Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah ablasio retina (retinal detachment) menandakan pemisahan
retina sensorik dari epitel pigmen retina. Terdapat tiga jenis utama ablasio
retina, yaitu: ablasio retina regmatogenosa, epitel retina traksi (tarikan), dan
ablasio retina eksudatif.
Insiden ablasio retina di Amerika Serikat adalah 1:15.000 populasi
dengan prevalensi 0,3%. Sumber lain menyatakan bahwa insidens ablasio
retina di Amerika Serikat adalah 12,5:100.000 kasus per tahun atau sekitar
28.000 kasus per tahun.
Secara internasional, faktor penyebab ablasio retina terbanyak adalah
miopia 40-50%, operasi katarak (afakia, pseudofakia) 30-40%, dan trauma
okuler 10-20%. Ablasio retina lebih banyak terjadi pada usia 40-70 tahun,
tetapi bisa terjadi pada anak-anak dan remaja lebih banyak karena trauma.
Ablasio retina regmatogenosa merupakan ablasio retina yang paling
sering terjadi. Sekitar 1 dari 10.000 populasi normal akan mengalami ablasio
retina regmatogenosa. Kemungkinan ini akan meningkat pada pasien yang:
1. Memiliki miopia tinggi;
2. Telah menjalani operasi katarak, terutama jika operasi ini
mengalami komplikasi kehilangan vitreus;
3. Pernah mengalami ablasio retina pada mata kontralateral;
4. Baru mengalami trauma mata berat.
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya.Retina manusia merupakan suatu
struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri dari lapisan-lapisan badan sel
dan prosesus sinaptik.Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana
apabila dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina
memiliki daya pengolahan yang sangat canggih.Pengolahan visual retina
diuraikan oleh otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk
berlangsung di korteks.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Ablasia retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang dari
sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat
dengan membran Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina
tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen epitel,
sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel
akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang
Dikenal 3 bentuk ablasi retina : (a) Ablasi retina regmatogenosa, (b) Ablasi
retina eksudatif, (c) Ablasi retina traksi ( tarikan ).
Ablatio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan
epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensory, bagian retina
yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi
nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya
dan berakibat hilangnya penglihatan.( C. Smelzer, Suzanne, 2002 )
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen
epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid
yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.
Beberapa penyebab terjadinya ablasio retina adalah a) miopia, pada
miopia berat, ukuran anteroposterior mata membesar dan mengakibatkan desakan
pada retina. Miopia berat muncul pada dua pertiga klien ablasio retina ; b) trauma
atau penggunaan fisik yang kuat dan mendadak akan menyebabkan robekan retina
; c) afakia, afakia menyebabkan pergerakan viteus ke depan ; d) degenerasi retina/
vitreus.
B. Klasifikasi
Klasifikasi ablasio retina berdasarkan etiologinya terdiri atas :
1. Ablasio Retina Regmatogenosa
Pada tipe ini pelepasan retina timbul akibat adanya robekan pada
retina. Robekan retina secara umum disebut retinal break, robekan retina
yag disebabkan karena traksi vitreretina disebut retinal tear , robekan
retina yang timbul sekunder dari suatu atropi atau deteotorisasi retina
disebut retinal hole.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya vitrous cair ke
dalam rongga subretina melalui robekan retina yaitu, adanya pergerakan
bolamata, adanya traksi vitrous pada pinggir robekan, faktor gravitasi dan
adanya posterior vitreous detachment.
Ablasio retina regmatogn sering didahului oleh adanya posterior
vitreous detachment (PVD), yaitu adanya pelepaan jaringan vitreous
posteriordari membran limitans interna. Usia lanjut akan menyebabkan
kadar asam hialuronidase dalam viteous menurun sehingga topmpangan
anyaman kolagen berkurang, kolagen kolaps, vitreous posterior lepas.
Vitreous yang mengkerut ini di dalam rongga vitreous akan bergerakgerak sehingga menimbulkan traksi vitreoretinal pada bagian yang masih
melekat dengan retina. Traksi ini akhirnya dapat menmbulkan robekan
retina. Lokasi robekan biasanya di depan ekuator, karena di belakang
ekuator lapisan retina lebih tebal serta diperkuat dengan adanya pembuluh
darah retina (Ilyas S, 2003 ).
dasarnya,
incomplete U-tears: dapat berbentuk L atau J,
operculated tears: seluruh flap robek dari retina,
dialyses: robekan sirkumferensial sepanjang ora serata
giant tears.
C. Etiologi
Menurut C. Smelzer, Suzanne (2002) faktor penyebab nya yaitu :
1. Malformasi congenital
2. Kelainan metabolism
3. Penyakit vaskuler
4. Inflamasi intraokuler
5. Neoplasma
6. Trauma
7. Perubahan degenerative dalam vitreus atau retina
Pada bayi prematur, ablasio retina bisa terjadi akibat retinopati akibat
prematuritas. Selama proses terlepasnya retina, perdarahan dari pembuluh
darah retina yang kecil bisa menyebabkan kekeruhan pada bagian dalam mata
yang dalam keadaan normal terisi oleh humor vitreus. Jika terjadi pelepasan
macula, akan terjadi gangguan penglihatan pusat lapang pandang.
Faktor resiko terjadinya ablasio retina adalah :
1.
2.
3.
4.
Rabun dekat
Riwayat keluarga dengan ablasio retina
Diabetes yang tidak terkontrol
Trauma
Faktor predisposisi :
D. Patofisiologi
Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai
dengan rongga vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat
longgar, pada mata yang matur dapat berpisah :
10
11
E. WOC
Miopia
Trauma
Prosesus
degenera
peradanga
si
n
Lepasnya retina
Tumor
okuler
Penyaki
t
sistemi
afakia
Bayangan
titik-titik
hitam
Hilangnya
penglihatan
12
MK :
Perlu pembatasan
aktivitas
Perlu
operasi
Post
operasi
MK : Nyeri
MK : Kerusakan
mobilitas fisik
MK : Defisit
perawatan diri
MK : Resiko
cedera
MK : Kurang pengetahuan
F. Meniferstasi Klinis
Gambaran klinik ablasio retina yaitu terdiri dari gejala subjektif dan objektif
(James Bruce, 2003 ).
1. Gejala subjektif :
a. Penurunan visus disebabkan robekan pada macula
b. Rasa nyeri
c. Defek lapangan pandang.
d. Riwayat trauma
e. Lakrimasi
2. Gejala objektif :
1. Fotopsia, munculnya kilatan cahaya yang sangat terang di lapang pandang
2. Floaters : keluhan adanya bayangan yang bergerak oleh karena adanya
robekan pada retina, dimana robekan sel-sel masuk ke korpus vitreus
terutama bila korpus vitreus mencair, kemudian melewati area penglihatan
sehingga terlihat bayangan hitam atau seperti serangga pada mata.
3. Muncul tirai hitam di lapang pandang
4. Pada pemeriksaan fundus okuli : tampak retina yang terlepas berwarna
pucat dengan pembuluh darah retina yang berkelok-kelok disertai / tanpa
robekan retina.
13
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit
penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.
b. Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga
digunakan untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain
yang menyertainya seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing
intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui
kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan
posterior skleritis.
c. Scleral indentation
14
d. Fundus drawing
e. Goldmann triple-mirror
f. Indirect slit lamp biomicroscopy
H. Penatalaksanaan
1. Tirah baring dan aktivitas dibatasi
2. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain untuk mencegah
cidera
3. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan
harus dipertahankan sehingga gas mampu memberikan tamponade
yang efektif pada robekan retina
4. Pasien tidak boleh terbaring terlentang
5. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan
pasca operasi
6. Pengobatan pada ablasio retina ( C. Smelzer, Suzanne, 2002 ) adalah :
a. Prosedur laser
Untuk menangani ablasio retina eksudatif / serosa sehubungan
dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang
menimbulkan cairan subretina yang tanpa robekan retina.
b. Pembedahan
Pada pembedahan ablasio retina dapat dilakukan dengan cara
bermacam-macam, tergantung pada luasnya lapisan retina yang lepas
dan kerusakan yang terjadi, tetapi semuanya dirancang untuk
mendekatkan dinding mata ke lubang retina, menahan agar kedua
jaringan itu tetap menempel sampai jaringan parut terbentuk dan
melekatkan lagi robekan.
Terdapat dua teknik beah utama untuk memperbaiki ablasio retina :
1. Eksternal (pendekatan konvensional )
2. Internal (pembedahan viroeretina )
Prinsip utama pada kedua teknik ini adalah menutup robekan
penyebab pada retina dan memperkuat perlekatan antara retina sekitar
dan epitel pigmen retina dengan cara menginduksi inflamasi di daerah
tersebut dengan pembekuan lokal dengan menggunakan cyoprobe atau
laser. Pada pendekatan eksternal, robekan ditutup dengan menekan
15
16
digunakan
pada
ablasio
17
K. Asuhan Keperawatan
Menurut Anas Tamsuri (2004), asuhan keperawatan pada pasien dengan
penderita ablasio retina adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian
1. Riwayat
(1) Riwayat penyakit : trauma mata, riwayat inflamasi (koroiditis),
riwayat myopia, retinitis.
(2) Psikososial : kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko
jatuh, berkendaraan.
2. Pengkajian Umum
(1) Usia
(2) Gejala penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipotiroid
(3) Gejala penyakit mata : nyeri mata, penurunan ketajaman
penglihatan, kemeng bagian belakang mata (koroiditis, retinitis).
3. Pengkajian Khusus Mata
(1) Fotopsia (seperti melihat halilintar kecil), terutama pada tempat
gelap; merupakan keluhan dini ablasio retina.
(2) Bayangan titik-titik pada penglihatan hingga terjadi kehilangan
penglihatan.
19
didapatkan
Objektif :
Perilaku tubuh tidak terkontrol.
5. Nyeri yang berhubungan dengan luka pascaoperasi.
Subjektif :
Menyatakan nyeri.
Objektif :
Meringis, wajah tegang.
6. Gangguan perawatan diri berhubungan dengan penurunan penglihatan,
pembatasan aktivitas pascaoperasi.
Subjektif :
Menyatakan penurunan kemampuan penglihatan.
Objektif :
Klien banyak istirahat di tempat tidur.
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiarnya dengan
sumber informasi.
Subjektif :
(1) Menyatakan tidak tahu bagaimana mencegah kambuhnya penyakit.
(2) Menyatakan tidak tahu perawatan setelah dirumah.
c. Intervensi Keperawatan
No.
Dx
1.
NOC (Tujuan)
Setelah
NIC (Rencana
Keperawatan)
Rasional
tindakan
melaporkan
kemampuan
yang sumber
keperawatan
jam
lebih
baik
proses
untuk rangsangan
rangsang 3.Sesuaikan
3.Meningkatkan
penglihatan
faktor-
pengelihatan
orientasikan klien
terhadap
rawat,
ruang
berikan
21
faktor
yang pencahayaan
memengaruh
i
fungsi 4.Anjurkan
penglihatan
2. Klien
mengidentifi
kasi
dan
menunjukka
n
cuku.
penggunaan
alternatif
4.Meningkatkan
kemampuan respons
terhadap stimulus
lingkungan
rangsang
lingkungan yang
dapat diterima.
pola-pola
alternative
untuk
meningkatka
n penerimaan
rangsang
3.
penglihatan
Setelah dilakukan
1.Jelaskan
1.Meningkatkan
tindakan
gambaran
pemahaman tentang
keperawatan selama
pasca operasi,
menurunkan ansietas
terjadi kecemasan
Kriteria Hasil :
manfaat operasi,
a. Klien
mengungkapkan
kecemasan hilang
atau minimal
2.Meningkatkan
operasi.
2.Jawab
pertanyaan khusus
tentang
pembedahan.
Berikan waktu
untuk
mengekspresikan
22
perasaan.
4.
Setelah dilakukan
1.Diskusikan
1. Meningkatkan kerja
tindakan
keperawatan selama
pembatasan
aktivitas dan
yang diperlukan
Istirahat mutlak
pembalutan mata
pascaoperasi
kriteria hasil :
a. klien
menyebutkan faktor
yang menyebabkan
cidera
b. klien tidak
diberikan hanya
2.Tempatkan
klien pada tempat
tidur yang lebih
melakukan aktifitas
rendah dan
yang meningkatkan
anjurkan untuk
resiko cedera
membatasi
pergerakan
mendadak serta
menggerakkan
kepala berlebih
3.Bantu aktivitas
selama fase
istirahat
Ajarkan klien
untuk
menghindari
tindakan yang
dapat
menyebabkan
7.
Setelah dilakukan
cedera
1.Kaji tingkat
1.sebagai modalitas
23
tindakan
pengetahuan klien
dalam pemberian
keperawatan selama
tentang perawatan
pendidikan kesehatan
pascahoispitalisas
tentang perawatan di
rumah berjalan
rumah.
2.Aktivitas seperti
efektif
Kriteria Hasil:
a.Klien mampu
2.terangkan
aktivitas yang
mengidentifikasi
diperbolehkan dan
kegiatan perawatan
dihindari
rumah (lanjutan )
yang diperlukan
BAB III
APLIKASI TEORI
A. Kasus
24
Tn. A dibawa istri dan kakanya ke Rs dengan keluhan mata kiri buram
sejak 7 hari SMRS, pasien mengeluhkan mata kiri buram seperti
berkabut/berasap yang muncul tiba-tiba dan terus-menerus. Mata kiri juga
dirasakan seperti menebal dan tampak seperti melihat gambaran pelangi.
Nyeri pada mata, luas lapang pandang yang menyempit, pandangan silau,
mual, muntah, dan sakit kepala disangkal. . Sejak 16 tahun lalu pasien
mengaku memiliki gangguan tajam penglihatan sehingga harus dikoreksi
dengan kacamata spheris minus 13. Hingga saat ini kacamata pasien tidak
pernah dikoreksi kembali. Sejak 15 tahun lalu pasien mengaku sering melihat
cacing-cacing hitam berterbangan di depan kedua mata serta kilat petir di
kedua mata yang intensitasnya semakin sering belakang ini. Riwayat trauma
disangkal, riwayat pengobatan maupun operasi mata sebelumnya disangkal.
BB 48 kg, TB 158cm, RR 18 x/menit, nadi 80 x/menit. Diketahui
hasil laboratorium pada mata klienVOS : 1/300 PI BSA, TOS : 10,2 mmHg,
FdOS : FR (+) pupil N II batas tegas, warna normal, retina blass (+), macula
reff , eksudat (-), tear belum ditemukan. Klien tampak gelisah saat akan
dilakukan operasi.
B. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama
: Tn. A
Umur
: 45 tahun
TTL
: 12 Mei 1970
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Surabaya
Status perkawinan : Kawin
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Administrator toko furnitur
MRS
: 21 januari 2012
Keluarga terdekat : Istri
Pendidikan
: Perguruan tinggi
Pekerjaan
: Pegawai
Alamat
: Surabaya
2. Status Kesehatan Saat Ini:
25
a. Alasan kunjungan ke RS. mata kiri mendadak kabur 7 hari yang lalu
sebelumnya melihat bayangan hitam seperti ombak, tidak dapat
melihat walau jaraknya dekat. Mata kanan kabur sejak 16 tahun yang
lalu
dan
melakukan
autoanamnesis
di
Poliklinik
Mata
RS
Persahabatan.
b. Keluhan utama saat ini: Kedua mata kabur tidak dapat melihat dengan
jelas terutama mata kiri buram seperti berkabut/berasap yang muncul
tiba-tiba dan terus-menerus seperti menebal dan tampak seperti
melihat gambaran pelangi. Nyeri pada mata, luas lapang pandang yang
menyempit, pandangan silau, mual, muntah, dan sakit kepala
disangkal.
c. Lama keluhan :
26
27
merupakan
2) Pemeriksaan oftalmologis
OD
6/20 F cc dengan pinhole
Visus
OS
6/15 cc dengan pinhole tidak
tidak membaik
Orthophoria, gerakan baik
Pergerakan
membaik, cylinder 50
Orthophoria, gerakan baik ke
ke segala arah
dan
segala arah
kedudukan
Edema (-), spasme (-) ,
bola mata
Palpebra
(-),
Konjungtiva
(-),
Kornea
BMD
Iris
Pupil
sinekia (-)
Bulat, sentral, 3 mm, RCL +,
Lensa
RCTL +
Jernih, shadow test (-)
28
Agak keruh
Refleks Fundus (+), Papil
Badan kaca
Funduskopi
Agak keruh
Refleks Fundus (+), Papil
perdarahan
(-).
Terlihat
pandang
Tonometri
pasien
Schiotz
Konftontasi
3) Fungsi penglihatan :
Kabur, terlihat bayangan hitam seperti ombak, tidak ada rasa
sakit. Tanda-tanda radang (-), pemeriksaan mata terakhir tanggal
21 januari 2012 pada praktek dokter spesialis mata di Jakarta,
kemudian klien dirujuk ke RS untuk mendapat perawatan lebih
lanjut
4) Hidung :
Tak ada kelainan
5) Mulut dan tenggorokan :
Tak ada kelainan
6) Pernapasan :
Batuk (-), RR = 20 x/menit, regular, abdomotorakal, kedalaman
cukup.
7) Sirkulasi :
Nadi 90 x/menit, distensi vena jugularis taka da, suara jantung
tambahan tak ada, pusing kadang-kadang bila dipaksakan melihat
lama
8) Nutrisi :
Diet biasa, nafsu makan baik, mual-muntah taka da, intake
cairan 1-2 liter
9) Eliminasi :
Tak ada kelainan
10) Reproduksi :
29
mata
dapat
dilakukan
untuk
mengkonfirmasi
30
C. Analisa Data
Tanggal dan Waktu
21-1-2012 / 10.00
Data
Etiologi
Problem
DS :
Penurunan ketajaman Perubahan
Klien mengeluh mata
dan
kejelasan sensori penglih
kirinya
tidak
bisa
penglihatan
melihat / kabur sejak
10 hari yang lalu, yang
tampak
hanya
retina
blass
DS :
Klien
menanyakan
Kurang
terus
kapan
tentang
operasi
pelaksanaan operasinya
serta keadaan matanya
DO :
Klien gelisah, selalu
bertanya,
tidak
31
Prioritas Diagnosa :
1. Perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman dan kejelasan penglihatan
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kejadian operasi
D. Rencana keperawatan
No.
Dx
1.
Hasil
dilakukan
tindakan
Intervensi
Rasional
1. Hindari
1. Mencegah
pergeraka
bertambah
parahnya
keperawatan
3x24
jam
klien
mendadak
lapisan saraf
diharapkan
tidak
retina yang
menghent
terlepas
terjadi
kehilangan
penglihatan
yang
berlanjut
Kriteria hasil :
- Klien
menyisir,
batuk,
bersin,
pentingnya
muntah
2. Jaga
perawatan
yang
bedrest total
Klien
mampu
akkan
kepala,
memahami
intensif
yang
2. Mencegah
terjadinya
infeksi, agar
kebersiha
mempermud
n mata
ah
pemeriksaan
& tindakan
32
menjelaskan
operasi
3. Diharapkan
resiko yang
dengan
akan terjadi
sehubungan
pemberian
3. Berikan
dengan
obat tetes
penyakitnya
mata
&
obat
oral
sesuai
anjuran
dokter
obat-obatan
kondisi
penglihatan
dapat
dipertahank
an / dicegah
agar
tidak
bertambah
parah
2.
Setelah
dilakukan
tindakan
1. Kaji
1. Untuk
tingkat
mengetahui
keperawatan
3x24
ansietas :
sejauh mana
jam
klien
ringan,
tingkat
diharapkan
sedang,
kecemasan
kecemasan
berat,
klien
berkurang
Kriteria hasil :
- Klien
panic
sehingga
memudahka
n
mampu
menggamba
rkan
ansietas dan
pola
-
kopingnya
Klien
mengerti
penanganan
2. Berikan
penjelasan
mengenai
prosedur
perawatan
,
2. Agar
klien
memahami
bahwa
ia
benar
sakit
dan
perlu
33
tentang
perjalanan
tujuan
penyakit
perawatan
&
yang
prognosis
diberikan
-
dilakukan
Klien
nya
3. Gali
intervensi
memahami
yang
tujuan
dapat
operasi,
menurunk
pelaksanaan
an
operasi,
ansietas
pasca
3. Untuk
mengetahui
cara
mana
yang efektif
untuk
menurunkan
/
operasi,
mengurangi
prognosisny
a
dirawat
(bila
4. Berikan
ansietas
4. Agar klien
dilakukan
aktivitas
dengan
operasi)
yang
senang hati
dapat
melakukan
menurunk
aktivitas
an
karena
kecemasa
sesuai
n/
dengan
keteganga
keinginanny
a dan tidak
bertentanga
n
dengan
program
perawatan
34
E. Implementasi
No.
Dx
1.
Waktu
21-1-2012 /
16.00
Implementasi
1. Hindari pergerakan
yang
mendadak,
1. Menghindari
pergerakan
yang
menghentakkan
mendadak,
kepala,
menghentakkan
menyisir,
batuk,
bersin,
muntah
2. Jaga
kebersihan
mata
kepala,
menyisir,
kebersihan
anjuran
dokter
tidak
boleh
menggosok mata
3. Memberikan obat tetes
mata
Midriatiksikloplegik &
obat
oral
sesuai
anjuran
dokter.
21-1-2012 /
12.00
1. Kaji
tingkat
tetes OS
1. Mengkaji
tingkat
ansietas : ringan,
ansietas
sedang,
berat,
panic
sesuai
ringan,
respon
yang
diberikan klien
2. Memberikan
2. Berikan penjelasan
penjelasan
mengenai
mengenai prosedur
prosedur
perawatan,
perawatan,
perjalanan
prognosisnya
35
penyakit
&
prognosisnya
3. Gali
intervensi
yang
dapat
menurunkan
3. Menggali
yang
intervensi
dapat
menurunkan ansietas.
Menanyakan
hobi
kegemaran klien
4. Memberikan aktivitas
ansietas
yang
dapat
menurunkan
4. Berikan
aktivitas
yang
dapat
kecemasan
ketegangan.
menurunkan
Mendengarkan music /
kecemasan/
menonton tv
ketegangan
F. Evaluasi
No.
Tanggal
dan Evaluasi
Dx
1.
Waktu
23-1-2012 / 10.00
2.
12-4-2013 / 09.00
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien pria berusia 45 tahun datang dengan
keluhan utama penglihatan mata kiri yang tiba-tiba buram satu
minggu sebelum masuk rumah sakit. Dari keluhan utama pasien
dapat dikategorikan bahwa keluhan mata pasien ini termasuk dalam
kategori keluhan mata tenang visus turun mendadak. Dari keluhan
ini dapat dipikirkan beberapa diagnosis banding yaitu: kekeruhan
media refraksi, hifema, perdarahan vitreus, ablasio retina, oklusio
pembuluh darah retina sentralis, oklusi arteri retina sentralis, oklusi
cabang retina sentralis, oklusi vena retina sentralis, dan gangguan
saraf optik.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftamologis,tidak
ada
riwayat
trauma
dan
kondisi
lain
yang
menyebabkan
kronis)
sehingga
diagnosis
banding
hyfema
dapat
37
di
antara
epitel
dan
lapisan
retina,
sehingga
38
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
39
Ablasio retina merupakan suatu keadaan dimana sel kerucut dan sel
batang retina dari sel epitel pigmen retina terpisah. Pada keadaan ini sel epitel
pigmen masih melekat erat dengan membran Bruch. Sebenarnya, tidak
terdapat perlekatan struktural antara sel kerucut dan sel batang retina dengan
koroid ataupun epitel pigmen retina, sehingga merupakan titik lemah yang
potensial untuk lepas secara embriologis.
Lepasnya retina atau sel kerucut dan sel batang dari epitel pigmen
retina akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah
koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang
menetap. Dikenal 3 bentuk ablasi retina, antara lain: ablasi retina
regmatogenosa, ablasi retina eksudatif, ablasi retina traksi.
Pada ablasio retina ini bila tidak segera dilakukan tindakan akan
mengakibatkan cacat penglihatan atau kebutaan.
B. Saran
Apabila diagnosis ablasio retina telah di tegakkan maka pasien harus
MRS dan dipersiapkan untuk menjalani operasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 ed.8. Jakarta:
EGC.
40
Ilyas & Rahayu. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Tamsuri, Anas. 2004. Klien Gangguan mata & Pengelihatan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Oliver, Jane & Lorraine. 2011. At a Glance Oftalmologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Taylor, Cynthia M. 2003. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan edisi 10.
Jakarta: EGC.
Istiqomah, Indriana. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta:
EGC
James Bruce, dkk. Ablasi retina. Oftalmologi, edisi ke 9. Ciracas Jakarta. Erlangga;
2003: 116-120
41