Você está na página 1de 30

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN

Disusun Oleh :

Nama

: Frelyta A. Z.

NIM

: 115040201111290

Kelompok

: Selasa, (06.00 WIB)

Asisten

: Dita Pahlevi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman merupakan bagian suatu
teknik perbanyakan vegetatif nonkonvensional. Perbedaan
teknik ini dibandingkan dengan teknik perbanyakan
vegetative konvensional biasanya terletak dalam situasi dan
lokasi yang berbeda. Penerapan teknikkultur jaringan
tanaman mensyaratkan kondisi di dalam ruangan
(laboratorium) dan sifatnya aseptik (steril dari patogen).
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan
dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan
perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan
secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media
tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit
yang dihasilkannya. Oleh karena itu, berbagai komposisi
media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui jenis jenis media kultur jaringan dan
aplikasi penggunannya
Untuk mengetahui komposisi dan unsur dalam media
MS
Untuk mengetahui teknik teknik aseptic pembuatan
media
Untuk mengetahui dan memahami rumus perhitungan
larutan stok

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
Agar memahami jenis-jenis media pada kultur jaringan.
Agar memahami Komposisi dan Fungsi Unsur Dalam
media MS
Agar mengetahui teknik-teknik aseptik dalam pembuatan
mediaRumus perhitungan larutan stok
.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis-jenis Media Kutur Jaringan serta Aplikasi
Kegunaannya
Formulasi media kultur jaringan pertama kali dibuat
berdasarkan komposisi larutan yang digunakan untuk
hidroponik, khususnya komposisi unsur-unsur makronya.
Unsur-unsur hara diberikan dalam bentuk garam-garam
anorganik.
Beberapa media dasar yang banyak digunakan antara lain:
a) Media Knop
Dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel. Kultur
kalus, biasanya ditumbuhkan pada media dengan kosentrasi
garam-garam yang rendah seperti dalam kultur akar dengan
penambahan suplemen seperti glucosa, gelatine, thiamine,
cysteine-HCl dan IAA.
b) Media White
Dikembangkan oleh Hildebrant untuk keperluan kultur jaringan
tumor bunga matahari, ditemukan bahwa unsur makro yang
dibutuhkan kultur tersebut, lebih tinggi dari pada yang
dibutuhkan oleh kultur tembakau. Unsur F, Ca, Hg dan S pada
media untuk tumor bunga matahari ini, sama dengan media
untuk jaringan normal yang dikembangkan kemudian.
Konsentrasi NO3- dan K+ yang digunakan Hildebrant ini lebih
tinggi dari media white, tetapi masih lebih rendah dari pada
media-media lain yang umum digunakan sekarang.

c) Media Knudson dan media Vacin and Went


Media ini dikembangkan khusus untuk kultur anggrek. Tanaman
yang ditanam di kebun dapat tumbuh dengan baik dengan
pemupukan yang hanya mengandung N dari Nitrat. Knudson
pada tahun 1922, menemukan penambahan 7.6 mM NH4+
disamping 8.5 mM NO3-, sangat baik untuk perkencambahan
dan pertumbuhan biji anggrek. Penambahan NH4+ ternyata
dibutuhkan untuk perkembangan protocorm. Media Nitsch &
Nitsch, menggunakan NO3- dan K+ dengan kadar yang cukup
tinggi untuk mengkulturkan jaringan tanaman artichoke
Jerussalem. Penambahan ammonium khlorida sebanyak 0.1
mM, menghasilkan pertumbuhan jaringan yang menurun.
Pertumbuhan sel dari jaringan suatu organ dibandingkan dengan
jaringan tumor tanaman Venca rosea (Catharanthus roseus),
menunjukkan bahwa penambahan ammonium ke dalam media
White yang sudah dimodifikasi, mempunyai pertumbuhan yang
lebih baik. Konsentrasi NO3-, NH4-, K+ dan H2PO4- yang
diperoleh, hampir sama dengan yang dikembangkan oleh Miller.
d) Media Murashige & Skoog (media MS)
Merupakan perbaikan komposisi media Skoog, terutama
kebutuhan garam anorganik yang mendukung pertumbuhan
optimum pada kultur jaringan tembakau. Media MS
mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N dalam
bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N
total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari
media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media
White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P,
1.25 mM. Unsur makro lainnya konsentrasinya dinaikkan
sedikit. Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat
untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah
umum digunakan untuk kultur jaringan jenis tanaman lain.

Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan


kultur pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, sehingga
dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS
tersebut, antara lain media :
1. Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari
komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM
ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2 PO4
yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan
senyawa makro dari media Lin & Staba, kemudian digunakan
oleh Halperin untuk penelitian embryogenesis kultur jaringan
wortel dan juga digunakan oleh Bourgin & Nitsch (1967 dalam
Gunawan 1988) serta Nitsch & Nitsch (1969 dalam Gunawan
1988) dalam penelitian kultur anther.
2. Modifikasi media MS yang lain dibuat oleh Durzan et alI
(1973 dalam Gunawan 1988) untuk kultur suspensi sel white
spruce dengan cara mengurangi konsentrasi K+ dan NO3-, dan
menambah konsentrasi Ca2+ nya.
3. Chaturvedi et al (1978) mengubah media MS dengan
menurunkan konsentrasi NO3-, K+, Ca2+, Mg2+ dan SO4-2
untuk keperluan kultur pucuk Bougainvillea glabra.
4. Senyawa-senyawa di dalam media MS dapat terjadi
pengendapan persenyawaan, ini terlihat jelas pada media cair.
Kebanyakan dari persenyawaan yang mengendap adalah fosfat
dan besi, kemudian dalam jumlah yang lebih sedikit adalah Ca,
K, N, Zn dan Mn. Senyawa paling sedikit adalah senyawa yang
mengandung unsur C, Mg, H, Si, Mo, S, Ca dan Co. Setelah
tujuh hari dibiarkan, maka kira-kira 50% dari Fe dan 13% dari
PO4+, mengendap (Dalton et al, 1983). Pengendapan unsurunsur tersebut mungkin tidak penting, karena unsur-unsur
tersebut masih tersedia bagi jaringan tanaman dan pengaruh

pengendapannya
belum
diketahui.
Untuk
mengatasi
pengendapan Fe, Dalton dan grupnya menganjurkan supaya
konsentrasi Fe dikurangi sampai 1/3 dengan EDTA yang tetap.
5.Media Gamborg B5 (media B5)
Pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus kedelai dengan
konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah dibandingkan
media MS. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk
kultur kalus dan suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar
untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman.. Pada masa ini
media B5 juga digunakan untuk kultur-kultur lain. Media ini
dikembangkan dari komposisi PRL-4, media ini menggunakan
konsentrasi NH4+ yang rendah, karena konsentrasi yang lebih
tinggi dari 2 mM menghambat pertumbuhan sel kedelai. Fosfat
yang diberikan setelah 1 mM, Ca2+ antara 1-4 mM, sedangkan
Mg2+ antara 0.5-3 mM (Gamborg et al, 1968).
6.Media Schenk & Hildebrant (media SH)
Merupakan media yang juga cukup terkenal, untuk kultur kalus
tanaman monokotil dan dikotil. Konsentrasi ion-ion dalam
komposisi media SH sangat mirip dengan komposisi pada media
Gamborg dengan perbedaan kecil yaitu level Ca2+, Mg2+, dan
PO4-3 yang lebih tinggi. Schenk & Hildebrant mempelajari
pertumbuhan jaringan dari 37 jenis tanaman dalam media SH
dan mendapatkan bahwa: 32 % dari spesies yang dicobakan,
tumbuh dengan sangat baik, 19% baik, 30% sedang, 14%
kurang baik, dan 5% buruk pertumbuhannya. Tetapi karena zat
tumbuh yang diberikan pada tiap jenis tanaman tersebut
berbeda. Media SH ini cukup luas penggunaannya, terutama
untuk tanaman legume.

7.Media WPM (Woody Plant Medium)


Yang dikembangkan oleh Lioyd & Mc Coen pada tahun 1981,
merupakan media dengan konsentrasi ion yang lebih rendah dari
media MS. Media diperuntukkan khusus tanaman berkayu, dan
dikembangkan oleh ahli lain, tetapi sulfat yang digunakan lebih
tinggi dari sulfat pada media WPM. Saat ini WPM banyak
digunakan untuk perbanyakan tanaman hias berperawakan
perdu dan pohon-pohon.
8.Media N6
Media N6 mempunyai ciri perbandingan NH dan NO yang
jauh perbandinganya. Amonium yang diberikan dalam bentuk
(NH)SO hanya sebanyak 363 mg/l, sedangkan KNO 2830
mg/l. (Suryowinoto, M. 1991)
2.2 Komposisi dan Fungsi Unsur Dalam Media MS (Murashige
& Skogg)
Media Murashige & Skoog (MS) merupakan perbaikan
komposisi media Skoog, terutama kebutuhan garam anorganik
yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan
tembakau. Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk
NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima
kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15
kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali
lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai
20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya
konsentrasinya dinaikkan sedikit. Pertama kali unsur-unsur
makro dalam media MS dibuat untuk kultur kalus tembakau,
tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur
jaringan jenis tanaman lain. (Madigan, M.T.2003).

Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur


pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, sehingga
dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebut,
antara lain media Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah
dari komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM
ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2 PO4
yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. (Hendaryono
dan Wijayani, 1994).
Adapun kompisisi medium kultur jaringan tanaman adalah
sebagai berikut:
1) Air
Air merupakan komponen yang penting di dalam pengkulturan
eksplan karena 95% dari medium mengandung air. Untuk tujuan
penelitian, digunakan air destilasi, dan untuk penelitian dengan
materi eksplan dari protoplas, meristem dan sel sebaiknya
digunakan aquabides . Dimana air destilasi (air suling) tersebut
telah steril dari kontaminasi mikroorganisme atau substansi
yang dapat merusak proses perkembangan eksplan (Madigan,
M.T.2003).
2) Larutan Garam Anorganik
Tiap tanaman memerlukan setidaknya 6 elemen makronutrien,
yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah besar meliputi N, K,
Mg, Ca, S, P dan 7 elemen mikronutrien, yaitu unsur yang
diperlukan dalam jumlah kecil meliputi Fe, Mn, B, Mo, Cl
(Wetherell, 1976). Unsur-unsur makro biasanya diberikan dalam
bentuk NH4NO3, KNO3, CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O dan
KH2PO4, sedangkan unsur mikro biasanya diberikan dalam
bentuk MnSO4.4H2O, ZnSO4.4H2O, H3BO3, KI, Na2MoO4.
2H2O5,CuSO4.5H2O dan CoCl2.6H2O.

(Hendaryono dan Wijayani, 1994).


pereduksi yang berfungsi mereduksi indikator-indikator seperti
ion kupri (Cu2+) menjadi bentuk kupro (Cu+) yang bermanfaat
pada perkembangan dan perbaikan . Vitamin adalah bahan yang
perlu ditambahkan dalam medium kultur in vitro, sebab sel
bagian tanaman yang dikulturkan secara in vitro belum mampu
membuat vitamin sendiri untuk kehidupannya. Vitamin yang
sering ditambahkan ke dalam medium adalah tiamin (vitamin
B1), asam nikotinat (niasin), piridoksin (vitamin B6).
(Indra.2008).
3) Zat-zat organik
Senyawa kimia organik yang biasa dipakai sebagai sumber
energi dalam kultur in vitro adalah karbohidrat. Karbohidrat
tersusun atas unsur-unsur C, H, O sebagai elemen penyusun
utama. Bahan-bahan organik yang termasuk karbohidrat
meliputi gula, pati dan selulosa. Karbohidrat mempunyai dua
fungsi utama yaitu sebagai sumber energi untuk jaringan dan
untuk keseimbangan tekanan osmotik dalam medium.
Karbohidrat yang sering digunakan adalah sukrosa meskipun
kadang-kadang diganti dengan glukosa dan fruktosa dapat
digunakan tetapi harganya lebih mahal hasilnya tidak selalu
lebih baik daripada sukrosa. Konsentrasi sukrosa yang
digunakan berkisar 1 5% (10 - 15 g/l), tetapi untuk
kebanyakan pengkulturan konsentrasi optimum sukrosa adalah 2
- 3%. Sedangkan kadar sukrosa untuk keperluan pengkulturan
berkisar antara 2 - 4%. Dan kadar sukrosa yang digunakan
sebagai sumber energi untuk menginduksi pertumbuhan eksplan
dalam medium adalah 2 - 7%. Hendaryanto menyatakan bahwa
sukrosa bersifat labil terhadap suhu tinggi sehingga apabila
disterilkan dalam autoklaf bersama-sama zat lain akan
mengakibatkan penguraian sukrosa menjadi kombinasi antara

sukrosa, D-glukosa, dan D-fruktosa. Keuntungan dari


penguraian ini adalah terbentuknya aldosa (D-glukosa) dan
ketosa (D-fruktosa) yang melimpah ruah. (Hendaryono dan
Wijayani, 1994).
Jadi apabila disimpulkan menjadi seperti berikut :
1. UnsurMakro
NH4NO3
KNO3
MgSO47H2O
KH2PO4
CaCl22H2O

: 14,85 g
: 17,1 g
: 3,33 g
: 1,53 g
: 3,96 g

2. UnsurMikro A
H3BO3
: 0,038 g
MnSO44H2O : 0,2007 g
ZnSO47H2O : 0,0774 g
3. UnsurMikro B
KI

Sebagaipembuat 300 ml
media kulturlarutanmakro
Untukmedaikultur (3 ml)

Untukpembuatan 300 ml
media kulturdiambil 3 ml

: 0,083 g

Na2MoO47H2O : 0,025 g
CuSO45H2O : 0,0025 g
CoCl6H2O
: 0,0025 g

4. FeEDTA
FeSO47H2O
Na2EDTA

: 2,503 g
: 3,357 g

5. Vitamin
TiaminHCl

: 0,001 g

PeridoksinHCl : 0,005 g
AsamNikotinat : 0,005 g
Olycine
: 0,02 g

Untukpembuatan 300 ml
diambillarutan 0,3 ml

Untukpembuatan 300 ml
diambillarutan 3 ml

Untukpembuatan 300ml
diambil 0,3 larutan vitamin
(Anonymousa, 2012)

2.3 Teknik-teknik Aseptis Dalam Pembuatan Media Kultur


Jaringan
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan
teknik kultur jaringan adalah:
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan

dengan kultur jaringan. Komposisi media yang


digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari
garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu,
diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan
lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun
jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan
yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan
pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang
digunakan juga harus disterilkan dengan cara
memanaskannya dengan autoklaf.
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman
yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering
digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur
jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu
di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga
steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu
menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata
pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan
kultur jaringan juga harus steril.
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon
tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan

ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya


kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan
eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan
diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang
steril dengan suhu kamar.
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan
menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai
bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai
berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari
untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta
untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun
jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan
gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan
jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan
keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan
dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan
memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk
melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama
penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan
terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah
bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya
maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan
pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama
dengan pemeliharaan bibit generatif. Keunggulan inilah
yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai
mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah
terdapat
beberapa
tanaman
kehutanan
yang
dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara
lain adalah: jati, sengon, akasia, dll. Bibit hasil kultur
jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan
pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur jaringan
yang sering disebut dengan jati emas dapat dipanen
dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek
dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari
benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang
belum teruji di Indonesia. (Machmud, M. 2008)

2.4 Rumus Perhitungan Larutan Stok


Volume stok untuk setiap pembuatan media q liter.
V1 X M1 = V2 x M2
Ket:
V1 = Volume stok yang dicari.
V2 = Volume larutan stok
M1 = Konsentrasi larutan stok
M2 = Konsentrasi yang diinginkan.
(Hemawan dan Naem, 2006)

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan dan Fungsi
3.1.1 Alat
1. 4 botol kultur
: berfungsi sebagai tempat
media kultur
2. 1 pak karet gelang
: berfungsi untuk penutup
atau tali penutup plastik dan alumunium
3. Plastik tahan tanas (untuk 8 botol, dengan ukuran pxl;
12 x 13 cm)
: sebagai penutup botol
kultur (perlakuan a)
4. Gelas ukur
: untuk mengukur cairan
yang di butuhkan
5. Mikro pipet
: untuk mengambil larutan
stok dengan ukuran terkecil mikro meter
6. Beaker glass
: untuk tempat pembuatan
larutan stok
7. pH universal (indikator pH) : untuk mengukur pH
larutan
8. sitter
: megaduk larutan
9. microwave
: untuk memasak larutan
hingga larutan mengental
10. alumanium foil (unutk 6 botol, dengan ukuran pxl; 24 x
15, kertas di lipat/rangkap) : sebagai penutup botol
kultur (perlakuan b)
11. autoclave
: sterilisasi botol kultur
sebelum di masukkan ke ruangan pengamatan
12. Timbangan analitik
: untuk menimbang berat
bahan yang diperlukan

13. Oven
kultur

: sterilisasi kering botol

3.1.2 Bahan
Aquades

: 50 ml (bahan tambahan pada larutan stok)

Makro

: 30 ml

Mikro A

: 3 ml

Mikro B

: 0,3 ml sebagai bahan

FeEDTA

: 3 ml pembuatan larutan stok

Vitamin

: 0,3 ml

CaCl2

: 3 ml

Sukrosa
: untuk 300 ml. Larutan media digunakan 9 gram
gula. (untuk membuat larutan menjadi tercampur rata)
Agar-agar
: unutk 300 ml. Larutan media digunakan 2,1 gram
agar-agar (untuk mengentalkan larutan)

3.2 Cara Kerja Pembuatan Media Kultur


Timbang
agar-agar
2,1 gram

Timbang
sukrosa
9 gram

Pada labu erlenmeyer (diisi dengan :


- makro: 30 mL, CaCl2: 3 mL, mikro A: 3 mL, - mikro B: 0,3 mL, FeEDTA: 3 mL, - Vitamin: 0,3 mL.

Ditambahkan aquades (H2O) hingga


300 mL.

Ukuran pH larutan stock sampai


5,5-5,8
NB:
+NaOH :apabila terlalu asam
+HCL :apabila terlalu basa

Campur dan stiter (tanpa


dipanaskan) sampai tampak pusaran.

Masukan microwave selama 7 menit


Masukkan ke botol kultur @20 mL.
Di autoclave dengan tekanan 1,5atm, suhu 121C selama 15
menit

3.3 Analisa Perlakuan


Sebelum pembuatan media hal yang pertama kali dilakukan
adalah mensterilkan semua peralatan yang akan digunakan
dengan alcohol 95% serta diiuti dengan pembakaran kemudian
didinginkan, hal ini bertujuan agar alat tidak terkontaminasi
dengan jamur atau bakteri.
Isi breaker glas dengan larutan aquades kurang lebih 50 ml.
Setelah itu, tambahkan unsur-unsur larutan yang sudah di stok,
yaitu : makro (30 ml), mikro A (3 ml), mikro B (0,3 ml), Fe
EDTA (3 ml), Vitamin (0,3 ml) dan CaCl2 (3 ml). Setelah semua
larutan selesai ditambahkan, tambahkan lagi aquades hingga
volume mencapai 300 ml. Stirer (aduk) larutan dan ukut pH
larutan menggunakan indikator pH hingga mencapai pH sekitar 5
6. Masukkan sukrosa (9 gram) dan agar-agar (2,1 gram) yang
bertujuan untuk melarutkan larutan dan mengentalkan larutan.
Stirer kembali sampai larutan berwarna putih bening. Setelah
selesai, tutup breaker glas dengan plastik wrap dan masukkan ke
dalam microwave selama 7 menit setelah selesai, masukkan
larutan ke dalam botol kultur dengan 8 botol di tutup plastik, dan
6 botol ditutup alumunium. Masukkan ke autoclave untuk
sterilisasi akhir, dan amati selama 2 minggu, apakah terjadi
kontaminasi atau tidak, catat hasil.

BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Tabel Media Kultur Dengan Penutup Plastik
Hari
Jenis
No
Pengamatan
Botol KeKontaminan
Ke1
Hari ke-2 (16
1
Tidak ada
Oktober 2012)
2
Tidak ada
3
Tidak ada
4
Tidak ada
5
Tidak ada
6
Tidak ada
7
Tidak ada
8
Tidak ada

Ket
Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental

Hari ke 4 (22
Oktober 2012)

1
2
3
4
5
6
7
8

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental

Hari ke 6 (24
Oktober 2012)

1
2
3
4
5
6

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang

7
8

Tidak ada
Tidak ada

masih
putih dan
sudah
mengental

Hari ke 8 (25
Oktober 2012)

1
2
3
4
5
6
7
8

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental

Hari ke 10
*(29 Oktober
2012)

1
2
3
4
5
6
7
8

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental

Hari ke 12
(31Oktober
2012)

1
2
3
4
5
6
7
8

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental

Hari ke 14 (2
November
2012)

1
2
3
4
5
6
7
8

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental

*Seharusnya tanggal 26 dan 28 Oktober 2012 ada pengamatan


tetapi hari libur jadi pengamatan dilakukan lebih maju 1 hari tgl
25 oktober dan dimundurkan pada tanggal 29 Oktober 2012.

b. Tabel Media KulturDenganPenutupAlumunium Foil


Hari
Jenis
Ket
No
Pengamatan
Botol KeKontaminan
Ke1
Hari ke-2 (16
1
Tidak ada
Tidak
Oktober 2012)
2
Tidak ada
terjadi
3
Tidak ada
kontamina
4
Tidak ada
n dengan
5
Tidak ada
warna
6
Tidak ada
yang
masih
putih dan
sudah
mengental
2

Hari ke 4 (22
Oktober 2012)

1
2
3
4

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
terjadi
kontamina
n dengan

5
6

Tidak ada
Tidak ada

warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental

Hari ke 6 (24
Oktober 2012)

1
2
3
4
5
6

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental

Hari ke 8 (25
Oktober 2012)

1
2
3
4
5
6

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental

Hari ke 10 *(29
Oktober 2012)

1
2
3
4
5
6

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah

mengental
6

Hari ke 12
(31Oktober
2012)

1
2
3
4
5
6

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental

Hari ke 14 (2
November
2012)

1
2
3
4
5
6

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental

*Seharusnya tanggal 26 dan 28 Oktober 2012 ada pengamatan


tetapi hari libur jadi pengamatan dilakukan lebih maju 1 hari tgl
25 oktober dan dimundurkan pada tanggal 29 Oktober 2012.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita kita mencoba membuat media kultur
jaringan dengan bahan-bahan yang sudah dijelaskan di atas, setelah
di autoklaf kita mengamati perkembangan media pada hari kamis
tanggal 20 oktber, disana terlihat bahwa media yang ditutup dengan
plastic dan alumunium poli keadaan semuanya masih baik, dengan
tanda-tanda tidak ada perubahan warna (tetap putih) dan juga masih

kelihatan stabil dengan kata lain tidak terlihat danya jamur pathogen
yang masuk.
Kemudian pada hari kamis tanggal 25 oktober kita mengamati lagi
dan ternyata tidak jauh berbeda dengan yang pengamatan pertama
jadi semua media baik 8 sample yang ditutpi plastic dan 6 sample
yang ditutupi alumunium tidak ada tanda-tanda terkontaminasi, tetapi
disini ada satu media yang tertutupi alumunium yang kelihatan
warnanya agak kekuningan tetapi menurut saya masih dalam
keadaan tidak terkontaminasi karena ketika begitu sample didekatkan
warnanya masih putih sebenarnya cuma memang dari jauh kelihatan
agar sedikit kekuningan, seandainya itu termasuk dalam tanda
kontaminasi tidak mungkin sebab saya melihat sample praktikan lain
ada yang kuning tetapi disitu ada jamur yang menggelembung
(membentuk bundaran) yang berwarna hitam ke abu-abuan,
sedangkan pada sample kami tidak sedemikian itu.
Begitupun pada pengamatan ke-3 pada hari selasa tanggal 29 oktober
2012 kami menyimpulkan tidak ada yang terkontaminasi, begitu juga
pada saat pengamatan ke-4 hari rabu, tanggal 31 oct 2012. Hingga
pada pengamatan yang terakhir pada hari jumat tanggal 02 nop
2012, ke 8 sample media kultur jaringan yang ditutupi plastic tidak
terlihat adanya kontainasi begitupun ke 6 sample yang ditutupi
alumunium.
Seperti apa yang dikemukakan oleh Andria bin Muhayat bahwa
eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti
berwarna putih sampai biru (disebabkanjamur) atau busuk
(disebabkan bakteri) (Sriyanti, Daisy P. 1994.)

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan
kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan
tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat
tergantung pada jenis media. Media MS mengandung 40 mM N
dalam bentuk NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Dan Media
MS inilah yang paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan
kultur pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS.
Pada praktikum kali ini kita mencoba membuat media tanam
kultur jaringan dengan jenis media MS tersebut, dan akhirnya dapat
ditarik kesimpulan ketika kita sudah melakukan beberapa kali
pengamatan, media kultur jaringan yang ditutup dengan plastic biasa
tepatnya ada 8 sampel dan 6 sampel yang ditutupi alumunium foil
semuanya tidak terkontaminasi, masih putih normal
Dari data hasil praktikum yang telah didapatkan, diketahui
bahwa pembuatan media kultur yang telah dilakukan dapat dikatakan
berhasil. Hal ini diketahui dari pengamatan yang telah dilaksanakan
selama 2 minggu pengamatan (dengan selang waktu 2 hari sekali),
yaitu warna dari larutan yang berada di dalam botol kultur tutup
plastik maupun tutup alumunium berwarna putih dan sudah
mengental.
5.2 Saran
Untuk praktikum saran saya agar mahasiswanya
dikurangi lagi sebab terlalu kebanyakan jadi kaya ga
efektif
Untuk Asisten Good Job.. saya suka gaya mbak mega
mengajar..enak mudah dipahami namun ada 1 yang saya
nilai pas praktikum yaitu yang lebih teliti dalam
melakukan praktikum dan mengajari praktikannya..

DAFTAR PUSTAKA
Anonymousa,2012.http://www.blog.ub.ac.id/fitafitriya/2012/10/06/la
poran-bioteknologi-pembuatan-media-kultur-jaringan/.
Diaksestanggal 30 Oktober 2012.
Gamborg et al, 1968. Molekuler Biotechnology, Principles and
applications of Recombinan DNA. ASM Press. Washinton D.C.
Hendaryono.D.P.S., dan Wijayani 1994.Teknik Kultur Jaringan,
Pengenalan dan
Petunjuk Perbanyakan Secara Vegetatif
Modern. Kansius:Yogyakarta.
Herawan, T dan M. Naiem. 2006. Pengaruh Jenis Media dan
Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Perakaran pada
Kultur Jaringan Cendana (Santalum album Linn.). Jurnal
Agrosains 19(2) : 103-109.
Indra.2008. Media Pengembangan dan media Tanam dan
Pertumbuhan.http://ekmonsaurus.com/data/media.PDF.Diakses
pada tanggal 30 Oktober 2010
Machmud,M,2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan
Mikroba. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman
Pangan,Bogor. http://anekaplanta.wordpress.com/2008
/03/02/teknik-penyimpanan-dan-pemeliharaan-mikroba/. Diakses
pada tanggal 30 Oktober 2012
Madigan, M.T.2003.Brock Biology Of Microorganism. Pearson
Education, Inc: Amerika
Sriyanti, Daisy P. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius.
Yogyakarta.

LAMPIRAN
Dokumentasi hari ke-2 (16 Oktober 2012)
Plastik

Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi

Tidak terjadi kontaminasi

Dokumentasi hari ke-4 (22 Oktober 2012)


Plastik

Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi

Tidak terjadi kontaminasi

Dokumentasi hari ke-6 (24 Oktober 2012)


Plastik

Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi

Tidak terjadi kontaminasi

Dokumentasi hari ke-6 (24 Oktober 2012)


Plastik

Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi

Tidak terjadi kontaminasi

Dokumentasi hari ke-8 dan 10 (25 Oktober 2012)


Plastik

Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi

Tidak terjadi kontaminasi

Dokumentasi hari ke-12 (31 Oktober 2012)


Plastik

Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi

Tidak terjadi kontaminasi

Dokumentasi hari ke-14 (02 November 2012)

Plastik

Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi

Tidak terjadi kontaminasi

Você também pode gostar