Você está na página 1de 16

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS PENGGANTI UJIAN TENGAH SEMESTER


METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN 2

ANALISA DAMPAK PENGEMBANGAN TOL LAUT


TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL
(METODE ANALISA INPUT OUTPUT)

Oleh:

DANANG PRIHASTOMO 1406587304

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
JAKARTA
2015

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS


Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas
terlampir adalah murni hasil pekerjaan kamisendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang saya gunakan tanpa menyebut sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk


makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali

kami menyatakan dengan jelas

bahwa kami menyatakan menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendetaksi adanya plagiarism.
Nama/NPM

: Danang Prihastomo / 1406587304

Mata ajar

: Metode Pengambilan Keputusan 2

Judul makalah/tugas

: ANALISA DAMPAK PENGEMBANGAN


TOL LAUT TERHADAP PEREKONOMIAN
NASIONAL
(METODE ANALISA INPUT OUTPUT)

Tanggal

: 11 November 2015

Dosen

: Dr. Ir. Widyono Soetjipto M.Sc

Tanda tangan pembuat tugas :

(Danang Prihastomo)
1406587304

i | Halaman

DAFTAR ISI
I
II
III
1
3

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN
II.
METODE PENELITIAN
II.1
II.2

III.
III.1
III.2
III.3
III.4

IV.
IV.1
IV.2
IV.3
IV.4

3
4

Dasar Input - Output


Analisis Dampak Pengganda (Multiplier Effect)

GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN NASIONAL


Struktur Output
Struktur Nilai Tambah
Struktur Permintaan Akhir
Analisis Keterkaitan Antar Sektor

5
5
5
6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7
7
8
9
9

Dampak terhadap output


Dampak terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Dampak terhadap Tenaga Kerja
Kesimpulan dan Penutup

10
11

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN

ii | Halaman

DAFTAR TABEL
Tabel I The Global Competitiveness Index World Economic Forum 2009 2013 (Infrastruktur)
Tabel II Logistic Performance Index (LPI) 2014
Tabel III Skema Elemen Tol Laut
Tabel IV Kerangka Tabel Input - Output
Tabel V Sembilan Sektor Output Nasional (Miliar Rupiah)
Tabel VI Sembilan Sektor Nilai Tambah Bruto (NTB) Nasional (Miliar Rupiah)
Tabel VI Komponen Struktur Permintaan Akhir Nasional (Miliar Rupiah)
Tabel VII Leading Sector Nasional, Tahun 2005
Tabel VIII Dampak Investasi Tol Laut Terhadap Perubahan Output Nasional
Tabel IX Dampak Investasi Tol Laut Terhadap Perubahan Pendapatan Rumah Tangga Nasional
Tabel X Dampak Investasi Tol Laut Terhadap Perubahan Tenaga Kerja Nasional

iii | Halaman

1
2
2
3
5
5
6
6
8
8
9

I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di du nia, dengan lebih dari 17.500 pulau besar dan
kecil dengan panjang garis pantai 80.000 km, sebagai negara kepulauan yang luas, industri sektor maritim
(pelayaran, perkepalan, perikanan, lepas pantai da n energI kelautan) semestinya mejadi tulang punggung
perekonomian Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Posisi Indonesia sangat strategis dengan berada
persilangan rute perdagangan Internasional, tetapi Indonesia belum dapat memanfaatkan peluang tersebut.
Peran pelabuhan sangat penting dalam kondisi geografis Indonesia ini, pelabuhan menjadi sarana
penting dalam menghubungkan dan menerima segala muatan antar pulau maupun dunia. Namun Indonesia
memiliki pelabuhan -pelabuhan kurang dari standar. Dari 134 ne gara, menurut Global Competitiveness
Report 2009-2013, daya saing pelabuhan di Indonesia berada di peringkat ke -77, sedikit meningkat dari
posisi 20 12 yang berada di urutan ke -104. Namun, posisi Indonesia itu kalah dari Singapura, Malaysia,
dan Thailand. Kelemahan pelabuhan di Indonesia terletak pada kualitas infrastruktur.
Tabel I The Global Competitiveness Index World Economic Forum 2009 2013 (Infrastruktur)

Sumber: Paparan Direktur Transportasi BAPPENAS


Presiden RI menggagas tol laut sebagai solusi untuk membuat Indonesia kembali menjadi macan
Asia dengan peningkatan ekonomi melalui maritim, juga menjawab keluhan masyarakat papua dan
pengusaha mengenai tinginya harga pokok di Papua. Harga BBM, sembako dan lainnya yang rata-rata 50100% meningkat dari harga aslinya terutama dibandingkan dengan harga di pulau Jawa.
Tol laut merupakan armada kapal besar yang secara reguler berlayar melayani pengangk
utan
barang komoditi dari ujung barat Indonesia ke ujung timur Indonesia dan sebaliknya. Kapal -kapal secara
reguler menghubungkan wilayah atau pulau sekitarnya maupun ke kawasan regional di wilayah Asia
Pasifik. Tol laut ini bertujuan mengembangkan ekonomi maritim, yaitu menjadikan laut sebagai basis
konektivitas produksi dan pemasaran antar daerah atau p ulau di Indonesia dan regional , s ehingga dapat
menekan disparitas harga yang terjadi dengan menekan biaya transportasi dan logistik yang masih tinggi .
Tol laut merupakan transportasi berciri masal di lima pulau besar, (Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua
dan Jawa), di pastikan akan berdampak pada penurunan persentasi konsumsi BBM di sektor transportasi,
saat ini 40,58 persen total konsumsi BBM nasional ada disektor tranportasi. Tol laut diyakini akan
menekan biaya pe ngangkutan, sehingga di satu sisi meningk atkan keunggulan kompetitif produk ekspor,
di sisi lain memperkecil kesenjangan harga barang konsumsi antar kota se
-Indonesia, tol laut juga
bermanfaat sebagai kekuatan sosial untuk mempertahankan keutuhan NKRI, dengan tol laut jarak antar
pulau bahkan di daerah perbatasan sekali pun seakan-akan tidak ada, dalam jangka panjang, jika program
tol laut ini berjalan sesuai dengan konsepnya maka akan berdampak pada membaiknya tata niaga
komoditi, perputaran barang dan jasa sehingga berdampak pada pertumbuhan eko nomi yang lebih merata
yang pada akhirnya menciptakan kesejahteraan rakyat.

1 | Halaman

Tabel II Logistic Performance Index (LPI) 2014

Sumber: Paparan Direktur Transportasi BAPPENAS


Tabel III Skema Elemen Tol Laut

Sumber: Paparan Direktur Transportasi BAPPENAS


Kementerian Perencanaan Pembangunan (PPN)/Bappenas memastikan proyek tol laut untuk 5
tahun ke depan membutuhkan dana investasi kurang lebih Rp 700 triliun. Modal tersebut dapat diperoleh
melalui kegiatan investasi asing maupun domestik.
Sebanyak 24 p elabuhan akan t erkoneksi pada 2016 hingga 2017, Tol laut sudah jalan pada Februari
2015 namun Namun memang, pelayanan yang diberikan masih sebatas pelayaran jarak pendek ( short sea
shipping) dengan kapal -kapal kecil , misalnya untuk Papua melayani rute Soro ng ke Waisai. Ada juga
Surabaya ke Makassar. Kapal yang melintas di tol laut rute ini adalah kapal -kapal berukuran kecil yang
mengangkut barang dan penumpang. Pengoperasian kapal tersebut terjadwal dua kali dalam sehari.
berbeda dengan dahulu, kapal-kapal tersebut hanya berlayar jika menerima pesanan atau carter.
Secara umum manfaat pembangunan Tol Laut ini sangatlah luas dan multisektoral. Salah
satu
dampak langsungnya adalah diharapkan akan dapat mengurangi biaya logistik, sehingga harga barang di
Papua sama atau mendekati harga barang di Jawa. S elain itu dampak pembangunan tol laut dengan nilai
investasi yang besar akan memberikan pengaruh siknifikan bagi perekonomian
Nasional yang dilihat
melalui dampak sektoral. Nilai investasi yang ditanamkan untuk pembangunan tol ini sedikit banyak akan
memberikan pengaruh bagi sektor -sektor penyusun perekonomian melalui efek multiplier. Sampai sejauh
mana perekonomian dan masyarakat Indonesia merasakan dampak dari proyek tersebut.
Konsep keterpaduan program pembangun an ekonomi me njadi semakin penting dalam era
Pembangunan Jangka Panjang. Secara ideal, output dari suatu program pembangunan bisa menjadi input
bagi program pembangunan lainnya. Program pembangunan yang bersifat ego -sektor semakin tidak
populer karena di yakini akan merugikan kepentingan pembangunan secara keseluruhan. Dalam
perekonomian yang lebih luas, hubungan antar kegiatan ekonomi juga menunjukkan
keterkaitan yang
semakin kuat dan dinamis. Jenis -jenis kegiatan baru bermunculan untuk mengisi kekosongan mata rantai
kegiatan yang semakin panjang dan kait mengait. Kemajuan di suatu sektor tidak mungkin dapat dicapai
tanpa dukungan sektor -sektor lain. Begitu juga sebaliknya, hilangnya kegiatan
suatu sektor akan
berdampak terhadap kegiatan sektor lain. Berba gai hubungan antar -kegiatan ekonomi (inter-industry
relationship) selanjutnya dapat direkam dalam suatu instrumen yang dikenal dengan model input-output
(I-O).
2 | Halaman

II. METODE PENELITIAN


Alat analisis yang digunakan untuk memp elajari DAMPAK PE NGEMBANGAN TOL LAUT
TERAHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL adalah Analisis Tabel Input -Output 9 Sektor Indonesia
Tahun 2005. Sementara dampak yang ditimbulkan dari KEGIATAN ini dianalisa dengan menggunakan
metode keterkaitan antar sektor dan ana lisis pengganda sederhana (output, pendapatan, dan kesempatan
kerja) tabel input output terbuka dan tabel input output tertutup. Pen
ghitungannya dilakukan dengan
menggunakan Microsoft Excell.

II.1

Dasar Input - Output

Tabel I -O pada dasarnya merupakan uraian st atistik dalam bentuk matriks yang menyajikan
informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar-satuan kegiatan ekonomi (sektor)
dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Isian sepanjang baris dalam matriks menunjukkan
bagaimana output suatu sektor ekonomi dialokasikan ke sektor
-sektor lainnya untuk memenuhi
permintaan antara dan permintaan akhir, sedangkan isian dalam kolom menunjukkan pemakaian input
antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksinya.
Sebagai suatu model kuantitatif, tabel I-O akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai:
1. struktur perekonomian nasional/regional yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing
masing sektor;

2. struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektor-sektor produksi;
3. struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri maupun barang -barang yang
berasal dari impor;
4. struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor
permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor.

-sektor produksi maupun

Bentuk tabel I-O dapat digambarkan seperti kerangka tabel berikut ini:
Tabel IV Kerangka Tabel Input - Output
I

II

(n x n)

(n x m)

Transaksi antar sektor/kegiatan

Permintaan akhir

III

IV

(p x n)

(p x m)

Input Primer

Kuadran pertama menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh sektor -sektor
dalam suatu perekonomian. Kuadran ini menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu
proses produksi. Penggunaan atau konsum si barang dan jasa di sini adalah penggunaan untuk dipro ses
kembali, baik sebagai bahan baku atau bahan penolong. Karenanya transaksi yang digambarkan dalam
kuadran pertama ini disebut juga transaksi antara.

Kuadran kedua menunjukkan permintaan akhir (final demand). Penggunaan barang dan jasa bukan untuk
proses produksi digolongkan sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir ini biasanya terdiri atas
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor.

Kuadran ketiga memperlihatkan input primer sektor-sektor produksi. Input ini dikatakan primer karena
bukan merupakan bagian dari output suatu sektor produksi seperti pada kuadran pertama dan kedua. Input
primer adalah semua balas jasa faktor produksi dan meliputi upah dan gaji, surplus usaha ditamb
ah
penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
3 | Halaman

Kuadran keempat memperlihatkan input primer yang langsung didistribusikan ke sektor


-sektor
permintaan akhir. Informasi di kuadran keempat ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam
penyusunan tabel input -output kadang -kadang diabaikan. Demikian juga penyusunan tabel I
-O di
Indonesia mengabaikan kuadran keempat ini. Informasi secara rinci mengenai kuadran keempat ini secara
rinci disajikan dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE).
Tiap kuadran dalam tabel I -O dinyatakan dalam bentuk matriks, masing -masing dengan dimensi
seperti tertera dalam Tabel III. Bentuk seluruh matriks ini, menunjukkan kerangka tabel I -O berisi uraian
statistik yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonom i dalam suatu
periode tertentu. Kumpulan sektor produksi di dalam kuadran I yang berisi kelompok produsen
memanfaatkan berbagai sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa secara makro disebut sistem
produksi. Sektor di dalam sistem produksi ini dinamak an sektor endogen. Sedangkan sektor di luar sistem
(jadi yang di kuadran II, III, dan IV) dinamakan sektor eksogen. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
tabel I -O membedakan dengan jelas antara sektor endogen dengan sektor eksogen. Output selain
digunakan dalam sistem produksi dalam bentuk permintaan antara, juga digunakan di luar sistem produksi
yaitu dalam bentuk permintaan akhir. Input yang digunakan ada yang berasal dari dalam sistem produksi
yaitu input antara dan ada input yang berasal dari luar sistem produksi yaitu input primer.

II.2

Analisis Dampak Pengganda (Multiplier Effect)

Dalam tabel input -output, pengganda tidak hanya menjelaskan satu besaran pengganda saja
tetapi juga dapat menjelaskan beberapa (sekelompok) besaran pengganda yang dinyatakan dalam matriks
pengganda (multiplier matrix). Matriks pengganda dalam tabel input -output menjelaskan perubahan yang
terjadi pada berbagai peubah endogen sebagai akibat perubahan pada satu atau beberapa peubah eksogen.
Analisis pengganda dalam tabel input
-output digunakan untuk menentukan tingkat
ketergantungan dari beberapa sektor ekonomi. Suatu sektor dengan koefisien pengganda yang besar
mencerminkan bahwa sektor tersebut mempunyai hubungan yang kuat dengan sektor lain.
Terdapat 3
(tiga) variabel utama yang dip erhatikan dalam analisis pengganda, yaitu; (1) pengganda ouput sektor sektor produksi, (2) pengganda pendapatan rumah tangga (household income), dan (3) pengganda tenaga
kerja (employment).
Pengganda berdasarkan waktu dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu pengganda jangka pendek
(jenis I) dan pengganda jangka panjang (jenis II). Pada pengganda jenis I, rumah tangga sebagai variabel
yang bersifat exogenous, sedangkan pada pengganda jenis II rumah tangga bersifat endogenous.
Pengaruh pengganda permintaan ak hir/output, menjelaskan jumlah kebutuhan input langsung
dan tidak langsung dari semua sektor untuk menghasilkan atau unit tambahan sektor ke -i yang dipakai
untuk menghasilkan satu
-satuan output. Pengganda pendapatan merupakan koefisien yang
mengindikasikan pengaruh pendapatan yang dapat ditimbulkan oleh suatu sektor permintaan akhir.
Sedangkan pengganda tenaga kerja merupakan jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk meningkatkan output
per-unit permintaan akhir dari sektor tertentu.
Bagi suatu wilayah, angka pen gganda mempunyai arti yang sangat besar. Pengganda ini dapat
dijadikan indikasi seberapa besar pengaruh suatu investasi yang dilakukan pada suatu sektor akan
mempengaruhi perekonomian pada umumnya, melalui tenaga kerja, pendapatan, dan permintaan
akhir/output. Dengan diketahuinya suatu angka pengganda, maka dapat diketahui pula besarnya pengaruh
akibat pengembangan suatu sektor.
Tiap kuadran dalam tabel I -O dinyatakan dalam bentuk matriks, masing -masing dengan dimensi
seperti tertera dalam Tabel III. Bentuk seluruh matriks ini, menunjukkan kerangka tabel I -O berisi uraian
statistik yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu
periode tertentu. Kumpulan sektor produksi di dalam kuadran I yang berisi kelompok produse
n
memanfaatkan berbagai sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa secara makro disebut sistem
produksi. Sektor di dalam sistem produksi ini dinamakan sektor endogen. Sedangkan sektor di luar sistem
(jadi yang di kuadran II, III, dan IV) dinamakan sekt or eksogen. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
tabel I -O membedakan dengan jelas antara sektor endogen dengan sektor eksogen. Output selain
digunakan dalam sistem produksi dalam bentuk permintaan antara, juga digunakan di luar sistem produksi
yaitu dalam bentuk permintaan akhir. Input yang digunakan ada yang berasal dari dalam sistem produksi
yaitu input antara dan ada input yang berasal dari luar sistem produksi yaitu input primer.
4 | Halaman

III.

GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN NASIONAL

III.1

Struktur Output

Berdasarkan tabel input output 9 Sektor Indonesia Tahun 2005, dari sisi penawaran domestik,
output sektor ekonomi yang tercipta di Indonesia terutama berasal dari sektor industri, perdagangan, hotel
dan restoran, bangunan, Jasa-jasa, dan secara lengkap urutan dari sembilan sektor ini adalah sebagaimana
pada tabel IV.
Tabel V Sembilan Sektor Output Nasional (Miliar Rupiah)
Kode
Sektor
3 Industri Pengolahan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
5 Bangunan
9 Jasa-Jasa
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
7 Pengangkutan dan Komunikasi
2 Pertambangan dan Penggalian
8 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
Total Output

III.2

Output
Persentase
2,128,144
37.41
730,935
12.85
578,442
10.17
533,116
9.37
490,880
8.63
398,426
7.00
387,251
6.81
352,188
6.19
88,894
1.56
5,688,274
100.00

Struktur Nilai Tambah

Dari sisi penciptaan nilai tambah, sektor ekonomi yang memberikan sumbangan nilai tambah
terbesar terhadap PDRB Jabar adalah sektor industri, perdagangan, pertanian, pertambangan, dan sesuai
urutan pada Tabel VI . Beberapa sektor dengan kontribusi output yang besar ternyata mempunyai nilai
tambah bruto yang lebih kecil peringkatnya dibandingkan dengan sektor lainnya.
Tabel VI Sembilan Sektor Nilai Tambah Bruto (NTB) Nasional (Miliar Rupiah)
Kode
Sektor
3 Industri Pengolahan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian
9 Jasa-Jasa
8 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
5 Bangunan
7 Pengangkutan dan Komunikasi
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
Total Nilai Tambah

III.3

NTB
Persentase
795,681
27.66
433,186
15.06
375,615
13.06
317,170
11.02
287,654
10.00
239,392
8.32
206,862
7.19
194,423
6.76
26,911
0.94
2,876,892
100.00

Struktur Permintaan Akhir

Permintaan akhir merupakan penghela perekonomian karena setiap permintaan akhir akan
timbul baik secara keseluruhan maupun
masing-masing komponennya akan mempengaruhi output,
pendapatan, tenaga kerja dan nilai tambah. Permintaan akhir dapat memicu produsen menghasilkan output
dan dapat merangsang perekonomian khususnya produksi barang dan jasa.
Tabel VII menunjukkan komponen permintaan akhir yaitu konsumsi rumah tangga merupakan
penyerap permintaan akhir terbesar yaitu sebesar
1.602.950 miliar rupiah atau sebesar 48 persen.
Kemudian diikuti oleh ekspor sebesar 872.823 miliar rupiah atau sebesar 26,14 persen. Komponen ketiga
terbesar yaitu melalui pembentukan modal sebesar 619.374 miliar rupiah atau 18,55 persen. Selanjutnya
5 | Halaman

komponen konsumsi pemerintah dan komponen perubahan stock yang masing


miliar rupiah atau 6,61 persen dan 23.596 miliar rupiah atau 0,71 persen.

-masing sebesar 220.869

Tabel VI Komponen Struktur Permintaan Akhir Nasional (Miliar Rupiah)


Kode

Komponen

(1)

(2)

301
302
303
304
305
309
409

Konsumsi Rumah Tangga


Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Perubahan Stok
Ekspor
Jumlah Permintaan Akhir
Impor
PDRB

Distribusi Thd
Nilai (Miliar
Distribusi Thd
Permintaan Akhir
Rupiah)
PDRB (Persen)
(Persen)
(3)
(4)
(5)
1,602,950
48.00
55.72
220,869
6.61
7.68
619,374
18.55
21.53
23,596
0.71
0.82
872,823
26.14
30.34
3,339,612
100.00
116.08
840,132
25.16
29.20
2,876,892
86.14
100.00

Bila dilihat dari sisi PDRB menurut komponen pengeluaran, terilhat bahwa sekitar 55,72 persen
dari total nilai tambah yang tercipta digunak ankan untuk memenuhi permintaan rumah tangga, sementara
yang digunakan untuk memenuhi pembentukan modal tetap bruto (PM
TB) sekitar 21,53 persen.
Pengeluaran konsumsi pemerintah hanya menggunakan sekitar
7,68 persen saja. Sementara yang
digunakan untuk memenuhi permintaan di luar Indonesia (ekspor) sekitar 1,14 persen.

III.4

Analisis Keterkaitan Antar Sektor

Melalui analisis keterkaitan antar sektor dapat diketahui hubungan antara satu sektor dan sektor
lainnya melalui matriks koefisien teknis serta analisis backwad dan forward linkage. Sebaga
i analisis
lanjutannya, melalui analisis keterkaitan antar sektor dapat pula ditentukan leading sector dalam sebuah
sistem perekonomian. Sektor unggulan (key sector) adalah sektor yang memiliki peranan yang relatif
besar dibandingkan dengan sektor -sektor lainnya dalam memacu tujuan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Rustiadi, et al., (2009) sektor unggulan dapat diartikan sebagai sektor utama (leading sector)
yakni suatu sektor yang menciptakan pertumbuhan yang pesat dan kekuatan ekspansi ke berbagai sek tor
lain dalam perekonomian.
Pada analisis tabel input output , suatu sektor dikatakan sebagai leading sector bila memiliki nilai
indeks backward linkage (BL) dan indeks forward linkage (FL) di atas rata -rata (lebih dari satu), karena
ini berarti peningkatan yang output sebesar 1 unit pada sektor tersebut akan mendorong peningkatan
output sektor lainnya sebesar lebih dari 1 unit. Pada tabel IO
Nasional tahun 20 05, sektor dengan nilai
indeks BL dan FL terbesar adalah sektor Industri Pengolahan, yakni 1, 0854 untuk nilai BL dan 2,5516
untuk nilai FL. Ini berarti, bila terjadi peningkatan output sektor industri pengolahan karena meningkatnya
permintaan sebesar 1 rupiah maka sektor-sektor yang menjadi input sektor industri pengolahan akan
mengalami peningkatan output sebesar 1,0854 rupiah dan sektor-sektor lainnya yang menggunakan sektor
industri pengolahan sebagai inputnya akan mengalami peningkatan output sebesar 2,5516 rupiah.
Tabel VII Leading Sector Nasional, Tahun 2005
Kode

Sektor

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan


Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa

Backward Linkages
Total
Indeks
2.0771
0.7832
1.7097
0.6446
2.8785
1.0854
3.1068
1.1715
3.0720
1.1583
2.5535
0.9628
2.9020
1.0942
2.2502
0.8485
3.2650
1.2311

Forward Linkages
Total
Indeks
2.5844
0.9404
2.0832
0.7580
7.0124
2.5516
1.4694
0.5347
1.2523
0.4557
2.7510
1.0010
2.1822
0.7940
2.5492
0.9276
1.9305
0.7024

6 | Halaman

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis mengenai manfaat


pengembangan tol laut terhadap perekonomian nasional
dilakukan dengan metode input -output, melalui pendekatan koefisien teknis IO tertutup, yakni komponen
Upah dan Gaji dijadikan fak tor endogen, dan selanjutnya memasukkan nilai investasi tol laut ke dalam
tabel input-output. Nilai investasi pembangunan tol laut sesuai dengan pernyataan Direktur Transportasi
BAPPENAS diperkirakan mencapai Rp 700 triliun. Adapun rincian 9 program yang m enjadi bagian dari
tol laut dan memerlukan suntikan modal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan 24 pelabuhan strategis, termasuk pengerukan, pengembangan terminal kontainer serta
lahan. Program ini membutuhkan investasi Rp 243,69 triliun. (sektor bangunan)
2. Short Sea Shipping kapal, pelabuhan Panjang, sumur, Bojanegara, Kendal, Pacitan, Cirebon. Nilai
investasi sebesar Rp 7,5 triliun. (sektor pengangkutan)
3. Fasilitas kargo umum dan bulk yang merupakan rencana induk pelabuhan nasional dengan keperluan
penanaman modal Rp 40,62 triliun. (sektor pengangkutan)
4. Pengembangan pelabuhan non -komersial terdiri dari 1.481 pelabuhan dengan nilai investasi Rp
198,10 triliun. (sektor bangunan)
5. Pengembangan pelabuhan komersial lain. Ada sebanyak 83 pelabuhan dikembangk
an dengan
investasi senilai Rp 41,50 triliun. (sektor bangunan)
6. Transportasi multimoda untuk mencapai pelabuhan seperti akses jalan, kereta pelabuhan dan kereta
pesisir. Investasi yang dibutuhkan senilai Rp 50 triliun. (sektor pengangkutan)
7. Revitalisaasi 1 2 industri galangan kapal dan nilai investasinya Rp 10,80 triliun.
(sektor Industri
pengolahan)
8. Pengadaan kapal untuk 5 tahun ke depan, diantaranya kapal kontainer, barang perintis, bulk carrier,
tug dan barge, tanker dan kapal rakyat. Investasinya sangat besar senilai Rp 101,74 triliun. (sektor
pengangkutan)
9. Pengadaan kapal patroli dari kelas IA sampai dengan V dengan investasi Rp 6,05 triliun.
(sektor
pengangkutan)
Menentukan dampak investasi pembangunan tol laut terhadap sektor-sektor ekonomi Indonesia
tidak terlepas dari struktur investasi yang membentuknya. Struktur investasi dapat diketahui dengan
menggunakan Tabel Input -Output dimana nilai investasi merupakan penjumlahan antara pembentukan
modal tetap bruto dengan perubahan stok. Total investasi untuk sektor produksi di Indonesia pada tahun
2005 adalah sebesar Rp 642,97 triliun. Nilai pembentukan modal terbesar terdapat pada sektor Bangunan
sebesar Rp 528,98 triliun atau sekitar 85,41 % dari total pembentukan modal seluruh perekonomian di
Indonesia. Se lanjutnya analisis investasi dilakukan dengan mengadakan shock sebesar nilai investasi
pembangunan tol laut . Besarnya shock yang dimasukkan adalah senilai Rp. 700 triliun yang didapatkan
dari estimasi perhitungan biaya pembangunan tol laut berdasarkan rincian diatas . Jumlah ini sangat
besar, bahkan lebih besar dibanding total investasi nasional tahun 2005. Adapun sektor yang dipengaruhi
oleh investasi ini adalah sektor bangunan sebesar Rp 483,29 triliun, pada sektor pengangkutan Rp 205,91
triliun, dan di sektor industri pengolahan Rp 10,8 triliun , melalui efek multiplier (matriks invers) maka
didapatkan dampak pembangunan terhadap output, pendapatan rumah tangga dan tenaga kerja sebagai
berikut:

IV.1

Dampak terhadap output

Peningkatan investasi pada sektor bangunan sebesar Rp 483,29 triliun , sektor pengangkutan Rp
205,91 triliun, dan di sektor industri pengolahan Rp 10,8 triliun
akan meningkatkan output yang
dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian sekitar Rp. 2.418,71 triliun. Kenaikan permintaan akhir
melalui investasi tol laut bagi sektor bangunan, pengangkutan dan industri pengolahan ini berdampak
paling besar terhadap sektor industri pengolahan sebesar Rp. 646,67 triliun atau 26,74% dari total
peningkatan output seluruh sektor perekonomian. Sektor kedua yang paling terpengaruh dari peningkatan
investasi sektor konstruksi adalah sektor bangunan itu sendir . Sektor ini akan mengalami peningkatan
output sekitar Rp. 499,94 triliun atau 20,67%% dari total peningkatan output seluruh sektor
perekonomian. Sektor dengan dampak peningkatan output terbesar ketiga adalah sektor
Pengangkutan
dan Komunikasi. Sektor ini akan mengalami peningkatan output sekitar Rp. 318,75 triliun atau sekitar
13,18% dari total peningkatan output seluruh sektor perekon omian. Sektor-sektor yang memiliki dampak
7 | Halaman

output paling sedikit adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel
VIII.
Tabel VIII Dampak Investasi Tol Laut Terhadap Perubahan Output Nasional
Dampak Output (Rp. Miliar)
Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
201

IV.2

Sektor

Output Awal

Perubahan

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan


490,879.70
135,808.58
Pertambangan dan Penggalian
387,251.30
95,723.82
Industri Pengolahan
2,128,143.90
646,673.12
Listrik, Gas, dan Air Bersih
88,893.50
24,186.63
Bangunan
578,441.80
499,937.98
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
730,934.60
173,446.07
Pengangkutan dan Komunikasi
398,425.50
318,745.12
Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
352,188.00
134,048.41
Jasa-Jasa
533,115.90
84,749.16
Upah dan Gaji
882,218.00
305,387.32
Total
6,570,492.20 2,418,706.21

Kontribusi thd
total
Persentase
perubahan
Perubahan
27.67
5.61
24.72
3.96
30.39
26.74
27.21
1.00
86.43
20.67
23.73
7.17
80.00
13.18
38.06
5.54
15.90
3.50
34.62
12.63
100.00

Dampak terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Peningkatan investasi pada sektor bangunan sebesar Rp 483,29 triliun , sektor pengangkutan Rp
205,91 triliun, dan di sektor industri pengolahan Rp 10,8 triliun
akan meningkatkan pendapatan rumah
tangga seluruh sektor perekonomian sekitar Rp. 305,39 triliun. Kenaikan p ermintaan akhir sektor
bangunan, pengangkutan dan industri pengolahan ini berdampak paling besar terhadap sektor industri
pengolahan sebesar Rp. 69,10 triliun atau 22,63% dari total peningkatan pendapatan rumah tangga
seluruh sektor p erekonomian. Sektor kedua yang p aling terpengaruh dari peningkatan in vestasi ini
adalah sektor bangunan sendiri. Sektor ini akan mengalami peningkatan pendapatan rumah tangga
sekitar Rp. 66,4 triliun atau 21,76% dari total peningkatan pendapatan rumah tangga seluruh sektor
perekonomian.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi akan m engalami peningkatan pendapatan
rumah tangga terbesar ketiga, yaitu sekitar Rp.51,32 triliun atau sekitar 16,81% dari total
peningkatan p endapatan rumah tangga seluruh sektor perekonomian. Sektor-sektor yang m emiliki
dampak pendapatan ru mah tangga paling sedikit adalah listrik, gas dan air bersih dengan total
perubahan hanya sebesar Rp. 2,36 triliun (0,77% dari total peningkatan p endapatan rumah tangga
seluruh sektor perekonomian) Berikut ini adalah tabel IX yang menunjukkan dampak investasi JSS
terhadap perubahan output dan pendapatan rumah tangga nasional.
Tabel IX Dampak Investasi Tol Laut Terhadap Perubahan Pendapatan Rumah Tangga Nasional
Dampak Pendapatan (Rp. Miliar)
Kontribusi thd
Pendapatan
Persentase
total
Perubahan
Awal
Perubahan perubahan
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
84,728.40
23,441.27
27.67
7.68
2 Pertambangan dan Penggalian
43,670.50
10,794.82
24.72
3.53
3 Industri Pengolahan
227,388.80
69,096.00
30.39
22.63
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
8,688.60
2,364.04
27.21
0.77
5 Bangunan
76,881.80
66,447.71
86.43
21.76
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
129,859.50
30,814.82
23.73
10.09
7 Pengangkutan dan Komunikasi
64,154.10
51,324.04
80.00
16.81
8 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
53,524.90
20,372.44
38.06
6.67
9 Jasa-Jasa
193,321.30
30,732.19
15.90
10.06
201 Upah dan Gaji
0.00
Total
882,217.90
305,387.32
100.00

Kode

Sektor

8 | Halaman

IV.3

Dampak terhadap Tenaga Kerja

Berdasarkan data Indo-dapoer (data world bank tahun 2005) , jumlah t enaga kerja di Indonesia
adalah 93.958.387 orang. Jumlah tenaga kerja terbesar terdapat di sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan yaitu sekitar 41,3 juta orang. Dengan asumsi bahwa koefisien teknologi tahun 2005 tidak
mengalami perubahan yang besar (struktur dan besaran sektor tetap) dibanding tahun 2015, serta ka rena
keterbatasan data yang tersedia (website BPS.go.id hanya memuat Tabel Input-output Tahun 2005), maka
adanya investasi tol laut sebesar Rp 700 triliun akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 30,13
juta orang.
Tabel X Dampak Investasi Tol Laut Terhadap Perubahan Tenaga Kerja Nasional
Dampak Tenaga Kerja (orang)
Kontribusi thd
Tenaga Kerja
Persentase
total
Perubahan
Awal
Perubahan perubahan
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
41,309,776
11,428,914
27.67
37.93
2 Pertambangan dan Penggalian
904,194
223,506
24.72
0.74
3 Industri Pengolahan
11,952,985
3,632,120
30.39
12.05
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
194,642
52,959
27.21
0.18
5 Bangunan
4,565,454
3,945,849
86.43
13.10
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
17,909,147
4,249,725
23.73
14.10
7 Pengangkutan dan Komunikasi
5,652,841
4,522,340
80.00
15.01
8 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
1,141,852
434,607
38.06
1.44
9 Jasa-Jasa
10,327,496
1,641,757
15.90
5.45
201 Upah dan Gaji
0.00
Total
93,958,387
30,131,777
100.00

Kode

Sektor

Kenaikan permintaan akhir pada sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komuni kasi serta
sektor indus tri pengol ahan ini memberikan b angkitan p enyerapan tenaga kerja terbesar terhadap sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perika nan yaitu sebanyak 11,43 juta orang atau sekitar 37,93% dari
total perubahan t enaga kerja secara keseluruhan. Selain
sektor pertanian dll terseb ut, sektor
pengangkutan dan komunikasi juga mengalami p erubahan tenaga kerja terbesar. Sektor ini merupakan
sektor dengan perubahan tenaga kerja terbesar kedua, dengan penambahan tenaga kerja sebanyak 4,52
juta orang.

IV.4

Kesimpulan dan Penutup

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa rencana investasi


pengembangan tol laut
mampu memberikan dampak yang besar bagi perekonomian nasional. Hal tersebut ditunjukkan dengan
tingginya nilai peningkatan terhadap output, pendapata n dan penyerapan tenaga kerja sektoral. Selain
itu, dapat dilihat pula bahwa hasil analisis investasi terha dap output dan pendapatan rumah tangga
memiliki pola yang serupa, namun dengan nilai total yang berbeda. Hasil analisis menunjukkan bahwa
sebagai leadin g sektor, industri pengolahan memiliki kepekaan paling tinggi terhadap peningkatan
investasi tol laut, diikuti oleh sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan komunikasi . Sementara itu,
sektor yang akan menyerap tenaga kerja sebagai dampak investasi
tol laut adalah sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan , sektor pengangkutan dan k omunikasi, sektor perdagangan, sektor
bangunan dan sektor industri pengolahan. Secara umum, hasil ini juga memperlihatkan bahwa baik sektor
primer (agraris) maupun sektor-sektor sekunder, seperti industri dan perdagangan, akan terbangkitkan oleh
investasi ini.
Perhitungan dampak investasi tol laut menggunakan metode I-O merupakan salah satu alternatif
untuk mengukur kemungkinan yang akan terjadi terhadap sektor -sektor lain saat proyek berskala nasional
ini dilaksanakan. Hasil studi yang diperoleh memberikan gambaran mengenai manfaat investasi tol laut
terhadap sektor ekonomi. Hal ini dapat
menjadi masukan bagi pemerintah atau pihak terkait untuk
merencanakan strategi dalam mempertahankan sektor -sektor unggulan dan meningkatkan sektor -sektor
yang belum terbangkitkan. Namun demikian, metode I
-O ini merupakan pendekatan sektoral dalam
perencanaan wilayah, sehingga hanya menekankan pada komoditas dan belum mampu menggambarkan
aspek keruangan dari kegiatan perekonomian tersebut. Untuk itu, pendekatan regional juga diperlukan
untuk mengkaji dampak pembangunan tol laut.
9 | Halaman

DAFTAR PUSTAKA
1. Pradhitasari, Handini, dan Ibnu Syabri. "Analisis Dampak Rencana Investasi Jembatan Selat
Sunda Terhadap Pulau Sumatra dan Pulau Jawa."
2. Prihartono, Bambang. Pengembangan Tol Laut dalam RPJMN 2015 2019 dan Implementasi
2015.
3. Permana, Chandra Darma, Asmara, Alla. Analisis Peranan dan Dampak Investasi Infrastruktur
terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output
4. Tukan, Marcus, Poros Maritim Indonesia Harapan dan Tantangan.
5. Ariyanti, Fiki. Proyek Tol Laut Jokowi Butuh Duit Rp 700 Triliun, Ini Rinciannya.
http://bisnis.liputan6.com/read/2197452/proyek-tol-laut-jokowi-butuh-duit-rp-700-triliun-inirinciannya
6. Indo Dapoer, Data World Bank 2015.
http://databank.worldbank.org/data/reports.aspx?source=indo~dapoer-(indonesia-databasefor-policy-and-economic-research).
7. Tabel. Input-Output 9 Sektor Tahun 2005. http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1194

10 | Halaman

LAMPIRAN - LAMPIRAN

11 | Halaman

1 | Halaman

Você também pode gostar