Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SKRIPSI
PRISKILA LISNAWATI
RINGKASAN
PRISKILA LISNAWATI. D14070018. 2011. Analisis Keragaman Genetik
Protein Darah Kuda Lokal Sulawesi Utara dengan Menggunakan
Polyacrylamide Gel Electrophoresis (PAGE). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Ronny R.Noor, M.Rur.Sc.
Pembimbing Anggota : Dr. Jakaria, S.Pt., M.Si.
Penelitian tentang kuda lokal berdasarkan analisis keragaman protein darah
masih jarang dilakukan dan baru pernah satu kali dilakukan. Penelitian tersebut
dilakukan untuk mengamati morfologi dan genetik kuda lokal Indonesia yang
dibandingkan dengan kuda lokal Jepang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari keragaman protein darah lokus Alb, PAlb, Tf, PTf-1, PTf-2, dan Hb pada
kuda lokal yang terdapat di Sulawesi Utara.
Sampel darah kuda lokal yang digunakan sebanyak 74 sampel yang berasal
dari Kota Manado (28 sampel), Kota Tomohon (10 sampel), Kabupaten Minahasa
(23 sampel), dan Kabupaten Minahasa Selatan (13 sampel). Identifikasi keragaman
genetik protein darah dilakukan menggunakan pendekatan Polyacrylamide Gel
Electrophoresis (PAGE) yang diwarnai dengan Coomassie Brilliant Blue (CBB).
Data dianalisis dengan menggunakan pendekatan frekuensi genotipe, frekuensi alel,
keseimbangan Hardy-Weinberg, heterozigositas, jarak genetik dan pohon genetik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keragaman pada populasi kuda
di Sulawesi Utara berdasarkan lokus Albumin (Alb), Post Albumin (PAlb),
Transferrin (Tf), dan Hemoglobin (Hb), sedangkan pada lokus Post Transferrin-1
(PTf-1) dan Post Transferrin-2 (PTf-2) bersifat monomorfik. Pada lokus Alb
ditemukan tiga genotipe, yaitu AA (0,57), AB (0,33), dan BB (0,10) yang
menghasilkan dua alel, yaitu alel A (0,74) dan alel B (0,26). Lokus PAlb ditemukan
empat genotipe, yaitu AA (0,01), AB (0,84), BB (0,14), dan AC (0,01) yang
menghasilkan tiga alel, yaitu alel A (0,44), alel B (0,55), dan alel C (0,01). Lokus
Transferrin terdiri dari tiga genotipe, yaitu genotipe AB (0,49), BB (0,31), dan BC
(0,20) yang menghasilkan tiga alel, yaitu alel A (0,24), alel B (0,66), dan alel C (0,1).
Lokus Hemoglobin beta hanya ditemukan satu pita dan selalu dimiliki oleh semua
individu yang mengindikasikan bahwa pada lokus tersebut bersifat monomorfik. Hal
serupa ditemui pada lokus Hemoglobin alpha. Lain halnya dengan lokus Hemoglobin
tipe , ditemukan dua genotipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2 dengan frekuensi genotipe
berturut-turut adalah 0,51 dan 0,49.
Berdasarkan pengujian keseimbangan populasi, lokus Albumin pada keempat
populasi kuda lokal di Sulawesi Utara berada dalam keseimbangan Hardy-Weinberg,
sedangkan lokus Post Albumin tidak berada dalam keseimbangan. Nilai rataan
heterozigositas kuda lokal di Sulawesi Utara pada empat populasi sebesar 0,63.
Hubungan kekerabatan yang paling dekat terdapat antara populasi kuda di Kabupaten
Minahasa dan Kabupaten Minahasa Selatan (0,0019). Hubungan kekerabatan terjauh
terdapat antara populasi kuda di Kota Tomohon dan populasi kuda di Kota Manado
(0,0138).
Kata-kata kunci: kuda, protein darah, PAGE, polimorfisme
ABSTRACT
Study on Genetic Polymorphisms of North Sulawesis Native Horse Blood
Protein by using Polyacrylamide Gel Electrophoresis (PAGE)
Lisnawati, P., R.R. Noor, Jakaria
The objective of this study was to estimate the polymorphisms of the Albumin, Post
Albumin, Transferrin, Post Transferrin-1, Post Transferrin-2, and Hemoglobin in
North Sulawesi's native horses. This study used PAGE method to identify protein.
Genotyping was performed on 74 samples of horse blood, which include 28 samples
from Manado, 10 samples from Tomohon, 13 samples from South Minahasa , and 23
samples from Minahasa. Genotype and allele frequency, Hardy-Weinberg
equilibrium, heterozigosity, genetic distance, and phylogenetic tree were performed
in order to describe the polymorphisms of blood protein. The result showed that the
highest allele frequency was found in locus for PTf-1 allele A was equal to 1,00 and
the lowest allele frequency was found in locus for PTf-1 allele B. Albumin locus were
in Hardy-Weinberg equilibrium. Hemoglobin type was found in two types, namely
type 1 and 2 with consecutive genotype frequencies were 0.51 and 0.49 respectively.
The mean heterozygosity in all population was equal to 0.63. The population of
horses in Tomohon have a far relationship with the horses population in the area of
Amurang, Minahasa, and Manado. Horse blood protein polymorphisms were found
for Albumin, Post Albumin, Transferrin and Hemoglobin.
Keywords: horse, blood protein, PAGE, polymorphisms
PRISKILA LISNAWATI
D14070018
: D14070018
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Agustus 1989 di Bogor, Jawa Barat.
Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Philipus dan
Ibu Lina.
Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1995 di Sekolah Dasar
Kristen Tunas Harapan Bogor dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan
menengah tingkat pertama dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun
2004 di Sekolah Menengah Pertama Kesatuan Bogor. Penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Atas Kesatuan Bogor pada tahun 2004 dan
diselesaikan pada tahun 2007.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan. Penulis pernah menjadi anggota dalam organisasi
Himpunan Mahasiswa Produksi dan Teknologi Peternakan (HIMAPROTER) periode
2008-2009. Selain itu, Penulis juga pernah menjadi anggota Animal Breeding and
Genetic Student Community (ABGSCi) periode 2010-2011. Penulis pernah
mengikuti magang di PT Elders Indonesia pada tahun 2009 dan Nusantara Polo Club
pada tahun 2010. Penulis juga berkesempatan menjadi penerima beasiswa Tanoto
Foundation tahun 2008 hingga saat ini.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena
atas anugerahNya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul Analisis
Keragaman Genetik Protein Darah Kuda Lokal Sulawesi Utara dengan
Menggunakan Polyacrylamide Gel Electrophoresis (PAGE) merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor.
Ternak kuda merupakan salah satu komoditi peternakan yang memiliki
beragam fungsi. Namun, hingga saat ini informasi genetik kuda lokal di Indonesia
secara umum masih sangat terbatas. Informasi genetik sangat menunjang untuk
program pemuliaan ternak kuda. Perlu dilakukan penelitian-penelitian di bidang ini
yaitu dengan melakukan studi keragaman genetik kuda lokal menggunakan metode
Polyacrylamide Gel Electrophoresis (PAGE).
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tulisan ini.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi pedoman dasar
untuk penelitian serupa pada masa yang akan datang. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................
ii
ABSTRACT ...................................................................................................
iii
iv
vi
vii
viii
xi
PENDAHULUAN .........................................................................................
1
2
3
5
5
6
6
6
6
7
8
10
11
14
14
14
16
16
16
16
16
17
17
18
18
18
19
20
20
21
22
22
22
23
23
24
24
26
27
28
31
Kesimpulan ........................................................................................
Saran ...................................................................................................
31
31
32
33
LAMPIRAN ...................................................................................................
36
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Tipe, Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli Kuda
2.
3.
4.
Frekuensi Genotipe Lokus Alb, PAlb, Tf, PTf-1, dan PTf-2 Kuda
Lokal Sulawesi Utara .........................................................................
21
5.
24
6.
25
7.
26
8.
27
9.
29
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
12
2.
12
3.
13
4.
14
5.
16
6.
...............................
17
7.
Visualisasi Pola Pita Alb, PAlb, Tf, PTf-1, dan PTf-2 ..........................
20
8.
Rekonstruksi Pola Pita Alb, PAlb, Tf, PTf-1, dan PTf-2 ....................
20
9.
23
23
29
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda merupakan salah satu hewan ternak yang memiliki banyak kegunaan, di
antaranya sebagai ternak tunggangan, mengangkut beban, menarik kereta, sumber
protein pangan dan untuk pacuan kuda. Populasi kuda di Indonesia berkisar 400.000
ekor yang tersebar di beberapa daerah (BPS, 2005). Indonesia memiliki agroklimat
yang beragam sehingga sistem budi daya dan adaptasi ternak kuda berbeda pada
masing-masing daerah. Hal ini menyebabkan perbedaan fungsi kuda di berbagai
daerah di Indonesia. Beberapa daerah di Indonesia yang menggunakan kuda sebagai
alat transportasi adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Pemanfaatan kuda untuk produksi susu, kulit, dan daging hanya terdapat di Sulawesi
Selatan dan Nusa Tenggara Timur, sedangkan di daerah lain kuda umumnya
dimanfaatkan
sebagai
simbol
budaya
yang
melambangkan
status
sosial
kemasyarakatan mereka.
Sulawesi Utara merupakan salah satu wilayah yang memiliki populasi kuda
dengan berbagai macam pemanfaatan, diantaranya sebagai kuda pacu. Sulawesi
Utara juga merupakan salah satu sentra perdagangan kuda sehingga dapat
diindikasikan bahwa kuda Sulawesi Utara memiliki keragaman genetik yang tinggi.
Keragaman genetik merupakan sebuah parameter untuk mempelajari genetika
populasi dan genetika evolusi. Identifikasi keragaman genetik dalam suatu populasi
digunakan untuk mengetahui dan melestarikan bangsa-bangsa dalam populasi.
Salah satu indikator yang menentukan tingkat keragaman genetik adalah
protein darah. Protein darah merupakan salah satu bentuk makromolekul disamping
asam nukleat dan polisakarida, biokatalisator, hormon reseptor, tempat penyimpanan
informasi genetic serta merupakan produk langsung gen yang relatif tidak
terpengaruh oleh perubahan lingkungan. Protein darah dapat digunakan untuk
menganalisis keragaman genetik dengan menggunakan metode Polyacrylamide Gel
Electrophoresis (PAGE).
Pengetahuan tentang keragaman genetik kuda lokal Sulawesi Utara masih
terbatas bahkan belum pernah dilakukan penelitian. Penelitian sebelumnya hanya
sebatas pada kuda Padang, Batak, Lombok, dan Flores (Nozawa et al., 1981). Oleh
karena itu, penelitian ini sangat dibutuhkan dalam menambah informasi dasar
khususnya protein darah untuk menunjang perkembangan kuda di Sulawesi Utara.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari keragaman protein darah
lokus Alb, PAlb, Tf, PTf-1, PTf-2, dan Hb pada kuda lokal yang terdapat di Sulawesi
Utara. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui jarak genetik dan
pohon filogenetik kuda lokal Sulawesi Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Kuda
Kuda digolongkan ke dalam hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang
bertulang belakang, kelas Mammalia yaitu hewan yang menyusui anaknya, ordo
Perissodactyla yaitu hewan berteracak tak memamahbiak, famili Equidae, dan
spesies Equus caballus. Para pakar percaya bahwa dahulu kala terdapat hewan
prakuda dengan jari teracak jari kaki sebanyak lima buah disebut Paleohippus.
Hewan tersebut kemudian berkembang dengan empat jari teracak dan satu penunjang
(split), sedangkan kaki belakangnya terdiri atas tiga jari teracak dan satu split
(Ehippus). Evolusi berlanjut dengan terbentuknya Mesohippus dan Meryhippus yang
memiliki teracak kaki depan dan belakang sebanyak tiga buah. Pliohippus menjadi
hewan teracak tunggal pertama yang selanjutnya berkembang menjadi kuda saat ini
(Equus caballus) (Blakely dan Blade, 1991).
Populasi kuda di seluruh dunia mencapai 62 juta ekor, yang terdiri dari 500
ratus bangsa, tipe dan varietas. Bangsa kuda pada awalnya dianggap sebagai hewan
yang berkaitan dengan lokasi geografis tempatnya dikembangbiakkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia secara spesifik. Kini bangsa kuda seringkali
ditentukan oleh komunitas atau lembaga yang melakukan pencatatan keturunan dan
membuat buku silsilah kuda hasil seleksi berdasar pada daerah asal, fungsi dan ciri
fenotipik (Bowling dan Ruvinsky, 2004).
Kuda dapat diklasifikasikan menjadi kuda tipe ringan, tipe berat maupun
kuda poni sesuai dengan ukuran bentuk tubuh dan kegunaannya. Kuda tipe ringan
mempunyai tinggi 1,45-1,7 m saat berdiri, bobot badan 450-700 kg dan sering
digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik atau kuda pacu. Kuda tipe ringan
secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibanding kuda tipe berat. Kuda tipe berat
mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat berdiri, dengan bobot badan lebih dari 700 kg
dan biasa digunakan untuk kuda pekerja. Kuda poni memiliki tinggi kurang dari 1,45
m jika berdiri dan bobot badan 250-450 kg, beberapa kuda berukuran kecil biasanya
juga berbentuk dari keturunan kuda tipe ringan (Ensminger, 1962). Pada Tabel 1
dapat dilihat tipe, kegunaan, jenis, tinggi, bobot badan dan habitat asli kuda dari yang
ada di dunia.
Tabel 1. Tipe, Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli Kuda
Tipe
Kegunaan
Kuda
Tunggang
Kuda tunggang
berlari cepat
Tiga
Kuda tunggang
berlari cepat
Lima
Kuda
untuk
berjalan
Stock horse
Pendaki
Pemburu
Pelompat
dan
Kuda
Poni
untuk
ditunggangi
Kuda
Pacu
Pelari
Kuda
Pacu
berpakaian
Kuda Quarter
Kuda
Tarik
Kuda
Berpakaian Tipe
Berat
Kuda
Berpakaian Tipe
Sedang
Kuda
Transportasi
Kuda
Poni
untuk menarik
Jenis
Kuda Albino Amerika
Tinggi
(m)
1,45-1,7
Bobot
Badan
(kg)
450-700
Amerika Serikat
Habitat Asli
1,45-1,7
450-700
Amerika Serikat
Arab Saudi
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Inggris
Amerika Serikat
1,5-1,6
500-600
Amerika Serikat
1,55-1,6
500-550
Amerika Serikat
Arab Saudi
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Inggris
1,45-1,55
1,55-1,65
500-626
500-625
0,9-1,45
250-450
Shertlond
Inggris
kuda Thoroughbred
1,55-1,65
450-600
Inggris
Kuda Standardbred
1,45-1,55
450-600
Amerika Serikat
Kuda Quarter
1,45-1,55
500-600
Amerika Serikat
1,45-1,65
450-650
Inggris
1,45-1,7
450-700
Perancis
Jerman
Inggris
Inggris
Amerika Serikat
1,45-1,55
450-600
Amerika Serikat
0,9-1,45
250-450
Inggris
Shertland Isles
Isles
Kuda Sumba
Tinggi
Badan
(m)
1,27
Kuda Timor
1,22
Bentuk badan dan punggung lurus, leher pendek, bahu dan ekor yang
tinggi, bagian tengkuk dan ekor penuh bulu.
Kuda Sandel
1,35
Ukuran tubuh kecil, bentuk kepala kecil, mata besar, bulu lembut dan
berkilauan dan mempunyai kecepatan yang baik dan sangat efektif
dengan kuku kaki yang keras dan kuat.
Kuda Batak
1,32
Bentuk kepala bagus dengan bagian muka yang lurus, leher pendek
dan lemah. Memiliki bagian punggung yang panjang dan sempit
dengan kaki belakang ramping.
Kuda Jawa
1,27
Memiliki stamina yang baik dan tahan terhadap panas, ukuran tubuh
relatif lebih besar.
Kuda Padang
1,27
Kuda Sulawesi
1,25
Daya tahan tubuh kuat, kaki tegap dan kuat, dan bertempramen stabil.
Kuda Flores
1,24
Kuda Bima
Jenis Kuda
Karakteristik
Bentuk kepala terlihat lebih besar dibanding kaki. Sifatnya jinak dan
cerdas, punggung kuat, namun konformasi badan kurang sempurna.
Kuda Sulawesi
Kuda Sulawesi mirip dengan kuda Makassar. Kuda ini berasal dari pulau
Jawa, bertempramen stabil serta berdaya tahan kenyal. Hewan ini bisa digunakan
sebagai kuda tunggang atau kuda beban. Perangkat tubuhnya sempurna, berkaki
tegap, dan kuat. Jenis kuda ini berukuran tinggi 1,25 m, berotot kaki kuat, persendian
kuku jarang sakit (Soehardjono, 1990). Populasi kuda di Sulawesi Utara sebanyak
8.543 ekor (BPS, 2005).
Kota Manado
Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi
geografis 12440'-12450' Bujur Timur (BT) dan 130'-140' Lintang Utara (LU).
Iklim di kota ini adalah iklim tropis dengan rataan suhu 29,4-32,2 C pada siang hari
sedangkan suhu pada malam hari berkisar antara 21,6-23,2 oC (Hardjono, 2004).
Rataan curah hujan 3.187 mm/tahun dengan iklim terkering disekitar bulan Agustus
dan terbasah pada bulan Januari. Intensitas penyinaran matahari rata-rata 53% dan
kelembaban 84%. Jumlah populasi kuda di Kota Manado sebanyak 163 ekor
(manadokota.go.id).
Kota Tomohon
Kota Tomohon berada pada 115' LU dan 12450' BT. Luas Kota Tomohon
berdasarkan keputusan UU RI Nomor 10 Tahun 2003 sekitar 11.420 ha dengan
jumlah penduduk mencapai 87.719 jiwa. Wilayah Kota Tomohon memiliki
karakteristik topografi yang bergunung dan berbukit yang membentang dari utara ke
selatan. Akibat kondisi topografi tersebut maka pengembangan wilayah kota menjadi
terbatas. Rataan curah hujan 1.4222.364 mm (Hardjono, 2004). Rataan suhu hanya
berfluktuasi antara 22,02 C sampai 22,8 C dengan kelembaban berkisar antara
85%-91%. Jumlah populasi kuda di Kota Tomohon sebanyak 267 ekor
(tomohonkota.go.id).
Kabupaten Minahasa
Kabupaten Minahasa adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara,
Indonesia. Ibu kota kabupaten ini adalah Tondano. Kabupaten ini memiliki luas
wilayah 872,32 km (Hardjono, 2004). Minahasa dahulu disebut Tanah Malesung
adalah kawasan didalam provinsi di semenanjung Sulawesi Utara di Indonesia.
Jumlah populasi kuda di Kabupaten Minahasa sebanyak 3.439 ekor. Kabupaten ini
memiliki rataan suhu 21,9-22,6 oC (minahasa.go.id).
Kabupaten Minahasa Selatan
Kabupaten Minahasa Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang, berjarak
sekitar 64 km dari Manado. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.429,7 km2.
Rataan kelembaban berkisar antara 60%-90% sedangkan rataan suhu bulanan adalah
23,5 oC. Rataan curah hujan per tahun adalah 1.282 mm (Hardjono, 2004). Jumlah
populasi kuda di Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 170 ekor (minsel.go.id).
Protein Darah
Protein merupakan kompleks makromolekul yang terdiri dari asam amino dan
tersusun dengan adanya ikatan peptida dalam bentuk linear dan tidak bercabang.
Stuktur protein terbagi menjadi empat bentuk, yaitu struktur primer, sekunder,
tersier, dan kuartener (Rosenberg, 2005). Persentase protein dalam tubuh berkisar
antara 15%-18% dari bobot tubuh, sedangkan kandungan protein dalam plasma
berkisar antara 2%-3% dari bobot tubuh (Riis, 1983).
Protein darah merupakan salah satu bentuk makromolekul disamping asam
nukleat dan polisakarida, biokatalisator, hormon reseptor, dan tempat penyimpanan
informasi genetik. Makro molekul tersebut adalah biopolimer yang dibentuk dari unit
monomer. Unit monomer untuk asam nukleat adalah nukleotida, sedangkan
monomer untuk kompleks polisakarida adalah devirat gula dan monomer untuk
protein adalah asam amino (Rodwell, 1983).
Darah adalah jaringan yang beredar dalam sistem pembuluh darah yang
tertutup. Darah terdiri dari unsur-unsur sel darah merah/putih dan trombosit yang
terdapat dalam medium cair yang disebut plasma, campuran yang sangat kompleks
tidak hanya terdiri dari protein sederhana tetapi juga protein campuran seperti
glikoprotein dan berbagai jenis lipo-protein. Protein plasma dibagi dalam tiga bagian,
yakni fibrinogen, albumin, dan globulin, dimana albumin merupakan bahan yang
paling tinggi konsentrasinya dan mempunyai berat molekul paling rendah
dibandingkan molekul protein utama plasma.
Perbedaan bentuk setiap protein darah menurut Nicholas (1987) dapat
dideteksi dengan membedakan kecepatan geraknya dalam sel elektroforesis. Individu
homozigot menampilkan pita pada gel elektroforesis berbeda dibandingkan dengan
individu heterozigot. Cara ini sering dipakai pula untuk menelusuri hubungan
kekerabatan antara individu dengan melihat persamaan dan perbedaan protein darah
yang dimilikinya (Tabel 3).
Simbol Lokus
Jumlah Alel
Biasa
Jarang
(4)
A1B-Glycoprotein
A1B
Aspartate aminotransferase
AAT
Albumin
ALB
Acid phosphatase
AP
Complement component 3
C3
Carbonic anhydrase
CA
CAT
Ceruloplasmin
CP
NADH diaphorase
DIA
ES
10
FUCA
GC
Glucosephosphate isomerase
GPI
Haptoglobin
HP
Haemoglobin alpha
HBA
Malic enzyme 1
MET
Mannosephosphate isomerase
MPI
Peptidase A
PEPA
Plasminogen
PLG
Phosphoglucomutase
PGM
6-PGD
(2)
PI
25
(+)
RCP
Serum protein 3
SP3
Transferrin
TF
15
BLG-II
Catalase
Serum carboxylesterase
Fucosidase alpha
6-Phosphogluconate dehydrogenase
Protease inhibitor
Lactoglobulin beta II
(+)
(+)
(2)
(+)
dan protein terdiri dari satu atau lebih rangkaian polipeptida yang dibawa oleh gen
pada lokus yang sama atau berbeda sehingga dengan adanya pola pita polimorfisme
protein dan enzim dapat dianggap sebagai ciri fenotipe dari suatu individu. Pita-pita
yang terbentuk dapat diduga protein atau enzim yang dibawa oleh alel gen dalam
lokus yang sama atau lokus yang berbeda (non alel gen) (Selander, 1976; Nicholas,
1987).
Beberapa polimorfisme protein dapat dipelajari dalam darah, telur dan organ
tubuh burung puyuh (Maeda et al., 1972). Kimura et al. (1980) menyatakan bahwa
protein darah merupakan produk langsung dari gen yang relatif tidak terpengaruh
oleh perubahan lingkungan, selain itu pula protein ini terdiri dari satu atau lebih
rangkaian polipeptida yang dibawa oleh gen pada lokus yang sama atau lokus yang
berbeda, sehingga dengan adanya pola pita yang memiliki karakterisitik tertentu pada
polimorfisme protein, dapat dianggap sebagai fenotip dari suatu individu. Lebih
lanjut Maeda et al. (1980) menyatakan bahwa untuk melakukan studi polimorfisme
dapat digunakan teknik elektroforesis sebagai proses analisisnya, dan eletroforesis
tidak hanya digunakan untuk mendeteksi variasi alel dan gen dari suatu individu
tetapi dapat juga digunakan untuk menduga variasi genetik dalam populasi.
Nicholas (1987) menyatakan perbedaan bentuk setiap protein darah dapat
dideteksi dengan membedakan kecepatan gerakannya dalam elektroforesis gel.
Selanjutnya dinyatakan bahwa molekul yang lebih kecil akan bergerak lebih cepat
dan lebih jauh dalam satuan waktu yang sama. Banyaknya kelompok keragaman
bentuk protein darah menunjukkan karakteristik protein darah tertentu. Setiap
kelompok protein darah akan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Protein tersebut merupakan penampilan bentuk alel pada lokusnya. Harper et al.
(1980) menyatakan bahwa jika arus listrik dialirkan pada suatu media penyangga
yang telah berisi protein plasma, maka proses migrasi terhadap komponen-komponen
protein tersebut dimulai. Protein albumin mengalami proses migrasi yang lebih cepat
dibandingkan dengan protein lainnya (protein globulin).
Warwick et al. (1990) menyatakan bahwa sejumlah besar perbedaanperbedaan yang diatur secara genetis telah ditemukan dalam globulin (Transferrin),
Albumin, enzim-enzim darah dan Hemoglobin. Perbedaan-perbedaan tersebut
ditentukan dengan prosedur biokimia, antara lain dengan elektroforesis. Lebih lanjut
10
presipitasi protein selama sampel dimasukkan kedalam gel dan meningkatkan bentuk
yang tegas pada pita protein.
13
Bahan IB
Bahan IC
Bahan ID
Bahan IIB
Bahan IIC
Bahan IID
Buffer Elektroda
Buffer elektroda yang digunakan terdiri dari 1,5 g Tris, 7,2 g Glycine dan
ditambahkan aquadestilata hingga 1 liter.
Pewarnaan Protein
Bahan-bahan untuk pewarnaan protein terdiri dari bahan pewarna plasma,
bahan pewarna sel darah merah, dan bahan pencuci. Bahan larutan pewarna
Coomassie Brilliant Blue 250 R (untuk plasma) terdiri dari 1,25 g Coomassie
Brilliant Blue; 225 ml methanol; 50 ml asam asetat, dan 225 ml aquadestilata. Bahan
larutan pewarna Ponceau-S (untuk sel darah merah) terdiri dari 5 g TCA; 100 ml
aquadestilata dan 0,5 g Ponceau-S dalam aquadestilata. Bahan untuk larutan
pencuci terdiri dari 800 ml aquadestilata; 150 ml methanol; dan 50 ml asam asetat.
15
Prosedur
Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah kuda sebanyak 3 ml melalui vena jugularis
dengan menggunakan venojact lalu segera dimasukkan kedalam tabung vaccutainer
yang dimasukkan kedalam termos es dan disimpan dalam suhu 4 C.
Preparasi Sampel
Darah yang didapatkan disentrifugasi pada kecepatan 8000 rpm selama 30
menit. Plasma yang terbentuk kemudian dipindahkan ke tabung 1,5 ml dan disimpan
pada suhu 4
Keterangan:
= frekuensi genotipe ke ii
= jumlah sampel bergenotipe ii
N = jumlah seluruh sampel
17
Frekuensi Alel
Frekuensi alel merupakan rasio relatif suatu alel terhadap keseluruhan alel
pada suatu lokus dalam populasi. Model matematika frekuensi alel (Nei dan Kumar,
2000):
Keterangan:
Xi = frekuensi alel ke i
nii = jumlah sampel yang bergenotipe ii
nij = jumlah sampel yang bergenotipe ij
N = jumlah seluruh sampel
Keterangan:
2 = Chi-Kuadrat
O = nilai pengamatan
E = nilai harapan
= sigma (jumlah dari nilai-nilai)
Suatu popluasi dikatakan seimbang jika nilai 2 yang didapatkan lebih kecil
daripada 2 tabel pada selang kepercayaan 5% dan derajat bebas tertentu.
Heterozigositas
Ketika frekuensi alel dipelajari di banyak lokus, tingkat keragaman genetik
dalam sebuah populasi biasanya diukur dengan rataan keanekaragaman gen, yang
sering disebut rataan heterozigositas (Weir, 1996). Keragaman gen pada lokus dapat
dilambangkan sebagai berikut:
Keterangan:
H = nilai heterozigositas
N1ij= jumlah individu heterozigot pada lokus ke-1
N = jumlah individu yang diamati
18
19
Gambar 7. Visualisasi Pola Pita Alb, PAlb, Tf, PTf-1, dan PTf-2
Gambar 8. Rekonstruksi Pola Pita Alb, PAlb, Tf, PTf-1, dan PTf-2
Tabel 4. Frekuensi Genotipe Lokus Alb, PAlb, Tf , PTf-1 dan PTf-2 Kuda Lokal
Sulawesi Utara
Lokus
Genotipe
Tomohon
Populasi Kuda
Minahasa
Manado
Selatan
0,43
0,62
Minahasa
Rataan
Total
0,61
0,57
AA
0,80
AB
0,10
0,50
0,23
0,30
0,33
BB
0,10
0,07
0,15
0,09
0,10
AA
0,00
0,00
0,00
0,04
0,01
Post Albumin
AB
1,00
0,75
1,00
0,78
0,84
(PAlb)
BB
0,00
0,25
0,00
0,13
0,14
AC
0,00
0,00
0,00
0,04
0,01
AB
0,50
0,46
0,46
0,52
0,49
BB
0,10
0,32
0,46
0,30
0,31
BC
0,40
0,21
0,08
0,17
0,20
AA
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
AA
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Albumin (Alb)
Transferrin (Tf)
21
22
23
Hemoglobin
Tipe
Tomohon
Manado
Tipe 1
0,80
0,39
Tipe 2
0,20
0,61
Total
Minahasa Minahasa
Selatan
0,31
0,70
0,69
0,30
0,51
0,49
24
Alel
A
0,85
0,68
Minahasa
Selatan
0,73
0,15
0,32
0,50
Tomohon Manado
Albumin (Alb)
Post Albumin
(PAlb)
Transferrin
(Tf)
PTf-1
PTf-2
Total
Minahasa
0,76
0,74
0,27
0,24
0,26
0,38
0,50
0,46
0,44
0,50
0,62
0,50
0,52
0,55
0,00
0,00
0,00
0,02
0,01
0,25
0,23
0,23
0,26
0,24
0,55
0,66
0,73
0,65
0,66
0,20
0,11
0,04
0,09
0,10
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Frekuensi alel tertinggi ditemukan pada lokus Alb alel A sebesar 0,85 dan
terendah pada alel B sebesar 0,15 di populasi Tomohon. Rataan total frekuensi alel A
dan B pada lokus Alb yaitu 0,74 dan 0,26. Nilai hasil frekuensi alel A lokus Alb yang
diperoleh lebih tinggi dari nilai frekuensi alel A pada lokus Alb pada kuda Lombok
yaitu sebesar 0,625 (Nozawa et al., 1981). Akan tetapi nilai frekuensi alel tertinggi
pada kuda Czesh, Trakehner, Moravian, dan Turkoman berturut-turut adalah alel B
sebesar 0,68; 0,81; 0,66; dan 0,52 (Jiskrova et al,. 2002; Afraz et al., 2006). Hal ini
menunjukkan adanya variasi pada lokus Albumin.
Frekuensi alel tertinggi pada lokus PAlb alel B sebesar 0,62 ditemukan di
daerah Manado dan terendah pada alel C sebesar 0,00. Rataan total frekuensi alel A,
B, dan C pada lokus PAlb berturut-turut yaitu 0,44, 0,55 dan 0,01. Nilai rataan total
frekuensi alel tertinggi adalah alel B sebesar 0,55. Sedangkan nilai frekuensi alel B
pada lokus PAlb yang diperoleh kuda Batak, Lombok, dan Flores berturut-turut yaitu
sebesar 0,84; 0,70; dan 0,71 (Nozawa et al.,1981). Hal ini menunjukkan adanya
variasi pada lokus Post Albumin.
Frekuensi alel tertinggi pada lokus Tf yaitu alel B sebesar 0.73 dan terendah
pada alel C sebesar 0,04 di Kabupaten Minahasa Selatan. Rataan total frekuensi alel
25
A, B, dan C pada lokus Tf berturut-turut yaitu 0,24, 0,66 dan 0,10. Nilai rataan total
frekuensi alel tertinggi adalah alel B sebesar 0,66. Penelitian yang dilakukan Nozawa
et al. (1981) pada kuda Batak, Lombok, Padang, dan Flores juga menunjukkan
frekuensi alel tertinggi adalah alel B yaitu sebesar 0,84; 0,77; 0,70; dan 0,77
(berturut-turut). Penelitian Zaabal dan Ahmed (2010) pada kuda Arab menunjukkan
frekuensi alel tertinggi pada lokus Tf adalah alel D sebesar 0,78. Penelitian yang
dilakukan Afraz et al. (2006) pada kuda Iranian Kurd dan Turkoman menunjukkan
bahwa alel D pada lokus Tf bersifat aditif dan dapat mengontrol tingkat fertilitas.
Sedangkan frekuensi alel tertinggi pada lokus PTf-1 dan PTf-2 masing-masing pada
alel A sebesar 1,00 dan terendah pada alel B sebesar 0,00 untuk semua populasi.
Keseimbangan Hardy-Weinberg
Hukum Hardy-Weinberg menggambarkan keseimbangan suatu lokus dalam
populasi diploid yang mengalami perkawinan secara acak yang bebas dari faktor
yang berpengaruh terhadap terjadinya proses evolusi seperti mutasi, migrasi, dan
pergeseran genetik (Gillespie, 1998). Hasil pengujian keseimbangan populasi
terhadap lokus Albumin, Post Albumin, Transferrin, Post Transferrin-1, dan Post
Transferrin-2 pada kuda lokal Sulawesi Utara disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji 2 pada Populasi Kuda Lokal Sulawesi Utara
Lokus
Populasi (n)
Alb
PAlb
Tf
PTf-1
PTf-2
Tomohon (10)
3.695 tn
10,000*
td
td
td
Manado (28)
0.598 tn
10.080*
td
td
td
2.223 tn
13,000*
td
td
td
Minahasa (23)
0.616tn
9.875*
td
td
td
26
terdapat tiga macam genotipe dan tiga macam alel. Derajat bebas 2 merupakan hasil
pengurangan antara jumlah genotipe dengan jumlah alel (Allendorf dan Luikart,
2007). Lokus Post Transferrin 1 dan 2 tidak dapat dianalisis karena bersifat
monomorfik. Suatu populasi dinyatakan dalam keseimbangan Hardy-Weinberg, jika
frekuensi genotipe (p2, 2pq, dan q2) dan frekuensi alel (p dan q) konstan dari generasi
ke generasi akibat penggabungan gamet yang terjadi secara acak. Populasi yang
cukup besar tidak akan berubah dari satu generasi ke generasi lainnya jika tidak ada
seleksi, migrasi, mutasi, dan genetic drift (Noor, 2008).
Heterozigositas
Heterozigositas menggambarkan adanya variasi genetik pada suatu populasi.
Semakin tinggi nilai heterozigositas pada suatu populasi maka tinggi pula variasi
genetik pada populasi tersebut (Ferguson, 1980). Pendugaan nilai heterozigositas
dihitung untuk mendapatkan keragaman genetik dalam populasi yang dapat
digunakan untuk membantu program seleksi pada ternak yang akan digunakan
sebagai sumber genetik pada generasi berikutnya (Marson et al., 2005). Pada
penelitian
ini,
lokus
PTf-1
dan
PTf-2
tidak
dilakukan
penghitungan
Populasi Kuda
Total
Alb
PAlb
Tf
Tomohon
0,10
1,00
0,90
0,67
Manado
0,50
0,75
0,68
0,64
Minahasa Selatan
0,23
1,00
0,54
0,59
Minahasa
0,30
0,83
0,69
0,61
Rataan
0,34
0,85
0,69
0,63
dikarenakan kuda yang ada di Kota Tomohon lebih banyak disilangkan dengan kuda
Thoroughbred sehingga memiliki ukuran tubuh (tinggi pundak) yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kuda di daerah lainnya. Rataan tinggi pundak kuda di Kota
Tomohon, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kabupaten Minahasa
berturut-turut adalah 134,22; 117,00; 115,91; dan 122,33 cm.
Nilai rataan heterozigositas total pada kuda Sulawesi Utara yang meliputi
empat populasi adalah sebesar 0,63. Hasil penelitian Nozawa et al. (1981) pada kuda
lokal di Indonesia menyatakan bahwa nilai heterozigositas kuda Lombok, Batak,
Padang dan Flores berturut-turut adalah 0,091; 0,087; 0,093; 0,100. Jiskrova et al.
(1992) menyatakan bahwa nilai heterozigositas kuda Czesh, kuda Trakhner, dan
kuda Moravian berturut-turut adalah 0,367; 0,319; dan 0,353. Rataan nilai
heterozigositas kuda Sulawesi Utara lebih tinggi dibandingkan dengan kuda lokal
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kuda lokal Sulawesi Utara lebih bervariasi
dibandingkan dengan kuda lokal lainnya. Hal ini kemungkinan dikarenakan kuda
lokal di Sulawesi Utara belum dilakukan seleksi secara sistematis sehingga nilai
heterozigositasnya masih tinggi.
Jarak Genetik dan Pohon Filogenetik
Jarak genetik merupakan tingkat perbedaan gen (perbedaan genom) antara
dua populasi, yang biasa dihitung berdasarkan fungsi dari frekuensi alel. Jarak
genetik dapat digunakan dalam memperkirakan waktu terjadinya pemisahan antar
populasi dan dapat juga digunakan dalam membangun pohon filogenetik (Nei and
Kumar, 2000). Pohon filogenetik atau pohon evolusi adalah pohon yang
menunjukkan hubungan evolusi antara berbagai spesies yang diyakini memiliki
nenek moyang yang sama. Dalam sebuah pohon filogenetik, setiap node dengan
keturunan merupakan nenek moyang terbaru dari keturunan, dan panjang tepi dalam
beberapa pohon sesuai dengan perkiraan waktu (Miller, 2009). Berdasarkan hasil
analisis jarak genetik dan pohon kekerabatan diperoleh bentuk pohon kekerabatan
yang disajikan pada Tabel 9 dan Gambar 11.
28
Tomohon
Tomohon
Manado
Minahasa
Selatan
Manado
0,0138
Minahasa Selatan
0,0120
0,0059
Minahasa
0,0058
0,0038
0,0019
Minahasa
29
30
selalu
memberikan
nasehat
dan
motivasi
kepada
Penulis.
Penulis
menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur,Sc.
dan Bapak Dr. Jakaria, S.Pt, M.Si atas segala perhatian, bimbingan, motivasi, dan
arahannya. Terima kasih juga Penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Juvarda B.
Takaendengan, M.Si atas materi penelitian yang diberikan kepada Penulis. Terima
kasih Penulis ucapkan kepada Prof.Dr.Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc selaku dosen
pembahas pada seminar. Terima kasih Penulis ucapkan kepada Pror. Dr. Ir. Pollung
H. Siagian, MS dan Prof.Dr.Ir. Nahrowi, M.Sc atas masukan terhadap skripsi
Penulis.Terima kasih kepada Dr. Drh. Amrozi, M.Sc dan Dr. Dra. R.Iis Arifiantini,
M.Si yang membantu penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kak Eryk yang memberikan
bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi. Terima kasih juga Penulis
sampaikan kepada teman-teman tim penelitian (Vania, Cintya, Justian, dan Fuad).
Terima kasih kepada teman-teman di Laboratorium (Kak Ires, Kak Surya, Pak Andi,
Pak Ihsan, Desi, Gina, Ferdy, Paulina, Lenny, Irine, Wike, Icha, Diny, Gabby, dan
Tifanny) serta teman seperjuangan Kang Asep. Terima kasih kepada teman-teman
IPTP 44 dan teman-teman GWerz atas kerjasama, keceriaan, dan kekeluargaannya
selama ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada teman-teman kelompok
kecil, Kak Desra, Marika Veraria, dan Fanny Aprilta atas dukungan doa yang telah
diberikan.
Bogor, 23 Maret 2011
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Afraz F., R. Hemmaty, & S. Shamsa. 2006. Genetic polymorphism of blood proteins
in Iranian Kurd and Turkoman horse populations. J. Bio Sci 9 (1): 155-159.
Allendorf, F.W. & G. Luikart. 2007. Conservation and the Genetics of Populations.
Blackwell Publishing. USA.
Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Peternakan. BPS. Jakarta.
Blakely, J. & D.H. Blade. 1991. The Science of Animal Husbandry. Prentice-Hall
Inc, New Jersey.
Blott, S., J.J. Kim, S. Moisio, A.S. Kuntzel, A. Cornet, P. Berzi, N. Cambiaso, C.
Ford, B. Grisart, D. Johnson, L. Karim, P. Simon, R. Snell, R. Spelman, J.
Wong, J. Vilkki, M. Georges, F. Farnir, & W. Coppeters. 2003. Molecular
dissection of a quantitative trait locus: a phenylalanine-to-tyrosine
substitution in the transmembrane domain of the bovine growth hormone
receptor is associated with a major effect on milk yield and composition.
Genet. 163:253-266.
Bowling, A.T & A. Ruvinsky. 2000. The Genetics of the Horse. CAB International
Publishing. London.
Edward, E.H. 1994. The Encyclopedia of Horse. London. Dorling Kindersley
Limited.
Ensminger, M.E. 1962. Animal Science. Animal Agriculture Series. 5th Ed. Printers
& Publisher, Inc. Danville, Illinois.
Eo, S., J. Hyun, W.S. Lee, T. Choi, S.J. Rhim & K. Eguchi. 2002. Effects of
topography on dispersal of black-billed magpie Pica pica sericea revealed by
population genetic analysis. J. Ethology. 20 (1): 43-47.
Ferguson, A. 1980. Biochemical Systematics and Evolution Lecturer in Zoology.
The Queens University of Belfast. London.
Gillespie, J. H. 1998. Population Genetics, A Concies Guide. The Johns Hopkins
University Press. London.
Hardjono, G. D. 2004. Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon Provinsi Sulawesi
Utara.http://www.dephut.go.id/halaman/PDF/INFPROP/sulut/lahankritis/kota
tomohon/Bab_II.pdf [4 Maret 2011].
Hardjono, G. D. 2004. Data Spasial Lahan Kritis Kota Manado Provinsi Sulawesi
Utara.http://www.dephut.go.id/halaman/PDF/INFPROP/sulut/lahankritis/kota
manado/Bab_II.pdf [4 Maret 2011].
Hardjono, G. D. 2004. Data Spasial Lahan Kritis Kabupaten Minahasa Provinsi
Sulawesi Utara.http://www.dephut.go.id/halaman/PDF/INFPROP/sulut/
lahankritis/minahasa/Bab_II.pdf [4 Maret 2011].
Hardjono, G. D. 2004. Data Spasial Lahan Kritis Kabupaten Minahasa Selatan
Provinsi Sulawesi Utara.http://www.dephut.go.id/halaman/PDF/INFPROP/
sulut/lahankritis/minahasaselatan/Bab_II.pdf [4 Maret 2011].
Harper, H., A.W. Rodwel & P.A. Mayes. 1980. Biokimia. Edisi ke 17. Lange EGC.
Hartl, D.L. 1988. A Primer of Population Genetics. 2nd Ed. Sinauer Associates,
Inc.USA.
Jiskrova, J., V. Glasnak, & D. Misar. 2002. The use of blood protein polymorphism
for determining the genetic distance between the Moravian warm-blooded
horse and the Czech warm-blooded and Trakehner horses. J. Anim. Sci. 47
(3): 98-105.
Kimura, M., M.Ishi Puro, S.Ito & I. Isogai. 1980. Protein polymorphism and genetic
variation in a population of the Japanese quail. Japan. Poul. Sci. 17: 312-322.
Lippi, A.S & N. Mortari. 2003. Studies of bloods group and protein polymorphism in
the Brazilian horse breeds Mangalarga Marchador and Mangalarga (Equus
caballus). Genetics and Molecular Biology 26 (4): 431-434. Brazilian Society
of Genetics. Brazil.
Maeda, Y., T. Hashiguchi & M. Taketomi. 1972. Genetical studies on serum alkaline
phosphatase isozyme in the Japanese quail. Japan. J. Genet. 47: 165-170.
Maeda, Y., K.W. Hasburn & H.L. Marks. 1980. Protein polimorphisms in quail
population selected for large body size. Anim. Blood Grps. Blochen. Genet.
11:215-260.
Marson, E.P., J.B.S. Ferraz, F.V. Meirelles, J.C.C. Balieiro, J.P. Eler, L.G.G.
Figuerido, & G.B. Mourao. 2005. Genetic characterization of European-Zebu
composite bovine using RFLP markers. Genet. Mol. Res. 4: 496-505.
Miller, F. P. 2009. Molecular Phylogenetics. VDM Publishing House Ltd.
Nei, M. & Kumar S. 2000. Molecular Evolution and Phylogenetics. Oxford
University Press. New York.
Nicholas, F.W. 1987. Veterinary Genetics. Clarendon Press. Oxford.
Noor, R.R. 2008. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nozawa, K., T. Amano, M. Katsumata, S. Suzuki, T. Nishida, T. Namikawa,
Harimurti M., Bambang P., & Harun N. 1981. Morphology and gene of the
Indonesian horses . The Research group of Overseas Scientific Survey.
Ohsawa, T., Y. Saito, H. Sawada, & Y. Ide. 2008. Impact of altitude and topography
on the genetic diversity of Quercus serrata populations in the Chichibu
Mountain central Japan. 203(3): 187-196.
Omstein L. 1964. Disc Electrophoresis I. Background and Theory. Ann New York
Acad Sci. 121 (1964) 321349.
Riis, P.M. 1983. Dynamic Biochemistry of Animal Production. Elsevier Science
Publishing Company Inc. New York.
Rodriquez-Gallardo, P. P., P.Aguilar Sanchez, J.L. vega Pla, & D.F. de Andres Cara.
1992. Blood group and protein polymorphism gene frequencies for the
Andalusian horse breed. A comparison with four American horse breeds.
Arch. Zootec. 41 (extra): 433-442. Instituto de Zootecnia. Espana.
34
Rodwell, V.W. 1983. Protein Biokimia (Review of Biochemistry). Edisi 19. EGC
Penerbit Buku Kedokteran.
Rosenberg, I. M. 2005. Protein Analysis and Purification Benchtop Technigues. 2nd
Ed. Birkhauser. USA.
Sandberg, K. & E.G. Cothran. 2000. Blood Groups and Biochemical Polymorphisms.
In: The Genetics of The Horse. Eds. A.T. Bowling and A.Ruvinsky. CAB
International. UK.
Selander, R.K. 1976. Genetic Variation in Natural Populations. Dalam: Molecular
Evolution. Sinauer Associates Inc. Sunderland.
Soehardjono, O. 1990. Kuda. Jakarta: Yayasan Pamulang Equstrian Centre.
Stenesh, J. 1984. Experimental Biochemistry. Western Michigan University. Allyn
and Bacon Inc. Boston.
Warwick, E.J., J.M. Astuti, & W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Weir, B.S. 1996. Genetic Data Analysis: Method for Discrete Population Genetic
Data. Second ed. Sinauer Associates. Sunderland. MA, USA.
Westermeier, R. 2005. Electrophoresis in Practice. Wiley-VCH Verlag GmbH and
Co. KGaA. Weinheim, Germany.
Zaabal, M.M. & W. M. Ahmed. 2010. Monitoring of gene markers associated with
fertility in purebred Arabian stallions. J.Repro and Ferti. 1(2): 41-44.
35
LAMPIRAN
Tomohon
Minahasa
Minahasa Selatan
Manado
37