Você está na página 1de 3

Plan

1. Pemberian Alopurinol
Alopurinol merupakan inhibitor xantin oksidase yang dapat mempengaruhi
perubahan hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat.
Alopurinol diberikan tidak langsung saat mengalami serangan akut, yaitu saat
setelah nyeri yang dialami pasien menghilang untuk menurunkan kadar asam urat
pasien. Alopurinol bukan merupakan pengobatan untuk gout akut tetapi apabila
terjadi serangan ketika telah memakai alopurinol, penggunaan diteruskan dan
diatasi serangan secara khusus. Alopurinol juga dapat menurunkan konsentrasi
intraseluler Phosphorobisil Pirophosphate (PRPP). Hampir 90% obat ini
diabsorbsi di saluran cerna. Hambatan xantin oksidase efektif dipertahankan lebih
dari 24 jam dengan dosis harian tunggal. Umumnya alopurinol diberikan satu kali
sehari dengan dosis oral harian sebesar 300 mg. Akan tetapi kadang-kadang dapat
diberikan dosis lebih tinggi sebesar 600-800 mg/hari (Sukandar, dkk., 2008).
Penggunaan alopurinol sebagai langkah profilaksis setelah serangan akut
berhasil diatasi dapat dilakukan sebagai langkah preventif terjadinya pengulangan
serangan akut. Perlu diperhatikan saat pertama kali pemberian adakah timbul efek
samping obat seperti ruam. Jika terjadi ruam segera hentikan penggunaan atau jika
diketahui ruam yang terjadi bersifat ringan gunakan kembali dengan hati-hati
namun hentikan segera ketika muncul kembali reaksi kulit berupa pengelupasan
kulit. Terapi profilaksis dapat dilakukan hingga 6 bulan. Untuk pasien tanpa tophi,
terapi profilkasis dapat dihentikan pada bulan ke 3 setelah target asam urat darah
tercapai. Untuk pasien dengan tophi, terapi profilaksis dapat dihentikan setelah 6
bulan setelah target asam urat darah telah tercapai. Pemberian dosis pertama
diusahakan tidak melebihi 100 mg/hari dan pasien dengan penyakit ginjal kronis
stadium 4 atau lebih harus diberikan dosis awal 50 mg/hari. Dosis selanjutnya
dititrasi/disesuaikan setiap 2 - 5 minggu untuk mencapai target yang diinginkan
dan dapat ditingkatkan hingga lebih dari 300 mg/hari asalkan pasien diedukasi
dan dimonitor efek samping yang mungkin timbul (Kelsey et al, 2007; Khana et
al, 2012; Sukandar, dkk, 2008)

2.

Konsultasi, Informasi dan Edukasi (KIE)


Salah satu penatalaksanaan penyakit gout adalah dengan mengatur jumlah

kalori yang masuk ke dalam tubuh dan jenis makanan yang boleh dimakan. Halhal tersebut dapat dilakukan dengan cara:
a. Membatasi mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi menjadi
100-150 mg purin per hari (asupan normalnya mengandung 600-1000 mg purin
per hari).
b. Jumlah kalori yang berasal dari makanan harus sesuai dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan aktivitas fisik. Bagi pasien obesitas atau
kegemukan, masuknya kalori harus dikurangi secara bertahap guna
menghindari pembakaran lemak tubuh secara berlebihan.
c. Kurangi konsumsi karbohidrat sederhana seperti buah-buahan, gula pasir, gula
aren, madu dan hasil olahan seperti sirup, permen, gulali, manisan buah, selai,
dodol, onde, kelepon yang mengandung gula merah hingga 5-10%, sebaliknya
konsumsi yang mengandung karbohidrat kompleks seperti nasi, kentang, roti,
mi, ubi jalar dsb dikonsumsi 55-75% dari asupan kalori.
d. Membatasi konsumsi protein hingga 15% dari total kalori.
e. Menghindari konsumsi makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi.
Contoh makanan yang memiliki kadar purin tinggi yaitu jeroan seperti hati,
ginjal, limpa, babat, usus, otak, paru dan jantung, daging berwarna merah, ikan
sarden, salmon, angsa, kerang, dan udang kecil. Sayuran yang mengandung
purin tinggi perlu dibatasi juga seperti bayam, buncis, kembang kol, brokoli,
daun dan buah melinjo, labu siam, daun singkong, jamur dan asparagus.
f. Pasien dianjurkan mengonsumsi protein yang kandungan purinnya rendah.
Contoh makanan yang memiliki kadar purin rendah adalah susu, telur, keju,
hasil olahan kacang-kacangan seperti tahu, oncom dan tempe.
g. Konsumsi lemak jenuh dan tak jenuh hanya dibatasi 15% dari total kalori.
Pasien perlu membatasi konsumsi lemak seperti santan, daging berlemak,
margarin, mentega atau pengolahan makanan dengan menggunakan minyak
dan lemak. Konsumsi lemak setiap hari dari makanan dibatasi hanya sebanyak

15% dari total kalori. Pembatasan ini perlu dilakukan karena lemak dapat
menghambat pembuangan asam urat melalui ginjal.
h. Banyak minum untuk mencukupi kebutuhan cairan, kira-kira 2,5 liter air putih
atau sekitar 10-12 gelas per hari. Anjuran ini diberikan karena cairan dapat
meningkatkan pembuangan asam urat melalui urin.
i. Menghindari alkohol. Alkohol tidak mengandung purin. Alkohol akan
dimetabolisme menjadi asam laktat yang akan menghambat pembuangan asam
urat melalui ginjal. Oleh karena itu, penderita harus menghindari makanan
yang banyak mengandung alkohol seperti tape, brem, tuak dan minuman
beralkohol.
(Misnadiarly, 2007)
.

Você também pode gostar