas.[11]
Ahli-ahli sejarah mengisahkan tentang banyak kezhaliman yang terjadi
pada masa Akkadia. Hal ini karena mereka terlalu mengagunkan dan
menyembah para penguasa. Sang penguasa sendiri pun merasa terlalu
melebi-lebihkan kekuasaan mereka untuk mengkuatkan kekuasaan mereka.
Bisa dikatakan, para penguasa Irak kuno terkadang menagnggap diri mereka
Tuhan, seperti dilakukan Firaun di Mesir.
5.

Perkembangan Peradaban Bangsa Akkadia


Perkembangan bangsa Akkadia banyak mengadopsi beberapa unsur

dari peradaban Sumeria diantarannya penghitungan kalender tahunan yang


berdasarkan bulan, hitungan satuan bilangan bulan, hitungan satuan
bilangan hingga 60, timbangan jarak, system pemerintahan, pembukuan,
penghitungan, dan pengorganisasian tentara.Orang-orang Akkadia
mengadopsi dan mengembangkan tradisi seni pahat dan penggalian
terowongan.

Bahkan orang orang Akkadia melampau pencapaian bangsa Sumeria


dengan membuat alat-alat dari bahan tembaga dan merakit perang.
Kebiasaan tradisi oral(percakapan turun temurun) saja dapat dikembangkan
dengan arti pentingnya aksara untuk menulis bahasa mereka sehingga
mereka terbiasa dengan kebudayaan tulis menulis.
Bangsa Akkadia memiliki keahlian militer yang mampu menguasai
wilayah utara, selatan, hingga ke laut tengah dan Iran dari sisi selatan. Jika
mereka mengalami kelemahan, mereka akan memerangi penduduk gunung
Judiy dan menguasai Negara penduduk tersebut.
6.

Praktek Keagamaan Bangsa Akkadia


Dalam praktek keagamaan bangsa Akkadia menganut kepercayaan

yang sebelumnya dianut bangsa Sumeria. Meski demikian, terdapat pula


nama dewa baru seperti Najrusu(Dewa Matahari) dan Ishtar(Dewi Venus).
Dalam Relief yang ada, terlihat orang-orang Akkadia melakukan
penyembahan kepada Dewa Matahari dalam kuil Spar, ada ritual orangorang Akkadis ysng tengah menghadap pendeta,pengkultusan matahari
dalam tradisi masyarakat Akkadia. Orang-orang Akkadia menyembah api,
menganggapnya sebagai sumber utama kehidupan dan kebaikan.
E. Sejarah Bangsa Assyria
Wilayah Assyria kemudian dikelola oleh penguasa Akkadia. Diketahui
bangsa Assyria muncul bukan sebagai kekuatan politik yang ditakuti oleh
semua pihak, kecuali pada millennium ke-2 SM ketika mereka melawan
bangsa Mtanni, Hittites, Alcahien dan mendapatkan kemenagan. Yang
mendirikan Negara Assyria ialah Shalmaneser 1 pada tahun(1206-1280 SM).
Putranya, Tukulti-Ninurta 1, termasuk salah satu raja Assyria yang paling
terkemuka.terutama ketika dia memerangi Babylon dan berhasil
menjadikannya sebagai wilayah kedua Assyria.
1.

Letak Geografis Bangsa Assyria


Bangsa Assyria ialah bangsa Semit yang hijrah dari semenanjung Arab

pada millennium ke-3 SM dan menetap di sebuah tempat yang dikenal

dengan benteng sharqat atau asyur di wilayah timur laut Mesopotamia.


Mereka muncul danmendirikan Negara mereka sendiri.
Asyur dipusatkan di Sungai Tigris Atas, di Mesopotamia utara (sekarang
Irak utara). Orang-orang Asyur datang untuk memerintah kerajaan yang kuat
beberapa kali sepanjang sejarah. Itu bernama untuk modal aslinya, kota

kuno Assur (Akkadia: Aryu, Aramaic: Aur; Ibrani:

Assur; Arab:
Asur).[12]
2.

Sistem Sosial Bangsa Assyria


Bangsa Assyria digelari sebagai bangsa Roma dari Asia. Gelar tersebut

di dapat karena seperti bangsa Romawi, bangsa Assyria merupakan penakluk


daerah-daerah di sekitarnya sehingga berhasil membentuk imperium yang
besar. Wilayah Assyria membentang dari teluk Persia sampai Laut Tengah.
Mereka sangat ditakuti oleh bangsa lain karna pasukan infantri, kavaleri dan
tentara dengan kereta perangnya sangat kuat.
Wilayah kerajaan dibagi menjadi beberapa propinsi dan setiap propinsi
diperintah oleh gubernur yang bertanggungjawab kepada Raja. Untuk
memperlancar hubungan antara ibukota dan daerah maka dibangunlah jalan
raya yang bagus.
3.

Sistem Ekonomi Bangsa Assyria


Bangsa Assyria sudah mengenal perdagangan dengan sistem barter dan

berupaya menemukan penggunaan uang sebagai cara untuk mengatasi


kelemahan sistem barter. Mrereka pada umumnya berdagang hasil
pertanian, pakaian, dan keramik. Dan telah melakukan perluasan hubungan
dagang dengan masyarakat dari mesir kuno. Karena didukung oleh peran
utama dari sungai eufrat dan Tigris selain sebagai irigasi, juga sebagai
penghasil sumber daya pangan dan air minum, serta transportasi.
4.

Sistem Religi Bangsa Assyria


Rasa keagamaan bangsa Assyria tidak mengakar kuat dalam diri

mereka. Karenanya ,bangsa Assyria mengadopsi ibadah, ritual, dan dewadewa bangsa tetangga, seperti Sumeria, Akkadia, Babylonia, dan Arami.
Namun, diantara semua bangsa tersebut, mereka unggul di bidang

pembangunan kuil dan menara-menara yang menjulang tinggi. Selain itu,


mereka tetap menyembah dewa mereka Ashur ysng dilambangkan dengan
bulatan matahari bersayap. Lambang tersebut awalnya merupakan simbol
asli bangsa Mesir, tetapi kemudian diadopsi oleh bangsa Hittles lalu diambil
bangsa Assyria.
Menurut mereka Dewa Ashur serupa dengan Dewa Marduk dan Dewa
Enlil bangsa Sumeria. Dewa Marduk menggantikan posisi kedua dewa tadi
sehingga menjadi Dewa utama dan Dewa bangsa negeri itu. Di mata bangsa
Assyria, Marduk adalah Dewa yang iktu bersama-sama raja mereka dalam
pertempuran sengit melawan musuh-musuh Negara. Ia memanah para
musuh dan membuat mereka luluh lantak sehingga menciptakan
kemenangan bagi Assyria. Pada saat itu, menurut orang Babylonia, Dewa
Astarte adalah Dewi Cinta, Kesuburan, dan Kindahan. Sementara Dewa Napo
adalah penulis para dewa, sedangkan Dewa Adad adalah Dewa Badai,
Guntur, dan Hujan.
5.

Perkembangan Peradaban Bangsa Assyria


Pada Perkembangannya Bangsa Assyria memiliki kekuatan militer yang

tak tertandingi oleh sebagian besar wilayah Timur Tengah Kuno. Bangsa
Assyria pandai membuat kendaraan, tank, dan berbagai alat pendobrak.
Pada masa pemerintahan Asurbanipal yang terkemuka, dia berjasa
menumpulkan buku-buku kuno dari berbagai ilmu disiplin yang sangat
berharga diperpustakaannya di Ninawa. Dia mengirim sejumlah penulis dan
ahli naskah ke berbagai ibu kota guna mengumpulkan tulisan pada clay
tabletlempengan tanah liat untuk disalin dan dimasukkan ke dalam
perpustakaan. Ribuan diantaranya masih tersimpan dimuseum London.

6.

Gambar 6 Raja Asurbanipal


Praktek Keagamaan Bangsa Assyria
Bangsa Assyria memiliki ritual keagamaan yang hanya dilakukan oleh

para pendeta yang memiliki ilmu sihir dan ilmu nujum(astrologi). Oleh sebab
itu, mereka mendirikan berbagai kuil utnuk para dewa yang bisa menjaga
gaya tradisional di Mesopotamia. Mereka tidak percaya kehidupan setelah
kematian, perhitungan hari akhir, hukuman, dan pahala. Karenanya, perilaku
hidup mereka tidak terpengaruh dengan kepercayaan tersebut. Begitu juga
nilai-nilaimoral serta hubungan sosial diantara mereka, tidak berkembang
berdasarkan kepercayaan tadi. Mereka mengubur orang yang telah
meninggal di bawah rumah atau dibawah lantai rumah,mereka mengikuti
bangsa Sumeria.[13]

Você também pode gostar