Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
JAKARTA
2015
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendetaksi adanya plagiarism.
Nama/NPM
Mata ajar
Judul makalah/tugas
Tanggal
: 11 November 2015
Dosen
(Danang Prihastomo)
1406587304
i | Halaman
DAFTAR ISI
I
II
III
1
3
III.
III.1
III.2
III.3
III.4
IV.
IV.1
IV.2
IV.3
IV.4
3
4
5
5
5
6
7
7
8
9
9
10
11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
ii | Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel I The Global Competitiveness Index World Economic Forum 2009 2013 (Infrastruktur)
Tabel II Logistic Performance Index (LPI) 2014
Tabel III Skema Elemen Tol Laut
Tabel IV Kerangka Tabel Input - Output
Tabel V Sembilan Sektor Output Nasional (Miliar Rupiah)
Tabel VI Sembilan Sektor Nilai Tambah Bruto (NTB) Nasional (Miliar Rupiah)
Tabel VI Komponen Struktur Permintaan Akhir Nasional (Miliar Rupiah)
Tabel VII Leading Sector Nasional, Tahun 2005
Tabel VIII Dampak Investasi Tol Laut Terhadap Perubahan Output Nasional
Tabel IX Dampak Investasi Tol Laut Terhadap Perubahan Pendapatan Rumah Tangga Nasional
Tabel X Dampak Investasi Tol Laut Terhadap Perubahan Tenaga Kerja Nasional
iii | Halaman
1
2
2
3
5
5
6
6
8
8
9
I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di du nia, dengan lebih dari 17.500 pulau besar dan
kecil dengan panjang garis pantai 80.000 km, sebagai negara kepulauan yang luas, industri sektor maritim
(pelayaran, perkepalan, perikanan, lepas pantai da n energI kelautan) semestinya mejadi tulang punggung
perekonomian Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Posisi Indonesia sangat strategis dengan berada
persilangan rute perdagangan Internasional, tetapi Indonesia belum dapat memanfaatkan peluang tersebut.
Peran pelabuhan sangat penting dalam kondisi geografis Indonesia ini, pelabuhan menjadi sarana
penting dalam menghubungkan dan menerima segala muatan antar pulau maupun dunia. Namun Indonesia
memiliki pelabuhan -pelabuhan kurang dari standar. Dari 134 ne gara, menurut Global Competitiveness
Report 2009-2013, daya saing pelabuhan di Indonesia berada di peringkat ke -77, sedikit meningkat dari
posisi 20 12 yang berada di urutan ke -104. Namun, posisi Indonesia itu kalah dari Singapura, Malaysia,
dan Thailand. Kelemahan pelabuhan di Indonesia terletak pada kualitas infrastruktur.
Tabel I The Global Competitiveness Index World Economic Forum 2009 2013 (Infrastruktur)
1 | Halaman
II.1
Tabel I -O pada dasarnya merupakan uraian st atistik dalam bentuk matriks yang menyajikan
informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar-satuan kegiatan ekonomi (sektor)
dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Isian sepanjang baris dalam matriks menunjukkan
bagaimana output suatu sektor ekonomi dialokasikan ke sektor
-sektor lainnya untuk memenuhi
permintaan antara dan permintaan akhir, sedangkan isian dalam kolom menunjukkan pemakaian input
antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksinya.
Sebagai suatu model kuantitatif, tabel I-O akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai:
1. struktur perekonomian nasional/regional yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing
masing sektor;
2. struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektor-sektor produksi;
3. struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri maupun barang -barang yang
berasal dari impor;
4. struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor
permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor.
Bentuk tabel I-O dapat digambarkan seperti kerangka tabel berikut ini:
Tabel IV Kerangka Tabel Input - Output
I
II
(n x n)
(n x m)
Permintaan akhir
III
IV
(p x n)
(p x m)
Input Primer
Kuadran pertama menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh sektor -sektor
dalam suatu perekonomian. Kuadran ini menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu
proses produksi. Penggunaan atau konsum si barang dan jasa di sini adalah penggunaan untuk dipro ses
kembali, baik sebagai bahan baku atau bahan penolong. Karenanya transaksi yang digambarkan dalam
kuadran pertama ini disebut juga transaksi antara.
Kuadran kedua menunjukkan permintaan akhir (final demand). Penggunaan barang dan jasa bukan untuk
proses produksi digolongkan sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir ini biasanya terdiri atas
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor.
Kuadran ketiga memperlihatkan input primer sektor-sektor produksi. Input ini dikatakan primer karena
bukan merupakan bagian dari output suatu sektor produksi seperti pada kuadran pertama dan kedua. Input
primer adalah semua balas jasa faktor produksi dan meliputi upah dan gaji, surplus usaha ditamb
ah
penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
3 | Halaman
II.2
Dalam tabel input -output, pengganda tidak hanya menjelaskan satu besaran pengganda saja
tetapi juga dapat menjelaskan beberapa (sekelompok) besaran pengganda yang dinyatakan dalam matriks
pengganda (multiplier matrix). Matriks pengganda dalam tabel input -output menjelaskan perubahan yang
terjadi pada berbagai peubah endogen sebagai akibat perubahan pada satu atau beberapa peubah eksogen.
Analisis pengganda dalam tabel input
-output digunakan untuk menentukan tingkat
ketergantungan dari beberapa sektor ekonomi. Suatu sektor dengan koefisien pengganda yang besar
mencerminkan bahwa sektor tersebut mempunyai hubungan yang kuat dengan sektor lain.
Terdapat 3
(tiga) variabel utama yang dip erhatikan dalam analisis pengganda, yaitu; (1) pengganda ouput sektor sektor produksi, (2) pengganda pendapatan rumah tangga (household income), dan (3) pengganda tenaga
kerja (employment).
Pengganda berdasarkan waktu dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu pengganda jangka pendek
(jenis I) dan pengganda jangka panjang (jenis II). Pada pengganda jenis I, rumah tangga sebagai variabel
yang bersifat exogenous, sedangkan pada pengganda jenis II rumah tangga bersifat endogenous.
Pengaruh pengganda permintaan ak hir/output, menjelaskan jumlah kebutuhan input langsung
dan tidak langsung dari semua sektor untuk menghasilkan atau unit tambahan sektor ke -i yang dipakai
untuk menghasilkan satu
-satuan output. Pengganda pendapatan merupakan koefisien yang
mengindikasikan pengaruh pendapatan yang dapat ditimbulkan oleh suatu sektor permintaan akhir.
Sedangkan pengganda tenaga kerja merupakan jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk meningkatkan output
per-unit permintaan akhir dari sektor tertentu.
Bagi suatu wilayah, angka pen gganda mempunyai arti yang sangat besar. Pengganda ini dapat
dijadikan indikasi seberapa besar pengaruh suatu investasi yang dilakukan pada suatu sektor akan
mempengaruhi perekonomian pada umumnya, melalui tenaga kerja, pendapatan, dan permintaan
akhir/output. Dengan diketahuinya suatu angka pengganda, maka dapat diketahui pula besarnya pengaruh
akibat pengembangan suatu sektor.
Tiap kuadran dalam tabel I -O dinyatakan dalam bentuk matriks, masing -masing dengan dimensi
seperti tertera dalam Tabel III. Bentuk seluruh matriks ini, menunjukkan kerangka tabel I -O berisi uraian
statistik yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu
periode tertentu. Kumpulan sektor produksi di dalam kuadran I yang berisi kelompok produse
n
memanfaatkan berbagai sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa secara makro disebut sistem
produksi. Sektor di dalam sistem produksi ini dinamakan sektor endogen. Sedangkan sektor di luar sistem
(jadi yang di kuadran II, III, dan IV) dinamakan sekt or eksogen. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
tabel I -O membedakan dengan jelas antara sektor endogen dengan sektor eksogen. Output selain
digunakan dalam sistem produksi dalam bentuk permintaan antara, juga digunakan di luar sistem produksi
yaitu dalam bentuk permintaan akhir. Input yang digunakan ada yang berasal dari dalam sistem produksi
yaitu input antara dan ada input yang berasal dari luar sistem produksi yaitu input primer.
4 | Halaman
III.
III.1
Struktur Output
Berdasarkan tabel input output 9 Sektor Indonesia Tahun 2005, dari sisi penawaran domestik,
output sektor ekonomi yang tercipta di Indonesia terutama berasal dari sektor industri, perdagangan, hotel
dan restoran, bangunan, Jasa-jasa, dan secara lengkap urutan dari sembilan sektor ini adalah sebagaimana
pada tabel IV.
Tabel V Sembilan Sektor Output Nasional (Miliar Rupiah)
Kode
Sektor
3 Industri Pengolahan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
5 Bangunan
9 Jasa-Jasa
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
7 Pengangkutan dan Komunikasi
2 Pertambangan dan Penggalian
8 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
Total Output
III.2
Output
Persentase
2,128,144
37.41
730,935
12.85
578,442
10.17
533,116
9.37
490,880
8.63
398,426
7.00
387,251
6.81
352,188
6.19
88,894
1.56
5,688,274
100.00
Dari sisi penciptaan nilai tambah, sektor ekonomi yang memberikan sumbangan nilai tambah
terbesar terhadap PDRB Jabar adalah sektor industri, perdagangan, pertanian, pertambangan, dan sesuai
urutan pada Tabel VI . Beberapa sektor dengan kontribusi output yang besar ternyata mempunyai nilai
tambah bruto yang lebih kecil peringkatnya dibandingkan dengan sektor lainnya.
Tabel VI Sembilan Sektor Nilai Tambah Bruto (NTB) Nasional (Miliar Rupiah)
Kode
Sektor
3 Industri Pengolahan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian
9 Jasa-Jasa
8 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
5 Bangunan
7 Pengangkutan dan Komunikasi
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
Total Nilai Tambah
III.3
NTB
Persentase
795,681
27.66
433,186
15.06
375,615
13.06
317,170
11.02
287,654
10.00
239,392
8.32
206,862
7.19
194,423
6.76
26,911
0.94
2,876,892
100.00
Permintaan akhir merupakan penghela perekonomian karena setiap permintaan akhir akan
timbul baik secara keseluruhan maupun
masing-masing komponennya akan mempengaruhi output,
pendapatan, tenaga kerja dan nilai tambah. Permintaan akhir dapat memicu produsen menghasilkan output
dan dapat merangsang perekonomian khususnya produksi barang dan jasa.
Tabel VII menunjukkan komponen permintaan akhir yaitu konsumsi rumah tangga merupakan
penyerap permintaan akhir terbesar yaitu sebesar
1.602.950 miliar rupiah atau sebesar 48 persen.
Kemudian diikuti oleh ekspor sebesar 872.823 miliar rupiah atau sebesar 26,14 persen. Komponen ketiga
terbesar yaitu melalui pembentukan modal sebesar 619.374 miliar rupiah atau 18,55 persen. Selanjutnya
5 | Halaman
Komponen
(1)
(2)
301
302
303
304
305
309
409
Distribusi Thd
Nilai (Miliar
Distribusi Thd
Permintaan Akhir
Rupiah)
PDRB (Persen)
(Persen)
(3)
(4)
(5)
1,602,950
48.00
55.72
220,869
6.61
7.68
619,374
18.55
21.53
23,596
0.71
0.82
872,823
26.14
30.34
3,339,612
100.00
116.08
840,132
25.16
29.20
2,876,892
86.14
100.00
Bila dilihat dari sisi PDRB menurut komponen pengeluaran, terilhat bahwa sekitar 55,72 persen
dari total nilai tambah yang tercipta digunak ankan untuk memenuhi permintaan rumah tangga, sementara
yang digunakan untuk memenuhi pembentukan modal tetap bruto (PM
TB) sekitar 21,53 persen.
Pengeluaran konsumsi pemerintah hanya menggunakan sekitar
7,68 persen saja. Sementara yang
digunakan untuk memenuhi permintaan di luar Indonesia (ekspor) sekitar 1,14 persen.
III.4
Melalui analisis keterkaitan antar sektor dapat diketahui hubungan antara satu sektor dan sektor
lainnya melalui matriks koefisien teknis serta analisis backwad dan forward linkage. Sebaga
i analisis
lanjutannya, melalui analisis keterkaitan antar sektor dapat pula ditentukan leading sector dalam sebuah
sistem perekonomian. Sektor unggulan (key sector) adalah sektor yang memiliki peranan yang relatif
besar dibandingkan dengan sektor -sektor lainnya dalam memacu tujuan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Rustiadi, et al., (2009) sektor unggulan dapat diartikan sebagai sektor utama (leading sector)
yakni suatu sektor yang menciptakan pertumbuhan yang pesat dan kekuatan ekspansi ke berbagai sek tor
lain dalam perekonomian.
Pada analisis tabel input output , suatu sektor dikatakan sebagai leading sector bila memiliki nilai
indeks backward linkage (BL) dan indeks forward linkage (FL) di atas rata -rata (lebih dari satu), karena
ini berarti peningkatan yang output sebesar 1 unit pada sektor tersebut akan mendorong peningkatan
output sektor lainnya sebesar lebih dari 1 unit. Pada tabel IO
Nasional tahun 20 05, sektor dengan nilai
indeks BL dan FL terbesar adalah sektor Industri Pengolahan, yakni 1, 0854 untuk nilai BL dan 2,5516
untuk nilai FL. Ini berarti, bila terjadi peningkatan output sektor industri pengolahan karena meningkatnya
permintaan sebesar 1 rupiah maka sektor-sektor yang menjadi input sektor industri pengolahan akan
mengalami peningkatan output sebesar 1,0854 rupiah dan sektor-sektor lainnya yang menggunakan sektor
industri pengolahan sebagai inputnya akan mengalami peningkatan output sebesar 2,5516 rupiah.
Tabel VII Leading Sector Nasional, Tahun 2005
Kode
Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Backward Linkages
Total
Indeks
2.0771
0.7832
1.7097
0.6446
2.8785
1.0854
3.1068
1.1715
3.0720
1.1583
2.5535
0.9628
2.9020
1.0942
2.2502
0.8485
3.2650
1.2311
Forward Linkages
Total
Indeks
2.5844
0.9404
2.0832
0.7580
7.0124
2.5516
1.4694
0.5347
1.2523
0.4557
2.7510
1.0010
2.1822
0.7940
2.5492
0.9276
1.9305
0.7024
6 | Halaman
IV.
IV.1
Peningkatan investasi pada sektor bangunan sebesar Rp 483,29 triliun , sektor pengangkutan Rp
205,91 triliun, dan di sektor industri pengolahan Rp 10,8 triliun
akan meningkatkan output yang
dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian sekitar Rp. 2.418,71 triliun. Kenaikan permintaan akhir
melalui investasi tol laut bagi sektor bangunan, pengangkutan dan industri pengolahan ini berdampak
paling besar terhadap sektor industri pengolahan sebesar Rp. 646,67 triliun atau 26,74% dari total
peningkatan output seluruh sektor perekonomian. Sektor kedua yang paling terpengaruh dari peningkatan
investasi sektor konstruksi adalah sektor bangunan itu sendir . Sektor ini akan mengalami peningkatan
output sekitar Rp. 499,94 triliun atau 20,67%% dari total peningkatan output seluruh sektor
perekonomian. Sektor dengan dampak peningkatan output terbesar ketiga adalah sektor
Pengangkutan
dan Komunikasi. Sektor ini akan mengalami peningkatan output sekitar Rp. 318,75 triliun atau sekitar
13,18% dari total peningkatan output seluruh sektor perekon omian. Sektor-sektor yang memiliki dampak
7 | Halaman
output paling sedikit adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel
VIII.
Tabel VIII Dampak Investasi Tol Laut Terhadap Perubahan Output Nasional
Dampak Output (Rp. Miliar)
Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
201
IV.2
Sektor
Output Awal
Perubahan
Kontribusi thd
total
Persentase
perubahan
Perubahan
27.67
5.61
24.72
3.96
30.39
26.74
27.21
1.00
86.43
20.67
23.73
7.17
80.00
13.18
38.06
5.54
15.90
3.50
34.62
12.63
100.00
Peningkatan investasi pada sektor bangunan sebesar Rp 483,29 triliun , sektor pengangkutan Rp
205,91 triliun, dan di sektor industri pengolahan Rp 10,8 triliun
akan meningkatkan pendapatan rumah
tangga seluruh sektor perekonomian sekitar Rp. 305,39 triliun. Kenaikan p ermintaan akhir sektor
bangunan, pengangkutan dan industri pengolahan ini berdampak paling besar terhadap sektor industri
pengolahan sebesar Rp. 69,10 triliun atau 22,63% dari total peningkatan pendapatan rumah tangga
seluruh sektor p erekonomian. Sektor kedua yang p aling terpengaruh dari peningkatan in vestasi ini
adalah sektor bangunan sendiri. Sektor ini akan mengalami peningkatan pendapatan rumah tangga
sekitar Rp. 66,4 triliun atau 21,76% dari total peningkatan pendapatan rumah tangga seluruh sektor
perekonomian.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi akan m engalami peningkatan pendapatan
rumah tangga terbesar ketiga, yaitu sekitar Rp.51,32 triliun atau sekitar 16,81% dari total
peningkatan p endapatan rumah tangga seluruh sektor perekonomian. Sektor-sektor yang m emiliki
dampak pendapatan ru mah tangga paling sedikit adalah listrik, gas dan air bersih dengan total
perubahan hanya sebesar Rp. 2,36 triliun (0,77% dari total peningkatan p endapatan rumah tangga
seluruh sektor perekonomian) Berikut ini adalah tabel IX yang menunjukkan dampak investasi JSS
terhadap perubahan output dan pendapatan rumah tangga nasional.
Tabel IX Dampak Investasi Tol Laut Terhadap Perubahan Pendapatan Rumah Tangga Nasional
Dampak Pendapatan (Rp. Miliar)
Kontribusi thd
Pendapatan
Persentase
total
Perubahan
Awal
Perubahan perubahan
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
84,728.40
23,441.27
27.67
7.68
2 Pertambangan dan Penggalian
43,670.50
10,794.82
24.72
3.53
3 Industri Pengolahan
227,388.80
69,096.00
30.39
22.63
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
8,688.60
2,364.04
27.21
0.77
5 Bangunan
76,881.80
66,447.71
86.43
21.76
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
129,859.50
30,814.82
23.73
10.09
7 Pengangkutan dan Komunikasi
64,154.10
51,324.04
80.00
16.81
8 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
53,524.90
20,372.44
38.06
6.67
9 Jasa-Jasa
193,321.30
30,732.19
15.90
10.06
201 Upah dan Gaji
0.00
Total
882,217.90
305,387.32
100.00
Kode
Sektor
8 | Halaman
IV.3
Berdasarkan data Indo-dapoer (data world bank tahun 2005) , jumlah t enaga kerja di Indonesia
adalah 93.958.387 orang. Jumlah tenaga kerja terbesar terdapat di sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan yaitu sekitar 41,3 juta orang. Dengan asumsi bahwa koefisien teknologi tahun 2005 tidak
mengalami perubahan yang besar (struktur dan besaran sektor tetap) dibanding tahun 2015, serta ka rena
keterbatasan data yang tersedia (website BPS.go.id hanya memuat Tabel Input-output Tahun 2005), maka
adanya investasi tol laut sebesar Rp 700 triliun akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 30,13
juta orang.
Tabel X Dampak Investasi Tol Laut Terhadap Perubahan Tenaga Kerja Nasional
Dampak Tenaga Kerja (orang)
Kontribusi thd
Tenaga Kerja
Persentase
total
Perubahan
Awal
Perubahan perubahan
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
41,309,776
11,428,914
27.67
37.93
2 Pertambangan dan Penggalian
904,194
223,506
24.72
0.74
3 Industri Pengolahan
11,952,985
3,632,120
30.39
12.05
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
194,642
52,959
27.21
0.18
5 Bangunan
4,565,454
3,945,849
86.43
13.10
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
17,909,147
4,249,725
23.73
14.10
7 Pengangkutan dan Komunikasi
5,652,841
4,522,340
80.00
15.01
8 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
1,141,852
434,607
38.06
1.44
9 Jasa-Jasa
10,327,496
1,641,757
15.90
5.45
201 Upah dan Gaji
0.00
Total
93,958,387
30,131,777
100.00
Kode
Sektor
Kenaikan permintaan akhir pada sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komuni kasi serta
sektor indus tri pengol ahan ini memberikan b angkitan p enyerapan tenaga kerja terbesar terhadap sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perika nan yaitu sebanyak 11,43 juta orang atau sekitar 37,93% dari
total perubahan t enaga kerja secara keseluruhan. Selain
sektor pertanian dll terseb ut, sektor
pengangkutan dan komunikasi juga mengalami p erubahan tenaga kerja terbesar. Sektor ini merupakan
sektor dengan perubahan tenaga kerja terbesar kedua, dengan penambahan tenaga kerja sebanyak 4,52
juta orang.
IV.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Pradhitasari, Handini, dan Ibnu Syabri. "Analisis Dampak Rencana Investasi Jembatan Selat
Sunda Terhadap Pulau Sumatra dan Pulau Jawa."
2. Prihartono, Bambang. Pengembangan Tol Laut dalam RPJMN 2015 2019 dan Implementasi
2015.
3. Permana, Chandra Darma, Asmara, Alla. Analisis Peranan dan Dampak Investasi Infrastruktur
terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output
4. Tukan, Marcus, Poros Maritim Indonesia Harapan dan Tantangan.
5. Ariyanti, Fiki. Proyek Tol Laut Jokowi Butuh Duit Rp 700 Triliun, Ini Rinciannya.
http://bisnis.liputan6.com/read/2197452/proyek-tol-laut-jokowi-butuh-duit-rp-700-triliun-inirinciannya
6. Indo Dapoer, Data World Bank 2015.
http://databank.worldbank.org/data/reports.aspx?source=indo~dapoer-(indonesia-databasefor-policy-and-economic-research).
7. Tabel. Input-Output 9 Sektor Tahun 2005. http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1194
10 | Halaman
LAMPIRAN - LAMPIRAN
11 | Halaman
1 | Halaman