Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
NIM
: 112311101038
Tempat Pengkajian
Tanggal
:-
I. Identitas Klien
Nama
Umur
:: > 50 tahun
No. RM
Pekerjaan
:: Pekerjaan yang
dapat memiliki risiko
tinggi terjadinya
BPH adalah orang
yang pekerjaanya
mengangkat barang-
Jenis
: Laki-laki.
Kelamin
barang berat.
Status Perkawinan : telah menikah
paling rendah.
: Agama tidak
mempengaruhi terjadinya
Tanggal MRS
:-
Pendidikan
BPH.
: Pendidikan yang rendah, Tanggal
seperti SD atau tidak
:-
Pengkajian
kesehatan.
: Tempat tinggal pasien di Sumber Informasi : rekam medik dan
pedesaan dapat menjadi
pengkajian
walaupun
dehidroepianandrosteron
lemak
(hormone
merupakan
pembentuk
bahan
utama
tostosteron),
pembentuk
namun
bila
berlebihan akan menyebabkan peningkatan massa otot perut dan dapat menekan
testis.
Pekerjaan yang dilkaukan setiap hari misalnya pekerjaan dengan sering
yang lain. Bila 2 anggota keluarga, maka risiko meningkat menjadi 19 2-5 kali. Dari
penelitian terdahulu didapatkan OR sebesar 4,2 (95%, CI 1,7-10,2).
Genogram: III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pasien dengan BPH yang berdomisili di pedesaan biasanya memiliki persepsi kesehatan
bahwa ia tdak akan pergi ke pelayanan kesehatan apabila tidak benar-benar sakit atau
tidak mampu melakukan kegiatan akibat dari kurangnya pemeliharaan kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan yang dilakukan pasien cenderung kurang memperhatikan
kesehatannya, dengan kurang memahami lima tugas kesehatan keluarga. Pasien belum
mampu mengenal masalah kesehatan, seperti apa itu penyakitnya, bagimana ciri-cirinya,
dan apa tanda gejalanya. Pasien belum mampu memilih tindakan yang tepat, yaitu ketika
sakit tidak di bawa ke pelayanan kesehatan. Memberikan perawatan, yaitu pasien belum
mampu mengataasi atau melakukan [erawatan dasar di rumah sebelum dibawa ke petugas
kesehatan. Pasien belum mampu mengkondisikan lingkungan untuk kesehatan keluarga,
msialnya lingkungannya kurang bersih. Pasien belum mampu memanfaatkan pelayanan
kesehatan dnegan maksimal, dengan mengunjungi pelayanan kesehatan jika dirinya sakit
saja.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
- Antropometeri
Pasien dnegan BPH cenderung memiliki tubuh yang obesitas dengan nilai BMI >
30 kg/m2. Pada penelitian terdahulu didapatkan Odds Rasio (OR) pada laki-laki
yang kelebihan berat badan (BMI 25-29,9 kg/m2 ) adalah 1,41 pada lakilaki
obesitas (BMI 30-34 kg/m2 ) adalah 1,27 sedangkan pada laki-laki dengan
obesitas parah (BMI >35 kg/m2 ) adalah 3,52.
-
Biomedical sign
Pemeriksaan memiliki nilai lebih diatas normal.
Hb: >18 gr/dl
Leukosit: > 11.000/ul
Trombosit: > 400.000/ul
Kreatini: > 1.5 mg/dl
Ureum: >40 mg/dl
Menurut Purnomo (2011) dan Baradero dkk (2007) pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada penderita BPH meliputi : 1) Laboratorium a) Analisi urin
dan pemeriksaan mikroskopik urin penting dilakukan untuk melihat adanya sel
leukosit, bakteri dan infeksi. Pemeriksaan kultur urin berguna untuk menegtahui
kuman penyebab infeksi dan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba.
b) Pemeriksaan faal ginjal, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang
menegenai saluran kemih bagian atas. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah
merupakan informasi dasar dari fungsin ginjal dan status metabolic. c)
Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan
perlunya biopsy atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA 10 ng/ml. 2)
Radiologis/pencitraan Menurut Purnomo (2011) pemeriksaan radiologis bertujuan
untuk memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi bulibuli dan
volume residu urin serta untuk mencari kelainan patologi lain, baik yang
berhubungan maupun tidak berhubungan dengan BPH. a) Foto polos abdomen,
untuk mengetahui kemungkinan adanya batu opak di saluran kemih, adanya
batu/kalkulosa prostat, dan adanya bayangan buli-buli yang penuh dengan urin
sebagai tanda 27 adanya retensi urin. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai
tanda metastasis dari keganasan prostat, serta osteoporosis akbibat kegagalan
ginjal. b) Pemeriksaan Pielografi intravena ( IVP ), untuk mengetahui
kemungkinan adanya kelainan pada ginjal maupun ureter yang berupa hidroureter
atau hidronefrosis. Dan memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang
ditunjukkan dengan adanya indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar
prostat) atau ureter dibagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked
fish)/gambaran ureter berbelok-belok di vesika, penyulit yang terjadi pada bulibuli yaitu adanya trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli-buli. c) Pemeriksaan
USG transektal, untuk mengetahui besar kelenjar prostat, memeriksa masa ginjal,
menentukan jumlah residual urine, menentukan volum buli-buli, mengukur sisa
urin dan batu ginjal, divertikulum atau tumor buli-buli, dan mencari kelainan yang
mungkin ada dalam buli-buli.
-
Clinical Sign :
TD: > 120/100 mmHg
Nadi: 60-100x/menit
RR: 18-24x/menit
Suhu: >38oC (tanda infeksi)
-
3. Pola eliminasi
BAK: Pola eliminasi kaji tentang pola berkemih, frekuensinya menurun, ragu ragu,
menetes, jumlah pasien harus bangun pada malam hari untuk berkemih (nokturia) sering,
kekuatan sistem perkemihan melemah, pancaran melemah.
BAB: Pada pasien sering terjadi mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran
kemih. Pasien kesulitan BAB seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam
rektum.
Balance cairan: input > output.
4. Pola aktivitas & latihan
Pasien aktifitasnya sehari hari mengalami penurunan kualitas dan kuantitas, aktifitas
penggunaan waktu senggang sering digunakan dengan tidak berolahraga. Pekerjaan
mengangkat beban berat. Aktivitas banyak dibantu.
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri
0
1
2
3
4
Makan / minum
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi / ROM
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu alat, 4:
mandiri
Status Oksigenasi:
Pasien jarang menggunakan oksigenasi.
5. Pola tidur & istirahat
Lama tidur pasien menurun, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi
yang sering pada malam hari ( nokturia ).
6. Pola persepsi diri
Perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan pasien sebelum pembedahan dan
sesudah pembedahan. Pasien biasa cemas karena kurangnya pengetahuan terhadap
perawatan luka operasi.
7. Pola seksualitas & reproduksi
Masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampua seksual akibat adanya penurunan
kekuatan ejakulasi dikarenakan oleh pembesaran dan nyeri tekan pada prostat.
8. Pola peran & hubungan
Peran sebagai kepala keluarga tidak dapat dijalani kembali.
9. Pola manajemen koping-stress
Manajemen koping tergantung dari pendidikan pasien dan kemampuan pasien mengadapi
stressor.
10. System nilai & keyakinan
Pasien pedesaan cenderung memiliki nilai dan keyakinan salah setelah adanya luka
operasi untuk tidak makan makanan yang mengandung protein tinggi, sehingga hal
tersebut megakibatkan proses penyembuhan yang lama.
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: nilai GCS pasien dilihat pada saat pertama kali bertemu dengan pasien.
Tanda vital:
-
Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu
c) Prostatektomi retropubik
2) Pembedahan endourologi
Pembedahan endourologi transurethral dapat dilakukan dengan memakai tenaga elektrik
diantaranya:
a) Transurethral Prostatic Resection (TURP)
b) Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
c) Terapi invasive minimal
1) Transurethral Microvawe Thermotherapy (TUMT)
2) Transuretral Ballon Dilatation (TUBD)
3) Transuretral Needle Ablation (TUNA)
4) Pemasangan stent uretra atau prostatcatth
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO
1.
DIAGNOSA
TUJUAN DAN
INTERVENSI
Ansietas
KRITERIA HASIL
Setelah dilakukan
1. Kaji
berhubungan
perawatan selama
dengan
ketidakmampuan
akan menunjukkan
pasien
berkemih.
RASIONAL
kecemasan klien..
2. Berikan
kecemasan pasien
kecemasan atau
hilang. Dengan
proses
ini.
kriteria hasil:
penyakit.
1.
terjadinya
3. Bantu
Pasien mampu
klien
mengidentifikasi cara
melakukan
memahami
berbagai
aktivitas normal
perubahan
akibat
tanpa terlihat
penyakitnya.
cemas
4. Biarkan
klien
koping adaptif.
2.
keluarga
mengekpresikan
TD 120/80 mmHg
mengekspresikan
diharapkan pasien
3.
perasaan mereka.
mampu mengkontrol
ansietasnya
dikemudian.
5. Kolaborasi dengan tim 5. Menghilangkan
medis untuk tindakan
TUR P
2.
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
1. Kaji
Setelah dilakukan
kandung kemih
tingkat
pasien
2. Beri
nyeri pasien
tahu
informasikan
tentang timbulnya
akan menunjukkan
nyeri
adanya penurunan
3. Berikan
hilang. Dengan
sekitar nyeri
kriteria hasil:
sekitarnya
a. Pasien tidak
mengeluhkan
pembesaran prostat
nyeri
TURP
sehingga pasien
mampu miksi
satu tingkatan
dengan baik
atau hilang
c. Pasien mampu
miksi dengan
baik tanpa ada
gangguan saluran
perkemihan.
3.
Resiko
berhubungan
dengan
1.
tindakan perawatan
operasi
Berikan informasi 1.
pada pasien terkait
emberikan informasi
jalannya operasi
pasien akan
terhindar dari risiko
jalannya operasi
2.
Pastikan daerah
2.
cedera.. Dengan
ditandai kriteria
membutuhkan
hasil:
letak operasi
bantalan untuk
1.
menghindari terjatuh
Tidak ada
3.
Selalu
3.
komplikasi
pembedahan
M
emastikan bahwa
4.
Stabilka kereta
peralatan diletakkan
pada jaringan
daerah sekitar
4.
2.
memindahkan pasien
Tisiko cedera
berkurang atau
sesuai prosedur
M
enghindari jatuh
operasi
hilang
4.
Resiko
Setelah dilakukan
kekurangan
tindakan
cairan:
1.
berhubungan
o 1.
pasien
2.
pasien
P 2.
kondisi
dengan
operasi
astikan
alat mencegah
risiko
menergency
kekurangandarah.
disiapkan
sudah
Dengan ditandai
kriteria hasil:
1.
3.
komplikasi
dari
perdarahan
K 3. mencegah anemia
olaborasi pemberian dan syok hipovolemik
perdarahan
Konjungtiv
a tidak anmeni
3.
risiko
massif
Tidak ada
2.
adanya
TD 120/80
mencegah
adanya
kekurangan
cairan:
darah
mmHg
4.
RR 1824x/menit
5.
Mukosa
lembab
5.
Nyeri
Setelah dilakukan
1.
berhubungan
tindakan perawatan
Kaji
dengan
1. mengetahui skala
pasien tidak
2.
pemasangan
mengalami nyeri
Berikan
spasme
kemih
dengan nyeri
PQRST.
bedah,
kateter,
nyeri
2.
engurangi nyeri
lingkungan
yang nyaman
3.
omres hangat akan
membuat pembuluh
2.
gelisah
Skala nyeri
menurun,
tidur nyenyak.
4.
TD: 120/80
mmHg
darah menjadi
dilatasi dan nyeri
berkurang
4.
4.
Ajarkan
minimal 1 level
3.
Klien dapat
beristirahat atau
3.
hasil:
1.
teknik
M
engurangi nyeri
pengalihan nyeri
5.
5.
Kolaborasikan
pemberian
analgetik.
M
negurangi nyeri dari
obat
segi medis.
1.
6
Kurang
Setelah dilakukan
pengetahuan
tindakan
aji
tentang
perawatan selama
pasien
penatalaksanaan
paskaoperatif
mengetahui
dan
1.
K 1.
pengetahun Mengetahui
pengetahuan pasien
2.
masa perawatanpada
B 2.
erikan informasi dan Mencegah
risiko
pendidikan
pasca
komplikasi
penyembuhan
post operatif.
kesehatan
behubungan
Dengan ditandai
perawatan
dengan
kriteria hasil:
rendahnya
1.
pendidikan
Klien
operasi
pada 3.
Mengurangi efek dan
K
mempercepat
proses
menyebutkan
penyebuhan.
harus
SC.
setelah post
2.
3.
terkait
mampu
diperhatikan
operasi
Klien tidak
cemas dengan
banyak
bertanya
tingkat