Você está na página 1de 41

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah ablasio retina (retinal detachment) menandakan pemisahan
retina sensorik dari epitel pigmen retina. Terdapat tiga jenis utama ablasio
retina, yaitu: ablasio retina regmatogenosa, epitel retina traksi (tarikan), dan
ablasio retina eksudatif.
Insiden ablasio retina di Amerika Serikat adalah 1:15.000 populasi
dengan prevalensi 0,3%. Sumber lain menyatakan bahwa insidens ablasio
retina di Amerika Serikat adalah 12,5:100.000 kasus per tahun atau sekitar
28.000 kasus per tahun.
Secara internasional, faktor penyebab ablasio retina terbanyak adalah
miopia 40-50%, operasi katarak (afakia, pseudofakia) 30-40%, dan trauma
okuler 10-20%. Ablasio retina lebih banyak terjadi pada usia 40-70 tahun,
tetapi bisa terjadi pada anak-anak dan remaja lebih banyak karena trauma.
Ablasio retina regmatogenosa merupakan ablasio retina yang paling
sering terjadi. Sekitar 1 dari 10.000 populasi normal akan mengalami ablasio
retina regmatogenosa. Kemungkinan ini akan meningkat pada pasien yang:
1. Memiliki miopia tinggi;
2. Telah menjalani operasi katarak, terutama jika operasi ini
mengalami komplikasi kehilangan vitreus;
3. Pernah mengalami ablasio retina pada mata kontralateral;
4. Baru mengalami trauma mata berat.
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya.Retina manusia merupakan suatu
struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri dari lapisan-lapisan badan sel
dan prosesus sinaptik.Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana
apabila dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina
memiliki daya pengolahan yang sangat canggih.Pengolahan visual retina
diuraikan oleh otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk
berlangsung di korteks.

Retina merupakan jaringan neurosensoris yang terbentuk dari


perpanjangan sistem saraf pusat sejak embriogenesis.Retina berfungsi untuk
mengubah energi cahaya menjadi impuls listrik yang kompleks yang
kemudian ditransmisikan melalui saraf optik, chiasma optik, dan traktus visual
menuju korteks occipital sehingga menghasilkan persepsi visual.Bagian
sentral retina atau daerah makula sebagian besar terdiri dari fotoreseptor
kerucut yang digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan
fotopik), sedangkan bagian perifer retina sebagian besar terdiri dari
fotoreseptor batang yang digunakan untuk penglihatan perifer dan malam
(skotopik).
Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya
sel kerucut dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina.Pada keadaan ini
sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran Brunch.Sesungguhnya
antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlengketan
struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah
yang potensial untuk lepas secara embriologis (James Bruce, 2003).
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel
pigmen epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh
darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan
fungsi penglihatan yang menetap.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ablasio retina ?
2. Bagaimana etiologi dari ablasio retina ?
3. Bagaimana patofisiologi dari ablasio retina ?
4. Bagaimana WOC dari ablasio retina ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari ablasio retina ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari ablasio retina ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari ablasio retina ?
8. Bagaimana mengetahui komplikasi dari ablasio retina ?
9. Bagaimana cara pencegahan dari ablasio retina ?
10. Apa saja klasifikasi dari ablasio retina ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan dari ablasio retina ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari ablasio retina.

2. Mengetahui etiologi dari ablasio retina.


3. Mengetahui patofisiologi dari ablasio retina.
4. Memahami WOC dari ablasio retina.
5. Mengetahui manifestasi klinis dari ablasio retina.
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari ablasio retina.
7. Mengetahui penatalaksanaan dari ablasio retina.
8. Mengetahui komplikasi dari ablasio retina.
9. Mengetahui carapencegahan dari ablasio retina.
10. Mengetahui klasifikasi dari ablasio retina.
11. Memahami asuhan keperawatan dari ablasio retina.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Ablasia retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang dari
sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat
dengan membran Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina
tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen epitel,
sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel
akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang

bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap


(James Bruce, 2003 ) .

Dikenal 3 bentuk ablasi retina : (a) Ablasi retina regmatogenosa, (b) Ablasi
retina eksudatif, (c) Ablasi retina traksi ( tarikan ).
Ablatio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan
epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensory, bagian retina
yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi
nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya
dan berakibat hilangnya penglihatan.( C. Smelzer, Suzanne, 2002 )
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen
epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid
yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.
Beberapa penyebab terjadinya ablasio retina adalah a) miopia, pada
miopia berat, ukuran anteroposterior mata membesar dan mengakibatkan desakan
pada retina. Miopia berat muncul pada dua pertiga klien ablasio retina ; b) trauma
atau penggunaan fisik yang kuat dan mendadak akan menyebabkan robekan retina
; c) afakia, afakia menyebabkan pergerakan viteus ke depan ; d) degenerasi retina/
vitreus.

B. Klasifikasi
Klasifikasi ablasio retina berdasarkan etiologinya terdiri atas :
1. Ablasio Retina Regmatogenosa
Pada tipe ini pelepasan retina timbul akibat adanya robekan pada
retina. Robekan retina secara umum disebut retinal break, robekan retina
yag disebabkan karena traksi vitreretina disebut retinal tear , robekan
retina yang timbul sekunder dari suatu atropi atau deteotorisasi retina
disebut retinal hole.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya vitrous cair ke
dalam rongga subretina melalui robekan retina yaitu, adanya pergerakan
bolamata, adanya traksi vitrous pada pinggir robekan, faktor gravitasi dan
adanya posterior vitreous detachment.
Ablasio retina regmatogn sering didahului oleh adanya posterior
vitreous detachment (PVD), yaitu adanya pelepaan jaringan vitreous
posteriordari membran limitans interna. Usia lanjut akan menyebabkan
kadar asam hialuronidase dalam viteous menurun sehingga topmpangan
anyaman kolagen berkurang, kolagen kolaps, vitreous posterior lepas.
Vitreous yang mengkerut ini di dalam rongga vitreous akan bergerakgerak sehingga menimbulkan traksi vitreoretinal pada bagian yang masih
melekat dengan retina. Traksi ini akhirnya dapat menmbulkan robekan
retina. Lokasi robekan biasanya di depan ekuator, karena di belakang
ekuator lapisan retina lebih tebal serta diperkuat dengan adanya pembuluh
darah retina (Ilyas S, 2003 ).

Ablasio retina regmatogenosa dapat diklasifikasikan berdasarkan


patogenesis, morfologi dan lokasi.
Berdasarkan patogenesisnya, dibagi menjadi
a. Tears: disebabkan oleh traksi vitreoretina dinamik dan memiliki
predileksi di superior dan lebih sering di temporal daripada nasal.
b. Holes: disebabkan oleh atrofi kronik dari lapisan sensori retina,
dengan predileksi di daerah temporal dan lebih sering di superior
daripada inferior, dan lebih berbahaya dari tears.

Berdasarkan morfologi, ablasi retina regmatogenosa dibagi menjadi :


6

1) U-tears: terdapat flap


2)
3)
4)
5)

yang menempel pada retina di bagian

dasarnya,
incomplete U-tears: dapat berbentuk L atau J,
operculated tears: seluruh flap robek dari retina,
dialyses: robekan sirkumferensial sepanjang ora serata
giant tears.

Berdasarkan lokasi, dibagi menjadi :


a) oral: berlokasi pada vitreous base,
b) post oral: berlokasi di antara batas posterior dari vitreous base dan
equator,
c) equatorial
d) post equatorial: di belakang equator
e) macular: di fovea.
2. Ablasio Retina Traksi
Ablasio retina Traksi terjadi apabila terdapat kelainan patologis
vitreoretinal yang secara mekanik menarik retina lepas dari pigmen retina.
Kelainan ini dapat terjadi pada Retinopati Diabetik Proliferatif,
Vitreoritenopati ploriferatif, trauma dan Retinopathy of Prematurity.
Penyebab lain bisa kerusakan mata akibat sickle sel, okulasi vena retina,
retinopti pada rematuritas, perdarahan badan kaca akibat pembedahan, dan
infeksi (Ilyas S, 2003 ).
3. Ablasio Retina Eksudatif
Ablasi retina eksudatif, ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya
aksudatif di bawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan
subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan
koroid. Hal ini disebabkan penyakit koroid. Pada ablasi tipe ini
penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasi ini dapat
hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau
hilang (Ilyas S, 2003 ).

Gambar 8.Ablatio Retinae Eksudatif


Etiologi dari ablasio eksudatif yaitu dapat terjadi secara spontan,
dengan trauma, uveitis, tumor, skleritis, DM, koroiditis, idiopatik, CVD,
Vogt-Koyanagi-Harada syndrome, kongenital, ARMD, sifilis, reumatoid
artritis, atau kelainan vaskular.
Ditandai dengan adalanya akumulasi cairan pada ruang subretina
dimana tidak terjadi robekan retina dan traksi. Asal cairan ini dari
pembuluh darah retina, atau koroid, atau keduanya. Hal ini dapat terjadi
pada penyakit vaskular, radang, atau neoplasma pada retina, epitel
berpigmen, dan koroid dimana cairan bocor keluar pembuluh darah dan
terakumulasi di bawah retina. Selama epitel berpigmen mampu memompa
cairan yang bocor ini ke sirkulasi koroid, tidak ada akumulasi dalam ruang
subretina dan tidak akan terjadi ablasio retina. Akan teteapi, jika proses
berlanjut dan aktivitas pompa epitel berpigmen normal terganggu, atau
8

jika aktivitas epitel berpigmen berkurang karena hilangnya epitel


berpigmen atau penurunan suplai metabolik (seperti iskemia), kemudian
cairan mulai berakumulasi dan terjadi ablasio retina. Tipe ablasio retina
ini dapat juga disebabkan oleh akumulasi darah pada ruang subretina
(ablasio retina hemoragika. Penyakit radang dapat menyebabkan ablasio
retina serosa termasuk skleritis posterior, oftalmia simatetik, penyakit
Harada, pars planitis, penyakit pembuluh darah vaskular. Penyakit
vaskular adalah hipertensi maligna, toksemia gravidarum, oklusi vena
retina, penyakit Coat, penyakit angiomatosa retina, dan pembentukan
neovaskularisasi koroid.

C. Etiologi
Menurut C. Smelzer, Suzanne (2002) faktor penyebab nya yaitu :
1. Malformasi congenital
2. Kelainan metabolism
3. Penyakit vaskuler
4. Inflamasi intraokuler
5. Neoplasma
6. Trauma
7. Perubahan degenerative dalam vitreus atau retina
Pada bayi prematur, ablasio retina bisa terjadi akibat retinopati akibat
prematuritas. Selama proses terlepasnya retina, perdarahan dari pembuluh
darah retina yang kecil bisa menyebabkan kekeruhan pada bagian dalam mata
yang dalam keadaan normal terisi oleh humor vitreus. Jika terjadi pelepasan
macula, akan terjadi gangguan penglihatan pusat lapang pandang.
Faktor resiko terjadinya ablasio retina adalah :
1.
2.
3.
4.

Rabun dekat
Riwayat keluarga dengan ablasio retina
Diabetes yang tidak terkontrol
Trauma

Faktor predisposisi :

Mata dengan myopia tinggi, pasca retinitis, ekstraksi katarak dan


retina yang memperlihatkan degenerasi diperifer.
Sebagian besar lepasnya retina terjadi akibat adanya satu atau lebih
robekan-robekan kecil atau lubang-lubang di retina. Kadang-kadang proses
penuan yang normalpun dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan kurang
sehat, tetapi yang lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan pada
retina adalah menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih seperti agar-agar
yang mengisi bagian tengah mata. Korpus vitreum erat melekat ke retina pada
beberapa lokasi di sekeliling dinding mata bagian belakang. Bila korpus
vitreum menyusut, ia dapat menarik sebagian retina bersamanya, sehingga
menimbulkan robekan atau lubang pada retina. Walaupun beberapa jenis
penyusutan korpus vitreum merupakan beberapa hal yang normal terjadi pada
peningkatan usia dan biasanya tidak menimbulkan kerusakan pada retina,
korpus vitreum dapat pula menyusut pada bola mata yang tumbuh menjadi
besar sekali (kadang-kadang ini merupakan akibat dari rabun jauh), oleh
peradangan, atau karena trauma. Pada sebagian besar kasus retina baru lepas
setelah terjadi perubahan besar struktur korpus vitreum. Bila sudah ada
robekan-robekan retina cairan encer seperti air dapat masuk dari korpus
vitreum kelubang di retina dan dapat mengalir diantara retina dan dinding
bagian belakang. Cairan ini akan memisahkan retina dari dinding mata bagian
belakang dan mengakibatkan retina lepas. Bagian retina yang terlepas tidak
akan berfungsi dengan baik dan di daerah itu timbul penglihatan kabur atau
daerah buta.

D. Patofisiologi
Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai
dengan rongga vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat
longgar, pada mata yang matur dapat berpisah :

10

a. Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami


likuifikasi dapat memasuki ruangan subretina dan menyebabkan
ablasio progresif (ablasio regmatogenosa).
b. Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan
retina, misalnya seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes
mellitus (ablasio retina traksional).
c. Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan
subretina akibat proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia
pada kehamilan (ablasio retina eksudatif)
Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya
robekan retina atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut,
dan pada mata afakia. Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah
degenerasi retina perifer (degenerasi kisi-kisi/lattice degeration), pencairan
sebagian badan kaca yang tetap melekat pada daerah retina tertentu, cedera,
dan sebagainya.
Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi
di koroid. Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan
menyebabkan berkurangnya perdarahan ke retina. Hal semacam ini juga bisa
terjadi pada miopia karena teregangnya dan menipisnya pembuluh darah
retina.Perubahan ini terutama terjadi di daerah ekuator, yaitu tempat
terjadinya 90% robekan retina.Terjadinya degenerasi retina pada mata miopia
10 sampai 15 tahun lebih awal daripada mata emetropia.Ablasi retina delapan
kali lebih sering terjadi pada mata miopia daripada mata emetropia atau
hiperopia.Ablasi retina terjadi sampai 4% dari semua mata afakia, yang berarti
100 kali lebih sering daripada mata fakia.
Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu
dasawarsa lebih awal daripada mata normal.Depolimerisasi menyebabkan
penurunan daya ikat air dari asam hialuron sehingga kerangka badan kaca
mengalami disintegrasi.Akan terjadi pencairan sebagian dan ablasi badan kaca

11

posterior.Oleh karenanya badan kaca kehilangan konsistensi dan struktur yang


mirip agar-agar, sehingga badan kaca tidak menekan retina pada epitel pigmen
lagi.Dengan gerakan mata yang cepat, badan kaca menarik perlekatan
vireoretina.Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya terdapat di daerah
sekeliling radang atau daerah sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak
intrakapsular, gerakan badan kaca pada gerakan mata bahkan akan lebih kuat
lagi. Sekali terjadi robekan retina, cairan akan menyusup di bawah retina
sehingga neuroepitel akan terlepas dari epitel pigmen dan koroid.

E. WOC

Miopia

Trauma

Prosesus
degenera
peradanga
si
n
Lepasnya retina

Tumor
okuler

Sel darah merah dan sel-sel retina


lepas
Gangguan penerimaan rangsangan
visual
Konversi rangsangan ke bentuk
yang tidak dapat diinterpretasikan
otak

Penyaki
t
sistemi

afakia

Bayangan
titik-titik
hitam
Hilangnya
penglihatan

12

MK :

Perlu pembatasan
aktivitas

Perlu
operasi

Post
operasi
MK : Nyeri

MK : Perubahan sensori perseptual

MK : Kerusakan
mobilitas fisik
MK : Defisit
perawatan diri

MK : Resiko
cedera

MK : Kurang pengetahuan

F. Meniferstasi Klinis
Gambaran klinik ablasio retina yaitu terdiri dari gejala subjektif dan objektif
(James Bruce, 2003 ).
1. Gejala subjektif :
a. Penurunan visus disebabkan robekan pada macula
b. Rasa nyeri
c. Defek lapangan pandang.
d. Riwayat trauma
e. Lakrimasi
2. Gejala objektif :
1. Fotopsia, munculnya kilatan cahaya yang sangat terang di lapang pandang
2. Floaters : keluhan adanya bayangan yang bergerak oleh karena adanya
robekan pada retina, dimana robekan sel-sel masuk ke korpus vitreus
terutama bila korpus vitreus mencair, kemudian melewati area penglihatan
sehingga terlihat bayangan hitam atau seperti serangga pada mata.
3. Muncul tirai hitam di lapang pandang
4. Pada pemeriksaan fundus okuli : tampak retina yang terlepas berwarna
pucat dengan pembuluh darah retina yang berkelok-kelok disertai / tanpa
robekan retina.

13

Gambar mata orang yang terkena ablasio retina

G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit
penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.
b. Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga
digunakan untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain
yang menyertainya seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing
intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui
kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan
posterior skleritis.
c. Scleral indentation

14

d. Fundus drawing
e. Goldmann triple-mirror
f. Indirect slit lamp biomicroscopy
H. Penatalaksanaan
1. Tirah baring dan aktivitas dibatasi
2. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain untuk mencegah
cidera
3. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan
harus dipertahankan sehingga gas mampu memberikan tamponade
yang efektif pada robekan retina
4. Pasien tidak boleh terbaring terlentang
5. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan
pasca operasi
6. Pengobatan pada ablasio retina ( C. Smelzer, Suzanne, 2002 ) adalah :
a. Prosedur laser
Untuk menangani ablasio retina eksudatif / serosa sehubungan
dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang
menimbulkan cairan subretina yang tanpa robekan retina.
b. Pembedahan
Pada pembedahan ablasio retina dapat dilakukan dengan cara
bermacam-macam, tergantung pada luasnya lapisan retina yang lepas
dan kerusakan yang terjadi, tetapi semuanya dirancang untuk
mendekatkan dinding mata ke lubang retina, menahan agar kedua
jaringan itu tetap menempel sampai jaringan parut terbentuk dan
melekatkan lagi robekan.
Terdapat dua teknik beah utama untuk memperbaiki ablasio retina :
1. Eksternal (pendekatan konvensional )
2. Internal (pembedahan viroeretina )
Prinsip utama pada kedua teknik ini adalah menutup robekan
penyebab pada retina dan memperkuat perlekatan antara retina sekitar
dan epitel pigmen retina dengan cara menginduksi inflamasi di daerah
tersebut dengan pembekuan lokal dengan menggunakan cyoprobe atau
laser. Pada pendekatan eksternal, robekan ditutup dengan menekan

15

sklera menggunakan pita plomb silikon yang diletakkan eksternal. Ini


menghilangkan traksi vitreus pada lubang retina dan mendekatkan
epitel pigmen rtina pada retina. Mungkin sebelumnya diperlukan
drainase akumulasi cairan subrtina yang sangat banyak dengan
membuat lubang kecil pada sklera dan koroid menggunakan jarum
(sklerostomi).
Pada pendekatan internal, vitreus diangkat dengan pemotong
bedah mikro khusus yang dimasukkan ke dalam rongga vitreus
melalui pars plana. Tindakan ini menghilangkan traksi vitreus pada
robekan retina. Cairan dapat dialirkan melalui robekan retina penyebab
dan laser atau krioterapi dipergunakan pada retina sekitar. Tamponade
internal temporer diberikan dengan menyuntikkan gas fluorokarbon
inert ke dalam rongga vitreus. Penyuntikan ini akan menutup lubang
dari dalam dan mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan.
Pasien harus mempertahankan postur kepala tertentu selama beberapa
hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi robekan retina.
Sedangkan jenis-jenis pembedahan yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Retinopeksi Pneumatik
Retnopeksi pneumatik merupakan cara yang paling banyak
pada ablasio regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal
pada superior retina. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah
dengan menyuntikkan gelembung gas kedalam vitreus. Gelembung
gas ini akan menutupi robekan retina. Jika robekan dapat ditutupi
oleh gelembung gas, cairan subretinal akan menghilang 1-2 hari.
Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi sebelum
balon disuntikkan. Pasien harus mempertahankan posisi head
precise selama 7-10 hari untuk menyakinkan gelembung terus

16

menutupi precise selama 7-10 hari untuk menyakinkan gelembung


terus menutupi robekan retina.
2. Scleral buckle
Metode ini paling banyak

digunakan

pada

ablasio

regmatogenosa terutama tanpa disertai komplikasi lannya. Ukuran


dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah
robekan retina. Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau
silikon padat. Pertama- tama dilakukan kryoprobe atau laser untuk
memperkuat perlekatan antara retina sekitar dan epitel pigmen
retina. Sabuk dijahit mengelilingi sclera sehingga terjadi tekanan
pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan
tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal
menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari.
3. Vitrektomi
Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan
pada ablasio akibat diabetes, ablasio rhegmatogenosa yang isertai
traksi vtreus atau hemoragik vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu
dengan membuat inisiasi kecil pada bola mata kemudian
memasukkan instrument hingga ke cavum melalui pars plana.
Setelah itu pemotongan vitreus dengan pemotong vitreus.
Kemudian teknik dan instrument yang diunakan tergantung tipe
danpenyebab ablasio.
c. Non pembedahan.
Pada non pembedahan terdiri atas :
Konservatif yaitu penderita istirahat terutama tidak membaca, kedua
mata diberi lubang pengintip.
d. Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan
adhesi korioretina yang melipat robekan sehingga cairan vitreus tak
mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah / beberapa silicon
(pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik akan

17

mengindensi / melipat sclera, koroid, dan lapisan fotosensitif ke epitel


berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke
jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologis normalnya
dapat dikembalikan.
Tujuan dari tatalaksana ablasio retina adalah melepaskan traksi
vitreoretina, dan menutup robekan retina. Pembedahan merupakan
pengobatan yang dapat dilakukan untuk tujuan tersebut. Pemilihan
tehnik pembedahan ditentukan oleh ukuran, jumlah dan lokasi dari
robekan.
Tehnik yang dapat digunakan, antara lain scleral buckling,
pneumatic retinopexy dan intraocular silicone oil tamponade.
Kebanyakan praktisi lebih sering melakukan prosedur scleral
buckling.
Pasien dengan ablasio retina regmatogenosa akut sebaiknya
dirujuk segera ke dokter spesialis mata atau vitreoretina. Penutupan
robekan dicapai dengan menciptakan adhesi korioretinal yang kuat di
sekeliling robekan. Hal ini diperoleh melalui diatermi, krioterapi, atau
fotokoagulasi laser. Diatermi ada 2 macam, yaitu diatermi permukaan
(surface diatermy), dan diatermi setengah tebal sklera (partial
penetraling diathermy) sesudah reseksi sklera. Setelah operasi,
sebagian dokter memberikan pasien antibiotik topikal sebagai
profilaksis selama 7-10 hari, siklopegik (misalnya atrofin 1 %) selama
1 bulan, dan steroid topikal (misalnya prednison asetat 1%) selama 1
bulan. Selain itu, sebaiknya pasien istirahat sebanyak mungkin setelah
operasi.
I. Pencegahan
1) Gunakan kaca mata pelindung untuk mencegah terjadinya trauma pada
mata.
2) Penderita diabetes sebaiknya mengontrol kadar gula darahnya secara
seksama.
18

3) Jika anda memiliki risiko menderita ablasio retina, periksakan mata


minimal setahun sekali ( James Bruce, 2003 ).
J. Komplikasi
Komplikasi pembedahan pada ablasi retina akan menimbulkan
perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif/ PVR), PVR
dapat menyebabkan traksi pada retinadan ablasi retina lebih lanjut.
Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang
paling sering terjadi pada ablasio retina. Penurunan penglihatan terhadap
gerakan tangan atau persepsi cahaya (light perception) adalah komplikasi
yang sering dari ablasio retina jika melibatkan makula (James Bruce, 2003 ).

K. Asuhan Keperawatan
Menurut Anas Tamsuri (2004), asuhan keperawatan pada pasien dengan
penderita ablasio retina adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian
1. Riwayat
(1) Riwayat penyakit : trauma mata, riwayat inflamasi (koroiditis),
riwayat myopia, retinitis.
(2) Psikososial : kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko
jatuh, berkendaraan.
2. Pengkajian Umum
(1) Usia
(2) Gejala penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipotiroid
(3) Gejala penyakit mata : nyeri mata, penurunan ketajaman
penglihatan, kemeng bagian belakang mata (koroiditis, retinitis).
3. Pengkajian Khusus Mata
(1) Fotopsia (seperti melihat halilintar kecil), terutama pada tempat
gelap; merupakan keluhan dini ablasio retina.
(2) Bayangan titik-titik pada penglihatan hingga terjadi kehilangan
penglihatan.

19

(3) Kehilangan lapang pandang; gambaran kehilangan penglihatan


menunjukkan kerusakan pada area yang berlawanan. Jika
kehilangan pada area inferior, kerusakan (ablasi) terjadi pada area
superior.
(4) Sensasi mata tertutup (jika robekan luas).
(5) Pemeriksaan fundus okuli dengan oftalmoskop

didapatkan

gambaran tampak retina yang terlepas berwarna pucat dengan


pembuluh darah retina yang berkelok-kelok disertai atau tanpa
robekan retina.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan
penurunan ketajaman dan kejelasan penglihatan.
Subjektif :
(1) Melaporkan adanya penglihatan seperti kilatan cahaya.
(2) Melaporkan pandangan kabur.
(3) Melaporkan penurunan lapang pandang.
(4) Menyatakan riwayat trauma.
Objektif :
Pada pemeriksaan ditemukan penurunan lapang pandang.
2. Resiko perluasan cedera yang berhubungan dengan peningkatan
aktivitas, kurangnya pengetahuan.
Subjektif :
Menyatakan pernah mengalami trauma.
Objektif :
Perilaku tubuh yang tidak kontrol.
3. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kejadian operasi.
Subjektif :
Menyatakan takut/ khawatir dengan penyakitnya.
Objektif :
Murung, menyendiri, ekspresi wajah tegang.
4. Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan,
kehilangan vitreus, pelepasan buckling, kegagalan pelekatan retina.
Subjektif :
Menyatakan nyeri, rasa tidak nyaman pada mata.
20

Objektif :
Perilaku tubuh tidak terkontrol.
5. Nyeri yang berhubungan dengan luka pascaoperasi.
Subjektif :
Menyatakan nyeri.
Objektif :
Meringis, wajah tegang.
6. Gangguan perawatan diri berhubungan dengan penurunan penglihatan,
pembatasan aktivitas pascaoperasi.
Subjektif :
Menyatakan penurunan kemampuan penglihatan.
Objektif :
Klien banyak istirahat di tempat tidur.
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiarnya dengan
sumber informasi.
Subjektif :
(1) Menyatakan tidak tahu bagaimana mencegah kambuhnya penyakit.
(2) Menyatakan tidak tahu perawatan setelah dirumah.
c. Intervensi Keperawatan
No.
Dx
1.

NOC (Tujuan)
Setelah

NIC (Rencana
Keperawatan)

Rasional

dilakukan 1.Kaji ketajaman 1.Mengidentifikasi

tindakan

melaporkan

pengelihatan klien kemampuan visual klien


2.Memberikan
3x24 2.Identifikasi
keakuratan pengelihatan
klien alternatif
untuk
dan perawatannya
optimalisasi

kemampuan

yang sumber

keperawatan
jam

lebih

baik

proses

untuk rangsangan

rangsang 3.Sesuaikan

3.Meningkatkan

penglihatan

dan lingkungan untuk kemampuan persepsi


mengomunikasikan
optimalisasi
sensori
perubahan visual
Kriteria hasil :
1. Klien
mengidentifi
kasi

faktor-

pengelihatan

orientasikan klien
terhadap
rawat,

ruang
berikan

21

faktor

yang pencahayaan

memengaruh
i

fungsi 4.Anjurkan

penglihatan
2. Klien
mengidentifi
kasi

dan

menunjukka
n

cuku.
penggunaan
alternatif

4.Meningkatkan
kemampuan respons
terhadap stimulus
lingkungan

rangsang
lingkungan yang
dapat diterima.

pola-pola

alternative
untuk
meningkatka
n penerimaan
rangsang
3.

penglihatan
Setelah dilakukan

1.Jelaskan

1.Meningkatkan

tindakan

gambaran

pemahaman tentang

keperawatan selama

kejadian pre dan

gambaran operasi untuk

2x24 jam tidak

pasca operasi,

menurunkan ansietas

terjadi kecemasan
Kriteria Hasil :

manfaat operasi,

a. Klien
mengungkapkan
kecemasan hilang
atau minimal

dan sikap yang


harus dilakukan
klien selama masa

2.Meningkatkan

operasi.
2.Jawab

kepercayaan dan kerja

pertanyaan khusus
tentang

sama. Berbagi perasaan


membantu menurunkan
ketegangan.

pembedahan.
Berikan waktu
untuk
mengekspresikan

22

perasaan.
4.

Setelah dilakukan

1.Diskusikan

1. Meningkatkan kerja

tindakan

tentang rasa sakit,

sama dan pembatasan

keperawatan selama

pembatasan

2x24 jam tidak

aktivitas dan

yang diperlukan
Istirahat mutlak

terjadi cedera mata

pembalutan mata

beberapa menit hingga

pascaoperasi
kriteria hasil :
a. klien

satu atau dua jam


pascaoperasi atau satu

menyebutkan faktor
yang menyebabkan
cidera
b. klien tidak

diberikan hanya

2.Tempatkan
klien pada tempat
tidur yang lebih

melakukan aktifitas

rendah dan

yang meningkatkan

anjurkan untuk

resiko cedera

membatasi

malam jika ada


komplikasi
2.Mencegah/menurunka
n resiko komplikasi
cedera

pergerakan
mendadak serta
menggerakkan
kepala berlebih
3.Bantu aktivitas
selama fase
istirahat
Ajarkan klien
untuk
menghindari
tindakan yang

3.Tindakan yang dapat


meningkatkan TIO dan
menimbulkan kerusakan
struktur mata
pascaoperasi
(menggerakkan kepala
mendadak, membungkuk
terlalu lama)

dapat
menyebabkan
7.

Setelah dilakukan

cedera
1.Kaji tingkat

1.sebagai modalitas
23

tindakan

pengetahuan klien

dalam pemberian

keperawatan selama

tentang perawatan

pendidikan kesehatan

2x24 jam perawatan

pascahoispitalisas

tentang perawatan di

rumah berjalan

rumah.
2.Aktivitas seperti

efektif
Kriteria Hasil:
a.Klien mampu

2.terangkan
aktivitas yang

mengidentifikasi

diperbolehkan dan

kegiatan perawatan

dihindari

menonton televisi jangan


terlalu lama, dan hindari
aktivitas duduk.

rumah (lanjutan )
yang diperlukan

BAB III
APLIKASI TEORI
A. Kasus
24

Tn. A dibawa istri dan kakanya ke Rs dengan keluhan mata kiri buram
sejak 7 hari SMRS, pasien mengeluhkan mata kiri buram seperti
berkabut/berasap yang muncul tiba-tiba dan terus-menerus. Mata kiri juga
dirasakan seperti menebal dan tampak seperti melihat gambaran pelangi.
Nyeri pada mata, luas lapang pandang yang menyempit, pandangan silau,
mual, muntah, dan sakit kepala disangkal. . Sejak 16 tahun lalu pasien
mengaku memiliki gangguan tajam penglihatan sehingga harus dikoreksi
dengan kacamata spheris minus 13. Hingga saat ini kacamata pasien tidak
pernah dikoreksi kembali. Sejak 15 tahun lalu pasien mengaku sering melihat
cacing-cacing hitam berterbangan di depan kedua mata serta kilat petir di
kedua mata yang intensitasnya semakin sering belakang ini. Riwayat trauma
disangkal, riwayat pengobatan maupun operasi mata sebelumnya disangkal.
BB 48 kg, TB 158cm, RR 18 x/menit, nadi 80 x/menit. Diketahui
hasil laboratorium pada mata klienVOS : 1/300 PI BSA, TOS : 10,2 mmHg,
FdOS : FR (+) pupil N II batas tegas, warna normal, retina blass (+), macula
reff , eksudat (-), tear belum ditemukan. Klien tampak gelisah saat akan
dilakukan operasi.
B. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama
: Tn. A
Umur
: 45 tahun
TTL
: 12 Mei 1970
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Surabaya
Status perkawinan : Kawin
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Administrator toko furnitur
MRS
: 21 januari 2012
Keluarga terdekat : Istri
Pendidikan
: Perguruan tinggi
Pekerjaan
: Pegawai
Alamat
: Surabaya
2. Status Kesehatan Saat Ini:

25

a. Alasan kunjungan ke RS. mata kiri mendadak kabur 7 hari yang lalu
sebelumnya melihat bayangan hitam seperti ombak, tidak dapat
melihat walau jaraknya dekat. Mata kanan kabur sejak 16 tahun yang
lalu

dan

melakukan

autoanamnesis

di

Poliklinik

Mata

RS

Persahabatan.
b. Keluhan utama saat ini: Kedua mata kabur tidak dapat melihat dengan
jelas terutama mata kiri buram seperti berkabut/berasap yang muncul
tiba-tiba dan terus-menerus seperti menebal dan tampak seperti
melihat gambaran pelangi. Nyeri pada mata, luas lapang pandang yang
menyempit, pandangan silau, mual, muntah, dan sakit kepala
disangkal.
c. Lama keluhan :

Mata kiri 7 hari (tiba-tiba)


Mata kanan 16 tahun yang lalu.
d. Timbulnya keluhan: Mata kiri : Tiba-tiba dan terus menerus
Mata kanan : Bertahap
e. Faktor yang memperberat: sejak 16 tahun lalu pasien mengaku
memiliki gangguan tajam penglihatan sehingga harus di koreksi
dengan kacamata spheris minus 13. Hingga saat ini kacamata pasien
tidak pernah dikoreksi kembali.
f. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: datang kedokter spesialis
mata di Jakarta, mendapat obat tetes mata dan obat oral, ke rumah
sakit dirujuk oleh dokter yang merawat dengan diantar saudara.
g. Diagnosa medik: Retinal Tear suspek ablasio retina, Miopia OD OS,
Astigmatisme regular OS.
h. Riwayat Kesehatan Yang Lalu: sejak 15 tahun lalu pasien mengaku
sering melihat cacing-cacing hitam berterbangan di depan kedua mata
serta kilat petir di kedua mata yang intensitasnya semakin sering
belakangan ini.
a. Penyakit yang pernah dialami: Riwayat DM, hipertensi, penyakit
jantung- paru di sangkal.
b. Riwayat sosial : pasien bekerja sebagai administrator sebuah toko
furnitur dan setiap harinya bekerja di depan komputer dalam 2 bulan
terakhir.

26

c. Obat-obatan : lamanya 2 tahun, minum obat-obat tradisional (jamu)


dan resep dari dokter spesialis mata, obat tetes mata dan obat oral.
d. Pola nutrisi : makan 3 X sehari, BB= 48 Kg, TB= 158 cm, makan nasi,
sayuran, lauk-pauk dan buah-buahan serta susu, tidak ada pantangan,
nafsu makan baik.
e. Pola eliminasi : BAB= 2 X sehari (pagi/sore), tanpa menggunakan
pencahar, warna kuning, konsistensi lembek. BAK= 2 3 X, warna
kuning jernih, bau tidak terlalu menusuk.
f. Pola tidur dan istirahat : waktu tidur pukul 20.00 Wib 05.30 Wib ( 7
8 jam) sebelum tidur menonton TV sebentar.
g. Pola aktifitas dan latihan : bekerja sebagai administrator di sebuah tok
furnitur di depan komputer dalam waktu 2 bulan ini dan kegiatan
waktu luang diisi bersama keluarga, kesulitan dalam melakukan
pergerakan tubuh, mandi,mengenakan pakaian.
h. Pola kerja : setiap harinya bekerja di depan komputer dalam 2 bulan
terakhir.
i. Riwayat lingkungan : lingkungan bersih dan aman bebas dari polusi
j. Aspek Psikososial :
1) Pola pikir dan persepsi: klien memakai kaca mata, sering pusing
dan tidak bisa

melihat dengan jelas pandangan kabur. Klien

sangat memikirkan pelaksanaan operasi dan keadaan matanya juga


anak perempuannya yang hampir selesai sekolahnya klien ingin
menyaksikan wisuda dan pernikahan anaknya nanti. Harapan
klien cepat sembuh dan dioperasi karena tidak bisa melakukan
aktifitas seperti biasanya. Suasana hati cemas dan gelisah,
perhatian terfokus pada pelaksanaan operasi dan keadaan matanya.
2) Hubungan/komunikasi:
bicara
jelas,
relevan,
mampu
mengekspresikan dan mengerti orang lain. Klien tinggal bersama
istri dan 2 orang anaknya sedangkan anak tertuanya sekolah
diakademi pariwisata Nusa dua Bali. Adat istiadat yang dianut
adalah adat Jawa, pembuat keputusan dalam keluarga ayah dan
ibu setelah itu baru dimusyawarahkan ke anak-anak dan keluarga
yang lain, keuangan memadai.

27

3) Pertahanan koping: pengambil keputusan istri dan kakak klien, jika


stres tidur dan diam, yang dapat dilakukan perawatan agar klien
merasa nyaman dan aman adalah memberikan penjelasan
mengenai penyakit klien dan pelaksanaan operasinya.
4) Sistem
nilai
kepercayaan:
Tuhan
YME

merupakan

sumberkekuatan, setiap minggu mengikuti pengajian tapi mulai


jarang sejak sakit.
k. Pemeriksaan fisik :
1) Kepala :
Bentuk simetris, keluhan kadang pusing bila dipaksa untuk
melihat

2) Pemeriksaan oftalmologis
OD
6/20 F cc dengan pinhole

Visus

OS
6/15 cc dengan pinhole tidak

tidak membaik
Orthophoria, gerakan baik

Pergerakan

membaik, cylinder 50
Orthophoria, gerakan baik ke

ke segala arah

dan

segala arah

kedudukan
Edema (-), spasme (-) ,

bola mata
Palpebra

enteropion (-), eksteropion


(-), trikiasis (-)
Injeksi konjungtiva

(-),

injeksi silier (-), edema (-)


Jernih
Dalam
Warna cokelat, kripte (+),
sinekia (-)
Bulat, sentral, 3 mm, RCL
+, RCTL +
Jernih, shadow test (-)

Edema (-), spasme (-) ,


enteropion (-), eksteropion

Konjungtiva

(-), trikiasis (-)


Injeksi
konjungtiva

(-),

Kornea
BMD
Iris

injeksi silier (-), edema (-)


Jernih
Dalam
Warna cokelat, kripte (+),

Pupil

sinekia (-)
Bulat, sentral, 3 mm, RCL +,

Lensa

RCTL +
Jernih, shadow test (-)
28

Agak keruh
Refleks Fundus (+), Papil

Badan kaca
Funduskopi

Agak keruh
Refleks Fundus (+), Papil

bulat, batas tegas, CDR

bulat, batas tegas, CDR 0,3-

0,3-0,4, a/v 2/3, eksudat

0,4, a/v 2/3, eksudat (-),

(-), perdarahan (-)

perdarahan

(-).

Terlihat

robekan pada jam 5-7


8/7,5 (15,6 mmHg)
Lapang

pandang

Tonometri
pasien

Schiotz
Konftontasi

sama dengan pemeriksa

10/7,5 ( 10,9 mmHg)


Lapang pandang pasien sama
dengan pemeriksa

3) Fungsi penglihatan :
Kabur, terlihat bayangan hitam seperti ombak, tidak ada rasa
sakit. Tanda-tanda radang (-), pemeriksaan mata terakhir tanggal
21 januari 2012 pada praktek dokter spesialis mata di Jakarta,
kemudian klien dirujuk ke RS untuk mendapat perawatan lebih
lanjut
4) Hidung :
Tak ada kelainan
5) Mulut dan tenggorokan :
Tak ada kelainan
6) Pernapasan :
Batuk (-), RR = 20 x/menit, regular, abdomotorakal, kedalaman
cukup.
7) Sirkulasi :
Nadi 90 x/menit, distensi vena jugularis taka da, suara jantung
tambahan tak ada, pusing kadang-kadang bila dipaksakan melihat
lama
8) Nutrisi :
Diet biasa, nafsu makan baik, mual-muntah taka da, intake
cairan 1-2 liter
9) Eliminasi :
Tak ada kelainan
10) Reproduksi :

29

Tak ada kelainan


11) Neurologis :
Tingkat kesadaran GCS : 456, orientasi baik, bisa mengingat
orang, waktu dan tempat
12) Musculoskeletal :
Tak ada kelainan
13) Kulit :
Warna putih, integritas baik, turgor baik
l. Data Laboratorium
Tanggal 21 Januari 2012
1) Darah lengkap :
a) Hb
: 11,5 gr%
b) LED
: 20 mm/l
c) Leukosit
: 5.100 x 10^9 /dl
d) Trombosit
: 240 x 10^9 /L
2) Kimia darah :
a) Bilirubin total
: 0,49 mg/dl
b) Bilirubin terikat
: 0,6 mg/dl
c) SGOT
: 29u/l
d) SGPT
: 26 u/l
e) Protein total
: 7,2 g/dl
f) Albumin
: 4,1 g/dl
g) Glukosa
: 3,2 g/dl
3) Urine lengkap :
a) Leukosit
: 25 /ul (+)
b) Eritrosit
: 25 /ul (+)
c) Warna
: kuning muda
d) Kekeruhan
: jernih
4) Pengobatan :
Atropin tetes 1% 2x1 tetes OS.
m. Perencanaan :
Pasien dirujuk ke RSCM dengan rencana:
1. Pemeriksaan oftalmoskopi indirek yang dilakukan oleh dokter
spesialis

mata

dapat

dilakukan

untuk

mengkonfirmasi

diagnosis pada pasien. Gambaran pada ablasio retina adalah


adanya retina yang berwarna abu-abu dan terangkat dari
sekitarnya.

30

2. Rencana tindakan fotocoagulasi laser atau disertai tindakan


berupa scleral buckling, pneumatic retinopexy maupun
intraocular silicone oil tamponade.

C. Analisa Data
Tanggal dan Waktu
21-1-2012 / 10.00

Data
Etiologi
Problem
DS :
Penurunan ketajaman Perubahan
Klien mengeluh mata
dan
kejelasan sensori penglih
kirinya
tidak
bisa
penglihatan
melihat / kabur sejak
10 hari yang lalu, yang
tampak

hanya

bayangan hitam seperti


ombak saja
DO :
VOS : 1/300 PI BSA
TOS : 10,2 mmHg
FdOS : FR (+) pupil N
II batas tegas, warna
normal,

retina

blass

(+), macula reff ,


eksudat (-), tear belum
ditemukan
21-1-2012 / 09.00

DS :
Klien
menanyakan

Kurang
terus
kapan

tentang

pengetahuan Ansietas / cem


kejadian

operasi

pelaksanaan operasinya
serta keadaan matanya
DO :
Klien gelisah, selalu
bertanya,

tidak

31

menuruti anjuran untuk


bedrest total, berdebardebar

Prioritas Diagnosa :
1. Perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman dan kejelasan penglihatan
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kejadian operasi
D. Rencana keperawatan
No.
Dx
1.

Tujuan & Kriteria


Setelah

Hasil
dilakukan

tindakan

Intervensi

Rasional

1. Hindari

1. Mencegah

pergeraka

bertambah
parahnya

keperawatan

3x24

jam

klien

mendadak

lapisan saraf

diharapkan

tidak

retina yang

menghent

terlepas

terjadi

kehilangan

penglihatan

yang

berlanjut
Kriteria hasil :
- Klien

menyisir,
batuk,
bersin,

pentingnya

muntah
2. Jaga

perawatan
yang

bedrest total
Klien
mampu

akkan
kepala,

memahami

intensif

yang

2. Mencegah
terjadinya
infeksi, agar

kebersiha

mempermud

n mata

ah
pemeriksaan
& tindakan

32

menjelaskan

operasi
3. Diharapkan

resiko yang

dengan

akan terjadi
sehubungan

pemberian

3. Berikan

dengan

obat tetes

penyakitnya

mata

&

obat

oral

sesuai
anjuran
dokter

obat-obatan
kondisi
penglihatan
dapat
dipertahank
an / dicegah
agar

tidak

bertambah
parah
2.

Setelah

dilakukan

tindakan

1. Kaji

1. Untuk

tingkat

mengetahui

keperawatan

3x24

ansietas :

sejauh mana

jam

klien

ringan,

tingkat

diharapkan

sedang,

kecemasan

kecemasan

berat,

klien

berkurang
Kriteria hasil :
- Klien

panic

sehingga
memudahka
n

mampu
menggamba
rkan
ansietas dan
pola
-

kopingnya
Klien
mengerti

penanganan
2. Berikan
penjelasan
mengenai
prosedur
perawatan
,

2. Agar

klien

memahami
bahwa

ia

benar

sakit

dan

perlu

33

tentang

perjalanan

tujuan

penyakit

perawatan

&

yang

prognosis

diberikan
-

dilakukan
Klien

nya
3. Gali
intervensi

memahami

yang

tujuan

dapat

operasi,

menurunk

pelaksanaan

an

operasi,

ansietas

pasca

3. Untuk
mengetahui
cara

mana

yang efektif
untuk
menurunkan
/

operasi,

mengurangi

prognosisny
a

dirawat

(bila

4. Berikan

ansietas
4. Agar klien

dilakukan

aktivitas

dengan

operasi)

yang

senang hati

dapat

melakukan

menurunk

aktivitas

an

karena

kecemasa

sesuai

n/

dengan

keteganga

keinginanny

a dan tidak
bertentanga
n

dengan

program
perawatan

34

E. Implementasi
No.

Tanggal dan Intervensi

Dx
1.

Waktu
21-1-2012 /
16.00

Implementasi

1. Hindari pergerakan
yang

mendadak,

1. Menghindari
pergerakan

yang

menghentakkan

mendadak,

kepala,

menghentakkan

menyisir,

batuk,

bersin,

muntah
2. Jaga
kebersihan
mata

kepala,

menyisir,

batuk, bersin, muntah


2. Menjaga

kebersihan

mata, ditutup dengan


kassa,
3. Berikan obat tetes
mata & obat oral
sesuai

anjuran

dokter

tidak

boleh

menggosok mata
3. Memberikan obat tetes
mata
Midriatiksikloplegik &
obat

oral

sesuai

anjuran

dokter.

Atropine tetes 1% 2x1


2.

21-1-2012 /
12.00

1. Kaji

tingkat

tetes OS
1. Mengkaji

tingkat

ansietas : ringan,

ansietas

sedang,

sedang, berat, panic

berat,

panic

sesuai

ringan,

respon

yang

diberikan klien
2. Memberikan
2. Berikan penjelasan

penjelasan

mengenai

mengenai prosedur

prosedur

perawatan,

perawatan,

perjalanan penyakit &

perjalanan

prognosisnya
35

penyakit

&

prognosisnya
3. Gali
intervensi
yang

dapat

menurunkan

3. Menggali
yang

intervensi
dapat

menurunkan ansietas.
Menanyakan

hobi

kegemaran klien
4. Memberikan aktivitas

ansietas

yang

dapat

menurunkan
4. Berikan

aktivitas

yang

dapat

kecemasan

ketegangan.

menurunkan

Mendengarkan music /

kecemasan/

menonton tv

ketegangan

F. Evaluasi
No.

Tanggal

dan Evaluasi

Dx
1.

Waktu
23-1-2012 / 10.00

S : Klien mengeluh mata kirinya masih kabur


O : VOS : 1/300 PI BSA
TOS : 10,2 mmHg
FdOS : FR (+) pupil N II batas tegas, warna
normal, retina blass (+), macula reff , eksudat
(-), tear belum ditemukan
A : Masalah klien belum teratasi
P : Rencana tindakan diteruskan
I : Melaksanakan tindakan yang telah ada
E : Mata kiri klien masih kabur, VOS : 1/300,
persiapan operasi
36

2.

12-4-2013 / 09.00

S : Klien menanyakan rencana operasinya


O : Klien terus bertanya tentang rencana operasinya
A : Masalah klien belum teratasi
P : Rencana tindakan diteruskan
I : Melaksanakan tindakan yang telah ada
E : Kecemasan klien berkurang

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien pria berusia 45 tahun datang dengan
keluhan utama penglihatan mata kiri yang tiba-tiba buram satu
minggu sebelum masuk rumah sakit. Dari keluhan utama pasien
dapat dikategorikan bahwa keluhan mata pasien ini termasuk dalam
kategori keluhan mata tenang visus turun mendadak. Dari keluhan
ini dapat dipikirkan beberapa diagnosis banding yaitu: kekeruhan
media refraksi, hifema, perdarahan vitreus, ablasio retina, oklusio
pembuluh darah retina sentralis, oklusi arteri retina sentralis, oklusi
cabang retina sentralis, oklusi vena retina sentralis, dan gangguan
saraf optik.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftamologis,tidak
ada

riwayat

trauma

dan

kondisi

lain

yang

menyebabkan

neovaskularisasi seperti tumor, diabetes, operasi intraokuler, dan


inflamasi

kronis)

sehingga

diagnosis

banding

hyfema

dapat

disingkarkan. Begitupula dengan perdarahan vitreus juga dapat

37

disingkirkan. Oklusi pembuluh darah retina sentralis baik arteri


maupun vena retina sentralis juga bisa disingkirkan karena pada
pemeriksaan funduskopi tidak didapatkan gambaran perdarahan
pada retina. Penyakit saraf optik dapat disingkirkan karena pada
pemeriksaan funduskopi tidak terdapat relatif afferent pupillary
defect.
Pada kasus ini, pasien menderita miopia tinggi (dengan
menggunakan lensa siferis-13 D). Miopia tinggi ini merupakan faktor
risiko terjadinya ablasio retina. Gejala klinis yang dialami oleh
pasien juga mengarah kepada ablasio retina, di antaranya adalah
pandangan mata kiri yang mendadak kabur (hilangnya tajam
penglihatan secara mendadak) selama satu minggu dengan mata
tenang. Pasien juga mengeluhkan adanya pandangan berkilat
(fotopsia), floaters (melihat bayangan seperti cacing hitam) pada
kedua mata. Keluhan ini sebenarnya sudah dialami oleh pasien
sejak pasien SMA (sekitar 15 tahun lalu), namun kelainan ini
semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa sebenarnya proses retinal break sudah dari
sejak pasien SMA dan pada saat ini, kondisi pasien menunjukan
suspek ablasio retina dikarenakan pandangan mata kiri yang
mendadak kabur sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit.
Hal ini diperkuat dengan pemeriksaan oftalmologi didapatkan
bahwa terdapat robekan di retina pasien pada arah jam 5 sampai
jam 7. Adanya robekan pada retina ini dapat menyebabkan vitreus
masuk

di

antara

epitel

dan

lapisan

retina,

sehingga

memungkinkan terjadinya ablasio retina. Dikarenakan bagian yang


mengalami robekan di bagian inferior, viterus yang masuk di antara
epitel dan 9 lapisan retina tidak menarik secara kuat dan
menyebabkan ablasio retina yang sampai ke makula. Hal inilah

38

yang menjadi penyebab mengapa gejala yang dialami oleh pasien


masih ringan hanya berupa pandangan kabur, bukan berupa
penurunan tajam penglihatan secara drastis.
Pasien yang dinyatakan mengalami ablasio retina apabila
terdapat beberapa tanda dari pemeriksaan mata, antara lain:

Tajam penglihatan sangat turun sampai mencapai 1/300


Relatif afferent papillary defect pada mata yang tidak normal
Terlihat retina berwarna abu-abu dan terangkat dari sekitarnya
Pada pasien ini, terdapat robekan pada retina dan retina

terlihat berwarna abu-abu. Tajam penglihatan pada pasien tidak


turun secara drastis sampai 1/300, kemungkinan karena robekan
belum sampai ke makula sehingga tidak menurunkan tajam
penglihatan secara drastis.
Tatalaksana pada ablasio adalah dengan operasi melepaskan
traksi vitreoretina serta dapat menutup robekan retina yang ada, melalui adhesi
korioretinal di sekitar robekan melalui diatermi, krioterapi, atau fotokoagulasi laser.
Pembedahan yang sering dilakukan adalah scleral buckling, pneumatic retinopexy
dan intraocular silicone oil tamponade. Kebanyakan praktisi lebih sering melakukan
prosedur scleral buckling. Pada pasien ini tatalaksana yang dberikan dapat berupa
fotokoagulasi leser dikarenakan hanya terdapat retina break.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan

39

Ablasio retina merupakan suatu keadaan dimana sel kerucut dan sel
batang retina dari sel epitel pigmen retina terpisah. Pada keadaan ini sel epitel
pigmen masih melekat erat dengan membran Bruch. Sebenarnya, tidak
terdapat perlekatan struktural antara sel kerucut dan sel batang retina dengan
koroid ataupun epitel pigmen retina, sehingga merupakan titik lemah yang
potensial untuk lepas secara embriologis.
Lepasnya retina atau sel kerucut dan sel batang dari epitel pigmen
retina akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah
koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang
menetap. Dikenal 3 bentuk ablasi retina, antara lain: ablasi retina
regmatogenosa, ablasi retina eksudatif, ablasi retina traksi.
Pada ablasio retina ini bila tidak segera dilakukan tindakan akan
mengakibatkan cacat penglihatan atau kebutaan.

B. Saran
Apabila diagnosis ablasio retina telah di tegakkan maka pasien harus
MRS dan dipersiapkan untuk menjalani operasi

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 ed.8. Jakarta:
EGC.

40

Ilyas & Rahayu. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Tamsuri, Anas. 2004. Klien Gangguan mata & Pengelihatan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Oliver, Jane & Lorraine. 2011. At a Glance Oftalmologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Taylor, Cynthia M. 2003. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan edisi 10.
Jakarta: EGC.
Istiqomah, Indriana. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta:
EGC
James Bruce, dkk. Ablasi retina. Oftalmologi, edisi ke 9. Ciracas Jakarta. Erlangga;
2003: 116-120

41

Você também pode gostar

  • Home
    Home
    Documento19 páginas
    Home
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • MR
    MR
    Documento7 páginas
    MR
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Erma Bu Epy
    Erma Bu Epy
    Documento22 páginas
    Erma Bu Epy
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Fix
    Fix
    Documento6 páginas
    Fix
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento21 páginas
    Bab I
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Gadar Pencernaan'
    Gadar Pencernaan'
    Documento8 páginas
    Gadar Pencernaan'
    eriska yunita sari
    Ainda não há avaliações
  • Hematuria
    Hematuria
    Documento7 páginas
    Hematuria
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Masalah Kesehatan Jiwa Di Masyarakat Semakin Luas Dan Kompleks
    Masalah Kesehatan Jiwa Di Masyarakat Semakin Luas Dan Kompleks
    Documento6 páginas
    Masalah Kesehatan Jiwa Di Masyarakat Semakin Luas Dan Kompleks
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Dokumen
    Dokumen
    Documento3 páginas
    Dokumen
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Erma Bu Epy
    Erma Bu Epy
    Documento22 páginas
    Erma Bu Epy
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Agung
    Agung
    Documento23 páginas
    Agung
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Novira
    Novira
    Documento20 páginas
    Novira
    nazula mufarihah
    100% (1)
  • Analisis Swot Rsud Pinrang
    Analisis Swot Rsud Pinrang
    Documento25 páginas
    Analisis Swot Rsud Pinrang
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Makala H
    Makala H
    Documento26 páginas
    Makala H
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • QIUSIONER
    QIUSIONER
    Documento4 páginas
    QIUSIONER
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • JERUK NIPIS
    JERUK NIPIS
    Documento5 páginas
    JERUK NIPIS
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • 100 % Buku Saku Asma
    100 % Buku Saku Asma
    Documento13 páginas
    100 % Buku Saku Asma
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • 100 % Buku Saku Asma
    100 % Buku Saku Asma
    Documento13 páginas
    100 % Buku Saku Asma
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1-3
    Bab 1-3
    Documento35 páginas
    Bab 1-3
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • MANAJEMEN KEPERAWATAN
    MANAJEMEN KEPERAWATAN
    Documento44 páginas
    MANAJEMEN KEPERAWATAN
    nazula mufarihah
    100% (1)
  • Analisis Swot Rsud Pinrang
    Analisis Swot Rsud Pinrang
    Documento25 páginas
    Analisis Swot Rsud Pinrang
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Delegasi Baru
    Delegasi Baru
    Documento9 páginas
    Delegasi Baru
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Kelompok 15
    Kelompok 15
    Documento30 páginas
    Kelompok 15
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1-Bab 5 BPH Turp
    Bab 1-Bab 5 BPH Turp
    Documento18 páginas
    Bab 1-Bab 5 BPH Turp
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Bu Eppy Lingkungan
    Tugas Bu Eppy Lingkungan
    Documento51 páginas
    Tugas Bu Eppy Lingkungan
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Kelompok 10
    Kelompok 10
    Documento52 páginas
    Kelompok 10
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • BAB I Mkalah Kel 5
    BAB I Mkalah Kel 5
    Documento20 páginas
    BAB I Mkalah Kel 5
    nazula mufarihah
    100% (1)
  • Kelompok 13
    Kelompok 13
    Documento34 páginas
    Kelompok 13
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Seven Jump
    Seven Jump
    Documento2 páginas
    Seven Jump
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • Kelompok 14
    Kelompok 14
    Documento34 páginas
    Kelompok 14
    nazula mufarihah
    Ainda não há avaliações
  • No Everand
    Ainda não há avaliações
  • No Everand
    Ainda não há avaliações