Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
GASTRITIS
Disusun oleh :
Adita Dianputra Kencana
108103000039
Pembimbing :
dr. Dedy Rahmat Sp.A
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas
rahmat dan karunia-Nya akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat serta
salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat
dan keluarganya.
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah presentasi kasus sebagai
salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Bidang Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di RSUP Fatmawati
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada orang tua, keluarga serta
teman teman dalam stase Ilmu Kesehatan Anak, baik teman-teman dari UIN
Syarif Hidayatullah atas bantuannya selama ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Kepada dr. Dedy Rahmat, SpA sebagai pembimbing
dalam tugas presentasi kasus ini penulis juga ucapkan terimakasih sebanyakbanyaknya.
Dalam proses penyelesaiannya, makalah laporan kasus masih sangat banyak
keselahan dan jauh dari kesempurnaa, sehingga kritik dan saran sangat penulis
harapkan dari berbagai pihak.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis ataupun
pembaca, baik untuk menambah wawasan dibidang kedokteran umumnya, serta
dibidang Ilmu penyakit saraf khususnya. Terimakasih
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 25 Februari 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama
: An. SS
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal lahir
: 13 Agustus 2008
Umur
: 12 tahun 4 Bulan
Pendidikan
: Sekolah dasar
Alamat
No RM
: 1351246
: Ny R
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 31 tahun
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
Nama
: Tn K
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 30 tahun
Pekerjaan
: Cleaning Service
Agama
: Islam
Alamat
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Muntah berwarna kecoklatan sejak 2 hari SMRS
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 2 hari smrs pasien mengeluh muntah darah, warna kecoklatan,
bergumpal-gumpal bercampur dengan makanan, tidak berbuih (berbusa) muntah
terjadi sebanyak 5x , sebanyak gelas aqua. Riwayat batuk lama, ataupun batuk
berdarah
disangkal.
Pasien
juga
mengeluhkan
BAB
berwarna
hitam,
konsistensinya lembek dan kadang cair. Keluhan ini dirasakan sejak 2 hari smrs,
dalam sehari 3x. keluhan BAB ini disertai dengan nyeri ulu hati seperti ditusuktusuk dan tidak menjalar. Nyeri ulu hati dirasakan apabila terlambat makan dan
berkurang dengan pemberian makan. Serta penurunan nafsu makan, serta
mengeluhkan lemah badan dan terasa pusing.
dengan mata kuning dan buang air kecil seperti the. Pasien mengeluhkan demam
sejak 2 hari SMRS, demam mendadak tinggi dan tidak hilang timbul. Tanda-tanda
perdarahan tubuh lain seperti mimisan, gusi berdarah, dan bintik-bintik merah
pada bagian tubuh disangkal, tidak ada orang di sekitar pasien yang menderita
demam seperti pasien. Pasien mengeluh terdapat penurunan berat badan 1 kg
selama sakit. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obat penurun panas (ibuprofen)
dalam waktu lama dan tidak pernah meminum jamu dalam waktu lama. Pasien
juga tidak mengkonsumsi obat nyeri, ataupun pil yang berwarna hijau. Pasien
tidak makan secara teratur, mengkonsumsi mie instan sehari 3x sehari dan hamper
setiap hari.
F. Riwayat Kehamilan
Ibu pasien tidak pernah meminum obat-obatan selain vitamin kehamilan. Dan
rutin kontrol di bidan.
G. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secara spontan di dokter, cukup bulan usia kehamilan 9 bulan 1
minggu, langsung menangis, kuning (-), BL: 3500gr, PL: 49 cm.
H. Riwayat Imunisasi
BCG 1x, Polio 4x, Hepatitis B 3x, DPT 3x, Campak 1x
I. Riwayat Nutrisi
Saat ini pasien sudah bisa makan nasi dengan lauk-pauk. Makan sehari 3 kali.
Gemar memakan mie instan 3x sehari.
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
Suhu
: 36,5 0C
Pernapasan
: 20 x/menit
Status Gizi
Berat Badan
: 29 kg
BB/U: 29/41: 70 %
Tinggi Badan
: 140 cm
Palpasi
sinistra
7
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: supel, hati dan limpa tidak teraba; nyeri tekan (+) pada region
epigastrium.
Perkusi
Ekstremitas : akral hangat, edema -, CRT<2 detik sianosis (-), palmar eritema (-).
Pemeriksaan Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal :
Kaku kuduk
: (-)
Kuduk kaku
: (-)
Laseque
Kerniq
Brudzinsky I : kanan(-)
kiri(-)
Brudzinsky II : kanan(-)
kiri(-)
Saraf kranialis
N.I
N.II
: tidak dilakukan
Tidak dilakukan, hanya melihat reflek cahaya (di N III, IV, VI)
Funduskopi
: tidak dilakukan
N. III,IV dan VI
Kedudukan bola mata
: Strabismus
Pupil
Bentuk
: +/+
: +/+
Refleks akomodasi
: +/+
Refleks konvergensi
N.V
Cabang motorik
: baik/ baik
Tidak dilakukan
N.VII
Motorik orbitofrontal
: baik/ baik
N.VIII
Tidak diperiksa
N.IX ; N.X
Motorik
Sensorik
: baik
N.XI
Tidak diperiksa
N.XII
Pergerakan lidah
Saat istirahat
:
: posisi ditengah, tidak ada deviasi
: (-)
Fasikulasi
: (-)
Tremor
: (-)
Sistem motorik
Ekstremitas atas
: 5555/5555
Ekstremitas bawah
: 5555/5555
Trofik
: Eutrofi
Tonus
: Normotonus
Fungsi otonom
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Refleks fisiologis
Biseps
: +2/+2
Triseps
: +2/+2
Patella
: +2/+2
Achilles
: +2/+2
Refleks patologis
Hoffman tromer
: -/10
Babinsky
: -/-
Chaddok
: -/-
Gordon
: -/-
Schaefer
: -/-
Klonus patella
: -/-
Klonus achilles
: -/-
Hasil
Nilai Rujukan
Hemoglobin
14.0 g/dl
Hematokrit
40 %
33 45 %
Lekosit
4.100/ul
5.000 13.500
Trombosit
166.000/ul
181 521.000/ul
MCV
81,6 fl
80.0-100.0
MCH
29.0 pg
26.0-24.0
MCHC
35,5g/dl
32.0-36.0
RDW
14.1 %
11.5-14.5
SGOT
46 U/l
0-34
SGPT
18 U/l
0-40
106 mg/dl
60 100 mg/dl
Na
134 mmol/L
4.24 mmol/L
Cl
96 mmol/L
95 108 mmol/L
Darah lengkap
Fungsi Hati
Diabetes
GDS
Elektrolit Darah
11
Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
MAKROSKOPIK
Konsistensi
Lunak
Lunak
Warna
Coklat
Kuning-Coklat
Nanah
Negative
Negative
Lendir
Negative
Negative
Darah
Negative
Negative
Leukosit
0-1
<10/LPB
Eritrosit
0-1
<3/LPB
Lemak
Negative
Negative
E.Coli
Negative
Negative
E.Hystolitica
Negative
Negative
Amilum
Negative
Negative
Serat Otot
Negative
Negative
Serat Tumbuhan
Negative
Negative
Telur Cacing
Negative
Negative
Lain-lain
Negative
Negative
Unsur Lain
MIKROSKOPIK
V. RESUME
12
VIII. PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnosis
HBEAG
USG Abdomen
Pemeriksaan Urea breath test
Endoskopi
Rencana Tatalaksana
IVFD KAEN 3B 18 tpm makro
Sucralfat 3x2 cth
Ranitidine 2x1 ampul
IX. PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. EPILEPSI
I.
DEFINISI
Kejang merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh lepasnya
muatan listrik di otak. Epilepsi merupakan serangan kejang
paroksismal berulang dua kali atau lebih tanpa penyebab yang jelas
dengan interval serangan lebih dari 24 jam, akibat lepas muatan listrik
berlebihan di neuron otak Kejang berulang pada epilepsy merupakan
suatu manifestasi muatan listrik abnormal dan berlebih dari sel-sel
neuron di otak.
II.
EPIDEMIOLOGI
Insidens epilepsi pada anak dilaporkan dari berbagai negara dengan
variasi yang luas, sekitar 4-6 per 1000 anak, tergantung pada desain
penelitian dan kelompok umur populasi. Di Indonesia terdapat paling
sedikit 700.000-1.400.000 kasus epilepsi dengan pertambahan sebesar
70.000 kasus baru setiap tahun dan diperkirakan 40%-50% terjadi pada
anak-anak.
III.
KLASIFIKASI
Klasifikasi kejang yang terjadi pada epilepsy yaitu: kejang umum dan
kejang fokal.
Kejang fokal
Kejang umum
Absans
14
Mioklonik
Klonik
Tonik
Tonik-klonik
Atonik
IV.
Genetic
Tidak diketahui
V.
DIAGNOSIS
Meskipun epilepsi adalah diagnosis klinis, elektroensefalografi (EEG)
merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk konfirmasi
diagnosis epilepsi, menentukan klasifikasi epilepsi, melihat fokus
epileptogenik, evaluasi hasil terapi, dan menentukan prognosis.
Pemeriksaan EEG juga sangat diperlukan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya gangguan yang menyerupai epilepsi seperti
sinkope, henti nafas sejenak (breath holding speell), masturbasi infantil,
migrain dan sebagainya, yang sering membuat epilepsi salah
diagnosis/overdiagnosis.
15
VI.
MANAJEMEN TATALAKSANA
Tatalaksana kejang akut dan status konvulsif
16
Jenis kejang
Carbamazepin
Umum
Dosis Oral
Dosis Loading
tonik- 10mg/kgBB/24
klonik
jam
ditingkatkan
Kejang fokal
20-30mg/kg/24
jam (3 dosis)
Clonazepam
Absent
<30kg
mulai
0.05mg/kg/24 jam
Tingkatkan
Myoklonik
0.05mg/kg/minggu
Spasme
Maks 0.2mg/kg/24
infantile
jam (2-3x)
Fokal
>30kg:
1.5mg/kg/24
jam
17
(3x)
Feintoin
Umum
klonik
(2x)
Parsial
Status
epileptikus
Fenobarbital
Umum
klonik
(2x)
Fokal
20-30mg/kg
(neonates)
Status
Asam Valproat
Umum
klonik
Tingkatkan
5-
Absen
10mg/kg/minggu
30-60mg/kg/24
Mioklonik
jam (3-4x)
B. RETARDASI MENTAL
I.
PENDAHULUAN
AAMD mendefinisikan RM sebagai suatu keadaan di mana intelegensi
umum berfungsi di bawah rata-rata, yang bermula dari masa
perkembangan dan disertai dengan gangguan pada tingkah laku
penyesuaian. Sedangkan menurut ICD 10, RM adalah perkembangan
mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai dengan
adanya hendaya (impairment) keterampilan (skills) selama masa
perkembangan,
sehingga
Terdapat
defisit
atau
gangguan
fungsi
adaptif
pada
kemampuan
bermasyarakat,
kemampuan
sosial/interpersonal, kemampuan
penentuan
akademik
diri
sendiri
fungsional,
(self
perkerjaan,
direction),
rekreasi,
II.
KLASIFIKASI
Klasifikasi retardasi mental menurut DSM IV adalah sebagai berikut:
III.
Kode
Kategori
Skor IQ
Tingkat
Pendidikan
Intensitas
Bantuan
317
318.0
318.1
318.2
Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat
55-70
40-54
25-29
<25
Terdidik
Terlatih
Tidak terlatih
Tidak terlatih
Intermiten
Terbatas
Ekstensif
Pervasive
terjadi
terutama
pada
struktur
kortikal,
termasuk
IV.
DIAGNOSIS
Manifestasi klinis
1. Gangguan perilaku, mencakup agresi, menyakiti diri sendiri, deviasi
perilaku, inatensi, hiperaktifitas, kecemasan, depresi, gangguan tidur
dan gerakan stereotipik.
2. Keterlambatan berbahasa.
3. Gangguan gerakan motorik halus dan gangguan adaptasi. Pada
penderita ditemui keterlambatan dalam usaha makan sendiri, ke
belakang sendiri (toileting) dan kemampuan bermain. Penderita
juga
memperlihatkan
ketidakpedulian
terhadap mainan
yang
20
V.
MANAJEMEN TATALAKSANA
Upaya preventif primer:
menyertai
retardasi
mental
dan
bagaimana
menanggulanginya.
C. PERKEMBANGAN TERLAMBAT
I.
PENDAHULUAN
Bahasa dibagi kedalam beberapa komponen, yaitu komunikasi
ponologi, sintak serta pragmatic. Komunikasi terdiri atas perilaku dan
keterampilan. Ponologi mengacu pada penggunaan secara tepat dalam
pengucapan kata, sedangkan semantic adalah pemilihan kata-kata
secara tepat. Sintak mengacu pada kesesuaian penggunaan tata bahasa
dalam
pembuatan
kalimat.
Kemampuan
pragmantik
meliputi
II.
EPIDEMIOLOGI
Gangguan bicara dan bahasa terjadi pada anak anak pra sekolah sekitar
8% dari keseluruhan anak-anak. Hampir 20% dari anak-anak berusia
22
gangguan
bicara
memberikan
pegaruh
terhsdap
IV.
DIAGNOSIS
Campuran
A. Skor ini berdasarkan standardisasi individual baik dari perkembangan
ekspresi bahasa maupun penerimaan bahasa yang mengukur kapasitas
intelektual non-verbal. Gejala yang termasuk gangguan ekspresi bahasa
antara lain kesulitan memahami kata dan kalimat atau kata-kata spesifik
seperti kata-kata istilah
B. Kesulitan mengekspresikan dan menerima bahasa secera signifikan
mempengaruhi prestasi akademi, kerja, atau komunikasi sosial.
C. Kriteria tidak untuk gangguan perkembangan pervasif.
D. Pasien dengan retardasi mental, deficit bicara-sensorik-motorik, atau
deprivasi lingkungan ditemukan akan mengalami kesulitan berbahasa yang
lebih berat.
Jika deficit pada motorik, bicara atau sensoria tau kondisi gangguan neurologi
maka masuk ke aksis III
Ponologik
A. Kegagalan perkembangan dalam berbicara dapat diperkirakan dari suara
bicara sesuai dengan usia dan dialek nya. ( contohnya; Failure to use
developmentally expected speech sounds that are appropriate for age and
dialect (e.g., errors in sound production, use, representation, or
organization such as, but not limited to, substitutions of 1 sound for
another [use of /t/for target /k/sound] or omissions of sounds such as final
consonants)
24
V.
MANAJEMEN TATALAKSANA
Pada anak pra sekolah dengan gangguan berbicara dapat diobservasi dengan
edukasi serta keyakina dari orang tua. Orang tua hendaknya jangan menegur
atau memarahi anak-anak dengan gangguan bicara. Kebanyakan anak pra
sekolah dengan gangguan bicara merespon terhadap intervensi oleh speech
pathologic dan kebiasaan umpan balik dari orang tua.
25
Anak-anak yang lebih besar dan remaja diterapi juga dengan risperidone atau
olanzapine disertai terapi wicara.
26
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN KASUS
Pasien didiagnosis epilepsi atas dasar dari anamnesis terhadap keluarga pasien,
yaitu ibu pasien. Ibu pasien mengaku bahwa pasien mengalami kejang kelojotan
pada bulan Agustus 2014. Kejang tanpa didahului oleh demam. 1 hari bisa terjadi
kejang sebanyak 4 kali. Kejang berlangsung <5 menit dan diantara kejang pasien
tertidur. Jarak antara kejang pertama dan kedua + 15 menit. Namun saat itu
keluarga tidak membawa pasien ke rumah sakit. Pada bulan desember 2014 pasien
mengalami kejang 6x dalam sehari, jenis kejang mirip dengan kejang sebelumnya,
yaitu kejang kelojotan dan tidak ada demam. Mata mendelik ketas, serta pasien
tertidur setelahnya. Saat itu keluarga langsung membawa pasien ke RSF untuk
dirawat. Pasien saat itu dirawat selama 6 hari. Setelah pulang dari perawatan
pasien kontrol ke poli tumbuh kembang RSF. Kontrol sudah sebanyak 2 kali.
Obat-obatan yang rutin diminum adalah fenitoin 2 kali sehari (75 mg) serta
depaken 2 kali 4 mg serta stesolid yang dimasukkan melalui anus.
Sebenarnya keluhan kejang sudah pernah dialami oleh pasien pada usia 2 tahun.
Kejang tanpa di dahului oleh demam. Kejang berlangsung <5 menit. Kejang
kelojotan, mata mendelik keatas. Setelah kejang pasien tertidur. Pasien sempat
dirawat di RS Zahira dan dilakukan pemeriksaan CT-Scann dan EEG, dan
dikatakan ada urat syaraf yang terputus.
Tatalaksana pasien epilepsi selain mengatasi keluhan akutnya saat kejang, yaitu
diberikan diazepam (per rektal), hal ini telah dilakukan saat pasien masuk ke IGD
serta ibu juga dibekali dengan obat kejang (stesholid= diazepam per rektal) jika
terjadi kejang pada pasien di rumah. Selain itu pasien juga diberikan obat-obatan
pemeliharaan berupa fenitoin 2 kali sehari (75 mg) serta depaken 2 kali 4 mg
untuk mencegah kejang.
28
DAFTAR PUSTAKA
clinical
guideline.
Scottish
Intercollegiate
Guideline
Networks.March 2005
2. Setyabudhi, Mangunatmaja I. Kejang dalam Buku ajar Pediatri Gawat
Darurat. UKK IDAI. Jakarta: 2011
3. Pudjiandi Ah, dkk. Retardasi Mental dalam Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2nd ed. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia: Jakarta.2011
4. Sims MD, Schumm RL. Language Development and Communication
Disorders in Kliegmen: Nelson Textbook of Pediatric 18th ed. Saunders:
USA.2007
5. Treatment for Epilepsy in Kliegmen: Nelson Textbook of Pediatric 18th
ed. Saunders: USA.2007
6. Berg AT, Scheffer IE. New concepts in classification of the epilepsies:
Entering the 21st century. Epilepsia. International League Against
Epilepsi: USA 2011
29