Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kesulitan ikatan antara ibu dan bayinya adalah gambaran nyata gangguan mood.
Kadang-kadang seorang ibu terobsesi dengan pemikiran bahwa keturunannya akan merebut
kemesraan pasangannya dari dirinya. Disisi lain, rasa bersalah karena enggan untuk hamil,
upaya untuk melakukan abortus, atau konflik personal lain merupakanmasalah yang
mendasar.
Reaksi manik sering terjadi selama minggu pertama dan minggu kedua masa nifas,
kemungkinan terjadi depresi ringan (Marks, dkk.,1992). Agitasi, kegirangan, dan banyak
bicara terlihat disertai peerilaku menyindir. Wanita menjadi kurang tertarik dengan perawatan
diri dan makanannya. Karena dehidrasi atau keletihan dapat terjadi, penanganan singkat dan
efektif yang mendukung merupakan hal penting.
Terapi psikiatri bisa menggunakan tranquilizer dengan efek sedatif yang penting,
misalnya, prometazin (Phenergan). Selanjutnya litium bisa juga diberikan untuk mengontrol
lebih lama. Psikoterapi adalah terapi yang penting. Manik biasanya berlangusng selama satu
sampai tiga minggu. Prognosis ibu dan bayinya baik setelah perpisahan awal dan penyatuan
kembali secara bertahap.
Reaksi depresi lebih umum terjadi daripada reaksi anik. Stres kehamilan bersifat
biologis dan psikologis. Selama periode pasca patum, wanira seringkali mengalami banyak
reaksi emosional (Laizner, Jeans, 1990) empat aspek setelah melahitkan yangmenuntut
kemampuan kopign, ialah: penyesuaian fisik, ketidakamanan awal, sistem pendukung, dan
kehilangan identitas sebelumnya. Beberapa ibu tidak dapat menyesuaikan diri dan menjadi
depresi atau menglami masalah emosional lain (Nicolson, 1990). Gangguan emosional
periode pascapartum dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori: Postpartum blues, depresi
pascapartum non-psikodis, dan psikosis pascapartum.
1. Postpartum blues
Postpartum blues biasanya bersifat sementara dan bisa mempengaruhi 75%
sampai 80% wanita melahirkan (Hansen,1990; Jones, 1990). Pentingnya transisi yang
terkait dengan depresi telah mendorong tambahan diagnosis khusus dalam edisi
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders berikutnya, yakni awitan
pascapartum (pada depresi dan mania) (American Psychiatric Association, 1994).
Blues disini bisa menampilkan: tangisan singkat, perasaan kesepian, atau ditolak,
cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa, dan tidak dapat tidur (Hansen,1990; Jones,
1990). Reaksi ini dapat terjadi setiap waktu setelah wanita melahirkan, tetapi
seringkali terjadi pada hari ketiga atau keempat pascapartum dan memuncak antara
hari kelima dan keempat belas pascapartum. Penetapan diagnosis dan kategori blues
cukup sulit karena tidak ada instrumen pengkajian standar. Namun, Kennerley dan
Gath (1989) menjelaskan sebuah instrumen yang dapat dipercaya dan sahih, yang
mengukur tujuh gejala postpartum blues: perubahan mood, merasa "rendah", cemas,
merasa terlalu emosional, mudah menangis, letih, dan bingung atau pikiran kacau.
Faktor predisposisi postpartum blues meliputi perubahan biologis, stres,
respon normal, atau penyebab sosial atau lingkungan. Para ahli teori biologis telah
melakukan penelitian tentang fluktuasi hormon dan tanda beberapa reaksi afeksi
terhadap perubahan progesteron, estradiol, kortisol, dan kadar prolaktin (Ehlert,dkk.,
1990; Harris, dkk., 1989; Majewski, Ford-Rice, Falkey, 1989). Pendukung teori stres
berpendapat bahwa setiap peristiwa yang menimbulkan stres (misalnya pembedahan)
dapat merangsang reaksi, seperti blues (Iles, Gath, Kennerley, 1989).
Beberapa orang memandang blues sebagai peristiwa fisiologis normal
berdasarkan respons yang meningkatkan naluri ibu dan sifat protektif terhadap
bayinya (Majewski Ford-Rice, Falkey, 1989). Masalah sosial dan lingkungan, seperti
tekanan dalam hubungan pernikahan dan hubungan keluarga, riwayat sindrom
pramenstruasi (premenstrual syndrome [PMS]), rasa cemas, rasa takut tentang
persalinan dan depresi selama masa hamil, dan penyesuaian sosial yang buruk dapat
merupakan faktor predisposisi (Kennerley, Gath, 1989b).
Post partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang
ringan. Oleh sebab itu, sering tidak diperdulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak
ditindak lanjuti sebagaimana seharusnya. Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini
bisa menjadi serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan
berlanjut menjadi depresi dan psikosis post partum. Banyak ibu yang berjuang sendiri
dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada hal yang salah namun
mereka sendiri tidak mengetahui penyebabnya.
Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang
diduga berperan dapat menyebabkan post partum blues, diantaranya :
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesterone, prolaktin dan ekstradiol.
Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada
gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi
aktivitas enzim monoamine aksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan
mood dan depresi. Perubahan kadar estrogen dan progesterone yaitu terjadi
mengasuh
bayi,
menyusui,
debar
Ibu merasa kesedihan, kecemasan yang berlebihan
Ibu merasa kurang diperhatikan oleh suami ataupun keluarga
Insiden
Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinis yang memberi perhatian
khusus pada gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca salin, dan telah
melaporkan beberapa angka kejadian dan berbagai faktor yang diduga mempunyai
kaitan dengan gejala-gejala tersebut. Berbagai studi mengenai post partum blues di
luar negeri melaporkan angka kejadian yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara
26 % - 85 % yang kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan populasi dan
kriteria diagnosis yang digunakan.
Pencegahan
Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga
Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya
Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami
Rekreasi
Pemeriksaan Diagnostik
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara
langsung post partu blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa symptom
yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila
memenuhi kriteria dan gejala yang ada. Kekurangan hormon thyroid yang ditemukan
pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa ( fatique ) ditemukan juga pada
ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar thyroid yang sangat
rendah.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan
pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan
beberapa kuesioner dengan alat bantu. Endinburgh Postnatal Depression Scale
(EPDS) merupakan kuesioner dengan validasi yang teruji yang dapat mengukur
intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaanpertanyaan berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah
serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post partum blues. Kuesioner ini
terdiri dari 10 ( sepuluh ) pertanyaan, dimana setiap pertanyaan memiliki 4 ( empat )
pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan
gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab
sendiri oleh ibu dan rata rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit, nilai scoring
lebih besar 12 ( dua belas ) memiliki sensitifitas 86 % dan nilai prediksi positif 73 %
untuk mendiagnosis psot partum blues. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu
pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 ( dua )
minggu kemudian.
Penatalaksanaan
Post-partum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali terabaikan dan
tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat
setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu yang salah namun mereka sendiri
tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi
mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya untuk minta pertolongan, seringkali
hanya mendapatkan saran untuk istirahat atau tidur lebih banyak, tidak gelisah,
minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa gembira
menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai.
Penangganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda
dengan penangganan gangguan mental pada momen-momen lainnya. Para ibu yang
mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para
ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini
membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus
juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan
pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali merasa gembira mendapat pertolongan
praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk
mengatur
atau
menata
kembali
kegiatan
rutin
sehari-hari,atau
mungkin
perilaku bayi dengan depresi ibu. Depresi maternal berhuhbungan dengan lingkup
hasil akhir yang buruk untuk bayi baru lahir, seperti iritabilitas pada bayi (Zuckerman,
dkk.,1990) dan berat badan lahir rendah (McAnarney, Stevens-simon, 1990). Bayi
yang memiliki sifat yang sulit dan tidak dapat diduga serta kurang dapat beradaptasi
seringkali lahir dari ibu yang mengalami depresi. Namun ibu jarang menyalurkan
depresinya pada bayinya, tetapi menyalahkan diri mereka sendiri karena kurang
terampil dalam merawat bayinya (Whiffen, Gotlib, 1989).
Gejala depresi antara lain adalah:
3. Psikosis pascapartum
Krisis psikiatri yang paling parah ialah psikosis pascapartum. Gejalanya
seringkali bermula dengan postpartum. Gejalanya seringkali bermula dengan
postpartum blues atau depresi pascapartum. Waham, halusinasi, konfusi, delirium, dan
pihak bisa timbul (Metz, Sichel, Goff, 1988). Wanita tersebut dapat memperlihatkan
gejala yang menyerupai skizofrenia atau kerusakan psikoafektif (Marks, dkk., 1992;
Steiner,1990). Perawatan di rumah sakit selama beberapa bulan mungkin di perlukan.
Bunuh diri atau bahaya pada bayi atau keduanya merupakan bahaya psikosis terbesar
(Goldstein, 1989; Hamilton,1989).
Skizofrenia
Skizofrenia atau reaksi skizofrenia bisa merupakan suatu kerusakan pada
metabolisme serebral dan atau perubahan struktural. Skizofrenia lebih sering terjadi
pada remaja dan orang dewasa muda dari pada lansia.gambaran proses berfikir yang
abnormal, seperti berpikir konkret, keras kepala nyata, dan kecurigaan yang terus
menerus merupakan hal yang umum terjadi (American Psychiatric Association, 1994).
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh
perawat perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang
diharapkan dari gangguan tertentu. Rencana individu didasarkan pada karakteristik
wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat
mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajian klien post-partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan
pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang baru. Pengkajiannya meliputi :
Identitas Klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record, dan lain-lain.
Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri.
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan,
sedih murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa
mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka,
hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis.
Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang
diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua
bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan
sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan
sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
Dampak Pengalaman Melahirkan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses
kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam
upaya intropeksi diri ( Kondrat, 1987 ). Selama hamil ibu dan pasangannya
mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka,
hal-hal yang mencakup kelahiran pervaginam dan beberapa intervensi medis.
Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang
diharapkan ( misalnya induksi, anastesi epidural, kelahiran sesar ), orang tua
bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan
sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan
sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
Citra Diri Ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri. Citra tubuh dan seksualitas
ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas
dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orangtua.
Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya.
Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah
seringkali menimbulkan kekahwatiran pada orang tua baru. Ibu yang
melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena
merasa takut nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan menganggu
penyembuhan jaringan perineum.
Interaksi Orang Tua Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi
orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak
meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladaptive. Baik ibu maupun ayah
menunjukan kedua jenis perilaku. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan
untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik.
Kualitas keibuan ataau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan
meminta bantuan
Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan dasar
Perilaku merusak terhadap diri atau orang lain
Ketidakmampuan memnuhi harapan peran
Tingkat kesakitan/penyakit yang tinggi
Perubahan dalam pola komunikasi
Menggunakan bentuk koping yang meghalangi/mengganggu perilaku
adaptif
Kurangnya perilaku yang bertujuan langsung/resolusi masalah,
termasuk
ketidakmampuan
untuk
mengorganisasikan informasi
2. Kecemasan berhubungan dengan stress psikologi
Batasan karakteristik :
a. Perilaku
Penurunan produktivitas
Gelisah
Insomnia
Resah
b. Afektif
Kesedihan yang mendalam
Takut
Gugup
Mudah tersinggung
Nyeri hebat
Ketakutan
Distres
merawat,
dan
kesulitan
Khawatir
Cemas
c. Fisiologi
Goyah
Peningkatan respirasi (simpatis)
Peningkatan keringat
Wajah tegang
Anoreksia (simpatis)
Kelelahan (parasimpatis)
Gugup (simpatis)
Mual (parasimapatis)
Pusing (parasimpatis)
d. Kognitif
Bingung
Kerusakan perhatian
Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
Sulit berkonsentrasi
3. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan depresi berat
Batasan Karakteristik :
Mengungkapkan/menunjukan ketidakmampuan untuk menerima atau
mengkomunikasikan rasa kepuasan, rasa memiliki, menyayangi,
Panic
Mudah marah
Permusuhan
C. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnose 1 : Koping individu tidak efektif
NOC : Anxiety Control (1402)
Indikasi :
Kontrol instensitas cemas
Eliminasi tanda cemas
Menggunakan strategi koping efektif
Menggunakan teknik relaksasi untuk menekan kecemasan
NIC : Counseling (5240)
Aktivitas :
Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
mengurangi kecemasan.
Sediakan pengalihan melalui televise, radio, permainan serta terapi
b. Diagnosa 2 : Kecemasan
NOC : Anxiety Control (1402)
Indikasi :
Kontrol instensitas cemas
Eliminasi tanda cemas
Menggunakan strategi koping efektif
Menggunakan teknik relaksasi untuk menekan kecemasan
NIC : Counseling (5240)
Aktivitas :
Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
mengurangi kecemasan.
Sediakan pengalihan melalui televise, radio, permainan serta terapi
okupasi untuk mengurangi kecemasan dan memperluas focus.
ditetapkan
mendorong pasien dalam pengembangan hubungan
mendorong untuk berhubungan dengan orang lain
mendorong untuk beraktivitas dalam masyarakat / social
mendorong untuk berbagi masalah dengan orang lain
NIC :
a. Bantuan kontrol marah
Prinsip komunikasi terapeutik
Pertahankan konsistensi sikap (terbuka,tepati janji, hindari kesan
negatif)
Gunakan tahap-tahap interaksi dengan tepat
Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien
Bantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilakukekerasan : (emosi,
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang
bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung
terus - menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun.
Faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik
yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor
sosial dan karakteristik ibu, dengan gejalagejalanya antara lain adalah trauma
terhadap intervensi medis yang dialami, kelelahan, perubahan mood, gangguan nafsu
makan, gangguan tidur, tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak mencintai
bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya.
Untuk mengatasi depresi tersebut dibutuhkan pendekatan dalam pemecahan
masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang
(ibu yang mengalami depresi).
Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam
pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap
setiap orang.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian antara lain:
1. Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan
cara memperhatikan kondisi fisik, psikologi, emosi, sosialkultural, dan spiritual
yagn bisa mempengaruhi status kesehatannya.
2.
Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini
bahkan bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna
membuat suatu database yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari
3.
B. Saran
Sehubungan dengan rumitnya kondisi pasien dengan depresi postpartum maka
diharapkan dalam pelaksanaan perawatan dalam hal ini pemberian asuhan
keperawatan memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan teori persepsi, antara
lain :
Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat dipengaruhi oleh
persepsi individu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini akan
membawa konsekwensi terhadap permasalahan keperawatan yang ditegakan
pada setiap individu. Meskipun sumber masalah yang dihadapinya sama, akan
tetapi setiap individu memiliki persepsi dan respon yang berbeda-beda.
Misalnya, walaupun kedua pasien mengalami penyakit / masalah yang sama,
DAFTAR PUSTAKA
1. Budi Santosa. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Prima Medika :
Jakarta
2. Http://Www.Scribd.Com/Doc/23775250/Depresi-Post-Partum
3. Http://Klinis.Wordpress.Com/2007/12/29/Depresi-Postpartum/
4. Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri:
Mosby Yearbook,Inc.
5. Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis,
Missouri: Mosby Yearbook,Inc.
6. Nursalam, 2001, Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek, Salemba
Medika, Jakarta.