Você está na página 1de 25

TUGAS KELOMPOK

SISTEM PERKEMIHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN SYNDROME NEFROTIK

Disusun oleh :
Agita Tiara Kusuma
Asih Wahyuni
Brata
Dedi

STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI


TAHUN AKADEMIK 2015/2016

A.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SINDROM NEFROTIK


KONSEP DASAR
1. Pengertian
Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan
protein karena kerusakan glomerulus yang difus. (Luckmans, 1996: 953).
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. (Ngastiyah, 1997).
2. Etiologi
Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini
dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigenantibodi. Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:
a.

Sindrom nefrotik bawaan


Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal.
Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Sindrom nefrotik jenis ini
resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan
adalah pencangkokan ginjal pada masa neonatus namun tidak berhasil.
Prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama
kehidupannya.

b.

Sindrom nefrotik sekunder


Disebabkan oleh:
1) Malaria kuartana atau parasit lain.
2) Penyakit

kolagen

seperti

lupus

eritematosus

diseminata,

purpura

anafilaktoid.
3) Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena renalis.

4) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,


sengatan lebah, racun oak, air raksa.
5) Amiloidosis,

penyakit

sel

sabit,

hiperprolinemia,

nefritis

pada biopsi ginjal

dengan

membranoproliferatif hipokomplementemik.
c.

Sindrom nefrotik idiopatik ( tidak diketahui sebabnya )


Berdasarkan

histopatologis

yang tampak

pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk membagi


dalam

golongan

yaitu:

kelainan

minimal,nefropati

membranosa,

glumerulonefritis proliferatif dan glomerulosklerosis fokal segmental.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom nefrotik
adalah:
a. Oedem umum ( anasarka ), terutama jelas pada muka dan jaringan periorbital
b. Proteinuria dan albuminemia
c. Hipoproteinemi dan albuminemia
d. Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi
e. Lipid uria
f. Mual, anoreksia, diare
g. Anemia, pasien mengalami edema paru

4. Klasifikasi
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:
3

a. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic


syndrome).
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia
sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat
hampir normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya.
b. Sindrom Nefrotik Sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus eritematosus
sistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi system endokarditis,
bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
c. Sindrom Nefrotik Kongenital
Faktor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal.
Bayi yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya
adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan
dan kematian dapat terjadi pada tahun-yahun pertama kehidupan bayi jika tidak
dilakukan dialysis.

5. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan
ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang
sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilannya muatan negative gliko
protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas
campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam
tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerolus dan akhirnya
diekskresikan dalam urin. (Husein A Latas, 2002 : 383).
4

Pada sindrom nefrotik protein hilang lebih dari 2 gram perhari yang
terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan hipoalbuminemia, pada
umumnya edema muncul bila kadar albumin serum turun dibawah 2,5 gram/dl.
Mekanisme edema belum diketahui secara fisiologi tetapi kemungkinan edema
terjadi

karena

penurunan

tekanan

onkotik/

osmotic

intravaskuler

yang

memungkinkan cairan menembus keruang intertisial, hal ini disebabkan oleh


karena hipoalbuminemia. Keluarnya cairan keruang intertisial menyebabkan edema
yang diakibatkan pergeseran cairan. (Silvia A Price, 1995: 833).
Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan volume darah
arteri menurun dibandingkan dengan volume sirkulasi efektif, sehingga
mengakibatkan penurunan volume intravaskuler yang mengakibatkan menurunnya
tekanan perfusi ginjal. Hal ini mengaktifkan system rennin angiotensin yang akan
meningkatkan konstriksi pembuluh darah dan juga akan mengakibatkan
rangsangan pada reseptor volume atrium yang akan merangsang peningkatan
aldosteron yang merangsang reabsorbsi natrium ditubulus distal dan merangsang
pelepasan hormone anti diuretic yang meningkatkan reabsorbsi air dalam duktus
kolektifus. Hal ini mengakibatkan peningkatan volume plasma tetapi karena
onkotik plasma berkurang natrium dan air yang direabsorbsi akan memperberat
edema. (Husein A Latas, 2002: 383).
Stimulasi renis angiotensin, aktivasi aldosteron dan anti diuretic hormone
akan mengaktifasi terjadinya hipertensi. Pada sindrom nefrotik kadar kolesterol,
trigliserid, dan lipoprotein serum meningkat yang disebabkan oleh hipoproteinemia
yang merangsang sintesis protein menyeluruh dalam hati, dan terjadinya
katabolisme lemak yang menurun karena penurunan kadar lipoprotein lipase
plasma. Hal ini dapat menyebabkan arteriosclerosis. (Husein A Latas, 2002: 383).
6. Pathways
idiopatik
Reaksi auto imun
Penyakit sekunder

Tekanan hidrostatik
Tekanan
Osmotic plasma
Transudasi air dan elektrolit ke ruang intertisiil
edema
Sel terjepit
Gangguan metabolisme sel
Stimulasi jaringan tubuler
kelelahan
Intoleransi

aktivitas

Aktivasi mekanisme renin angiotensin


Stimulasi duktus kolektifus
Aktivasi mekanisme renin angiotensin
Stimulasi jaringan tubuler
Stimulasi duktus kolektifus
Kontriksi pembuluh darah
Reabsorbsi Na
Reabsorbsi air

oliguri
hipertesi
Edema anasarka
immobilitas
Penekanan lama pada tubuh
Gg. Integritas kulit

bedrest
Sulit bergerak
Perubahan penampilan
Intoleransi aktivitas

Gg. Body image

Retensi cairan diseluruh tubuh


Kelebihan volume cairan

Paru-paru
Ekspansi dada dan paru
Ventilasi tidak adekuat
Sesak nafas
Perubahan pola nafas

Abdomen
Menekan gaster
Mual, muntah
anoreksia
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Edema disaluran pencernaan


usus
Absorbsi tidak adekuat
Gg. Pola eliminasi diare

7. Pemeriksaan Penunjang
a.

Laboratorium
1) Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine
kotor, sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin,
mioglobin, porfirin.
2) Darah
Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun.
Natrium biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat
sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan seluler (asidosis)
atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah). Klorida, fsfat dan
magnesium meningkat. Albumin <>
8

b.

Biosi ginjal dilakukan untuk memperkuat diagnosa.

8. Penatalaksanaan
a. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan
tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk
mempertahankan tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat
badan yang cepat.
b. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200
ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi
diuresis dan edema menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan
masukan protein yang seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan
negatif nitrogen yang persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat
kehilangan protein. Diit harus mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/
hari. Anak yang mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk
menjamin masukan yang adekuat.
c. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit.
Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau
verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester harus
diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan bukan dengan cara
mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan scrotum
harus disokong dengan popok yang tidak menimbulkan kontriksi, hindarkan
menggosok kulit.
d. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata
dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air
hangat.
e. Kemoterapi:
1) Prednisolon digunakan secra luas. Merupakan kortokisteroid yang
mempunyai efek samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari hingga
dosis pemeliharaan sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari. Diuresis
umumnya sering terjadi dengan cepat dan obat dihentikan setelah 6-10
minggu. Jika obat dilanjutkan atau diperpanjang, efek samping dapat terjadi

meliputi terhentinya pertumbuhan, osteoporosis, ulkus peptikum, diabeters


mellitus, konvulsi dan hipertensi.
2) Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk
mengangkat cairan berlebihan, misalnya obat-obatan spironolakton dan
sitotoksik ( imunosupresif ). Pemilihan obat-obatan ini didasarkan pada
dugaan imunologis dari keadaan penyakit. Ini termasuk obat-obatan seperti
6-merkaptopurin dan siklofosfamid.
a. Penatalaksanaan krisis hipovolemik. Anak akan mengeluh nyeri abdomen dan
mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya dengan memberikan infus plasma
intravena. Monitor nadi dan tekanan darah.
b. Pencegahan infeksi. Anak yang mengalami sindrom nefrotik cenderung
mengalami infeksi dengan pneumokokus kendatipun infeksi virus juga
merupakan hal yang menganggu pada anak dengan steroid dan siklofosfamid.
c. Perawatan spesifik meliputi: mempertahankan grafik cairan yang tepat,
penimbnagan harian, pencatatan tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
d. Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali tergangu
dengan penampilan anak. Pengertian akan perasan ini merupakan hal yang
penting. Penyakit ini menimbulkan tegangan yang berta pada keluarga dengan
masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah sakit secara periodik. Kondisi ini
harus diterangkan pada orang tua sehingga mereka mereka dapat mengerti
perjalanan penyakit ini. Keadaan depresi dan frustasi akan timbul pada mereka
karena mengalami relaps yang memaksa perawatan di rumahn sakit.

10

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema.
b. Kaji riwayat kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan adanya
peningkatan berat badan dan kegagalan fungsi ginjal.
c. Observasi adanya manifestasi dari Sindrom nefrotik : Kenaikan berat badan,
edema, bengkak pada wajah ( khususnya di sekitar mata yang timbul pada saat
bangun pagi , berkurang di siang hari ), pembengkakan abdomen (asites),
kesulitan nafas ( efusi pleura ), pucat pada kulit, mudah lelah, perubahan pada
urin ( peningkatan volum, urin berbusa ).
d. Pengkajian diagnostik meliputi meliputi analisa urin untuk protein, dan sel
darah merah, analisa darah untuk serum protein ( total albumin/globulin ratio,
kolesterol ) jumlah darah, serum sodium.

2. Prioritas Diagnosa Keperawatan


a. Kelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic plasma. ( Wong,
Donna L, 2004 : 550)
b. Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru.(Doengoes, 2000: 177)
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia. (Carpenito,1999:
204)
d. Resti infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasif (Carpenito,
1999:204).
e. Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan. (Wong, Donna L, 2004:550)
f. Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas.(Wong,Donna,2004:550)

11

g. Gangguan body image b.d. perubahan penampilan. (Wong, Donna, 2004:553).


h. Gangguan pola eliminasi:diare b.d. mal absorbsi.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic plasma (Wong,
Donna L, 2004 : 550)
Tujuan

: tidak terjadi akumulasi cairan dan dapat mempertahankan


keseimbangan intake dan output.

Kriteria Hasil

: menunjukkan keseimbangan dan haluaran, tidak terjadi


peningkatan berat badan, tidak terjadi edema.

Intervensi:
1) Pantau, ukur dan catat intake dan output cairan
2) Observasi perubahan edema
3) Batasi intake garam
4) Ukur lingkar perut
5) timbang berat badan setiap hari

b. Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru.(Doengoes, 2000: 177)


Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program dan monitor efeknya
Tujuan

: Pola nafas adekuat

Kriteria Hasil

: Frekuensi dan kedalaman nafas dalam batas normal

Intervensi:
1) auskultasi bidang paru
2) pantau adanya gangguan bunyi nafas

12

3) berikan posisi semi fowler


4) observasi tanda-tanda vital
5) kolaborasi pemberian obat diuretic

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia.


(Carpenito,1999: 204)
Tujuan

: kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

: tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan masukan yang


adekuat, mempertahankan berat badan

Intervensi:
1) tanyakan makanan kesukaan pasien
2) anjurkan keluarga untuk mrndampingi anak pada saat makan
3) pantau adanya mual dan muntah
4) bantu pasien untuk makan
5) berikan makanan sedikit tapi sering
6) berikan informasi pada keluarga tentang diet klien

d. Resti infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasif. (Carpenito,


1999:204).
Tujuan

: tidak terjadi infeksi


13

Kriteria Hasil

: tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vitl dalam


batas normal, leukosit dalam batas normal.

Intervensi:
1) cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
2) pantau adanya tanda-tanda infeksi
3) lakukan perawatan pada daerah yang dilakukan prosedur invasif
4) anjurkan keluarga untuk mrnjaga kebersihan pasien
5) kolaborasi pemberian antibiotic

e. Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan. (Wong, Donna L, 2004:550)


Tujuan

: pasien dapat mentolerir aktivitas dan mrnghemat energi

Kriteria Hasil

: menunjukkan kemampuan aktivitas sesuai dengan


kemampuan, mendemonstrasikan peningkatan toleransi
aktivitas

Intervensi:
1) pantau tingkat kemampuan pasien dalan beraktivitas
2) rencanakan dan sediakan aktivitas secara bertahap
3) anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien
4) berikan informasi pentingnya aktivitas bagi pasien

f. Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas.(Wong,Donna,2004:550)


14

Tujuan

: tidak terjadi kerusakan integritas kulit

Kriteria Hasil

: integritas kulit terpelihara, tidak terjadi kerusakan kulit

Intervensi:
1) inspeksi seluruh permukaan kulit dari kerusakan kulit dan iritasi
2) berikan bedak/ talk untuk melindungi kulit
3) ubah posisi tidur setiap 4 jam
4) gunakan alas yang lunak untuk mengurangi penekanan pada kulit

g. Gangguan body image b.d. perubahan penampilan. (Wong, Donna,


2004:553).
Tujuan

: tidak terjadi gangguan boby image

Kriteria Hasil

: menytakan penerimaan situasi diri, memasukkan perubahan


konsep diri tanpa harga diri negatif

Intervensi:
1) gali perasaan dan perhatian anak terhadap penampilannya
2) dukung sosialisasi dengan orang-orang yang tidak terkena infeksi
3) berikan umpan balik posotif terhadap perasaan anak

h. Gangguan pola eliminasi:diare b.d. mal absorbsi.


Tujuan

: tidak terjadi diare


15

Kriteria Hasil

: pola fungsi usus normal, mengeluarkan feses lunak

Intervensi:
1) observasi frekuensi, karakteristik dan warna feses
2) identifikasi makanan yang menyebabkan diare pada pasien
3) berikan makanan yang mudah diserap dan tinggi serap.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn C.S DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERKEMIHAN SINDROM NEFROTIK DI PAVILIUN ELISABETH RSU
BETHESDA GMIM TOMOHON

A Pengkajian
I. Identitas klien
Nama

: Nn. C. S

Usia/tanggal lahir

: 16 tahun
16

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Status pernikahan

: Belum kawin

Pekerjaan

: Belum bekerja

Diagnosa medik

: Sindrom nefrotik

No. Rm

: 37694

Tanggal MRS

: 14-01-2009 Jam 23.11

Tanggal pengkajian

: 15-01-2009 Jam 12.00

Therapy

: Furosemide 2 - 2 - 0
Asetensa 50 mg 1 - 0 - 0
Amlopidin 10 mg 1 x 1
Omeprazole 0 - 0 - 1

Penanggung jawab
Nama

: Ny. M. P

Usia

: 47 Tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: IRT

Hub. Dengan klien

: Ibu klien

II. Keluhan Utama


Sakit kepala, rasa lemah, susah tidur
III. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Sebelum MRS klien sudah merasakan sakit kepala tetapi sakit kepala timbul
atau dirasakan klien hanya sewaktu - waktu dan pada tanggal 14 januari 2009
jam 20.00 klien mulai merasakan sakit kepala yang hebat mulai dari daerah
sekitar alis hingga sampai kepala dan oleh orang tua klien dibawa ke RS
Bethesda GMIM Tomohon untuk mendapatkan perawatan. Saat pengkajian
klien mengeluh sakit kepala yang dirasakan milai dari alis , klien juga
mengeluh rasa lemah dan susah tidur.
b. Riwayat kesehatan lalu
Klien sudah pernah dirawat di RS mulai tahun 2006 dengan keluhan yang sam
c. Riwayat kesehatan keluarga

17

Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien, tidak ada penyakit menular seperti TBC ataupun penyakit turunan seperti
IV.

diabetes mellitus
Riwayat Psikososial
Klien menerima keadaan sakitnya sambil berharap akan kesembuhan dan

V.

hubungan klien, orangtua dan lingkungan baik


Riwayat spiritual
Klien beragama Kristen protestan, sebelum sakit klien aktif dalam organisasi

VI.

remaja di jemaatnya.
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Tanda-tanda vital : S : 36,6 C
N : 88 x/menit

R : 22 x/menit
TD : 160/100 mmHg

c. kesedaran
: Compos mentis
d. Pemeriksaan head to toe
- Kepala
: Bentuk bulat, rambut warna pirang, distribusi merata,
tidak ada bejolan, klien mengatakan nyeri kepala
- Wajah
: Pucat, edema, ekspresi wajah tampak meringis
- Mata
: Konjungtiva pucat,enema palpebra, penglihatan baik,
tidak ada secre
- Hidung
: Tidak ada polip, tidak ada secret, penciuman baik
- Telinga
: Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, pendengaran
baik
- Mulut
: Mukosa lembab,bibir merah muda, gigi 6 sudah di cabut
- Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar Tiroid
- Dada
: Pergerakan simetris kiri dan kanan, bentuk dada normal,
bunyi jantung S1 lub dan S2 dub, tidak ada bunyi
tambahan
- Abdomen
: Lemas, tidak ada nyeri tekan, peristaltik usus baik,
frekwensi napas 22 x/menit
- Ekstremitas atas
: ROM baik, tidak ada edema, simetris kiri dan kanan
- Ekstremitas bawah : ROM baik, tidak ada edema, simetris kiri dan kanan
- Genetalia
: Distribusi mons pubis merata keadaan bersih
- Anus
: Tidak ada hemoroid
VII.

Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Di rumah :
Makan 3 x sehari, jenis : Nasi, ikan dan buah makanan
rendah garam
Di RS
:

Makan 3 x sehari jenis : Nasi, ikan dan buah Porsi makan

tidak dihabiskan.
b. Cairan
Di rumah
:
Di RS
:
c. Eliminasi
Di rumah
:

Minum 5 gelas / hari jenis air putih


Minum 5 gelas / hari jenis air putih
BAB : 1 x / hari konsistensi lembek
18

BAK : sedikit-sedikit tapi sering, klien juga mengeluh


tidak puas BAK ada sensasi urne yang tertahan
Di RS

BAB : Saat di kaji klien belum BAB


BAK : Saat di kaji klien baru 2 x BAK

d. Istirahat dan tidur


Di rumah
:

Siang : tidur jam


Malam : tidur hanya 3 jam

Di RS

Siang : tidur jam


Malam : tidur hanya 3 jam, klien mengatakan susah
tidur

e. Aktivitas olah raga


Di rumah : klien tidak beraktivitas banyak karena sangat merasa kelelahan
Di RS
: Aktivitas klien di Bantu oleh perawat dan keluarga
f. Rokok alcohol
Klien tidak pernah mengkonsumsi rokok/alcohol
g. Personal hygiene
Di rumah : Mandi 1 x /hari, cuci rambut 1 x perhari gosok gigi 2 x /hari
Di RS
: Klien belum mandi dan cuci rambut hanya menggosok gigi.
VIII.

Tes diagnostic
Laboratorium tanggal 14 01 2009
Nilai normal
Urea

171,4 mg/dl

10-50

Creatinim

3,67 mg/dl

0,5 1,1

leukosit

0 - 1

Urine
-

Sedimen

- eritrosit
-

Epitel

Silinder - / negative

Mikroorganisme +

SG

1.020

1.003- 1.030

pH

8, 5

4.5 - 8

Protein

Blood

0 - 1

5,8 0/negative

+/pos
- / negative

3+
2+

negative / -

Pengelompokka data :
Data subjektif
19

Klien mengeluh sakit kepala

Klien mengeluh badan terasa lemah

Klien megatakan merasa lelah

Klien mengatakan susuah tidur

Data objektif
-

Wajah edema

Edema palpebra

keadaan umum tanpa sakit sedang

TD : 160/100 mmHg

Urea : 171

Creatinine 3,67 mg/dl

Urine : protein 3 +, Blood 2 +

Klien di bantu oleh perawat dan keluarga

Ekspresi wajah tampak meringis

20

ANALISA DATA
No
1
Ds :
Do :
-

Data

Etiologi

Masalah
Kelebihan volume
cairan

Hipoalbumia
Tekanan osmotic
Wajah
tampak
odema
Odema palpebra
TD : 160/100
mmHg
Urea : 171 mg/dl
Creatinine : 3,67
mg/dl
Urine : protein
3+
Blood 2+
SG : 1,020

Plasma menurun
Terjadi perpindahan cairan
intravaskuler ke ruang intestinal
Volume
cairan
berkurang
Pengaktifan
angiotesin

intravaskuler

sistem

renin-

Pelepasan aldosteron
Retensi natrium

Ds :
Do :
-

Edema
Penurunan sirkulasi darah
Klien mengeluh
sakit kepala
Pengaktifan sistem renin
angiotensin
Keadaan umum
tampak
sakit Peningkatan tekanan darah
sedang
Ekspresi wajah Sakit kepala
tampak meringis

Nyeri

21

Ds :
-

Penurunan sirkulasi darah


Klien mengeluh
sakit kepala
Pengaktifan sistem renin
Klien
angiotensin
mengatakan tidur
malam hanya 3 Peningkatan tekanan darah
jam
Sakit kepala
Ekspresi wajah
tampak meringis Mengganggu kenyamanan

Do :
-

Gangguan pola
tidur

Tidak bisa tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.

Kelebihan volume cairan b/d edema


Nyeri b/d peningkatan tekanaan darah
Gangguan pola tidur b/d sakit kepala
RENCANA KEPERAWATAN
No
1

Diagnosa
keperawatan
Kelebihan
volume cairan b/d
edema yang
ditandai dengan
Ds :
Do :
-

Wajah
tampak
odema
Odema
palpebra
TD :
160/100
mmHg
Urea : 171
mg/dl

Tujuan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 hari
odema
berkuran
sampai hilang
dengan kriteria
:
- Menunjuk
an
haluaran
urine tepat
dengan
berat jenis

Intervensi
1. Catat
pemasukan
dan
pengeluaran
cairan
2. Awasi berat
jenis urine
3. Timbang
berat badan
4. Kaji kulit
wajah, area
tergantung
untuk edema
5. Kaji gingkat
kesadaran,
selidiki
perubahan

Rasional
1. Perlu untuk
menentukan fungsi
ginjal, kebutuhan
penggantian cairan
dan penurunan
risiko kelebihan
cairan
4.
Mengu
kur kemampuan
ginjal untuk
mengkonsentrasika
n urine
5. Penimbangan berat
badan adalah
pengawasan status
cairan terbaik
6. Untuk mengetahui
22

Creatinine
: 3,67
mg/dl
Urine :
protein 3+
Blood 2+
SG : 1,020

/ hasil
laboratori
um
mendekati
normal

mental.
Adanya
gelisah

Nyeri b/d
peningkatan
tekanan darah
yang ditandai
dengan :
Ds :
- Klien
mengeluh
sakit
kepala
Do :
- Keadaan
umum
tampak
sakit
sedang
- Ekspresi
wajah
tampak
meringis
- TTV
TD :
S :
N :
R :

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
nyeri
berkurang
sampai hilang
dengan kriteria
:
- Klien
mengeluh
tidak nyeri
kepala
- Ekspresi
wajah
tampak
tenang
- Tekanan
darah
dalam
batas
normal
110/70
120/80

1. Kaji tingkat
nyeri
2. Pertahankan
tirah baring
bila di
indikasikan
(selama fase
akut)
3. Berikan
tindakan
kenyamanan
dengan
mengajarkan
teknik
relaksasi

Gangguan pola
tidur b/d sakit
kepala yang
ditandai dengan :
Ds :
- Klien
mengeluh
sakit
kepala
- Klien

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 hari
pola tidur
adekuat
dengan kriteria
:
- Klien tidak

1. Anjurkan
klien untuk
mendengarka
n music yang
lembut pada
saat tidur
2. Berikan
tempat tidur
yang nyaman
dan beberapa

area mana yang


yang terjadi edema
7. Dapat
menunjukaan
perpindahan cairan,
asidosis,
ketidakseimbangan
elektrolit
1. Memberikan
informasi untuk
membantu
menentukan
pilihan/keefektifa
n intervensi
2. Tirah baring
mungkin
diperlukan pada
fase awal selama
retensi akut,
ambulasi diri
dapat
memperbaiki
pada berkemih
normal
3. Meningkatkan
relaksasi,
memfokuskan
kembali perhatian
dan dapat
meningkatkan
kemampuan
koping

1. Menurunkan
stimulasi sensori
dengan
menghambat
suaras-suara lain
dari lingkungan
sekitar yang
menghambat tidur
nyenyak
2. Meningkatkan
23

mengataka
n tidur
malam
hanya 3
jam
-

Do :
Ekspresi wajah
tampak meringis

mengeluh
sakit kepala
Klien tidur
7-8 jam /
hari
Ekspresi
wajah
tenang

milik pribadi
mis : bantal
dn guling
3. Batasi
pengunjungan

kenyamanan tidur
serta dukungan
fisiologis/psikolo
gis
3. Untuk
memberikan
kenyamanan

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
16 01
- 2009

No DX
1

17 01

Implementasi
1. Mencatat pemasukan dan
pengeluaran cairan
2.
Mengawasi berat jenis urine
3.
Menimbang berat badan
4.
Mengkaji
kulit wajah, area tergantung
untuk edema
5.
Mengkaji
gingkat kesadaran, selidiki
perubahan mental. Adanya
gelisah
1. Mengkaji tingkat nyeri

Evaluasi
S : O : - Wajah tampak
edema
- Edema palpebra
A :
- Masalah belum
teratasi
P :
- Catat pemasukan
dan pengeluaran cairan

S : Klien mengatakan
24

- 2009

18 01
- 2009

2. Mempertahankan tirah baring


bila di indikasikan (selama fase
akut)
3. Memberikan tindakan
kenyamanan dengan
mengajarkan teknik relaksasi
3

1. Anjurkan klien untuk


mendengarkan music yang
lembut pada saat tidur
2. Berikan tempat tidur yang
nyaman dan beberapa milik
pribadi mis : bantal dn guling
3. Batasi pengunjungan

masih sakit kepala


O : Keadaan umum
tampak sakit sedang
TD 170/90
A : Masalah belum
teratasi
P : Pertahankan tirah
baring
S:
- Klien mengeluh
susah tidur
- Klien mengatakan
tidur malam hanya 3
jam
O : Ekspresi wajah
meringis saat ada nyeri
A :
- Masalah belum
tertasi
P :
- Lanjutkan tindakan
keperawatan

25

Você também pode gostar