Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abses hati masih merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa
negara di Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Prevalensi yang tinggi sangat erat
hubungannya dengan sanitasi yang jelek, status ekonomi yang rendah serta gizi yang
buruk. Di negara yang sedang berkembang abses hati amebik lebih sering didapatkan
secara endemik dibandingkan dengan abses hati piogenik. Penyebab infeksi dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit ataupun jamur. Abses adalah kumpulan nanah
setempat dalam rongga yang terbentuk akibat rusaknya jaringan.
Abses Hati Piogenik
Abses hati piogenik dahulu lebih banyak terjadi melalui infeksi porta,
terutama pada anak muda, sekunder terhadap peradangan apendisitis, tetapi sekarang
abses piogenik sering terjadi sekunder terhadap obstruksi dan infeksi saluran empedu.
Etiologi
Dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari :
1. V. Porta yaitu infeksi pelvis atau gastrointestinal, bisa menyebabkan
pileflebitis porta/trombosis di vena porta atau emboli septik
2. Saluran empedu merupakan sumber infeksi yang tersering. Kolangitis septik
dapat menyebabkan penyumbatan saluran empedu seperti juga batu empedu,
kanker, striktura saluran empedu ataupun anomali saluran empedu kongenital
3. Infeksi langsung seperti luka penetrasi, fokus septik berdekatan seperti abses
perinefrik, kecelakaan lalu lintas
4. Septisemia atau bakteriemia akibat infeksi di tempat lain
5. Kriptogenik tanpa faktor predisposisi yang jelas, terutama pada orang lanjut
usia
Infeksi terutama oleh kuman gram negatif dan penyebab yang terbanyak adalah
E.coli. Di samping itu, penyebabnya adalah juga S.faecalis, P.vulgaris, dan
Salmonella typhi. Dapat pula bakteri anaerob seperti bakteroides, aerobakteria,
aktinomises dan strep.anaerob.
Abses hati piogenik sering mengenai kedua lobus (53,2%), lobus kanan saja
(41,8%) dan lobus kiri saja (4,8%). Dapat terjadi peradangan perihepatitis ataupun
perlengketan. Jika disertai pielflebitis, v.porta dan cabangnya dapat mengandung pus
dan bekuan darah dan bila penyebaran melalui duktus biliaris akan terdapat beberapa
fokus yang berhubungan dengan sistem bilier.
Gambaran klinis
Menunjukkan manisfestasi sistemik yang lebih berat dari abses hati amebik. Terutama
demam yang dapat bersifat intermitten, remiten atau kontinu yang disertai menggigil.
Keluhan lain dapat berupa sakit perut, mual/muntah, lesu dan berat badan yang
menurun. Dapat juga disertai batuk, sesak nafas serta nyeri pleura.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien yang septik disertai nyeri perut
kanan atas dan hepatomegali yang nyeri tekan. Kadang-kadang disertai ikterus karena
adanya penyakit billier seperti kolangitis.
Pada pemeriksaan laboratotium mungkin didapat leukositosis dengan pergeseran ke
kiri, anemia, gangguan fungsi hati seperti peninggian bilirubin atau fosfatase alkali.
Pemeriksaan biakan pada awal penyakit biasanya tidak ditemukan kuman. Kuman
yang sering ditemukan adalah kuman gram negatif seperti Proteus vulgaris,
Aerobacter aerogenes atau Pseudomonas aerogenosa, sedangkan kuman anaerob
micro aerophilic streptococci, bacteroides atau fusobacterium.
Pada pemeriksaan foto polos abdomen, kadang-kadang didapatkan kelainan
yang tidak spesifik seperti peninggian diafragma kanan, efusi pleura, atelektasis basal
paru, empiema atau abses paru. Kadang-kadang bisa didapatkan gas atau cairan pada
sub-diafragma kanan.
Pemeriksaan USG, radionuclide scanning, CT dan MRI mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi. Sekarang dapat dikatakan bahwa pemeriksaan CT dan MRI
merupakan gold standar. Pemeriksaan ini sangat penting untuk diagnosa dini dan
dapat menertapkan lokasi abses lebih akurat terutama untuk drainase perkutan atau
tindakan bedah. USG merupakan alat diagnostik yang berharga karena cepat, non
invasif, biaya relatif lebih murah, tidak ada radiasi.
AMEBIASIS HATI
Merupakan rongga abses dalam hati akibat nekrosis pencairan oleh masuknya
Entamoeba hystolytica ke dalam sirkulasi portal pada amebiasis.Terutama di daerah
banyak ditemukan strain virulen Entamoeba hystolytica yang tinggi dan dimana
keadaan sanitasi buruk, status sosio ekonomi rendah serta status gizi yang kurang
baik. Individu yang mudah terinfeksi adalah penduduk di daerah endemi, wisatawan
2
Besarnya abses amebiasis hati bervariasi dari yang kecil hingga besar (5 liter)
yang isinya berupa bahan nekrotik seperti keju berwarna merah kecoklatan, kehijauan,
kekuningan atau keabuan. Jumlah abses dapat tunggal atau multipel, tetapi umumnya
tunggal. Shaikh et al (1989) mendapatkan abses tunggal 85 %, 2 abses 6 % dan abses
multipel 8 %. Letak abses pada umumnya di lobus kanan.
Gejala klinis yang klasik dapat berupa demam, nyeri perut kanan atas,
hepatomegali yang nyeri spontan atau nyeri tekan atau disertai gejala komplikasi.
Kadang-kadang gejala tidak khas dan timbul pelan-pelan atau asimptomatis. Gejalagejala yang dapat timbul antara lain anoreksia, mual, muntah, berat badan menurun,
batuk, pembengkakan perut kanan, ikterus dan berak darah.
Pada pemeriksaan foto polos abdomen tidak menampilkan banyak kelainan,
hanya mungkin dapat berupa gambaran ileus, hepatomegali atau gambaran udara
bebas di atas hati jarang didapatkan berupa air fluid level yang jelas.
Untuk mendeteksi amebiasis hati, USG sama efektifnya dengan CT atau MRI.
Sensitivitasnya dalam diagnosis amebiasis hati 85-95 %. USG dapat mendeteksi
kelainan sebesar 2 cm di samping sekaligus dapat melihat kelainan traktus bilier dan
diafragma. Keterbatasan USG terutama jika kelainan pada daerah tertentu, pasien
gemuk atau kurang kooperatif. Amebiasis stadium dini kelihatan seperti suatu massa
dan jika terjadi pencairan bagian tengah sebagai kista
GAMBARAN USG ABSES HEPAR
Differensiasi antara abses bakteri, abses ameba dan kista yang terinfeksi sangat sulit
dilakukan. Semua kelainan ini bisa multipel atau soliter dan biasanya terlihat sebagai
massa hipoekoik dengan back wall effect yang kuat, garis bentuk yang ireguler serta
debris internal. Mungkin terdapat gas internal. Infeksi bakteri dapat pula terjadi pada
abses ameba yang inaktif atau pada rongga abses ameba yang sudah sembuh. Tumor
yang nekrotik atau hematoma dapat pula menyerupai abses. Abses tampak sebagai
suatu noda atau area yang berekhostruktur kompleks dengan adanya bagian yang
hiper, hipo, dan isoekhoik serta bagian yang ekholusen, batas/dinding pada
permukaan tidak rata berubah menjadi rata pada stadium lanjut.
ABSES AMEBA
Pada stadium awal, abses ameba bisa bersifat ekogenik dengan bagian tepi yang tidak
jela atau bahkan isodense serta tidak tampak. Kemudian abses tersebut akan terlihat
sebagai massa dengan dinding yang ireguler dan dengan acoustik enhancement.
Biasanya terdapat debris internal. Setelah infeksi berlanjut, abses tersebut memiliki
batas tegas dengan garis bentuk yang lebih tajam; debris mungkin tampak lebih halus.
Perubahan yang sama akan terjadi setelah dilakukan pengobatan yang berhasil, tetapi
rongga abses bisa bertahan selama beberapa tahun dan bisa dikelirukan dengan masa
kistik. Jaringan parut pada abses ameba yang sudah sembuh akan bertahan tanpa batas
waktu dan akhirnya dapat mengalami klasifikasi.
Abses ameba pada hepar
Biasanya soliter tetapi bisa pula multipel dan memiliki ukuran yang berbedabeda
Bisa bersifat isodense dan tidak tampak pada skening USG pertama. Jika
secara klinik terdapat kecurigaan, ulangi skening USG setelah 24 dan 48 jam
Lokasi
Dinding
Isi
internal
Abses
ameba
soliter,
lobus
tapi
kanan
dapat
dan
multipel
Multipel
perifer
Biasanya ireguler
Abses
bakteri atau
Debris
Gambaran
Respons
klinis
terhadap
metronidazole
Tampak sakit
Ya
sedang
debris
profunda
soliter
5
jika
infeksi anerob
Kista
Multipel
Setiap
Garis
Anekoik
atau
tempat
bentuk
(kecuali
yang
kista
tajam
hidatidosa)
soliter
Asimptomatik
Tidak
DAFTAR PUSTAKA
1. Kamus Kedokteran Dorland edisi 26. 1996. Jakarta: EGC
2. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1.2003. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
3. Pedoman Diagnostik. Jakarta EGC
4. Sidharta H.dr., Atlas Ultrasonografi Abdomen dan Beberapa Organ Penting
edisi 2. 2000. Jakarta: Balai Penerbit FKUI