Você está na página 1de 15

Bahaya Senyawa Kimia Karbon Tetraklorida

terhadap Manusia
Giovanni Reynaldo
10.2011.139
Kelompok F2

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Arjuna Utara No. 6
Email: gioreynaldo@yahoo.com

Pendahuluan
Sejak perang dunia II, industrialisasi di negara-negara maju semakin
pesat sehingga jenis zat kimia industri baik sebagai hasil produksi antara,
hasil akhir dari suatu produk komersial , maupun sebagai limbah industri
semakin bertambah. Sampai saat ini , pengaruh zat kimia tersebut
terhadap

lingkungan

maupun

manusia

kurang

diperhatikan

Kenyataannya dari sekitar 60000 jenis zat kimia komersial yang ada saat
ini , kurang lebih 10.000 jenis zat kimia saja yang toksisitas nya telah diuji
pada binatang . Frekuensi gangguan kesehatan akibat pekerjaan dan
pengaruh lingkungan pun menjadi bertambah setiap saat, baik jumlah
maupun macamnya. Tambahan lagi, banyak dampak pajanan zat kimia
yang belum terdiagnosis ataupun dalam kondisi belum dapat dijelaskan
bentuk perkembangan penyakit nya. Efek pemajanan bahan kimia
ataupun dampak perilaku pekerja dalam proses industri umumnya
bermanifestasi hanya dalam hitungan bulan ataupun tahun setelah
pajanan terjadi , misalnya seorang pengolah data komputer atau kasir
pada sebuah supermarket tiba-tiba menderita semacam tenosinovitis
pada lengannya yang disebut sebagai Repetitive Strain Injury, Seorang
penggergaji kayu atau pemecah batu pada pembuatan konstruksi jalan
raya menderita gejala rasa nyeri yang sangat , kesemutan dan menjadi
pucatnya ujung-ujung jari tangan . Kumpulan gejala ini disebut hand arm

vibration yang terjadi akibat vibrasi alat-alat yang digunakannya , dan


masih banyak lagi.

Diagnosis Klinis
Anamnesis Pekerjaan
Untuk
pertanyaan

memperoleh anamnesis
harus

difokuskan

pada

pekerjaan
hal-hal

yang terarah maka

yang

penting

secara

sistematik , dengan langkah-langkah sebagai berikut.1


1. Memastikan

kemunculan

gejala

dalam

hubungannya

dengan

pekerjaan
a. Apakah gejala yang timbul membaik pada saat istirahat atau
liburan?
b. Apakah terdapat pekerja lain yang menderita gejala yang
sama di lingkungan kerja?
c. Apakah terjaid pajanan debu, uap atau partikel-partikel zat
kimia yang beracun di lingkungan kerja?
2. Pertanyaan kronologis tentang pekerjaan terdahulu sampai yang
sekarang , mengenai:
a. Deskripsi lingkungan tempat kerja
b. Informasi tentnag bahan mentah yang dipakai, proses kerja,
produk yang dihasilkan serta tata cara penanganan limbah
c.
d.
e.
f.
g.
h.

industri.
Lama bekerja di masing-masing tempat kerja
Deskripsi tugas dan jadawal waktu kerja/shift
Jumlah hari absen dan alasannya
Penggunaaan alat pelindung diri
Prosedur pemeriksaan fisik sebelum masuk kerja
Adanya pekerjaan lain disamping pekerjaan utama (misalnya

kerja malam hari)


3. Pertanyaan spesifik yang

ada

hubungannya

dengan

pajanan

penyakit akibat kerja


a. Pernah bekerja dengan di tempat kerja yang bising/terlalu
panas atau menggunakan produk asbes / sinar radioaktif / alat
yang menimbulkan vibrasi?
b. Faktor stress di tempat kerja (Jemu, konflik dengan atasan
/bawahan/ teman kerja dan lain-lain)
c. Pernah bertugas di bidang militer
2

d. Hobi (olahraga , berkebun, melukis , pekerjaan rumah tangga/


pertukangan / las)
e. Pekerjaan istri/suami
4. Riwayat reproduksi (Riwayat abortus ,jumlah anak, lahir mati,
riwayat kehamilan terdahulu, kesukaran pada saat melahirkan bayi,
perubahan libido dan siklus menstruasi)
5. Riwayat kesehatan lingkungan
6. Informasi mengenai industri lain di sekeliling tempat kerja (tingkat
polusi lingkungan, pajanan limbah industri/ percikan zat beracun
dari tempat lain).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan

fisik

dilaksanakan

seperti

pada

penyakit

umum

lainnya, yaitu pemeriksaan fisik secara umum dengan menitikberatkan


pada pemeriksaan sistem organ yang diperkirakan terpengaruh akibat
pajanan zat zat kimia yang diduga menjadi etiologi penyakit akibat kerja,
misalnya garis timah hitam pada intoksikasi timah hitam, pembesaran
hati akibat pajanan toluena, dan pembesaran limpa karena intoksikasi
bensin.1
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk penyakit akibat kerja dapat dibagi
menjadi pemeriksaan laboratorium umum dan khusus.
Pemeriksaan laboratorium umum adalah :1
1. Pemeriksaan laboratorium rutin misalnya:
a. Pemeriksaan rutin darah dan urine, foto rontgen toraks,
elektrokardiogram (EKG)
2. Pemeriksaan laboratorium nonspesifik akibat pemajanan, misalnya :
a. Pemeriksaan darah lengkap (MCH, MCHC, hitung retikulosit
dan lain-lain) untuk indikasi pajanan terhadap zat hemotoksik.
b. Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, SGOT, SGPT, dan lain-lain)
untuk indikasi pajanan terhadap zat hepatotoksik.
c. Pemeriksaan fungsi paru (Volume Tidal) untuk

indikasi

terjadinya iritasi saluran pernapasan


d. Delta aminolevunilic acid untuk indikasi pajanan terhadap
intoksikasi timah hitam
e. Tes sputum untuk indikasi pajanan terhadap debu gergaji kayu
3

f. Tes kekuatan untuk indikasi pajanan terhadap aktivitas angkat


beban
Pemeriksaan laboratorium khusus meliputi:1,2
1. Pemeriksaan laboratorium spesifik akibat pajanan misalnya:
a. Pemeriksaan kadar timah hitam darah untuk indikasi pajanan
timah hitam.
b. Analisis kadar asam hipurat dalam urine untuk indikasi
pajanan toluena.
c. Analisis kadar trikloroetilen dalam urine dan udara pernapasan
untuk indikasi pajanan trikloroetilen.
2. Tes untuk suatu kelainan genetika dapat dilakukan dengan tes
sensitivitas. Pajanan zat toksik akibat pekerjaan dapat menstimulasi
sensitivitas individu dengan kelainan genetika tertentu , sehingga
penyakit tertentu dapat timbul dengan mudah hanya dengan
pajanan yang minimal saja misalnya :
a. Penyakit paru obstruktif menahun (COPD) mudah terjangkit
pada individu dengan defisiensi serum alpha antitripsin
herediter bila terpajan oleh zat toksik iritan paru atau bahkan
zat toksik yang bukan iritan paru.
b. Hipersensitivitas terhadap zat hemolitik

pada

defisiensi

glukosa-6-phospatase (G6PD).
c. Hipersensitivitas terhadap pajanan nitrat pada defisiensi
diaforase.
d. Tes skrining imunologis untuk pajanan komponen organik.
3. Perubahan Kromosom
a. Pajanan bahaya kerja fisik atau kimia tertentu dapat
menimbulkan kelainan genetik ,

yang dapat diidentifikasi

dengan pemeriksaan genetik.


Pemeriksaan Tempat Kerja
Seorang dokter perusahaan bertanggung jawab untuk memberi
nasihat kepada manajemen mengenai penyediaan , perencanaan ,
konstruksi, dan pemeliharaan fasilitas kebersihan di lingkungan pekerjaan,
seperti kamar mandi, tempat cuci tangan, dan fasilitas untuk menyimpan
dan mengeringkan pakaian . Ia juga bertanggung jawab untuk memeriksa
4

secara reguler fasilitas lain seperti dapur perusahaan , kantin, ruang kerja,
dan ruang istirahat.1
Begitu banyak yang harus diperhatikan oleh seorang dokter
perusahaan pada saat melakukan survei kesehatan kerja, termasuk
mengamati secara langsung aktivitas makan, minum dan merokok di
dalam perusahaan , yang dapat merupakan sumber potensial pajanan
penyebab penyakit akibat kerja secara peroral . Pengamatan cara pekerja
memegang

bahan-bahan

yang

dipakai

dalam

pekerjaan

dapat

mengungkapkan penyebab terjadinya suatu kelainan kulit akibat kontak


dengan bahan-bahan kerja. Walaupun tidak ada ukuran yang tepat untuk
menetapkan derajat pajanan, tetapi pemantauan secara langsung dan
dengan bekal perusahaan harus dapat menilai besarnya bahaya dari
pajanan tersebut.1

Pajanan yang Dialami


Pajanan yang dialami saat ini dapat diketahui dengan anamnesis
yang terarah dan lengkap serta dengan identifikasi lingkungan kerja yang
baik oleh dokter perusahaan yang bertanggung jawab

sehingga upaya

pencegahan dapat dilakukan dengan lebih baik.1


Penelitian

epidemiologis

di

tempat

kerja

dilakukan

untuk

mengevaluasi akibat risiko pajanan bahaya kerja yang potensial terhadap


kesehatan para pekerja. Dokter perusahaan bertanggung jawab untuk
mengumpulkan dan menyimpan data dasar yang adekuat tentang
gangguan kesehatan dari suatu pajanan bahaya kerja dan menganalisis
suatu kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja. Hasil penelitian
epidemiologis, baik retrospektif maupun prospektif , dapat digunakan
untuk menilai derajat gangguan kesehatan akibat suatu pekerjaan. Hasil
penilaian tersebut kemudian dibandingkan dengan acuan resmi untuk
membantu mencocokan data toksikologis yang diperoleh dari penelitian
pada binatang , dan untuk mengindikasikan derajat efektivitas suatu
program pengendalian kesehatan dan keselamatan pada suatu tempat
kerja.1
5

Hubungan Pajanan Dengan Penyakit


Karbon tetraklorida, tetraklorometana atau dikenal dengan banyak nama lain, adalah
senyawa kimia dengan rumus CCl4. Senyawa ini banyak digunakan dalam sintesis kimia
organik. Dulunya karbon tetraklorida juga digunakan dalam pemadam api dan refrigerasi,
namun sekarang sudah ditinggalkan. Pada keadaan standar (suhu kamar dan tekanan
atmosfer), CCl4 adalah cairan tak berwarna dengan bau yang "manis".2
Senyawa kimia karbon tetraklorida termasuk berbahaya dan fatal jika dihirup, diserap
melalui kulit atau tertelan. Menyebabkan mata, kulit, dan iritasi saluran pernapasan. Bahaya
terisap jika tertelan. Bisa masuk paru-paru dan menyebabkan kerusakan. Agen tersangka
kanker. Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Dapat menyebabkan efek sistem saraf
pusat. Ini merupakan zat CFC yang merusak ozon di atmosfer atas. Kerusakan lapisan ozon
dapat menyebabkan peningkatan radiasi ultraviolet yang, dengan kelebihan paparan sinar
matahari, dapat menyebabkan peningkatan kanker kulit dan katarak mata.2
Jumlah Pajanan
Cara Masuk zat kimia kedalam tubuh
Inhalasi
Di sektor industri, pajanan bahan kimia berbahaya yang paling
sering terjadi (80%) adalah melalui sistem pernapasan (per inhalasi) .
Sistem pernapasan merupakan jalan masuk yang paling efisien bagi
absorpsi zat kimia yang berbahaya . Pada orang dewasa yang sehat , luas
permukaan parunya sebesar 90 m2 , akan menghisap kira-kira 8,5m 2
udara dalam 8 jam kerja/hari bila melakukan pekerjaan yang tidak terlalu
berat.1,2
Zat kimia yang melayan di udara terhisap melalui lubang hidung
atau mulut memasuki saluran pernapasan untuk mencapai alveolus , yang
merupakan tempat pertukaran gas. Di alveolus

zat kimia tersebut

bergantung pada sifat fisik zat kimianya, dapat disimpan atau dapat
melalui dinding alveolus untuk memasuki aliran darah . Umumnya, zat
kimia yang diinhalasi akan mengiritasi membran mukosa di saluran
pernapasan . Hal ini merupakan tanda bahaya bagi yang menghisap nya,
tetapi zat kimia tertentu tidak menimbulkan reaksi apapun sehingga
6

tanpa disadari zat kimia ini akan terinhalasi jauh sampai ke alveoli atau
bahkan memasuki aliran darah.1,2
Per oral
Pajanan zat kimia melalui saluran pencernaan (peroral) hanya
terjadi bila pekerja makan/minum/mengisap rokok di tempat kerja yang
terkontaminasi dengan uap/debu yang melayang di ruangan kerjanya .
Pajanan per oral mungkin juga terjadi bila sebagian partikel zat kimia yang
diisap tertelan dan memasuki saluran pencernaan . Penyerapan makanan
maupun zat kimia yang berbahaya umumnya dilakukan di usus kecil. 2
Kulit
Ketebalan kulit dan keringat yang membasahi tubuh merupakan
daya pertahanan yang efektif untuk melawan pajanan kimia yang
berbahaya . Namun zat kimia yang larut dalam lemak (larutan organik dan
fenol)

dapat

diabsorpsi

melalui

kulit.

Pada

kulit

yang

cedera

(terpotong/luka lecet) , absorpsi zat kimia ke dalam tubuh menjadi lebih


mudah.2
Mata
Kontaminasi lokal beberapa jenis zat kimia pada mata dapat
mengakibatkan gejala sistemik, tetapi pada umumnya hanya berpengaruh
pada bagian-bagian tertentu dari bola mata, misalnya metanol pada
nervus optikus, oksigen pada retina , tallium pada lensa mata, dan
inhibitor kolin esterase pada korpus siliaris. Namun sebagian besar
pajanan zat kimia pada mata akan mengakibatkan kerusakan kornea,
misalnya asam kuat, basa kuat dan kalsium oksida (sering kali terdapat
pada benda asing yang memasukan mata).1,2

Per Injeksi
Pajanan zat kimia melalui injeksi di tempat kerja sangat jarang
terjadi. Di sekotr industri, pajanan per injeksi dapat terjadi dengan
7

sengaja/ tanpa sengaja akibat injeksi tekanan rendah seperti vaksin


manusia, hewan di peternakan, dan lain-lain ataupun akibat injeksi
tekanan tinggi oleh pistol minyak pelumas gemuk atau cat.1,2
Proses dan durasi bekerja akan menjadi sangat penting dalam
menentukan seberapa besar seorang pekerja terkena pajanan yang
mengakibatkan keluhan pada kasus kali ini , maka dari itu penting bagi
seorang

dokter

perusahaan

untuk

memonitor

hal

ini

dan

juga

mengobservasi tempat kerja .Seorang dokter kesehatan dan keselamatan


kerja bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan para pekerja
seutuhnya , termasuk juga dalam pengaplikasian dasar ergonomi untuk
perencanaan suatu tempat kerja pemilihan dan pembelian peralatan baru.
Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan untuk membuat tempat
kerja menjadi nyaman . Upaya ini juga dimaksudkan untuk mencegah
pengaruh buruk , mencegah stres di tempat kerja, mengusahakan
pekerjaan menjadi lebih bervariasi , perencaan penataan peralatan agar
selalu dalam jangkauan pekerja baik dalam posisi duduk maupun berdiri,
mencegah pemborosan tenaga yang berlebihan dan mencegah sikap
badan yang statis dalam melakukan pekerjaan.1,2
Alat Pelindung diri
Banyak jenis alat pelindung diri dan kolektif yang dapat digunakan
untuk melindungi para pekerja terhadap berbagai kondisi yang berbahaya
di tempat kerja. Masing-masing alat tersebut memiliki kekhususan dan
keterbatasan pada prosedur operasional dan pemeliharaanya . Oleh sebab
itu , seorang dokter kesehatan dan keselamatan kerja memegang peranan
penting

untuk

memilih

alat-alat

tersebut

setepat

mungkin,

dan

merekomendasikan alat pelindung yang paling cocok untuk masingmasing pekerja. Ia jg harus dapat memberikan penjelasan pada para
pekerja mengenai penggunaan dan pemeliharaan alat pelindung tersebut
dengan benar , serta mengevaluasi efektivitas daya perlindungan alat-alat
tersebut.1,2

Faktor Individu
Status kesehatan fisik
Keadaan fisik seseorang menjadi penting untuk diperhitungkan ,
termasuk daya tahan tubuh dan kemampuan seseorang untuk
melaksanakan fungsi nya dimanapun ia ditempatkan dalam pekerjaan,
daya tahan tubuh yang baik akan mempengaruhi proses dan hasil dari
orang tersebut, daya tahan tubuh yang baik tentunya akan menghambat
berbagai penyakit datang dan mengakibatkan orang tersebut sakit, status
kesehatan fisik tentu saja perlu diimbangi dengan status kesehatan
mental yang baik.2
Status kesehatan mental
Setiap aktivitas normal akan membuahkan stress dan stres tak
dapat dihindari, stres hanya dapat ditoleransi dalam waktu yang terbatas.
Oleh karena tidak ada dua individu yang benar-benar identik , maka stres
yang sama tidak akan memiliki pengaruh serupa pada masing-masing
individu , dan intensitasnya juga sangat bervariasi. Hubungan antara
masing-masing perubahan patologis seorang individu tidak banyak
diketahui secara mendetail , tetapi kebanyakan peneliti mengakui bahwa
rangsangan

psikologis

(stresor)

termasuk

stres

akibat

pekerjaan

merupakan faktor pemicu yang penting untuk timbulnya suatu penyakit


tertentu , seperti penyakit jantung iskemik , hipertensi esensial ,
gangguan saluran pencernaan dan beberapa penyakit neuropsikiatris .
Peranan faktor psikologis pun menjadi jelas setelah terdapat penelitian
lain membuktikan adanya beberapa stresor psikologis yang bermakna
sebagai penyebab terjadinya penyakit penyumbatan pembuluh darah
jantung seperti:2
1.
2.
3.
4.
5.

Perubahan jenis pekerjaan


Perubahan besar-besaran terhadap jadwal kerja
Perubahan tingkat tanggung jawab
Ketidaksesuaian dengan atasan
Ketidaksesuaian dengan teman-teman sekerja

Faktor Diluar Pekerjaan


9

Merokok
Rokok merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia dan merupakan satusatunya produk legal yang membunuh seperti hingga setengah penggunannya. Survey Ikatan
Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia tahun 2007 menyebutkan setiap jam sekitar 46 orang
meninggal dunia karena penyakit yang berhubungan dengan merokok di Indonesia.1
Perokok pasif lebih berbahaya dibandingkan perokok aktif. Bahkan bahaya perokok
pasif tiga kali lipat dari bahaya perokok aktif. Dokter Budhi Antariksa, Spesialis Paru dari
Rumah Sakit Royal Taruma mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung
dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang
berisiko masuk ke tubuh orang di sekitarnya. Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh
perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak
terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang
dihisap. Namun konsentrasi racun perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali
menghirup asap rokok yang ia hembuskan. Namun karena perokok aktif sekaligus menjadi
perokok pasif maka dengan sendirinya risiko perokok aktif jauh lebih besar daripada perokok
pasif. Selain itu, berbagai hasil penelitian juga menyimpulkan perokok wanita berisiko 25
persen lebih tinggi daripada perokok pria. Perokok wanita memiliki risiko ganda terhadap
penyakit jantung dan kanker paru-paru bila dibandingkan dengan perokok pria. Penyebabnya
karena wanita memiliki berat badan dan saluran darah yang lebih kecil dari pria. Bahaya
merokok pada wanita antara lain: Merusak kulit, mengganggu sistem reproduksi, menganggu
siklus menstruasi termasuk timbulnya rasa nyeri, menurunkan kesuburan, meningkatkan
risiko terkena kanker payudara, rahim, dan kanker paru-paru, menganggu pertumbuhan janin
dalam rahim, menganggu kelancaran ASI, keguguran, hingga kematian janin.1
Pekerjaan Sambilan
Pekerjaan sambilan menjadi suatu faktor yang tidak boleh lepas dari
perhatian kita sebagai dokter perusahaan, terkadang keluhan yang
ditimbulkan tidak berasal dari tempat dimana orang tersebut bekerja di
siang hari, tetapi dari pekerjaan yang dilakukan setelah selesai bekerja
dari tempat utama, maka penting ditanyakan riwayat pekerjaan secara
lengkap, dan aktivitas yang dilakukan pada malam hari sepulang kerja.1
Diagnosis Okupasi

10

Walaupun gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja sangat


sering ditemukan, tetapi kedua masalah tersebut umumnya kurang
mendapat perhatian karena :1,2
1. Hubungan antara penyakit dan pekerjaan sering kali tidak
terdeteksi, baik oleh penderita sendiri atau bahkan oleh
dokter yang memeriksanya. Hal ini mungkin disebabkan
bahwa :1,2
a. Gejala penyakit yang timbul sangat mirip dengan
penyakit umum , misalnya penyakit asma , ekzema ,
kanker kandung kemih , aborsi spontan, dan sinusitis.
b. Masa laten penyakit akibat kerja biasanya sangat lama ,
misalnya pada pneumokoniosis dan kanker akibat kerja
memerlukan waktu untuk bermanifestasi lebih dari 10
tahun.
2. Keengganan para penderita penyakit akibat kerja untuk
melaporkan penyakitnya karena takut diberhentikan
Pada kasus yang didapatkan kali ini dimana ada seorang laki-laki
berusia 45 tahun datang ke klinik dengan keluhan kesemutan , susah tidur
, sulit konsentrasi dan sering merasa gelisah dapat dikategorikan kedalam
penyakit akibat kerja, disini didapatkan pasien tersebut mengalami gejala
yang merupakan efek dari terpapar zat kimia karbon tetraklorida dalam
jangka waktu lama baik melalui inhalasi ataupun kulit .1,2
Tatalaksana
Pengobatan penyakit akibat kerja mengikuti prinsip pengobatan
penyakit umum, maka pencegahan atau penghentian pajanan bahaya
kerja

dapat

menjadi

salah

satu

pertimbangan

khusus

untuk

penatalaksanaan penyakit ini. Penatalaksanaan penyakit akibat kerja tidak


semata-mata

dilakukan

dengan

mengatasi

kesembuhan

penyakit

penderita, tetapi juga harus dapat menjamin pekerja dapat kembali


bekerja secepatnya, Bila ternyata terjadi halangan untuk melaksanakan
pekerjaan yang terdahulu tindakan rehabilitasi vokasional juga perlu
dilaksanakan . Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
pekerjaan lain yang sesuai dengan keterampilan dan kemampuannya
11

sekarang. Sulit sekali menetapkan pengobatan yang speisifk terhadap


penyakit akibat kerja, karena sebagian besar manifestasinya tidak spesifik
misalnya:1
1. Pengobatan pembesaran hati akibat intoksikasi chlorinate
hydrocarbone tidak berbeda dengan akibat intoksikasi etil
alkohol.
2. Penyakit

paru

obstruksi

menahun

akibat

inhalasi

debu

beracun di tangani seperti penyakit paru obstruksi menahun


lainnya.
3. Penyakit dermatitis kontak akibat material di tempat kerja
diobati sama dengan pengobatan dermatitis kontak yang
bukan akibat material di tempat kerja.
Beberapa penyakit akibat kerja yang diobati secara spesifik, seperti
intoksikasi CO, methemoglobinaemia , dan intoksikasi timah hitam ,
dilakukan dengan cara menetralisasi/ mengeliminasi zat kimiawi beracun
tersebut dan membangun faal tubuh untuk mencapai kondisi normal. 1

Pencegahan
Primer
Pencegahan yang paling utama adalah pencegahan primer yaitu
dengan

cara

promotif

dan

preventif

dimana

telah

dilakukan

pemberitahuan kepada para pekerja untuk bekerja dengan hati-hati


terutama bagi mereka yang bekerja dengan zat-zat kimia berbahaya,
pemberitahuan cara mengamankan diri juga penting agar pekerja
mengerti bagaimana melindungi diri disaat terjadi keadaan gawat .3
Sekunder
Pengendalian

risiko

bahaya

kerja

terdiri

dari

tiga

macam,

yaitu

pengendalian administratif , teknik , dan penggunaan alat pelindung diri.3


Pengendalian administratif3

12

1. Kesehatan

lingkungan

pembuangan

sampah

meliputi
,

kebersihan

kesehatan

tempat

perorangan

kerja

dan

fasilitas

makan/minum , serta pengendalian rayap.


2. Pemeliharaan mesin dan peralatan, meliputi penjadwalan dan
pelaksanaan pemeliharaan secara periodik , pencatatan servis ,
perbaikan, dan penggantian suku cadang , serta penyediaan suku
cadang.
3. Identifikasi risiko bahaya kerja yang belum terdeteksi.
4. Semua mesin , peralatan dan bahan baku yang digunakan dalam
proses industri harus sesuai dengan standar kesehatan dan
keselamatan kerja.
5. Rotasi pekerja bagi pekerjaan berisiko tinggi
6. Penggunaan jasa asuransi untuk memindahkan risiko bahaya kerja
7. Informasi dan pelatihan, meliputi orientasi bagi para pekerja yang
baru masuk, informasi reguler dan pelatihan periodik bagi para
pekerja yang lama, membuat simbol peringatan kesehatan dan
keselamatan

kerja

serta

membuat/memperjelas/memeriksa

kembali label produk zat kimiawi.


Pengendalian Teknik
1. Substitusi
Substitusi

bahaya

kerja

merupakan

alternatif

terbaik

untuk

mengatasi pajanan bahaya kerja yang ada yaitu dengan mengganti


penggunaan zat kimiawi yang berbahaya dan mudah terbakar
dengan yang kurang berbahaya misalnya produk roda giling yang
mengandung silika diganti dengan cara melapisinya dengan bahan
aluminium oksida , alat penyemprot cat manual diganti dengan
penyemprot bertenaga listrik/ hampa udara untuk mengurangi
kuantitas uap penyemprotan yang berlebihan.3,4
2. Metode basah
Metode basah untuk menghilangkan debu industri yang berbahaya
dari lingkungan kerja yaitu dengan menyiram sumber debu, lantai
dan dinding di lingkungan kerja . Pada industri pengecoran logam
dapat digunakan air bertekanan tinggi yang disemprotkan pada
tempat semburan debu logam untuk membersihkan cetakan.3,4
3. Ventilasi dengan penggunaan exhaust lokal
13

Debu

uap

industri

yang

berbahaya

juga

dapat

dikurangi

kuantitasnya dengan menghilangkannya dari zona pernapasan


pekerja , misalnya dengan pemasangan sistem exhaust lokal untuk
menangkap uap ferrioksida padat dari sumbernya di industri
pengelasan.3,4
4. Ventilasi dengan penggunaan exhaust umum/ventilasi difusi
Cara ini tidak dapat digunakan untuk menanggulangi debu / uap
berbahaya yang terlokalisasi tetapi hanya berguna untuk mengatasi
lingkungan kerja yang terpajan oleh sejumlah kecil debu/uap
berbahaya secara reguler , misalnya dengan penggunaan ventilasi
alami seperti pintu/ jendela yang terbuka , cerobong dan peralatan
pengaliran udara buatan seperti kipas angin dan blower.3,4
5. Meminimalisasi kemungkinan bahaya ditempat kerja
Misalnya dengan mengurangi tenaga mesin yang berbahaya atau
menggunakan tanda bahaya bila terjadi kesalahan.
6. Isolasi/ pemagaran
Penggunaan alat pelindung diri
Jika pengendalian bahaya kerja pada sumbernya atau pada saat
penyebarannya tidak memungkinkan atau dibutuhkan perlindungan yang
lebih ketat , maka pekerja itu sendiri harus dilindungi dari pajanan bahaya
kerja dengan menggunakan alat pelindung diri. Organ tubuh manusia
yang sangat rentan terhadap pajanan bahaya kerja adalah mata,telinga ,
kulit , dan saluran pernapasan , sehingga harus dilindungi.2
1. Perlindungan mata dan muka
2. Perlindungan kulit/ permukaan tubuh
3. Perlindungan saluran pernapasan
Untuk mencegah inhalasai bahaya kerja dalam bentuk debu/uap
kerja, maka mulut dan hidung harus ditutup oleh bahan yang dapat
menyaring masuknya debu kerja. Alat pelindung pernapasan yang
digunakan memiliki bermacam-macam bentuk , mulai dari yang
paling sederhana yaitu masker sekali pakai sampai respirator yang
dilengkapi tabung oksigen . Namun demikian pada dasarnya alat
perlindungan pernapasan terbagi menjadi dua macam yaitu:1,2,3
Respirator penyaring udara yaitu alat pembersih udara kotor
yang menyaring atau mengabsorpsi kontaminan sebelum
14

masuk ke saluran pernapasan . Alat ini terdiri dari dua jenis


yakni:
o Respirator masker penyaring debu yang menggunakan
filter khusus untuk menyaring debu kerja.
o Cartridge Respirator yang menggunakan cartridge untuk
mengabsorpsi gas,uap,debu kerja. Alat ini memiliki
beberapa bentuk, ada yang menutupi separuh muka,

dan seluruh muka.


Respirator penyuplai udara bersih yaitu alat yang melindungi
saluran pernapasan dari udara yang terkontaminasi , serta
dapat menyuplai udara bersih. Alat ini terdiri dari dua jenis
berdasarkan mekanisme kerjanya yakni:
o Alat yang memompakan udara bersih dengan tekanan
tinggi dari lingkungan yang tak terkontaminasi secara
otomatis.
o Alat yang mengalirkan udara bersih dari kantong udara
portabel

yang

disebut

self-contained-breathing-

apparatus (SCBA)
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada pembelajaran skenario kali ini
adalah zat kimia dapat mengakibatkan cedera pada pekerja yang
menyalahi standar operasional dan tidak berhati-hati dalam menjalankan
pekerjaan nya. Bahan kimia karbon tetraklorida menjadi salah satu bahan
yang berbahaya jika terhirup maupun tertelan , dapat dicegah melalui
berbagai macam mekanisme dan penggunaan alat pelindung diri dengan
baik dan benar.
Daftar Pustaka
1. Harrianto R. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta:EGC;2008.h.4-61.
2. Sumamur. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes).
Jakarta:SagungSeto;2009.h.72-89.
3. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas.
Jakarta:EGC;2006.h.190-9.
4. Sumardjo D. Pengantar kimia kedokteran . Jakarta:EGC;2006.h.5334.
15

Você também pode gostar